BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi...

17
4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Sootblower Sootblower merupakan alat pembersih slag yang menempel pada pipa-pipa boiler yang terbentuk sebagai akibat dari hasil pembakaran. Hasil pembakaran batubara selain menghasilkan Bottom Ash dan Fly Ash juga akan menyebabkan slagging dan fouling yang akan mengurangi efisiensi boiler. Dengan semakin tebal slag yang akan terbentuk, maka akan mengurangi perpindahan panas pada pipa-pipa boiler. Sootblower adalah peralatan yang dirancan untuk menghilangkan slag dan abu dari dinding tungku dan bagian lainnya yang serupa (dinding-dinding boiler/wall tubes, superheater, reheater, economizer, dan air heater) ketika boiler beroprasi. Sootblower beroprasi pada interval tertentu, dengan siklus pembersihan yang dapat bervariasi dalam jangka waktu tertentu, tergantung pada perangkat dan ukuran dari peralatan yang perlu diperlukan. Tidak peduli dengan pembakaran apapun yang terjadi dalam boiler, maka akan menghasilkan sejumlah gas, abu, slag, dan produk sampingan lainnya dari pembakaran. Beberapa boiler cenderung menghasilkan penumpukan tersebut pada tingkat yang lebih besar, baik karena bahan bakar yang mereka gunakan, atau karena tidak beroprasi secara efisien. Seiring waktu, slag yang numpuk dalam boiler akan menimbulkan permasalah yang serius. Permasalahnya adalah slag akan bertindak sebagai isolator panas, dan membatasi pertukaran panas. Hal ini membuat kinerja boiler kurang efisien, karena hal itu bergantung pada pertukaran panas untuk beroperasi, dan dengan demikian, dari waktu ke waktu, maka akan menghasilkan sedikit panas, dan membutuhkan lebih banyak energy. Yang kedua adalah slag dapat menyebabkan kebakaran. Kondisi boiler akan menjadi lebih panas (overheating), dan slag dapat terbakar, sehingga dapat merusak boiler dan efeknya dapat meluas ke komponen- pomponen pendukung boiler.

Transcript of BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi...

4

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Sootblower

Sootblower merupakan alat pembersih slag yang menempel pada pipa-pipa

boiler yang terbentuk sebagai akibat dari hasil pembakaran. Hasil pembakaran

batubara selain menghasilkan Bottom Ash dan Fly Ash juga akan menyebabkan

slagging dan fouling yang akan mengurangi efisiensi boiler. Dengan semakin

tebal slag yang akan terbentuk, maka akan mengurangi perpindahan panas pada

pipa-pipa boiler.

Sootblower adalah peralatan yang dirancan untuk menghilangkan slag dan abu

dari dinding tungku dan bagian lainnya yang serupa (dinding-dinding boiler/wall

tubes, superheater, reheater, economizer, dan air heater) ketika boiler beroprasi.

Sootblower beroprasi pada interval tertentu, dengan siklus pembersihan yang

dapat bervariasi dalam jangka waktu tertentu, tergantung pada perangkat dan

ukuran dari peralatan yang perlu diperlukan.

Tidak peduli dengan pembakaran apapun yang terjadi dalam boiler, maka akan

menghasilkan sejumlah gas, abu, slag, dan produk sampingan lainnya dari

pembakaran. Beberapa boiler cenderung menghasilkan penumpukan tersebut pada

tingkat yang lebih besar, baik karena bahan bakar yang mereka gunakan, atau

karena tidak beroprasi secara efisien. Seiring waktu, slag yang numpuk dalam

boiler akan menimbulkan permasalah yang serius.

Permasalahnya adalah slag akan bertindak sebagai isolator panas, dan

membatasi pertukaran panas. Hal ini membuat kinerja boiler kurang efisien,

karena hal itu bergantung pada pertukaran panas untuk beroperasi, dan dengan

demikian, dari waktu ke waktu, maka akan menghasilkan sedikit panas, dan

membutuhkan lebih banyak energy. Yang kedua adalah slag dapat menyebabkan

kebakaran. Kondisi boiler akan menjadi lebih panas (overheating), dan slag dapat

terbakar, sehingga dapat merusak boiler dan efeknya dapat meluas ke komponen-

pomponen pendukung boiler.

