BAB II IMPLEMENTASI KURIKULUM PONDOK PESANTRENeprints.unisnu.ac.id/1410/2/BAB II.pdfIMPLEMENTASI...
Transcript of BAB II IMPLEMENTASI KURIKULUM PONDOK PESANTRENeprints.unisnu.ac.id/1410/2/BAB II.pdfIMPLEMENTASI...
51
BAB II
IMPLEMENTASI KURIKULUM PONDOK PESANTREN
A. Pengertian Implementasi
Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap benar.
Berikut ini pengertian implentasi menurut para pakar, Secara
sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Nurdin Usman mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi
atau pelaksanaan sebagai berikut: Implementasi adalah bermuara pada
aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk
mencapai tujuan kegiatan.1
Guntur Setiawan menyatakan bahwa Implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif.2
Hanifah Harsono juga mengartikan Implementasi adalah suatu proses
untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke
1 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta:PT. Raja GrafindoPersada 2004), hlm. 70.
2 Guntur Setiawan, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan (Bandung:RemajaRosdakarya Offset 2004), hlm. 39.
52
dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan
suatu program.3
Majone dan Wildavsky mengemukakan implementasi sebagai
evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian implementasi
sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin
Adapun Schubert mengemukakan bahwa implementasi adalah sistem
rekayasa.4
Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan
merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas
baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan.
Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan yang telah
dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses. Esensinya
implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk
mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan
dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan
desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu mencerminkan tingkat
pelaksanaan yang berbeda. Dalam kaitannya dengan pendekatan yang
dimaksud, Nurdin dan Usman menjelaskan bahwa :
Pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu dilakukan
sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam
pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan
3 Hanifah Harsono, Implementasi Kebijakan dan Politik, (Bandung:PT. Mutiara SumberWidya.2002), .hlm. 67.
4 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Grasundo 2004),hlm. 7.
53
program, mendeskripsikan sumber-sumber baru dan mendemosntrasikan
metode pengajaran yang di gunakan.5
Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman menekankan pada fase
penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan pada
interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang
melakukan pemeriksaan pada program baru yang direncanakan, sumber-
sumber baru, dan memasukan isi/materi baru ke program yang sudah ada
berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman guru.
Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan
program, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan
guru-guru untuk memperoleh masukan. Implementasi dianggap selesai
manakala proses penyempurnaan program baru dipandang sudah lengkap.
Pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman. memandang implementasi
sebagai bagian dari program kurikulum. Proses implementasi dilakukan dengan
mengikuti perkembangan dan mengadopsi program-program yang sudah
direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum desain
(dokumentasi).
Mengimplementasikan kurikulum Artinya melaksanakan kurikulum
yang telah dirancang didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Kalau
di ibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat oleh seorang
Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas kalkirnya
maka impelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang
telah dibuat dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak
5 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada 2004), hlm. 70.
54
sesuai dengan rancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama
dengan hasil rancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang telah
di buat karena rancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan
telah sempurna dari sisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi
kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah
direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan
keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan
bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah di rancang maka terjadilah
kesia-sian antara rancangan dengan implementasi.
Rancangan kurikulum dan impelemntasi kurikulum adalah sebuah
sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep
linieritas) dalam arti impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat
penting sekali pemahaman guru serta aktor lapangan lain yang terlibat dalam
proses belajar mengajar sebagai inti kurikulum untuk memahami perancangan
kuirkulum dengan baik dan benar.6
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata
implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme
suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi
bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan
secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai
tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi
dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.
6 Ibid....., 2004, hlm. 70.
55
B. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalnya digunakan
dalam dunia olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat
berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish.7
Kemudian istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang
dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum
sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu
dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari
pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni
Curriculae artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada
waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus
ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan
menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal
ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu buktibahwa siswa telah
menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya
seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat
lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum
dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir
dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.8
7 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1993), hlm. 1.
8 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara , 2013), hlm.16.
