BAB II eri

39
BAB II LANDASAN TEORITIS Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang anatomi fisiologi sistem pencernaan khususnya pada organ yang mengalami gangguan yaitu hati serta asuhan keperawatan teoritis pada klien dengan Hepatitis A. Anatomi fisiologi sistem pencernaan 1.Struktur Hati Hati terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi iga- iga.( Peache, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, 2005,hlm 201) Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata- rata sekitar 1.500 gr atau 2% berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ lunak yang lentur dan tercetak oleh struktur sekitarnya, hati memiliki permukaan superior yang cembung dan 6

Transcript of BAB II eri

Page 1: BAB II eri

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang anatomi fisiologi sistem

pencernaan khususnya pada organ yang mengalami gangguan yaitu hati serta asuhan

keperawatan teoritis pada klien dengan Hepatitis

A. Anatomi fisiologi sistem pencernaan

1. Struktur Hati

Hati terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan

di bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi iga- iga.( Peache, Evelyn C,

Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, 2005,hlm 201)

Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata- rata sekitar 1.500

gr atau 2% berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ lunak

yang lentur dan tercetak oleh struktur sekitarnya, hati memiliki permukaan

superior yang cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan

sebagian kubah kiri, bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap

dari ginjal kanan, lambung, pankreas dan usus. (Price, Sylvia A, et al,2005,

hlm 472)

Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur – struktur yang disebut

lobulus yang merupakan unit micoskopis dan fungsional organ. Sikap lobulus

merupakan bagan heksagonal yang terdiri atas lempeng – lempeng sel hati

6

Page 2: BAB II eri

berbentuk kubus tersusun radial mengelilingi vena sentralis yang mengalirkan

darah dari lobulus. Hati manusia memiliki maksimal 100.000 lobulus.

Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler – kapiler yang disebut sebagai

sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika. Sejumlah

50% dari semua makrofak dalam hati adalah sel Kupffer, sehingga hati

merupakan salah satu organ penting dalam pertahanan melawan infasi bakteri

dan agen toksit. (Price, Sylvia A, et al,2005, hlm 474)

Hati mempunyai dua lobus utama yaitu lobus kanan yang dibagi

menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan dan

lobus kiri yang dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum

falsiformis.

2. Sirkulasi

Hati memiliki dua sumber suplai darah, saluran cerna dan limpa melalui

vena porta hepatika dan dari aorta melalui arteri hepatika. Sekitar sepertiga

darah yang masuk adalah darah arteri dan dua pertiganya adalah vena dari

vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menitnya adalah

1.500 ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri, yang selanjutnya

bermuara pada vena kava inferior.

Vena porta bersifat unik karena terletak di antara dua daerah kapiler,

yang satu terletak dalam hati dan lainnya dalam saluran cerna. Cabang-

cabang terhalus arteria hepatika juga mengalirkan darahnya ke dalam

7

Page 3: BAB II eri

sinusoid, sehingga terjadi campuran darah arteri dari arteria hepatika dan

darah vena dari vena potra

3. Fungsi Hati

Selain merupakan organ parenkim yang paling besar, hati juga

menduduki urutan pertama dalam hal jumlah, kerumitan, dan ragam fungsi.

Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir

setiap fungsi metabolik tubuh, dan terutama bertanggung jawab atas lebih dari

500 aktivitas berbeda.

Menurut Pearce, Evelyn C. Fungsi hati bersangkutan dengan

metabolisme tubuh, khususnya mengenai pengaruhnya atas makanan dan

darah, antara lain :

a. perantara metabolisme”, artinya ia mengubah zat makanan yang diabsorpsi

dari usus dan yang disimpan di suatu tempat di dalam tubuh, guna dibuat

sesuai untuk pemakaiannya di dalam jaringan

b. mengubah zat buangan dan bahan racun untuk mempermudah ekskresi ke

dalam empedu dan urine

c. glikogenik: menghasilkan glikogen dari konsentrasi glukosa yang diambil

dari makanan hidrat karbon. Karena hati membantu supaya kadar gula

yang normal dalam darah. Hati juga dapat mengubah asam amino menjadi

glukosa.

d. sekresi empedu.

e. pembentukan ureum.

8

Page 4: BAB II eri

f. kerja atas lemak. Hati menyiapkan lemak untuk pemecahannya terakhir

menjadi hasil akhir asam karbonat dan air.

