BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu...

13
6 BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949). Zona-zona ini (Gambar 2.1) dari utara ke selatan yaitu: Gambar 2.1. Peta fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). 1. Zona Dataran Pantai Jakarta Zona ini mulai dari ujung barat Pulau Jawa memanjang ke timur mengikuti pantai utara Jawa Barat ke Kota Cirebon dengan lebar sekitar 40 km. Daerah ini umumnya mempunyai morfologi yang datar, kebanyakan ditutupi oleh endapan sungai dan sebagian lagi oleh endapan lahar gunungapi muda.

Transcript of BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu...

Page 1: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

6

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi

Fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona berarah barat-timur (van

Bemmelen, 1949). Zona-zona ini (Gambar 2.1) dari utara ke selatan yaitu:

Gambar 2.1. Peta fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949).

1. Zona Dataran Pantai Jakarta

Zona ini mulai dari ujung barat Pulau Jawa memanjang ke timur

mengikuti pantai utara Jawa Barat ke Kota Cirebon dengan lebar sekitar 40

km. Daerah ini umumnya mempunyai morfologi yang datar, kebanyakan

ditutupi oleh endapan sungai dan sebagian lagi oleh endapan lahar

gunungapi muda.

Page 2: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

7

2. Zona Bogor

Zona ini terletak di sebelah selatan Dataran Pantai Jakarta dan memanjang

barat-laut melalui Kota Bogor, Purwakarta dan menerus sampai ke daerah

Bumiayu, Jawa Tengah. Zona Bogor mempunyai morfologi yang berbukit-

bukit, umumnya memanjang barat-timur di sebelah selatan Kota Bogor,

sedangkan di sebelah timur Purwakarta perbukitan ini membelok ke

selatan. Beberapa intrusi telah membentuk morfologi yang lain juga,

misalnya Gunung Sanggabuana (Purwakarta) dan Gunung Kromong

(Cirebon).

3. Zona Pegunungan Bayah

Terletak di bagian baratdaya Jawa Barat. Morfologi yang dijumpai pada

Zona Pegunungan Bayah berupa kubah dan punggungan yang berada pada

zona depresi tengah.

4. Zona Bandung

Zona ini merupakan depresi di antara gunung-gunung (intermontagne

depression) dengan bentuk melengkung dari Pelabuhan Ratu mengikuti

Lembah Cimandiri menerus ke timur melalui Kota Bandung dan berakhir

di Sagara Anakan di Muara Sungai Citanduy dengan lebar 20-40 km. Zona

ini merupakan puncak geantiklin Jawa Barat yang kemudian runtuh setelah

pengangkatan. Daerah rendah tersebut terisi oleh endapan gunungapi

muda. Di beberapa tinggian terdapat endapan sedimen tua yang

menyembul di antara endapan volkanik, contohnya adalah Gunung Walat

di Sukabumi dan Perbukitan Rajamandala di Padalarang

5. Zona Gunungapi Kuarter

Zona Gunungapi Kuarter tersebar di tengah Jawa Barat. Zona ini terbentuk

dari hasil aktivitas volkanik yang berumur Kuarter.

Page 3: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

8

6. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat

Pegunungan Selatan Jawa Barat membentang dari Pelabuhan Ratu hingga

Nusa Kambangan, Cilacap. Batas Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat

dengan Zona Bandung di beberapa tempat sangat mudah dilihat, misalnya

di Lembah Cimandiri. Di lembah ini batas tersebut merupakan perbedaan

morfologi yang mencolok dari perbukitan bergelombang langsung

berbatasan dengan dataran tinggi dari Pegunungan Selatan.

Berdasarkan pembagian zona fisiografi di atas, daerah penelitian terletak pada

Zona Bogor, dengan ciri khas morfologi berbukit-bukit yang memanjang dengan

orientasi arah relatif barat-timur, disusun oleh litologi berupa batuan sedimen

turbidit.

2.2 Tektonik Regional

Tatanan tektonik dan struktur geologi di daerah Jawa Barat tidak terlepas dari

tektonik kepulauan Indonesia yang merupakan pertemuan tiga lempeng yaitu

lempeng Eurasia yang relatif lebih diam, lempeng Samudra Pasifik yang bergerak

relatif ke arah baratlaut dan lempeng Indo-Australia yang relatif bergerak ke arah

utara (Hamilton, 1979).

