Bab II (Finis)

26
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.2. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori 2.2.1. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi

Transcript of Bab II (Finis)

Page 1: Bab II (Finis)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.2. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori

2.2.1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan

dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a

plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal

(J. R. David, 1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang

berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)

termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan

dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran

adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-

sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan

hal yang perlu di perhatikan oleh seorang instruktur, guru, widyaiswara dalam proses

pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran,

yakni: (a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi penyampaian

pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran.

Dari beberapa defenisi yang dikemukakan diatas. Dapat disimpulkan bahwa,

“strategi pembelajaran adalah sebuah perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan

yang didesain secara khusus (baik metode, pemanfaatan berbagai sumber daya) untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2.2.2. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori

Istilah ekspositori berasal dari konsep eksposisi yang berarti memberi

penjelasan. Dalam konteks pembelajaran, ekspositorii merupakan strategi yang

dilakukan guru untuk mengatakan atau menjelaskan fakta-fakta, gagasan-gagasan dan

informasi-informasi penting lainnya kepada para pembelajar. Metode ekspositori

adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih

dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh

Page 2: Bab II (Finis)

latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan

penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat.

Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada

tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Ada beberapa pendapat

para ahli mengenai strategi ekspositori, antara lain :

Dalam Direktorat Tenaga Kependidikan “ Strategi pembelajaran ekspositori

adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi

secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa

dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran

disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu.

Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih

menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and

talk”.

Roy Killen (1998) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi

pembelajaran langsung (direct insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan

dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap sehingga

siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Siswa juga

dituntut untuk menguasai bahan yang telah disampaikan tersebut

Dari beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa strategi pembelajaran ekspositori adalah ” strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru

kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi

pembelajaran secara optimal”.

2.2.3. Krakteristik Strategi Ekspositori

Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya :

Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran

secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan

strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikkannya dengan ceramah.

Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang

sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal

sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

Page 3: Bab II (Finis)

Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan  materi pelajaran itu sendiri.

Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya

dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan

demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan.

Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur

dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan

baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement)

siswa. Metode pembelajaran ekspositori bertujuan memindahkan pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah :

a. Menyusun program pembelajaran;

b. Memberi informasi yang benar;

c. Pemberi fasilitas yang baik;

d. Pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar,dan Penilai prolehan

informasi.

2.2.4. Konsep & Prinsip Strategi Pembelajaran Ekspositori

a. Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyampaian materi pelajaran secara optimal. Strategi ekspositori

lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah

“calk and talk” Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori :

1. Strategi ekpositori dilakukan dengan cara menyampaiakan materi pelajaran

secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam

melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan

ceramah.

2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang

sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep terentu yang harus dihafal

sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.

Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat

Page 4: Bab II (Finis)

memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali

materi yang telah diuraikan.

Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif manakala :

a) Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang

akan dan harus dipelajari siswa.

b) Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual

tertentu,misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran,sehingga ia

akan dapat mengungangkapkannya kembali manakala diperlukan.

c) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk

dipresentasikan,artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran

memang materi itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala

disampaikan oleh guru,misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa

data-data khusus.

d) Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topic tertentu.

e) Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau

prosedur,biasanya merupakan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk

kegiatan praktik.

f) Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru

perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.

g) Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata

memiliki kemampuan rendah.

h) Jika ligkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang

berpusat pada siswa,misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang

dibutuhkan.

i) Jika tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan

yang berpusat pada siswa.

b. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik

dibandingkandengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu

strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian,

Page 5: Bab II (Finis)

pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang

harus dicapai.

Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip

berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Antara lain :

1. Berorientasi pada Tujuan

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi

pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses

penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang

harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu

sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan

pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan

pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur

atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik

memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi

pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak

mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya

kemampuan untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin

mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf

rendah tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan

ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori.

2. Prinsip Komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang

menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan)

kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin

disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan

disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses

komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai

penerima pesan. Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya,

selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke

penerima pesan.

Page 6: Bab II (Finis)

Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah

ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem komunikasi

dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap

setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi

oleh berbagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses

komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan

(siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang

ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan

pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang

sangat penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa

dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan yang bisa

mengganggu proses komunikasi.

