BAB II DASAR TEORI 1.1 Benchmarking
Embed Size (px)
Transcript of BAB II DASAR TEORI 1.1 Benchmarking

Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom 6 D312063
BAB II
DASAR TEORI
1.1 Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu proses yang biasa digunakan dalam
managemen dimana suatu organisasi melakukan pengukuran dan
membandingkan kinerjanya terhadap aktifitas atau kegiatan yang sama di
organisasi lain yang sejenis. Hasil yang didapatkan dari benchmarking
adalah suatu organisasi dapat memperoleh gambaran tentang organisasinya
dan membandingkannya dengan organisasi lain untuk dapat mencapai
sasaran yang diinginkan. Untuk dapat melakukan benchmarking yang harus
dilakukan pertama kali yaitu mengidentifikasi masalah apa yang akan
dijadikan subjek. Kemudian menentukan organisasi yang memiliki aktifitas
atau usaha yang sama. Kemudian menentukan berbagai parameter yang
akan dibandingkan dengan organisasi lain.
1.2 Sistem Komunikasi Seluler[1]
Sebuah komunikasi seluler dibangun dari beberapa komponen
fungsional yang memiliki fungsi dan interface masing-masing yang
spesifik. Secara garis besar sistem komunikasi seluler terdiri atas Mobile
Station (MS) atau handphone, Base Transceiver Station (BTS), Base Station
Control (BSC), Mobile Switching Centre (MSC).
Gambar 2.1 Sistem Komunikasi Seluler
Keterangan :
MS = Mobile Station
BTS = Base Transceiver Station
BSC = Base Station Control

7
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
MSC = Mobile Switching Centre
SMSC = Short Message Service Center
Fungsi dari masing-masing perangkat adalah sebagai berikut :
1. Mobile Station (MS)
Mobile Station (MS) adalah perangkat yang berfungsi untuk
menerima dan mengirimkan data yang terdiri atas dua bagian yaitu
Subscriber Identity Module (SIM) dan Mobile Equipment (ME).
Subscriber Identity Module (SIM) atau SIM card merupakan kartu
yang berisi International Mobile Subscriber Identity (IMSI) yang
berfungsi untuk memberikan informasi mengenai user sehingga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengguna. Mobile
Equipment (ME) merupakan perangkat yang berfungsi untuk
mentransmisikan sebuah sinyal baik sebagai pengirim maupun
sebagai penerima. Mobile Equipment ini sering disebut juga
sebagai handphone atau telepon seluler. Perangkat mobile ini
memiliki sebuah nomor serial unik yang disebut International
Mobile Equipment Identity (IMEI) yang merupakan fitur keamanan
yang berfungsi sebagai identitas ME.
2. Base Transceiver Station (BTS)
BTS merupakan perangkat yang berfungsi sebagai pemancar
dan penerima pada pelayanan radio kepada MS pada suatu area
didefinisikan sebagai sebuah cell dan menangani protocol radio
link dengan Mobile Station melalui Um Interface yang juga
dikenal dengan air interface .
3. Base Station Control(BSC)
BSC membawahi satu atau lebih BTS serta mengatur trafik
yang datang dan pergi dari BSC menuju MSC atau BTS. BSC juga
menangani setup radio-channel, frequency hopping serta proses
handover.
4. Mobile Switching Center (MSC)
MSC digunakan sebagai network element central dalam
sebuah jaringan celular sebagai pusat pembangunan hubungan
antara MS dengan MS lainnya.

8
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
1.3 First Generation (1G)[2]
Hampir semua sistem komunikasi bergerak generasi pertama adalah
sistem analog murni yang ditransmisikan secara langsung dari sistem
telepon berbasis kabel (wired) ke sistem selular. 1G adalah teknologi
telepon selular yang pertama diperkenalkan pada era 80-an dan
menggunakan sistem analog. Pada fenerasi pertama ini menggunakan teknik
komunikasi Frequency Division Multiple Access (FDMA). Teknik FDMA
yaitu membagi-bagi alokasi frekuensi pada suatu cell agar bisa dipakai oleh
masing-masing pelanggan di sell itu. Hal tersebut membuat setiap
pelanggan pada saat melakukan pembicaraan memiliki frekuensi sendiri.
1.4 Second Generation (2G)[2]
Jika pada generasi pertama menggunakan sistem analog, sistem
komunikasi pada generasi kedua menggunakan sistem digital. Tujuan 2G
adalah untuk menyediakan kualitas komunikasi yang handal untuk membuat
data yang telah disampling digunakan speed coding sedangkan error control
coding digunakan juga sebagai modulasi digital untuk meningkatkan
kualitas komunikasi.
Kelebihan 2G dibanding 1G yaitu untuk memberikan layanan yang
lebih baik dan memiliki kapasitas lebih besar. Suara yang akan dihasilkan
dapat menjadi lebih jernih, karena berbasis digital. Sebelum sinyal suara
dikirim, sinyal analog diubah menjadi sinyal digital. Tenaga yang
diperlukan untuk sinyal tersebut tidak begitu banyak sehingga dapat
menghemat baterai, hal tersebut membuat handset dapat dipakai lebih lama
dan ukuran baterai bisa menjadi lebih kecil.
Kelemahan dari teknologi 2G antara lain kecepatan transfer data yang
rendah (kecepatan rendah - menengah)sehingga tidak efisien digunakan
untuk trafik rendah serta jangkauan jaringan juga masih terbatas sehingga
sangat tergantung dengan keberadaan BTS (cell Tower). Contoh Teknologi
2G antara lain:
1.4.1 Global System for Mobile Communication (GSM)
Global System for Mobile Communication (GSM)
diperkenalkan diawal tahun 1995 untuk menggeser AMPS. GSM

9
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
menggabungkan dua teknologi akses yaitu antara frequency Division
Multiple Access (FDMA) dan Time Division Multiple Access (TDMA)
yang beroperasi pada frekuensi 900 MHz yang merupakan standar The
European Telecommunication Standard Institute (ETSI). Pada band
frekuensi 900 MHz memiliki lebar pita 25 KHz kemudian pita
frekuensi 25 KHz dibagi menjadi 124 carrier frequency yang terdiri
atas 200 KHz setiap carrier. Kemudian Carrier frequency 200 KHz
dibagi lagi menjadi 8 time slot dimana setiap user akan melakukan
dan menerimaan panggilan dalam satu time slot berdasarkan
pengaturan waktu. Teknologi GSM masih menjadi yang paling
banyak digunakan di dunia karena memiliki kemampuan roaming
yang luas sehingga dapat dipakai di berbagai Negara. GSM memiliki
kecepatan akses yang sangat kecil yaitu sekitar 9,6 Kbps karena
teknologi GSM hanya dirancang untuk penggunaan suara.
1.4.2 Code Division Multiple Access (CDMA)
Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan standard
yang dikeluarkan oleh Telekommunication Industri Assotiation (TIA)
yang menggunakan teknologi Dirrect Sequence Spread Spectrum
(DSSS). Teknologi CDMA mulai banyak digunakan di Indonesia pada
tahun 2002. CDMA memiliki band frekuensi 1800MHZ dan frekuensi
radio sebesar 25 MHz kemudian dibagi menjadi 42 kanal yang
masing-masing kanal terdiri dari 30 KHz. Kecepatan akses data yang
dimiliki teknologi ini sebesar sekitar 153,6 kbps. CDMA lebih efisien
daripada metode akses FDMA maupun TDMA dikarenakan seluruh
MS menggunakan frekuensi yang sama pada waktu yang bersamaan.
CDMA memiliki kode unik tertentu agar bisa membedakan user
yang satu dengan user yang lain pada frekuensi yang sama. Karena
menggunakan frekuensi yang sama maka daya yang dipancarkan ke
BTS dan daya yang diterima harus di atur agar tidak mengganggu
antar user yang lain baik dalam sel yang sama atau sel yang berbeda
dan hal tersebut dapat diwujudkan dengan memanfaatkan mekanisme
power control .

10
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Operator CDMA di Indonesia dikatagorikan ke dalam kategori
Fixed Wireless Access (FWA) sehingga mobilitasnya sangat terbatas
padahal CDMA juga bisa seperti GSM dengan kemampuan mobilitas
penuh. Teknologi CDMA 2000 1x adalah teknologi yang mengalami
perkembangan yang baik di Indonesia. Jika dilihat secara teknologi
CDMA 2000 1x lebih baik daripada teknologi GSM akan tetapi tidak
membuat pelanggan GSM berpaling ke CDMA. Beberapa keunggulan
CDMA dibandingkan GSM antara lain :
1. CDMA memiliki suara yang lebih jernih daripada GSM
2. CDMA memiliki kapasitas yang lebih besar daripada GSM
3. CDMA memiliki kemampuan akses data yang lebih tinggi daripada
GSM
Tabel 2.1 Data Varian CDMA
Teknologi Downlink Uplink
CDMA One 9.6 kbps 9.6 kbps
CDMA 2000 1x 144 kbps 144 kbps
CDMA 2000 1x EV-DO 2.45 Mbps 0.15 Mbps
CDMA20001x EV-DV(EV-DO Rev.A) 3.10 Mbps 1.80 Mbps
CDMA 2000 3x (EV-DO Rev. B) 9.3 Mbps 3.6 Mbps
Beberapa operator di Indonesia yang menggunakan CDMA
2000 1x antara lain Telkom dengan produknya Flexi, kemudain
indosat Indosat dengan produk StarOne, Mobile 8 dengan produk
Fren, Bakrie telecom dengan nama Esia.
1.5 Second and A Half Generation ( 2.5G and 2.75G)[2]
Teknologi 2.5G adalah peningkatan dari teknologi 2G dalam platform
dasar GSM yang telah disempurnakan khususnya untuk aplikasi data.
Teknologi 2.5G untuk GSM diimplementasikan dalam General Packet
Radio Services (GPRS) dan Wideband Integrated Dispatch Enhanced
Network (WiDEN), sedangkan yang berbasis CDMAone (CDMA)
diimplementasikan dalam CDMA 2000 1x Release 0/RTT ( 1 Times Radio