56
Kemudian pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan
menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh
seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk
memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.9
Di Indonesia istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi
populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang
memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal
orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah
“rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan
rencana pelajaran.10
Pengertian kurikulum seperti disebutkan di atas dianggap
memiliki pengertian yang sempit atau sederhana. Jika kita mempelajari
literatur tentang kurikulum, maka akan ditemukan banyak pengertian
kurikulum yang luas dan beragam. Kurikulum tidak terbatas hanya pada
sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar
(learning experiences) yang dialami siswa dan mempengaruhi
perkembangan pribadinya.
Menurut Doll Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
mengemukakan kurikulum adalah Seluruh pengalaman yang di tawarkan
peserta didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah.11 Kurikulum
sebagaimana yang di kemukakan oleh Sukmadinata memiliki beberapa
karaktreristik :
9 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik PengembanganKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Prenada Media Grup. 2008), hlm. 4.
10 S. Nasution, M.A, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara 2006),hlm 2.11 Dede Rosyada, MA. Paradikma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana 2004),
hln.47.
57
1. Kurikulum sebagai suatu subtensi yaitu sebuah rencana kegiatan
belajar para siswa di sekolah, yang mencakup rumusan rumusan
tujuan, bahan ajar, proses kegiatan pembelajaran, jadwal dan evaluasi.
2. Kurikulum sebagai sebuah sistem yaitu kurikulum merupakan
rangkaian konsep tentang berbagai pembelajaran yang masing
masiang unit kegiatan memiliki keterkaitan.
3. Kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis yakni kurikulum
merupakan konsep yang terbuka dengan berbagai gagasan
perubahan.12
Menurut Saylor, Alexander dan Lewis, kurikulum merupakan
segala upaya sekolah untuk memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik
dalam ruangan kelas maupun di luar kelas. Sedangkan menurut Harold B.
Alberty memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan
kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that
are provided for the students by the school).13
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.14
Kurikulum adalah suatu sistem yang mimiliki komponen
komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain mengenai
12 Dede Rosyada, MA. Paradikma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Kencana, 2004) hlm.26.
13 Rusman, Manajemen…., hlm. 3.14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
58
komponen, tujuan, isi atau bahan ajar, setrategi atau metode,organisasi
dan evaluasi.15
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai organisme yang
mempunyai bagian-bagian tertentu. Bagian tersebut dinamakan
komponen-komponen kurikulum terdiri dari empat komponen yaitu
tujuan, isi atau materi, proses atau penyampaian, media atau penilaian.16
Pengertian kurikulum dalam undang-undang Republik indonesia Nomor
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengandung unsur
komponen kurikulum yang meliputi tujuan, isi, bahan pelajaran dan cara
penyampaian.
Kurikulum adalah progam pendidikan yang di sediakan oleh
lembaga pendidikan ( sekolah ) bagi siswa17
Kurikulum merupakan bagian dari proses pendidikan. Untuk
menunjang proses pendidikan yang lebih baik, diperlukan adanya
Implementasi kurikulum yang baik pula. Menurut mulyasa, beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam Implementasi kurikulum adalah
perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum dan penilaian terhadap
pelaksanaan kurikulum.18
Nana Sudjana mengartikan kurikulum sebagai program dan
pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang
diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara
15 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 51
16 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2002), hlm. 103.
17 Qemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara 2013), hln. 65.18 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),
hlm.40
59
sistematis, diberikan kepada peserta didik di bawah tanggung jawab
sekolah untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan
kompetensi sosial peserta didik.19
Ada dua hal yang tersirat dalam pengertian kurikulum di atas:
pertama adalah program atau rencana,
kedua adalah pengalaman belajar atau kegiatan nyata.
Aspek yang pertama, yakni rencana atau program belajar yang
dikenal dengan kurikulum petensial. Wujud nyata dari kurikulum
potensial ini adalah buku kurikulum yang berisi tentang garis-garis besar
program pembelajaran (silabus).
Aspek yang kedua, yakni progam pengalaman belajar peserta
didik yang dikenal dengan kurikulum actual.
Namun pandangan yang sampai saat ini masih lazim dipakai
dalam pengertian kurikulum di dunia pendidikan Indonesia, yakni
sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturanmengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yangdigunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatanpembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.20
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus menerus
sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan. Dengan
beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum, maka secara
19 Nana Sudjana, Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di Sekolah. Cet. III,(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), hlm. 5.