3. Prinsip Kesiapan

Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih

dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik

maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata

pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya. Dalam teori

konektionisme, “kesiapan” merupakan satu hokum belajar. Inti dari hokum ini

adalah bahwa setiap individu akan merespons dengan cepat dari setiap

stimulus manakala dirinya sudah memiliki kesiapan, sebaliknya tidak

mungkin setiap individu akan merespons setiap stimulus yang muncul

manakala dia belum ada kesiapan untuk menerimanya.

4. Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk

maumempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya

berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.

Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat

membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga

mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan

melalui proses belajar mandiri. Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori

Page 7: Bab II (Finis)

sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan

mated pelajaran.

c. Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Ekspositori

Sebelum diuraikan tahapan penggunaan strategi ekspositori terlebih dahulu

diuraikan beberapa hal yang harus dipahami setiap guru yang akan menggunakan

strategi ini. Antara lain :

1. Rumuskan tujuan yang ingin dicapai

Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk

perubahantingkah laku yang spesifik yang berorientasi pada hasil belajar.

Malalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dala menyimak

materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan

stratergi ini.

2. Kuasai materi pelajaran dengan baik

Penguasaan materi yang sempurna akan membuat kepercayaan diri guru

meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas

bergerak, berani menatap siswa, tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa

yang dapat menggangu jalannya proses pembelajaran.

3. Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses

penyampaian

Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai

kemungkinan  yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Yang

perlu dikenali adalah pertama, latar belakang audiens atau siswa yang akan

menerima materi pelajaran, misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar

siswa sesuai dengan materi yang akan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa.

Kedua, kondisi ruangan, baik menyangkut luar dan besarnya ruangan,

pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan ruangan itu sendiri.

Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, antara lain :

a. Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima

pelajaran.Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah

yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan

Page 8: Bab II (Finis)

menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan.

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan, di antaranya

adalah :

1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.

2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.

3) Bukalah file dalam otak siswa.

Pada tahan persiapan, memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam

melakukan persiapan, antara lain :

1) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif

2) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar;

3) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa;

4) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.

b. Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai

dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam

penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah

ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu:

1. Penggunaan bahasa;

2. Iintonasi suara;

3. Menjaga kontak mata dengan siswa, dan

4. Menggunakan joke-joke yang menyegarkan.

c. Korelasi (Correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan

pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat

menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah

dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap

materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang

telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan

berpikir dan kemampuan motorik siswa.

d. Menyimpulkan (Generalization)

Page 9: Bab II (Finis)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi

pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah

yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah

menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

e. Mengaplikasikan (Application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka

menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat

penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini

guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan

pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada

langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan

materi yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan

materi pelajaran yang telah disajikan.

2.2.5. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Baik teori belajar ataupun strategi pembelajaran pastilah mempunyai

keunggulan dan kelebihannya dibandingkan teori ataupun strategi lainnya. Akan

tetapi dibalik itu semua setiap teori belajar/strategi pembelajaran akan menghadapi

dan mengalami beberapa kesulitan yang berdampak pada kelemahan teori/strategi

tersebut.

a. Keunggulan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak

dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa

keunggulan, di antaranya:

1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan

keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa

menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi

pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang

dimiliki untuk belajar terbatas.

Page 10: Bab II (Finis)

3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar

melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus

siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah

siswa dan ukuran kelas yang besar.

b. Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan,

di antaranya:

1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang

memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa

yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.

2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik

perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta

perbedaan gaya belajar.

3. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan

sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.

4. Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu

arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol

pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di

samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang

dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

2.3. Aktivitas Belajar

2.3.1. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi

belajar-mengajar. Aktivitas belajar siswa merupakan segala bentuk kegiatan yang

dilakukan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah yang mendukung kegiatan

belajarnya.

Menurut Sriyono (2012), “Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan

baik secara jasmani atau rohani”. Oleh karena itu, aktivitas yang dilakukan oleh siswa

Page 11: Bab II (Finis)

dapat dilakukan baik secara jasmani maupun rohani dan aktivitas siswa selama proses

belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan untuk belajar.

