BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya...

89
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umum Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan Lembaga pemasyarakatan (LAPAS) dalam sistem peradilan terpadu yang berlaku dalam negara Indonesia adalah merupakan tempat bagi mereka yang diduga dan telah terbukti melakukan suatu pelanggaran hukum. Hanya saja RUTAN hingga saat ini dikenal dalam sistem pemasyarakatan sebagai tempat bagi mereka para tersangka yang diduga telah melakukan pelanggaran hukum, sementara LAPAS lebih dikenal sebagai tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara atau kurungan (hukuman badan) berdasarkan keputusan pengadilan. Dengan kata lain, pelaku tindak kejahatan tersebut telah terbukti melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran hukum dan dibina agar mereka dapat kembali kedalam masyarakat dan diterima sebagaimana masyarakat lainnya maka proses, petugas pembinaan dan berbagai fasilitas penunjang lainnya perlu dilihat relevansinya sesuai dengan pencapaian tujuan pembinaan itu sendiri. Menyadari telah terjadinya over kapasitas hunian dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS di berbagai wilayah di Indonesia khusunya DKI Jakarta, maka RUTAN dan LAPAS selain menjalankan fungsi perawatan tahanan juga melakukan tugas pembinaan terhadap narapidana sekaligus. Dengan demikian RUTAN sebagaimana LAPAS melakukan tugas pemeliharaan dan pembinaan secara simultan sesuai dengan Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners (SMR) yang didalamnya menyangkut aspek-aspek perikemanusiaan. Standar minimum perlakuan tergadap tahanan dan narapidana ini adalah beragam perlakuan yang diadaptasi dari Universal Declaration of Human Rights sebagai upaya untuk melakukan perbaikan terhadap perilaku tahanan dan narapidana yang di negara Indonesia upaya ini lebih dikenal sebagai pemasyarakatan. Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya...

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Umum

Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan Lembaga pemasyarakatan (LAPAS)

dalam sistem peradilan terpadu yang berlaku dalam negara Indonesia adalah

merupakan tempat bagi mereka yang diduga dan telah terbukti melakukan suatu

pelanggaran hukum. Hanya saja RUTAN hingga saat ini dikenal dalam sistem

pemasyarakatan sebagai tempat bagi mereka para tersangka yang diduga telah

melakukan pelanggaran hukum, sementara LAPAS lebih dikenal sebagai tempat

untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara

atau kurungan (hukuman badan) berdasarkan keputusan pengadilan. Dengan kata

lain, pelaku tindak kejahatan tersebut telah terbukti melakukan suatu kejahatan atau

pelanggaran hukum dan dibina agar mereka dapat kembali kedalam masyarakat dan

diterima sebagaimana masyarakat lainnya maka proses, petugas pembinaan dan

berbagai fasilitas penunjang lainnya perlu dilihat relevansinya sesuai dengan

pencapaian tujuan pembinaan itu sendiri.

Menyadari telah terjadinya over kapasitas hunian dalam lingkungan RUTAN

dan LAPAS di berbagai wilayah di Indonesia khusunya DKI Jakarta, maka RUTAN

dan LAPAS selain menjalankan fungsi perawatan tahanan juga melakukan tugas

pembinaan terhadap narapidana sekaligus. Dengan demikian RUTAN sebagaimana

LAPAS melakukan tugas pemeliharaan dan pembinaan secara simultan sesuai dengan

Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners (SMR) yang didalamnya

menyangkut aspek-aspek perikemanusiaan. Standar minimum perlakuan tergadap

tahanan dan narapidana ini adalah beragam perlakuan yang diadaptasi dari Universal

Declaration of Human Rights sebagai upaya untuk melakukan perbaikan terhadap

perilaku tahanan dan narapidana yang di negara Indonesia upaya ini lebih dikenal

sebagai pemasyarakatan.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

Pemasyarakatan sebagai suatu proses merupakan program pentahapan yang

harus dijalani oleh narapidana, yaitu ditentukan dalam jadual proses admisi/observasi

dengan pengawasan maksimum (maximum security), proses pembinaan dan

bimbingan dengan pengawasan medium (medium security), dan proses asimilasi serta

proses integrasi dengan pengawasan minimum (minimum security). Sejalan dengan

doktrin reintegrasi sosial yang dianut dalam sistem pemasyarakatan, maka proses

tersebut harus berorientasi kepada system pembinaan berbasiskan masyarakat

(community based corrections). Dalam sistem pembinaan berdasarkan community

based corrections dengan konsentrasi pada keterlibatan masyarakat adalah sangat

baru dan kontroversi. Perlakuan yang bebasiskan masyarakat tersebut timbul pada

abad permulaan abad XX. Konsep yang melibatkan masyarakat tersebut adalah

melalui strategi reintegrasi.

Reintegrasi memiliki dasar teori sosiologi sangat mendasar karena faktor

sosial secara langsung maupun tidak langsung menjadi salah satu penyebab yang

sangat berpengaruh dalam menghasilkan perilaku tindak kejahatan. Faktor-faktor

seperti impact of delinquent associates, sub kultur kriminal dan kurangnya

kesempatan mencapai keberhasilan dalam masyarakat memegang peran penting

dalam sebagian besar teori tentang penyebab dari perilaku kejahatan. Reintegrasi

dapat mudah dimengerti apabila diperbandingkan dengan pilihan-pilihan kebijakan

lain dalam pemasyarakatan.

2.2. Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Klas I Jakarta Pusat

Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Klas I Jakarta Pusat saat ini secara

keseluruhan telah menempati gedung baru dengan lantai 3 (tiga) sebagaimana yang

terlihat pada gambar berikut ini.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

18

Gambar Gedung Rutan Klas I Jakarta Pusat

Sumber : Dokumentasi Rutan Klas I Jakarta Pusat

2.2.1. Sejarah Singkat

Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Klas I Jakarta Pusat atau yang lebih

dikenal masyarakat dengan sebutan RUTAN Salemba merupakan salah satu Unit

Pelaksana Tehnis pada jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen

Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. RUTAN Klas I Jakarta Pusat

dalam penerapan sistem peradilan pidana terpadu di Indonesia tidak dapat

dipisahkan dari instansi penegak hukum lainnya, yakni kepolisian, kejaksaan,

pengadilan. Hal ini dikarenakan RUTAN Klas I Jakarta Pusat sebagaimana

RUTAN dan LAPAS lainnya adalah merupakan bagian yang sama kedudukannya

dalam proses penegakan hukum peradilan.

RUTAN Klas I Jakarta Pusat dibangun pada sebidang tanah seluas 42.132

m² pada tahun 1918 (pada waktu itu namanya Lembaga Pemasyarakatan Salemba),

dan sebelum tahun 1945 Lembaga Pemasyarakatan Salemba dipergunakan oleh

Kolonial Belanda untuk menahan orang-orang yang melakukan pelanggaran hukum

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

19

Kolonial Belanda. Setelah tahun 1945 dengan kemerdekaan bangsa Indonesia

dimana waktu itu Lembaga Pemasyarakatan Salemba dipergunakan untuk

menampung atau menahan tahanan politik, tahanan sipil, tahanan kejaksaan, dan

pelaku kejahatan ekonomi (penimbun kekayaan yang ramai pada saat itu). Pada saat

terjadinya pemberontakan G.30 S/PKI, sebagaian tahanan dan narapidana

dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Lembaga Pemasyarakatan

Glodok (sekarang pusat elektronik glodok) dan sebagian lagi ke kampus AKIP

(Akademi Ilmu Pemasyarakatan) di Percetakan Negara, sekarang kampus Akademi

Letigasi Republik Indonesia (ALTRI). Pada tahun 196 sampai dengan 1980,

Lembaga Pemasyarakatan Salemba dijadikan Rumah Tahanan Militer (RTM) yang

khusus menahan tahanan militer dibawah pimpinan Inrehab Laksusda Jaya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.04.UM.01.06

Tahun 1983 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan tertentu sebagai Rumah

Tahanan Negara, maka Lembaga Pemasyarakatan Salemba bersama 24 Lembaga

Pemasyarakatan lainnya yang berada diseluruh Indonesia yang mewakili 18 Kantor

Wlayah Departemen Kehakiman (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI

Jogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara,Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,

Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan Bengkulu, Jambi, Lampung, Kalimantan

Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan

Timur, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Tengara, Sulawesi Utara, Timor-Timur, Maluku,

dan Irian Jaya)berubah status menjadi Rumah Tahanan Negara.

Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat yang mempunyai daya tampung /

kapasitas hunian 753 terletak di Jalan Percetakan Negara Nomor 88 Kelurahan

Rawasari Kecamatan Cempaka Putih Kotamadya Jakarta Pusat Propinsi DKI

Jakarta dan melayani tiga wilayah kerja, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan

Jakarta Utara Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat mempunyai batas-batas

wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Jalan Percetakan Negara Raya

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

20

• Sebelah Timur : Jalan Percetakan Negara IX

• Sebelah Selatan : Jalan Percetakan Negara VII

• Sebelah Barat : Jalan Percetakan Negara VII

Saat ini Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat sudah memiliki gedung yang

baru terdiri dari tiga tingkat yang terdiri dari beberapa blok hunian yang baru dan

sudah ditempati, sementara pembangunan gedung hunian baru yang nantinya

merupakan Lembaga Pemasyarakatan yang menampung narapidana dari RUTAN

Klas I Jakarta Pusat dan kemungkinan dari RUTAN lainnya masih dalam proses

pembangunan. Hasil pemantauan yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2008

banyaknya penghuni RUTAN Klas I Jakarta Pusat adalah 3.297 orang yang terdiri

dari tahanan sebanyak 2.332 orang dan narapidana 965 orang. Dengan demikian

tingkat kpeadatan hunian dalam lingkungan RUTAN Klas I Jakarta Pusat telah

sangat over kapasitas dan pola penempatan atau pengisian gedung Blok Hunian

dilakukan dengan cara:

Pengisian Gedung Bagunan Hunian Baru (Gedung Bangunan Type-I,

Type-III, Type-V, dan Type-VII) dilakukan dengan Pola PIRAMIDA,

dimana jumlah warga binaan yang menempati gedung bangunan lantai

dasar lebih banyak jumlahnya dibandingkan gedung lantai II (dua),

sementara jumlah penghuni lantai II (dua) lebih banyak jumlah

penghuninya dibandingkan penghuni lantai III

Bagi tahanan baru secara keseluruhan pada saat pertama tiba di RUTAN

Klas I Jakarta Pusat ditempatkan di Blok Hunian MAPENALING (Masa

Pengenalan Lingkungan) atau yang lebih dikenal dengan Blok

Penampungan. Kemudian setelah melalui proses identifikasi dan melalui

masa re-orientasi di pindahkan ke dalam Blok hunian bersama-sama

dengan penghuni lainnya. Sistem pemindahan penghuni dari Blok Hunian

MAPENALING ke Blok Hunian biasa dilakukan dengan cara ”one-in and

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

21

one-out”, artinya setiap satu orang masuk MAPENALING, maka 1 orang

dikeluarkan dari MAPENALING ke Blok Hunian lainnya.

Selanjutnya, berdasarkan Surat Edararan Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Nomor: E.Ps.01.03-31 Tanggal 18 Mei 2005 yang diteruskan dengan Surat Kantor

Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia DKI Jakarta Nomor:

W7.Ps.01-10-768 Tanggal 23 Mei 2005 tentang Pendataan Kembali Kapasitas

Hunian, bahwa Kapasitas hunian normal Gedung Baru RUTAN Klas I Jakarta Pusat

menggunakan perhitungan = Luas Kamar Hunian / 5.4 m². Dengan demikian

kapasitas Gedung Bangunan Baru (TypeI, III, V, VII) adalah sebagai berikut:

Tabel. 1

Penghitungan kapasitas hunian

Rutan Klas I Jakarta Pusat

NO

TYPE BANGUNAN HUNIAN SEL

KAMAR UKURAN KAMAR SEL ( CM² X CM² )

LUAS KAMAR

SEL ( M² ) JUMLAH SEL (Unit)

KAPASITAS/ SEL HUNIAN

JUMLAH PENGHUNI

1 TYPE - I 180 X 300 cm 5.40 m² 96 1 Orang 96 Orang 2 TYPE - III 270 X 600 cm 16.20 m² 72 3 Orang 216 orang 3 TYPE - V 360 X 600 cm 21.60 m² 54 5 Orang 270 Orang 4 TYPE - VII 540 X 600 cm 32.40 m² 40 7 Orang 280 Orang

JUMLAH KAPASITAS HUNIAN SEL KAMAR 16 Orang 862 Orang 2.2.2. Struktur Organisasi

RUTAN mempunyai tugas untuk perawatan, bimbingan, dan pembinaan

terhadap tersangka atau terdakwa, dan narapidana sesuai dengan peraturan atau

perundang-undangan yang berlaku. Berkaitan dengan hal tersebut maka RUTAN

menyelenggarakan tugas yaitu :

- melakukan pelayanan tahanan

- melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Rumah Tahanan

Negara

- melakukan pengelolaan Rumah Tahanan Negara

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

22

- melakukan urusan tata usaha lakukan urusan tata usaha

RUTAN secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) Klas, yaitu

RUTAN Klas I (berada di Ibu Kota Propinsi), RUTAN Klas II-A (berada di

Kotamadya), RUTAN Klas II-B (berada di Kabupaten). Sebagaimana telah

disebutkan diatas, maka RUTAN Jakarta Pusat tergolong dalam klasifikasi RUTAN

Klas I dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:

M.04.PR07.03 Tahun 1985 tanggal 20 September 1985 tentang Organisasi dan Tata

Kerja RUTAN dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, maka RUTAN Klas I

Jakarta Pusat dipimpin oleh seorang Kepala RUTAN dengan eselon III/b, yang

kemudian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dibantu oleh beberapa

pejabat strukural sebagaimana tergambar pada skema struktur organisasi RUTAN

klas I Jakarta Pusat:

RUTAN secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) Klas, yaitu

RUTAN Klas I (berada di Ibu Kota Propinsi), RUTAN Klas II-A (berada di

Kotamadya), RUTAN Klas II-B (berada di Kabupaten). Sebagaimana telah

disebutkan diatas, maka RUTAN Jakarta Pusat tergolong dalam klasifikasi RUTAN

Klas I dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:

M.04.PR07.03 Tahun 1985 tanggal 20 September 1985 tentang Organisasi dan Tata

Kerja RUTAN dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, maka RUTAN Klas I

Jakarta Pusat dipimpin oleh seorang Kepala RUTAN dengan eselon III/b, yang

kemudian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dibantu oleh beberapa

pejabat strukural sebagaimana tergambar pada skema struktur organisasi RUTAN

klas I Jakarta Pusat:

Bagan. 1 Bagan. 1

STRUKTUR ORGANISASI RUTAN KLAS I JAKARTA PUSAT STRUKTUR ORGANISASI RUTAN KLAS I JAKARTA PUSAT

KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985 KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985

URUSAN TATA USAHA

Seksi Pengelolaan Seksi Pelayanan Tahanan Kesatuan Pengamanan Rutan

Sub seksi Umum

Sub seksi Keuangan &

PETUGAS

PENGAMANAN

Sub seksi Administrasi & Perawatan

Sub seksi Bimbingan Kegiatan

Sub seksi Bantuan Hukum & Penyuluhan

KEPALA RUTAN

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

23

Secara garis besar susunan organisasi RUTAN Klas I Jakarta Pusat terdiri dari:

1. Seksi Pelayanan Tahanan

Seksi ini mempunyai tugas melakukan pengadministrasian dan perawatan,

mempersiapkan pemberian bantuan hukum dan penyuluhan serta

memberikan bimbingan kegiatan bagi tahanan. Untuk melaksanakan tugas

tersebut Seksi Pelayanan Tahanan mempunyai fungsi:

o melakukan administrasi, membuat statistik dan dokumentasi

tahanan serta memberikan perawatan dan pemeliharaan

kesehatan tahanan;

o mempersiapkan pemberian bantuan hukum dan penyuluhan

bagi tahanan;

o memberikan kagiatan bagi tahanan

Seksi Pelayanan Tahanan membawahi Sub Seksi yang terdiri dari :

o Sub Seksi Administrasi dan Perawatan yang bertugas

melakukan pencatatan tahanan dan barang-barang

bawaannya,membuat statistik dan dokumentasi serta

memberikan perawatan dan mengurus kesehatan tahanan dan

narapidana;

o Sub Seksi Bantuan Hukum dan Penyuluhan yang bertugas

mempersiapkan pemberian bantuan hukum atau kesempatan

untuk mendapat bantuan hukum dan penasehat hukum,

memberikan penyuluhan rohani dan jasmani serta

mempersiapkan bahan bacaan bagi tahanan;

o Sub Seksi Bimbingan Kegiatan yang mempunyai tugas

memberikan bimbingan kegiatan bagi tahanan dan narapidana.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

24

2. Seksi Pengelolaan RUTAN

Seksi Pengelolaan RUTAN mempunyai tugas melakukan pengurusan

keuangan, perlengkapan, dan Rumah Tangga RUTAN dan dalam

pelaksanaan tugas tersebut, Seksi Pengelolaan RUTAN mempunyai

fungsi:

o Melakukan urusan keuangan dan perlengkapan

o Melakukan urusan Rumah Tangga dan Kepegawaian

Seksi Pengelolan membawahi Sub Seksi yang terdiri dari:

o Sub Seksi Keuangan dan Perlengkapan yang bertugas

melakukan pengelolaan keuangan serta perlengkapan Rumah

Tahanan Negara

o Sub Seksi Umum yang bertugas melakukan urusan rumah

tangga dan kepegawaian.

3. Kesatuan Pengamanan RUTAN

Kesatuan Pengamanan RUTAN mempunyai tugas melakukan

pemeliharaan keamanan dan ketertiban RUTAN dan dalam pelaksanaan

tugas tersebut Kesatuan Pengamanan RUTAN mempunyai fungsi :

o Melakukan administrasi keamanan dan ketertiban Rumah

Tahanan Negara;

o Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap tahanan

o Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban Rumah

Tahanan Negara;

o Melakukan penerimaan, penempatan, dan pengeluaran tahanan

serta memonitor keamanan dan tata tertib tahanan pada tingkat

pemeriksaan serta narapidana;

o Membuat laporan dan berita acara pelaksanaan pengamanan

dan ketertiban

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

25

Kesatuan pengamanan RUTAN atau yang disebut KP. RUTAN dipimpin

seorang keala dan membawahi petugas pengamanan RUTAN. Petugas

pengamanan RUTAN Klas I Jakarta Pusat memiliki strategi pengamanan

khusus yang meliputi dari keamanan I (KAM-I) yang memiliki tugas

utama untuk menjaga keamanan yang berhubungan dengan kunjungan

keluarga tahanan dan narapidana serta melakukan pemeriksaan atau

penggeledahan terhadap tahanan yang akan dan pulang sidang, melakukan

pengawalan terhadap tahanan dan narapidana yang sakit ke rumah sakit,

keamanan II (KAM-II) yang memiliki tugas utama dalam pengaturan

penempatan penghuni dan keamanan dalam dan petugas regu jaga yang

memiliki tugas utama menjaga keamanan keseluruhan lingkungan

RUTAN dan memelihara serta menjaga keutuhan barang dan bangunan

yang ada dalam RUTAN. Mereka terdiri dari empat regu yang masing-

masing regu memiliki kekuatan seanyak tiga puluh orang.