11
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Transmission Tecnology) atau IS-2000 (sesuai standar ITU) atau CDMA
2000 (sesuai standar 3GPP2).
Provider 2.5G memiliki beberapa keuntungan 3G (seperti Packet
switched) serta dapat menggunakan infrastruktur 2G yang ada dalam
jaringan GSM dan CDMA. Beberapa Teknologi 2,5G antara lain :
a. General Packet Radio Serviced (GPRS) adalah teknologi 2.5G yang
disisipkan diatas jaringan GSM untuk menangani komunikasi data dalam
jaringan. Teknologi GPRS dapat dikembangkan diatas teknologi GSM
tanpa menghilangkan infrastruktur lama yaitu dengan melakukan
penambahan beberapa hardware dan upgrade Software baru pada Station
dan juga server GSM. Kecepatan transfer data GPRS mencapai 160
Kbps.
b. Wideband Integrated Dispatch Enhanced network (WiDEN) adalah
teknologi 2.5G yang mengembangkan dari iDEN(2G) pada sisi Software
oleh Motorola dan diperkenalkan pada tahun 1993dengan kecepatan
transfer data mencapai 100 Kbps dan telah dipergunakan di 20 Negara.
c. CDMA2000-1x Release 0/RTT (Times Radio Transmission Tecnology)
atau IS-2000 atau CDMA 2000 adalah teknologi 2.5G yang merupakan
pengembangan dari CDMAone dengan menambakan kemampuan pada
layanannya dan beroperasi pada frekuensi 400 MHz, 800 MHz, 900
MHz, 1800 MHz, 1900 MHz, dan 2100 MHz (sesuai regulasi frekuensi
tiap Negara).
1.6 Third Generation (3G)[2]
Teknologi 3G merupakan teknologi komunikasi generasi ketiga yang
menjadi standar teknologi telepon bergerak untuk menggantikan teknologi
2.5G berdasarkan International Telecommunication Union (ITU) dengan
standar IMT-2000. Teknologi 3G beroperasi pada frekuensi penerimaan
(downlink) 1920-1980 MHz dan frekuensi pengiriman (Uplink) 2110-2170
MHz.Universal Mobile Telecommunications System (3G/UMTS) adalah
system yang dirancang untuk kebutuhan layanan digital yang mana salah
satu layanannya adalah komunikasi suara. Layanan lain yang diberikan
UMTS antara lain data, video, dan multimedia.

12
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
ITU mendefinisikan teknologi 3G mempunyai kecepatan transfer data
sebesar 144 Kbps untuk pengguna bergerak dengan kecepatan 100 km/jam,
untuk pengguna yang berjalan kaki mempunyai kecepatan transfer data
sebesar 384 Kbps, sedangkan untuk pengguna diam (stasioner) mempunyai
kecepatan transfer data sebesar 2 Mbps.
Jaringan 3G dapat menawarkan jangkauan yang lebih luas dari
fasilitas tingkat lanjut ketika mencapai kapasitas jaringan yang lebih luas
melalui peningkatan efisiensi penggunaan spectrum. Kemampuannya
meliputi komunikasi suara nirkabel dalam jangkauan area luas (wide-area
wireless voice telephony), panggilan video (video calls), dan jalur data
kecepatan tinggi nirkabel (broadband wireless data). Semua hal tersebut
bekerja dalam perangkat bergerak (mobile).
Tujuan diperkenalkannya teknologi 3G adalah untuk menambah
efisiensi dan kapasitas jaringan, menambah kemampuan jelajah (roaming),
untuk mencapai kecepatan transfer data yang lebih tinggi, meningkatkan
kualitas layanan (QoS atau Quality of Service) dan mendukung kebutuhan
internet bergerak (mobile internet).
1.6.1 Arsitektur 3G/ Universal Mobile Telecommunication Sistem
(UMTS)[5]
Gambar 2.2 arsitektur UMTS[7]

13
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Dari gambar 2.2 bahwa arsitektur jaringan UMTS terdiri dari
perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu:
1. UTRAN
UTRAN terdiri dari Radio Network System (RNS), dimana
setiap RNS meliputi RNC, dianalogikan dengan GSM BSC dan node
B sebagai BTS. Tidak seperti Abis pada GSM, interface lub bersifat
terbuka, maksudnya bahwa operator jaringan dapat memperoleh node
B dari satu vendor dan RNC dari vendor yang lain. Interface lur untuk
menghubungkan antar RNC. Fungsi utama interface IUR adalah
mendukung mobilitas inter-RNC dan soft handover antara node B
yang terhubung dengan RNC yang berbeda.
Perangkat tambahan adalah User Equipment (UE) yang terdiri
dari Mobile Equipment (ME) dan UMTS Subscriber Identity Module
(USIM). UTRAN berhubungan dengan UE lain menggunakan
interface Uu. UTRAN berhubungan dengan CN melalui interface Iu
yang terdiri dari interface Iu-CS yang mendukung layanan circuit
switch, dan interface Iu-PS yang mendukung layanan Packet Switch.
Interface Iu-CS menghubungkan RNS dengan MSC dan memiliki
kesamaan dengan interface A GSM. Interface Iu-PS menghubungkan
RNC ke SGSN dan memiliki analog dengan interface Gb GPRS.
Dalam 3GPP Rel.1999 seluruh interface pada UTRAN dan CN,
menggunakan asynchronous Transfer Mode (ATM) sebagai
mekanisme transport
2. RNC (Radio Network Controller)
RNC yang mengontrol node B dibawahnya disebut dengan
CRNC (Controlling RNC). CRNC bertanggungjawab sebagai
management sumber radio yang tersedia pada node B yang
mendukung. RNC yang menghubungkan UE dengan Cn disebut
SRNC (Serving RNC). Selama UE beroperasi, SRNC mengontrol
sumber radio yang digunakan oleh UE dan mengakhiri interface Iu ke
dan dari CN untuk layanan yang digunakan oleh UE.
UTRAN mendukung soft handover, terjadi antara node B yang
didukung oleh RNC yang berbeda. Selama dan setelah soft handover

14
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
antar RNC, kemungkinan ditemukan situasi dimana UE berhubungan
dengan node B yang dikontrol oleh RNC tetapi bukan SRNC. RNC
yang demikian disebut dengan DRNC (Drift RNC)
Apabila UE berpindah dan berpindah lagi dari node B yang
dikontrol oleh SRNC, hal ini menyebabkan SRNC tidak mampu
mengontrol pergerakan UE sendiri, sehingga UTRAN memutuskan
mengalihkan pengontrolan hubungan ke RNC yang lain. Kemudian
disebut dengan serving RNC (SRNC) relocation.
3. Node B
Node B merupakan unit fisik yang digunakan untuk mengirim
atau menerima frekuensi dari cell. Node B tunggal dapat mendukung
mode FDD maupun TDD dan dapat co-located dengan GSM BTS.
Node B berhubungan dengan UE melalui interface radio Uu dan
berhubungan dengan RNC melalui interface lub ATM. Tugas utama
dari Node B adalah mengkonversi data antara interface lub dan Uu,
termasuk Forward Error Correction (FEC), WCDMA spreading atau
dispreading dan modulasi QPSK pada interface radio. Node B
megukur kualitas dan kekuatan hubungan dan menentukan Frame
Error Rate (FER), transmisi data ke RNC sebagai laporan pengukuran
pada handover dan menggabungkan macro diversity. Mode B juga
bertanggung jawab pada FDD softer handover. Penggabungan macro
diversity di ruang bebas untuk mengurangi kebutuhan kapasitas
transmisi tambahan pada lub. Node B juga melibatkan control daya,
seperti Node B memungkinkan UE mengatur powernya menggunakan
perintah downlink (DL) Transmission Power Control (TPC) melalui
closed atau inner-lop power control berdasarkan uplink TPC.
1.6.2 TEKNOLOGI 3G
Yang termasuk teknologi 3G antara lain :
1. Enhanced Data Rates for GSM Evolution (EDGE) diperkenalkan
pertama kali pada tahun 2003 yang merupakan tahap lanjutan dari
evolusi menuju mobile multimedia communication. EDGE awalnya
disebut teknologi 2.75G. namun sejak pertengahan tahun 2000,
platform teknologi inter nasional GSM EDGE Radio Access

15
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Network (GERAN) telah mengadopsi seluruh spesifikasi 3GPP
sehingga menjadikan teknologi EDGE masuk dalam kelompok
teknologi generasi ketiga UMTS 3G. [2]
Teknologi EDGE dapat memberikan layanan komunikasi data
dengan kecepatan lebih tinggi daripada GPRS, dimana GPRS
hanya mampu melakukan pengiriman data dengan kecepatan
sekitar 25 Kbps sedangkan EDGE dapat mencapai kecepatan
hingga 236,8 Kbps jika menggunakan 4 timeslots dan 473,6 Kbps
jika menggunakan 8 timeslots. [2]
2. Wideband-Coded Division Multiple Access (W-CDMA) atau
Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) dirancang
untuk menyediakan bandwidth sebesar 2 Mbps. UMTS diharapkan
dapat melayani area seluas mungkin, jika tidak ada sel UMTS pada
suatu daerah, maka dapat di-route-kan melalui satelit. UMTS
beroperasi pada frekuensi 1885-2025 MHz dan 2110-2200 MHz.
Pita tersebut akan digunakan oleh sel yang kecil (pico cell)
sehingga dapat memberikan kapasitas yang besar pada UMTS.
Multiple Access yang digunakan dapat mengalokasikan bandwidth
secara dinamis sesuai dengan kebutuhan pelanggan. [1]
3. CDMA 2000-1x EV/DV (Evolution/Data/Voice) dan CDMA 2000-
1x EV-DO (Data Only/Data Optized) atau IS-856 merupakan
teknologi 3G yang didukung oleh komunitas CDMA Amerika
Utara, dipimpin oleh CDG (CDMA Development Group). CDMA
2000-1x EV(Evolution) dan CDMA 2000-1x EV-DO merupakan
pengembangan dari teknologi CDMA 2000-1x Release 0/RTT atau
CDMA 2000 (2.5G). pada awalnya CDMA 2000-1x EV-DO
(Revision 0) hanya mampu mengirim data sampai 2,4 Mbps, akan
tetapi kemudian berkembang sehingga CDMA2000-1x EV-DO
(data only). [2]
4. Time Division Code Division Multiple Access (TD-CDMA) atau
Universal Mobile Telecommunication System -Time Division
Duplexing (UMTS-TDD) merupakan teknologi jaringan data 3G
yang dibangun pada jaringan telepon selular standar

16
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
UMTS/WCDMA dimana keduanya baik UMTS/WCDMA maupun
TD-CDMA/UMTS-TDD tidak saling mendukung dikarenakan
perbedaan cara kerja, design, dan teknologi dan frekuensi yang
dipakai. Di Eropa frekuensi yang dipakai UMTS-TDD yaitu 2010-
2020 MHz yang dapat mentransfer data pada kecepatan 16 Mbps.
5. Generic Access Network (GAN) atau Unlicensed Mobile Access
(UMA) adalah teknologi 3G yang dibuat dengan tujuan agar system
telekomunikasi dapat roaming dan mampu menjalankan jaringan
LAN (WLAN) dan WAN dalam telepon selular secara bersamaan
(diadopsi oleh 3GPP).
6. High-Speed Packet Access (HSPA) dikembangkan untuk
memperluas dan menambah kemampuan kecepatan transfer data
dari protocol UMTS. Karena memiliki perbedaan kemampuan
Downlink dan Uplink maka HSPA dibagi menjadi 2 standar, yaitu:
a. High Speed Download Packet Access (HSDPA) yang
merupakan standar HSPA dengan kemampuan dari sisi
kecepantan transfer downlink-nya (dari jaringan ke handset),
yang memiliki kecepatan transfer mencapai 7.2 Mbps dan secara
teori dapat ditingkatkan sampai kecepatan 14.4 Mbps dengan
maksimum Uplink 384 kbps.
b. High Speed Uplink Packet Access (HSUPA) adalah standar
HSPA dengan kemampuan dari sisi kecepatan transfer Uplink-
nya (dari handset ke jaringan), yang memiliki kecepatan Uplink
secara teori sampai kecepatan 5.76 Mbps, tetapi HSUPA ini
tidak implementasikan (dikomersialkan) dan handset-nya tidak
dibuat.
7. HSPA+ (HSPPA Evolution) adalah teknologi 3G yang
dikembangkan dari HSPA yang memiliki kecepatan transfer data
downlink mencapai 42 Mbps dan pada saat Uplink dengan
kecepatan 11 Mbps.
8. High Speed OFMA Packet Access (HSOPA) adalah
pengembanngan teknologi 3G atau UMTS terutama pada teknologi
antenna yang menggunakan Orthogonal Frequency Division

17
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Multiplexing (OFMA) dan Multiple-input (MIMO). HSOPA
memiliki kecepatan mentransfer data sampai 100 Mbps untuk
downlink dan 50 Mbps untuk Uplink.
9. Time Division Synchronous Code Division Multiple Access (TD-
SCDMA) adalah teknologi 3G yang masih dikembangkan di Cina
oleh Chinese Academi of Telecommunications Technology
(CATT), Datang, dan Siemens AG atas proposal dari grup china
wireless Telecommunication Standards (CWTS) kepada ITU pada
tahun 1999. Teknologi yang dikembangkan untuk menghilangkan
ketergantungan pada teknologi barat, tetapi kurang banyak diminati
para operator Asia dikarenakan memerlukan peralatan yang benar-
benar baru dan tidak biasa menggunakan teknologi sebelumnya
(CDMA2000-1x). TD-SCDMA menggunakan frekuensi 2010-2025
MHz, dengan kecepatan transfer data dari 9,6 Kbps sampai 2048
Kbps.
1.7 Tirth and A half Generation (3.5G and 3.75G)[2]
Teknologi 3.5G atau beyond 3G merupakan peningkatan teknologi 3G
dalam hal peningkatan kecepatan transfer data. Teknologi 3.5G mampu
melayani komunikasi multimedia seperti akses internet dan video sharing
yang lebih cepat dibandingkan teknologi 3G. Yang termasuk dalam
teknologi ini adalah:
a. High Speed Downlink Packet Access (HSDPA)
HSDPA adalah teknologi 3.5G yang merupakan protocol
tambahan pada system wideband CDMA (WCDMA) yang mampu
mentransmisikan data dengan kecepatan tinggi. HSDPA memiliki
beberapa kali fase pengembangan untuk dapat mencapai kecepatan
maksimal. Pada fase pertama berkapasitas 4,1 Mbps. Kemudian pada
fase kedua berkapasitas 11 Mbps dan memiliki kapasitas maksimal
downlink peak data rate mencapai 14 Mbps. Kecepatan jaringan HSDPA
pada lingkungan perumahan saat download data dapat mencapai
kecepatan hingga 7,3 Mbps. Saat sedang berkendaraan di jalan tol
berkecepatan 100km/jam dapat mengakses internet dengan mencapai

18
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
kecepatan 1,2 Mbps dan pada lingkungan perkantoran yang padat tetap
dapat menikmati streaming video meskipun hanya memperoleh
kecepatan 300 Kbps.
Kelebilan HSDPA antara lain dapat mengurangi keterlambatan
(delay), dapat memberikan respon yang lebih cepat untuk akses internet
kecepatan tinggi, yang dapat disertai pula dengan fasilitas gaming atau
download audio dan video dan meningkatkan kapasitas system tanpa
memerlukan spectrum frekuensi tambahan, sehingga dapat mengurangi
biaya layanan mobile data secara signifikan.
b. Wireless broadband (WiBro) merupakan teknologi 3.5G yang
dikembangkan oleh Samsung dan Electronics and Tecnology Research
Institute (ETRI) kemudian telah mendapatkan sertifikat dari WiMAX
Forum. WiBro mampu mengirim data hingga kecepatan mencapai 50
Mbps yang mengalahkan kecepatan platform HSDPA yang kecepatannya
mencapai 14 Mbps.
1.8 Teknologi Wide Code Division Multiple Access (WCDMA)[3]
Wide Code Division Multiple Access (WCDMA) adalah teknologi
multiple akses denngan menggunakan teknik direct sequence-spread
spectrum (DS-SS). Teknologi ini berbeda dengan teknik akses radio
konvensional yang menggunakan teknik pembagian bandwidth frekuensi
yang tersedia di kanal sempit ke dalam time slot tertentu. Teknologi
WCDMA dalam mengakses data dilakukan terus-menerus selebar
bandwidth tertentu. Untuk masing-masing User Equipment (UE) yang
memakai service seperti telepon, facsimile data atau multimedia maka
digunakan kode-kode tertentu yang saling berkolerasi untuk masing-masing
servis di penerima akan digunakan kode-kode yang sama yang saling
berkolerasi sama seperti sebelumnya.
Sistem WCDMA didesain untuk komulikasi multimedia person to
person disajikan dengan kualitas gambar dan video yang baik dan akses
terhadap informasi serta layanan-layanan pada public dan private network
disajikan dengan data rate dan kemampuan system komunikasi pada

19
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
generasi ke-3 ini lebih fleksible, bandwidth keseluruhan sebesar 5 MHz dan
di design untuk berdampingan dengan system GSM.
Sistem WCDMA tidak membutuhkan perencanaan frekuensi,
dikarenakan setiap cell menggunakan frekuensi yang sama dan juga sangat
fleksible, dikarenakan system ini menggunakan kode Orthogonal Variable
Spreading Codes (OVSC) untuk channelization dari user yang berbeda.
Kode ini memiliki karakteristik dalam hal ortogonalitas antara users
(layanan yang berbeda dialokasikan untuk satu user) meskipun user tersebut
menggunakan bit rate yang berbeda. Sebuah physical resource dapat
membawa beberapa layanan dengan bit rate yang berbeda. Dengan
berubahnya bit rate, maka alokasi power untuk physical resource tersebut
juga akan berubah sehingga Quality of Service (QoS) dijamin pada setiap
komunikasi. Setiap radio frame memiliki periode sebesar 10 ms yang
dibagi ke dalam 15 slot, yang menggambarkan satu periode power control .
Salah satu karakteristik yang terpenting dari WCDMA adalah
kenyataan bahwa power merupakan resource yang di share secara bersama-
sama. Hal ini menjadikan system WCDMA sangat fleksibel dalam
menyediakan panduan layanan dan layanan yang membutuhkan Variable bit
rate. Radio Resource Management (RRM) dilakukan dengan
mengalokasikan power utnuk setiap user dan untuk menjamin bahwa
kualitas sinyal tidak melampaui batas maksimum interference yang telah
ditentukan. Tidak ada alokasi kode maupun time slot yang dibutuhkan
ketika terjadi perubahan bit rate.
1.8.1 Karateristik Sistem WCDMA[7]
Salah satu karakteristik yang terpenting dari WCDMA adalah
kenyataan bahwa power merupakan resource yang di share secara
bersama-sama. Hal ini menjadikan sistem WCDMA sangat fleksibel
dalam menyediakan paduan layanan dan layanan yang membutuhkan
Variable bit rate. Radio Resource Management dilakukan dengan
mengalokasikan power untuk setiap user (call), dan untuk menjamin
bahwa kualitas sinyal tidak melampaui batas maksimum interference
yang telah ditentukan. Tidak ada alokasi kode maupun time slot yang
dibutuhkan ketika terjadi perubahan bit rate. Hal ini berarti bahwa