Sardiman A.M. (2011: 95-96) berpendapat bahwa “Tidak ada belajar kalau

tidak ada aktivitas”. Siswa dalam belajar diwajibkan berperan aktif, dengan kata lain

belajar sangat diperlukan untuk adanya suatu aktivitas, dengan begitu aktivitas belajar

sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya keberhasilan proses belajar.

Belajar merupakan suatu proses siswa untuk mengetahui berbagai macam

pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengubah sikap dan tingkah laku dengan

melakukan interaksi dengan siswa lain atau guru.

2.3.2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B.

Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan

gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran,

berpendapat, diskusi, interupsi.

c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato.

d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.

e. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak.

g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.

h. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani,

tenang.

2.3.3. faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Belajar Siswa. Gagne dan

Briggs (2010) menyatakan faktor-faktor yang menumbuhkan timbulnya keaktifan

peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik).

Page 12: Bab II (Finis)

b. Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik.

c. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

d. Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajarinya.

e. Memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

f. Memberikan umpan balik (feedback).

g. Melakukan tagihan-tagihan terhadap peserta didik berupa tes, sehingga

kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.

h. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.

2.3.4. Pengukuran Aktivitas Belajar

Kegiatan belajar mengajar mengandung unsur aktivitas pada diri siswa

meskipun kadarnya berbeda-beda. Menurut McKeachie (dalam Uzer Usman, 2006:

23) pengukuran Aktivitas siswa terdiri dari:

a. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar mengajar.

b. Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran.

c. Partisipasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terutama yang

berbentuk interksi antara siswa.

d. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang kurang relevan

atau yang salah.

e. Keeratan hubungan kelas antar kelompok.

f. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang

penting dalam kegiatan di sekolah.

g. Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi siswa baik yang

berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

2.4. Hasil Belajar Akuntansi

Hasil adalah akibat, kesudahan dari suatu ujian dan sebagainya Tim Penyusun KBBI

(2002:139). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003:2). Belajar adalah suatu

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

yang  menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan nilai, sikap

(Darsono,2000:4).

Page 13: Bab II (Finis)

Proses belajar mengajar dan hasil belajar merupakan dua hal yang berkaitan.

Djamarah (2006:11) menyatakan proses belajar diartikan “sebagai proses perubahan

perilaku berkat pengalaman dan latihan”. Artinya bahwa tujuan kegiatan belajar adalah

perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap

ke arah yang lebih baik melalui belajar. Yang terjadi di dalam diri seseorang setelah

berakhir melakukan aktivitas belajar. Sehingga perubahan yang terjadi ini merupakan hasil

proses belajar.

Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu : hasil dan belajar. Hasil merupakan akibat

yang ditimbulkan dari proses kegiatan sedangkan belajar adalah perbuatan yang

menghasilkan perubahan perilaku, pribadi, dan pengetahuan. Tingkat kemampuan dalam

proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya atau sering disebut hasil

belajar. Dengan demikian belajar memang erat hubungannya dengan perubahan tingkah

laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang, karena adanya

perubahan dalam tingkah laku seseorang menandakan telah terjadi belajar dalam diri orang

tersebut.

Kardi (dalam Uno dan Nurdin 2011 :141) mengemukakan bahwa “hasil adalah suatu

perubahan pada diri individu”. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan

pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan

penghargaan diri pada individu tersebut.Sementara itu, Arikunto (2010:8), mengatakan

bahwa “hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu

tampak dalam perbuatan yang dapat diamati,dan dapat diukur”.

Dari kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu

yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu.

Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya

perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan,

pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.

Menurut Syamsudin,(2006:17) Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar

mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

Page 14: Bab II (Finis)

c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya,

membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain, dapat digunakan

sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainya.

d. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengerndalikan dirinya

terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan

proses dan usaha belajarnya.