4. Urusan Tata Usaha

Urusan Tata Usaha mempunyai tugas melakukan surat menyurat dan

kearsipan RUTAN.

2.2.3 Keadaan Pegawai

Pegawai atau yang sering juga disebut dengan Sumber Daya Manusia (SDM)

merupakan salah satu elemen penting dalam organisasi RUTAN dalam mewujudkan

pelaksanaan tugas perawatan, bimbingan, pembinaan terhadap tahanan dan

narapidana. Ketersediaan pegawai yang professional, memiliki integritas yang baik

terhadap pekerjaan akan dapat mencapai target kerja secara optimal, namun jika

ketersediaan SDM tersebut jumlahnya tidak cukup dalam pelaksanaan kerja, maka

pelaksanaan tugas-tugas tersebut tidak akan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

26

Secara umum kinerja RUTAN Klas I Jakarta Pusat dapat dikatakan baik. Hal

ini terlihat dari suasana kerja yang tertib, lancer, aman, dan disiplin dari setiap

pelaksanan kerja baik bidang atau bagian yang ada. Sebagai RUTAN yang menjadi

tolak ukur bagi RUTAN lain di Indonesia, baik pelaksanaan tugas dan pengrekrutan

pegawai harus sesuai dengan standar. Selanjutnya jumlah keseluruhan pegawai yang

pada kenyataannya terjadi perubahan jumlah pada waktu tertentu, dimana sebagian

diantaranya memasuki masa pensiun, dipindah tugaskan ke UPT yang lain, maupun

masuknya pegawai baru. Jumlah pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel. 2

Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat

NO

BAGIAN / SUB SIE

JUMLAH

KETERANGAN 1 2 3 4

1 Pejabat Struktural 9 -

2 Kesatuan Pengamanan dengan rincian

sebagai berikut:

Regu I

Regu II

Regu III

Regu IV

Portier

Staf Kesatuan Pengamanan

43 Orang

43 Orang

43 Orang

42 Orang

16 Orang

65 Orang

2 magang

1 magang

1 magang

3 magang

4 magang

3 Staf Sub Sie Umum 17 Orang

4 Staf Urusan Tata Usaha 4 Orang

5 Staf Sub Sie BHPT 9 Orang

6 Staf Sub Sie Keuangan &

Perlengkapan

9 Orang 1 magang

7 Staf Sub Sie Administrasi &

Perawatan

43 Orang

8 Staf Sub Sie Bimbingan & Kegiatan 4 Orang

J u m l ah 248 Orang

Sumber : Sub bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat Maret 2008

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

27

Tabel 3

Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat

Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Keterangan

Laki – laki Perempuan 1 2 3 4

1 292Orang 45 Orang

292 Orang 45 Orang 337Orang

Sumber: Sub bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat Maret 2008

Tabel. 4

Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat

Berdasarkan Usia No Umur Jumlah Keterangan

1 2 3 4

1 Umur 51 – 55 Tahun 41Orang -

2 Umur 41 – 50 Tahun 102 Orang -

3 Umur 31 – 40 Tahun 57 Orang -

4 Umur 20 – 30 Tahun 134 Orang

5 Umur < 20 Tahun 8 Orang

J u m l a h 337Orang

Sumber dari bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat –Maret 2008

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

28

Tabel. 5

Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat

Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah Keterangan

1 2 3 4

1 SD 3 Orang -

2 SLTP 9 Orang -

3 SLTA 252 Orang -

4 Sarjana

Muda

10 Orang -

5 S1 56Orang -

6 S2 7 Orang -

J u m l a h 337 Orang Sumber : Sub bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat Maret 2008

Tabel. 6

Keadaan Jumlah Pegawai RUTAN Klas I Jakarta Pusat

Berdasarkan Golongan Kepangkatan No Golongan Jumlah Keterangan

1 2 3 4

1 IV 1 Orang -

2 III 169Orang -

3 II 171 Orang -

J u m l a h 337 Orang

Sumber : Sub bagian Kepegawaian Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta PusatMaret 2008

2.2.4. Keadaan Penghuni

Penghuni RUTAN Klas I Jakarta Pusat terdiri dari tahanan dan narapidana,

berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia dan warga negara asing. Setiap

harinya terjadi perubahan isi penghuni RUTAN Klas I Jakarta Pusat (bertambah

dan berkurang). Perubahan isi ini disebabkan antara lain :

- pemindahan tahanan atau narapidana ke LAPAS atau RUTAN lain;

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

29

- penangguhan penahanan

- pengalihan jenis penahanan;

- menjalankan program pembinaan berupa Pembebasan Bersyarat (PB),

Cuti Menjelang Bebas (CMB), Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK),

Assimilasi Ke Lembaga Pemasyarakatan Terbuka, dll;

- bebas demi hukum

- bebas murni

Tingkat pemeriksan perkara tahanan terdiri dari lima kategori, yaitu:

1. Penyidikan

Tingkat pemeriksaan perkara berada dibawah wewenang Kepolisian

sebagai penyidik. Semua data tahanan ditingkat penyidikan (penahanan,

perpanjanan dan pelimpahan) disimpan dalam Register A1

2. Penuntutan

Tingkat pemeriksaan perkara sudah dilimpahkan oleh Kepolisian atau

Penyidik kepada Kekejaksaan atau Penuntut Umum untuk dilakukan

penuntutan. Semua data tahanan ditingkat penuntutan(penahanan,

perpanjangan, dan pelimpahan) disimpan dalam Register A2

3. Peradilan Awal

Tingkat pemeriksaan perkara suah dilimpahkan Kekejaksaan atau

Penuntut Umum kepada Pengadilan Negeri untuk diputuskan. Semua data

tahanan ditingkat peradilan awal (penahanan, perpanjangan, putusan, dan

pelimpahan) disimpan dalam Register A3. Setelah tahanan menerima hasil

putusan Pengadilan Negeri, tahanan diberi waktu selama satu minggu

untuk memikirkan apakah akan menerima putusan Pengadilan Negeri,

maka Penuntut Umum akan membuat Berita Acara Pelaksanaan Putusan

untuk kemudian dilakukan pelimpahan dan pendaftaran ke Register B(data

tahanan yang berstatus menjadi narapidana). Namun jika tidak, maka

tahanan berhak mengajukan banding

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

30

4. Banding

Jika surat permohonan banding disetujui, maka tingkat pemeriksaan

perkara dilimpahkan Pengadilan Negeri kepada Pengadilan Tinggi untuk

sidang berkas. Semua data tahanan ditingkat Banding (surat permohonan,

penahanan, perpanjangan, putusan, dan pelimpahan) disimpan dalam

Register A4. Setelah tahanan menerima hasil putusan Pengadilan Tinggi,

tahanan diberi waktu dua minggu atau empa belas hari untuk memikirkan

apakah akan menerima hasil putusan tersebut atau tidak. Jika tahanan

menerima putusan Pengadilan Tinggi,maka Penuntut Umum akan

membuat Acara Pelaksanaan Putusan untuk kemudian dilakukan

pelimpahan dan pendaftaran tahanan ke Register B (data tahanan yang

berubah status menjadi narapidana). Namun jika tidak, maka tahanan

berhak mengajukan kasasi.

5. Kasasi

Kasasi adalah tingkat pemeriksaan perkara terakhir. Jika surat

permohonan kasasi disetujui, maka tingkat pemeriksaan perkara akan

dilimpahkan Pengadilan Tinggi kepada Mahkamah Agung untuk sidang

berkas. Semua data tahanan ditingkat Kasasi (surat permohonan,

penahanan, perpanjangan, putusan, dan pelimpahan) disimpan dalam

Register A5, setelah tahanan menerima hasil putusan Mahkamah Agung,

maka Penuntut Umum akan membuat Berita Acara Pelaksanaan Putusan

untuk kemudian dilakukan pelimpahan dan pendaftaran tahanan ke

Register B (data tahanan yang berubah status menjadi narapidana).

Untuk tahanan yang telah berubah status menjadi narapidana berhak

tinggal di Rumah Tahanan Negara jika lama pidananya kurang dari satu

tahun dan enam bulan, jika lebih dari itu maka narapidana tersebut harus

dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan lain untuk mendapatkan proses

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

31

pembinaan lanjutan. Narapidana yang berada dalam Rumah Tahanan

Negara dapat digolongkan sesuai dengan lama dan jenis pidananya, yaitu :

o BI, yaitu narapidana yang dipidana diatas satu tahun

o BIIa, yaitu narapidana yang dipidana tiga bulan satu hari

sampai dengan satu tahun

o BIIb, yaitu narapidana yang dipidana tiga bulan kebawah

o BIIIs, yaitu narapidana yang menjalani pidaa kurungan sebagai

pengganti denda.

-

Tabel 7

Data Penghuni RUTAN Klas I Jakarta Pusat

No

ISI

Jumlah

1 Tahanan

A I

A II

A III

A IV

A V

- Orang

1594 Orang

619 Orang

65 Orang

54 Orang

Jumlah 2332 Orang

2 Narpidana

BI

BIIa

BIIb

BIIIs

736 Orang

184 Orang

1 Orang

44 Orang

Jumlah 965 Orang

Jumlah Total

3297 Orang

Sumber: Sub Seksi Administrasi dan Perawatan Rutan Klas I jakarta Pusat

Berdasarkan data di atas, maka total jumlah penghuni RUTAN Klas I

Jakarta Pusat pada bulan April 2008 adalah sebanyak 3297 orang (terdiri dari

2332 Tahanan dan 965 narapidana). Dengan demikian jumlah ini telah melebihi

kapasitas isi blok yang ada yakni 1.000 orang. Over kapasitas yang terjadi ini

diharapkan dapat ditanggulangi dengan adanya pembanguna blok hunian di

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

32

RUTAN Klas I Jakarta usat yang dibuat bertingkat dan adanya pemindahan

narapidana ke Lembaga Pemasyarakatan yang lain seperti ke Tangerang, Nusa

Kambangan, Cirebon, Serang, Subang, dan lain lain. Data selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel. 8

Rekapitulasi Pemindahan Narapidana Dari RUTAN Klas I Jakarta Pusat

Periode Tahun 2007 – 2008

NO

BULAN

JUMLAH

01 Januari 2007 70 Orang

02 Februari 2007 310 Orang

03 Maret 2007 341 Orang

04 April 2007 275 Orang

05 Mei 2007 240 Orang

06 Juni 2007 102 Orang

07 Juli 2007 245 Orang

08 Agustus 2007 185 Orang

09 September 2007 364 Orang

10 Oktober 2007 181 Orang

11 November 2007 303 Orang

12 Desember 2007 198 Orang

13 Januari 2008 220 Orang

14 Februari 2008 158 Orang

15 Maret 2008 154 Orang

16 April 2008 150 Orang

Sumber: Seksi Pelayanan Tahanan; Rekapitulasi pemindahan Narapidana-Maret 2008

2.2.5 Sarana Perawatan dan Pembinaan

RUTAN Klas I Jakarta Pusat sebagai salah satu Unit Pelaksana Tekhnis di

jajaran Direktorat Jenderal Pemasyaraktan mempunyai fungsi sebagai tempat

perawatan tahanan dan pembinaan narapidana memiliki sarana dan prasarana

perawatan tahanan dan pembinaan narapidana, yaitu sebagai berikut:

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

33

1. Gedung Perkantoran

Saat ini gedung baru RUTAN Klas I Jakarta Pusat sudah diopersionalkan,

sementara pembangunan gedung baru tahap kedua sedang dalam proses

persiapan pembangunan. Pembangunan ini dilaksanakan mengingat gedung

lama sudah kurang layak huni dan dari segi pengamanan sudah kurang

nyaman dan sulit dikontrol karena sudah banyak bagian-bagian yang

potensial untuk gangguan keamanan.

2. Blok

Blok adalah salah satu sarana dimana warga binaan tinggal menjalani

pidananya dan menungg proses persidangan berjalan. Blok berupa ruangan-

ruangan yang bertingkat dan berbentuk maksimum security. Kamar yang

dihuni oleh warga binaan wajib tinggal disana mulai jam 18.00 sampai

dengan 06.00, kecuali mereka yang menjadi tamping (pembantu petugas),

dan perangkat blok seperti forman, dan juri kunci dan juru tulis.

3. Rumah Sakit

Rumah Sakit yang diperuntukkan bagi penghuni tersedia dalam RUTAN

dan pelayanan medisnya adalah layanan rawat jalan dan rawat inap. Namun

fasilitas yang tersedia masih terbatas sehingga jika ada warga yang

mengalami suatu penyakit yang lebih parah, maka dirujuk Rumah Sakit

rujukan yang memiliki layanan medis yang lebih lengkap.

4. Sarana Olahraga

RUTAN Klas I Jakarta Pusat menyediakan sarana olahraga lapangan

sepakbola mini, lapangan bola volley, lapangan bulu tangkis, lapangan

tennis meja untuk menyalurkan hobi mereka untuk berolahraga. Khusus

untuk lapangan tennis meja hampir ada disetiap blok, sehingga mereka

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

34

dapat melakukan kegiatan olahraga untuk menunjang tingkat kesehatan

mereka.

5. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan yang tersedia di RUTAN Klas I Jakarta Pusat saat ini

adalah Masjid, Gereja, dan Vihara, dan dimanfaatkan untuk melaksanakan

kegiatan keagamaan.

6. Sarana Kegiatan Kerja

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penghuni

RUTAN Klas I Jakarta Pusat terdiri dari tahanan dan narapidana, maka bagi

tahanan dimana belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan

menganut asas praduga tidak bersalah maka tidak diwajibkan bekerja

sedangkan narapidana yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap

berkewajiban untuk mengikuti program pembinaan yang dilaksanakan pihak

RUTAN Klas I Jakarta Pusat. Pembinaan yang dilaksanakan antara lain

pembinaan keterampilan kerja berupa jahit menjahit, potong rambut,

membuat pot dari kayu, serta kerajinan tangan lainnya. Namun semuanya itu

tidak dilakukan secara maksimal oleh pihak RUTAN Klas I Jakarta Pusat

karena keterbatasan sarana dan prasarana, juga tenaga pengajar sehingga

pembinaan tersebut hanya sebatas pengisi waktu bagi warga binaan sambil

menunggu mereka dipindahkan ke LAPAS lain. Kegiatan lainnya yang

dilakukan oleh warga binaan adalah melalui penyuluhan bantuan hukum,

dimana mereka mendapatkan pengarahan hukum selama didalam RUTAN

Klas I Jakarta Pusat, kegiatan bantuan penyuluhan hukum berupa bimbingan

rohani bagi tahanan yang baru masuk, penyuluhan hukum dari kantor

wilayah, penyuluhan kesehatan terutama bahaya penyakit HIV/AIDS, serta

penyuluhan lainnya yang berkaitan dengan kehidupan mereka selama

didalam RUTAN Klas I Jakarta Pusat.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

35

2.3. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Cipinang

2.3.1 Sejarah Singkat Lapas Klas I Cipinang

Lapas Cipinang Jakarta Timur adalah Lapas Klas I yang menempati areal

seluas kurang lebih 100.000 m² yang dikelilingi oleh dinding tembok yang cukup

tinggi ditambah pagar kawat di bagian atas dari dinding tembok tersebut.

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang (untuk selanjutnya disebut Lapas

Cipinang) didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1918 seiring

dengan diberlakukannya Wet Boek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie yang

pada awal berdirinya difungsikan sebagai pusat penampungan wilayah

(Gewestilijke Centralen). Lapas Cipinang terletak di Jalan Raya Bekasi Timur dan

berada di lingkungan pemukiman penduduk yang relatif padat, dengan batas-batas

sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Jalan Raya Bekasi Timur

b. Sebelah selatan : Jalan Komplek Lapas

c. Sebelah barat : Jalan Cipinang Latihan

d. Sebelah timur : Jalan Cipinang Jaya

Pada awalnya Lapas Cipinang berdiri diatas lahan seluas kurang lebih 111.000

m², namun pada tahun 2001 dalam master plan pengembangan Lapas Cipinang

akan dijadikan menjadi 3 (tiga) institusi yang pada saat dilakukan penelitian sedang

dalam pengerjaan, sehingga Lapas Cipinang sekarang ini hanya tersisa bangunan

yang berdiri pada lahan seluas kurang lebih 40.000 m². Beberapa bangunan yang

ada saat ini seperti ruang bimbingan kerja, ruang kunjungan, mesjid, gereja, dapur

dan rumah sakit adalah bangunan pengganti sementara yang merupakan bangunan

semi permanen. Sedangkan blok hunian narapidana dari jumlah sebanyak 286

(duartus delapanpuluh enam) kamar, pada saat ini tersisa sebanyak 193 (seratus

sembilanpuluh tiga) kamar. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya kapasitas daya

muat Lapas Cipinang dari kapasitas awal kurang lebih 1.789 (seribu tujuhratus

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 21: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

36

delapanpuluh sembilan) orang. Penentuan jumlah kapasitas aktual pada saat ini

ternyata berbeda antara keterangan Bagian Tata Usaha yaitu 1.690 (seribu

enamratus sembilanpuluh) orang dengan Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP) yaitu

1.480 (seribu empatratus delapanpuluh) orang.

2.3.2 Struktur Organisasi Lapas Kalas I Cipinang

Bagan. 2

STRUKTUR ORGANISASI LAPAS KLAS I CIPINANG

KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985

KEPALA LAPAS

BAGIAN TATA USAHA

BIDANG PEMBINAAN

NARAPIDANA

SEKSI SARANA KERJA

Kepala Kesatuan Pengamanan

PETUGAS

PENGAMANAN SEKSI

BIMKEMAS

SEKSI REGISTRASI

SEKSI PERAWATAN NARAPIDANA

BIDANG KEGIATAN

KERJA

BIDANG ADM. KEAMANAN & TATA TERTIB

SEKSI PELAPORAN

SEKSI BIM. KERJA

SEKSI KEAMANAN

SEKSI PENGELOLA

AN HASIL KEJA

SUBAG UMUM

SUBAG KEUANGAN

SUBAG KEPEGAWAIAN

Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka LAPAS Klas I Cipinang

dipimpin oleh seorang Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang bertugas untuk

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 22: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

37

mengkoordinir seluruh kegiatan pemasyarakatan yang berlaku di Lapas, dan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari Kepala Lapas dibantu oleh para pejabat struktural,

yaitu;

1. Bagian Tata Usaha, bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah

tangga Lapas, dengan dibantu oleh :

Sub. Bagian Kepegawaian, bertugas melaksanakan urusan yang

berkaitan dengan kepegawaian

Sub Bagian Keuangan, bertugas melakukan urusan keuangan

Sub.Bagian Umum, bertugas melakukan urusan surat menyurat,

perlengkapan dan rumah tangga Lapas.

2. Bidang Pembinaan Narapidana, yang bertugas melaksanakan pembinaan

pemasyarakatan kepada narapidana. Dalam kesehariannya dibantu oleh :

Seksi Registrasi, bertugas melaksanakan pencatatan dan membuat

statistik serta dokumentasi sidik jari narapidana.