20
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
alokasi physical channel tidak terpengaruh pada saat terjadi perubahan
bit rate. Sistem WCDMA tidak membutuhkan perencanaan frekuensi,
dikarenakan setiap cell menggunakan frekuensi yang sama.
Fleksibilitas dimiliki oleh system WCDMA, dikarenakan sistem
ini menggunakan kode OVSF (Orthogonal Variable Spreading
Codes) untuk channelization dari user yang berbeda. Kode ini
memiliki karakteristik dalam hal Orthogonalitas antara users (layanan
yang berbeda dialokasikan untuk satu user) meskipun user tersebut
menggunakan bit rate yang berbeda. Sebuah physical resource dapat
membawa beberapa layanan dengan bit rate yang berbeda. Dengan
berubahnya bit rate, maka alokasi power untuk physical resource
tersebut juga akan berubah sehingga QoS dijamin pada setiap
komunikasi. Setiap radio frame memiliki periode sebesar 10 ms yang
dibagi ke dalam 15 slot, yang menggambarkan satu periode power
control . Power control yang digunakan didasarkan pada SIR (Signal
to Interference Ratio), dimana fast closed loop disesuaikan dengan
SIR dan perubahan SIR target dilakukan oleh outer loop.
1.8.2 Prinsip pentransmisian WCDMA[8]
Gambar 2.3 Kanal pada WCDMA[8]
WCDMA dirancang khusus sehingga bisa menyediakan fasilitas
yang beragam mulai dari data, teks, suara, maupun gambar dan video.
Selain itu sistem pengiriman pada WCDMA menggunakan laju bit

21
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
yang bervariasi sesuai dengan jenis informasi yang dikirim sehingga
lebih efisien. Pada pentransmisianya juga terdapat kontrol yaitu
dengan mengatur semua kanal fisik dalam frame yang mempunyai
panjang yang sama (10 ms) dengan melalui kanal fisik yang terpisah.
Kanal - kanal pada UMTS terbagi atas tiga bagian yaitu Kanal
Logical, Kanal Transport, dan Kanal Physical.[5]
1. Kanal Logical (Logika)
Kanal logika digunakan untuk mentransmisikan cell sistem
information, informasi paging dan data user. Kanal logika
digunakan antara UE dan RNC (Radio Network Controller). Kanal
logika digunakan oleh layer MAC (Medium Access Control )
sebagai data service transfer. Ada 2 jenis kanal logika yaitu Control
Channel(CCH) dan trafik channel (TCH):
Jenis Control Channel yaitu :
a. Broadcast Control Channel (BCCH) digunakan untuk
mentransmisikan informasi sistem pada saat downlink, seperti
informasi cell, informasi operator yang digunakan (PLMN),
informasi list neighbourhood, parameter yang terukur, dan lain-
lain.
b. Paging Control Channel (PCCH) adalah kanal yang diberikan
kepada MS apabila terdapat panggilan melalui satu atau lebih
cell.
c. Common Control Channel (CCCH) digunakan saat downlink
untuk merespon percobaan panggilan oleh terminal sedangkan
saat uplink digunakan oleh terminal yang belum memiliki
koneksi sama sekali dengan jaringan.
d. Dedicated Control Channel (DCCH) merupakan kanal control
point to point dua arah antara MS dan jaringan untuk
mengirimkan informasi control.
Jenis trafik channel (TCH) antara lain :
a. Dedicated Trafic Channel (DTCH) adalah kanal point to point
bagi satu MS untuk mentransfer data pelanggan.

22
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
b. Common Trafic Channel (CTCH) adalah kanal undireksional
point to multipoint untuk mentransfer data pelanggan untuk
satu atau beberapa MS pada saat downlink.
2. Kanal Transport
Kanal Transport adalah interface antara Media Access Control
(MAC) dan layer physical yang berisikan bagaimana data
dikirimkan melalui radio interface WCDMA.
Terdapat dua jenis kanal transport yaitu Common Transport
Channel (CTCH) dan Dedicated Transport Channel (DTCH).
Jenis-jenis CTCH antara lain :
a. Random Access Channel (RACH) digunakan pada saat uplink
ketika pelanggan ingin mengakses jaringan atau sebagai
signaling dari pelanggan.
b. Broadcast Channel (BCH) digunakan pada saat downlink untuk
mengirim informasi sistem termasuk FCCH ke seluruh cakupan
area pada sel.
c. Paging Channel (PCH) digunakan pada saat downlink untuk
memanggil pelanggan ketika jaringan ingin memulai
komunikasi dengan pelanggan.
d. Forward Access Channel (FACH) untuk mengirimkan
informasi control downlink ke satu atau lebih pelanggaan dalam
sel.
e. Common Packet Channel (CPCH) digunakan pada saat uplink
fungsinya hampir sama dengan RACH tetapi dapat menangani
beberapa frame. Berguna pada saat transmisi data.
f. Downlink Shared Channel (DSCH) untuk membawa dedicated
user data atau control signaling kepada satu atau lebih
pelanggan dalam sel
Jenis DTCH antara lain :
a. Dedicated Channel (DCH) merupakan kanal point to point baik
secara uplink atau downlink yang diperuntukan bagi satu MS
utnuk mentransfer data pelanggan.
3. Kanal Physical (Fisik)

23
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Kanal fisik merupakan time slot yang merupakan bagian dari
frame. Jumlah time slot dalam satu (1) frame adalah delapan (8)
buah. Kanal fisik meliputi :
a. Synchronous Channel (SCH) digunakan untuk sinkronisasi
antara MS dengan BTS.
b. Common pilot Channel (CPICH) merupakan kanal yang selalu
dikirimkan oleh base station dan di-scramble menggunakan
scrambing code dengan factor spreading.
c. Primary Common Control Physical (primary CCPCH) untuk
membawa kanal transport BCH saat downlink.
d. Secondary Common Control Physical (secondary CCPCH)
untuk membawa dua kanal transport secara bersamaan FACH
dan PCH saat downlink.
e. Physical Random Access Channel (PRACH) untuk membawa
kanal transport RACH pada saat uplink.
f. Physical Common Access Channel (PCPCH) untuk membawa
uplink kanal transport CPCH saat uplink.
g. Physical Downlink Shared Channel (PDSCH) untuk
membawa uplink kanal transport CPCH pada saat uplink.
h. Paging indicator Channel (PICH) digunakan pelanggan ketika
akan registrasi ke jaringan.
1.8.3 Jenis handover pada WCDMA
Handover merupakan peristiwa perpindahan kanal dari MS tanpa
tadanya pemutusan hubungan dan tanpa campur tangan dari pemakai.
Handover terjadi karena pergerakan MS keluar dari cakupan cell asal
dan masuk cakupan cell baru. Pada system WCDMA menyediakan
kemampuan untuk handover baik untuk CS (Circuit atau voice)
service maupun PS (Packet atau data) service, dan juga service yang
di handle oleh system GSM ke system WCDMA dan dari WCDMA
ke system GSM. Tujuan handover yaitu untuk menyediakan
kontinuitas hubungan kepada pelanggan yang bergerak diantara cell-
cell dalam infrastruktur selular. Bagi pelanggan yang terus-menerus
berkomunikasi dan melintasi pinggiran cell, hal ini lebih

24
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
menguntungkan untuk menggunakan radio resource dalam cell target
karena kuat sinyal yang diterima dari cell lama memburuk selama
pelanggan memasuki cell target.[5]
Model handover yang diterapkan pada sistem WCDMA yaitu:
1. Intra-system Handover
Intra-system handover terjadi dalam satu sistem. Yang
selanjutnya dapat dibagi menjadi Intra-frequency handover dan
inter-frequency handover. Intra-frequency terjadi di antara sel-sel
yang memiliki carrier WCDMA yang sama, sementara inter-
frequency terjadi di antara sel-sel yang menggunakan carrier
WCDMA yang berbeda.[7]
2. Inter-system Handover (ISHO)
Inter-system handover terjadi di antara sel-sel yang memiliki
dua teknologi akses radio, Radio Access Technology (RAT) yang
berbeda atau Mode akses radio, Radio Access Mode (RAM) yang
berbeda. Kasus yang paling sering untuk handover jenis ini
diperkirakan terjadi antara sistem WCDMA dan GSM / EDGE.[7]
3. Soft handover
Merupakan handover yang terjadi antar cell dengan frekuensi
carrier yang sama, dimana UE mulai berkomunikasi dan
membentuk hubungan dengan Node B yang baru terlebih dahulu
sebelum memutuskan hubungan dengan Node B asal. Hubungan
akan terputus jika proses penyambungan dengan Node B yang baru
telah terkoneksi untuk menghindari drop call.[5]
4. Softer Handover
Handover yang terjadi antar sector dalam satu cell dengan
frekuensi pembawa dan Node B yang sama. Soft dan Softer
handover terjadi ketika UE berada pada daerah overlapping dari
dua adjacent cells. Pelanggan terhubung secara simultan pada
bagian jaringan UTRAN yang menggunakan kanal-kanal interface
radio berbeda secara bersamaan.
Keunggulan Soft handover yaitu mengeliminasi efek ping-
pong, pengalihan trafik yang lebih halus, tanpa penghentian

25
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
sementara selama handover dan dapat mengalami probabilitas
blocking dan droping panggilan. Akan tetapi juga memiliki
kekurangan dalam hal kerumitan, konsumsi daya ekstra juga
peningkatan interferensi dikarenakan dengan adanya Soft handover
sebuah UE pada saat yang sama dapat menggunakan resource
power lebih dari 1 Node B dan berbagi resource dengan UE
lainnya.[5]
5. Hard Handover
Pada tipe ini terjadi pemutusan hubungan dengan kanal trafik
lama sebelum terjadi hubungan baru. Hard handover terjadi pada
sistem dual Mode dimana sistem WCDMA dioperasikan bersama-
sama dengan sistem radio akses lainnya seperti GSM atau antara
sesama sistem FDD WCDMA tetapi dengan frequency carrier
yang berbeda.[5]
1.8.4 WCDMA Code
Sistem WCDMA memiliki dua macam operasi pada physical
channel, yaitu channelization dan scrambing code. channelization
digunakan untuk mentransformasikan setiap bit ke dalam jumlah chip
SF (Spreading Factor). Scrambling Code digunakan untuk menebar
sinyal informasi. Pada sisi Uplink setiap user memiliki Scrambling
Code yang unik dan dapat menggunakan semua kode yang terdapat
pada Code tree OVSF. Kode OVSF (Orthogonal Variabel Spreading
Factor) digunakan untuk menjaga ke-orthogonal-an antara physical
channel dari sebuah hubungan walaupun dengan menggunakan laju
yang berbeda. Scrambling Code dikaitkan dengan user dan kode
channelization dikaitkan dengan tipe dari layanan sesuai dengan bit
rate yang diberikan. Pada sisi downlink, kode channelization dikaitkan
dengan tipe layanan yang berbeda dan user sedangkan Scrambling
Code digunakan untuk membedakan sektor yang berbeda.[7]

26
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
1.9 Teknologi High Speed Download Packet Access (HSDPA)[4]
Evolusi teknologi WCDMA menuju HSDPA sebagian besar proses
upgrade Software pada Node-B. Pada teknologi WCDMA, Node-B
berhubungan langsung dengan UE (User Equipment) dan hanya terdiri dari
layer 1 atau layer fisik sedangkan fungsi MAC (Medium Access Control )
layer 1 hanya dilakukan pada sisi UE dan RNC. Sedangkan pada teknologi
HSDPA Node-B tidak terdiri atas layer fisik, namun perubahan pada Node-
B terjadi pada MAC layer, ditambahkan MAC-hs yang merupakan entity
MAC yang menangani Transport channel baru yang diperkenalkan HSDPA,
yakni HS-DSCH. MAC-hs berfungsi untuk proses retransmisi dan
scheduling untuk menangani prioritas paket.
Pada WCDMA proses retransmisi dan scheduling dilakukan pada
Radio Network Controller (RNC), sedangkan pada HSDPA dilakukan pada
Node-B (BTS), sehingga waktu yang dibutuhkan untuk transmisi menjadi
lebih singkat. Dengan adanya MAC layer pada Node-B, maka proses
retransmisi dan scheduling dapat terjadi lebih singkat.HSDPA merupakan
evolusi dari UMTS. Arsitektur jaringan HSDPA tetap menggunakan
arsitektur jaringan UMTS. HSDPA merupakan evolusi dari standar
WCDMA release 5 yang kompatibel dengan release 99 yang merupakan
jalur evolusi GSM. Implementasi HSDPA hanya meningkatkan kemampuan
Software, penambahan modul hardware dan penyesuaian elemen-elemen
Core Network. Beberapa kelebihan dari HSDPA, yaitu:
1. High Speed Downlink Shared Channel (HS-DSCH) dapat digunakan
secara bersama-sama dengan pengguna lain.
2. Transmission Time Interval (TTI) yang lebih singkat, yaitu 2 ms,
sehingga kecepatan transmisi pada layer fisik dapat lebih cepat.
3. Menggunakan teknik penjadwalan atau scheduling yang cepat, maka
perubahan yang dilakukan adalah penjadwalan pada Node-B maka
respon terhadap kondisi kanal segera dilakukan untuk dapat menjamin
layanan terhadap UE.
4. Menggunakan Adaptive Modulation and coding (AMC) sebagai
teknologi utama yang menyebabkan HSDPA mencapai data rate jauh

27
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
lebih besar dari sistem WCDMA, menggunakan daya yang konstan
dengan skema modulasi dan coding yang dapat berubah sesuai kanal.
5. Menggunakan Fast Hybrid Automatic Response Request (HARQ), User
Equipment dapat dengan cepat menerima retransmisi kesalahan data dan
mengkombinasi informasi dari transmisi asli dengan transmisi terakhir
sebelum percobaan untuk men-decode pesan.
1.9.1 Arsitektur HSDPA[5]
HSDPA merupakan evolusi dari UMTS sehingga arsitektur
jaringan HSDPA tetap menggunakan arsitektur jaringan UMTS.
Arsitektur HSDPA dijelaskan pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Arsitektur HSDPA[5]
1. Core Network (CN)
Bertanggung jawab untuk mengkoneksikan jaringan
UMTS/HSDPA dengan jaringan luarnya, menyediakan fungsi-fungsi
seperti switching/roating panggilan untuk komunikasi suara, dan
layanan Packet switched untuk koneksi data.
2. UTRAN (UMTS Terrestrial Radio Access Network)
Merupakan bagian dari jaringan UMTS yang terdiri dari satu
atau lebih RNC dan Node B. Semua yang terkait dengan fungsi radio
dikontrol di dalam UTRAN. Sebuah UTRAN terkoneksi dengan
jaringan kabel eksternal ataupun UTRAN lain melalui Core Network.
Elemen yang menyusun UTRAN adalah Radio Network Controller

28
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
(RNC) dan Base Station, yang kemudian dikenal sebagai Node B.
RNC bertanggung jawab pada pengaturan radio resource dari
UTRAN. Kemudian, Node B menyediakan kanal radio fisik antara
UE dan UTRAN. Node B adalah entity terendah dari UTRAN, yang
terhubung ke UE secara langsung.
3. UE (User Equipment)
Sebagai terminal dari UMTS yang berhubungan dengan radio
interface dari UTRAN dan aplikasi user. Satu RNC dapat mengatur
beberapa Node B dan sebaliknya, sebuah Node B hanya dapat
terhubung dengan satu RNC.
1.9.2 Fitur-Fitur HSDPA[9]
Pada HSDPA diperkenalkan beberapa fitur baru yang menjadi
mekanisme dalam mencapai tujuan HSDPA yaitu meningkatkan
throughput dan mengurangi delay. Beberapa fiturnya antara lain :
1. Adaptive Modulation and Coding (AMC)
merupakan teknologi utama pada HSDPA sebagai suatu
bentuk link adaption dimana feedback dari UE digunakan untuk
menentukan skema coding dan modulasi yang akan digunakan
berdasarkan Channel Quality Indocator (CQI). Semakin baik
kualitas channel maka user dapat menggunakan orde modulasi dan
coding rate yang lebih tinggi, namun jika kualitas channel kurang
baik maka user hanya bisa menggunakan orde modulasi dan coding
rate yang lebih rendah. Proses ini dilakukan untuk setiap TTI
dengan tujuan untuk memaksimalkan data rate dari MS dengan
kondisi kanal yang baik. Modulasi pada HS-DSCH dilakukan
secara adaptif dengan pemilihan modulasi QPSK dan 16QAM.
User dengan kondisi kanal yang baik menggunakan modulasi
16QAM dengan tujuan untuk mendapatkan throughput yang tinggi,
sedangkan user dengan kondisi kanal yang kurang baik dapat
menggunakan modulasi QPSK.
2. Hybrid Automatic Repeat Request (ARQ )[5]
Kualitas kanal radio yang dialami user dilaporkan ke node B
dalam bentuk CQI. QCI terdiri dari format modulasi yang akan

29
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
digunakan, besar Transport Block Sizes (TBS) yang dapat
dikirimkan dalam sebuah 1 TTI dan jumlah kode HS_DSCH yang
bisa digunakan paralel. TTI didefinisikan sebagai inter-arrival time
dari transport block sets atau dengan kata lain durasi dari sebuah
transport block HS-DSCH dikirimkan. Pengiriman CCQI bertujuan
agar node B dapat menentukan format transport data yang akan
ditransmisikan ke UE berdasarkan laporan CQI dari UE.
Mode 3GPP menetapkan HARQ yang digunakan untuk
retransmisi karena kemampuannya mengirim kembali dengan
cepat. HARQ diimplementasikan pada layer MAC (Medium Access
Control) untuk pengganti layer RLC (Radio Link Control) yang
banyak digunakan untuk protokol transmisi pada data yang lain.
Lapisan MAC diletakkan pada radio interface yang berhubungan
langsung dengan MS sehingga menurunkan delay.
3. Fast Scheduling[9]
Perubahan dasar yang dilakukan adalah dengan melakukan
penjadwalan pada Node B. Tiga cara penjadwalan yang dipakai
dalam sistem HSDPA yaitu Round Robin (RR), Maximum C/I, dan
Proportional Fair (PF). Penjadwalan RR bekerja berdasarkan
posisi antrian, first in first out. Meskipun paling sederhana dan fair,
kondisi kanal yang dipakai UE tidak dijadikan pertimbangan.
Sebagai konsekuensinya pengguna tetap dijadwal meskipun kondisi
kanal buruk.
Algoritma Maximum C/I menjadwal UE ketika memiliki
nilai SIR tertinggi di antara UE lain di dalam suatu sel. misalkan
seluruh UE memiliki level MCS tertinggi untuk melakukan
transmisi. Hal ini menjdi kurang adil karena menyebabkan hampir
setengah pengguna sel tidak memperoleh pelayanan yang cukup.
Proportional Fair (PF) adalah bentuk kompromi antara RR
dan Maximum C/I. PF bekerja berdasarkan keseimbangan antara
rata-rata SIR yang diperoleh dengan SIR pada waktu tertentu.
Hasilnya setiap pengguna dilayani saat kondisi kanal mendukung.

30
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Lebih fair karena kondisi kanal waktu tertentu pasti lebih baik
daripada rata-ratanya
4. Handover (Fast Cell Selection)
Teknologi HSDPA untuk proses perpindahan kanal
menggunakan teknik hard handover dengan teknologi yang
disebut Fast Cell Selection (FCS). FCS bekerja dengan memantau
level SIR seluruh Node B dalam jangkauan UE kemudian
diarahkan ke Node B yang dapat memberikan SIR lebih tinggi
(power CPICH yang lebih tinggi). Aktivitas downlink hanya dapat
dilakukan dengan satu Node B. Jika ada Node B yang memberikan
level SIR yang lebih tinggi di daerah perpindahan, maka RNC
yang bertanggung jawab melakukan proses handover. Dengan
FCS, maka dilakukan inter Node handover ke Node B yang baru.
Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan delay dalam prosedur
handover.
1.9.3 Modulasi pada teknologi HSDPA[10]
Modulasi yang digunakan pada teknologi HSDPA adalah QPSK
(Quadrature Phase Shift Keying) yang merupakan teknologi
WCDMA, dan juga modulasi orde tinggi 16-QAM (16 Quadrature
Amplitude Modulation ) untuk kondisi sistem radio yang baik.
Keuntungan menggunakan modulasi 16-QAM adalah adanya
pengiriman 4 bit data di setiap simbol radio sehingga dapat
meningkatkan Throughput data. Pada QPSK terdapat 2 bit data
terkirim dan pengiriman berlangsung dalam kondisi sistem radio yang
kurang menguntungkan.
Tergantung pada kondisi kanal radio, adanya perbedaan level
coding kanal FEC (forward error correction) dapat juga dibuat.
Sebagai contoh, kecepatan koding ΒΎ berarti bahwa ΒΎ bit terkirim
merupakan bit user, sisanya ΒΌ bit untuk pemakaian koreksi error.
Proses pemilihan dan updating modulasi dan kecepatan koding
disebut fast link adaptation. Hal tersebut dilakukan melalui koordinasi
penuh dengan proses fast scheduling. Tabel 2.2 menunjukkan
perbedaan kecepatan Throughput sebagai hasil modulasi, kecepatan

31
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
koding dan banyaknya pemakaian kode HS-DSCH. Sebagai catatan
bahwa kecepatan puncak 14,4 Mbps terjadi saat kecepatan coding 4/4,
16 QAM dan pemakaian keseluruhan 15 kode.
Teknik HSDPA yang lain disebut FH-ARQ (Fast Hybrid -
Automatic Repeat Request). βHybridβ berarti menunjukkan adanya
kombinasi transmisi data yang berulang dengan transmisi berorientasi
peningkatan peluang keberhasilan decoding, sedangkan βfastβ berarti
mekanisme error correction dilakukan pada Node-B (beserta
scheduling dan link adaptation), hal yang sebaliknya ada di BSC pada
GPRS/EDGE. Pengaturan dan respon terhadap variasi real-time radio
di Base Station berlawanan dengan proses reduksi delay di Node
jaringan internal hingga akhirnya diperoleh peningkatan Throughput
data keseluruhan.
Tabel 2.2. Kecepatan Throughput HSDPA
Modulasi Coding
Rate
Throughput
dengan
5 Code
Throughput
dengan
10 Code
Throughput
dengan
15 Code
QPSK ΒΌ 600 kbps 1,2 Mbps 1,8 Mbps
2/4 1,2 Mbps 2,4 Mbps 3,6 Mbps
ΒΎ 1,8 Mbps 3,6 Mbps 5,4 Mbps
16 QAM 2/4 2,4 Mbps 4,8 Mbps 7,2 Mbps
ΒΎ 3,6 Mbps 7,2 Mbps 10,7 Mbps
4/4 4,8 Mbps 9,6 Mbps 14,4 Mbps
Sesuai dengan WCDMA Releasseβ99, fitur-fitur yang dihasilkan
akan menaikkan kinerja HSDPA dari 2,5 sampai 3,5 kali. Evolusi
kecepatan data puncak HSDPA selanjutnya dapat diperoleh dengan
teknik antena MIMO (multiple-input multiple-output) sesuai ketentuan
3GPP Releasse '6. Hal ini dapat dilakukan tanpa melalui pergantian
jaringan tetapi dengan dilakukan peningkatan kapasitas infrastruktur
guna mendukung tersedianya bandwidth yang lebih tinggi.

32
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
1.9.4 Kanal Jaringan HSDPA[5]
Untuk mengimplementasikan HSDPA, penambahan kanal pada
platform HSDPA terdiri atas High Speed Download Shared Channel
(HS-DSCH), High Speed Shared Control Channel (HS-SCCH), dan
Uplink High Speed Dedicated Physical Control Channel (HS-
DPCCH).
Gambar 2.5. Model Kanal HSDPA
1. HS-DSCH (High Speed Downlink Shared Channel)
HS-DSCH disediakan sebagai kanal sharing baru untuk
membawa beberapa DCH (Dedicated Transport Channel) dalam
satu frekuensi. HS-DSCH merupakan Transport channel arah
downlink HSDPA yang dapat digunakan untuk mengirim paket
data oleh beberapa user dalam satu cell. Tidak seperti pada
WCDMA yang semua Transport channel-nya berakhir di RNC,
HS-DSCH berakhir di Node B dan dikontrol oleh MAC-hs. HS-
DSCH memiliki Spreading Factor (SF) tetap sebesar 16, berbeda
dengan DSCH pada WCDMA yang memiliki SF Variable.
Transmission Time Interval (TTI) pada HS-DSCH sebesar 2 ms
adalah lebih pendek jika dibandingkan dengan TTI sebesar 10, 20,
40, atau 80 ms yang digunakan pada channel-channel sejenis
sebelumnya.
2. HS-SCCH (High Speed Shared Control Channel)
HS-SCCH digunakan untuk membawa informasi control
yang diperlukan bagi HS-DSCH seperti jumlah channelization
Code, skema modulasi, ukuran Transport block, dan menyediakan
informasi waktu bagi UE sebelum menerima HS-DSCH.

33
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Channelization Code set dan skema modulasi merupakan
parameter kritis karena menunjukkan kode-kode paralel HS-DSCH
yang diminta UE dan jenis modulasi yang dipakai (QPSK atau 16
QAM). Dengan informasi yang dibawa HS-SCCH ini, UE dapat
menggunakan waktu yang tepat untuk menerima HS-DSCH dan
dapat menggunakan kode kode yang benar agar data dapat diterima
dengan sukses.
3. HS-DPCCH (Uplink High Speed Dedicated Physical Control
Channel)
Selain berasosiasi dengan HS-SCCH, HS-DSCH juga
berasosiasi dengan satu dedicated physical control channel pada
arah Uplink, yakni HS-DPCCH. HS-DPCCH bertanggung jawab
dalam proses Uplink yaitu pengiriman ACK (acknowledgement)
dan NACK (negative acknowledgement) untuk memberitahu status
suatu paket data yang diterima serta CQI (Channel Quality
Indicator).
1.9.5 Parameter kerja HSDPA[9]
1. Throughput merupakan jumlah data persatuan waktu yang
dikirim untuk suatu terminal tertentu di dalam sebuah jaringan,
kemudian dari suatu titik jaringan atau suatu titik ke titik
jaringan yang lain. Sistem Throughput atau jumlah Throughput
adalah jumlah rata-rata data yang dikirimkan untuk semua
terminal pada sebuah jaringan.
2. Probabilitas Drop ping atau Packet Loss terjadi ketika adanya
peak load dan congestion (kemacetan transmisi paket akibat
padatnya traffic yang harus dilayani) dalam batas waktu tertentu,
maka frame (gabungan data payload dan header yang
ditransmisikan) suara akan dibuang sebagaimana perlakuan
terhadap frame data lainnya pada jaringan berbasis IP. Packet
loss untuk aplikasi voice dan multimedia dapat ditoleransi
sampai dengan 20%.

34
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
1.9.6 Handover pada jaringan HSDPA[9]
Handover merupakan fasilitas dalam sistem seluler untuk
menjamin adanya kontinuitas komunikasi apabila pelanggan bergerak
dari satu cell ke cell lain. Pergerakan user mengakibatkan perubahan
yang dinamis terhadap kualitas link dan tingkat interferensi dalam
sistem, oleh karena itu dibutuhkan sebuah mekanisme perancangan
handover yang handal yang diharapkan dapat meningkatkan
performansi jaringan.
Proses Handover terjadi karena kualitas atau daya rasio turun di
bawah nilai yang dispesifikasikan dalam BSC. Penurunan level sinyal
ini dideteksi dari pengukuran yang dilakukan MS maupun BTS.
Konsekuensinya handover ditujukan ke sel dengan sinyal lebih besar.
Selain itu, handover dapat terjadi apabila traffic dari sel yang dituju
sudah penuh. Saat MS melewati sel, dialihkan ke βneighbouring cellβ
dengan beban traffic yang lebih kecil. Handover dapat dilakukan
melalui tiga cara yaitu : melalui MS (Mobile initiated) : MS
melakukan pengukuran kualitas, memilih Node B terbaik dan
tersambung ke Node B tersebut di bantu oleh jaringan. Handover ini
biasanya di picu oleh kualitas hubungan yang buruk berdasarkan
pengukuran MS.
HSDPA menggunakan teknik Hard handover dengan teknologi
Fass Cell Selection (FCS). Level FCS bekerja dengan memantau level
SIR seluruh node B dalam jangkauan UE lalu diarahkan pada node B
yang dapat memberikan SIR lebih tinggi (power CPICH yang lebih
tinggi). Aktivitas downlink hanya bisa dilakukan pada satu node B.
jika ada node B yang memberikan level SIR yang lebih tinggi pada
daerah perpindahan seharusnya RNC yang bertanggung jawab
melakukan proses handover. Dengan FCS maka dilakukan internode
handover ke node B yang baru. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
delay dalam prosedur handover.
1.9.7 Quality of Service (QoS) HSDPA[9]
Quality of Service merupakan kemampuan suatu jaringan untuk
menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik data tertentu dalam

35
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
berbagai jenis platform teknologi QoS tidak diperoleh langsung dari
infrastruktur yang ada, melainkan diperoleh dengan
mengimplementasikannya pada jaringan HSDPA. QoS pada HSDPA
adalah parameter-parameter yang menunjukkan kualitas paket data
Jaringan. Aplikasi dari layanan HSDPA ada 2 yaitu aplikasi real time
dan non real time. Untuk aplikasi real time, contohnya video call,
video streaming, VOIP, Video on Demand, tidak dapat mentolerir
delay dan Packet loss.
1.10 JARINGAN KOMUNIKASI[4]
Jaringan-jaringan transmisi digunakan untuk mengoneksikan elemen-
elemen yang berbeda yang terintegrasi dalam semua jaringan.
1. Uu Interface
Terletak diantara User terminal dan jaringan UTRAN. Interface nya
menggunakan teknologi WCDMA.
2. Interface Um
Interface ini menghubungkan antara BTS dengan MS.
3. Interface Iu
Iu merupakan Interface yang menghubungkan Core Network dengan
Access Network UTRAN.
4. Interface Iu-CS
Interface ini, Iu-Cs digunakan ketika jaringan berbasis pada komutasi
paket dan menghubungkan jaringan UTRAN dengan MSC.
5. Interface lu-PS
Interface ini menghubungkan jaringan akses dengan SGSN dari Core
Network.
6. Interface Iu-Bis
Interface ini menghubungkan RNC dengan Node B.
7. Interface A bis
Interface ini menghubungkan BTS dengan BSC.
8. Interface Gb
Interface ini menghubungkan BSC dengan SGSN.

36
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
9. Interface Gs
Interface ini menghubungkan SGSN dengan MSC/VLR.10.
10. Interface Gp
Interface ini menghubungkan SGSN dengan GGSN.
11. Interface Hgrb
Interface ini menghubungkan Auc dengan HLR.
1.11 SCRAMBLING CODES
Pada arah Uplink terdapat dua macam Scrambling Code yaitu long
(gold Code) dan short Scrambling Codes, yang masing-masing berjumlah
224 buah. Scrambling Code ditentukan oleh layer atas. Pada proses
Scrambling, urutan kode dari user yang telah di-Spreading dikalikan dengan
kode pseudorandom. Pada arah downlink, jumlah maksimum dari
Scrambling Code (Gold Code dengan deret sepanjang 38400 chips) adalah
218 β 1, namun tidak semua kode digunakan.
Scrambling Code dibagi menjadi 512 set Primary Scrambling Code
dan 15 Secondary Scrambling Code, sehingga total kode yang digunakan
adalah 8192. Setiap sektor dialokasikan hanya satu primary SC. Sebagai
konsekuensinya jumlah maksimum reuse Scrambling Code adalah 1 : 512.
Kode dibagi ke dalam 64 group yang berbeda dan jika neighbour dari sektor
lain dialokasikan kode dari group kode yang berbeda maka konsumsi power
dari UE akan berkurang, sehingga pada kenyataannya reuse kode akan lebih
kecil dari 1 : 64. Primary CCPCH selalu dikirimkan menggunakan Primary
Scrambling Code sementara physical channel yang lain dapat dikirimkan
dengan salah satu primary ataupun secondary SC digabungkan dengan
primary SC dari sebuah sector[5]
1.12 PENGENALAN TEST MOBILE SISTEM (TEMS)
TEMS adalah peralatan Investigasi dan Maintenance yang digunakan
untuk pengukuran dan pemeriksaan sinyal arah BTS dalam Handphone.
Data dari pengukuran tersebut digunakan untuk menganalisa kualitas
jaringan. Data dari semua pengukuran Drive Test akan disimpan dalam

37
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
bentuk LogFile , dengan tujuan untuk proses analisa setelah proses
pengukuran.
Didalam Log File terdapat 2 file yaitu : Statistics File dan GIMS
(Geographical Information Mobile Surveys). Yang dimaksud statistic file
yaitu dari hasil Drive Test, Log File akan di converts oleh FICS (File and
Information Conveting System ) ke statstics file , yang diantaranya terdapat
parameter untuk Handover, Signal Strength dan Quality Distribution
sedangkan GIMS merupakan file yang digunakan untuk memaparkan
graphical dari hasil Drive Test.[6]
Gambar 2.6 Tampilan TEMS Investigation 11.0.1
Gambar 2.6 merupakan tampilan awal TEMS Investigation 11.0.1.
tampilan awal terdiri dari Menu bar, Toolbars, Navigator, Worksheet dan
Status bar. Terdapat 7 bagian toolbar yaitu File & View toolbar, Equipment
Ctrl toolbar, Connection toolbar, Recording toolbar, Reply toolbar, Report
Generator toolbar dan Route Analysis toolbar. Pada toolbar File and view
terdiri dari new workspace untuk membuat lembar kerja baru. Open
workspace untuk membuka lembar kerja yang sudah pernah dibuat. Save
workspace untuk menyimpan lembar kerja. Print untuk mencetak. Print
Menubar
toolbar
navigator
worksheet

38
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
preview untuk melihat tampilan lembar kerja sebelum di setak. Toogle full
screen untuk menampilkan lembar kerja secara penuh. Pada toolbar
equipment CTRL terdiri dari Identify Equipment, add equipment, Delete
equipment, connect, disconnect, start/stop scanning, scan properties,
disable handover, look on channel, reset, equipment properties. Pada
toolbar connection terdiri dari connect all untuk mengaktifkan semua MS
dan GPS dan disconnect all untuk menonaktifkan semua MS dan GPS
Pada toolbar recording terdiri atas start/stop recording untuk
menjalankan atau menghentikan proses record atau merekam data, insert
filemark, pause resume recording untuk menghentikan sementara proses
record , swap logfiles untuk menyimpan logfile atau memotong logfile
menjadi bagian-bagian kecil. Pada menu replay terdiri atas open/close
logfile untuk membuka logfile dan menutup logfile, rewind logfile, play/stop
logfile untuk menjalankan logfile yang sudah dibuka, step logfile,
fast/forward logfile untuk menjalankan logfile namun tidak ditampilkan,
find in logfile untuk mencari logfile sesuai dengan kebutuhan kita seperti
wattu diambilnya data ataupun MS mana yg digunakan, information
digunakan untuk melihat informasi pengambilan data seperti latitude,
longitude, waktu, dan lain sebagainya. Pada menu report generator terdiri
atas generate report untuk membuat report generate, generate report KPI
untuk membuat report generate KPI.
Tems terdiri atas beberapa jenis yaitu :
1. TEMS Investigation digunakan untuk Drive Test di luar ruangan
(outdoor). Menggunakan GPS (Global Positioning System) sebagai alat
navigasi dan Plotting parameter pada rute Drive Test yang dilalui.
Pengukuran yang dilakukan yaitu pada arah downlink dari BTS ke MS.
Alat pengukur yang digunakan yaitu Handphone
2. TEMS Light digunakan untuk Drive Test di dalam ruangan (indoor).
TEMS Light merupakan versi penyederhanaan dari TEMS Investigation
dengan menghilangkan beberapa fitur, yang bertujuan mengurangi beban
kerja dan konsumsi baterai komputer. Hal tersebut dilakukan karena saat
itu komputer portable/laptop masih mempunyai keterbatasan perangkat
dan baterai. Data logfile yang dihasilkan TEMS Light sama lengkapnya

39
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
dengan yang dihasilkan oleh TEMS Investigation . Plotting parameter
dilakukan secara manual karena GPS tidak dapat menerima sinyal dari
satelit.
3. TEMS Automatic digunakan untuk Drive Test di luar ruangan (outdoor).
TEMS Investigation dan TEMS Light hanya bisa mengukur sisi
downlink saja yaitu dari arah BTS ke MS. Untuk Uplink yaitu dari arah
MS ke BTS, TEMS Investigation dan Light tidak dapat mengukur karena
alat pengukurnya hanya handphone. TEMS Automatic menggunakan
sistem client-server untuk pengukuran Uplink dan downlink. Client-nya
menggunakan MTU (Mobile Test Unit) yang bekerja secara otomatis saat
dinyalakan. Hasil pengukuran di MTU dikirim lewat GPRS ke server.
Server akan menerima data dari MTU dan mengolahnya.
Information Elemen adalah jendela yang akan menunjukan informasi-
informasi yang digunakan untuk analisa logfile lebih lanjut. Beberapa
jendela information elemen yang sering digunakan pada WCDMA drive
Test.
a. WCDMA Serving/Active set + Neighbors menunjukan informasi seperti
cell name, scrambing code, cell ID, UARFCN DL, CPICH Ec/No, dan
CPICH RSCP untuk active set/serving cell (AS), monitored Neighbours
(NM), dan juga Detected Neighbours (DN). Untuk mengetahui frekuensi
yang beroperasi pada saat drivetest dari parameter WCDMA
Seving/Active set+Neighbors adalah dengan melihat nilai UARFCN DL
x 0,2. Pada gambar 2.7 nilai UARFCN DL adalah10613x0,2 = 2122,6
Mhz. berarti Node B yang sedang mencover lokasi tersebut beroperasi
pada frekuensi 2122,6 Mhz .Pada Tabel 2.3 menunjukan penjelasan dari
parameter type pada WCDMA serving/Active Set + Neighbors.
Gambar 2.7 Tampilan WCDMA Serving Neighbors

40
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Tabel 2.3 parameter type pada WCDMA serving/Active Set +
Neighbors
Type
SC Serving Cell ( mode Idle )
AS Active Set ( mode Dedicated )
MN Monitoring Neighbour (cell tetangga target handover)
DN Detected Neighbour (neighbor yang belum di create untuk
handover)
b. Radio Parameter menunjukan informasi kondisi radio saat ini seperti Tx
Power, UTRA Carrier RSSI, RRC State, Mode dan time.
Gambar 2.8 Tampilan Radio Parameter
c. WCDMA Line Chart menunjukan informasi yang berhubungan dengan
CPICH RSCP, CPICH Ec/No dan direpresentasikan dalam bentuk grafik.
Gambar 2.9 Tampilan WCDMA Line Chart