Winkel (2005:151) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memperngaruhi hasil belajar ada

5 aspek, yaitu :

a. Pribadi siswa mencakup taraf intelegensi, daya kreatifitas dan minat dalam belajar.

b. Pribadi guru, mencakup sikap kepribadian, daya kreatifitas, motivasi kerja, dan

penguasaan materi.

c. Hubungan dan status sosial, mencakup hubungan sosial antara siswa, hubungan guru

dan siswa an suasana dalam kelas.

d. Sekolah sebagai institusi penidikan mencakup disiplin sekolah

e. Faktor situasional, mencakup keadaan sosial ekonomi, keadaan sosial politik dan

ketentuan-ketentuan dari beberapa instansi yang berwenang terhadap pengelolaan

pendidikan sekolah.

Menurut Djamarah (2006:105), Untuk mengetahui apakah proses belajar dikatakan

berhasil, ada indikator yang digunakan yaitu “daya serap terhadap bahan pengajaran yang

diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara kelompok maupun secara individual dan

perilaku yang digariskan dalam tujuan instruksional khusus (TIK) sudah dicapai siswa

secara kelompok maupun secara inividual”.

Di sekolah, hasil belajar dapat dilihat dari penugasaan siswa terhadap materi yang

telah diajarkan. Apabila yang dipoelajari akuntansi, maka perubahan atau hasil yang

dicapai itu adalah hasil belajar akuntansi.

Menurut Somantri (2005:9) akuntansi adalah suatu proses yang meliputi: “pencatatan,

penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan transaksi keuangan perusahaan yang terjadi

dalam suatu periode tertentu”.

Menurut Munawir (2005:5) akuntansi adalah seni daripada pencatatan, penggolongan

dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya

Page 15: Bab II (Finis)

sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk atau

dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya.

Akuntansi adalah proses seni pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

pengikhtisaran yang tepat dan dinyatakan dalam bentuk keuangan dan penafsiran dari hasil-

hasilnya. Oleh karena itu akuntansi dapat dikategorikan sebagai semi matematikan yang

membawa siswa ke dalam pemecahan masalah. Salah satu implikasi dari pandangan ini

adalah siswa dituntut mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam pemecahan

persoalan.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar akuntansi adalah

perubahan tingkah laku yang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang di alami siswa

setelah mengikuti proses belajar akuntansi.

2.5. Hasil Penelitian yang Relevan

Oyen Sintantha, (2013) dalam penelitiannya yang berjudul. “Penerapan Strategi

Pembelajaran Project Based Learning dengan Model Pembelajaran Lottery Card untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi siswa kelas XI AK SMK Swasta

Satria Dharma Perbaungan Tahun Pembelajaran 2013/2014”. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan pada siklus I diperoleh aktivitas siswa 6 orang (27,27%) dengan kategori

‘Aktif’ dan ‘Sangat Aktif’ dan pada siklus IIaktivitassiswa 16 orang (72,72%) dengan

kategori ‘Aktif’ dan‘Sangat Aktif’ dan terjadi peningkatan sebesar 45,45% dan sesuai

dengan Kriteria Penilaian Aktivitas ≥23 atau 71,88%. Diperoleh hasilpretes5 orang

(22,72%) siwatuntasbelajardengan rata-rata 53,09 dansiklus I diperoleh 12 orang (54,54%)

siswatuntasbelajardengan rata-rata 74,95. Padasiklus II diperoleh 19 orang (86,36%)

siswatuntasbelajardengan rata-rata 78,27 dan telah sesuai dengan indikator Kriteria

Ketuntasan Minimum Sekolah 70%.Terdapat perbedaan yang signifikan dan positif hasil

belajar akuntansi siswa antara siklus I dengan siklus II dengan menggunakan uji t diperoleh

thitung = 10,82> ttabel = 2,0796. Dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan Strategi

pembelajaran Project Based Learning denganmodel Pembelajaran Lottery Card dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XI AK SMK Swasta Satria

Dharma Perbaungan Tahun Pembelajaran 2013/2014.

Page 16: Bab II (Finis)

2.6. Kerangka Berpikir

Adapun gabaran umum dalam kerangka berpikir, adalah sebagai berikut :

Proses Belajar Mengajar

sebelum penerapan model pembelajaran Lottery Card dengan Strategi pembelajaran

Ekspositori

pembelajaran Konvensional

1. siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar

2. kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan latian soal

3. pembelajaran berpusat pada guru ( teacher center)

aktivitas dan hasil belajar siswa rendah

penerapan model pebelajaran Lottery Card dengan strategi pembelajaran Ekspositori

aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat