BAB II DERI

41
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Pemerintah Peran pemerintah dalam kehidupan masyarakat adalah sesuatu yang mutlak artinya pemerintah harus ada. Dapat dilihat sekarang ini bagaimana pemerintah merupakan suatu lembaga yang mempunyai kewenangan penuh dan sah, memberikan jaminan keamanan dan ketentraman, memajukan sarana dan prasarana pembangunan serta sosial kemasyarakatan. Pemerintah memberikan jaminan hukum kepada masyarakat. Pemerintah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, membantu orang-orang miskin dan memelihara orang-orang cacat, jompo, dan anak-anak terlantar, menampung serta menyalurkan para gelandangan ke sektor kegiatan yang produktif. Hal ini menunjukan bahwa pada dasarnya masyarakat tidak mampu 20

description

Tinjauan Pustaka

Transcript of BAB II DERI

Page 1: BAB II DERI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Pemerintah

Peran pemerintah dalam kehidupan masyarakat adalah sesuatu yang

mutlak artinya pemerintah harus ada. Dapat dilihat sekarang ini bagaimana

pemerintah merupakan suatu lembaga yang mempunyai kewenangan penuh dan

sah, memberikan jaminan keamanan dan ketentraman, memajukan sarana dan

prasarana pembangunan serta sosial kemasyarakatan. Pemerintah memberikan

jaminan hukum kepada masyarakat.

Pemerintah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

sosial, membantu orang-orang miskin dan memelihara orang-orang cacat, jompo,

dan anak-anak terlantar, menampung serta menyalurkan para gelandangan ke

sektor kegiatan yang produktif. Hal ini menunjukan bahwa pada dasarnya

masyarakat tidak mampu mengatur kehidupan bersama secara mandiri, mereka

memerlukan campur tangan pemerintah.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah ini, pemerintah daerah diberikan

kewenangan yang penuh dalam menjalankan pemerintahan sesuai dengan aspirasi

masyarakat yang ada di daerah yang bersangkutan. Terkecuali hal-hal tertentu

yang masih ditangani pemerintahan pusat yang diantaranya adalah peradilan,

moneter, agama, hubungan luar negeri.

20

Page 2: BAB II DERI

Pemerintahan sekarang ini telah melakukan terobosan-terobosan kebijakan

menyangkut upaya peningkatan taraf hidup lebih baik dari masyarakat secara luas

yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Banyak sekali kinerja

pemerintahan yang menjadi tuntutan bagi peningkatan perekonomian masyarakat,

dapat dilihat bahwa hampir seluruh segi bidang kehidupan masyarakat.

Pelayanan pada masyarakat atau publik merupakan tugas dan pekerjaan

dari sebuah organisasi pemerintahan. Dengan adanya pelayanan yang baik, maka

sebuah organisasi pemerintahan telah berhasil menciptakan organisasinya menjadi

sebuah organisasi yang respon dan aspiratif bagi kepentingan umum dan tidak

semata-mata profit oriented.

Koordinasi merupakan pekerjaan dari pimpinan yang berkesinambungan

dan harus dikembangkan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.

Koordinasi adalah proses yang terus menerus (continues process), artinya suatu

proses yang bersifat kesinambungan, dalam rangka tercapainya tujuan organisasi.

Jadi ciri koordinasi ini menunjukkan bahwa koordinasi bukan merupakan

kegiatan atau usaha yang terputus-putus melainkan merupakan usaha yang

berkesinambungan, dimulai dari awal sampai akhir.

Ciri koordinasi yaitu tanggung jawab terletak pada pimpinan dan

koordinasi adalah suatu usaha kerjasama, dengan adanya kerja sama yang baik

akan terbentuk suatu kesatuan tindakan.

21

Page 3: BAB II DERI

Oleh karena itu koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam

kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah daripada individu yang

bekerja sama, dimana dengan koordinasi menghasilkan usaha kelompok yang

sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi.

Sesuai dengan pendapat dari Syafrudin (1976 : 220), bahwa koordinasi

adalah sebagai berikut:

Koordinasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan menghubungi, bertujuan untuk menserasikan tiap langkah dan kegiatan dalam, organisasi agar tercapai gerak yang cepat untuk mencapai sasaran dan tujuan-tujuan yang telah di tetapkan. Koordinasi itu dapat juga di artikan sebagai suatu pengaturan yang tertib dari kumpulan/ gabungan usaha untuk menciptakan kesatuan tindakan

Koordinasi dalam penyelenggaraan pemerintahan merupakan pengaturan

aktif bukan dalam arti pengaturan pasif berupa membuat peraturan mengenai

segala gerak dan kegiatan dan hubungan kerja antara beberapa pejabat

pemerintahan baik di pusat dan daerah serta lembaga-lembaga non departemen

yang mempunyai tugas dan kewajiban yang saling berhubungan satu sama lainnya

untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran dan yang bertindihan masalah, yang

mengakibatkan pemborosan dan pengaruh yang tidak baik terhadap pencapaian

tujuan.

Pengertian pemerintahan menurut Pamudji (1995 : 22-23). Pemerintahan

secara etimologi berasal dari kata pemerintah dan perintah dengan uraian sebagai

berikut :

1. Perintah adalah perkataan yan bermaksud menyuruh melakukan sesuatu.

2. Pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu negara atau badan tertinggi yang memerintah suatu negara.

22

Page 4: BAB II DERI

3. Pemerintahan adalah perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah.

Gambaran mengenai pemerintah dan pemerintahan perlu kita kemukakan

pendapat dari Finer (dalam Pamudji, 1995 : 24-25), menyatakan istilah

government sebagai berikut :

1. Menunjukan kegiatan atau proses memerintah, yaitu melaksanakan kontrol atas pihak lain.

2. Menunjukan masalah-masalah (hal-ihwal) negara dalam mana kegiatan atau proses diatas dijumpai.

3. Menunjukan orang-orang (pejabat-pejabat) yang dibebani tugas-tugas untuk memerintah.

4. Menunjukan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu di perintah.

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Finer memberikan

arti pemerintah dan pemerintahan dalam arti luas. Sementara itu pengertian

pemerintah dan pemerintahan dalam arti sempit dapat dilihat dari ajaran-ajaran

Tripraja pemerintah yang hanya meliputi kekuasan eksekutif saja, sedangkan arti

pemerintah dalam arti sempit meliputi segala kegiatan dari pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dirumuskan pemerintahan dalam arti

luas adalah perbuatan memerintah yang dilakukan secara terprogram oleh

lembaga-lembaga atau badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam

rangka mencapai tujuan negara. Sedangkan pemerintahan dalam arti sempit

adalah perbuatan memerintah yang dilakukan secara terprogram oleh lembaga

eksekutif dan jajarannya dalam mencapai tujuan negara.

23

Page 5: BAB II DERI

2.2 Pengertian Koordinasi

Dalam suatu organisasi besar dan kompleks serta mempergunakan jalur

lini dan staf, koordinasi itu sangat diperlukan,akan tetapi hal itu tidak berarti

bahwa dalam organisasi yang kecil dan sederhana serta hanya terbentuk atas jalur

lini atau jalur staf saja tidak diperlukan adanya koordinasi, melainkan koordinasi

timbul dan diperlukan karena adanya prinsip pembagian tugas dan pembagian

kerja baik dalam organisasi besar maupun organisasi kecil.

Suatu organisasi baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi

swasta memerlukan adanya koordinasi yang baik agar dapat menjalankan tugas

dan pekerjaan dengan lancar. Maka dari itu tindakan yang paling awal dalam

sebuah pelaksanaan tugas dan pekerjaan seorang pimpinan harus mampu

menetapkan koordinasi yang efektif yang sesuai dengan teknik-teknik atau prinsip

pelaksanaan koordinasi yang benar. Dengan demikian akan tercipta suatu kesatuan

yang kuat di dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan guna mencapai tujuan yang

maksimal.

Permasalahan tentang tercapai dan suksesnya suatu tujuan organisasi

tidak akan terlepas dari koordinasi yang baik antara pimpinan dan bawahan.

Dengan koordinasi yang baik seorang pimpinan akan mudah dalam menjalankan

managerialnya serta akan membentuk suatu kesatuan tindakan dalam penyelesaian

tugas dan pekerjaan.

24

Page 6: BAB II DERI

Menurut pendapat Handayaningrat (1996 : 117-118) mengemukakan

pendapatnya sebagai berikut:

Koordinasi adalah sebagai usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan kerja (unit-unit) organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai tujuannya.

Selanjutnya pengertian koordinasi menurut pendapat Mc. Farland

(Handayaningrat, 1996 : 89) adalah sebagai berikut :

Coordination is the process whereby an excecutive developean orderly patterns of group efforts among his subordinates and secure unity of action the pursuit of common purpose. (Koordinasi adalah suatu proses dimana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama).

Sedangkan menurut pendapat Mooney (Handayaningrat, 1996 : 89)

adalah: ‘Koordinasi adalah sebagai pencapaian usaha kelompok secara teratur dan

kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama’.

Menurut pendapat Ndraha (2001 : 23) berpendapat masalah koordinasi

sebagai berikut:

Soal-soal yang merupakan masalah koordinasi pemeritahan adalah soal bagaimana dapat menjamin kepaduan dalam tujuan dan bekerjannya suatu alat kelengkapan pemerintahan yang ada dalam hidup bersama, di mana untuk setiap kepentingan di butuhkan suatu organisasi tersendiri yang dapat bekerja lancar, serasi kuat yang senantiasa harus menjadi perhatian penguasa dalam koordinasi tersebut, perpaduan kerjasama menjadi unsur utamanya.

Selanjutnya Syafrudin (1976 : 220), berpendapat bahwa:

Koordinasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan menghubungi, bertujuan untuk menserasikan tiap langkah dan kegiatan dalam, organisasi agar tercapai gerak yang cepat untuk mencapai sasaran dan tujuan-tujuan yang telah di tetapkan. Koordinasi itu dapat juga di

25

Page 7: BAB II DERI

artiakan sebagai suatu pengaturan yang tertib dari kumpulan/gabungan usaha untuk menciptakan kesatuan tindakan

Siagian (1993 : 143), mengatakan bahwa: “Koordinasi adalah

penyesuaian, satu sama lain dari berbagai kesatuan sehubungan dengan aktivitas-

aktivitas masing-masing di suatu bidang tertentu”.

Adapun Hoogerwerf (1983 : 521) berpendapat bahwa koordinasi

terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Koordinasi kebudayaan.

2. Koordinasi struktural.

3. Koordinasi instrumental.

Penjelasan.

1. Koordinasi kebudayaan.

Dengan koordinasi kebudayaan dimaksudkan agar dalam proses

kerjasama antara berbagai kesatuan atau departemen, pola dari nilai-nilai, tujuan-

tujuan, norma dan harapan-harapan bersama serta kebijaksanaan dari pejabat-

pejabat, sangat penting pada penyesuaian-penyesuaian satu sama lain. Selain

penting yaitu menpunyai pengaruh besar terhadap tindak-tanduk sosial dalam

proses inter departemental, maka pola memajukan suatu kesearahan sehingga

terwujud suatu “esprit de corps”.

2. Koordinasi Struktural.

Koordinasi struktural terbagi menjadi koordinasi yang bersipat hierarkis

dan koordinasi yang bersipat horizontal. Koordinasi hierarkis (vertikal) dilakukan

oleh atasan atau pimpinan terhadap bawahannya, yang didalamnya semuanya

26

Page 8: BAB II DERI

dipertimbangkan dan dikendalikan serta diatur oleh pimpinan secara terpusat.

Selanjutnya diambil keputusan-keputusan mengenai perselisihan-perselisihan

kompetensi, overlapping dan pertentangan-pertentangan. Sedangkan koordinasi

horizontal terwujud tanpa campur tangan yang permanen dari kedudukan-

kedudukan yang lebih tinggi menurut hierarki, hubungan yang dilakukan adalah

hubungan melintang baik yang bersifat formal dan informal, permanen atau

sementara.

3. Koordinasi instrumental.

Koordinasi instrumental meliputi kegiatan penyesuaian aktifitas-

aktifitas standarisasi. Dimana dengan adanya usaha penyesuaian antar unit-unit

atau kesatuan mengenai prosedur-prosedur, peraturan-peraturan. Dengan aktifitas

perencanaan adalah adanya pengaturan menurut waktu dari aktifitas-aktifitas dan

sarana-sarana dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Efek perencanaan

yang mengkoordinasi adalah tujuan-tujuan dan aktifitas-aktifitas yang bermacam-

macam dari berbagai pihak dipertimbangkan dengan konsekuensinya dan

diintegrasikan dengan cara rasional.

Selanjutnya Handayaningrat (1996 : 127-128), berpendapat bahwa

koordinasi terdiri dari :

1. Koordinasi intern.

2. Koordinasi ekstern.

Penjelasan dari kedua koordinasi tersebut bahwa koordinasi intern

terbagi yaitu: koordinasi vertikal, koordinasi horizontal dan koordinasi diagonal.

Sedangkan Koordinasi ekstern termasuk koordinasi fungsional di dalamnya

27

Page 9: BAB II DERI

adalah koordinasi fungsional horizontal dan koordinasi fungsional diagonal.

Tentang koordinasi vertikal dan horizontal pengertiannya tidak berbeda dengan

pengertian seperti uraian di atas mengenai koordinasi struktural, sedangkan

koordinasi diagonal dilakukan bila yang melakukan koordinasi berkedudukan

lebih tinggi dibanding dengan yang diberikan koordinasi, namun tidak berada

dalam satu barisan komando.

Koordinasi dalam penyelenggaraan pemerintahan merupakan suatu

pengaturan aktif bukan pengaturan pasif, yakni berupa membuat peraturan

mengenai segala gerak dan kegiatan serta hubungan kerja antara beberapa pejabat

pemerintahan baik di pusat dan daerah serta lembaga-lembaga non departemen

yang mempunyai tugas dan kewajiban yang saling berhubungan satu sama lainya

untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran dan yang bertindihan masalah, yang

mengakibatkan pemborosan dan pengaruh yang tidak baik terhadap pencapaian

tujuan organisasi.

2.3 Karakteristik Koordinasi

Dalam pelaksanaan koordinasi pemerintah memliki karakteristik

koordinasi tertentu yang dipakai sesuai dengan kebutuhan dari pelaksanaan

pemerintah tersebut.

Hal ini lebih jauh disebabkan karena setiap satuan kerja (unit organisasi)

maupun pejabat dalam suatu organisasi atau suatu usaha kerjasama dalam

melaksanakan kegiatannya tergantung atas bantuan satuan kerja atau unit dan

pejabat lainnya dalam organisasi tersebut. Tegasnya adanya saling ketergantungan

28

Page 10: BAB II DERI

atau interdependensi satu sama lain mendorong adanya keperluan untuk bekerja

sama.

Karakteristik koordinasi yang dikemukakan oleh Handayaningrat (1996 :

138) adalah sebanyak 6 (enam) macam yaitu:

a. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan.b. Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama.c. Koordinasi adalah proses yang terus-menerus.d. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur.e. Konsep kesatuan tindakan.f. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama.

Penjelasan.

a. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan.

Oleh karena itu koordinasi merupakan tugas dari pimpinan. Koordinasi

sering dicampuradukkan dengan kata kooperatif yang sebenarnya mempunyai arti

yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan

koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerja sama (cooperation). Oleh

karena itu maka kerja sama (cooperation) merupakan suatu syarat yang sangat

penting dalam membantu pelaksanaan daripada koordinasi, jelasnya, bahwa

koordinasi adalah berbeda dengan kooperatif (cooperation).

b. Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama.

Ciri koordinasi yaitu tanggung jawab terletak pada pimpinan dan

koordinasi adalah suatu usaha kerja sama, dengan adanya kerja sama yang baik

akan terbentuk suatu kesatuan tindakan.

29

Page 11: BAB II DERI

c. Adanya proses yang terus menerus (continues process).

Koordinasi adalah pekerjaan daripada pimpinan yang berkesinambungan

dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. Koordinasi

adalah proses yang terus menerus (continues process), artinya suatu proses yang

bersifat berkesinambungan, dalam rangka tercapainya tujuan organisasi. Jadi ciri

koordinasi ini menunjukkan bahwa koordinasi bukan merupakan kegiatan atau

usaha yang terputus-putus melainkan merupakan usaha yang berkesinambungan,

dimulai dari awal sampai akhir.

d. Pengaturan usaha kelompok secara teratur.

Oleh karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam

kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka koordinasi menghasilkan usaha

kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan

kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih (overlapping), kekaburan (confusion)

dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.

e. Konsep kesatuan tindakan.

Kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi, hal ini berarti bahwa

pimpinan harus mengatur usaha-usaha atau tindakan-tindakan dari pada setiap

kegiatan individu, sehingga diperoleh adanya keserasian di dalam mencapai hasil

bersama. Kesatuan tindakan ini adalah merupakan suatu kewajiban daripada

pemimpin untuk memperoleh suatu koordinasi yang baik. Dengan mengatur

jadwal waktu yang dimaksudkan, maka kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai

dengan waktu yang telah direncanakan.

30

Page 12: BAB II DERI

f. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama(common purpose).

Kesatuan daripada usaha meminta suatu pengertian kepada semua

individu, agar ikut serta mewujudkan tujuan organisasi dimana mereka bekerja.

Jadi apabila tidak terdapat pengertian dari tiap individu bahwa tujuan bersama

merupakan suatu hal yang lebih diutamakan daripada tujuan pribadi maka

koordinasi tidak akan terlaksana secara efektif.

Dalam uraian mengenai hakikat koordinasi antara lain telah dinyatakan

bahwa pada hakekatnya koordinasi adalah perwujudan daripada kerjasama, yaitu

saling membantu dan menghargai serta menghayati tugas dan fungsi serta

tanggung jawab masing-masing orang atau pejabat atau unit yang berkoordinasi.

2.4 Koordinasi Sebagai Azas Organisasi

Koordinasi merupakan salah satu azas dari organisasi yang perlu

diperhatikan oleh pimpinan organisasi dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan

dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Permasalahan koordinasi sangat

berhubungan dengan permasalahan organisasi, karena koordinasi merupakan

bagian tak terpisahkan dari kegiatan organisasi.

Mengenai pengertian organisasi akan peneliti kemukakan menurut

pendapat beberapa ahli, seperti diungkapkan oleh Soekarno (1986 : 81) sebagai

berikut: “Organisasi adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai

suatu maksud bersama (tujuan umum)”.

31

Page 13: BAB II DERI

Selanjutnya menurut pendapat Soekarno (1978 : 85) azas-azas organisasi

terdiri dari :

1. Azas kesatuan komando (unity of command).2. Pembangian kerja secara homogen. 3. Span of control. 4. Delegasi wewenang yang diikuti dengan tanggung jawab.

Selain itu pengertian lainnya adalah menurut Dimock (Sugandha, 1999 :

129) yang berpendapat bahwa :

Organisasi adalah penyatuan secara sistematis bagian yang saling bergantungan bersama-sama guna membentuk suatu keseluruhan, yang bulat melalui mana kekuasan, koordinasi dan pengawasan dapat dijalankan untuk mencapai maksud tertentu.

Sedangkan menurut pendapat Mooney (Sarwoto, 1989 : 23) azas-azas

organisasi terdiri dari :

1. Azas hierarki.

2. Azas koordinasi.

Azas-azas tersebut sangat fundamental sifatnya dalam rangka

pembentukan suatu organisasi. Kaitannya dengan bahasan ini, penulis akan

menguraikan azas-azas organisasi menurut pendapat Sarwoto (1989 : 24) sebagai

berikut :

1. Azas span of control.

2. Azas delegasi wewenang yang diikuti dengan tanggung jawab.

3. Azas koordinasi.

32

Page 14: BAB II DERI

Penjelasan.

1. Azas Span of control.

Pengertian dalam Bahasa Indonesia adalah rentang kendali, maksud

daripada rentang kendali ini adalah sejauhmana kemampuan seseorang

(pimpinan) dapat mengendalikan atau mengawasi bawahannya secara efektif

dalam rangka pencapaian tujuan. Hal tersebut sangat tergantung kepada jenis

pekerjaan yang dilakukan serta keadaan atau kondisi tempat. Menurut

pengalaman dan penyelidikan di Amerika Serikat, sesuai pendapat Grai

menegaskan bahwa jumlah maksimal bawahan yang dapat diawasi langsung

oleh seorang pimpinan (atasan) adalah 5 (lima) atau 8 (delapan). Terlalu

banyak orang yang diawasi dapat menimbulkan kesulitan, karena atasan tidak

mempunyai cukup waktu mengawasi seorang demi seorang dan tentunya tugas

lainnya juga memerlukan perhatiannya, lebih sulit lagi bila keadaan wilayah

atau tempat tidak mendukung.

2. Azas delegasi wewenang yang diikuti dengan tanggung jawab (Delegation of

authority and responsibility)

Dimaksudkan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung

kepada sejauhmana pimpinan atau atasan dapat mendelegasikan wewenang

kepada bawahan. Kewenangan yang didelegasikan hendaknya disertai dengan

keharusan untuk bertanggung jawab akan menimbulkan kesewenangan yang

dapat merusak citra organisasi sejauhmana pimpinan terhadap pihak yang

akan menerima delegasi wewenang tersebut.

33

Page 15: BAB II DERI

3. Azas koordinasi.

Untuk adanya efisiensi dan efektivitas usaha pencapaian tujuan

dalam organisasi dimungkinkan adanya pengelompokan berdasarkan tugas

pekerjaan atau keahlian berupa unit-unit bagian, seksi atau lainnya. Dalam

proses interaksi dalam organisasi yang berupa kerjasama atau hubungan antar

unit-unit dimaksud akan terjadi kecenderungan timbulnya keinginan bahwa

kekuatan pada unit-unit organisasi untuk memisahkan diri dari induknya atau

menjauh dari tujuan. Unit-unit lebih banyak memberikan perhatian pada

peranannya sendiri dan melupakan peran pihak lainnya dan begitu juga

terhadap tujuan organisasi. Kecenderungan tersebut disebut gerak sentrifugal

apabila hal tersebut terus berkelanjutan, maka tujuan yang ingin dicapai akan

semakin menjauh dan peran organisasi semakin kabur. Oleh karena itu

diperlukan adanya suatu kekuatan lain yang mampu mengendalikan gerak

memisahkan diri tadi supaya kembali ke induknya. Gerak mengembalikan ini

disebut gerak sentripetal. Untuk melaksanakan gerak sentripetal ini antara lain

dengan koordinasi.

2.5 Prinsip Koordinasi

Pimpinan dalam melakukan koordinasi akan lebih baik apabila

berpegang pada prinsip-prinsip koordinasi yang benar. Prinsip-prinsip koordinasi

merupakan hal yang mendasar dan harus dilaksanakan dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas dan pekerjaan di dalam

suatu organisasi

34

Page 16: BAB II DERI

Menurut pendapat Pamudji (1982 : 40-41) ada empat prinsip utama

koordinasi yaitu :

1. Koordinasi harus mulai dari tahap yang permulaan sekali.2. Koordinasi adalah proses yang kontinue.

3. Sepanjang kemungkinan koordinasi harus merupakan pertemuan-pertemuan bersama-sama.

4. Perbedaan-perbedaan dalam pandangan, harus dikemukakan secara terbuka dan diselidiki dalam hubungan dengan situasi seluruhnya.

Penjelasan.

1. Koordinasi harus mulai dari tahap yang permulaan sekali.

Untuk menghindari berbagai kesimpangsiuran, maka sejak saat

penyusunan perencanaan koordinasi harus sudah dipikirkan dan diperhatikan,

karena koordinasi bukan dilaksanakan secara kebetulan, tetapi harus

berlandaskan, pada pedoman yang telah dimasukkan dalam perencanaan, yaitu

setelah adanya pembagian tugas dan fungsi dengan kewenangan yang matang.

2. Kordinasi adalah proses yang kontinue.

Kordinasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan organisasi karena

kewajiban yang harus dilakukan oleh para pelaksana, semakin komplek

kegiatan dan melibatkan banyak orang, maka semakin besar kemungkinan

terjadinya kesimpangsiuran baik yang menyangkut sistem, prosedur maupun

cara kerja dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Untuk menghindari terjadinya

hal itu diperlukan komunikasi yang terus menerus sejak dimulainya proses

perencanaan, pelaksanaan dan akhir kegiatan, agar semua pihak yang terkait

dapat mengikuti perkembangan secara terus menerus sehingga

miscomunication dapat dihindari.

35

Page 17: BAB II DERI

3) Sepanjang Kemungkinan koordinasi harus merupakan pertemuan-pertemuan

bersama-sama.

Pertemuan-pertemuan merupakan hal yang sangat penting dalam

mengkoordinasikan seluruh kegiatan organisasi, sebab melalui pertemuan itu

berbagai persoalan dan langkah yang akan di ambil dapat di informasikan dan

disimpulkan serta dalam pengambilan keputusan dapat menentukan sikap bila

mana terdapat kesimpangsiuran. Melalui pertemuan dapat mengevaluasi

perkembangan kegiatan yang dikoordinasikan dan apabila terdapat kesalahan

dapat segera diketahui oleh semua pihak untuk selanjutnya dilakukan

perbaikan-perbaikan.

4. Perbedaan-perbedaan dalam pandangan harus dikemukakan secara terbuka

dan diselidiki dalam hubungan dengan situasi seluruhnya.

Adanya perbedaan pandangan terhadap sesuatu persoalan adalah

suatu hal yang wajar dalam organisasi, namun adanya perbedaan perbedaan

interprestasi dari masalah yang ditemui harus sama-sama memberikan

perhatian. Untuk itu perlu ditempuh pendekatan-pendekatan dengan

keterbukaan, musyawarah dan mufakat guna memperoleh jalan keluar yang

paling tepat.

2.7 Kendala Dalam Pelaksanaan Koordinasi

Untuk memaksimalkan koordinasi adalah dengan mengetahui hambatan-

hambatan dalam koordinasi dan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-

hambatan tersebut agar pelaksanaan koordinasi menjadi semakin mantap yaitu

36

Page 18: BAB II DERI

berdaya guna dan berhasil guna. Kemungkian timbulnya hambatan-hambatan

terhadap pelaksanaan kordinasi dikarenakan adanya kelemahan-kelemahan dari

struktural atau dapat pula timbul karena hubungan-hubungan fungsional.

Menurut pendapat Handayaningrat (1982 : 129) dalam kaitannya dengan

masalah hambatan dalam pelaksanaan koordinasi, berpendapat bahwa adanya

hambatan dikarenakan beberapa faktor antara lain :

1. Para pejabat sering kurang menyadari bahwa tugas yang dilaksanakannya hanyalah merupakan sebagian dari keseluruhan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama.

2. Para pejabat sering memandang tugasnya sebagai tugas yang paling penting di banding dengan tugas-tugas yang lain.

3. Adanya pembagian kerja yang berlebihan.4. Kurang jelasnya rumusan tugas, wewenang dan tanggung jawab.

Dalam kaitan dengan masalah hambatan dalam koordinasi ini Syarifudin

(1976 : 70) berpendapat bahwa:

Jika sikap pejabat atau petugas yang bersangkutan masa bodoh terhadap tugas kewajiban, wewenang serta peranan pejabat atau petugas lain, padahal ada sangkut paut dengan tugas dia sendiri,ini merupakan persaingan yang negatif. Maka jika itu terjadi, berarti bahwa dalam pembinaan masyarakat ada kesimpang-siuran, hambat menghambat antara kegiatan yang sama dengan yang lain, pemborosan waktu, tenaga dan biaya serta lebih jauh akan timbul bentrokan-bentrokan psychologis antara para pejabat dan masyarakat menjadi segan untuk memilih mana yang sebetulnya harus ditaati perintahnya atau mana yang harus didahulukan jika semuanya harus ditaati.

Dalam usaha untuk mengatasi masalah hambatan-hambatan di atas,

Handayaningrat (1990 : 130 ) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

1. Mengadakan penegasan dan penjelasan mengenai tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing pejabat atau satuan organisasi yang bersangkutan.

2. Menyelesaikan masalah-masalah yang mengakibatkan koordinasi yang kurang baik, seperti sistem dan prosedur kerja yang berbelit-belit, kurangnya kemampuan pimpinan dalam melaksanakan koordinasi dan sebagainya.

37

Page 19: BAB II DERI

3. Mengadakan pertemuan-pertemuan dengan staf sebagai forum untuk tukar menukar informasi, pendapat, pandangan dan menyatukan persepsi bahasa dan tindakan, dalam menghadapi masalah-masalah bersama.

Terjadinya hambatan struktural disebabkan kurang jelasnya perumusan

tugas, wewenang dan tanggungjawab dari setiap unit kerja, demikian juga halnya

tentang hubungan tata kerja dan prosedur kerja yang dapat menimbulkan

keraguan-keraguan atau kesalahpahaman. Sedangkan hambatan fungsional

disebabkan oleh pihak yang mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan

tidak terdapat hubungan hierarki. Koordinasi berlangsung karena terdapatnya

kaitan-kaitan atau interdependensi atas dasar fungsi dari masing-masing pihak.

2.8 Teknik-Teknik Koordinasi

Teknik-teknik koordinasi merupakan teori dari koordinasi bagi seorang

pimpinan dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya, yaitu melakukan

koordinasi sebaik mungkin dengan bawahan.

Yang dimaksudkan dengan teknik-teknik koordinasi menurut Pendapat

Cahyono ( 1999 : 45 ) adalah sebagai berikut:

Teknik-teknik koordinasi cara-cara yang dipergunakan untuk melaksanakan koordinasi secara efektif yang di dalam pelaksanaannya dapat dipilih atau ditetapkan sendiri oleh koordinator sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat melaksanakan tugas koordinasinya.

Sedangkan menurut pendapat Hasibuan (1989 : 91) cara-cara atau

langkah bagi pimpinan dalam melaksanakan koordinasi adalah sebagai berikut :

38

Page 20: BAB II DERI

1. Koordinasi tidak dapat diperintahkan, dipaksakan, tetapi lebih baik dengan cara permintaan, permohonan kepada pegawai, karena dengan cara ini akan lebih diresapi, ditaati oleh para pegawai serta mereka merasa dihargai.

2. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai tindakan-tindakan yang tepat harus diambil untuk menghasilkan koordinasi yang diharapkan.

3. Mengusahakan agar pengetahuan dari penerima tujuan yang akan dicapai oleh anggota tidak menurut masing-masing anggota dengan tujuan sendiri-sendiri, karena tujuan itu adalah tujuan bersama.

4. Mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain.

5. Mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan, penciptaan guna tercapainya sasaran.

Menurut pendapat Handayaningrat (1996 : 124–127) metode atau teknik

yang dapat dipakai dalam melakukan kegiatan koordinasi dapat dibagi atas :

1. Koordinasi melalui kewenangan.2. Koordinasi melalui konsensus.3. Koordinasi melalui pedoman kerja.4. Koordinasi melaui forum.5. Koordinasi melalui konperensi.

Penjelasan

1) Koordinasi melalui kewenangan.

Penggunaan wewenang adalah merupakan salah satu cara untuk

menjamin terlaksananya koordinasi dengan baik, apabila organisasi tersebut

bersifat seragam (homogen) koordinasi melalui kewenangan dapat dijalankan

secara efektif, lain halnya bila diterapkan pada organisasi yang bersifat

heterogen dalam koordinasinya perlu diusahakan adanya integrasi dari seluruh

jenis dan fungsi-fungsi yang ada, karena setiap jenis dan fungsi hanyalah

merupakan subsistem dari seluruh sistem pelaksanaan tugas pokok organisasi

secara keseluruhan.

39

Page 21: BAB II DERI

2) Koordinasi melalui konsensus.

Koordinasi melalui konsensus terbagi menjadi:

a) Konsensus melalui motivasi

Motivasi yang dimaksud antara lain dapat berupa kepentingan

bersama, nilai-nilai yang dimiliki bersama, bahkan dalam situasi tertentu

mempunyai perasaan solidaritas berdasarkan atas setia kawan yang dapat

dipergunakan dalam menjamin kelancaran koordinasi, terutama dalam

organisasi besar dan kompleks yang mempunyai jenis dan fungsi yang

beraneka ragam.

b) Konsensus melalui sistem timbal balik

Dipergunakan untuk mencapai keseimbangan antara tuntutan

organisasi dan tuntutan individual, baik yang bersifat material maupun non

material.

3) Koordinasi melalui pedoman kerja.

Pedoman kerja dapat dijadikan landasan berpijak atau petunjuk bagi

setiap kegiatan, agar adanya kesatuan gerak dan kesatuan tindakan, dalam

rangka melaksanakan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

4) Koordinasi melalui forum.

Usaha-usaha koordinasi melalui forum, ialah dengan menggunakan

suatu wadah tertentu (wahana) yang dapat dipergunakan sebagai cara

mengadakan tukar menukar informasi, mengadakan konsultasi, mengadakan

kerjasama dalam pemecahan suatu masalah dan pengambilan keputusan

bersama dalam pelaksanaan tugas bersama.

40

Page 22: BAB II DERI

5) Koordinasi melalui konperensi

Koordinasi melalui konperensi diartikan dengan rapat-rapat atau

sidang-sidang yang dilakukan baik pada tingkat pimpinan (eksekutif) maupun

tingkat pelaksana.

2.9 Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Pendidikan

Pelaksanaan pembangunan di Indonesia berlangsung secara terus menerus

dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan dan dinamika penduduk,

disamping faktor sosial budaya ekonomi dan politik, tercakup pula pergeseran

nilai-nilai dan aspirasi masyarakat yang dinamis. Negara-negara berkembang pada

umumnya sedang berusaha untuk mengembangkan dirinya dari suatu keadaan dan

sifat masyarakat tradisional dan ekonomi terbelakang menuju kearah keadaan

yang lebih baik.

Pembangunan merupakan suatu proses yang terencana dan terarah guna

meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia. Dalam

pelaksanaan pembangunan, sektor ekonomi sangat mempunyai peranan yang

penting, karena mampu menopang kelancaran proses pembangunan di Indonesia.

Apabila dilihat dari segi perkembangan secara menyeluruh dikembangkan

secara sadar oleh pemerintah yang merupakan pembangunan daripada sektor-

sektor kehidupan yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat. Penduduk dapat

menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi pembangunan, apabila mereka

berkualitas. Namun dilain pihak penduduk akan menjadi beban yang berat, jika

memiliki kualitas yang rendah. Nampaknya faktor kependudukan merupakan

41

Page 23: BAB II DERI

suatu isu sosial yang sangat komplek karena berkaitan erat dengan kehidupan

sosial, struktur dan lingkungan hidup.

Semangat reformasi pada saat sekarang telah mewarnai dinamika

masyarakat untuk semakin berperan aktif pada berbagai bidang pembangunan.

Tumbuhnya dinamika, tuntutan dan harapan masyarakat tersebut memerlukan

respon positif dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan yang semakin baik.

Pembangunan dibidang pendidikan merupakan suatu proses yang

terencana, terarah, dan terpadu dalam upaya mewujudkan pertumbuhan

pendidikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan

masyarakat secara merata.

Kewajiban pemerintah untuk memberikan pelayanan terutama dalam

bidang pendidikan sudah jelas diamanatkan pada Pembukaan UUD tahun 1945

pada alinea ke IV yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam hal tersebut

hanya dapat dicapai dengan memajukan pendidikan yang baik pada masyarakat

harus dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah, sebab instansi pemerintah mempunyai tugas dan tanggung

jawab untuk melakukan pelayanan pendidikan pada publik di bidang pendidikan

kepada masyarakat.

Kesadaran manusia akan sumber daya bukan suatu hal yang baru. Dengan

kemampuan sumber daya, maka berbagai kegiatan organisai akan berjalan dengan

lancar. Martoyo (2000 : 6) mendefinisikan sumber daya sebagai berikut :

42

Page 24: BAB II DERI

Sumber daya adalah alat mencapai tujuan atau kemampuan memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan tertentu, atau meloloskan diri dari kesukaran. Sehingga dengan demikian perkataan sumber daya (resources) mendahului personase perkataan itu merefleksikan appraisal manusia. jadi perkataan sumber daya tidak menunjukan suatu benda atau suatu substansi, melainkan kepada suatu fungsi di mana suatu fungsi operasional untuk mencapai tujuan tertentu, seperti memenuhi kepuasan. Dengan kata lain sumber daya merupakan suatu abstraksi yang mencerminkan appraisal manusia dan berhubungan dengan suatu fungsi atau operasi.

Menurut pendapat Zimmerman (dalam Martoyo, 2000 : 6) dengan tepat

mengatakan: “Resources are not, they becomes”. Artinya bahwa sumber daya

berkembang dan mengkerut secara dinamis menurut irama kegiatan dan

kebutuhan manusia. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah dunia industri

dan perkembangan teknologi, dimana di dalamnya peranan sumber daya manusia

amatlah penting dan tidak bisa diabaikan keberadaannya.

Dalam melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat menurut Levin

(dalam Suharto, 2006 : 68) dilaksanakan prinsip pemberdayaan yaitu:

1. Pemberdayaan adalah proses kolaborasi antara masyarakat dengan pemerintah.

2. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat mempengaruhi perubahan.

3. Masyarat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri, tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh mereka sendiri.

4. Tingkat kesadaran masyarakat merupakan proses penting dalam pemberdayaan.

5. Proses pemberdayaan bersifat dinamis dan sinergis.

Menurut Suharto (2006 : 57) sebagai berikut: “Secara konseptual

pemberdayaan berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan)”. Karen aide

utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.

43

Page 25: BAB II DERI

Pengertian pemberdayaan banyak dikemukakan oleh para ahli dari

berbagai disiplin ilmu yang dikembangkannya. Adapun menurut Priono (1996 :

97 ) makna dari pemberdayaan rakyat mengandung arti sebagai berikut:

Mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan segala bidang dan sektor kehidupan. Disamping itu mengandung arti melindungi dan membela dengan berpihak pada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi atas yang lemah.

Dengan kata lain kemungkinan terjadinya pemberdayaan sangat

tergantung pada dua hal, yaitu sebagai berikut:

1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.

Menurut Soharto (2006 : 58) pengertian pemberdayaan adalah sebagai

berikut:

1. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam pengontrolan atas dan memperngaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain.

2. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.

3. Pemberdayaan menunjukkan pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui perubahan sruktur sosial.

4. Pemberdayaan adalah suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai

44

Page 26: BAB II DERI

Menurut pendapat Suharto (2006 : 58) pemberdayaan masyarakat pada

sektor pendidikan non formal adalah sebagai berikut:

1. Mengajar dan belajar yang berbeda. Kegiatan mengajar direncanakan dan dikontrol oleh guru, tetapi belajar tidak. Belajar tergantung kepada individu yang bersangkutan, khususnya motivasi, kemampuan dan kesiapannya.

2. Apa yang kita ajarkan dan pelajari menyangkut tiga kategori besar: pengetahuan, keyakinan dan nilai-nilai, serta keterampilan.

3. Orang yang benar-benar terpelajar adalah orang yang belajar bagaimana belajar.

4. Identifikasi dan ajarkan terminologi dan konsep-konsep yang paling penting.

5. Bantulah raong belajar dengan mengembangkan keterampilan-ketrampilan dan teknik-teknik yang dapat menjembantani proses belajar. Keterampilan dan teknik tersebut meliputi: membaca, menulis, komunikasi verbal, mendengarkan, manajemen waktu, pemecahan masalah, perumusan tujuan, pembuatan keputusan dan lain-lain.

6. Ketika merencanakan suatu pelajaran atau pelatihan di kelas, mulailah dengan menganalisis karakteristik peserta (tahap perkembangan, pendidikan formal, pengalaman kerja, pengalaman hidup dan lain-lain) dan mengidentifikasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang lain atau ingin dipelajari.

7. Rieview kembali kurikulum dan bahan-bahan ajar yang sudah ada, namun yakini materi tersebut perlu dimodifikasi. Materi dari metode yang mungkin tepat bagi kelompok tertentu mungkin tidak sesuai untuk kelompok yang lainnya.

Menurut Dubois dan Miley (dalam Suharto, 2006 : 68) cara-cara yang

dapat dilakukan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, yaitu:

1. Membangun relasi.2. Membangun komunikasi.3. Terlibat dalam pemecahan masalah.4. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial.

Dengan demikian dalam pelaksanaan pemberdayaan kepada masyarakat

dalam hal ini bidang pendidikan non formal maka perlu ada pendekatan dan cara-

cara yang tepat agar hasilnya optimal.

45

Page 27: BAB II DERI

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal

tersebut dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat supaya lebih meningkat

dalam kemampuan dan kesejahteraanya seperti dalam pendidikan pelatihan

menjahit, pendidikan PKK, industri rumah tangga, montir dan pendidikan

keterampilan yang lain yang menunjang terhadap kemampuan masyarakat dalam

menciptakan usaha yang dapat meningkatkan sumber daya manusia dan

kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.

46