5

Gambar 2.1: Skema Proses Pembersihan Slag*

Sumber:

http://www.clydebergemamnn.de/_upload/Drehrohrbl_ser_mit_Verschm000.jpg

Adapun 3 alasan utama mengapa sootblower dibutuhkan dalam pembangkit

tenaga uap dengan bahan bakar batubara ini, yaitu : (1) Sootblower dapat

meningkatkan perpindahan panas pada boiler. (2) Sootblower dapat menjadikan

kinerja boiler menjadi maksimal. (3) Sootblower mengurangi kemungkinan korosi

pada bagian-bagian boiler.

Adapun beberapa tujuan dari sootblower, yaitu dapat meningkatkan laju

perpindahan panas pada pipa boiler dan meningkatkan efisiensi kinerja dari boiler.

2.2 Type Sootblower

Adapun tipe-tipe sootblower yang digunakan pada boiler unit 7 dan 8

PLTU Paiton adalah :

2.2.1 Long rectractable sootblower

Long rectractable sootblower digunakan untuk membersihkan area

superheater dan reheater. Sootblower ini akan beroperasi (operating time) selama

337 detik dengan laju aliran 3383 kg/jam.

Bagian – bagian dari long rectracable sootblower atara lain :

1) External reverse limit switch

2) Isolating valve

3) Main gearbox

6

4) Poppet valve

5) Electric motor

6) Traverse gearbox

7) External stop limit switch

8) Lance tube

9) Feed tube

Gambar 2.2 : Long Rectratabe sootblober

Sumber : PT. Ex, 2015

2.2.1 Half Retractble Sootblower

Half retractble sootblower digunakan untuk membersihkan area economizer.

Half retractble sootblower akan beroperasi (operating time) selama 167 detik

dengan laju aliran 6747 kg/jam.

Bagian – bagian dari half retractble sootblower antar lain :

1) Isolating valve

2) Transverse gearbox

3) Main gearbox

4) External stop limit switch

5) Feed tube

6) Lance tube

7) Electric motor

8) Integral reverse limit switch

7

9) Poppet Valve

Gambar 2.3 : Half Retractble Sootblower

Sumber:www.google/sootblower.com

2.2.3 Wall Blower

Wall blower digunakan untuk membersihkan area wall sebelah utara, selatan,

timur, dan barat pada daerah elevasi 2 meter, 3 meter, dan 4 meter. Wall blower

akan beroperasi (operating time) selama 90 detik dengan laju aliran 3710 kg/jam.

Bagian – bagian dari wall blower yaitu :

1) Motor gear box

2) Clutch

3) Charge level pin

4) Hand wheel locking lever

5) Reverse limit switch

6) Drive pinion

7) Limit switch handle

8) Forward limit switch

9) Purge air connection

10) Discharge tube

11) Sleeve tube

8

12) Main gland steam

13) Inlet valve

Gambar 2.4 Wall Blower

Sumber : PT. Ex, 2015

2.2.4 Air heater Sootblower

Air heater sootblower digunakan untuk membersihkan heating element

(basket) pada sisi flue gas selama 460 detik dengan laju 6073 kg/jam. Dari tabel

analog value sequence log sebelum dan sesudah gas air heater (GAH)

sootblower.

2.3 Perawatan

Pada dasarnya semua mesin baik yang beroprasi maupun tidak beroprasi

akan mengalami penurunan mutu baik segi fisik maupun performa, akan tetapi

tentu saja mesin yang beroprasi akan mengalami penurunan kondisi yang jauh

lebih cepat, karena sewaktu mesin tersebut beroprasi pasti akan mengalami

keausan dan perubahan setelah pada bagian-bagian tertentu, hal ini mungkin

diakibatkan oleh gesekan, getaran atau temperature sewaktu mesin tersebut

beroprasi. Tujuan dari perawatan adalah untuk memaksimalkan kinerja mesin

sewaktu mesin beroprasi. Pekerjaan perawatan dapat diartikan sebagai usaha

memperkecil penyimpangan kondisi mesin saat beroprasi dengan kondisi awal

(baru) atau standar. Menurut purwono, (2013:28), tujuan utama dari perawatan ini

adalah :

9

Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana

produksi.

Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang

dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak

terganggu.

Semua mesin atau komponen memerlukan perawatan.

Kegiatan perawatan yang tepat dapat memaksimalkan produktifitas dan umur

mesin dari suatu alat.

Manual book harus dijadikan salah satu acuan penting dalam merawat suatu

mesin.

Merawat mesin tidak bertujuan untuk memperpanjang umur mesin tetapi

untuk memperkecil penyimpangan kualitas dan performa mesin dari keadaan

standar (mesin masih baru).\

2.4 Arti dan Definisi Perawatan

Perawatan atau yang lebih dikenal dengan kata maintenance dapat

didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau

mempertahankan kualitas pemeliharaan suatu fasilitas agar fasilitas tersebut tetap

dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi siap pakai. (Ating:2011)

Sedangkan faisilitas yang dimaksudkan disini, sudah barang tentu bukannya

hanya fasilitas seperti mesin-mesin produksi saja yang memerlukan perawatan

tetapi juga fasilitas yang lain seperti generator, diesel, turbin, dan utilitas yang

ada didalam pabrik, dan bahkan peralatan kantor seperti komputer, mesin tik

ataupun peralatan angkut seperti crane, forklift, dan lain-lain. (Ating:2011)

Berdasarkan definisi tersebut, maka terdapat beberapa alasan pentingnya

melakukan pekerjaan perawatan, antara lain :

1) Agar fasilitas dapat siap dipakai pada saat yang diperlukan.

2) Seiring dengan waktu, tentunya kondisi dari suatu fasilitas yang mengalami

pemakaian, kemampuan kinerjanya lambat laun akan mengalami penurunan

karena tanpa perawatan semua fasilitas tersebut akan melemah secara

bertahab, sehingga tidak lagi mempunyai kemampuan kerja baik secara

teknik maupun ekonomis.

10

3) Diharapkan akan memperpanjang umur pakai dari fasilitas tersebut.

Pola dari kemerosotan dan kegagalan suatu fasilitas dapat dilakukan dengan

cara :

Pengamatan langsung (observasi)

Pencatatan (data istoris)

Menganalisis informasi secara objektif.

Kegunaan pengumpulan data breakdown :

Untuk mengestimasikan waktu yang dibutuhkan untuk melalukan preventive

maintenance.

Untuk mengestimasikan distribusi peluang waktu perbaikan (repair timer).

Untuk mengestimasikan ongkos yang relevan.

Untuk mengestimasikan umur yang okonomis.

2.4.1 Tujuan Perawatan

Secara umum perawatan bertuan untuk :

1) Menjamin ketersedian, keandalan fasilitas (mesin dan peralatan) secara

ekonomis maupun teknis, sehingga dalam penggunaannya dapat dilaksanakan

seoptimal mungkin.

2) Memperpanjang usia kegunaan fasilitas.

3) Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitaas yang diperlukan dalam

keadaan darurat.

4) Menjamin keselamatan kerja, keamanan dalam menggunakannya.

Dilihat dari perkambangan industri, memungkunkan mesin-mesin produksi

akan melakukan serangkayan tugas yang panjang dan komplek, artinya dituntut

adanya pelaksanaan pekerjaaan perawatan yang baik dan terarah. Pekerjaan

perawatan lebih diarahkan untuk menjaga kontinuitas sistem, sehingga sistem

akan meningkatkan produktivitasnya. (Ating:2011)

2.4.2 Istilah Umum Pada Perawatan

1) Availability : Periode waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan siap

untuk dipakai/dioperasikan.

11

2) Downtime : Periode waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan tidak

dipakai/dioperasikan.

3) Check: Menguji dan membandingkan terhadap standar yang ditunjuk.

4) Facility Register : Alat pencatat data fasilitas/peralatan, istilah lain bisa juga

disebut inventarisasi peralatan/fasilitas.

5) Maintenance Management: Organisasi perawatan dalam suatu kebijakan yang

sudah disetujui bersama.

6) Maintenance Schedule : Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan

perawatan dan kejadian-kejadian yang menyertainya.

7) Maintenance planning : Suatu perencanaan yang menetapkan suatu pekerjaan

serta metoda, peralatan, sumber daya manusia dan waktu yang diperlukan

untuk dilakukan dimasa yang akan datang.

8) Overhaul : Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu

fasilitas atau bagian dari fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat

diterima.

9) Test : Membandingkan keadaan suatu alat/fasilitas terhadap standar yang

dapat diterima.

10) User : Pemakai peralatan/fasilitas.

11) Owner : Pemilik peralatan/fasilitas.

12) Vendor: Seseorang atau perusahaan yang menjual peralatan/perlengkapan,

pabrik-pabrik dan bangunan-bangunan.

13) Efisiensi :

14) Trip: Mati sendiri secara otomatis (istilah dalam listrik).

15) Shut-in: Sengaja dimatikan secara manual (istilah dalam pengeboran

minyak).

16) Shut-down: Mendadak mati sendiri / sengaja dimatikan.

2.4.3 Tipe Pemeliharaan

Menurut Bambang, dkk (2013:49), ada beberapa macam tipe pemeliharaan,

tipe :

1) Pemeliharaan terencana/terprogram (Planned Maintenance)

12

2) Pemeliharaan korektif (Corective Maintenance / Breakdwon Maintenance)

3) Pemeliharaan pencegahan (Preventif maintenance).

4) Pemeliharan Produktif Total (Total Productive Maintenance/TPM)

5) Pemeliharaan Prediktif (Predictive Maintenance)

Gambar 2.5: Tipe Pemeliharaan

Sumber: Makalah Manajemen Perawatan dan Pemaliharaan Mesin Industri

2.4.4. Buntuk Kebijakan Perawatan

1) Perawatan Pencegahan (Preventif maintenance)

Perawatan pencegahan adalah merupakan perawatan yang dilakukan sebelum

terjadinya kerusakan padaa mesin. Kebijakan ini cukup baik kerana dapat

mencegah berhentinya mesin yang tidak direncanakan. Literature pertama

13

mengenai perawatan pencegahan ini diterbitkan pada tahun 1925, tentang sistem

pemerikasaan secara teratur terhadap kendaraaan yang mulai pada tahun 1930

dipabrik baja USA.

Bila suatu sistem manufaktur menggunak mesin-mesin yang bersifat kritis dan

tidak mempunyai cadangan, serta jadwal produksi yang ketat sehingga

berhentinya sistem akan mengakibatkan kerugian yang besar maka aspek

perawatan menjadi sangat kritis, sehingga kebijkan perawatan menjadi pilihan.

Teknik perawatan yang digunakan bisa berupa perawatan pencegahan yang

berbasis waktu atau terprediksi. (Ating:2011.)

2) Perawatan Korektif

Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat

diterima.Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian

rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan

menjadi lebih baik.

3) Perawatan Berjalan

Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam

keadaan bekerja. Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang

harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi.

4) Perawatan Prediktif (Predictiv maintenance)

Perawatan perdiktif ini pun merupakan bagian perawatan pencegahan.

Perawatan prediktif ini dapat diartikan sebagai strategi perawatan dimana

pelaksanaannya didasarkan disasarkan kondisi mesin itu sendiri. Untuk

mengetahui kondisi mesin dilakukan tindakan pemeriksaan atau monitoring secara

rutin, jika terdapat tanda atau gejala kurusakan segera diambil kindakan perbaikan

untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, jika tidak terdapat gejala kerusakan

segera pula diketahui. (Ating:2011.)

5) Perawatan Setelah Terjadi Kerusakan (Breakdown Maintenance)

Perawatan kerusakan dapat diartikan sebagai kebijakan perawatan dengan cara

mesin/peralatan dioprasi kan hingga rusak. Kemudian diperbaiki atau diganti.

Kebijkan ini merupakan strategi yang sangat kasar dan kerang baik karena dapat

menimbulkan biya tinggi, kehilangan kesempatan untuk mengambil keuntungan

14

bagi perusahaan karena diakibatkan terhentinya mesin, keselamatan kerja tidak

terjamin, kondisi mesin tidak diketahui, dan tidak ada perawatan waktu, tenaga

kerja maupun biaya yang baik.

Metode ini dikenal juga sebagai perawayan yang didasarkan kerusakan

(Failure based maintenance). Kebijakan perawatan ini kurang sesuai untuk

mesin-mesin dengan tingkat kritis yang tinggi atau mempunyai harga yang mahal,

dan hanya sesuai dengan mesin-mesin yang sederhana dimana tidak terlalu

memerluka perawatan yang intensif. (Ating:2011.)

6) Perawatan Darurat (Emergency Maintenance)

Adalah pekerjaan perbaikan yang harus segera dilakukan karena terjadi

kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga. Disamping jenis-jenis perawatan

yang telah disebutkan diatas, terdapat juga beberapa jenis pekerjaan lain yang bisa

dianggap merupakan jenis pekerjaan perawatan seperti:

Perawatan dengan cara penggantian (Replacement instead of maintenance)

Perawatan dilakukan dengan cara mengganti peralatan tanpa dilakukan

perawatan, karena harga peralatan pengganti lebih murah bila dibandingkan

dengan biaya perawatannya. Atau alasan lainnya adalah apabila perkembangan

teknologi sangat cepat, peralatan tidak dirancang untuk waktu yang lama, atau

banyak komponen rusak tidak memungkinkan lagi diperbaiki.