Gambar 2.2 Peta perkembangan zona subduksi dan busur magmatik Jawa dari

Tersier hingga sekarang (Modifikasi Soeria Atmadja dkk. 1994)

daerah penelitian

Page 4: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

9

Berdasarkan rekontruksi geodinamika Soeria Atmadja dkk (1994) dan Hamilton

(1979), subduksi lempeng Australia ke bawah lempeng Eurasia telah

menghasilkan pola penyebaran batuan volkanik Tersier dan pembentukan

gunungapi berarah barat-timur di Pulau Jawa. Selain itu terbentuk juga intra-arc

basin dan kemudian back-arc basin di Jawa Barat bagian utara. Back-arc basin ini

secara progresif semakin berpindah ke arah utara sejalan dengan perpindahan jalur

gunungapi selama Tersier hingga Kuarter (Gambar 2.2). Berdasarkan

perkembangan tektonik di atas, daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan

Bogor merupakan cekungan depan busur pada jaman Kapur-Oligosen Awal dan

sebagai cekungan belakang busur selama kurun waktu Oligo-Miosen dan Mio-

Pliosen (Martodjojo, 1984).

Menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994), pola struktur geologi yang

berkembang di Jawa memiliki tiga arah kelurusan struktur yang dominan antara

lain:

Pola Meratus, berarah timurlaut-baratdaya, terbentuk pada 80-53 juta

tahun yang lalu (Kapur Akhir – Eosen Awal).

Pola Sunda, berarah utara-selatan, terbentuk pada 52-32 juta tahun yang

lalu (Eosen Awal-Oligosen Akhir).

Pola Jawa, berarah barat-timur merupakan kala termuda yang terbentuk

pada Kala Neogen, mengaktifkan pola sebelumnya dan mengakibetkan

pulau Jawa mengalami pola kompresi dengan tegasan berarah utara-

selatan.

Di Jawa Barat pola struktur yang berkembang terdiri dari pola Meratus, pola

Sunda yang berkembang di bagian barat wilayah Jawa Barat dan pola Jawa yang

berkembang berupa kenampakan sesar-sesar naik. Selain itu juga hadir pola-pola

struktur Sumatra yang berarah baratlaut-tenggara namun tidak terlalu dominan

(Gambar 2.3).

Page 5: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

10

Struktur geologi di Jawa Barat secara umum memiliki pola struktur utama

diantaranya yaitu: 1) Sesar Cimandiri berarah baratdaya-timurlaut, sesar naik

Rajamandala serta sesar-sesar lainnya di Purwakarta (arah ini sering dikenal

dengan arah Meratus dengan arah mengikuti pola busur Kapur. 2) Sesar Baribis

berarah baratlaut-tenggara dan sesar-sesar G.Walat, dan 3) Kelurusan Ciletuh-

Pulau Seribu yang berarah utara-selatan di lepas pantai utara Jawa Barat yang

merupakan pola sesar utama. Sesar-sesar utama yang berarah utara-selatan di Laut

Jawa dan di Cekungan Sunda telah terbukti sebagai komponen struktur yang

mengontrol perkembangan cekungan berumur Paleogen di daerah tersebut.

Gambar 2.3 Pola struktur yang berkembang di Jawa Barat (Martodjojo, 1984).

Daerah penelian berada pada kompleks sesar naik Majalengka, relatif sama

dengan struktur geologi Sesar Baribis yang berada di sebalah baratlaut daerah

penelitian yang memiliki orientasi berarah baratlaut-tenggara.

2.2 Stratigrafi Regional

Menurut Martodjojo (1984) daerah Jawa Barat dibagi menjadi tiga mandala

sedimentasi. Pembagian mandala-mandala tersebut didasarkan pada ciri-ciri dan

penyebaran sedimen Tersier dari stratigrafi regional Jawa bagian barat, yaitu :

Daerah Penelitian

Page 6: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

11

Mandala Paparan Kontinen

Mandala ini terletak di utara dan posisinya hampir sama dengan zona

fisiografi Dataran Pantai Jakarta. Mandala ini dicirikan oleh endapan

paparan yang umumnya terdiri dari batugamping, batulempung dan

batupasir kuarsa dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Batas

selatan mandala paparan kontinen ini diperkirakan sama dengan

penyebaran singkapan Formasi Parigi dari Cibinong. Purwakarta, sejajar

dengan pantai utara. Bagian utara menerus ke lepas pantai, meliputi daerah

pengeboran minyakbumi di lepas Pantai Utara Jawa.

Mandala Cekungan Bogor

Mandala ini terletak di selatan dan timur, meliputi beberapa zona fisiografi

yakni Zona Bogor, Zona Bandung dan Zona Pegunungan Selatan Jawa

Barat. Mandala ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi yang

kebanyakan berupa fragmen batuan beku dan sedimen seperti andesit,

basalt, tufa dan batugamping.