B. Konsep Dasar Hepatitis

1. Pengertian

Hepatitis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yaitu virus

hapatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C dan virus – virus lain seperti

virus hepatitis G dan virus TT. (Mansjoer, Arif, et al,2001, hlm 513)

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan

serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan

nekrosis dan degenerasi sel (Charlene J. Reeves, et al, 2001 : 143).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis

dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan

klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer and Suzanne, 2001: 1169).

Hepatitis B kronik adalah persistensi virus hepatitis B lebih dari 6 bulan,

sehingga pemakaian carier sehat tidak dianjurkan lagi. (W. Sudoyo, Aru, et

al,2006, hlm 433)

2. Etiologi

Tipe utama dari hepatitis penyebab adalah virus, yaitu :

a. Hepatitis A

9

Page 5: BAB II eri

Disebabkan oleh virus hepatitis A yang ditularkan melalui praktik

oral-anal, makanan terkontaminasi, dan kerang. Periode inkubasi kira-kira

2-6 minggu, yang merupakan periode paling menular. Profilaksi: globulin

imun sebelum dan setelah pemajanan memberikan imunitas pasif selama 2-

3 bulan

b. Hepatitis B

Disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B (HBV) utuh

adalah suatu virus DNA yang berlapis ganda (double sbelled) dengan

diameter 42 nm. Bagian luar virus ini terdiri dari HBsAg sedang bagian

dalam adalah nukleokapsid yang terdiri dari HBcAg. Dalam nukleokapsid

didapatkan kode genetik VHB yang terdiri dari DNA untai ganda dengan

panjang 3200 nukleotida. Peride inkubasi kira-kira 6 minggu sampai 6

bulan. Individu dipertimbangkan melular selama permukaan antigen

tampak. Status karier atau hepatitis virus kronik (HBV) ada bila

permukaan antigen masih dapat terdektesi setelah enam bulan. Profilaksin:

vaksin HBV sebelum pemajanan memberikan imunitas aktif. Untuk

mempertahankan imunitas, vaksin harus diulang setelah satu bulan, enam

bulan, dan tujuh tahun. Pemberian imunoglobulin hepatitis B (HBIG)

memberi imunitas pasif pada individu tanpa vaksin yang terpajan virus

Hepatitis delta, varian lain dari bentuk hepatitis B virus. Ini

menyebabkan laju mortalitas tinggi. Virus hepatitis delta untuk tetap ada,

hepatitis B juga pasti ada. Bentuk varian dari hepatitis virus ini ditularkan

10

Page 6: BAB II eri

dalam cara yang sama seperti hepatitis B dan mempunyai karakteristik

serupa. Jadi, profilaksis digunakan untuk hepatitis B juga efektif untuk

baik hepatitis C dan hepatitis delta.

c. Hepatitis C

Disebabkan oleh virus hepatitis C. Ditularkan melalui darah. Periode

inkubasi kira-kira 2 minggu sampai 6 bulan. Profilaksis: Globuin imun

sebelum dan setelah pemajanan memberikan imunitas pasif untuk 2-3

bulan. Diyakini penyebab dari hepatitis pascatransfusi. (Barbara, 1995:

524)

11

Page 7: BAB II eri

Skema 2.1 Patofisiologi Hepatitis

12

Pengaruh alkohol, virus hepatitis, toksin

Hipertermi Inflamasi pada hepar Peregangan kapsula hati

Hepatomegali

Perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas

Gangguan suplay darah normal pada sel-sel hepar

Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktulii empedu intrahepatik

Gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan protein

Glikogenesis menurun

Glukoneogenesis menurun

Glikogen dalam hepar berkurang

Glikogenolisis menurun

Glukosa dalam darah berkurang

Cepat lelah Keletihan

Nyeri Anoreksia

Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan

Perubahan kenyamanan

Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktuli empedu intrahepatik

Obstruksi Kerusakan konjugasi

Kerusakan sel eksresi Gangguan eksresi empedu

Retensi bilirubin

Regurgitasi pada duktuli empedu intra hepatik

Bilirubin direk meningkat

Ikterus Larut dalam airPeningkatan garam empedu dalam darah

Pruritus Perubahan kenyamanan

Eksresi ke dalam kemih

Billirubinuria dan kemih berwarna gelap

Bilirubin tidak sempura dikeluarkan melalui duktus hepatikus

Bilirubin direk meningkat

Ikterus

Page 8: BAB II eri

(sumber : Arifin. 2008. Asuhan Keperawatan Hepatitis)

3. Manifestasi klinis

Menurut arifin, Tanda/ gejala pada virus hepatitis pada semua tipe

hampir sama, antara lain:

a. stadium praikterik, berlangsung selama 4-7 hari. Klien akan mengeluh

sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan

nyeri pada abdomen kanan atas serta kuning menjadi lebih cioklat

b. stadium ikterik yang berlangsung 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat

pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan

berkurang klien masih merasa lemah, anoreksia, muntah, tinja berwarna

kelabu tau kuning muda, hati membesar dan terdapat nyeri tekan.

c. stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urine dan

tinja kembali normal.

Gejala klinik Hepatitis B akut hampir tak berbeda dengan gejala klinik

Hepatitis tipe lainnya. Perjalanan Hepatitis akut dibagi menjadi 4 tahap,

(sumber : Arifin. 2008. www.rusari.com diperoleh tanggal 30 Juni 2009)

a. masa inkubasi

13

Page 9: BAB II eri

Masa inkubasi, yang merupakan antara saat penularan infeksi dan saat

timbulnya gejala / ikterus, berkisar antara 1-6 bulan, rata-rata 60-75 hari.

Panjangnya masa inkubasi tergantung dari dosis inokulum yang ditularkan

dan jalur penularan. Makin besar dosis virus yang ditularkan, makin pendek

masa inkubasi

b. fase Pre Ikterik (3-14 hari)

Fase ini adalah waktu antara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan

timbulnya gejala dan ikterus. Keluhan awal non-spesifik seperti malaise, rasa

lemas, lelah, anoreksia, mual, sampai muntah, terjadi perubahan pada indera

rasa dan penciuman, panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot,

rasa tidak enak / nyeri abdomen bagian atas tengah / kanan; pada sebagian

kecil penderita dapat timbul “serum sicknees-like syndrome”: febris,

urtikaria, artralgia (sering pada ekstremitas bawah); perubahan warna urin

menjadi coklat sering sudah dapat dilihat antara 1-5 hari sebelum timbul

ikterus.

c. fase Ikterik

Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur

akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih sering berlangsung,

dan nyeri abdomen kanan atas bertambah. Lama berlangsungnya ikterus dapat

berkisar antara 1-6 minggu, umumnya pada anak paling cepat menghilang,

14

Page 10: BAB II eri

pada orang dewasa ikterus didapatkan anatara 1-3 minggu. Beberapa

penderita Hepatitis B akut menunjukkan ikterus selama berminggu-minggu

sampai berbulan-bulan disertai ciri-ciri kolestasis : termasuk varian

manifestasi Hepatitis B akut : tipe kolestatik, yang akan dibahas kemudian.

Dalam fase ini teraba hepatomegali ringan, nyeri tekan; splenomegali ringan

dan limfadenopati servikal terdapat pada 10-15% kasus.

d. fase penyembuhan

Fase penyembuhan diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan-

keluhan, walaupun rasa malaise dan cepat capek kadang masih terus

dirasakan; hepatomegali dan rasa nyerinya juga berkurang. Fase

penyembuhan lamanya bervariasi berkisar antara 2-21 minggu. Penyembuhan

klinis dan biokimiawi sempurna dapat diharapkan terjadi dalam 3-4 bulan

setelah timbulnya ikterus, untuk sebagian besar kasus Hepatitis B akut ikterik

yang tanpa komplikasi.

4. Cara penularan hepatitis B

Ada 2 golongan cara penularan infeksi VHB, yaitu penularan horizontal

dan penularan vertikal. Cara penularan horizontal terjadi dari seorang

pengidap infeksi VHB kepada individu yang masih rentan di sekelilingnya.

Penularan horizontal dapat terjadi melalui kulit atau melalui selaput lendir,

15

Page 11: BAB II eri

sedangkan penularan vertikal terjadi dari seorang pengidap yang hamil kepada

bayi yang dilahirkan

a. Penularan horizontal yaitu:

1) penularan melalui kulit ada 2 macam, yaitu penularan melalui kulit yang

disebabkan tusukan yang jelas, misalnya melalui suntikan, tranfusi

darah atau pemberian produk yang berasal dari darah, dan tato.

Kelompok kedua adalah penularan melalui kulit tanpa tusukan yang

jelas, misalnya masuknya bahan infektif melalui goresan atau abrasi

kulit, dan radang kulit

2) penularan melalui selaput lendir: selaput lendir yang dapat menjadi

tempat masuk infeksi VHB adalah selaput lendir mulut, mata, hidung,

saluran makanan bagian bawah dan selaput lendir genetalia.

b. Penularan vertikal

Penularan infeksi VHB dari ibu hamil kepada bayi yang dilahirkan.

Dapat terjadi padaa masa sebelum kelahiran atau prenatal, selama persalinan

atau perinatal dan setelah persalinan atau postnatal. Dulu diperkirakan bahwa

penularan inutero hanya terjadi pada 5-15% bayi yang dilahirkan oleh ibu

HBsAg dan HBeAg positif.penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

16

Page 12: BAB II eri

bayi yang tertular VHB secara vertikal mendapatkan penularan pada mas

perinatal yaitu pada saat terjadi proses persalinan.(Soemoharjo, 2008:20)

5. Komplikasi

Menurut Sylvia A. Price, 2005 : 491-492). Komplikasi yang akan terjadi

adalah:

a. Nekrosis sel hati

Nekrosis diikuti oleh regenerasi dari jaringan hepar, tetapi tidak dalam

cara yang normal. Jaringan fibrosa yang terbentuk merusak bentuk normal

lobule hepar. Perubahan fibrosa yang terbentuk merusak bentuk normal lobule

hepar.

b. Kegagalan hati Fulminan

Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati hepatic yang terjadi

dalam waktu beberapa minggu sesudah dimulainya penyakit pada pasien yang

tidak terbukti menunjukan riwayat disfungsi hati.

17

Page 13: BAB II eri

Hepatitis virus merupakan penyebab gagal hati fulminan yang paling

sering ditemukan. Penyebab lainnya mencakup obat-obatan toksik dan zat-zat

kimia, gangguan metabolic dan perubahan struktur hati.

6. Penatalaksanaan

Tidak terdapat terapa spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring

selama fase akut penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi

karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh

penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu diberikan

selama fase akut bila pasien terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya

perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal, serta

tidak mengkonsumsi alkohol.

Pengobatan terpilih untuk hepatitis B kronik adalah terapi antivirus

dengan obat jenis interveron

7. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik termasuk sebagai bagian dari proses

pengumpulan data. Pemeriksaan yang dilakukan pada klien dengan hepatitis

B. berikut ini dapat dilihat secara rinci pemeriksaan laboratorium yang

disajikan pada tabel 2.1. di bawah ini.

Tabel 2.1. Pemeriksaan laboratorium pada penderita Hepatitis B.

No Tes Nilai Normal keterangan

1 HBsAg, anti-Hbc, Non reaktif Pada klien yang sudah

18

Page 14: BAB II eri

2

HBeAg

Pemeriksaan Protein

a. Total (Serum)

b. Albumin

c. Globulin

d. Fibrinogen

(g/100/ml)

6,5 - 8

4 – 5,5

2 - 3

terinfeksi virus Hepatitis

B maka pada pemeriksaan

HBsAg hasilnya akan

reaktif. Anti-Hbc

biasanya dapat terdeteksi

segera setelah gambaran

klinis Hepatitis muncul.

Sedangkan HBeAg

biasanya muncul

bersamaan dengan

HBsAg atau muncul

segera setelah HBsAg dan

menghilang beberapa

minggu sebelum HBsAg

menghilang.

Albumin adalah bagian

utama dari protein darah

total, albumin penting

dalam mempertahankan

tekanan osmotik antara

darah dan jaringan.

Globulin diperlukan

untuk pembentukkan

antibodi dan untuk

membantu

mempertahankan tekanan

osmotik.

19

Page 15: BAB II eri

3

e. Elektroforesis

1) Albumin

2) α globulin,

3) β globulin

4) γ globulin

f. Masa Protrombin

Pemeriksaan Enzim

a. SGOT, SGPT dan

LDH

0,2 - 0,4

( persentasi

dari 100%

total protein )

53%

14%

12%

20%

12 – 15 detik

10 – 40 unit,

5 – 35 unit,

165 – 300 unit

Fibrinogen dibutuhkan

dalam proses koagulasi.

