BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI...

20

Click here to load reader

Transcript of BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI...

Page 1: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

17

BAB II

GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN

II.1. Sejarah Singkat Etnis Muslim Melayu di Thailand Selatan

Thailand merupakan negara dengan penduduk mayoritas etnis Thai.

Namun berbeda halnya dengan kawasan Thailand Selatan yang terbagi

menjadi 4 provinsi, yaitu Yala, Narathiwat, Pattani dan Songkhla. Tiga dari

keempat provinsi tersebut yaitu Yala, Narathiwat dan Pattani masyarakatnya

didominasi oleh etnis Muslim Melayu. Masyarakat etnis Muslim Melayu yang

hidup dan berdomisili di kawasan Thailand Selatan ini mencapai 80% dari

total penduduk yang ada disana. Keadaan ini membuat kehidupan sosial etnis

Muslim Melayu di Thailand Selatan berbeda dengan wilayah lain. Perbedaan

tersebut mencakup perbedaan bahasa, tulisan, dan tata cara kehidupan yang

berbeda dengan etnis lain pada umumnya (McCargo, 2010:1).

Keberadaan etnis Muslim Melayu yang terpusat di Thailand bagian

selatan ini tidak lepas dari sejarah kawasan Thailand Selatan. Provinsi Pattani,

Narathiwat, Songhkla, dan Yala yang berada di kawasan Thailand Selatan

sebelumnya merupakan bagian dari kerajaan Pattani. Kerajaan Pattani ialah

Kerajaan Melayu berdaulat dengan mayoritas penduduknya merupakan etnis

Page 2: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

18

Muslim Melayu. Kerajaan Patani dikenal sebagai kerajaan penting penyebar

agama Islam dan pertumbuhan perdagangan karena Kerajaan Pattani

merupakan satu-satunya kota pelabuhan dan pusat perdagangan Islam yang

memiliki pengaruh yang kuat di perairan Laut Cina Selatan. Hal ini

menjadikan Kerajaan Pattani menjadi salah satu simbol kejayaan Melayu pada

masanya. Kerajaan Pattani memiliki kekayaan sumber daya alam yang

melimpah. Kekayaan alam kerajaan Pattani meliputi emas, timah, laka, kapur

barus, gerahu serta emboni. Banyak negara yang datang untuk melakukan

perdagangan maupun sekedar berkunjung ke Pattani. Karena pengaruhnya

dalam perdagangan dan kekayaan alamnya itulah, kerajaan ini menjadi

kerajaan yang diperhitungkan keberadaannya (Yuniarto, 2004:3).

Kerajaan Pattani yang memiliki wilayah yang sangat strategis menjadi

incaran Kerajaan Siam yang ingin melakukan ekspansi wilayah dan

menguasai kerajaan yang memiliki salah satu pelabuhan penting di perairan

Laut Cina Selatan tersebut. Diantara tekanan yang dilakukan Kerajaan Siam

dan gempuran dari imperialisme barat, Kerajaan Siam yang saat itu

melakukan kerjasama dengan Kerajaan Inggris berhasil menaklukkan

Kerajaan Pattani. Penyerahan wilayah Kerajaan Pattani ke Kerajaan Siam oleh

Inggris dilakukan pada tahun 1909 di Bangkok dan dikenal dengan Anglo

Siam Treatment (Thnaprarnsing, 2009: 3).

Page 3: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

19

Perjanjian Anglo Siam Treatment menyatakan berakhirnya kekuasaan

Kerajaan Pattani dan wilayah kerajaan ini sebelumnya sah menjadi wilayah

dibawah kekuasaan Kerajaan Siam. Wilayah Kerajaan Pattani tersebut adalah

Patani, Teluban (sekarang Narathiwat), Jalor (sekarang Yala), dan sebagian

wilayah Senggora (sekarang dikenal dengan nama Songkhla). Dikuasainya

wilayah Kerajaan Pattani oleh Kerajaan Siam mengakibatkan penduduk yang

berada di wilayah tersebut harus tunduk terhadap segala peraturan yang

diberlakukan Kerajaan Siam dan identitas mereka sebagai warga Kerajaan

Pattani resmi berganti menjadi warga Kerajaan Siam atau sekarang dikenal

sebagai Thailand.

Bergabungnya wilayah serta penduduk yang dulunya merupakan

Kerajaan Pattani ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam menimbulkan

permasalahan baru. Permasalahan yang terjadi mulai dari anggapan dari etnis

Muslim Melayu yang dulunya merupakan warga Kerajaan Pattani bahwa

pemerintahan Siam yang sekarang Thailand cenderung menyudutkan mereka,

hingga tidak diakuinya kekuasaan Thailand atas wilayah Kerajaan Pattani. Isu

– isu tersebut kemudian semakin meluas dan menimbulkan aksi protes yang

berujung pada aksi kekerasan dan gerakan etnonasionalisme yang dilakukan

oleh etnis Muslim Melayu.

Page 4: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

20

II.2. Faktor – faktor Munculnya Gerakan Etnonasionalisme di Thailand

Selatan

Kekerasan yang kerap terjadi di Thailand Selatan ini dilakukan oleh

kelompok etnonasionalis etnis Muslim Melayu yang merasa tergerak untuk

melakukan perubahan nasib kaum mereka. Hal ini terjadi karena adanya

ketidak-sepahaman antara etnis ini dengan kebijakan – kebijakan yang

diterapkan oleh Pemerintah Thailand di Thailand Selatan. Terdapat pula

beberapa faktor lain yang melatar belakangi terjadinya gerakan

etnonasionalisme yang terjadi di Thailand Selatan ini. Menurut Thnaprarnsing

(2009), faktor-faktor tersebut adalah faktor sejarah, faktor ekonomi dan sosial

serta faktor budaya.

II.2.1. Faktor Sejarah

Semenjak ditanda-tanganinya perjanjian Anglo Siam Treatment pada

tahun 1909 di Bangkok, keempat wilayah yang dulunya merupakan wilayah

kekuasaan Kerajaan Pattani yaitu Patani, Narathiwat, Yala dan Songkhla

resmi menjadi wilayah Thailand. Hal ini memaksa etnis Muslim Melayu yang

merupakan penduduk mayoritas di keempat wilayah tersebut untuk hidup

berdampingan dengan penduduk Thailand yang merupakan mayoritas etnis

Thai. Etnis Muslim Melayu yang sebelumnya menjadi mayoritas, kini

Page 5: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

21

menjadi kaum minoritas di Thailand dengan jumlah hanya sekitar 7,5% dari

jumlah total penduduk Thailand (Yusuf, 2010:2).

Sebagai etnis yang pernah menjadi simbol kejayaan Muslim Melayu di

Asia, menjadi etnis minoritas dalam sebuah negara merupakan sebuah

perubahan besar bagi kehidupan sosial mereka. Ditambah lagi, etnis ini

terpaksa menjadi bagian dari sebuah negara yang memang memiliki hubungan

kurang baik sejak lama. Seperti yang sudah dipaparkan diatas, saat Kerajaan

Patani mengalami kejayaan karena sumber alam yang melimpah dan kejayaan

maritimnya, hubungan dengan Kerajaan Siam yang sekarang menjadi

Thailand tidak terlalu harmonis. Kerajaan Siam kala itu yang memiliki

wilayah berdampingan dengan Kerajaan Patani beberapa kali melakukan

upaya untuk merebut wilayah Kerajaan Patani.

Etnis Muslim Melayu yang tinggal di wilayah Kerajaan Patani yang

kini menjadi wilayah Thailand hanya sedikit yang mengakui kekuasaan

Thailand. Banyak dari mereka beranggapan bahwa masuknya wilayah

Kerajaan Patani menjadi wilayah Thailand bukan karena penundukan

Thailand, tapi karena campur tangannya imperialisme barat kala itu. Kalahnya

Kerajaan Pattani oleh Kerajaan Siam dianggap semata- mata karena bantuan

persenjataan dan militer dari Inggris yang memang menjalin kerjasama

dengan Kerajaan Siam. Mereka tidak mengakui kedaulatan Pemerintah

Thailand akan wilayah Patani dan sekitarnya. Etnis ini menginginkan

Page 6: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

22

kejayaan mereka bisa terulang serta mampu menjadi pemimpin di tanah

sendiri, dan bukan menjadi bagian dari Thailand.

II.2.2. Faktor Ekonomi dan Pendidikan

Kemiskinan dan permasalahan ekonomi dianggap sebagai salah satu

faktor dibalik terjadinya kekerasan dan pemberontakan di Thailand Selatan.

Meskipun wilayah Thailand Selatan merupakan wilayah yang kaya akan

sumber daya alam, namun masih banyak masyarakat disana yang ekonominya

berada dibawah garis kemiskinan. Bahkan dari seluruh wilayah di Thailand,

sebagian daerah yang masih kumuh dan menjadi daerah miskin adalah berada

di wilayah selatan ini. Pada tahun 2000 terdapat 610.000 penduduk yang

berada dibawah garis kemiskinan, 45% diantaranya merupakan penduduk

etnis Muslim Melayu di wilayah Thailand Selatan.

Kemiskinan yang terjadi di Thailand Selatan disebabkan karena

ketidak-merataan pembangunan dan ekonomi dari Pemerintah Thailand.

Sumber daya alam di Thailand Selatan yang melimpah seperti minyak, ikan,

hasil hutan dan sumber ekonomi lainnya memang dikelola diwilayah ini,

namun akses ekonominya hanya dinikmati oleh sebagian kecil warga Thailand

Selatan. Yang menikmati hasil pengelolaan tersebut adalah komunitas yang

beragama Budha dan keturunan Tionghoa. Sedangkan etnis Muslim Melayu

Page 7: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

23

yang merupakan kaum pribumi hanya sebagai pekerja bawah dengan bayaran

yang sedikit.

Masyarakat Patani yang merupakan etnis Muslim Melayu hanya

bekerja sebagai pelengkap dalam tatanan perekonomian di Thailand Selatan.

Mereka hanya dipekerjakan sebagai buruh kasar, nelayan, pedagang kecil

serta sebagai buruh di sektor transportasi. Sangat sedikit dari etnis Muslim

Melayu yang menduduki posisi penting dalam pekerjaan. Keadaan ini

membuat etnis Muslim Melayu merasa tersingkir secara perlahan. Dengan

kekayaan alam di Thailand Selatan yang sebagian besar keuntungannya

digunakan untuk melakukan pembangunan di daerah lain, warga etnis Muslim

Melayu yang menjadi warga dominan di Thailand Selatan ini merasa

dirugikan. Daerah mereka hanya mendapatkan kerugian dari proses

penambangan dan pengolahan sumber daya alam seperti kerusakan ekologi,

pencemaran tanah, air maupun udara.

Salah satu faktor mendasar yang mempengaruhi kemiskinan di

Thailand Selatan adalah faktor pendidikan. Terjadi ketimpangan perhatian

antara etnis Thai dengan etnis Muslim Melayu dalam hal pendidikan. Sebagai

perbandingan, 69,80% penduduk etnis Muslim Melayu hanya merupakan

lulusan sekolah dasar, dan hanya 9,20% dari penduduk etnis Muslim Melayu

yang mengenyam pendidikan setingkat SMP, sedangkan penduduk etnis Thai

yang sudah lulus pendidikan setingkat SMP mencapai 13,20% dalam provinsi

Page 8: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

24

yang sama. Begitu halnya dengan penduduk etnis Muslim Melayu yang

mengenyan pendidikan sarjana hanya 1.70% dibandingkan dengan penduduk

etnis Thai yang mencapai 9.70% dalam wilayah yang sama. Selain itu,

pendidikan yang diterima oleh penduduk di wilayah Thailand Selatan semua

menggunakan bahasa dan tulisan Thai. Faktor lainnya adalah faktor lapangan

pekerjaan. Jabatan pemerintahan di wilayah Thailand Selatan 19.20%

pegawainya merupakan etnis Thai, sementara etnis Muslim Melayu hanya

2.4%. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan perhatian yang diberikan

Pemerintah Thailand terhadap etnis Muslim Melayu di wilayah Thailand

Selatan dibandingkan dengan etnis lain di wilayah yang sama (Slagter dan

Kerbo, 2000:77).

II.2.3. Faktor Budaya

Penanda tanganan Anglo Siam Treatment yang menyatakan wilayah

Patani menjadi wilayah Thailand menimbulkan masalah bagi etnis Muslim

Melayu yang hidup disana. Mereka harus beradaptasi dengan situasi dan

aturan-aturan yang baru. Kehidupan Thailand yang mayoritas merupakan etnis

Thai sangat berbeda dengan mereka yang terbiasa hidup dalam aturan

Kerajaan Patani. Perbedaan ini mencakup cara hidup, cara berkomunikasi,

perbedaan keyakinan akan agama, hingga perbedaan dalam bermasyarakat.

Page 9: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

25

Kehidupan masyarakat etnis Muslim Melayu kemudian berubah total.

Dibawah kekuasaan Thailand sebagai kaum minoritas, etnis Muslim Melayu

ini mengalami berbagai macam tekanan dan diskriminasi dari etnis Thai.

Orang Thai menyebut warga etnis Muslim Melayu sebagai Khaek

yang berarti orang luar atau pendatang. Khaek secara umum juga digunakan

orang Thai untuk menggambarkan orang yang memiliki kulit sawo matang

seperti pendatang – pendatang dari Asia Selatan. Lama berselang, istilah

Khaek ini digunakan sebagai stereotip terhadap etnis Muslim Melayu. Istilah

Khaek digunakan untuk menggambarkan etnis Muslim Melayu yang malas,

jorok, kotor, miskin dan hal-hal negatif lainnya. Intinya adalah orang Thai

menganggap bahwa etnis Muslim Melayu memiliki derajat yang lebih rendah

dari mereka etnis Thai.

Sebaliknya etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai sebagai

orang yang berlaku sewenang – wenang, menindas, memerangi serta dianggap

sebagai kaum jahiliyah. Kaum etnis Muslim Melayu juga menyebut etnis Thai

sebagai kaum kafir dan kelompok penyembah patung. Sebagai etnis yang

pernah memiliki masa kejayaan dimasa kerajaan Patani, etnis Muslim Melayu

tidak menerima perlakuan etnis Thai yang menganggap etnis Muslim Melayu

lebih rendah. Bagi etnis Muslim Melayu, etnis Thai dianggap sebagai kaum

yang memiliki sifat zalim dan harus diperangi karena bertentangan dengan

hukum Islam (Yuniarto, 2004:9).

Page 10: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

26

Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai sebagai etnis penjajah.

Etnis ini menganggap hubungannya dengan Pemerintah Thailand bukan

seperti rakyat pada penguasanya, namun menganggap sebagai hubungan

antara penjajah dengan yang dijajah. Anggapan ini muncul karena etnis ini

merasa mereka tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah layaknya

warga negara pada umumnya. Etnis ini merasa asing dan tidak bisa berbaur

dengan kehidupan dan aturan yang berlaku di Thailand.

Anggapan ini kemudian semakin besar pasca diberlakukannya

kebijakan dari Pemerintah Thailand yang dianggap diskriminatif. Salah satu

kebijakan yang diberlakukan Pemerintah Thailand adalah kebijakan untuk

melakukan integrasi sosial di wilayah Thailand untuk meningkatkan stabilitas

negara. Kebijakan ini bertujuan untuk membentuk semangat patriotisme dan

menumbuhkan jiwa nasionalisme di masyarakat Thailand. Kebijakan yang

diberlakukan Pemerintah Thailand ini berlandaskan pada tiga asas utama

yaitu, asas satu agama, satu kerajaan, dan tunduk pada kekuasaan raja (Thai

Rak Tai) (Yuniarto, 2005:92).