Seksi Bimbingan Kemasyarakatan, bertugas antara lain

memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani serta memberikan

latihan olahraga, peningkatan pengetahuan asimilasi, cuti dan

pelepasan narapidana.

Seksi Perawatan Narapidana, bertugas mengurus kesehatan dan

memberikan perawatan bagi narapidana.

3. Bidang Kegiatan Kerja, yang bertugas memberikan bimbingan kerja,

mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja. Sehari-harinya

dibantu oleh :

Seksi Bimbingan Kerja, bertugas memberikan petunjuk dan

bimbingan latihan kerja bagi narapidana

Seksi Sarana Kerja, memiliki tugas mempersiapkan fasilitas sarana

kerja.

Seksi Pengelolaan Hasil Kerja, bertugas mengelola hasil kerja.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 23: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

38

4. Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib, yang tugasnya antara lain

mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan, dan pembagian tugas

pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan tugas

pengamananyang bertugas serta menyusun laporan berkala di bidang

keamanan dan menegakkan tata tertib.dalam bertugas dibantu oleh :

Seksi Keamanan, bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan

perlengkapan, dan pembagian tugas pengamanan.

Seksi Pelaporan dan Tata Tertib, bertugas menerima laporan harian

dan berita acara dari satuan tugas pengamanan yang bertugas serta

menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan

tata tertib

5. Tugas pengamanan Lapas sehari-harinya selama 24 jam dilaksanakan oleh

Petugas Kesatuan Pengamanan Lapas atau KPLP. Dimana KPLP ini

dipimpin oleh seorang Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas yang

bertanggungjawab langsung kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan.

Adapun tugasnya antara lain :

Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana

Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban

Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan pengeluaran

narapidana.

Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan

Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan

pengamanan.

2.3.3 Keadaan Pegawai

Ketika penulis melakukan penelitian, kondisi pegawai di Lapas Klas I

Cipinang adalah sebagai berikut:

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 24: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

39

Tabel. 9

Kondisi Pegawai

Berdasarkan Unit Kerja

No Unit Organisasi Jumlah Pegawai

01. Kalapas 1

02. Sub Bagian Tata Usaha 25

03. Seksi Pembinan Anak Didik 45

04. Seksi Kegiatan kerja 11

05. Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban 12

06. Kesatuan Pengamanam (KPLP) 115

07. Lain-lain (Pendidikan, diperbantukan dan Hukuman

Disiplin)

9

Jumlah 218

Sumber : Bagian Kepegawaian Lapas Klas I Cipinang

Tabel. 10

Kondisi Pegawai Berdasarkan Usia

Unit Kerja

18 s/d 30 Th

31-40 Th

41- 50 Th

>51 Th

Kepala Lapas - - 1 -

Sub Bagian Tata Usaha 16 5 3 1

Seksi Pembinaan Anak Didik 29 12 3 1

Seksi Kegiatan Kerja 8 2 1

Seksi Adm. Kamtib 9 3

Kesatuan Pengamanan Lapas 99 12 3 1

Lain-lain (Bantuan, Hukdis, dll) 9 - - -

Jumlah 170 34 11 3

Presentase 77,98% 15,59% 5,04% 1,37%

Sumber : Bagian Kepegawaian Lapas Klas I Cipinang

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 25: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

40

Tabel. 11

Kondisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Unit Kerja SLTA D3 S1 S2 Total

Kepala Lapas 1

Bagian Tata Usaha 14 2 8 1 25

Bidang Pembinaan 10 9 23 3 45

Bidang Kegiatan Kerja 3 1 4 3 11

Bidang Adm. Kamtib 3 1 5 3 12

Kesatuan Pengamaan Lapas 62 6 39 8 115

Lain-lain (Bantuan,Hukdis, dll) 9 9

Jumlah 101 19 79 19 218

Prosentase 46.33 % 8,71% 36,23% 8,71% 100%

Sumber : Bagian Kepegawaian Lapas Klas I Cipinang

2.3.4 Keadaan penghuni

Ketika penulis melakukan penelitian, kondisi penghuni di Lapas Klas I

Cipinang adalah sebagai berikut :

Tabel. 12

Data Penghuni Lapas Klas I Cipinang

No ISI Jumlah

1 Tahanan

A I

A II

A III

A IV

A V

- Orang

812 Orang

659 Orang

44 Orang

8 Orang

Jumlah 1.523 Orang

2 Narpidana

Mati 5 Orang

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 26: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

41

Seumur Hidup

BI

BIIa

BIIb

BIIIs

11 Orang

1.046

Orang

501 Orang

1 Orang

27 Orang

Jumlah 1.591 Orang

Jumlah Keseluruhan 3.114 Orang

Sumber : Seksi Registrasi Lapas Klas I Cipinang

Tabel. 13

Data Tahanan Berdasarkan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan Jumlah Penghuni

Warga Negara Indonesia (WNI) 3.099 orang

Warga Negara Asing (WNA) 15 orang

Sumber : Seksi Registrasi Lapas Klas I Cipinang

Tabel. 14

Data Tahanan Berdasarkan Jenis Tindak Pidana

Jenis Tindak Pidana Jumlah Penghuni

Korupsi 67 orang Penyelundupan - orang

Perjudian 108 orang Pencurian 284 orang

Pembunuhan 69 orang

Perampokan 120 orang

Penipuan 119 orang

Narkotika 1.153 orang

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 27: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

42

Psikotropika 295 orang

UU Darurat 68 orang

Terorisme 27 orang

H A M - orang

Keimigrasian 2 orang

Perlindungan Anak 11 orang

Penggandaan 10 orang

Hak Cipta 13 orang

Lain-Lain 768 orang

Jumlah 3.114 orang

Sumber : Seksi Registrasi Lapas Klas I Cipinang

Para narapidana di Lapas Cipinang diberikan pembinaan khusus sebagaimana

para narapidana di Lapas-Lapas lainnya. Pembinaan terhadap para Narapidana

dilakukan oleh tenaga rohaniawan lokal sebanyak 3 orang. Kegiatan pencatatan

keadaan Narapidana di Lapas Cipinang dibuat dalam satu daftar yang dirinci

menurut jenis kejahatan yang salah satu jenis kejahatan tersebut adalah kjahatan

narkotika (pasal 78, UU tentang narkotika tahun 1977). Sehingga tidak ada daftar

khusus yang dibuat untuk Napi Narkoba. Daftar laporan tambahan narapidana

setiap bulan (Daftar Model No.8) untuk kasus narkotika dan psikotropika dibuat

tersendiri atas inisiatif petugas. Laporan tersebut dibedakan menurut pemakai dan

pengedar serta hukuman mati, dan hukuman seumur hidup. Laporan yang dibuat ini

dikirimkan ke Kanwil Hukum dan HAM dan Ditjen PAS.

2.4. Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Khusus Narkotika Jakarta

2.4.1. Sejarah dan Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Jakarta

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta

(Lapassustik) diresmikan pada tanggal 30 Oktober 2003 oleh Presiden Republik

Indonesia saat itu, Megawati Soekarnoputri. Peresmiaan tersebut bertepatan dengan

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 28: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

43

peringatan hari Dharmakaryadhika. Lapassustik mulai dioperasionalkan pada tanggal

24 Februari 2004 dengan kapasitas 1.084 orang.

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA khusus Narkotika Jakarta dibentuk

berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Nomor :

M.04.PR.07.03 Tahun 2003 tanggal 16 April 2003 tentang Pembentukan Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta. Lapas yang dibangun di atas lahan

seluas 27.213,72 hektar ini berada di Jalan Bekasi Timur Raya No. 170 Jakarta Timur

dengan batasan sebagai berikut:

Utara : Jalan Raya Cipinang dan Rel Kereta Api

Barat : Komplek Rumah Susun pegawai Lapassustik dan

perumahan penduduk

Barat : Jalan Cipinang Pemasyarakatan yang memisahkan

Lapassustik dengan kantor Imigrasi Jakarta Timur

Timur : Gedung Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang

2.4.2. Kondisi Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Jakarta

2.4.2.1.Kondisi Pegawai

• Kondisi Pegawai menurut Unit Organisasi

Pegawai Lapassustik saat ini berjumlah 218 (duaratus delapanbelas)

orang, dengan presentase jumlah pegawai terbanyak di bagian

Pengamanan, karena pengamanan dalam lingkungan Lapas merupakan

tugas yang paling inti dalam mendukung lancarnya pembinaan warga

binaan. Selanjutnya kondisi pegawai dalam lingkungan Lapas Khusus

Narkotika Jakarta dapat dilihat dalm tabel berikut ini.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 29: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

44

Tabel. 15

Kondisi Pegawai Berdasarkan Unit Kerja

No Unit Organisasi Jumlah Pegawai 01. Kalapas 1

02. Sub Bagian Tata Usaha 25

03. Seksi Pembinan Anak Didik 45

04. Seksi Kegiatan kerja 11

05. Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban 12

06. Kesatuan Pengamanam (KPLP) 115

07. Lain-lain (Pendidikan, diperbantukan dan Hukuman

Disiplin)

9

Jumlah 218

Sumber: Seksi kepegawaian Lapas Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta

• Kondisi Pegawai berdasarkan Usia

Jumlah pegawai Lapassustik yang dikategorikan produktif masih kurang

memadai. Dari data yang dapat dilihat pada tabel berikut, memperlihatkan

bahwa terdapat sekitar 77,98 % pegawai usia produktif 18 s/d 30 tahun.

Tenaga muda diharapkan memiliki selain memiliki fisik yang lebih kuat,

juga daya fikir dan startegi dalam bidang pengamanan. Karena untuk

mendukung tidak seimbangnya kuantitas personil pengamanan adalah

dengan startegi, yang tentunya lebih didukung oleh kualitas daya fikir,

selain kekuatan fisik.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 30: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

45

Tabel. 16

Kondisi Pegawai Berdasarkan Usia

Unit Kerja

18 s/d

30 Th

31-40 Th

41- 50 Th

>51 Th

Kepala Lapas - - 1 -

Sub Bagian Tata Usaha 16 5 3 1

Seksi Pembinaan Anak Didik 29 12 3 1

Seksi Kegiatan Kerja 8 2 1

Seksi Adm. Kamtib 9 3

Kesatuan Pengamanan Lapas 99 12 3 1

Lain-lain (Bantuan, Hukdis, dll) 9 - - -

Jumlah 170 34 11 3

Prosentase 77,98% 15,59% 5,04% 1,37%

Sumber: Seksi kepegawaian Lapas Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta

• Keadaan Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan SLTA berada pada peringkat pertama (sekitar 46,33

%) dan peringkat kedua pegawai dengan pendidikan S1 (36,23 %),

peringkat ketiga pegawai dengan pendidikan Diploma dan S2 (8,71%),

untuk tingkat pendidikan SD, SMP dan S3 tidak disertakan kedalam tabel

karena tidak ada satu petugaspun yang masuk dalam kategori pendidikan

tersebut, tingkat pendidikan pegawai sangat penting dalam pelaksanaan

penyelenggaraan manajemen pengamanan. Karena tidak cukup hanya

dengan fisik, apalagi berdasarkan prosentasi kekuatan fisik petugas

pengamanan sangat tidak seimbang dengan jumlah penghuni. Diperlukan

daya fikir dan intelejensi yang tinggi untuk mengimbangi kelemahan pada

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 31: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

46

satu sisi, misalkan dalam hal strategi pengamanan dan pendekatan secara

psikologias terhadap narapidana tertentu.

Tabel. 17

Kondisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Unit Kerja SLTA D3 S1 S2 Total Kepala Lapas 1

Bagian Tata Usaha 14 2 8 1 25

Bidang Pembinaan 10 9 23 3 45

Bidang Kegiatan Kerja 3 1 4 3 11

Bidang Adm. Kamtib 3 1 5 3 12

Kesatuan Pengamaan Lapas 62 6 39 8 115

Lain-lain (Bantuan,Hukdis, dll) 9 9

Jumlah 101 19 79 19 218

Prosentase 46.33 % 8,71% 36,23% 8,71% 100%

Sumber: Seksi kepegawaian Lapas Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta

2.4.2.2.Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan

Khusus Narkotika Jakarta

1. Struktur Organisasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 01-PR.07.03

Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman RI,

maka Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Khusus Narkotika Jakarta adalah

Unit Pelaksana Tekhnis di bidang pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan

yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor

Wilayah Departemen Kehakiman RI.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 32: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

47

Selanjutnya Struktur Orgasisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika

Jakarta dapat digambarkan pada bagan berikut ini:

Bagan. 2

STRUKTUR ORGANISASI

LAPAS KLAS II A KHUSUS NARKOTIKA CIPINANG

KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985

KEPALA LAPAS SUB BAGIAN

TATA USAHA

Berdasarkan struktur oraganisasi tersebut, dalam melaksanakan

tugas sehari –hari Lapas Khusus Narkotika Jakarta dipimpin oleh seorang

Kepala Lembaga Pemasyarakatan, yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab mengkoordinasikan pembinaan kegiatan kerja, administrasi

keamanan dan tata tertib serta pengelolaan tata usaha meliputi urusan

SEKSI BIMBINGAN

NARAPIDANA/ ANAK DIDIK

SUBSEKSI SARANA KERJA

Kesatuan Pengamanan

LAPAS

PETUGAS

PENGAMANAN

SUBSEKSI BIMBINGAN

KEMASYARAKATAN & PERAWATAN

SUBSEKSI REGISTRASI

SEKSI KEGIATAN

KERJA

BIDANG ADM. KEAMANAN & TATA TERTIB

URUSAN URUSAN UMUMKEPEGAWAIAN

& KEUANGAN

SUBSEKSI PELAPORAN & TATA TERTIB

SUBSEKSI KEAMANAN SUBSEKSI

BIMBINGAN KERJA

&PENGELOLAAN HASIL

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 33: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

48

kepegawaian, keuangan dan rumah tangga sesuai peraturan yang berlaku

dalam rangka pencapaian tujuan dan tekhnis pelaksanaan pemasyarakatan

di dalam Lembaga Pemasyarakaatn. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala

Lapas Khusus Narkotika Jakarta dibantu oleh 5 (lima) orang pejabat

struktural eselon IV, yaitu :

a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

b. Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik

c. Kepala Seksi Kegiatan Kerja

d. Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib

e. Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan

Adapun uraian tugas dan tanggung jawab masing – masing bagian adalah

sebagai berikut :

a. Sub Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga

Lembaga Pemasyarakatan untuk menyelenggarakan tugas tersebut.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Sub Bagian Tata Usaha

mempunyai fungsi :

• Melakukan urusan kepegawaian dan keuangan

• Melakukan urat menyurat perlengkapan dan urusan rumah tangga

b. Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik

Memberikan bimbingan pemasyarakatn narapidana / anak didik.

Untuk melaksanakan tugas tersebut Seksi Bimbingan Narapidana /

Anak Didik mempunyai fungsi :

• Melakukan registrasi dan membuat statistik serta dokumentasi

sidik jari narapidana dan anak didik

• Memberikan bimbingan pemasyarakatan, menguerus kesehatan

dan memberikan pembinaan bagi narapidana / anak didik

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 34: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

49

Seksi Bimbingan Narapidana / Anak Didik terdiri dari dari :

a) Sub Seksi registrasi

Mempunyai tugas melakukan pencatatan dan membuat statistik

serta dokumentasi sidik jari narapidana / anak didik

b) Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan

Mempunyai tugas memberikan penyuluhan dalam peningkatan

pengetahuan asimilasi, pembebasan bersyarat, pelepasan dan

kesejehateraan narapidana dan anak didik

c. Seksi Kegiatan Kerja

Mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan

sarana kerja dan mengelola hasil kerja.

Untuk melaksankan tugas tersebut Seksi Kegiatan Kerja mempunyai

fungsi:

• Memberikan bimbingan latihan kerja bagi narapidana / anak didik

dan mengelola hasil kerja

• Mempersiapkan fasilitas sarana kerja

Seksi Kegiatan Kerja dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh sub –

sub seksi, yaitu:

a) Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja

Mempunyai tugas memberikan petunjuk dan bimbingan latihan

kerja bagi narapidana / anak didik

b) Sub Seksi Sarana Kerja

Mempunyai tugas mempersiapkan sarana kerja

d. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib

Mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, pengamanan yang bertugas

serta menyususn laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan

tata tertib.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 35: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

50

Untuk melaksanakan tugas tersebut Seksi Administrasi Keamanan dan

Tata Tertib mempunyai fungsi sebagai berikut :

• Mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian

tugas pengamanan

• Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan

yang bertugas serta menyiapkan laporan berkala di bidang

keamanan dan menengakkan tata tertib

Seksi Administrasi dan Tata Tertib dalam pelaksanaan tugasnya

dibantu oleh sub-sub seksi, yaitu :

a) Sub Seksi Keamanan

Mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, pengamanan,

perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan

b) Sub Seksi Pelaporan

Mempunyai tugas menerima laporan dan berita acara dari satuan

pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan laporan di bidang

keamanan dan menegakkan tata tertib.

e. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan

Mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban lembaga

pemasyarakatan. Untuk menyelenggarkan tugas tersebut Kesatuan

Pengamanan Lembaga pemasyarakatan mempunyai fungsi melakukan

penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana / anak didik di

Lembaga Pemasyarakatan

A. Tugas Pokok

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.01-DK.07.03

tahun 1985 Pasal 2 tentang Organisasi dan Tata Kerja, maka tugas pokok

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 36: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

51

Lembaga Pemasyarakatan adalah melaksanakan pemasyarakatan narapidana

agar :

1. Narapidana / anak didik menyadari kesalahannya

2. Memperbaiki diri kembali

3. Tidak melanggar hukum atau mengulangi lagi tindak pidana

Selanjutnya tugas lembaga pemasyarakatan tercantum dalam Undang –

Undang No. 12 Tahun 1995 Pasal 2, bahwa Sistem Pemasyarakatan

diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan

agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri

dan tidak melanggar tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat

hidup secara wajar sebagai warga yang bertanggung jawab.

B. Fungsi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 01-PR-07-03

Tahun 1985 Pasal 3 tentang fungsi-fungsi Lembaga Pemasyarakatan sebagai

berikut :

1. Melakukan Pembinaan Narapidana

Lembaga Pemasyarakatan dalam melaksanakan pembinaan

narapidana harus mengetahui secara jelas tentang kebutuhan

pembinaan setempat dan didasarkan kepada tujuan pemasyarakatan.

Di dalam Lembaga Pemasyarakatan, para warga binaan harus dibina

secara teratur dan berencana dengan tujuan secara umum agar mereka

dapat menjadi manusia seutuhnya. Secara khusus pembinaan warga

binaan ditujukan agar selama masa pembinaan dan sesudah selesai

menjalani masa pidananya :

1) Berhasil memantapkan dan mengembalikan harga diri dan

kepercayaan terhadap dirinya serta bersikap optimis akan

masa depannya

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 37: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

52

2) Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal keterampilan

untuk bekal kemandirian sehingga nantinya mereka dapat

berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan di tengah –

tengah masyarakat

3) Berhasil menjadi manusia yang patuh dan taat hukum yang

tercermin pada sikap dan perilakunya yang tertib, disiplin

serta mampu menggalang rasa kesetiakawanan sosial

4) Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap

bangsa dan negara

2. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil

kerja

Fungsi ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat diperlukan

dalam melakukan kegiatan keterampilan bagi setiap warga binaan.

Pekerjaan di dalam maupun di luar lembaga pemasyarakatan adalah

merupakan sarana pendidikan bagi warga binaan agar menjadi

manusia yang terampil dan sekaligus merupakan bekal hidup bagi

warga binaan yang bersangkutan

3. Melakukan bimbingan sosial / Kerohanian narapidana dan anak didik

Fungsi ini sangat membantu warga binaan dalam rangka

mengembangkan sikap dan perilakunya sehingga warga binaan

mengetahui batas – batas normal, nilai – nilai yang berlaku di tengah –

tengah masyarakat, melatih diri untuk menimbulkan kesadaran

berbuat, menimbulkan rasa tanggung jawb narapidana terhadap diri

sendiri, lingkungan dan masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Melakukan Pemeliharaan Keamanan dan Tata Tertib Lembaga

Pemasyarakatan

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 38: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

53

Keamanan dan tata tertib merupakan syarat penting untuk

terlaksananya program – program pembinaan di dalam lembaga

pemasyarakatan. Untuk itu suasana aman dan tertib mutlak diperlukan.

Dalam hal ini tanggung jawab keamanan dan ketertiban berada di

tangan Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (Ka.

KPLP) dengan dibantu jajaran stafnya. Kegiatan keamanan dan

ketertiban berfungsi untuk memantau dan menangkal mencegah sedini

mungkin gangguan keamanan dan ketertiban yang timbul dari luar

maupun dari dalam lembaga pemasyarakatan.

Kegiatan keamanan dan tata tertib tidak selalu berupa tindakan fisik

demngan menggunakan senjata api atau senjata lainnya, melainkan

sikap dan perilaku petugas yang baik dan adil terhadap penghuni

memberikan dampak yang positif terhadap keamanan dan ketertiban

1) Mencegah agar situasi kehidupan penghuni lembaga

pemasyarakatan tidak mencekam

2) Mencegah agar tidak terjadi penindasan, pemerasan dan

perbuatan yang menimbulkan situasi kehidupan menjadi

resah dan ketakutan

3) Mencegah agar tidak terjadi pelarian dari lembaga

pemasyarakatan

4) Memelihara, mengawasi dan menjaga keutuhan barang

inventaris lembaga pemasyarakatan.

5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga

Fungsi kegiatan ini adalah untuk melaksanakan urusan di bidang

administrasi kepegawaian dan rumah tanggga lembaga

pemasyarakatan, termasuk perawatan warga binaan (perlengkapan,

makanan dan kesehatan)

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 39: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

54

2.4.2.3. Kondisi Penghuni

Saat ini Lapassustik dengan kapasitas 1086 orang, telah terisi 1789 orang.

Data yang diambil adalah kondisi hunian pada bulan Maret 2007. Dengan

semakin meningkatnya kasus narkoba, tentu saja sangat berpengaruh pada

tingkat hunian Lapas. Khususnya Lapassustik, yang pada dasarnya khusus

menampung terpidana kasus narkoba. Namun dengan pertimbangan

kondisi bangunan dan keamanan yang dianggap paling kokoh, Lapassustik

juga memuat terpidana dengan kasus – kasus khusus yang memiliki risiko

keamanan yang tinggi. Tercatat terdapat 10 (sepuluh) orang narapidana

yang bukan kasus narkoba, namun memiliki risiko keamanan yang perlu

perhatian khusus.

a. Data Penghuni berdasarkan Wilayah Hukum

Dioperasionalkannya Lapassustik adalah sebagai tindak lanjut dari

meningkatnya kasus narkoba. Sehingga Lapassustik tidak hanya

memuat narapidana dan tahanan dari wilayah hukum Lapassustik

saja, namun semua wilayah hukum yang terjangkau dan memang

harus ditempatkan di Lapassustik.

Tabel. 12

Data Penghuni Berdasarkan Wilayah Hukum

Wilayah Hukum Jumlah Penghuni Jakarta Pusat 386 orang

Jakarta Utara 199 orang

Jakarta Barat 684 orang

Jakarta Timur 710 orang

Jakarta Selatan 387 orang

PN Tangerang 91 orang

PN Bekasi 29 orang

Lain – lain 3 orang

Jumlah 2489 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 40: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

55

b. Data Tahanan berdasarkan Tingkat Penahanan

Pada pelaksanaannya Lapassustik tidak hanya menampung

narapidana, tetapi juga tahanan. Saat ini prosentase tahanan terhadap

jumlah hunian masih sangat kecil, yaitu sekitar 3,01 %.

Dibandingkan dengan Lapas lain yang rata – rata juga memiliki

fungsi ganda, Lapassutik masih sangat profosional. Namun tidak

menutup kemungkinan jumlah tahanan yang harus ditampung di

Lapassutik akan meningkat tajam.

Tabel. 13

Data Tahanan Berdasarkan Tingkat Penahanan

Tingkat Penahanan Jumlah Tahanan AI Penyidik - orang

AII Kejari 41 orang

AIII PN 28 orang

AIV PT 6 orang

AV MA - orang

Jumlah 75 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008

c. Data Narapidana berdasarkan lama pidana

Penghuni yang ditempatkan di Lapassustik paling banyak diisi

narapidana klasifikasi BI, yaitu dengan masa pidana di atas 1 (satu)

tahun. Jumlah narapidana dengan klasifikasi pengedar, bandar atau

penjual cukup tinggi, berarti berpengaruh pada jumlah narapidana

dengan hukman di atas 1 (satu) tahun.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 41: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

56

Tabel .14

Data Tahanan Berdasarkan Tingkat Penahanan

Masa Pidana Jumlah Narapidana BI > 1 Th 2273 orang

BIIa >3 Bln – 1 Th 54 orang

BIIb < 3 Bln -

BIIIs kurungan pengganti denda 83 orang

Seumur Hidup 4 orang

Mati -

Jumlah 2414 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008

d. Data Narapidana berdasarkan jenis tindak pidana

Lapassustik sebagai Lapas Khusus Narkotika, tindak pidana

yang tertingi tentu saja kasus Narkoba. Kasus Narkotika berada di

urutan tertinggi, selanjutnya Psikotropika dan lainnya. Namun

dengan alasan keamanan juga, bukan hanya narapidana kasus

narkoba yang ditempatkan di Lapassustik, tetapi narapidana khusus

yang memilki risiko keamanan tinggi.

Tabel. 15

Data Tahanan Berdasarkan Jenis Tindak Pidana

Jenis Tindak Pidana Jumlah Penghuni Narkotika 1797 orang

Psikotropika 622 orang

Zat Adiktif -

Lain – lain 70 orang

Jumlah 2489 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 42: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

57

e. Data Narapidana berdasarkan Jenis Umur

Klasifikasi Narapidana berdasarkan umur terbagi menjadi dua,

yaitu Dewasa dan Pemuda. Narapidana yang dikategorikan dewasa

adalah narapidana pada usia 21 tahun ke atas. Sedangkan Narapidana

Pemuda adalah narapidana yang belum sampai pada usia 21 tahun.

Di Lapasssustik prosentase Narapidana pemuda lebih tinggi, sekitar

53.67 %. Kondisi ini juga semakin menunjukkan bahwa Narkoba

sangat rentan sekali menyerang manusia pada usia muda atau

produktif.

Tabel. 16

Data Tahanan Berdasarkan Tingkat Usia

Jenis Umur Jumlah Penghuni Dewasa ( ≥ 21 Th) 1153 orang

Pemuda ( < 21 Th) 1336 orang

Jumlah 2489 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008

f. Data Narapidana berdasarkan Status Kewarganegaraan

Lapasssustik bukan hanya berpenghuni narapidana warga

negara Indonesia, tetapi juga narapidana warga negara asing.

Prosentase adalah 1,08 % (lima persen) dari jumlah hunian.

Tabel. 17

Data Tahanan Berdasarkan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan Jumlah Penghuni Warga Negara Indonesia (WNI) 2462 orang

Warga Negara Asing (WNA) 27 orang

Jumlah 2489 orang Sumber : Sub Seksi Registrasi Lapassustik Maret 2008

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 43: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

58

2.4.2.3.Kondisi Fisik

Lapassustik terdiri dari 3 (tiga) gedung utama, blok hunian dan

fasilitas umum lainnya. Sebagai Lapas yang terbilang baru, Lapassustik

dikonstruksikan semaksimal mungkin, khususnya fasilitas – fasilitas

yang berkaitan dengan pelayanan dan pembinaan serta pendukung

pengamanan bagi narapidana.

• Gedung I

Merupakan gedung perkantoran yang berfungsi sebagai :

a. Ruang Kepala Lapas

b. Ruang Kepala Suba Bagian Umum

c. Ruang Kepala Urusan Kepegawaian dan staf

d. Ruang Kepala Urusan Umum dan staf

e. Ruang Rapat

f. Ruang Serba Guna

g. Aula

• Gedung II

Merupakan gedung perkantoran yang berfungsi sebagai :

a. Ruang Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban

b. Ruang Kepala Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib

c. Ruang Kepala Sub Seksi Keamanan

d. Ruang Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik

e. Ruang Kepala Sub Seksi Registrasi

f. Ruang Kepala Sub Seksi Bimkemas dan Perawatan

g. Ruang Kepala Seksi Kegiatan Kerja

h. Ruang Kepala Sub Seksi Bimker dan Pengelolaan Hasil Kerja

i. Ruang Kepala Sub Seksi Sarana Kerja

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 44: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

59

j. Ruang Konsultasi

• Gedung III

a. Ruang Kepala Kesatuan Pengamanan LAPAS

b. Ruang Komando Regu Pengamanan

c. Ruang Musik

d. Ruang Fitnes

• Alat – alat pengamanan

Tabel 18

Daftar Alat Pengamanan Lapassustik

No

Nama Barang

Jumlah

Kondisi Ket

Baik Rusak 1. Senpi Laras Panjang

a. LE b. Shot Gun.

25 10 15

25 10 15

- -

2. Senpi Laras Pendek a. Bernadelly b. FN kal 7,65 mm

9 4 5

8 4 4

1 - 1

3. Handy Talky 14 11 3 4. Telephone 1 1 - 5. Airphone 24 17 7 6. CCTV 11 6 5 7. Lonceng Isyarat 4 4 - 8. Lampu Sorot 4 4 - 9. Senter 4 4 - 10. Lampu Emergency 8 8 - 11. Lampu Lingkungan/ Blok 18 16 2 12. Lampu Stadion 3 - 3 13. Alat Pemadam Kebakaran 6 6 - 14. Jam Kontrol + Anak Kunci 1+12 1+12 - 15. Metal Detector 8 8 - 16. Tongkt Listrik 8 4 - 17. Gas Air Mata 30 30 - 18. Borgol 199 199 - 19. Pentungan Kayu 28 26 2 20. Gembok + Anak Kunci 457 457 - 21. Kotak Kunci / Almari Kunci 2 2 - 22 X- Ray 1 - 1 23 Perlengkapan Anti Huru – 30 30 -

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 45: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

60

Hara 24. Narcotic Detector 1 - 1 25. Walk Through 1 - 1 26 Handel Explosif 1 - 1 27 Jammer Signal HandPhone 8 8 - 28. Gudang Senjata 1 1 - 29. Alarm 1 set 1 set -

Sumber : KPLP Lapassustik Maret 2008

• Blok Hunian

Terdapat 4 (empat) blok hunian , yaitu Blok A, Blok B, Blok C dan

Blok Isolasi (Isolated Block)

Tabel. 19

Kondisi Blok Hunian

Blok Kapasitas

Kamar

Kapasitas Isi

Kamar

Kapasitas Isi

Blok

Jumlah

Penghuni Blok A 60 kamar 7 orang 420 orang 560 orang

Blok B 324 kamar 1 orang 324 orang 488 orang

Blok C 48 kamar

36 kamar

3 orang

5 orang

144 orang

180 orang

720 orang

Blok Isolasi 16 kamar 1 orang 16 orang 21 orang

Jumlah 484 kamar 1084 orang 1789 orang Sumber : KPlP Lapassustik Maret 2008

• Sarana dan prasarana pendukung

1. Pos Utama

2. Bengkel Kerja

3. Menara

4. Poliklinik

5. Dapur

6. Mesjid

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 46: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

61

7. Vihara

8. Gereja

9. Pamsus (Blok Pengamanan Khusus)

2.5. Rumah Tahanan Negara Klas II-A Jakarta Timur

Rutan Jakarta Timur berlokasi di jalan Pahlawan Revolusi No 38,

Pondok Bambu Jakarta Timur. Rutan ini didirikan pada tahun 1974 oleh

Pemerintah Daerah (PEMDA) DKI Jakarta. Pada awal didirikannya Rumah

Tahanan ini ditujukan bagi para pelanggar Peraturan daerah (PERDA) seperti

tuna susila, tuna wisma, gelandangan, dan pengemis.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.04.PR.07.03

Tahun 1985 Tanggal 20 September 1985 bangunan tersebut dialih fungsikan

sebagai Rumah Tahanan Negara Klas IIA yang fungsinya adalah tempat orang

tahanan negara yang diduga melakukan pelanggaran hukum. Pada awal berdirinya

Rutan Jakarta Timur memiliki kapasitas penghuni berkisar kurang lebih 504

orang.

Rutan Jakarta Timur berdiri di atas tanah Seluas ± 14.586 m² yang

berstatus hak pinjam pakai dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang terdiri dari

gedung perkantoran, perumahan dinas, garasi kendaraan, lima blok hunian, satu

blok karantina, dan satu blok isolasi. Blok hunian terdiri :

• Blok A, merupakan blok bagi penghuni wanita dengan kasus pidana umum.

• Blok B yang merupakan blok bagi penghuni pria anak-anak (sampai dengan

usia 18 tahun).

• Blok C diperuntukan bagi penghuni pria kasus narkotika, dimana usianya 19

tahun keatas.

• Blok D bagi penghuni pria umur 19 sampai dengan 21 tahun dengan kasus

kriminal.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 47: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

62

• Blok E bagi penghuni wanita kasus pidana khusus (narkotika/psikotropika).

• Karantina 1 dan 2 diperuntukan bagi penghuni pria yang sakit.

• Karantina 3 diperuntukan bagi penghuni pria yang melakukan pelanggaran

tata tertib.

• Karantina 4 diperuntukan bagi tahanan baru.

• Blok Isolasi diperuntukan bagi penghuni wanita yang melakukan pelanggaran

tata tertib dan waria.

Sebelumnya Rutan Jakarta Timur sedang melakukan pembangunan

gedung baik gedung perkantoran maupun gedung hunian yang dilaksanakan

dengan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang direncanakan

akan selesai pada tahun 2007/2008. Akan tetapi proyek tersebut tidak dapat

dilanjutkan / dihentikan dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah Pasal 155 ayat (1) dan ayat

(2) yang menegaskan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD dan penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah didanai dari

dan atas beban APBN.

2.5.1 Struktur Organisasi

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia

Nomor M.04-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah

Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, Rutan Jakarta

Timur dipimpin oleh seorang kepala yang membawahi empat orang kepala bagian

dan petugas tata usaha. Adapun struktur organisasinya secara lebih terperinci

adalah sebagai berikut;

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 48: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

63

Bagan.3

STRUKTUR ORGANISASI RUTAN JAKARTA TIMUR

KEP. MEN. 10.M.04.PR.07. 03Tahun 1985

PETUGAS TATA USAHA

Sub Seksi Pengelolaan

Sub Seksi Bimbingan Kegiatan

Sub Seksi Pelayanan Tahanan

PETUGAS

PENGAMANAN

Kesatuan Pengamanan Rutan

KEPALA RUTAN

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur

organisasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepala Rutan bertugas memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan di

dalam Rutan Jakarta Timur.

2. Kesatuan Pengamanan Rutan bertugas melakukan pengamanan dalam

RUTAN yang dipimpin oleh Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan (Ka. KPR),

dimana dalam pelaksanaan tugasnya membawahi petugas keamanan yang

terbagi atas empat Regu pengamanan (Regu A, B, C, dan D) dan staf

keamanan.

3. Sub Seksi Pelayanan Tahanan bertugas melakukan proses administrasi

terhadap tahanan dan narapidana, perawatan kesehatan, perawatan makanan

bagi penghuni dengan daftar menu yang telah ditentukan, dan memberikan

penyuluhan hukum bagi penghuni yang membutuhkan. Sub seksi ini dipimpin

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 49: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

64

oleh seorang Kepala Sub Seksi Pelayanan Tahanan yang dalam pelaksanaan

tugasnya membawahi petugas :

a) Unit Registrasi

b) Poliklinik

c) Bantuan Hukum

d) Perawatan Makanan atau Dapur

4. Sub Seksi Bimbingan Kegiatan bertugas memberikan bimbingan dan kegiatan

bagi para penghuni. Sub seksi ini dipimpin oleh seorang kepala sub seksi yang

membawahi petugas :

a) Unit Bimbingan rohani

b) Unit Bimbingan Jasmani

c) Kegiatan ketrampilan

d) Perpustakaan

5. Sub Seksi Pengelolaan Rutan bertugas melakukan pengelolaan administrasi

Rutan diantaranya

a) Unit Administrasi Kepegawaian yang bertugas :

1) Membuat DP3 pegawai

2) Membuat daftar Absensi pegawai

3) Mengurus masalah Mutasi Pegawai, Kenaikan pangkat, izin pendidikan,

dll

b) Unit Administrasi Keuangan yang bertugas mengurus gaji pegawai

Rumah Tahanan.

c) Unit Administrasi perlengkapan yang bertugas :

1) Pengadaan barang inventaris kantor maupun Tahanan

2) Pengkodean

d) Unit bangunan yang bertugas untuk melakukan perawatan dan

pemeliharaan bangunan Rutan Jakarta Timur

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 50: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

65

2.5.2 Keadaan Pegawai

Pegawai merupakan salah satu elemen penting dalam pelaksanaan tugas

perawatan tahanan dan pembinaan narapidana. Dengan pegawai yang memiliki

tingkat profesionalisme yang tinggi dan jumlah yang mencukupi maka

pelaksanaan tugas dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Jumlah pegawai Rutan Jakarta Timur selalu mengalami perubahan yang

disebabkan karena penambahanan pegawai baru, pegawai yang memasuki masa

pensiun dan petugas yang dipindah tugaskan ke UPT Pemasyarakatan yang lain.

Adapun keadaan pegawai Rutan Jakarta Timur dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

TABEL. 20

Pegawai Rutan Jakarta Timur Berdasarkan Jenis Kelamin

No

Jenis Kelamin

J u m l a h

1.

2.

P r i a

W a n i t a

116 Orang

113 Orang

Jumlah

229 Orang

Sumber : Kepegawaian Rutan Jakarta Timur, Mei 2008

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 51: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

66

Tabel. 21

Pegawai Rutan Jakarta Timur Berdasarkan Pendidikan

No

Pendidikan

J u m l a h

1.

2.

3.

4.

5.

6.