Penggantian yang direncanakan (Planned Replacement)

Dengan telah ditentukan waktu mengganti peralatan dengan peralatan yang

baru, berarti industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan

perawatan, kecuali untuk melakukan perawatan dasar yang ringan seperti

pelumasan dan penyetelan.Ketika peralatan telah menurun kondisinya langsung

diganti dengan yang baru. Cara penggantian ini mempunyai keuntungan antara

lain, pabrik selalu memiliki peralatan yang baru dan siap pakai. (Ating:2011.)

7) Penjadwalan Perawatan

Dalam melaksanakan kegiatan perencanaan perawatan diperlukan suatu

jadwal perawatan yang baik dan benar dengan segala pertimbangan dari

15

berbagai aspek, karena apabila jarak antara kegiatan perawatan terlalu pendek

akan berdampak pada biaya yang tidak efisien dan apabila jarak antara

kegiatan perawatan terlalu jauh maka akan berdampak pada kinerja mesin yang

kurang baik.

Jadwal perawatan dibuat atas dasar beberapa pertimbangan khusus yang

cukup mendalam, diantaranya adalah :

Berdasarkan pengalaman.

Dalam suatu jenis pekerjaan yang sama dapat diperoleh informasi

mengenai segala waktu atau frekuensi untuk melakukan perawatan seminimal

dan seekonomis mungkin tanpa menimbulakn resiko kerusakan pada unit yang

bersangkutan.

Berdasarkan sifat operasi.

Berbagai jenis mesin dapat menimbukan kerusakan setelah unit beroprasi

dengan segala tertentu.

Berdasarkan manual book.

Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat yang bersangkutan.

(Ating:2011.)

2.4.5. Lingkup Kegiatan Perawatan

Pada beberapa industri, ruang lingkup kegiatan perawatan sistem/mesin cukup

luas, ruang lipkup ini dapat digolongkan ke dalam kategori diantaranya

berdasarkan :

1) Kebijakan perawatan yang diterapkan, kegiatan yang dilakukan diantaranya

meliputi :

Perawatab terjadwal.

Perawatan breakdown.

Perawatan prediktif.

2) Urutan kegiatan, berdasarkan langkah kegiatan perawatan mak ruang

lingkupnya meliputi :

Pemerikasaan/evaluasi awal.

Pembongkaran/diassembling.

Pencucian.

16

Inspeksi.

Pemulihan/perbaikan.

Perakitan/assembling.

Inspeksi akhir.

3) Penggolangan kegiatan, berdasarkan jenis kegiatan yang didapat.

Instalasi.

Operasi mesin.

Inspeksi.

Trouble shooting.

Monitoring.

Pelumasan.

Perawatan dan perbaikan.

Semi overhaule.

Overhaule.

Pengujian/kalibrasi. (Ating:2011)

2.5 Pelumasan

Pelumasan adalah zat kimia yang umumnya adalah cairan, yang diberikan

diantara dua benda penggerak untuk mengurangi keausan yang diakibatkan dari

gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi. Pelumas

berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang

berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat

tambahan.

Macam – macam fungsi pelumasan yaitu:

Untuk mengurangi gesekan yang dapat menyebabkan panas dan keausan

Menurunkan suhu pada part yang dilumasi

Mencegah timbulnya karat dan korosi

Bekerja sebagai seal/pelindung permukaan logam

Untuk membersihkan komponen dari kikisan logam yang terjadi akibat

gesekan, serta mengurangi kotoran-kotoran yang menempel pada logam

Sebagai cairan pembantu pembuangan kotoran pada bagian-bagian bergerak.

17

2.5.1 Jenis Minyak Pelumas

Minyak pelumas dibedakan menjadi dua yaitu pelumas sintetik dan pelumas

mineral, berikut adalah karakteristik dari kedua pelumas:

1) Pelumas Sintetik

Pelumas sintetik bisanya terdiri atas polyalphaolifins yang penting dari

bagian terbersih dari pemilahan oli mineral. Ini mengapa oli sintetik bias

dicampur dengan oli mineral dan sebaliknya. Basis yang paling stabil adalah

polyol-ester, yang paling sedikit bereaksi bila dicampur dengan bahan lain. Oli

sintetis cenderung tidak mengandung bahan karbon reaktif, senyawa yang sangat

tidak bagus untuk oli karena cenderung bergabung dengan oksigen sehingga

menghasilkan acid (asam). Pada dasarnya, oli sintetik didesain untuk

menghasilkan kinerja yang lebih efektif dibandingkan dengan oli mineral.