Etnis Muslim Melayu dipaksa untuk menjadi satu dengan etnis Thai

secara keseluruhan. Hal itu mencakup agama yang dianut, bahasa, tulisan dan

tata cara hidup sehari-hari. Pemaksaan tersebut diwujudkan dengan

dikeluarkannya kebijakan asimilasi budaya. Seperti yang sudah disebutkan

sebelumnya, asimilasi budaya berarti proses pengadopsian suatu budaya akan

Page 11: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

27

budaya lain secara spesifik yang berakibat pada nilai-nilai budaya asli akan

memudar. Kebijakan ini dimulai dengan memberlakukan aturan tentang

pakaian sehari – hari. Aturan seperti pelarangan penggunaan sarung, kopiah,

kerudung, sandal serta mengunyah sirih bagi etnis Muslim Melayu. Mereka

diwajibkan untuk memakai pakaian yang lebih modern seperti celana panjang

serta kemeja.

Kebijakan asimilasi ini juga mencakup hal – hal mendasar seperti

nama seseorang. Etnis Muslim Melayu dihimbau untuk mengganti nama

mereka menjadi nama yang sesuai dengan etnis Thai. Nama – nama yang

mengandung unsur Muslim atau Melayu tidak diperkenankan penggunaannya.

Bagi etnis Muslim Melayu yang tidak mengikuti aturan ini atau

mempertahankan nama Melayu mereka terancam tidak akan mendapatkan

promosi karir atau bahkan tidak mendapatkan pekerjaan (Yuniarto, 2005:107).

Dalam tulisan Yuniarto (2004), dipaparkan bahwa asimilasi budaya di

Thailand Selatan dilakukan dengan cara mewajibkan pendidikan sekuler bagi

masyarakat Thailand, termasuk etnis Muslim Melayu dan menjadikan bahasa

Thai sebagai bahasa nasional. Kewajiban menempuh pendidikan sekuler

menjadikan pemondokan (pesantren) yang sebelumnya merupakan tempat

utama masyarakat etnis Muslim Melayu mendapat pendidikan, kini hanya

menjadi tempat pendidikan tambahan. Begitu pula dengan bahasa yang

masyarakat etnis Muslim Melayu pergunakan. Bahasa Melayu yang sehari-

Page 12: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

28

hari mereka gunakan dalam berinteraksi dilarang dan diwajibkan

menggunakan bahasa Thai. Aturan ini berlaku bagi seluruh warga Thailand,

dan bagi masyarakat etnis Muslim Melayu yang tetap memasukkan anaknya

untuk mengenyam pendidikan di pondok maupun menggunakan bahasa

Melayu akan dinyatakan melanggar hukum.

Kebijakan ini langsung memicu emosi etnis Muslim Melayu. Etnis

untuk melakukan protes dan pemberontakan terhadap Thailand. Aksi

kekerasan pun tak terhindarkan antara pihak etnis Muslim Melayu dengan

Pemerintah Thailand. Mereka tidak mau identitas mereka sebagai etnis

Muslim Melayu digantikan menjadi identitas Thai demi kepentingan nasional.

Identitas sebagai etnis Muslim Melayu menurut mereka merupakan suatu

warisan leluhur yang harus dipertahankan dan dilindungi. Mereka menuntut

adanya penghormatan terhadap identitas mereka sebagai etnis yang sudah ada

selama berabad-abad.

II.3. Aktor – aktor yang Terlibat dalam Gerakan Etnonasionalisme di

Thailand Selatan

Kekerasan yang terjadi di Thailand Selatan memang sudah lama

terjadi, tepatnya dimulai sejak abad ke-19. Ketegangan yang terjadi karena

ketidak-harmonisan hubungan antara etnis Muslim Melayu dengan

Page 13: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

29

Pemerintah Thailand ini intens terjadi dan tidak menemukan solusi. Kedua

pihak saling memperjuangkan kepentingan masing – masing. Dimana etnis

Muslim Melayu memperjuangkan kedaulatan mereka sebagai etnis Muslim

Melayu yang mampu berdiri sendiri dan identitas mereka yang ingin

dihormati. Sedangkan Pemerintah Thailand adalah untuk mempertahankan

kedaulatan dan keutuhan wilayah negara Thailand.

Awalnya kekerasan yang terjadi di Thailand Selatan hanya

berlangsung secara acak dan tidak terorganisir. Pengrusakan dan bentrokan

yang terjadi hanya dalam skala kecil. Namun kekerasan berkembang menjadi

semakin berbahaya karena munculnya aktor – aktor yang merangkul dan

mengorganisir pemberontak. Adanya aktor – aktor ini merubah bentuk, dan

cara kekerasan yang terjadi di Thailand Selatan. Kekerasan menjadi

terorganisir dan terjadi secara terencana serta semakin efektif dalam

menimbulkan dampak negatif bagi Thailand Selatan.

Ada banyak aktor yang terlibat dalam kekerasan di Thailand Selatan.

Seperti Barisan Revolusi Nasional Coordinate (BRN - C), Pattani United

Liberation Organization (PULO), dan Gerakan Mujahidin Islam Pattani

(GMIP). Beberapa laporan resmi dari militer menyatakan adanya keterlibatan

dan pengaruh organisasi internasional dalam kekerasan yang terjadi seperti

Al-Qaeda (AQ) dan Jemaah Islamiyah (JI). Namun karena modus operandi

yang berbeda, dimana AQ dan JI tidak pernah dilaporkan menjalankan

Page 14: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

30

serangan terhadap sekolah dan kamp militer seperti yang dilakukan kaum

pemberontak di Thailand Selatan, kemungkinan keterlibatan organisasi

internasional ini sangatlah kecil (Thnaprarnsing, 2009:3).

II.3.1. Barisan Revolusi Nasional Coordinate (BRN – C)

Barisan Revolusi Nasional (BRN) terbentuk pada bulan Maret 1963

oleh Jaji Abdul Karim Hassan dan memiliki hubungan erat dengan Partai

Komunis di Malaysia. Namun pada tahun 1984, BRN pecah menjadi 3 fraksi

yang berbeda karena adanya perbedaan pendapat mengenai prospek BRN

kedepannya diantara petinggi organisasi ini. BRN pecah menjadi BRN –

Congress, BRN – Coordinate dan BRN – Uran. Diantara ketiga pecahan BRN

ini, Barisan Revolusi Nasional Coordinate (BRN – C) merupakan yang paling

luas dikenal dan paling berpengaruh dari kedua pecahan BRN yang lainnya

(Yuniarto, 2005:7).

BRN – C merupakan sebuah organisasi Islamis yang paling menonjol

dari ketiga pecahan BRN yang lain. Hal ini dikarenakan BRN – C merupakan

pecahan BRN yang memiliki perencanaan dan strategi yang matang dalam

mengembangkan dan memperbesar pengaruh organisasinya. BRN – C

berkembang menjadi jaringan yang besar dengan memanfaatkan tempat

ibadah serta sekolah – sekolah keagamaan sebagai sarana penyebaran

Page 15: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

31

ideologinya. Beberapa informan dari aparat Thailand mengatakan adanya

kemungkinan beberapa sekolah yang bersifat keagamaan memiliki peran

penting dalam perekrutan anggota pemberontak. Mereka menduga adanya

pelatihan fisik dan militer, atau guru sekolah tersebut telah memberikan

doktrin terhadap muridnya dengan ideologi yang bersifat fundamental.

(Reuters, May 7 , 2004).

Jumlah anggota dari BRN – C ini masih belum diketahui secara pasti.

Namun pihak pemerintah Thailand mengatakan bahwa organisasi ini

diperkirakan memiliki sekitar 1.000 anggota. Semua itu terdiri dari tokoh-

tokoh simpatisan, beberapa dari kalangan guru serta ustad. Sekolah – sekolah

yang dimaksud antara lain Thamawittiya Foundation School di Yala,

Samphan Wittaya School, Jihad Wittaya School dan Pattani Islam. Beberapa

guru dari sekolah – sekolah tersebut ditangkap oleh aparat karena kepemilikan

senjata, bahan baku pembuat bom dan beberapa video tutorial pembuatan

bom. Beberapa tokoh BRN – C yang dikenal saat ini pernah mengikuti

pelatihan di Afganishtan adalah Masae Useng, Sapaeng Basoe, Abdullah

Munir, Duloh Waeman (Ustadz Loh), Abroseh Parehruepoh, Abdulkanin

Kalupang, Isma-ae Toyalong, Arduen Mama, Bororting Binbuerheng dan

Yusuf Rayalong (Ustadz Isma-ae). BRN – C ini merupakan organisasi

terstruktur dan memiliki banyak jaringan. Diperkirakan sebanyak 70% dari

Page 16: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

32

seluruh desa di kawasan Thailand Selatan sedikitnya 5 hingga 10 warganya

merupakan anggota BRN-C (Abuza, 2006:1)

BRN – C merupakan salah satu organisasi pemberontak yang memiliki

peran penting dalam mengkoordinasi orang – orang dan mengarahkan gerakan

– gerakan pemberontakan yang terjadi. Organisasi ini menggunakan dua

pendekatan dalam menjalankan rencananya, pertama adalah menggunakan

agama sebagai alat untuk memobilisasi massa dan yang kedua adalah

menanamkan doktrin kepada generasi muda etnis Muslim Melayu untuk

melawan tekanan – tekanan yang dilakukan oleh Pemerintah Thailand. BRN –

C menjadikan biksu dan sipil sebagai target serangan. Hal ini mengakibatkan

banyak warga dari etnis Thai yang beragama Budha keluar dan meninggalkan

desanya demi menyelamatkan diri. Tujuan dari serangan- serangan tersebut

adalah untuk mengurangi atau bahkan menghapus semua pengaruh Budha dari

wilayah Patani (Melvin, 2007:8).

II.3.2. The Pattani United Liberation Organization (PULO)

PULO terbentuk di India pada tahun 1968 dan didirikan oleh Kabir

Abdul Rahman yang merupakan seorang keturunan bangsawan Patani. Abdul

Rahman juga merupakan seorang mahasiswa yang sedang melakukan studi di

Timur Tengah. Ia merupakan mahasiswa yang mendalami agama dan politik.

Page 17: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

33

Abdul Rahman mendirikan organisasi ini berdasarkan pengamatannya akan

apa yang terjadi di Thailand Selatan dan merasa harus melakukan sebuah

perubahan perlakuan terhadap kaumnya di Thailand Selatan (Chalk, 2008:16).

Ideologi dari organisasi ini adalah “Religion, Race, Homeland, and

Humanitarianism”. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk merubah nasib

dari etnis Muslim Melayu yang dianggapnya mendapatkan tekanan dari

Pemerintah Thailand. Perubahan yang dimaksudkan adalah mampu berdiri di

kaki sendiri atau dengan kata lain dengan mendirikan sebuah negara Muslim

yang berdaulat. Perjuangan yang dilakukan oleh organisasi ini tidak dengan

melakukan negosiasi atau persuasive, namun dengan jalan perjuangan

bersenjata. Karena seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya diatas, mereka

menganggap orang dengan etnis Thai adalah orang yang zalim terhadap Islam

dan harus diperangi karena bertentangan dengan hukum Islam.

PULO dalam melakukan gerakan pemberontakannya menggunakan

dua cara, yaitu cara kekerasan dan cara non-kekerasan. Cara non-kekerasan

seperti melakukan peningkatan standar pendidikan terhadap masyarakat

Muslim Melayu di kawasan Thailand Selatan. Seiring dengan itu, cara ini juga

diimbangi dengan peningkatan pengetahuan mengenai situasi politik dan

kesadaran akan identitas mereka sebagai etnis Muslim Melayu. Mereka ikut

pula menyebarkan doktrin dalam benak masyarakat bahwa etnis Muslim

Melayu merupakan etnis yang berbeda dengan etnis Thai, etnis yang pernah

Page 18: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

34

berjaya dan tidak sepantasnya menjadi bawahan etnis lain. Dengan kata lain,

PULO berusaha menanamkan pemikiran anti Thai dalam benak masyarakat

sejak dini.

Sedangkan cara kekerasan adalah dengan jalan mengerahkan massa

bersenjata untuk melakukan serangan-serangan terhadap pemerintah Thailand.

PULO memiliki peran penting dalam menggalang massa dalam setiap

serangan kelompok etnonasionalisme di Thailand Selatan. PULO melakukan

hal ini dengan menyebarkan selebaran di sepanjang wilayah Thailand Selatan

yang berisi ajakan terhadap warga etnis Muslim Melayu untuk ikut angkat

senjata dalam memperjuangkan nasib etnisnya. PULO menanamkan doktrin

bahwa dengan melakukan serangan bersenjata terhadap fasilitas dan tempat

umum di Thailand Selatan akan mampu mengusir orang Thai dari tanah

Thailand Selatan dan aspirasi mereka untuk mendirikan negara Islam yang

berdaulat lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat domestik serta

internasional. Massa bersenjata yang berada dibawah naungan PULO ini

menamai diri mereka Patani United Liberation Army.

II.3.3. Gerakan Mujahideen Islam Patani (GMIP)

GMIP merupakan organisasi cabang dari GMP (Gerakan Mujadideen

Patani) yang dibentuk pada tahun 1986 dan dipimpin oleh Wae-hama wae-

Page 19: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

35

Yuso. Dari sekian banyak organisasi etnonasionalisme di Thailand Selatan,

GMIP merupakan organisasi yang paling mendapatkan pengaruh dari dari

Afganishtan dan organisasi Jihad dunia. GMIP terbentuk pada tahun 1995

oleh Nasori Saesaeng (alias Awae Keleh Poh War atau Haji Wae), yang

merupakan warga asli dari daerah Bacho di Narathiwat. Nasori pernah

menjalani pelatihan militer di Libya dan pernah ikut bertempur melawan

Soviet bersama anggota mujahideen lainnya di Afganishtan (Gunaratna,

2013:188).

GMIP dan BRN diketahui memiliki hubungan yang erat. Berdasarkan

laporan yang diterima Thai International Security Operations Command,

GMIP menjadi organisasi frontier dari BRN. GMIP disinyalir merupakan

salah satu pelaksana dari rencana – rencana serangan yang disusun oleh BRN.

Karena pengaruh Jihad dalam organisasi ini, dalam melakukan serangannya

GMIP identik dengan pembunuhan ditempat umum, penculikan, pengeboman

dan sebagainya.

Keuangan GMIP didapat dari sumbangan dan bantuan keagamaan dari

negara seperti Saudi Arabia. Hal ini diduga berkaitan dengan kedekatan GMIP

dengan organisasi – organisasi yang menganut Jihad dari negara tersebut.

GMIP juga dilaporkan memiliki restoran masakan khas Thailand yang berdiri

di wilayah Kuala Trengganu, Malaysia. Selain dari sumber keuangan yang

legal, GMIP juga mendapatkan sumber keuangan dari kegiatannya yang

Page 20: BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND … 2.pdf · BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN ... 3). 19 Perjanjian Anglo ... Etnis Muslim Melayu menganggap etnis Thai

36

bersifat kriminal, seperti melakukan sabotase dan pembunuhan. Karena hal

inilah GMIP kemudian sering disalah artikan sebagai organisasi kriminal

biasa yang melakukan aksi hanya demi uang.

Dalam setiap tindakan yang dilakukan GMIP, anggotanya biasa

menggunakan persenjataan militer yang dapat dikatakan lengkap, seperti

senapan buru AK-47, M-16, HK-33, serta selalu memakai rompi anti peluru,

pistol 9mm dan perlengkapan merakit dan meletakkan bom. Kebanyakan

persenjataan ini didapatkan dari hasil melakukan penjarahan terhadap pos

polisi dan militer di Thailand Selatan, dan sebagian lagi didapatkan dari

membeli.

GMIP mulai mendapatkan respon yang serius dari pemerintah

Thailand pada awal tahun 2002 sejak GMIP melakukan serangan terhadap pos

polisi dan militer dan mencuri gudang persenjataan di 3 provinsi di Thailand

Selatan yaitu Yala, Narathiwat dan Patani. Pada tahun 2002 hingga 2004,

kelompok ini diklaim bertanggung jawab terhadap kematian 40 anggota

polisi. Serangan terhadap gudang senjata merupakan modus operandi

kelompok ini pada 5 tahun terakhir.