S 2

S 1

D III

S L T A

S L T P

SD

5 Orang

48 Orang

6 Orang

161 Orang

4 Orang

2 Orang

Jumlah

226 Orang

Sumber : Kepegawaian Rutan Jakarta Timur, Mei 2008

Tabel. 22

Pegawai Rutan Jakarta Timur Berdasarkan Tingkat Golongan Ruang

No Pangkat / Golongan J u m l a h

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Pembina / IVa

Penata Tk I / IIId

Penata / IIIc

Penata Muda TK.I / IIIb

Penata Muda / IIIa

Pengatur TK.I / IId

Pengatur / IIc

Pengatur MudaTK.I / IIb

Pengatur Muda / IIa

-

7 Orang

7 Orang

79 Orang

45 Orang

34 Orang

18 Orang

24 Orang

12 Orang

J u m l a h

226 Orang

Sumber : Kepegawaian Rutan Jakarta Timur, Mei 200

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 52: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

67

2.5.3 Keadaan Penghuni

Penghuni Rutan Jakarta Timur terdiri dari tahanan dan narapidana yang

berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia termsuk warga negara asing.

Setiap harinya jumlah isi penghuni Rutan Jakarta Timur selalu mengalami

perubahan (berkurang dan bertambah). Perubahan isi tersebut disebabkan karena :

- Pemindahan tahanan/narapidana ke Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah

Tahanan Negara lain;

- Penangguhan Penahanan;

- Pengalihan Jenis Penahanan;

- Menjalankan program pembinaan berupa Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti

Mengunjungi Keluarga (CMK), Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan lain-lain;

- Bebas dari tuntutan hukum;

- Bebas murni.

Tahanan di dalam Rutan dapat dikelompokan dalam 5 (lima) golongan

atau kategori, yaitu :

a. AI, yaitu tahanan tingkat Penyidikan (Pasal 24 KUHAP);

b. AII, yaitu tahanan tingkat Penuntutan (Pasal 25 KUHAP);

c. AIII, yaitu tahanan tingkat Pemeriksaan Pengadilan Negeri (Pasal 26

KUHAP);

d. AIV, yaitu tahanan tingkat Pemeriksaan Pengadilan Tinggi (Pasal 27

KUHAP);

e. AV, yaitu tahanan tingkat Pemeriksaan Mahkamah Agung (Pasal 28

KUHAP).

Narapidana yang telah mendapatkan putusan hakim yang memiliki

kekuatan hukum yang tetap, dibagi dalam beberapa golongan sesuai dengan lama

dan jenis pidananya, yaitu :

a. BI, yaitu narapidana yang dipidana diatas satu tahun;

b. BIIa, yaitu narapidana yang dipidana 3 bulan satu hari sampai dengan 1 tahun;

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 53: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

68

c. BIIb, yaitu narapidana yang dipidana 3 bulan ke bawah;

d. BIII, yaitu narapidana yang dipidana dengan pidana kurungan;

e. BIIIs, yaitu narapidana yang menjalai pidana kurungan sebagai pengganti

denda.

TABEL. 23

Data Penghuni Rutan Jakarta Timur

KETERANGAN

ANAK PEMUDA DEWASA AB JUMLAH TOTAL

P W P W P W P W P W ISI

TAHANAN

A I

A II

A III

A IV

A V

8

168

206

3

1

6

16

19

1

-

-

80

109

3

-

9

25

40

-

-

-

-

-

-

-

61

145

276

15

8

3

-

-

-

-

1

-

-

-

-

11

248

315

6

1

77

186

335

16

8

88

434

650

22

9

J u m l a h 386 42 192 74 - 505 3 1 581 622 1203

NARAPIDANA

B I

B II a

B II b

B III s

27

51

1

4

1

2

-

-

29

36

-

3

18

12

-

-

-

-

-

-

149

47

1

6

-

-

-

-

-

-

-

-

56

87

1

7

168

61

1

6

224

148

2

13

JUMLAH 83 3 68 30 - 203 - - 151 236 387

Jumlah Total 469 45 260 104 - 708 3 1 732 858 1590

Sumber : Unit Registrasi Rutan Jakarta Timur, Mei 2008

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 54: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

69

Berdasarkan data diatas, maka total jumlah penghuni Rutan Jakarta Timur pada

tanggal 12 Februari 2008 adalah 1590 orang (terdiri dari 1203 Orang tahanan dan

387 Orang narapidana). Dengan kapasitas 504 Orang maka Rutan Jakarta Timur

telah mengalami over kapasitas ± 315,48%. Masalah tersebut telah diansipasi

dengan adanya pembangunan Rutan Jakarta Timur yang dibuat bertingkat dan

dilakukan pemindahan narapidana ke Lembaga Pemasyarakatan yang lain seperti

ke Tangerang, Serang dan Semarang.

Tabel diatas juga menunjukan bahwa penghuni Rutan Jakarta Timur sangat

berfariasi yang terdiri dari pria dan wanita, dari anak-anak sampai dengan dewasa.

Anak yang menjadi penghuninya sebanyak 514 orang atau sekitar ± 32,33 %

2.5.4 Kegiatan Perawatan Tahanan dan Narapidana

Setelah selesai pada tahap penerimaan, pendaftaran, dan penempatan

tahanan, tahapan selanjutnya adalah perawatan tahanan. Setiap tahanan sejak sah

diterima di Rutan sampai saat dikeluarkan dari Rutan selalu diberikan perawatan

yang layak baik berupa pemberian makanan, minuman, perlengkapan yang

diperlukan, dan pemeliharaan kesehatannya.

1. Perlengkapan

Setiap tahanan memakai pakaian sendiri dalam batas yang tidak berlebihan

dan tidak mengganggu keamanan serta menunjukkan kepatutan dan

kesopanan. Bagi tahanan yang tidak mempunyai pakaian, kepadanya dapat

diberikan pakaian yang layak dari rutan. Kepada tahanan juga diberikan

perlengkapan makan, minum, dan perlengkapan tidur yang layak.

2. Makanan

Setiap penghuni Rutan berhak mendapat jatah makan dan minum setiap hari.

Besarnya kalori sekurang-kurangnya 2250 kalori setiap hari untuk satu orang;

kepada wanita yang sedang hamil dapat ditambahkan 300 kalori setiap hari

untuk satu orang; kepada wanita yang sedang menyusui dapat ditambahkan

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 55: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

70

antara 800-1000 kalori setiap hari untuk satu orang; bagi tahanan yang

menjalankan ibadah puasa diberi tambahan makanan untuk berbuka puasa.

Sebelum makanan dibagikan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk

diketahui apakah makanan tersebut memenuhi syarat kesehatan dan oleh

kepala Rutan untuk diketahui apakah kwalitas dan kwantitas makanan tersebut

sesuai dengan ketentuan yang berlaku/tidak. Waktu pembagian jatah makan

bagi Warga Binaan Rutan Jakarta Timur adalah pagi hari jam 07.00-08.00

WIB; siang hari jam 11.00-12.00 WIB; dan sore hari jam 16.00-17.00 WIB.

Penghuni Rutan makan secara bersama-sama dalam kamar masing-masing

dan pada setiap blok disediakan air minum (air dimasak sampai mendidih)

3. Pemeliharaan Kesehatan

Setiap penghuni Rutan berhak memperoleh perawatan kesehatan yang layak.

Perawatan kesehatan di Rutan dilakukan oleh dokter, yang dilaksanakan

sekurang-kurangnya 1x dalam satu bulan, kecuali ada keluhan, maka sewaktu-

waktu dapat diperiksa dokter. Jika terdapat tahanan yang sakit dan harus

segera mendapatkan penangan dokter di luar maka dalam pelaksanaannya

harus dengan pengawalan POLRI dan secara administrasi harus mendapatkan

ijin dari pihak yang menahanan terkecuali dalam keadaan mendesak dilakukan

pengobatan terlebih dahulu baru memberitahukan kepada pihak yang

menahan. Perawatan tahanan yang menderita sakit jiwa dilakukan di Rumah

Sakit Jiwa yang dilaksanakan atas nasehat dokter Rutan serta seijin pihak

yang menahan.

2.5.5 Bimbingan Kegiatan

Bimbingan kegiatan adalah segala kegiatan yang meliputi usaha

menyalurkan dan mengembangkan bakat dan keterampilan serta pengelolaan hasil

karya tahanan dan narapidana. Bimbingan kegiatan yang ada di Rutan Jakarta

Timur meliputi bimbingan bakat dan bimbingan keterampilan. Bimbingan

kegiatan ini diikuti oleh tahanan yang secara sukarela menyatakan keinginannya

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 56: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

71

untuk mengikuti kegiatan tersebut sedangkan untuk narapidana merupakan suatu

kewajiban. Namun dengan keterbatasan ruangan yang dimiliki maka dilakukan

penyeleksian oleh petugas berkaitan dengan narapidana yang akan mengikuti

suatu program pembinaan.

Bagi penghuni yang akan mengikuti bimbingan kegiatan harus diteliti

dahulu, bisa tidaknya penghuni yang bersangkutan melaksanakan bimbingan

kegiatan dan bidang apa yang sesuai dengan bakat dan minat serta manfaatnya di

masa depan bagi masing-masing penghuni. Penelitiannya dilakukan dengan jalan

melakukan wawancara tentang ketrampilan apa yang dimiliki, kalaupun tidak

memiliki ketrampilan maka petugas mengarahkan bimbingan kegiatannya sesuai

dengan minatnya dengan memberikan pendidikan terlebih dahulu.

Pelaksanaan bimbingan kegiatan berada dalam pengawasan dan

bimbingan petugas unit bimbingan kegiatan. Semua hasil karya penghuni

disimpan dengan baik dan tertib dalam gudang penyimpanan dan dicatat dalam

buku hasil karya penghuni. Untuk saat ini hasil karya penghuni merupakan

pesanan dari pihak luar dan akan di pamerkan pada saat acara tertentu di dalam

Rutan Jakarta Timur. Jenis Bimbingan atau pembinaan yang terdapat di Rutan

Jakarta Timur adalah sebagai berikut :

1. Pembinaan Kepribadian yang meliputi

a. Pembinaan Kesadaran beragama (rohani), untuk yang beragama Islam

dilakukan kegiatan pengajian secara rutin, bagi yang beragama kristen

dilakukan kebaktian dalam ruangan yang dialihfungsikan sebagai gereja

dan selain agama tersebut kegiatan keagamaannya dilakukan di dalam

kamar masing-masing.

b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara dalam bentuk

mengikutsertakan warga binaan dalam Upaca Bendera Kesadaran

Nasional setiap tanggal 17 dalam tiap bulannya dan upacara kenegaraan

lainnya.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 57: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

72

c. Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan) dalam bentuk Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) negeri 14 yang bekerja sama

dengan Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur berupa Program Kejar Paket

A dan Paket B, kursus Bahasa Inggris.

d. Pembinaan kesadaran hukum berupa penyuluhan-penyuluhan hukum oleh

BPHN, Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM DKI Jakarta

maupun yang dilakukan oleh petugas bantuan hukum.

e. Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat dalam bentuk

kunjungan keluarga, program Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan

Pembebasan Bersyarat (PB).

f. Pembinaan kesegaran jasmani. Untuk menjaga kondisi kesehatan jasmani,

kepada penghuni diberikan kegiatan olah raga, kesenian, dan rekreasi di

dalam Rutan yang sesuai dengan fasilitas yang tersedia. Di dalam Rutan

diselenggarakan kegiatan olah raga seperti senam aerobic, bulu tangkis,

tennis meja, bola volley, senam pernafasan tapak suci, band yang diberi

nama ”Remisi Band”, marawis, qasidah dan sebagainya. Pelaksanaan

kegiatan tersebut selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan petugas.

2.5.6 Sistem Pengamanan Rutan Jakarta Timur

Kesatuan Pengamanan Rutan (KPR) Jakarta Timur adalah jajaran petugas

yang memiliki tugas poko untuk menjaga keamanan dan ketertiban di dalam

Rutan. KPR Jakarta Timur dibagi kedalam empat regu jaga serta dua regu staf

keamanan. Regu Jaga di Rutan Jakarta Timur adalah pelaksana utama dalam

menjaga keamanan lingkungan Rutan, mulai dari ruang paste blok, pintu portir,

hingga pos-pos atas yang ada di Rutan Jakarta Timur. Pelaksanaan tugas bagi

anggota regu jaga adalah

a. Shift jaga siang, dimulai pukul 13.00 s.d 19.00 WIB.

b. Shift jaga pagi, dimulai pukul 07.00 s.d 13.00 WIB.

c. Shift jaga malam, dimulai pukul 19.00 s.d 07.00 WIB.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 58: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

73

Bagi regu yang telah menjalankan tugas jaga malam langsung libur sehari dan

dilanjutkan masuk siang. Sedangkat untuk staf keamanan dibagi menjadi dua regu

yang pelaksanaan tugasnya adalah satu regu masuk pagi selama satu minggu

berturut-turut dari jam 07.00 s.d 13.00 WIB dan satu regu masuk siang selama

satu minggu berturut-turut dari jam 13.00 s.d 19.00 WIB. Tugas jaga pagi atau

siang bergantian pada setiap minggunya.

Pelaksanaan tugas bagi petugas kemanan Rutan Jakarta Timur disesuaikan

dengan jenis kelaminnya masing-masing. Untuk petugas wanita bertugas pada

blok wanita dan sebaliknya. Selain itu petugas Kesatuan Pengamanan Rutan juga

bertanggung jawab pada kegiatan diluar Rutan seperti pengawalan ke luar Rutan

(ke rumah sakit, persalinan, pengiriman jenasah dan sebagainya) dan pemindahan

narapidana ke Lembaga Pemasyarakatan.

Petugas Kesatuan Pengamanan Rutan baik yang bertugas di Paste Blok,

ruang kunjungan maupun pintu portir memiliki tanggung jawab untuk mencegah

masuknya barang terlarang ke dalam Rutan Jakarta Timur seperti narkoba, senjata

api, senjata tajam, minuman keras dan barang berbahaya lainnya yang dapat

mengganggu keamanan dan ketertiban kehidupan Rutan Jakarta Timur.

Kekuatan petugas keamanan Rutan Jakarta Timur secara terperinci dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL. 24

Anggota Regu Penjagaan Rutan Jakarta Timur

No REGU JAGA WANITA PRIA JUMLAH 1.

2.

3.

4

A

B

C

D

9 Orang

8 Orang

8 Orang

10 Orang

14 Orang

14 Orang

14 Orang

14 Orang

23 Orang

22 Orang

22 Orang

24 Orang

J u m l a h 35 Orang 56 Orang 91 Orang Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 59: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

74

TABEL. 25

Staf Keamanan Rutan Jakarta Timur

No

REGU

RUPAM WANITA

RUPAM PRIA

JUMLAH 1.

2.

REGU I

REGU II

4 Orang

4 Orang

9 Orang

12 Orang

13 Orang

16 Orang

JUMLAH 8 Orang 21 Orang 29 Orang Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008

Dalam melaksanakan tugas pengamanan Rutan Jakarta Timur, petugas

juga didukung dengan persenjataan sebagai berikut:

TABEL. 26

Daftar Senjata Api Laras Panjang / Bahu

Rutan Jakarta Timur

NO

JENIS SENJATA

MERK /

PABRIK

NOMOR

ASAL DARI

JUMLAH

KET.

MILIK

PINJAMAN SENJATA PELURU

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Stengun Kal. 34

Mouser kal. 39

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

Polisto

Mouser

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

L.E.

401449

9546.D

D.2517

D.X.5724

S.5003

B.D.5361

S.135

K.5126

P.4031

Z.212

7340

B.H.8762

Paldam

Ex. Cipinang

Polri

Polri

Polri

Polri

Polri

Polri

Polri

Polri

Polri

Polri

1975

-

12-12-2001

12-12-2001

12-12-2001

12-12-2001

12-12-2001

12-12-2001

12-12-2001

12-12-2001

12-12-2001

12-12-2001

1 pucuk senjata

1 pucuk senjata

10 pucuk

senjata

180 butir

34 butir

100 butir

Rusak

Rusak

Keadaan baik

Keadaan baik

Keadaan baik

Keadaan baik

Keadaan baik

Keadaan baik

Keadaan baik

Keadaan baik

Keadaan baik

Keadaan baik

Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008

Catatan :

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 60: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

75

- Jumlah amunisi dipakai untuk operasional : 32 butir

- Jumlah amunisi disimpan dikamar senjata : 414 butir

- Jumlah amunisi senjata Stengun : 180 butir

- Jumlah amunisi senjata Mouser : 200 butir

- Jumlah amunisi senjata L.E. : 100 butir

TABEL 27

Daftar Senjata Api Laras Pendek / Pistol

Rutan Jakarta Timur

NO

JENIS SENJATA API

KAL

MERK /

PABRIK

NOMOR

ASAL

DARI

Jumlah

Keterangan PISTOL REVOLVER

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Pistol

Pistol

Pistol

Pistol

Pistol

Pistol

Pistol

Pistol

Pistol

Pistol

Pistol

Revolver

Revolver

Revolver

Revolver

Revolver

7,65

7,65

7,65

7,65

7,65

7,65

7,65

7,65

7,65

7,65

7,65

38

38

38

38

38

Wolther

Benardelli

Benardelli

Benardelli

Benardelli

Benardelli

Benardelli

Benardelli

Benardelli

Benardelli

Benardelli

Colt

Colt

Colt

Colt

Colt

2808908.S

VB.147787

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

Rutan

1 (satu) pucuk

10 (sepuluh) pucuk

1005 (seribu lima)

butir peluru

5 (lima) pucuk

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Keadaan Baik

Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008

Catatan :

- Jumlah amunisi pistol caliber 7,65 berikut yang dipakai operasional

Rumah Tahanan Negara Jakarta Timur 1005 (seribu lima) butir

- Jumlah amunisi Revolver caliber 38 berikut yang dipakai operasional

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 61: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

76

Rumah Tahanan Negara Jakarta Timur 1005 (seribu lima) butir

TABEL 28

Keadaan Peralatan Keamanan Rutan Jakarta Timur

NO

NAMA JENIS ALAT-ALAT

PENUNJANG KEADAAN DI

RUTAN

MERK/

PABRIK

MODEL

ASAL /

BUATAN

JUMLAH

SATUAN

KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Gas Air Mata, Rompi, Tameng

Tongkat Kejut

Borgol, Belemggu

Clock/ Jam Kontrol

Lonceng Isyarat/ Genta

Pesawat Telepon

Pesawat Handy Talky

Hand Metal Detektor

Lampu Emergensi

Lampu Ting Kecil

Alat Pemadam Kebakaran

Tongkat Karet

Helm

Pistol Gas Air Mata

Belenggu Rantai

Tongkat Gas Air Mata

Polisi

-

-

Maruszan

-

NRA

Kenwood

Black

Eagle

CMOS

-

Yamato

-

-

-

-

TW 1000

-

-

-

-

-

M3 Max

999XL

HK 6 V

-

-

-

-

-

-

-

West Germany

-

Made in Japan

-

Indonesia

-

-

Made in Japan

-

-

Ya – 20 L

-

-

-

-

-

20 buah

4 buah

35 buah

2 buah

6 buah

2 buah

13 buah

7 buah

4 buah

4 buah

1 buah

7 buah

18 buah

7 buah

11 buah

12 buah

Disimpan dikamar senjata

Disimpan dikamar senjata

15 dalam keadaan rusak di gudang

Keadaan rusak digudang

Dipakai operasional keadaan baik

Dipakai operasional keadaan baik

8 buah untuk operasional

Dipakai operasional keadaan baik

Dipakai operasional keadaan baik

Dipakai operasional keadaan baik

Dipakai operasional keadaan baik

Disimpan dikamar senjata

Disimpan dikamar senjata

Disimpan dikamar senjata

Disimpan dikamar senjata

Disimpan dikamar senjata

Sumber : Kesatuan Pengamanan Rutan Jakarta Timur, Mei 2008

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 62: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

BAB III

TINJAUAN TEORITIS

3.1. RENCANA STRATEGIS

Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses menetapkan dan

memilih cara untuk mencapai sasaran dan target yang akan dicapai dalam oragnisasi

tersebut. Seorang manajer atau pengelola organisasi tidak akan dapat mengelola atau

mengorganisasikan sumber-sumber daya dalam organisasi tersebut, baik sumber daya

manusia maupun sumber daya modal, dan berbagai sumber daya lain yang

mendukung pencapaian target dan sasaran yang telah ditetapkan tanpa adanya suatu

perencanaan yang baik.

Perencanaan adalah aspek yang sangat penting dalam suatu organisasi

karena tanpa suatu rencana yang baik, maka mustahil manajer dan bawahannya atau

sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam organisasi tersebut dapat mencapai

sasaran dan target kerjanya, serta tidak dapat mengetahui kapan dan sejauh-mana

organisasi beserta semua elemen yang ada dalam lingkup organisasi tersebut

melakukan suatu penyimpangan atau keluar dari jalur batas yang telah ditetapkan.

Dengan demikian organisasi tanpa suatu perencanaan yang baik maka pengelolaan

organisasi tersebut merupakan sesuatu pekerjaan yang sia-sia saja, dan tidak akan

mampu mencapai sasaran dan target kerja secara optimal sebab perencanaan adalah

sekaligus berfungsi sebagai suatu arah dalam melaksanakan pengelolaan organisasi

yang dijabarkan dalam suatu strategi yakni suatu uraian konkrit dalam pelaksanaan

rencana yang ditetapkan tersebut. Perencanaan dalam suatu organisasi ataupun dalam

unit kerja akan berlangsung secara terus menerus dan menjadi suatu proses yang

sangat penting dalam menetapkan suatu program atau kegiatan dalam upaya

mencapai sasaran organisasi dalam arti luas yang mencakup cara-cara dalam

merealisasikan pencapaian sasaran tersebut.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 63: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

3.1.1 Pengertian Rencana Strategis

Perencanaan menurut Stoner et. al (1996) adalah suatu jenis pembuatan

keputusan untuk masa depan yang spesifik yang dikehendaki oleh manejer bagi

organisasi mereka yang dapat dikatakan sebagai lokomotif yang menghela kereta

yang terdiri dari aktivitas mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan. Oleh

karena itu perencanaan bagi manejer adalah suatu hal yang sangat penting dan bukan

merupakan suatu proses tunggal melainkan proses rangkaian berbagai aspek yang

bertalian dengan pencapain sasaran dan target organisasi secara berkesinambungan.

Sementara itu pencapaian organisasi sebagai suatu kesatuan akan lebih produktif

apabila memiliki keterkaitan yang erat, saling berhubungan, dan saling

ketergantungan antara bagian-bagian yang terdapat dalam organisasi tersebut. Hal ini

dikarenakan keterkaitan atau hubungan yang harmonis pada masing-masing bagian

dalam organisasi akan menyebabkan suatu perubahan yang terjadi di satu bagian

dalam organisasi tersebut akan mempengarhui bagian lainnya, maka tercapainya

sasaran dan tujuan organisasi dengan baik adalah gambaran dari berfungsinya factor

interdependensi antar bagian organisasi tersebut.

Lebih jauh Stoner, (1996) menguraikan bahwa biasanya organisasi dikelola

berdasarkan dua rencana yaitu rencana strategis dan rencana operasional. Rencana

strategis adalah sesuatu yang didesain oleh para manajer tingkat tinggi dan

menentukan sasaran secara luas untuk organisasi, sementara rencana operasional

berisi rincian untuk melaksanakan, atau meninplementasikan rencana strategis

tersebut dalam kegiatan operasional sehari-hari organisasi tersebut. Apabila dikaitkan

dengan hubungan antar orang-orang dalam organisasi, maka rencana strategis

berkaitan dengan pola hubungan antara orang-orang dalam suatu organisasi dengan

orang-orang yang ada dalam organisasi lain, sedangkan rencana operasional

merupakan hubungan antara orang-orang yang ada di dalam satu organisasi. Dengan

demikian perbedaan rencana strategis dengan rencana operasional terletak pada

jamgka waktunya, dimana rencana strategis memandang jauh kedepan beberapa

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 64: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

79

tahun kemudian atau bahkan decade, sementara rencana operasional memandang

hanya dalam jangka waktu singkat saja.

Perencanaan menurut Robbins, (2003), adalah suatu bagian yang sangat

penting dalam manajemen organisasi, karena dalam suatu pengelolaan organisasi

tidak akan dapat mencapai suatu sasaran dengan baik jika dalam implementasi

pengelolaan tersebut tidak terdapat suatu perencanaan yang sistematis disertai dengan

strategi dalam upaya pencapaian sasaran yang telah digariskan oleh organisasi

tersebut. Manajemen yang pada saat ini memegang 4 (empat) hal pokok yakni;

perencanaan, pengarahan, pengendalian, pengkoordinasian akan dapat mencapai

sasaran dan target organisasi dengan baik jika keempat hal pokok tersebut memiliki

keseimbangan dan ketersediaan SDM yang memadai dalam menjalankan organisasi

tersebut. Demikian halnya dalam melakukan suatu perubahan sebagai proses

pengembangan strategi dalam memenangkan persaingan dan mengimbangi perubahan

situasional lingkungan dalam dan lingkungan luar organisasi tersebut, keempat hal

pokok tersebut menjadi penentu upaya-upaya yang dilakukan oleh manajemen atau

pengelola organisasi tersebut.

Selanjutnya Robbins, (2003), menguraikan bahwa dalam pengelolaan suatu

organisasi penentuan tujuan adalah bagian dari strategi, karena menurutnya strategi

adalah penentuan dari tujuan dasar jangka panjang dan sasaran sebuah organisasi, dan

penerimaaan serangkaian tindakan serta alokasi dari sumber-sumber yang dibutuhkan

untuk melaksanakan tujuan tersebut. Oleh sebab itu keputusan dalam memperluas

volume aktivitas, mengalih fungsikan kegiatan pada suatu kegiatan yang baru adalah

berkaitan dengan tujuan dasar. Strategi sebagai penentuan tujuan dasar dibagi

menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

a. Model perencanaan (Planing mode)

Model perencanaan ini berpandangan bahwa strategi adalah sebuah model

perencanaan atau kumpulan pedoman eksplisit yang dikembangkan sebelumnya.

Pengelola mengidentifikasikan arah dan tujuan mereka, kemudian mereka

mengembangkan rencana yang sistematis dan terstruktur mengenai hal tersebut

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 65: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

80

b. Model evolusi (Evolutionary mode)

Model evolusi ini merupakan suatu prespektif baru sehingga disebut evolusi yang

berpandangan bahwa strategi tidak harus merupakan rencana yang dipikirkan

secara matang dan sistematis. Strategi bahkan berkembang dari waktu ke waktu

sebagai pola dari arus keputusan yang sangat berarti bagi organisasi.

3.1.2 Urgensi Perencanaan Dalam Pengembangan Strategi

Secara umum organisasi-organisai profit dan non-profit mempunyai impian

untuk mencapai suatu keberhasilan, ketenaran, dikagumi, dihargai oleh orang lain

ataupun manjemen organisasi lainnya, dan untuk dapat mencapai tujuan atau sasaran

yang diinginkan tersebut maka setiap organisasi akan mencanangkan suatu strategi

yang menjadi penuntun pedonman bagi organisasi. Perencanaan menurut Stoner et.

al, (1996) adalah sama maknanya dengan sebuah tinjauan dalam menentukan sasaran,

dan sasaran dalam organisasi sangat penting karena:

a. Sasaran memberikan arah

Individu maupun organisasi cenderung akan tidak menentu arah, sulit bereaksi

terhadap lingkungan secara tepat sebab tidak tahu apa yang sebenarnya

diharapkan dari lingkungannya. Oleh karenanya dengan menetapkan suatu

sasaran yang jelas, maka seseorang akan termotivasi dan terinspirasi untuk

mewujudkan sasaran yang akan dicapainya.

b. Sasaran memfokuskan usaha

Setiap orang, kelompok, organisasi memilki keterbatasannya masing-masing, dan

keterbatasan inilah yang menjadikan suatu penetapan sasaran sangat perlu

dilakukan untuk menentukan perioritas atau menentukan langkah-langkah yang

realistis yang akan dipergunakan dalam mencapai tujuan yang akan dicapai.

c. Sasaran menjadi pedoman rencana dan keputusan

Apabila seseorang atau kelompok ataupun organisasi ingin mencapai apa yang

hendak dicapai, maka perencanaan dalam jangka pendek dan jangka panjang akan

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 66: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

81

sangat menentukan dan membantu dalam proses pencapain tujuan yang hendak

dicapai tersebut.

d. Sasaran membantu mengevaluasi kemajuan yang dicari

Sasaran yang ditetapkan melalui proses perencanaaan akan membantu seseorang,

kelompok, oranisasi dalam mengevaluasi kemajuan dalam proses pencapaian

tujuan yang akan dicapai tersebut. Dengan kata lain sasaran yang dibuat dan

disusun sebagai rumusan perencanaan, berguna sebagai pengendali dalam

mencapai sasaran yang akan dicapai.

Perumusan strategi secara tipikal menurut Huger & Wheelen, (2003),

adalah suatu proses yang tidak tetap dan berlangsung secara terus-menerus.

Perumusan strategi sering berubah, dan seringkali berjalan seperti tidak memiliki

suatu keteraturan. Ada kalanya stabil, tetapi ada kalanya terus berubah-ubah,

mencari-cari, perubahan sedikit demi sedikit dan perubahan secara global sering

terjadi. Tinjauan perumusan strategi sebagai proses yang tidak tetap mencerminkan

suatu pemahaman terhadap kecenderungan manusia untuk terus menerus melakukan

suatu tindakan sampai terjadi suatu kesalahan, atau manusia dipaksa untuk

mempertanyakan tindakannya.

Perencanaan strategis menurut Bryson, (2004) adalah suatu acuan atau

landasan dalam menjalankan roda organisasi publik dan organisasi nonprofit untuk

mewujudkan misinya, memperoleh apa yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut.

Perumusan perencanaan strategis ini akan menjadi suatu acuan dalam mewujudkan

apa yang hendak dicapai organisasi tersebut, mengimbangi segala bentuk perubahan

lingkungan. Dengan demikian perencanaan strtegis ini menjadi sangat penting untuk

dikembangkan dalam organisasi-organisasi publik dan organisasi nonprofit untuk

mencapai suatu target sasaran dengan baik ntanpa harus menambah biaya

operasional. Hal ini dikarenakan menurut Bryson (2004), perencanaan strategis

berisikan konsep, prosedur dan aturan untuk mempermudah manajemen dalam

menjalankan organisasi untuk mencapai hasil kerja atau sasaran dengan baik, karena

telah memiliki suatu panduan yang tersusun secara sistematis.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 67: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

82

Perencanaan sebagai panduan dalam suatu organisasi dalam mencapai

tujuan yang akan dicapai, dimana sasaran bermanfaat sebagai pemberi arah, pedoman

dalam memfokuskan usaha, dan pedoman dalam pengambilan keputusan, serta

membantu proses evaluasi dalam suatu organisasi adalah suatu indikasi bahwa

perencanaan tersebut berfungsi sebagai tolak ukur produktifitas suatu oragnisasi, baik

organisasi perusahaan maupun organisasi publik. Sebagaimana diuraikan oleh

Robbins, (2003) bahwa suatu organisasi dapat dikatakan produktif apabila

oraganisasi tersebut dapat mencapai sasarannya dengan baik dengan mentransfer

input ke output dengan biaya terendah. Kekuatan dalam mencapai produktifitas ini

sangat tergantung dari sumber daya manusia (SDM) yang ada dan bersedia

mendukung inovasi dalam organisasi tersebut secara terencana. Dengan demikian

rumusan perencanaan strategis yang dikemukakan oleh Allison & Kaye, (2005)

bahwa perencanaan strategis adalah sebuah alat manajemen yakni alat yang yang

hanya digunakan untuk satu tujuan saja dengan maksud menolong organisasi dalam

melakukan tugasnya dengan lebih baik. Dengan kata lain perencanaan strategis akan

dapat membantu organisasi memfokuskan visi dan prioritasnya sebagai jawaban

terhadap perubahan lingkungan dan untuk memastikan agar anggota-anggota

organisasi itu bekerja ke arah tujuan yang sama.

3.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan

Organisasi yang ingin tetap bertahan, berkembang dan mampu

melaksanakan tugas-tugas yang bermanfaat dan penting harus tanggap terhadap

perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Tanggapan tersebut antara lain

tercermin pada perumusan rencana strategis yang tidak jarang menuntut adanya

perubahan fokus organisasi.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, menurut Sophia, (2007) dalam

penyusunan suatu perencanaan, dibutuhkan pengamatan yang jeli dan cermat

terhadap aspek-aspek yang ada di sekitar organisasi. Hal ini dikarenakan aspek-aspek

tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan dapat mempengaruhi

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 68: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

83

suatu perencanaan strategis organisasi. Dengan demikian dalam suatu perencanaan

diperlukan paling tidak empat hal pokok, yaitu :

1. Helicopter view, kemampuan untuk melihat suatu realita eksternal secara

menyeluruh, dan kemampuaan ini akan bermanfaat untuk mnyederhanakan

permasalahan yang kompleks.

2. Komitmen terhadap keberhasilan jangka penjang

3. Kemauan untuk menelaah teori dan praktek yang ada, terbuka terhadap

pemikiran yang baru dan berbeda, serta kemauan untuk belajar dan mencari

tahu.

4. Kemauan serta keberanian untuk mengambil keputusan dan tindakan yang

diperlukan

Jika keempat hal tersebut telah ada, maka perencanaan strategis dapat

dikatakan sebagai suatu perencanaan yang baik . Namun demikian dalam penyusunan

rencana strategis ada beberapa hal yang mempengaruhinya, yaitu :

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam organisasi, yaitu

menyangkut kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia dan sumber

daya lain yang dimiliki oleh organisasi;

Faktor eksternal, menyangkut hal-hal yang berada di luar organisasi, yaitu

antara lain menyangkut perkembangan dan perubahan yang terjadi di

sekeliling organisasi, seperti perkembangan di bidang politik, keamanan,

ekonomi dan berbagai factor diterminan lainnya yang mempengaruhi

suatu perencanaan.

Kedua faktor tersebut yakni faktor internal dan faktor eksternal harus

diperhatikan dalam penyusunan suatu rencana strategis, karena kedua faktor inilah

yang dapat mempengaruhi rencana strategis.

3.1.4 Model Perencanaan Strategis

Model perencanaan strategik menurut Dirgantoro, 2001, dibentuk untuk

memberikan suatu kerangka berpikir yang mudah di dalam memahami bagaimana

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 69: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

84

manajemen strategik bekerja. Model tersebut dibentuk dari tiga elemen dasar

manajemen, stratejik, yaitu analisis lingkungan, penetapan visi, misi dan objective

serta strategi sebagai elemen terakhir. Ketiga elemen dasar tersebut ditambah dengan

komponen-komponen yang lain akan membentuk kerangka/ model tersebut,

sebagaimana terdapat dalam model perencanaan strategi berikut ini.

Bagan. 5

Model Perencanaan Strategis

OPERASI INTERNASIONAL; TANGGUNGJAWAB SOSIAL

IMPLEMENTASI STRATEGI

POLICY

TARGET TAHUNAN

(Dirgantoro, 2001)

Proses kerja model/kerangka manajemen stratejik sebenarnya bukanlah hal

yang teramat sulit, sebab merupakan suatu kerangka sederhana yang terstruktur yang

cukup mudah untuk dipahami. Lingkaran visi dan analisis lingkungan dihubungkan

oleh dua anak panah yang memiliki hubungan bolak-balik atau dua arah. Arti dari

ALOKASI SUMBERDAYA

MANAJEMEN STRATEJIK

Formulasi Strategi

Menyiapkan Memilih

menetapkan

PENGENDALIAN STRATEGI

MENGUKUR

+

EVALUASI PERFORMENCE

FUNGSI : KEUANGAN, PEMASARAN, PRODUKSI/OPERASI

FEED BACK

Analisa lingk.

internal eksternl

Penetapan Visi Misi

objective

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 70: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

85

hubungan tersebut adalah bahwa antara lingkaran visi dan analisis lingkungan saling

bergantung satu sama lain. Perubahan dalam lingkungan dapat mempengaruhi

organisasi dan membuat organisasi tersebut kembali melihat lagi atau mendefinisikan

visinya, dan perubahan ini tentu saja akan menghasilkan suatu perubahan dan

mempengaruhi misi serta sasaran objectif yang akan dicapai oleh organisasi tersebut.

Sebaliknya juga visi dan misi serta sasaran objective bisa mempengaruhi lingkungan.

Dengan demikian kedua lingkaran tersebut akan dapat berjalan secara bersamaan dan

saling mempengarhi atau memberikan masukan satu sama lain.

Setelah visi, misi dan sasaran objective ditetapkan, kemudian analisis

lingkungan ditetapkan, dan proses berikutnya ialah elemen dasar ketiga, yaitu

strategi. Seperti yang telah dijelaskan bahwa elemen strategi ini dibagi ke dalam 3

(tiga) tahapan, dimana ketiga tahapan tersebut berjalan secara berurutan atau

sekuensial, yang dimulai dari formulasi, implementasi dan terakhir evaluasi.

Komponen yang berada di luar elemen dasar dari manajemen stratejik seperti Operasi

Internasional dan tanggung jawab sosial merupakan faktor yang menjadi

pertimbangan di dalam kerangka manajemen stratejik, sedangkan fungsi-fungsi di

dalam organisasi adalah sebagai dasar atau fondasi untuk menggunakan

model/kerangka manajemen stratejik. Secara lebih detailnya maka dijelaskan dalam

uraian berikut ini:

a. Analisis Lingkungan

Analisis internal ini merupakan suatu analisis terhadap kondisi di dalam

suatu lingkungan. Dimana analisis lingkungan ini menurut Dirgantoro, (2001),

dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

peluang atau opportunity yang bisa muncul serta kemungkinan-kemungkinan

ancaman atau threat yang bisa muncul yang bisa diakibatkan oleh adanya

perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada tingkat lingkungan bisnis atau

industri maupun lingkungan internal organisasi. Lingkungan internal terdiri dari

komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada di dalam organisasi

itu sendiri, yaitu antara lain sumberdaya, strategi saat ini dan kinerja organisasi

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 71: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

86

saat ini. sehingga hasil dari analisis internal ini akan memberikan gambaran

mengenai Kekuatan-kekuatan (strengths) dan kelemahan-kelemahan (weaknesses)

organisasi.