Mandala Banten

Mandala ini memiliki batas-batas yang kurang jelas karena sedikitnya data

yang diketahui. Mandala ini diperkirakan pada umur Tersier Awal

memiliki ciri–ciri yang mirip dengan Cekungan Bogor, tetapi pada Tersier

Akhir lebih mirip dengan paparan kontinen.

Dari tiga klasifikasi di atas, daerah penelitian termasuk ke dalam Mandala

Cekungan Bogor. Cekungan Bogor memiliki ciri-ciri didominasi oleh endapan

sedimen dengan mekanisme aliran gravitasi, sedangkan terdapat juga model lain

di sini yang perlu ditekankan adalah model gunungapi bawah permukaan laut

(submarine volcano). Stratigrafi regional Cekungan Bogor dari tua ke muda

berdasarkan Martodjojo (1984) yaitu (Gambar 2.4):

1. Formasi Ciletuh

Formasi ini berumur Eosen Awal, mempunyai ciri litologi yang relatif

berbeda dari bawah ke atas. Bagian bawah terdiri dari lempung,

setempat-setempat bersifat napalan dengan banyak selingan pasir

Page 7: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

12

greywacke kuarsa serta terkadang terdapat sisipan polimik, yang terdiri

dari fragmen batuan metamorf, ultrabasa. Bagian teratas terdiri dari

lempung napalan dengan sisipan pasir sampai konglomerat dengan

fragmen terdiri dari fragmen kwarsit kadang-kadang didapatkan

fragmen batubara. Membahas status hubungan dengan Kompleks

Melange Ciletuh, kompleks melange disini merupakan prisma akresi

pada Kala Awal Eosen yang mungkin dimulai dari umur yang lebih tua

sedangkan Formasi Ciletuh adalah suatu endapan lereng bawah yang

menutupi kompleks melange tersebut.

2. Formasi Bayah

Umur Formasi Bayah adalah N.2-N.4 atau Oligosen Akhir. Formasi

Bayah merupakan puncak pendangkalan dari sistem akresi di Pulau

Jawa. Batuan formasi ini dicirikan oleh pasir dari lingkungan transisi

(sand bar) sebagaimana terlihat di tepi pantai Bayah-Malingping. Ke

arah atas berubah menjadi pasir konglomeratan sebagaimana terlihat di

G.Walat dan di Bayah.

Gambar 2.4 Stratigrafi Regional Cekungan Bogor (Martodjojo, 1984)

Page 8: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

13

3. Formasi Jatibarang

Formasi Jatibarang yang berumur Eosen Akhir-Oligosen Awal

merupakan endapan yang terdiri dari breksi, tuf, basalt, dan andesit.

4. Formasi Batuasih

Terletak tidak selaras di atas Formasi Bayah. Disusun oleh litologi

lempung, napalan dengan sisipan pasir kuarsa. Bagian teratas dari

Formasi Batuasih lebih bersifat gamping kalkarenit. Bagian ini

berubah fasies ke Formasi Rajamandala yang berupa gamping

terumbu. Formasi Batuasih berumur Oligosen Akhir.

Formasi Batuasih ini dapat ditemukan juga disekitar Padalarang

sebagai inti dari Sesar naik Rajamandala. Dari ciri batuan dan

penyebarannya dapat disimpulkan bahwa Paparan Sunda di utara

sampai dengan daerah Ciletuh/Bayah lingkungannya telah berubah dari

darat pada Kala Eosen Tengah-Oligosen Tengah ke lingkungan transisi

sampai laut dangkal pada Oligosen Akhir.

5. Formasi Rajamandala

Formasi Rajamandala berjari-jemari (interfingering) dengan Formasi

Batuasih dan keduanya terletak di atas Formasi Bayah. Formasi ini

hanya terdiri dari gamping. Penyebaran ini hanya terdapat pada jalur

Citarate di Bayah-Sukabumi dan menerus ke Rajamandala. Di selatran,

yakni di Teluk Ciletuh di atas Formasi Bayah tidak ditemukan

batugamping, sehingga dapat dikemukakan bahwa di daerah

Rajamandala sendiri, sistem terumbu, yang menunjukan arah laut

terbuka ke utara. Umur Formasi ini adalah Oligosen-Miosen Awal.

6. Formasi Jampang

Formasi adalah khas sedimen Pegunungan Jawa Barat Selatan.

