BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota · PDF fileBAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7...
date post
11-Feb-2018Category
Documents
view
220download
5
Embed Size (px)
Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Kota · PDF fileBAB II GAMBARAN UMUM 2.1. ... 7...
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1. Gambaran Umum Kota Bandung Gambaran umum Kota Bandung dijelaskan menurut, georafis,
kependudukan, perekonomian perencanaan kota sebagai berikut:
2.1.1. Geografis Kota Bandung Bandung terletak pada koordinat 107 BT and 6 55 LS. Luas Kota
Bandung adalah 16.767 hektare. Kota ini secara geografis terletak di tengah-
tengah provinsi Jawa Barat, dengan demikian, sebagai ibu kota provinsi, Bandung
mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya.
Kota Bandung terletak pada ketinggian 768 m di atas permukaan laut rata-
rata (mean sea level), dengan di daerah utara pada umumnya lebih tinggi daripada
di bagian selatan. Ketinggian di sebelah utara adalah 1050 msl, sedangkan di
bagian selatan adalah 675 msl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga
Bandung merupakan suatu cekungan (Bandung Basin).
Melalui Kota Bandung mengalir sungai utama seperti Sungai Cikapundung
dan Sungai Citarum serta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke
arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum, dengan kondisi yang demikian,
Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir.
2.1.2. Kependudukan Penduduk Kota Bandung berdasarkan hasil Susenas tahun 2005
adalah 2.270.970 jiwa (penduduk perempuan 1.135.485 Jiwa dan penduduk
laki-laki 1.135.485 jiwa). Angka tersebut menentukan Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP) sebesar 1,72%.
Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung 13.505 jiwa/Km2, dilihat
dari segi kepadatan penduduk per Kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa
Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk 39.256 jiwa/Km2.
Salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk mengurangi
tingkat kepadatan penduduk adalah dengan Program Transmigrasi ke daerah
II - 2
luar Pulau Jawa, diantaranya ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan
Irian Jaya.
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan, Luas Wilayah Serta Kepadatan Penduduk Per Km 2
No Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk/km2 1 Bandung Kulon 6.46 125.929 19.494 2 Babakan Ciparay 7.45 127.151 17.067 3 Bojongloa Kaler 3.03 118.948 39.257 4 Bojongloa Kidul 6.26 74.626 11.921 5 Astanaanyar 2.89 73.992 25.603 6 R e g o l 4.3 78.69 18.3 7 Lengkong 5.9 74.621 12.648 8 Bandung Kidul 6.06 50.119 8.27 9 Margacinta 10.87 118.299 1.088 10 Rancasari 13.17 64.659 4.91 11 Cibiru 10.81 79.968 7.398 12 Ujungberung 10.34 77.096 7.456 13 Arcamanik 8.8 62.777 7.134 14 Cicadas 8.66 97.561 11.266 15 Kiaracondong 6.12 125.6 20.523 16 Batununggal 5.03 121.65 24.185 17 Sumur Bandung 3.4 40.594 11.939 18 A n d i r 3.71 95.447 25.727 19 Cicendo 6.86 102.139 14.889 20 Bandung Wetan 3.39 33.404 9.853 21 Cibeunying Kidul 5.25 109.337 20.826 22 Cibeunying Kaler 4.5 70.546 15.677 23 Coblong 7.35 122.161 16.621 24 Sukajadi 4.3 100.943 23.475 25 Sukasari 6.27 77.75 12.4 26 Cidadap 6.11 46.962 7.686
Jumlah/Total 2005 167.29 2.270.970 13.505 2004 167.29 2.232.624 13.346 2003 167.29 2.228.268 13.32 2002 167.29 2.142.194 12.805
Sumber : Bandung Dalam Angka (2005)
2.1.3. Perekonomian Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, berkembang cukup
signifikan yaitu dari 7,31 % pada tahun 2003 menjadi 7,47 % pada tahun 2004
(Data BPS), kondisi tersebut sudah berada di atas LPE Propinsi Jawa Barat yaitu
4,50 % pada tahun 2003 menjadi 5,06 % pada tahun 2004. PDRB perkapita kota
Bandung atas dasar harga konstan pada tahun 2004 mengalami peningkatan
sebesar Rp 1.772.605 menjadi Rp 12.282.595 dari tahun 2003 yang
II - 3
mencapai Rp 10.509.990. Berdasarkan kriteria Bank Dunia angka pemerataan
pendapatan di Kota Bandung baru mencapai 13,34 %, yang berarti bahwa
40 % penduduk (893.050 jiwa) berpenghasilan rendah menerima pendapatan
rata-rata perkapita per tahun sebesar 13,44 % dari seluruh PDRB Kota
Bandung yang mencapai Rp 19.402.859.000.000,-, maka sejumlah 893.050 jiwa
hanya meniikmati sebesar Rp. 2.898.318,-. Sementara sejumlah 40 % (893.050
jiwa) menerima 26,47 % dari total PDRB atau menerima sebesar Rp 5.751.006,-
sedangkan 20 % penduduk (446.525 jiwa) berpenghasilan tinggi menikmati
sebesar 61,19 % dari total PDRB atau menerima pendapatan rata-rata perjiwa
pertahun sebesar Rp 26.154.383, dengan demikian masih terjadi disparitas
dalam distribusi pendapatan Kota Bandung.