Masih menurut Dirgantoro, (2001), analisis eksternal bisa dikatakan

sebagai komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal

dari luar lingkungan organisasi. Komponen ini cenderung berada di luar

jangkauan organisasi, artinya organisasi tidak bisa melakukan intervensi terhadap

komponen-komponen tersebut. Komponen tersebut cenderung diperlakukan

sebagai suatu yang given atau sesuatu yang mau tidak mau harus diterima, tinggal

bagaimana organisasi berkompromi atau menyiasati komponen-komponen

tersebut. Lebih jauh dalam analisis lingkungan ini maka penulis akan

menggunakan analisis SWOT (Strengt, Weakness, Opportunity, Threats).

Menurut Rangkuti, (2006), analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengts), dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses), dan ancaman/tantangan

(Threats/ challenges).

b. PenetapanVisi, Misi dan Objective

Membicarakan tentang Visi dan Misi kalau boleh diibaratkan sama dengan

membicarakan Merger dan Akuisisi. Tidak lengkap rasanya apabila membahas

tentang visi tetapi tidak menyentuh sekaligus misi, demikian pula yang terjadi

sebaliknya.Visi dan misi biasanya dinyatakan dalam sebuah statement. Menurut

Dirgantoro (2001), secara sederhana bisa dikatakan bahwa statement misi lebih

ditujukan untuk menjawab pertanyaan, ”what is our business”, sedangkan

statement Visi untuk menjawab pertanyaan, ”what do we want to be come”.

Lebih lanjut visi dapat didefinisikan secara berbeda-beda oleh masing-

masing individu. Akan tetapi jika disimpulkan, maka visi dapat diartikan sebagai :

suatu pandangan jauh tentang organisasi; tujuan-tujuan organisasi dan apa yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan misi pada dasarnya

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 72: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

87

hanya sekadar usaha formal untuk memperjelas apa yang dikehendaki oleh

pendiri suatu organisasi. Misi di dalam suatu organisasi menjadi sesuatu yang

penting dan ada beberapa alasan mengapa misi dikatakan penting, yaitu :

Membantu untuk lebih memfokuskan usaha pencapaian tujuan

Membantu mencegah terjadinya konflik dalam organisasi

Memberikan dasar bagi pengalokasian sumberdaya

Menetapkan kerangka tanggung jawab dalam perusahaan

Sebagai dasar bagi pengembangan tujuan organisasi.

Kemudian muncul suatu pertanyaan, mana sebenarnya yang terlebih

dahulu harus dirumuskan, apakah visi atau misi-nya, dan menurut Supratikno.

et. al, (2003), lazimnya visi dirumuskan terlebih dahulu. Dengan kata lain visi

yang relatif abstrak dan luas diterjemahkan ke dalam misi yang lebih konkret,

kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek.

c. Formulasi Rencana Strategis

Setelah tahap analisis lingkungan yang terdiri dari analisis lingkungan

internal dan eksternal dengan menggunakan metode SWOT dalam

pembahasannya, kemudian didapat suatu isu strategis sebagai dasar untuk

menentukan visi dan misi, maka tahap berikutnya ialah dengan melakukan

penyusunan suatu rencana strategis. Seperti yang telah dikemukakan oleh

Bryson, (2004) adalah suatu acuan atau landasan dalam menjalankan roda

organisasi publik dan organisasi nonprofit untuk mewujudkan misinya,

memperoleh apa yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Perumusan

rencana strategis ini akan menjadi suatu acuan dalam mewujudkan apa yang

hendak dicapai organisasi tersebut, mengimbangi segala bentuk perubahan

lingkungan. Dengan demikian perencanaan strtegis ini menjadi sangat penting

untuk dikembangkan dalam organisasi-organisasi publik dan organisasi

nonprofit untuk mencapai suatu target sasaran dengan baik tanpa harus

menambah biaya operasional. Hal ini dikarenakan menurut Bryson, (2004)

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 73: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

88

rencana strategis berisikan konsep, prosedur dan aturan untuk mempermudah

manajemen dalam menjalankan organisasi untuk mencapai hasil kerja atau

sasaran dengan baik, karena telah memiliki suatu panduan yang tersusun secara

sistematis.

d. Implementasi dan Evaluasi

Setelah rencana strategis disusun, maka yang paling penting adalah

tahap pelaksanaan atau implementasi dari rencana startegis yang telah disusun.

Proses implementasi ini harus berjalan efektif dan efisien. Disamping itu

menurut Suriawinata, (2007) implementasi yang baik haruslah mencakup

beberapa hal, yaitu:

Peran dan tanggungjawab masing-masing organisasi, badan, unit, dan

individu di dalam proses implementasi rencana strategis yang telah

disusun

Hasil yang diinginkan, sasaran spesifik dan milestone

Langkah-langkah tindakan yang spesifik dan rinci

Schedule/ jadwal

Sumber-sumber daya yang diperlukan dan asalnya

Proses komunikasi

Pengkajian, pemantauan dan prosedur perbaikan

Prosedur akuntabilitas

Lebih lanjut, jika implementasi berjalan efektif, akan didapat ber

manfaat untuk;

Terciptanya nilai publik melalui perubahan yang positif, lancar dan

cepat, sehingga dengan demikian tercapai pula tujuan dari organisasi

Terhindar dari faktor-faktor penyebab kegagalan, seperti : resistensi

terhadap perubahan, permasalahan yang menyangkut SDM (aspek

jumlah pegawai, kompetensi, insentif, dll), tidak memadainya

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 74: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

89

sumberdaya organisasi, kurangnya dukungan administratif dan

perubahan prioritas politik, ekonomi maupun administratif.

Diperolehnya dukungan legitimasi yang lebih besar terhadap organisasi

dan pimpinannya karena permasalahan publik dapaty ditangani melalui

implementasi strategi yang efektif.

Para individu yang terlibat di dalam proses implementasi akan

memperoleh rasa percaya diri yang lebih tinggi

Organisasi yang telah berhasil mengimplementasikan strategi secara

efektif akan dapat meningkatkan kapasitasnya di masa depan.

Setelah proses implementasi dimulai, maka hal yang tak kalah penting

yang harus dilakukan ialah tahapan evaluasi. Titik berat harus diberikan pada

strategi-strategi yang berhasil—dengan pertanyaan apakah strategi-startegi

tersebut diteruskan, diganti dengan strategi yang lain atau dibuang. Selanjutnya

proses perencanaan strategis itu sendiri harus dikaji, kekuatan dan

kelemahannya dicatat dan harus diusulkan modifikasi/perbaikan untuk proses

siklus perencanaan strategis periode berikutnya.

3.2. Kondisi Kelebihan Kapasitas (Over Capacity)

Salah satu permasalahan yang sangat krusial saat ini di jajaran

pemasyarakatan adalah masalah tingkat kepadatan hunian, dimana dibeberapa UPT

RUTAN dan LAPAS yang ada saat ini jumlah penghuni sudah sangat melebihi

kapasitas hunian yang sebenarnya. Kapasitas Hunian RUTAN Klas I Jakarta Pusat

misalnya, berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor:

E.Ps.01.03-31 Tanggal 18 Mei 2005 yang diteruskan dengan Nomor: W7.Ps.01-10-

768 Tanggal 23 Mei 2005 tentang Pendataan Kembali Kapasitas Hunian, bahwa

Kapasitas hunian normal Gedung Baru RUTAN Klas I Jakarta yang terdiri dari

Gedung Bangunan Baru (Type I, III, V, VII) selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 75: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

90

Tabel. 29 Kapasitas Hunian Gedung Baru Rutan Klas I Jakarta Pusat

NO

TYPE BANGUNAN

HUNIAN SEL

KAMAR

UKURAN KAMAR

SEL

( CM² X CM² )

LUAS

KAMAR

SEL ( M² )

JUMLAH

SEL

( Unit )

KAPASITAS /

SEL HUNIAN

JUMLAH

PENGHUNI

KETERANGAN

1 TYPE – I 180 X 300 cm 5.40 m² 96 1 Orang 96 Orang Sel Kamar

2 TYPE – III 270 X 600 cm 16.20 m² 72 3 Orang 216 orang

3 TYPE – V 360 X 600 cm 21.60 m² 54 5 Orang 270 Orang

4 TYPE – VII 540 X 600 cm 32.40 m² 40 7 Orang 280 Orang

JUMLAH KAPASITAS HUNIAN SEL KAMAR 16 Orang 862 Orang

Sumber : KP. Rutan Jakarta Pusat

Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penghuni RUTAN Klas I Jakarta

Pusat yang saat ini sudah melebihi kapasitas hunian yang sebenarnya yang

memungkinkan terjadinya pertikaian sebagai akibat sempitnya ruang gerak dalam

menjalani kehidupan sehari-hari. Menjalani kehidupan dalam suatu lingkungan

dengan tingkat kepatadatan hunian yang tinggi menurut Sarwono, (1992) sangat

mempengaruhi kondisi emosional seseorang. Kepadatan hunian membuat seseorang

menjadi lebih mdah tersinggung, lebih mudah marah dan cepat terpengaruh dengan

isu-isu yang negatif. Hal inilah yang sering dialami oleh penghuni RUTAN sehingga

pertikaian dan antar kelompok, pertengkaran antar pribadi sangat mudah terjadi.

Oleh sebab itu dalam upaya meningkatkan keamanan dan ktertiban hidup bersama

dlam lingkungan RUTAN perlu dibuatkan strategi penanganan penempatan yang

diintegrasikan dengan strategi pengamanan yang sudah ada.

Kehidupan sosial di dalam penjara adalah miniatur dari kehidupan sosial

masyarakat pada umumnya, seperti yang dikatakan oleh Irwin yang dikutip oleh Nefi

(2002) bahwa penjara merupakan dunia kecil (microcosm) dari dunia luar yang

didalamnya diliputi oleh konflik-konflik dan ketegangan.

Bahroedin Suryobroto seperti yang dikutip oleh Nefi (2002) mengatakan

kehidupan pada tempat-tempat pemenjaraan yang tampaknya tentram dari luar

sebenarnya menyelubungi tragedi-tragedi kemanusiaan yang bergejolak di dalamnya,

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 76: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

91

yaitu adanya pertentangan dan konflik-konflik antar para penghuni dengan

penjaganya dan lingkungannya, suatu hal yang tak dapat dihindarkan yang

merupakan ciri khas pemenjaraan.

Keadaan penjara yang tidak stabil, sebagai akibat dari populasi penghuni

yang tidak terkendali akan bertendensi munculnya konflik seperti yang dikemukakan

oleh Coles (1956), dalam Teori The Functions of Social Conflict, sebagai berikut :

“in every type of social structure there are occasion for conflict, since individual and sub groups are likely to make from time to time rival daims to scarece resources, prestige or poor positions. But social structure differ in the way in which they affow expression to antagonistic claims. Some show more tolerance of conflict than others”. Secara bebas dapat diartikan bahwa “Di setiap jenis struktur sosial ada kemungkinan untuk terjadi konflik. Karena individu dan sub kelompok dari waktu ke waktu bersaing untuk memperoleh sumber-sumber terbatas, prestise atau posisi yang kuat. Tapi struktur sosial berbeda dalam cara mengungkapkan ekspresi antagonisnya. Beberapa lebih toleran dari yang lainnya”

Munculnya konflik dalam skala dan eskalasi yang luas dapat dianggap

sebagai gangguan keamanan serius yang memperburuk citra penjara di mata

masyarakat karena hidup dalam lingkungan yang sempit, maka pola kehidupan di

penjara mirip dengan rumah kecil; dimana aktifitas berlangsung pada satu tempat

saja, seperti bermain, tidur, berjalan dan lain-lainnya. Goffman seperti yang dikutip

oleh Shandlu, (1977) mengatakan bahwa institusi untuk rehabilitasi itu sebagai

institusi total. Di mana penghuni adalah sebagai subyek untuk ditetapkan sebagai

tujuan dan pengawasan. Sehingga akan muncul peran penting dalam bentuk

permusuhan antara petugas yang seringkali melihat penghuni memiliki pengalaman

pahit, suka menyembunyikan (merahasiakan sesuatu atau tidak dapat dipercaya.

Namun pandangan penghuni atau narapidana mereka melihat petugas tersebut dalam

melaksankan tugas dengan tangan kekerasan, kotor dan licik.

Kepadatan hunian ini secara langsung maupun tidak langsung berdampak

terhadap masalah kehidupan kedua elemen penghuni RUTAN yakni petugas atau

Pembina dan penghuni atau warga binaan yang tinggal sampai dengan batas waktu

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 77: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

92

yang diputuskan pengadilan baginya dalam lingkungan RUTAN atau LAPAS

didalam lingkungan hunian yang terbatas kapasitas daya tampungnya. Kondisi

tersebut senantiasa terjadi di penjara manapun, karena tidak bisa dihindari adanya

interaksi antara petugas, napi dan keluarganya dengan dasar kebutuhan yang

memunculkan budaya korupsi dan kolusi, dan diperlukan upaya sungguh-sungguh

untuk menghilangkan agar citra penjara/lapas/rutan menjadi berkurang pandangan

negatifnya. Lebih luas lagi aspek kemungkinan timbulnya konflik sebagai akibat

yang ditimbulkannya menjadi berkurang sehingga pencapaian tujuan pemasyarakatan

dapat lebih fokus.

Gangguan keamanan di lapas/rutan diakibatkan masalah ringan namun

berkaitan dengan rutinitas pekerjaan petugas dengan napi/tahanan sebagai obyeknya.

Hal ini jika kurang dikelola dengan baik justru akan menimbulkan masalah, bukan

meringankan beban kerja yang ada. Diperlukan keterampilan petugas dalam

menterjemahkan peraturan dan melaksanakannya di lapangan tanpa membuat napi/

tahanan menjadi tersinggung atau marah, misalnya dalam pelaksanaan razia atau

penggeledahan kamar per kamar yang sering dijadwalkan atau melarang atas suatu

tindakan tertentu secara persuasif.

Vernon Fox, (1972) dalam bukunya yang berjudul “Introduction of

Correction” yang dikutip dari Keller et. al, (1970) berkata: “It involves

communicating effectively, understanding (empahaty), caring (respect) and genuine

relationships, with the inmate so that this level of tolerance can be increased

significantly and he can be more effective in working with people”. Hal ini berarti

bahwa; “Komunikasi dengan penghuni harus senantiasa terjaga dan terjalin dengan

baik, dan penuh kasih sayang. Disamping itu juga petugas harus selalu berempati

terhadap penghuni, sehingga penghuni akan selalu merasa dihargai. Maka akan

timbul kerja sama diantara petugas dan penghuni”.

Lonjakan penghuni di dalam lapas/rutan dapat mempengaruhi terhadap pola

mekanisme dan kinerja petugas serta berpengaruh terhadap perilaku penghuni. Peak

(1995) mengatakan bahwa kondisi kelebihan daya tampung penjara dapat

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 78: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

93

menyebabkan stress yang tinggi. “...Crowding is a pshycological response to high

population density which in often viewed as stressfull” (….kelebihan daya tampung

adalah reaksi psikologis terhadap kondisi kepadatan populasi yang disebut sebagai

stres yang tinggi).

Namun menurut Bonta dan Gendreau yang dikutip oleh Peak, (1995), tidak

selalu over crowding berpengaruh terhadap perilaku agresif penghuni “.....they could

not conclude that high population density is always associated with aggressive

behavior” (Mereka tidak dapat menyimpulkan bahwa kepadatan populasi yang tinggi

selalu dihubungkan dengan perilaku agresif).

Bota dan Gendreau yang dikutip oleh Peak, (1995) bahkan menemukan

bukti akibat dari kelebihan daya tampung dapat memperburuk manajemen di dalam

penjara; “....found evidence that factors others than prison variabels many influences

aggressive behavior, for example,crowded prisons may be poorly managed.Further

more also seems to increase the risk of inmate misconduct” (....ditemukan bukti-

bukti bahwa faktor-faktor lain yang berkaitan dengan penjara yang dapat

mempengaruhi perilaku agresif seperti contoh , kelebihan daya tampung di dalam

penjara dapat memperburuk manajemen penjara. Selebihnya juga kelihatan sekali

dapat menambah resiko salah perlakuan terhadap penghuni”.

Konflik yang sering terjadi dalam lapas / rutan mempersulit petugas

keamanan dalam mengawasi dan melaksanakan program pembinaan dan khususnya

di bidang keamanan, pemikiran tersebut dilandasi oleh suatu pemikiran seperti yang

dikatakan oleh Koentjaraningrat, (1971);

“Mengatur dan mengurusi sejumlah orang yang semua sama ciri-ciri,

kehendak dan kebiasaan-kebiasaannya sudah barang tentu jauh lebih

mudah, daripada mengurusi sejumlah orang yang semuanya berbeda

ciri-ciri kehendak dan kebiasaan satu sama lain, apabila kalau orang-

orang yang berbeda itu tidak saling bergaul dengan baik satu sama

lainnya”

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 79: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

94

3.2.1 Dampak Kepadatan Hunian

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa over kapasitas telah

menimbulkan berbagai permasalahan terutama gangguan keamanan dan ketertiban di

Lapas dan Rutan. Over kapasitas yang terjadi di penjara, tentu saja menimbulkan

kesesakan (crowding) dan kepadatan (density). Menurut Wirawan, (1992) kepadatan

dan kesesakan mempunyai dua ciri, yaitu :

Ciri pertama, kesesakan adalah persepsi terhadap kepadatan dalam

artian jumlah manusia. Jadi tidak termasuk di dalamnya kepadatan

dalam arti hal-hal lain yang non-manusia.

Ciri kedua, karena kesesakan adalah persepsi, maka sifatnya

subyektif

Kepadatan hunian atau over kapasitas yang terjadi di hampir seluruh Lapas

dan Rutan di Indonesia, menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak-dampak

negatif tersebut antara lain :

Secara ekonomi, maka over kapasitas ini menimbulkan adanya

pemborosan anggaran pemerintah, karena pemerintah harus

menanggung biaya hidup tahanan dan narapidana selama mereka

menjalani masa hukuman di dalam penjara.

Menimbulkan terjadinya “gesekan-gesekan” yang pada akhirnya

memicu timbulnya berbagai gangguan keamanan, antara lain tawuran

antar penghuni, perkelahian, perampasan, pemerasan dan lain-lain.

Menimbulkan gangguan kesehatan di kalangan panghuni. Hal ini

disebabkan adanya keterbatasan yang ditimbulkan oleh adanya over

kapasitas ini, terutama menyangkut fasilitas sanitasi.

3.2.2 Upaya Penanggulangan Kepadatan Hunian

Kepadatan hunian yang terjadi dalam lingkungan RUTAN dan LAPAS,

kelihatannya membutuhkan penanganan yang akurat dan pelaksanaan

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 80: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

95

penanggulanggannya memerlukan suatu strategi, dan upaya penanggulangan yang

dilakukan saat ini antara lain:

Melakukan pemindahan atau mutasi penghuni ke penjara lain yang

kapasitas huniannya masih tersedia

Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada para penghuni untuk

mengurus Cuti Menjelang Bebas, Pembebasan Bersyarat dan Asimilasi.