2) Pelumas Mineral

Pelumas mineral terbuat dari oli dasar (base oli) yang diambil dari minyak

bumi yang telah diolah dan juga disempurnakan dan ditambah dengan zat-zat

adiktif untuk meningkatkan kemampuan dan fungsinya. Beberapa pakar mesin

saran agar jika telah biasa menggunakan oli mineral selama bertahun-tahun

maka jangan langsung mengganti dengan oli sintetik umumnya akan mengikis

deposit (sisa) yang ditinggalkan oli mineral sehingga deposit tadi terangkat dari

tempatnya dan mengalir kecelah-celah mesin sehingga mengganggu pemakaian

mesin, (Carpenter, 2005)

2.5.2 Bentuk Pelumasan

1) Pelumasan Cair (oli)

Syarat pemilihan oli yang baik adalah: Viskositas, tidak mudah terbakar,

tidak bereaksi dengan oksigen dan udara keliling. Pelumas cair digunakan untuk

mesin tenaga karena lebih efektif sebagai pelican, pendingin, dan pembersih.

18

Gambar 2.6: Oli

Sumber : https://smartf41z.files.wordpress.com2012/10/wpid-

img_20121025_0730591.jpg

2) Pelumasan Padat (grease/gemuk lumas)

Bahan dasar dari grease adalah pelumas cair yang telah diberi bahan

pengental dengan kandungan oli 70-90%. Pelumas setengah padat adalah

merupakan penutup yang baik, biasanya lebih tahan terhadap suhu tinggi, dan

tidak tercecer.

Gambar 2.7 : Grease.

Sumber :

http://i01.i.aliimg.com/photo/v0/1399080067/industrial_lubrication_bearing_gre

ase_for_casting_machine.jpg_220x220.jpg

3) Pelumas Gas

Jenis pelumas gas di

19

gunakan untuk melumasi tempat-tempat yang tidak mungkin dilumasi, karena

mempunyai putaran lebih 100.000 rpm. Biasanya diaplikasikan pada peralatan

pembangkit energy nuklir dan beberapa instalasi turbin gas.

2.5.3. Sifat-Sifat Dasar Minyak pelumas

Minyak pelumasan memiliki karakteristik dan sifat dasar menurut fungsi,

jenis, dan penggunaan. Berikut adalah sifat-sifat minyak pelumasan (Wikipedia) :

1) Appearance adalah rupa pelumasan dengan melihat keadaan visualnya dan

dapat menunjukan

Clear : Pelumas terlihat jernih

Hazy : Pelumas akan terlihat tidak terlihat jernih/berkabut. Pada pelumas

baru, Hazy menunjukan adanya air atau uap air yang terdapat pada pelumas.

Dark : Bila appearance terlihat dark atau gelap, ini dapat menunjukan

adanya kandungan produksi oksidasi dari pelumasan atau bahan bakar.

2) Specific Grafity (SG), adalah perbandingan berat minyak dan air yang

mempunyai volume yang sama pada suhu tertentu. Pemeriksaannya

3) Viscosity/kekentalan, adalah besarnya tahanan aliran yang dimiliki setiap

fluida termasuk juga pelumas. Tingkat kekentalan merupakan sifat fisik fluida

yang dapat berubah terhadap temperaturnya, sehingga pengukuran kekentalan

harus disertai dengan pengukuran suhu pada waktu yang bersamaan.

4) Pour Point (titik tuang), adalah menunjukan temperature terendah dimana

pelumas masih dapat mengalir. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk

mengetahui kemampuan mengalir pada temperature rendah berhubung

dengan daerah pemakaian atau kondisi kerja penggunaan dari pelumas

tersebut.

5) Warna, adalah untuk mengetahui sifat visual pelumas sehingga dapat

diinterpresentasikan sifat fisiknya secara cepat kemudian dapat dilakukan

analisa keadaan sebenarnya dari pelumasan.

6) Flash Point (titik tuang), merupakan temperature terendah dimana suatu

minyak sudah mampu terbakar oleh adanya letupan bunga api. Maksud

20

pengukuran titik nyala adalah untuk safety precaution atau berhubungan

dengan kondisi pemakaian pelumas. Dengan mengetahui titik nyala, dapat

diketahui banyak sedikitnya komponen yang menguap karena titik nyala

mempengaruhi jumlah pemakaian pelumas.