Elektroforesis

memisahkan berbagai

fraksi protein dengan

menggunakan arus listrik.

Pada penyakit sel

parenkim hepar, jumlah

serum protein ditekan

atau rasio protein

terhadap satu sama

lainnya berubah.

Protrombin disintesa

menjadi thrombin (tanpa

adanya vitamin K) pada

hepar. Tes ini merupakan

indeks yang baik terhadap

prognosis, karena

perpanjangan masa

protrombin

mengidentifikasikan

kehilangan fungsi yang

hebat.

Transaminase adalah

kalasis dalam pemecahan

asam amino. SGPT

adalah enzim khusus yang

20

Page 16: BAB II eri

4

b. Fosfatase Alkali

c. Gamma glutamil

Transferase

Bilirubin

a. Total

b. Konjugasi (direk)

2-5 unit

Bodonsky

0 – 30 lu

0,9 - 2,2

mg/100 ml

(0,8 mg/dl)

0,5-1,4

mg/100 ml

dilepaskan oleh sel-sel

hepar yang rusak. Akan

timbul sejumlah besar

LDH dalam jaringan

hepar.

Enzim ini menghidrolisa

esterfosfat dan berguna

dalam diagnosa. Jika

Enzim ini meningkat,

nukleotida dan leusin

amino peptisidase akan

menentukan apakah

peningkatannya berkaitan

dengan obstruksi saluran

empedu.

Enzim endotelium ini

ditemukan dalam hepar

dan sangat berkaitan

dengan peningkatan fosfat

alkali.

Tes ini mengukur

kemampuan hepar untuk

mengkonjugasi dan

mengeksresi bilirubin.

Jika bilirubin terkonjugasi

tinggi, maka keadaan ini

21

Page 17: BAB II eri

5

6

c. Ankonjugasi

(indirek)

Skan Isotop Hepar

Skaning CT Hepar

(0,6 mg/dl)

0,4-0,8

mg/100 ml

(0,2 mg/dl)

mengindikasikan blok

prahepar. Bila bilirubin

terkonjugasi tinggi dan

tak terkonjugasi normal

atau rendah, maka hal ini

mengindikasikan blok

poshepar.

Skaning radionuklida

pada hepar membantu

menentukan fungsi sel

hepar dan menggantikan

sal-sel hepar aktif dengan

jaringan nonfungsi seperti

jaringan parut sekunder

terhadap Sirosis, tumor

dan abses.

Skaning CT adalah

pengamatan tambahan

yang membantu

menentukan space

occupying lesion di dalam

hepar, seperti tumor dan

abses. Skaning mungkin

lebih spesifik untuk

menemukan tumor tetapi

kurang bermanfaat

22

Page 18: BAB II eri

disbanding skaning

nuclide dalam

menentukan fungsi sel

hepar.

(Sumber : Hudak and Gallo, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik 1990 :

392).

8. Asuhan Keperawatan Teoritis Gangguan Sistem Pencernaan : Hepatitis

Sebelum membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

sistem pencernaan khususnya pada pasien hepatitis maka perlu diketahui

asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pencernaan secara teoritis

sebagai pedoman Menurut , Marlynn E, 1999, hlm 534, pengkajian dengan

hepatitis adalah:

1. Pengkajian

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum

b. Sirkulasi

Tanda : Bradikardia ( hiperbilirubinemia berat), ikterik pada

sklera, kulit , membran mukosa

c. Eliminasi

23

Page 19: BAB II eri

Gejala : Urine gelap, diare/ konstipasi: feses warna tanah liat,

adanya/ berulangnya hemodialisa

d. Makanan/ cairan

Gejala : Hilang napsu makan (anoreksia), penurunan berat

badan atau meningkat (edema), mual, muntah

Tanda : Asites

e. Neurosensori

Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis

f. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan

atas, mialgia, artralgia, sakit kepala

Tanda : Otot tegang, gelisah

g. Pernapasan

Gejala : Tidak minat denggan merokok ( perokok)

h. Keamanan

Gejala : Adanya tranfusi darah/ produk darah

24

Page 20: BAB II eri

Tanda : Demam, urtikaria, lesi, makulopapular, eritema tak-

beraturan,ginekomastia ( kadang-kadang ada pada

hepatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran

nodus servikal posterior

i. Seksualitas

Gejala : Pola hidup/ perilaku meningkatnya risiko terpajan

j. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Riwayat diketahui/ mungkin terpajar pada virus, bakteri

atau toksin ( makanan terkontaminasi, air, jarum,

alat bedah atau darah), terpajan pada kimia toksik

( contoh karbon tetraklorida, vinil klorida) obat

resep ( contoh sulfonamid, fenotiazid, isonazid),

pengggunaan alkohol, diabetes, GJK, atau penyakit

ginjal.