Kontribusi sektor yang cukup besar terhadap PDRB kota Bandung berasal
dari sektor jasa yang disusul oleh sektor industri pengolahan dan sektor prasarana
(utiliy). Usaha-usaha tersebut sebagain besar dilaksanakan Koperasi, Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM).
2.1.4. Perencanaan Kota Kota Bandung dalam konteks pembangunan nasional sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) disamping 14 kota yang lainnya yaitu Medan, Batam,
Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Denpasar, Pontianak, Balikpapan, Manado, Ujung Padang, Biak. Disamping itu
dalam RTRWN tersebut, Kota Bandung dan sebagian wilayah Kabupaten
Bandung ditetapkan juga sebagai Kawasan Andalan Cekungan Bandung dengan
sektor unggulan industri, pertanian tanaman pangan, pariwisata dan
perkebunan. Sedangkan dalam konteks pembangunan regional sesuai dengan
Perda Propinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2003 tentang RTRW Propinsi Jawa Barat,
Kota Bandung merupakan Pusat Pertumbuhan Wilayah Barat disamping
DKI Jakarta.
Pembangunan Kota Bandung dalam konteks regional di era otonomi saat ini
menjadi salah satu isu strategis mengingat kota Bandung terbuka terhadap
II - 4
wilayah di sekitarnya disamping peranannya sebagai pusat pertumbuhan yang
ditunjang dengan kelengkapan infrastruktur pelayanan serta memiliki iklim yang
sejuk, mendorong migrasi penduduk dari wilayah di sekitarnya. Kota
Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat terus berkembang, perkembangan
Bandung bukan hanya terpusat di pusat kota, akan tetapi terus menyebar seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk sebagai akibat arus migrasi yang
mengakibatkan tingginya pertumbuhan penduduk.
Disatu sisi peningkatan jumlah penduduk akibat migrasi dengan
berbagai aktivitasnya menuntut adanya peningkatan penyediaan infrastruktur
pelayanan, sedangkan disisi lain tidak mungkin Pemerintah Kota dengan segala
keterbatasan, dana dan sumber daya lingkungan, diharapkan akan menyediakan
fasilitas pelayanan tersebut secara terus-menerus. Oleh karena itu diperlukan
adanya koordinasi dengan wilayah di sekitarnya dalam perumusan kebijakan
secara terpadu.
Arahan fungsi sistem kota-kota di Metropolitan Bandung merupakan arahan
untuk menetapkan sistem perwilayahan dengan hierarki pusat-pusat pelayanan
jasa dan produksi sesuai dengan fungsi, kecenderungan perkembangan dan
orientasi perkembangannya. Arahan sistem kota-kota Metropolitan Bandung
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Arahan Sistem Kota-Kota Wilayah Metropolitan Bandung
Kota Inti Bandung - Cimahi Kota Satelit 1. Lembang
2. Padalarang dan sekitarnya 3. Soreang dan sekitarnya 4. Banjaran dan sekitarnya 5. Majalaya dan sekitarnya 6. Rancaekek dan sekitarnya
Fungsi khusus 1. Cipendeuy dan sekitarnya 2. Cililin 3. Ciwidey dan sekitarnya 4. Pangalengan 5. Jatinangor dan sekitarnya
Sumber : Penyusunan Rencana Strategis Infrastruktur Wilayah Metro Bandung, Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jawa Barat (2004)
Adapun fungsi sistem kota-kota di Wilayah Metropolitan Bandung dapat
dilihat pada tabel berikut :
II - 5
Tabel 2.3. Arahan Fungsi Sistem Kota-Kota Wilayah Metropolitan Bandung
No Peran Kota/Kawasan Kegiatan 1 Kota Inti Bandung - Cimahi Pemerintahan
Perkantoran Jasa Perdagangan grosir Industri (teknologi tinggi)
2 Kota Satelit Lembang Pariwisata Perdagangan dan jasa Permukiman Pertanian
Padalarang Industri Perdagangan dan jasa Permukiman
Soreang Pemerintahan Perdagangan dan jasa Industri Permukiman
Banjaran Industri Perdagangan dan jasa Permukiman
Majalaya Industri Perdagangan dan jasa Permukiman
Cicalengka Industri Perdagangan dan jasa Permukiman
3 Fungsi Khusus Jatinangor Pendidikan Tinggi Perdagangan dan jasa Permukiman
Cipeundeuy Industri Perdagangan Permukiman
Cililin Industri Permukiman
Ciwidey Pariwisata Permukiman Pertanian
Pangalengan Pariwisata Permukiman Pertanian
Sumber : Penyusunan Rencana Strategis Infrastruktur Wilayah Metro Bandung, Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jawa Barat (2004)
II - 6
2.2. Gambaran Umum Kota Jakarta Jakarta berkedudukan sebagai propin