20 Undang-Undang Republik Indonesia …, hlm. 5.
60
teoritis kita agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat
merangkum semua pendapat. Pada saat sekarang istilah kurikulum
memiliki tujuh dimensi pengertian, satu dimensi dengan dimensi lainnya
saling berhubungan. Ketujuh dimensi kurikulum tersebut yaitu:
1. Kurikulum sebagai program studi,
2. Kurikulum sebagai konten,
3. Kurikulum sebagai kegiatan berencana,
4. Kurikulum sabagai hasil belajar,
5. Kurikulum sebagai reproduksi kultural
6. Kurikulum sebagai pengalaman belajar dan
7. Kurikulum sebagai produksi.21
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut :
1.Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran.
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan
dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata
Pelajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau
orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis
dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan yang berguna baginya.
2.Kurikulum sebagai rencana pembelajaran.
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan
untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan
21 Muhaimin dan Abd. Majid, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis danKerangka Dasar Operasionalnya (Bandung : Trigenda Karya, 1993), hlm. 113.
61
berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan
tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang
memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus
disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum
tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi
segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti:
bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-
gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya
menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan
kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam
suatu kurikulum.
3.Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda
dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa
kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu
pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai berikut: Curriculum
is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and
experiences which pupils have under direction of the school, whether in
the classroom or not (Romine, 1945, hlm. 14).22
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum
tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga
kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara
22 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Bumi Aksara 2013), hlm 17.
62
intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan
pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah
kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. (Undang-Undang No. 20 TH. 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas dapat di tarik
kesimpulan bahwa kurikulum adalah: Seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta evaluasi yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau
relevansi.Kesesuaian yang meliputi dua hal, Pertama kesesuaian antara
kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan
masyarakat. Kedua kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum
yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan,
demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.23
2.Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia
yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen
23 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 102.
63
komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi
atau materi, metode organisasi kurikulum serta evaluasi.
Komponen kurikulum terdiri dari empat komponen
pengembangan kurikulum yaitu :
a) . Tujuan komponen kurikulum
Tujuan pendidikan nasional digali dari falsafah Pancasila dan
dituangkan dalam UU Sisdiknas 2003 Pasal 3:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuandanmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabatdalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikanbertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sertatanggung jawab”.24
Tujuan kurikulum pada tiap satuan pendidikan harus mengacu
kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana di tetapkan
dalam Undang Undang No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional.25
Kurikulum pada hakekatnya adalah alat untuk mencapai tujuan,
maka tujuan kurikulum sebenarnya adalah tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan ditanamkan pada diri peserta didik.
Penjenjangan tujuan pendidikan dirumuskan dengan hierarki
sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan nasional;
2. Kompetensi lintas kurikulum;
24 Undang-Undang Republik Indonesia …, hlm. 7.25 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Bumi Aksara 2013), hlm 26.
64
3. Kompetensi lulusan;
4. Kompetensi rumpun mata pelajaran;
5. Kompetensi mata pelajaran;
6. Kompetensi dasar mata pelajaran dan
7. Indikator hasil belajar.26
b) .Komponen Isi atau bahan Ajar
Komponen isi atau bahan ajar berkenaan dengan pengetahuan
ilmiah dan jenis pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa
agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan
tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat, tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam merancang isi
kurikulum, yaitu:
1) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan
siswa, artinya sejalan dengan tahap perkembangan anak
2) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai
dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat
3) Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya
mengandung aspek intelektual, moral, sosial, dan skills secara
integral
26 Nurhadi, dkk., Pembelajaran Kontekstual dalam Penerapan KBK (Malang: UM, 2004),hlm. 113.
65
4) Isi kurikulum harus berisikan bahan pelajaran yang jelas, teori,
prinsip, bukan hanya sekedar informasi yang teorinya masih samar-
samar
5) Isi kurikulum harus dapat menunjang tujuan pendidikan.
Isi kurikulum berupa program pembelajaran yang akan dilaksanakan
oleh guru dalam menghantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan.