Hal ini dilakukan dengan mempermudah persyaratan dalam mengurus

hak-hak narapidana ini. Sehingga diharapkan para penghuni tidak akan

dapat berlama-lama berada di penjara, karena over kapasitas telah terjadi

dan banyak permasalahan yang menyertainya.

Melakukan pembangunan bangunan baru, sehingga nmenambah daya

tampung penjara.

Dari berbagai hal yang telah atau sedang berlangsung tadi, masing-masing

memiliki kelemahan. Sehingga kelemahan tadi mengakibatkan tidak efektifnya upaya

mengurangi tingkat kepadatan hunian tadi. Dan ini tentu saja merupakan tantangan

bagi kita, karena masalah over kapasitas ini perlu segera diatasi.

3.3 Prosedur Tetap Penerimaan dan Penempatan Tahanan dan Narapidana di

Lapas dan Rutan

Penanggung jawab atas sah tidaknya penerimaan tahanan baru adalah

Kepala Rutan, apabila Karutan tidak berada ditempat maka tanggung jawab tersebut

diserahkan kepada pejabat struktural yang ditunjuk oleh Kepala Rutan sebagai

pelaksana. Penerimaan tahanan baru harus disertai dengan surat perintah

penahanan/penetapan penahanan dari instansi yang menahan dimana surat-surat

tersebut harus disertai dengan tanda tangan dan cap asli instansi dari pejabat yang

secara yuridis berhak menahan.

Prosedur tetap mengenai penerimaan Tahanan dan Narapidana diatur dalam

Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04-UM.01.06 tahun 1983 tentang tata

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 81: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

96

cara penempatan, perawatan tahanan dan tata tertib Rumah Tahanan Negara. Adapun

prosedurnya antara lain :

a. Portir

Portir merupakan pintu gerbang utama penghubung Rutan/ Lapas dengan

lingkungan atau masyarakat luar yang terdiri dari dua pintu yaitu pintu luar

dan pintu dalam. Petugas yang ditempatkan di portir merupakan petugas

keamanan yang masih menjadi satu dengan regu penjagaan dibawah Kesatuan

Pengamanan Rutan / Lapas atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi

RUTAN / Lapas. Petugas Pintu Portir terdiri dari tiga orang atau empat orang,

salah satu bertindak sebagai komandan dan dua atau tiga anggota yang

bertanggung jawab pada masing-masing pintu. Dalam hal penerimaan tahanan

baru petugas portir memiliki tugas sebagai berikut :

1. Menerima dan meneliti keabsahan surat pengantar/surat perintah

penahanan/penetapan penahanan dari instansi/pejabat yang berwenang

yang dibawa oleh petugas pengawal;

2. Apabila ada keraguan terhadap keabsahan surat-surat, maka komandan

menanyakan hal tersebut pada Kepala Kesatuan Pengamanan Rumah

Tahanan Negara;

3. Mencocokan nama tahanan sesuai yang tertera dalam surat

pengantar/surat perintah penahanan/penetapan penahanan dari pejabat

yang berwenang;

4. Mencatat masuknya tahanan baru kedalam buku laporan tugas

pengamanan tugas portir.

b. Regu Penjagaan

Petugas penjagaan memeriksa kembali keabsahan surat-surat yang

dibawa oleh pengawal, memeriksa barang bawaan tahanan baru, mencocokan

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 82: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

97

data yang ada dalam surat tersebut dengan tahanan yang bersangkutan dan

mencatat masuknya tahanan baru dalam buku laporan tugas penjagaan.

c. Staf Keamanan

Staf Keamanan merupakan bagian yang tidak termasuk dalam struktur

organisasi yang ada di Rutan / Lapas yang dibentuk karena kebutuhan

organisasi. Hal utama yang harus dijalankan oleh staf keamanan di dalam

penerimaan tahanan baru pria adalah memeriksa kembali keabsahan surat-

surat yang berkaitan dengan tahanan yang akan dititipkan dan mencatat

masuknya tahanan baru kedalam buku laporan tugas, melakukan

penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan tahanan baru, memberikan

perlengkapan inventaris dinas kepada tahanan, berupa perlengkapan makan,

membuat kartu nama tahanan meliputi : nama, nomor register, perkara, pidana

dan tanggal habis penahanan yang dipasang diruang keamanan dan di depan

blok hunian.

Pengarahan tentang hak dan kewajibannya sebagai tahanan atau

narapidana diberikan pada bagian ini juga peraturan yang berlaku, larangan

dan sanksinya apabila terjadi pelanggaran. Apabila dikhawatirkan terjadi hal-

hal yang dapat membahayakan tahanan atau penghuni yang lain misalnya

sakit, perkara-perkara seperti pencabulan, perkosaan (berkaitan dengan tindak

pidana kesusilaan) maka tahanan tersebut dipisahkan dalam blok khusus atau

isolasi atau di tempatkan di dalam kamar yang terdapat tamping (narapidana

yang diperbantukan untuk membantu mengerjakan tugas petugas Rutan).

Sehingga apabila terjadi hal-hal yang membahayakan tahanan baru tersebut

dapat segera dilaporkan ke petugas.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 83: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

98

d. Unit Registrasi

Unit Registrasi memiliki tugas antara lain sebagai berikut:

1. Meneliti kembali keabsahan surat-surat dan mencatat barang-barang

bawaan serta mencocokannya dengan tahanan yang bersangkutan;

2. Apabila terdapat ketidak cocokan antara pengakuan tahanan dengan surat-

surat atau ada ketidak lengkapan surat-surat yang menyertainya, maka

petugas registrasi meminta kejelasan kepada pejabat yang berwenang asal

tahanan;

3. Atas nama Karutan, bersama-sama petugas pengawal instansi asal tahanan

menandatangani berita acara penerimaan tahanan;

4. Melakukan pencatatan barang atau uang bawaan kedalam buku register D

dengan bukti tanda terima untuk tahanan yang bersangkutan. Barang

bawaan tersebut disimpan dalam gudang setelah diberi label atas nama

pemilikinya, sedangkan uang diserahkan kepada bendaharawan rutin

untuk disimpan.

5. Melakukan pencatatan identitas jatidiri tahanan sesuai data didalam surat-

surat dan pengakuaan tahanan yang bersangkutan kedalam buku register A

serta buku-buku pendaftaran lainnya;

6. Mengambil sidik jari tahanan, meliputi :

a. Tiga jari tengah tangan kiri dibalik lembaran putusan atau penetapan

pengadilan;

b. Sepuluh jari pada kartu daktiloskopi.

7. Melakukan penghitungan tanggal habis masa penahanan dan mencatatnya

kedalam buku register;

8. Mengambil pas photo tampak muka, samping kiri dan kanan masing-

masing satu lembar dengan ukuran 3x4 untuk ditempelkan pada :

a. Buku daftar A yang bersangkutan (tampak muka);

b. Daftar identitas (tampak samping kiri dan kanan).

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 84: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

99

9. Pemeriksaan kesehatan tahanan baru di Poliklinik Rutan / Lapas

10. Tahanan baru setelah selesai dari bagian registrasi akan diantar oleh

tamping menuju blok huniaan penghuni baru yaitu blok Mapenaling.

Penerimaan tahanan baru ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Kelengkapan surat-surat penahanan, jika tidak lengkap, maka petugas

Rutan/Lapas harus berani menolak masuknya tahanan baru tersebut atau

ditunda dahulu sambil menunggu lengkapnya surat-surat atau berkas

penahanan. Hal ini bertujuan selain sebagai tertib administrasi juga untuk

menghindari permasalahan yang mungkin muncul di kemudian hari, atau

menghindari terjadinya penahanan yang tidak sah dari aparat yang

mengirim tahanan baru tersebut

Kondisi fisik tahanan baru, yaitu berkaitan dengan kondisi kesehatan baik

fisik maupuin rohani. Jika tahanan baru kondisi fisik dan rohaninya

terganggu, maka petugas Rutan/Lapas dapat menolaknya, karena akan

mengganggu proses pembinaan. Di samping itu, misalkan ada tahanan baru

yang masuk dalam kondisi fisik yang amat parah, jika terjadi kematian

maka pihak Rutan/Lapas juga harus ikut bertanggung jawab. Sehingga hal

ini menyulitkan pihak Rutan/Lapas penerima tahanan baru.

Latar belakang atau riwayat kejahatan si tahanan baru, yang perlu

diperhatikan terutama jika ada tahanan yang sudah berulangkali masuk

penjara, maka pihak Rutan/Lapas harus melihat pengalaman di saat tahanan

baru ini berada di dalam Rutan/Lapas. Jika ia berkelakuan baik, maka pihak

rutan/Lapas bisa menerimanya, akan tetapi jika pernah berbuat kerusuhan

atau bahkan menjadi biang keladi kerusuhan di Rutan/Lapas, maka pihak

Rutan/Lapas harus menolaknya, karena dikhawatirkan akan terjadi masalah

serupa.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 85: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

100

Yang lebih penting dalam hal ini ialah adanya kerjasama yang baik dan

koordinasi dengan pihak penahan, dalam hal ini Kepolisian dan Kejaksaan,

agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Dalam sistem Pemasyarakatan dikenal adanya tiga tahap pembinaan, yaitu

tahap Maximum Security, Medium Security dan terakhir Minimum Security. Dalam

tahap pertama, yaitu maximum security, tahanan baru ditempatkan di dalam suatu

kawasan atau blok yang disebut sebagai kawasan atau blok MAPENALING yaitu

kawasan masa pengenalan lingkungan. Di kawasan ini maka para tahanan baru

diharapkan dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya di dalam Rutan,

menyangkut tata tertib yang ada di Rutan, hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai

penghuni Rutan, dan berbagai macam hal menyangkut peri kehidupan yang ada di

Rutan.

Setelah melewati masa Mapenaling, para tahanan harus melewati tahap

berikutnya, yaitu tahap medium security. Dalam tahap ini tahanan telah dianggap

mampu beradaptasi dengan baik, dan sudah diperbolehkan bergaul secara bebas

dengan penghuni lain di dalam Rutan. Sehingga ia harus dimutasi ke blok-blok

hunian lainnya. Mutasi ini biasanya dilakukan dengan mempertimbangkan jenis

kejahatan dan latar belakang tahanan sebelum masuk di dalam lingkungan Rutan.

Penempatan tahanan dan narapidana harus memperhatikan riwayat

kejahatan atau Track Record dari si tahanan baru ini. Disamping itu yang juga harus

diperhatikan ialah latar beakang si tahanan, dari segi tingkat ekonomi, pendidikan,

pekerjaan dan kejahatan apa yang dilakukannya. Hal ini perlu dilakukan antara lain

sebagai contoh jika tahanan yang berasal dari golongan ekonomi tergolong “mampu”

dicampur dengan tahanan atau narapidana yang berasal dari golongan ekonomi sulit,

maka kemungkinan yang terjadi ada dua, yaitu yang kaya menjadi objek pemerasan,

atau yang kaya melakukan penindasan kepada si miskin dengan mangandalkan

“kekuatan” uang yang dimilikinya. Hal ini yang mungkin sering disalah artikan

sebagai pemberian fasilitas yang “lebih” atau adanya diskriminasi di dalam Rutan.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 86: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

101

Mengenai penempatan seorang tahanan pada suatu tahapan pengamanan

berpengaruh terhadap privasi tahanan tersebut, semakin longgar kesempatan yang

diberikan pada suatu tahapan pengamanan maka tahanan tersebut semakin

berpengaruh di lingkungan tembok tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh

Toomels (1981) bahwa :”….the level of custody granted a prisoner is prisoner is

considered to be crucial by most inmates”. Dengan semakin lama orang ditahan pada

satu tempat penjara tertentu maka akan semakin berpengaruh di penjara tersebut

karena semakin lama tingkat pengawasan menempatkan seorang tahanan menjadi

seorang tahanan yang pengawasan semakin berkurang dan oleh banyak tahanan

dianggap mempunyai pengaruh.

Bahkan Hamid Awaluddin, dalam media Kompas (2001), mengkritik

adanya mekanisme penempatan warga binaan :

“Hamid mengkritik adanya kesenjangan dalam penempatan napi, dimana ada blok yang dijualbelikan dan banyak penghuni, ada blok yang jarang penghuninya. Manajemen penempatan napi model demikian melahirkan banyak kecurigaan antara satu napi yang lain atau antara kelompok napi dengan kelompok lain. Hamid menyarankan agar manajemen penjara dimodernkan. Petugas-petugas penjara harus mempunyai job description yang jelas. Petugas keamanan harus dirotasi secara teratur.

Dijelaskan melalui Teori Anomie Robert. K. Merton, (dalam Wolfgang,

1970) yaitu :

“the technically most feasible prosedure, whether legitimate or not, is prefered to the institutionally preseribed conduct. As this process countinues, the integration of the society becomes tenuous and anomies ensues. Artinya : prosedur terbesar yang memungkinkan secara tehnik, apakah legitimasi atau tidak adalah kelebihan institusional menentukan tingkah laku sebagai kesinambungan proses integrasi dari kecocokan sosial yang lemah dan terjadinya anomi.

Masih menurut Merton, (dalam Wolfgang, 1970), struktur sosial

menghasilkan pula perilaku nonkonform, yaitu :

“Menurut argumen Merton, struktur sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis, tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang: struktur sosial

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 87: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

102

menciptakan keadaan yang menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial : menekan orang tertentu ke arah perilaku nonkonform.

Bentuk penyimpangan dalam penempatan warga binaan dilihat dari tipologi

cara-cara adaptasi individu yaitu : Comfomity, Innovation, Ritualism, Retreatism,dan

Rebelion. Yang sesuai dengan hal ini adalah cara adaptasi kedua innovation

merupakan cara dalam mana perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat

tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat. Teori sub kultur penjara dari

Donald Clemmer, dalam terjemahan “bahwa di dalam penjara terdapat yang namanya

inmates sub culture yaitu adanya niilai dan norma yang dibuat dan diatur sendiri oleh

tahanan dan narapidana” Sehingga sub culture tersebut merupakan penyesuaian nilai

dan norma yang mengatur kehidupan warga binaan dalam penjara – penjara tertentu.

Terjadinya pewarisan budaya kejahatan sebagai salah satu dampak

terjadinya over kapasitas yang membuat tidak memungkinkannya dilakukan

pemisahan-pemisahan sesuai jenis kejahatannya dapat dijelaskan melalui Teori

Transmisi Kebudayaan dari Clifford Shaw and Henry McKay, (1942) yang

menerangkan:

“High delinquency areas are characterized by local values and norms that are contrary to the values, norms and best interest of the larger society. A local sub culture develops that succesfully transmits these antisocial values and norms to younger generations growing up in they are.”

Terjemahan bebasnya: di area penyimpangan yang tinggi terdapat karakter nilai-nilai dan norma-norma lokal itu adalah kebalikan dari nilai-nilai, norma-norma dan yang sangat diminati pada masyarakat yang lebih besar. Tradisi kejahatan diteruskan/ditransmisikan/ diwariskan kepada generasi dibawahnya melalui generasi yang berhasil dengan cara yang sama seperti pewarisan bahasa dan pola-pola sosial yang lain. Menurut Show and McKay, tingkah laku jahat dipelajari dari orang yang lebih tua/berpengalaman.

Penyimpangan dalam penempatan tahanan/narapidana baru merupakan

nilai-nilai dan norma sebagai bagian dari “budaya penjara” yang digunakan kepada

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 88: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

103

foreman/kepala kamar/petugas dan berhasil menambah materi sehingga

diteruskan/diwariskan kepada generasi di bawahnya. Petugas mempunyai peranan

yang penting dalam pelaksanaan proses pemasyarakatan. Dalam pengabdiannya,

seorang petugas pemasyarakatan dituntut untuk bekerja sesuai prosedur dengan

berpedoman pada sepuluh prinsip pemasyarakatan, peraturan perundang-undangan

dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga tidak menjadikan warga

binaan sebagai obyek penyiksaan maupun pemerasan, seperti pernyataan

Gunakarya, 1998 berikut ini :

“Para pembina harus memiliki keahlian dalam bidangnya disamping memiliki rasa pengabdian yang tinggi sehingga di dalam mewujudkan pembinaannya itu tidak lagi terdengar istilah-istilah penyiksaan yang betul-betul melampaui batas kemanusiaan. Juga terhadap mereka itu diharuskan membayar bermacam-macam kewajiban kepada petugas lapas, dengan kata lain narapidana dianggap sebagai obyek yang memang harus diperlakukan demikian”.

Petugas dalam sistem sosial penjara mempunyai wewenang dan kekuasaan

formal dengan aturan yang ada. Sedangkan kekuasaan warga binaan adalah

kekuasaan sementara yang sifatnya temporer. Dalam prakteknya agar legalitas

petugas semakin diakui, maka kepada napi /tahanan diberikan fasilitas penjara yakni

tempat yang nyaman dan perlakuan yang lebih lunak.,

Penyesuaian terhadap sistem sosial lapas banyak terjadi pada petugas

pelaksana, yakni petugas keamanan. Para petugas tersebut berada di antara

kepentingan yang berbeda yaitu atasan dan narapidana. Dalam prioritas pekerjaannya

ia berkepentingan agar situasi lapas / rutan menjadi aman , jadi ia memposisikan diri

mewakili kepentingan masyarakat. Dalam hal lain para napi berharap kepentingannya

dapat terpenuhi. Namun realitanya kedua hal yang saling berkepentingan ini hampir

selalu menimbulkan konflik.

Kehidupan dalam penjara merupakan kehidupan yang “tidak wajar” dan

kecenderungan adanya konflik dan kekerasan merupakan hal yang tidak dapat

dihindari, seperti yang dikemukakan oleh Sunaryo, (2002) berikut ini bahwa

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008

Page 89: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Umumlib.ui.ac.id/file?file=digital/120014-T 25413-Upaya Penanggulangan... · BAB II . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . 2.1. Umum . Rumah

UNIVERSITAS INDONESIA

104

kehidupan di dalam penjara merupakan suatu kehidupan yang “tidak wajar”.

Kehidupan penjara merupakan suatu kehidupan yang antitetis terhadap prinsip-

prinsip yang mendasari tanggung jawab memilih dalam suatu masyarakat bebas.

Dalam situasi yang demikian itu, kecenderungan akan adanya konflik, mulai dari

yang ringan hingga yang berupa kekerasan, baik antara narapidana dengan petugas

maupun dengan lingkungannya, merupakan hal yang tak dapat dihindarkan. Terlebih

lagi kalau kondisi-kondisi tempat pemidanaan itu buruk : entah karena fasilitas yang

kurang, terlalu padat atau karena diterapkannya rejim pemenjaraan yang keras.

Penjara yang tampaknya tentram dari luar, sebenarnya menyelubungi tragedi-tragedi

kemanusiaan di dalamnya berupa dimensi-dimensi yang lebih mencekam ketimbang

apa yang nampak di dunia luar. Bila diluar kita hanya mengetahui insiden-insiden

yang meresahkan seperti pelarian, namun sebenarnya jumlah maupun kualitas insiden

yang terjadi adalah jauh lebih banyak dan mengerikan.

Upaya Penanggulangan..., Yuliawan Dwi Nugroho, Program Pascasarjana, 2008