2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan

Menurut Doengoes (2000), diagnosa keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem pencernaan (Hepatitis) adalah sebagai berikut :

a. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, penurunan kekuatan/

ketahanan; nyeri,mengalami keterbatsan aktivitas, depresi

25

Page 21: BAB II eri

Tujuan dan Kriteria Hasil

1) Menunjukan teknik/ perilaku yang memampukan kembali melakukan

aktivitas

2) Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi Keperawatan

1) Tingkatkan tirah baring/ duduk,berikan lingkungan tenang; batasi

pengunjung sesuai keperluan

2) Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik

3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi,bantu melakukan latihan rentang

gerak sendi pasif/ aktif

4) Support penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi

progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi

5) Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati

6) Beerikan obat sesuai indikasi: sedatif, agen, antiansietas, contoh

diazepam( Valium), Lorazepam ( Ativan).

26

Page 22: BAB II eri

b. Nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan

masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia,

mual/muntah

Tujuan dan Kriteria Hasil

1) Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/

mempertahankan berat badan yang sesuai

2) Menunjukan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan

nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi

Intervensi Keperawatan

1) Awasi pemasukan diet/ jumlah kalori

2) Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan

makan pagi paling besar

3) Berikan perawatan mulut sebelum makan

4) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak

5) Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan

diet sesuai kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan protein

sesuai toleransi

6) Berikan obat sesuai indikas: vitamin B komplek, antasida

C. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kehilangan

beerlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (asites),

gangguan proses pembekuan

27

Page 23: BAB II eri

Tujuan dan Kriteria Hasil

1) Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,

turgor kulit baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat dan haluaran

urine individu sesuai

Intervensi Keperawatan

1) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian

2) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler,turgor kulit dan

membran mukosa

3) Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, albumin dan waktu

pembekuan

4) Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit.)

d. Integritas kulit atau jaringan, kerusakan, resiko tinggi terhadap

berhubungan dengan zat kimia : garam empedu dalam jaringan.

Tujuan dan Kriteria Hasil

1) Menunjukan jaringan / kulit tubuh, bebas ekskoriasi

2) Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus / lecet

Intervensi Keperawatan

1) Gunakan air mandi dingin dan soda kue / mandi kanji, sindari sabun

alkali, berikan minyak kalamin sesui indikasi.

28

Page 24: BAB II eri

2) Anjurkan melepaskan pakaian ketat, berikan seprai katut lembut.

3) Berikan masase pada waktu tidur.

4) Hindari komentar tentang penampilan pasien.

5) Berikan obat sesuai indikasi : anti histamin dan anti lipemik.

e. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

1) Menunjukkan volume cairan stabil

2) Berat badan stabil

3) Tanda vital dalam rentang normal

4) Tak ada edema dan asites

Intervensi Keperawatan

1) Ukur masukan dan haluaran. Catat keseimbangan positif. Timbang

berat badan tiap hari dan catat peningkatan lebih dari 0,5 kg/ hari

2) Awasi tanda- tanda vital

3) Ukur lingkar abdomen

4) Motivasi klien untuk tirah baring bila ada asites

5) Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)

29

Page 25: BAB II eri

6) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi

7) Berikan obat sesuai indikasi: Diuretik, kalium

f. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,

dan kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan/ mengingat; salah

interpretasi informasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

1) Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan

2) Mengidentifikasi hubungan tanda/ gejala penyakit dan hubungan

gejala dengan faktor penyebab

3) Melakukan perubahan perilaku dan berpatisipasi pada pengobatan

Intervensi Keperawatan

1) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/ prognosis,

kemungkinan pilihan pengobatan

2) Berikan informasi khusus tentang pencegahan/ penularan penyakit

3) Bantu mengidentifikasi aktivitas pengalih

4) Support kesinambungan diet seimbang

5) Kaji ulang perlunya menghindari alkohol

30