Jadi kurikulum tidak hanya berisikan pengetahuan ilmiah berupa daftar mata
pelajaran semata tanpa memperhatikan pengalaman belajar yang bermakna,
justru sebaliknya mata pelajaran itu hanyalah merupakan kemasan
pengalaman belajar yang bermakna yang sangat dibutuhkan oleh anak didik
dalam hidupnya.
c) .Metode kurikulum
Metode adalah cara yang di gunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulim.27
Strategi pembelajaran dalam melaksanaan suatu kurikulum adalah
cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran. Suatu strategi pembelajaran mengandung
pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran.28
Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk
1. Mata pelajaran terpisah pisah ( isolalated subjects )
2. Mata ajaran – mata ajaran berkorelasi (correlated)
3. Bidang studi
27 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara , 2013. hlm 2628 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003),hlm. 24.
66
4. Progam yang berpusat pada anak
5. Core program
6. Eclectic program.29
d) .Evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum ini yang dimaksud adalah menilai suatu
kurikulum sebagai program pendidikan untuk mengetahui efisiensi,
efektivitas, relevansi, dan produktivitas program dalam mencapai tujuan
pendidikan. Sekolah ada karena dibutuhkan oleh masyarakat, oleh karena itu
sekolah harus selalu mengacu pada kebutuhan masyarakat maka kurikulum
harus ditinjau ulang dan dievaluasi dalam waktu tertentu.
Di samping itu, evaluasi kurikulum dimaksudkan sebagai feedback
terhadap tujuan, materi, metode dan sarana, dalam rangka mengembangkan
kurikulum lebih lanjut. Kurikulum sebagai program pendidikan untuk anak
didik dapat dinilai dari sudut sistem. Kurikulum sebagai sistem dapat
diidentifikasi:
1) masukan (input) program,
2) proses pelaksana program,
3) hasil/output/outcome program, dan
4) dampak dari program.30 Ringkasnya evaluasi kurikulum bertujuan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pendidikan dan strategi
bagaimana program itu dilaksanakan.
29 Ibid. hlm 2730 Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Bahan Ajar Dalam Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 10-12.
67
MASUKANPROGRAM
(INPUT)
PELAKSANAANPROGRAM
HASILPROGRAM(OUTPUT)
BALIKAN
Gambar 1.1
Evaluasi terhadap input kurikulum mencakup evaluasi sumber daya
yang dapat menunjang program pendidikan, seperti; dana, sarana, tenaga,
konteks sosial,dan penilaian terhadap siswa sebelum menempuh program
(pre tes).
Evaluasi proses mencakup penilaian terhadap strategi pelaksanaan
kurikulum, yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, bimbingan
dan penyuluhan,administrasi supervisi, sarana pengajaran, dan penilaian
hasil belajar.31
Dalam melakukan penilaian, yang harus diperhatikan adalah:
1. Sasaran penilaian
Sasaran atau objek evaluasi belajar adalah perubahan tingkah laku
yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor seimbang.
Masing-masing bidang berdiri sejumlah aspek dan aspek tersebut
hendaknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut.Dengan
demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah dikuasainya dan
mana yang belum sebagai bahan perbaikan dan penyusunan program
pengajaran selanjutnya.
31 Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan ImplementasiKurikulum, hlm. 59.
68
2. Alat penilaian
Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif, yang
meliputi tes dan non tes,sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang
objektif. Demikian pula bentuk tes tidak hanya tes objektif tetapi juga tes
essay, sedangkan jenis nontes digunakan untuk menilai aspek tingkah
laku,seperti aspek minat dan sikap. Alat evaluasi non tes,antara lain:
observasi, wawancara, study kasus dan rating scale (skala penilaian).
Penilaian hasil belajar dalam KurikulumTingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dapat dilakukan antara lain:
a) Penilaian kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum
dan ujian akhir.32
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemampuan
dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan
belajar,memberikan umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.
b) Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka
memperbaiki program pembelajaran (programremedial).Tes
kemampuan dasar dilakukan padasetiap tahun akhir kelas tiga.
32 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung :Remaja Rosdakarya,2006), hlm. 258.