Dicirikan oleh endapan volkanik pada bagian bawah bersifat asam dan

Page 9: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

14

berubah menjadi bersifat andesit sedangkan sisipan breksi merupakan

bagian kecil dari subsatuan ini. Bagian atas umumnya didominasi oleh

breksi, basalt, andesit dimana lapisan-lapisan epiklastik halus hanya

merupakan perselingan. Keseluruhan tubuh batuan ini merupakan

endapan aliran gravitasi. Ciri endapan Formasi Jampang memberikan

tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa

ini. Umur formasi ini N.4 sampai dengan N.7

7. Formasi Citarum

Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Rajamandala, berumur

N.4-N.8, dicirikan oleh perselingan lanau, lempung lanau pasiran

dengan pasir greywacke, semuanya bersifat tufaan. Perlapisan pada

Formasi ini umumnya sangat baik, hampir tidak pernah ditemukan

gejala longsor (slumping) serta tidak ditemukan bentuk lapisan yang

berpotongan. Ditafsirkan sebagai suatu bagian luar dari sistem kipas

laut dalam dengan bagian dalamnya adalah Formasi Jampang.

8. Formasi Saguling

Berumur N.8-N.13. Terdiri dari tiga subsatuan batuan. Subsbatuan

terbawah dan subsatuan teratas pada umumnya dimulai oleh breksi

polimik tebal (>25 m) yang semakin ke atas breksi menipis (5 m).

Subsatuan tengah (Anggota Cibanteng), dicirikan dengan breksi

lempung dan gamping.

9. Formasi Bantargadung

Formasi ini berumur N.13-N.14 dengan penyebaran dari Lembah

Cimandiri-Sukabumi memanjang ke Purwakarta sesuai dengan

Fisiografi Bogor. Formasi Bantargadung terdiri dari perselingan antara

lempung dan pasir greywacke yang cukup kaya akan kuarsa. Struktur

sedimen menunjukan ciri endapan aliran gravitasi. Pada waktu

Formasi Bantargadung diendapkan, Cekungan Bogor sudah terbatas di

Page 10: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

15

daerah-daerah yang sekarang meliputi Zona Fisiografi Bogor (van

Bemmelen, 1949).

10. Formasi Cimandiri

Formasi ini hanya tersebar di tepi dari lereng utara Paparan

Pegunungan Jawa Barat Selatan yang bertepatan dengan batas selatan

Cekungan Bogor. Ciri satuan ini adalah khas laut transisi. Oleh karena

itu dapat disimpulkan pada waktu N.13-N.14 yakni umur formasi ini,

daerah selatan sudah menjadi laut dangkal.

11. Formasi Bojonglopang

Formasi ini memiliki umur yang sama dengan Formasi Cimandiri.

Terletak tidak selaras dengan Formasi Jampang yang berada di

bawahnya. Formasi ini terdiri dari gamping dengan lingkungan

pengendapan berada di laut dangkal. Formasi Bojonglopang hanya

tersebar di tepi baratlaut pegunungan Jawa Barat Selatan. Formasi ini

menguatkan kesimpulan bahwa Paparan Pegunungan Jawa Barat

Selatan adalah merupakan laut dangkal yang berbatasan dengan laut

dalam dari Cekungan Bogor di utaranya pada umur N.13-N.14.

12. Formasi Cigadung

Formasi Cigadung menutupi Formasi Bantargadung berumur N.15-

N.16. Formasi Cigadung mengandung selingan breksi jauh lebih kasar

daripada Formasi Bantargadung. Breksi umum ditemukan sebagai

sisipan, yang makin ke atas ketebalannya makin berkurang. Dari ciri

batuan dan struktur sedimennya, dapat disimpulkan bahwa Formasi

Cigadung terendapkan sebagai endapan turbidit. Asal endapan adalah

dari daerah tinggian Jampang. Hal ini diperkuat dengan fragmen

gampingnya yang mengandung fosil yang sama dengan Formasi

Bojonglopang.

Page 11: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

16

13. Formasi Cantayan

Formasi Cantayan mempunyai umur yang sama dengan Formasi

Cigadung. Kedua-duanya mempunyai ciri yang hampir sama, hanya

Formasi Cantayan mengandung lebih sedikit breksi, serta kandungan

pasir kuarsa sudah mulai banyak. Ciri batuan dan struktur Formasi

Cantayan merupakan endapan turbidit, dengan asal breksinya masih

dianggap dari selatan, sedangkan bagian atasnya merupakan suatu

endapan yang ditafsirkan berasal dari utara.

14. Formasi Cinambo

Formasi Cinambo tersingkap di aliran Sungai Cimanuk, Kadipaten.

Pada Formasi Cinambo terbagi menjadi dua siklus, yaitu setiap siklus

bawahnya terdiri dari batulempung-batupasir, sedangkan bagian atas

terdiri dari dari breksi. Dari ciri litologi perselingan batulempung-

batupasir dan breksi tersebut, Formasi Cinambo mempunyai ciri yang

sama dengan Formasi Cantayan, Formasi Cigadung dan Formasi

Bantargadung, yang diendapkan dengan mekanisme tubidit.

Daerah penelitian diklasifikasikan termasuk ke dalam Formasi

Cinambo dengan litologi perselingan batulempung-batupasir, dan

breksi yang digolongkan ke dalam Anggota Jatigede.

15. Formasi Cibulakan

Formasi Cibulakan diendapkan secara selaras pada Formasi Baturaja.

Formasi Cibulakan terdiri atas batulempung, batupasir kuarsa. Di

bagian atas dijumpai batugamping bioklastik yang tersusun atas

foraminifera besar. Formasi ini diendapkan pada lingkungan transisi

hingga neritik. Umur formasi ini adalah Miosen Tengah (N9-N14).

Page 12: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

17

16. Formasi Parigi

Dicirikan batugamping klastik, setempat membentuk terumbu, napal,

dan kalkarenit. Bagian bawah Formasi Parigi dicirikan oleh

boundstone, kaya akan koral, ganggang, dan foraminifera. Bagian atas

formasi ini adalah gamping pasiran, mengandung kuarsa, bioklastik,

fragmen saling bersentuhan membentuk packstone. Dikenal sebagai

reservoir yang baik. Formasi ini diendapkan pada zona neritik tengah

pada umur Miosen Tengah (N14-N16).

17. Formasi Subang

Dicirikan oleh batulempung warna abu-abu kehijauan dan batupasir

yang semakin banyak dijumpai di bagian atas. Formasi ini diendapkan

pada lingkungan paparan - pasangsurut pada umur Miosen Akhir

(N.17).

18. Formasi Kaliwangu

Berumur N.19-N.21, diendapkan di atas Formasi Subang. Litologi

formasi ini didominasi oleh batulempung dan kaya akan fosil moluska.

Secara umum siklus pengendapan di Cekungan Bogor menurut Martodjojo

(1984), dapat dibagi menjadi :

Pra Tersier

Pada Pra Tersier terdiri dari batuan metamorf, volkanik, dan batuan beku,

yang diketahui dari pemboran Laut Jawa utara bagian barat.

Paleosen - Eosen Awal

Kompleks melange terbentuk pada bagian barat daya Jawa Barat (Ciletuh)

diperkirakan merupakan zona penunjaman dengan arah Meratus. Batuan

diwakili oleh volkanik Formasi Jatibarang yang diperkirakan merupakan

busur magmatik jalur subduksi.

Page 13: BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi - digilib.itb.ac.id · di Lembah Cimandiri. ... tanda suatu periode kegiatan gunungapi baru di busur kepulauan Jawa ini. Umur formasi ini N.4

BAB II GEOLOGI REGIONAL

18

Eosen

Hadirnya Formasi Walat yang mengisi depresi inter arc basin,

Rajamandala-Sukabumi merupakan area terestrial fluvial deposits. Pada

Eosen Jawa Barat berada pada kondisi benua.

Oligosen Awal

Adanya ketidakselarasan pada puncak Gunung Walat berupa konglomerat

batupasir kuarsa, yang menunjukan tectonic uplift di seluruh daerah.

Oligosen Akhir

Pada Oligosen Akhir terjadi trangresi laut yang terbentuk dari SW ke arah

NE. Bogor Trough berkembang di tengah Jawa Barat yang memisahkan

off-shelf platform di selatan dan Sunda Shelf di utara. Kemudian pada tepi

utara platform ini reef Formasi Rajamandala terbentuk, yang didahului

oleh serpihan karbonatan Formasi Batuasih.

Miosen

Terbentuk Bogor Trough, pengendapan sedimen laut dengan mekanisme

turbidit dan volcanic debris yaitu dibentuk oleh Formasi Citarum,

Formasi Saguling Miosen Tengah (bagian atas Formasi Citarum) dan

pada Miosen Akhir Formasi Bantargadung, Formasi Cigadung dan

Formasi Cantayan. Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian

umumnya diendapkan pada kala ini.

Pliosen

Terjadi tectonic uplift pada kompleks volkanik. Pada kala ini, Cekungan

Bogor menjadi lingkungan darat dan dilanjutkan dengan endapannya

Formasi Citalang.