69
c) Penilaian akhir satuan pendidikan
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan
kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan
menyeluruh mengenai ketuntasan belajar pesertadidik dalam satuan
waktu tertentu.
d) Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja
yang sedang berjalan,proses dan hasil untuk mencapai suatu
keunggulan yang memuaskan.Ukuran keunggulan dapat di
tentukan di tingkat sekolah,daerah, atau nasional.Penilaian
dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga peserta didik
dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan usaha keuletannya.
e) Penilaian program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan
berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan
masyarakat, dan kemajuan zaman.33
Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling
berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang
membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan
33Ibid.,hlm. 261.
70
dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan
terganggu pula. Komponen-komponen kurikulum dapat dilihat
dalam gambar di bawah ini:
3.Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas,
Menurut Sukmadinata, pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan
kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement).
Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum
berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar
kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program
pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro
curriculum).
Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum (GBPP)
yang telah disusun oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan
mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti
Tujuan
IsiEvaluasi
Metode
71
penyusunan rencana tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan lain-lain
(micro curriculum).34
Sedangkan Seller dan Miller, mengatakan bahwa proses
pengembangan kurikulum merupakan bagian kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus, rangkaian kegiatan itu digambarkan sebagai berikut:
Orientasi
Evaluasi P Pengembangan
Implementasi
Gambar 2
Siklus Pengembangan Kurikulum
Dari gambar siklus pengembangan kurikulum di atas, bahwa
pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum,
yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah tujuan dan pandangan
pendidikan tentang hakekat belajar, anak didik, keberhasilan implementasi
kurikulum dan lain sebagainya. Berdasarkan orientasi tersebut, selanjutnya
dikembangkan kurikulum menjadi pedoman pembelajaran, kemudian
diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dievaluasi. Hasil evaluasi
itulah kemudian dijadikan bahan dalam menentukan orientasi, begitu
seterusnya.
34 Wina Sanjaya, Kurikulum…, hlm.77.
72
Mengacu pada siklus pengembangan kurikulum di atas, maka tampak
bahwa pengembangan kurikulum itu pada hakikatnya adalah pengembangan
komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri serta
pengembangan komponen pembelajaran sebagai implementasi kurikulum.
Dengan demikian, maka pengembangan kurikulum memiliki dua sisi yang
sama pentingnya, yaitu sisi kurikulum sebagai pedoman yang kemudian
membentuk kurikulum tertulis (written curriculum atau document curriculum)
dan sisi kurikulum sebagai implementasi (curriculum implementation) yang
tidak lain adalah sistem pembelajaran.
Proses pengembangan berbeda dengan dengan perubahan dan
pembinaan kurikulum. Perubahan kurikulum adalah kegiatan atau proses yang
disengaja manakala berdasarkan hasil evaluasi ada salah satu atau beberapa
komponen yang harus diperbaiki atau diubah, sedangkan pembinaan adalah
proses untuk mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang sedang
dilaksanakan. Dengan demikian, pengembangan menunjuk pada proses
merancang dan pembinaan adalah implementasi dari hasil pengembangan.
Oleh sebab itu, pengembangan dan pembinaan kurikulum merupakan dua
kegiatan yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Justru makna suatu
kurikulum akan dapat dirasakan manakala diimplementasikan, dan hasil
implementasi itu selanjutnya akan memberikan masukan untuk
menyempurnaan rancangan. Inilah hakikat pengembangan kurikulum yang
membentuk siklus. 35
35 Ibid., hlm. 32-34.
73
1. Landasan Pengembangan Kurikulum
Beragam pendapat para ahli tentang asas-asas atau landasan
pengembangan kurikulum, menurut Nana Sudjana menyebutkan ada tiga
landasan, yaitu landasan filosofis, landasan sosial budaya dan landasan
psikologis.36
S. Nasution menyebutkan ada empat landasan, yaitu landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan
organisatoris.37 Nana Syaodih Sukmadinata menyebutkan ada empat
landasan, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial
budaya dan landasan perkembangan ilmu teknologi38. Sedangkan Omar
Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany menyebutkan empat landasan yaitu
landasan agama, landasan falsafah, landasan psikologis, dan landasan
sosiologis.39
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa
landasan pengembangan kurikulum ada empat, yaitu:
a. Landasan Agama
Landasan agama ini muncul terutama dari pemikir pendidikan
Islam, yang umumnya mempunyai pendirian bahwa segala sistem yang
ada dalam masyarakat, termasuk sistem pendidikan Islam, harus
36 Nana Sudjana, Pembinaan …, hlm. 3.
37 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Edisi Kedua, Cet. Kelima (Jakarta: Bumi Aksara,2003), hlm. 14.
38 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 58.
39 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. HasanLanggulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 523
74
meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumya pada ajaran agama
Islam. dalam Islam, sumber ajaran agama yang pokok adalah al-Qur’an
dan as-Sunnah, dan sumber lainnya adalah ijtihad. Dari sumber-sumber
inilah aspek-aspek atau unsure-unsur pendidikan dikembangkan, seperti
rumusan tujuan pendidikan, materi dan strategi pelaksanaannya.40
b. Landasan Filosofis
Istilah filsafat berasal dari kata philein yang berarti cinta atau
suka sekali sesuatu. Kata shopia berarti kebajikan atau kebijaksanaan.
Dengan demikian jelas bahwa orang yang mempelajari filsafat
diharapkan akan menjadi orang bijaksana dalam tingkah lakunya.41
Dasar falsafah, dasar ini memberi arah dan kompas tujuan
pendidikan. Dengan dasar filosofis sehingga susunan kurikulum
mengandung satu kebenaran terutama kebenaran dibidang nilai nilai
sebagai pandangan hidup yang diyakini dari suatu kebenaran. Hal
tersebut karena satu kajian filsafat adalah sistem nilai, baik yang
berkaitan dengan cara hidup dan kehidupan, norma norma yang muncul
dari individu sekelompok masyarakat ataupun bangsa yang
dilatarbelakangi pengaruh agama, adat istiadat dan konsep individu
tentang pendidikan.42
40 Ibid., hlm. 524.
41 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002), hlm.12.42 Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru, 1989),
hlm. 12-13.
75
c. Landasan Psikologis
Dasar Psikologis, dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis
anak didik yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, kematangan,
bakat bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi, sosial, kebutuhan dan
keinginan individu, minat dan kecakapan. Dasar psikologis terbagi
kepada dua macam, yaitu: pertama psikologi belajar, hakikat anak itu
dapat dididik, dibelajarkan dan diberikan sejumlah materi dan
pengetahuan. Disamping itu hakikat anak dapat merubah sikapnya serta
dapat menerima norma norma, dapat mempelajari keterampilan
keterampilan berpijak dari kemampuan anak tersebut. Oleh karena itu
bagaimana kurikulum memberikan peluang belajar bagi anak tersebut
dan bagaimana proses belajar berlangsung, serta dalam keadaan
bagaimana anak itu memberi hasil yang sebaik baiknya.
Kedua psikologi anak, setiap anak mempunyai kepentingan
yakni untuk mendapatkan situasi situasi belajar kepada anak anak untuk
mengembangkan bakatnya. Oleh karena itu wajarlah bila anak
merupakan faktor penentu dalam pembinaan kurikulum yang
berlangsung selama proses belajar mengajar.43
d. Landasan Sosial Budaya
Yang dimaksud dengan landasan sosial budaya adalah
pentingnya aspek-aspek sosial dan budaya yang berkembang di
masyarakat dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum. Hal ini
berangkat dari satu premis bahwa pendidikan lahir dari, oleh, dan untuk
43 S. Nasution, Asas-Asas …, hlm. 22-23.
76
masyarakat dan budaya. Di sini ada hubungan timbal balik yang
harmonis antara pendidikan, masyarakat dan budaya.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, ada tiga sifat penting
pendidikan dalam hubungannya dengan masyarakat. Pertama, pendidikan
mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Hal itu
disebabkan karena pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi
anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan masyarakat.
Karena tujuan pendidikan mengandung nilai, maka isi pendidikan harus
memuat nilai. Kedua, pendidikan diarhkan pada kehidupan dalam
masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi
menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Generasi muda
perlu mengenal dan memahami apa yang ada dalam masyarakat,
memiliki kecakapan-kecakapan untuk dapat berpartisipasi dalam
masyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung
oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.
Kehidupan masyarakat berpengaruh terhadap proses pendidikan, karena
pendidikan sangat melekat dengan kehidupan masyarakat. Proses
pendidikan merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan membutuhkan dukungan dari lingkungan
masyarakat, penyediaan fasilitas, personalia, sistem sosial budaya,
politik, keamanan dan lain-lainnya.44
44 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan…, hlm. 58-59.
77
2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan
pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau
hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan
kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang
dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip
baru.
Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga
pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda
dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga
akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu
pengembangan kurikulum.
Dalam buku-buku yang membahas tentang pengembangan
kurikulum disebutkan adanya sejumlah prinsip umum: yaitu prinsip
berorientasi pada tujuan, relevansi, efektivitas, praktis atau efisiensi,
fleksibilitas, dan kontinuitas, belajar seumur hidup, dan sinkronisasi.45
3. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk
pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
45 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum …, hlm. 150-152; HendyatSoetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: BinaAksara, 1986), hlm. 48-53; Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum:Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan (Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm. 148-159.
78
pengembangan kurikulum. Dilihat dari cakupan pengembangannya, ada
empat pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan kurikulum.
a. Pendekatan Subyek Akademik
Pendekatan ini merupakan pendekatan kurikulum yang berpusat
pada pengetahuan yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu.
Penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa.
Kurikulum ini dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan
disiplin ilmu masing-masing. Mereka menyusun materi pembelajaran
yang harus dikuasai oleh siswa baik menyangkut data dan fakta, konsep
maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu mereka masing-
masing. Materi pembelajaran tentu saja disusun sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa.46
b. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak
dari ide “mamanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan
member peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar
evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan humanistik.47
Konsep kurikulum yang humanistik ini memindahkan titik berat
pendidikan dari bahan pelajaran kepada anak sebagai individu
keseluruhan. Untuk itu diusahakan integrasi antara aspek afektif
(perasaan, sikap, nilai-nilai) dengan aspek kognitif (pengetahuan dan
46 Rusman, Manajemen …, hlm. 51
47 Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan PelakuSosial Kreatif, Edisi V. Cet. Kedua (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003), hlm. 78
79
kemampuan intelektual), sehingga apa yang dipelajari mempunyai makna
pribadi bagi anak. Maka karena itu, lebih banyak diberi kesempatan
kepada anak untuk memilih dari berbagai alternatif sesuai dengan
maknanya bagi kehidupannya dengan bertanggung jawab atas pilihannya
itu.48
c. Pendekatan Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.
Aliran pendidikan tersebut berpijak pada asumsi bahwa pendidikan
bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja
sama. Kerja sama atau inetraksi bukan hanya terjadi antara peserta didik
dengan pendidik, tetapi juga antara peserta didik dengan peserta didik,
peserta didik dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber
belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini peserta didik
berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapi dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.49
4. Model-Model Pengembangan Kurikulum
Model-model pengembangan kurikulum merupakan bagian integral
dalam studi pengembangan kurikulum, bahkan sering dianggap bagian yang
lebih penting dibandingkan dengan dimensi lain, karena hasil akhir dari
proses pengembangan kurikulum adalah kurikulum yang siap dan layak
pakai.
48 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum. Cet. Keenam (Bandung: Citra Aditya Bakti,2003), hlm. 21.
49 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum …, hlm. 91.
80
Kegiatan pengembangan kurikulum perlu ditempuh melalui langkah-
langkah tertentu secara sistematis sehingga dapat dihasilkan kurikulum yang
baik. Oleh karenanya kegiatan pengembangan kurikulum memerlukan suatu
model yang dapat dijadikan landasan teoritis untuk melaksanakan kegiatan
tersebut. Dalam pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis
tentang proses pengembangan kurikulum.50 Dengan perkataan lain, model
pengembangan kurikulum merupakan teori-teori tentang langkah-langkah
pengembangan kurikulum.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, menjelaskan bahwa
“Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan
atas kelebihan dan kebaikannya serta pencapaian hasil yang optimal, tetapi
juga perlu disesuaikan dengan system pendidikan dan sistem pengelolaan
pendidikan yang dianut, serta model konsep pendidikan mana yang
digunakan”.
Ada banyak model pengembangan kurikulum yang telah
dikemukakan oleh para ahli pendidikan khususnya bidang kurikulum.
Dalam uraian berikut akan dikemukakan di antara model-model tersebut
yang dianggap cukup berpengaruh pada praktek penyusunan kurikulum
dewasa ini.
Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat
diterapkan dalam pelaksanaannya. Namun ada hal yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam menerapkan model pengembangan kurikulum yang
mungkin dapat diterapkan. Hal tersebut adalah penerapan model model
50 Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar …, hlm. 163.
81
tersebut sebaiknya didasarkan pada faktor faktor yang konstan sehingga
ulasan ulasan tentang model model yang dibahas dapat terungkapkan secara
konsisten. Model model pengembangan kurikulum antara lain model
pengembangan kurikulum menurut Robet S. Zails, yaitu:
1) Model Administrative (line-staff) Model
Model ini dikenal dengan adanya garis staf atau model dari atas ke
bawah. Kerjanya model ini adalah pejabat pendidikan membentuk panitia
pengarah yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah
dan staf pengajar inti. Panitia pengarah ini bertugas merencanakan
memberikan pengarahan tentang garis besar kebijakan, menyiapkan
rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan. Selesai pekerjaan
tersebut mereka menunjuk kelompok kelompok kerja sesuai dengan
keperluan anggota. Kelompok kerja umumnya terdiri atas staf pengajar
dan spesialis kurikulum. Tugasnya adalah menyusun tujuan khusus, isi
dan kegiatan belajar. Hasil pekerjaan direvisi oleh panitia pengarah. Bila
dipandang perlu dan meskipun hal ini jarang terjadi, akan diadakan uji
coba untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya.51
2) The Grass Roots Model.
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama.
Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum bukan datang dari atas
tetapi dari bawah, yaitu guru atau sekolah. Model ini akan berkembang
dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model
pengembangan yang bersifat grass roots ini seorang guru, sekelompok
51 Rusman, Manajemen …, hlm. 78-79.
82
guru, atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya
pengembangan kurikulum.
Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan
sutu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi atau seluruh
bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya telah
memungkinkan baik dilihat dari kemampuan guru, fasilitas, biaya
maupun bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass roots
akan lebih baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah
perencana, pelaksana dan penyempurna dari pengajaran kelas.
Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots mungkin hanya
berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin
pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau
keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain52.
4.Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam
penelitian kebijaksanaan pendidikan pada umumnya maupun pada
pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil hasil evalusai kurikulum
dapat dipergunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan
para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan
kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan
model kurikulum yang digunakan.
52 Ibid…, hlm. 80.
83
Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor:53
a.Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena
yang terus berubah.
b.Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah ubah
sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan.
c.Evaluasi kurikulum merupakan sautu usaha yang dilakukan oleh
manusia yang sifatnya juga berubah.
Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus
menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sitem
pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga
meliputi rintangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat informal
sampai yang bersifat formal. 54
Komponen komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat
luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil
belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan
implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemajuan
dan kemampuan siswa, sarana fasilitas dan sumber sumber belajar.
Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum
apakah direvisi atau diganti. Evaluasi kurikulum sangat penting
dilakukan karena evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi
53 Malcolm Skillback, Evaluating the Curriculum in the Eighties (London: Houder andStoughton, 19830, hlm. 50.
54 Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung, RemajaRosdakarya, 2000), hlm. 173
84
mengenai kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi kurikulum tersebut
terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang
mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan
apakah kurikulum tersebut masih dijalankan, perlu direvisi atau
kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru.
Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai
kelemahan-kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat
dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal
dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses
berjalan. Evaluasi kurikulum juga dapat menilai kebaikan kurikulum
apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang
dikenal dengan evaluasi sumatif.55
Arah kajian dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
sejauh mana implementasi kurikulum di pondok pesantren salafiyah
Al-Hikmah setelah adanya Realisasi dari Dirjen Pendidikan Islam
Departemen Agama dan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional.
55 Ibid., hlm. 119.