41
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
1.12.1 Command Sequence[5]
Command Sequence adalah sebuah setingan otomatis
dimana TEMS dapat melakukan panggilan MOC (Mobile
Originating Call) secara otomatis dan waktunya dapat disesuaikan.
Gambar 2.10 Tampilan Command sequence
Pada gambar 2.10 merupakan jendela command sequence.
Ada beberapa menu yang dapat digunakan. Menu new untuk
membuka lembar command baru, menu open untuk membuka
command yang sudah di simpan, menu save untuk menyimpan
command yang telah dibuat. Menu edit untuk menulis command
yang akan dibuat. Menu run untuk menjalankan command. Menu
stop untuk menghentikan proses running.
1.13 DRIVE TEST MENGGUNAKAN TEST MOBILE SISTEM (TEMS)[3]
Drive Test merupakan proses pengukuran system komunikasi bergerak
pada sisi gelombang radio udara yaitu dari arah Node B ke UE atau
sebaliknya, dengan menggunakan ponsel yang didesign secara khusus untuk
pengukuran.
Drive Test bertujuan untuk mengukur kualitas sinyal dan memperbaiki
segala masalah yang berhubungan dengan sinyal, informasi yang
ditampilkan pada Mode ini didapat dari perangkat TEMS secara langsung
saat dilakukan Drive Test. Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
drivetest antara lain :

42
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
1. Handphone yang support dengan TEMS. Dalam tugas akhir ini
menggunakan Sony Ericcson K800, dan Sim Card yang digunakan
berasal dari operator Telkomsel dan Indosat.
2. GPS (Global Positioning System) digunakan untuk menunjukan
keberadaan user berdasarkan pantauan satelit.
3. Laptop yang sudah ter install Software TEMS.
4. Modem digunakan untuk mengambil data throughput download dan
upload.
Secara umum tujuan drivetest adalah untuk mengumpulkan informasi
jaringan radio secara real di lapangan. Informasi yang diperoleh dapat
digunakan untuk tujuan-tujuan lainnya, diantaranya adalah :
1. Mengetahui cakupan sebenarnya di lapangan agar sesuai dengan cakupan
prediksi pada saat planning,
2. Mengetahui parameter jaringan di lapangan agar sesuai dengan parameter
planning,
3. Mengetahui kualitas dari throughput pada jaringan tersebut,
4. Mengetahui adanya interferensi dari sel-sel tetangga,
5. Mencari RF issue berkaitan dengan adanya drop call atau blocked call,
6. Mengetahui adanya poor coverage,
7. Mengetahui performansi jaringan competitor (benchmarking)
Terdapat dua macam mode yang digunakan dalam pengambilan data
dengan metode drive test, yaitu :
1. Idle Mode
Idle mode adalah kondisi dimana UE sedang tidak melakukan
aktivitas apapun. Mode Idle digunakan untuk mengetahui kemampuan
dari suatu site untuk mencapai pengguna atau biasa disebut kuat sinyal
atau level sinyal. Parameter yang diamati adalah Received Signal Code
Power (RSCP).
2. Dedicated Mode
Penggunaan mode ini bertujuan untuk mengambil data kualitas sinyal
pada sisi penerima. MS melakukan aktivitas layanan yang akan diuji
dalam hal ini MS melakukan layanan panggilan suara. Parameter yang
diamati adalah Ec/No.

43
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Terdapat 2 jenis pengukuran voice dalam drivetest, yaitu : Short call
yaitu panggilan singkat dengan durasi maksimal 60 detik. Short call
digunakan untuk mengambil parameter Ec/No. Long call merupakan
panggilan tanpa batas secara continue tanpa and call. Long call digunakan
untuk mengetahui banyaknya drop call sepanjang rute yang telah ditentukan
Parameter yang dapat diamati dalam Drive Test antara lain :
a. CPICH Ec/No : Common Pilot Channel Energy Chip per Noise (dBm)
CPICH Ec/No adalah Ratio perbandingan antara energy yang
dihasilkan dari sinyal pilot dengan total energy yang diterima. Ec/No
juga menunjukan level daya minimum (threshold) dimana MS masih
bisa melakukan panggilan. Biasanya nilai Ec/No menentukan kapan MS
harus melakukan handover. Nilai Ec/no sama dengan SNR atau
Perbandingan (rasio) antara kekuatan sinyal (signal strength) atau energi
setiap chip sinyal informasi dengan sinyal interferensi kekuatan derau
(noise level) yang menyertainya. Pada intinya adalah perbandingan
antara kuat sinyal yang dikehendaki terhadap kuat sinyal yang tidak
dikehendaki. Semakin besar nilai Ec/No maka semakin memberikan
performansi yang lebih baik. Namun jika hasil dari Ec/No memiliki nilai
yang kecil yang termasuk dalam kategori bad quality (< 15dB) maka
ditemukan banyaknya noise yang menggangu kinerja jaringan.
b. CPICH RSCP: Common Pilot Channel Reseived Signal Code Power
(dBm)
CPICH RSCP adalah kuat sinyal yang diterima dan menyatakan
besarnya data pada satu Code yang diterima oleh UE (User Equipment)
yang merupakan salah satu parameter yang menentukan nilai Ec/No.
nilai CPICH RSCP merupakan suatu nilai yang menunjukan level
kekuatan sinyal. RSCP juga dapat menjelaskan besarnya daya yang
diterima oleh user dari Node B. RSCP merupakan salah satu parameter
yang menentukan nilai Ec/No. Jika semakin banyak user maka daya
yang diterima oleh UE akan semakin sedikit atau berkurang dan akan
membuat jangkauan menjadi lebih sempit. Pada Jaringan WCDMA atau
HSDPA, RSCP merupakan parameter yang digunakan sebagai indikasi

44
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
kekuatan sinyal, sebagai kriteria handover, pada kontrol daya downlink
dan untuk menghitung besarnya rugi-rugi lintasan (path loss).
Banyaknya Node B akan mempengaruhi kuat sinyal yang diterima
oleh UE, dikarenakan setiap Node B tidak akan terbebani oleh
banyaknya trafik yang melayani banyaknya pengguna. Jika suatu daerah
memiliki sinyal yang buruk maka bisa disimpulkan jumlah Node B yang
mengcover area tersebut sedikit sehingga performanya tidak maksimal
dan tidak mampu melayani pelanggan dengan baik.
Pada tabel 2.4 menunjukan rentang nilai parameter RSCP dan
Ec/No untuk Operator Telkomsel dan Indosat
Tabel 2.4 Standar parameter Nilai RSCP dan Ec/No pada Operator
Telkomsel dan Indosat
No Parameter Level Kualitas Warna Kategori
1. RSCP (dBm) -92 to 0 Baik
-102 to -92 Cukup
-125 to -92 Buruk
2. Ec/No -9 to 0 Baik
-12 to -9 Cukup
-25 to -12 Buruk
Hasil dari pengumpulan datadrive test dapat dianalisa untuk
menentukan kualitas suatu jaringan yang telah diuji. Penentuan nilai
kualitas jaringan tersebut dapat dilihat jika logfile di plotting ke
softwere post processing seperti MapInfo. Perhitungan persentasi nilai
yang di dapat berdasarkan dari pengambilan data digunakan persamaan:
ππππππ πππππ π ππΆπ ππ‘ππ’ πΈπ/ππ
π½π’πππβ ππππππ πΎππ πππ’ππ’βππ π₯ 100 % β¦ β¦ β¦ β¦ β¦ β¦ β¦ β¦ β¦ (2.1)
Dimana:
- Sampel nilai RSCP atau Ec/No merupakan hasil pengukuran yang
muncul berupa daya kuat sinyal yang diterima oleh UE yang diatur
dalam rentang nilai-nilai yang ditetapkan sepanjang jalur drive test.

45
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
- Total sampel merupakan jumlah nilai-nilai daya terima yang yang
muncul dalam rentang yang sudah ditetapkan.
Parameter yang dapat dihitung dari persamaan 2.1 yaitu sampel
RSCP dan Ec/No. Hasil dari persentase tersebut akan menentukan
kualitas yang ditentukan oleh target dari Key Performance Indicator
(KPI) dari operator.
c. Troughput Maksimum Kecepatan Transfer Data
Kecepatan data diamati pada data session baik untuk File Transfer
Protocol Service ataupun HTTP service untuk melihat sisi test yang
dilakukan saat melakukan upload atau download file ke server dan
nilai maksimum dari kedua test tersebut.
Throughput adalah laju rata-rata dari paket data (download dan
upload) yang berhasil dikirimkan melalui kanal komunikasi.
Throughput dapat juga dikatakan jumlah paket data yang diterima setiap
detik. Besarnya nilai throughput dapat dipengaruhi oleh banyaknya user
yang menggunakan akses internet serta jangkauan Node B yang
memberikan daya pancaran sinyal serta kualitas sinyal. Semakin
besarnya daya pancaran sinyal dan kualitas sinyal maka nilai throughput
atau waktu untuk mengakses data semakin besar.
Tabel 2.5 Standar parameter Throughput download dan Upload pada
Telkomsel dan Indosat
Level Kualitas (Kbps ) Warna Katagori
1512 to 11.000 Istimewa
512 to 1512 Sangat baik
256 to 512 Baik
128 to 256 Cukup
64 to 128 Buruk
0 to 64 Sangat Buruk
Untuk mengetahui persentase dari nilai throughput download dan
upload dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
ππππππ πππππ π‘βπππ’πβππ’π‘ πππ€πππππ/ π’πππππ
π½π’πππβ ππππππ πΎππ πππ’ππ’βππ π₯ 100 % β¦ β¦ β¦ (2.2)

46
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
Dimana :
- Sampel nilai throughput merupakan hasil pengukuran berupa nilai
kecepatan akses internet yang ditempuh terhadap waktu dalam
bentuk yang terekam sepanjang jalur yang diatur dalam rentang nilai.
- Total sampel merupakan jumlah seluruh rentang nilai kecepatan
akses internet yang ditempuh terhadap waktu yang muncul dalam
rentang nilai yang sudah ditetapkan.
Pada persamaan (2.2) digunakan untuk menghitung parameter
Throughput download atau upload. Hasil dari persentase akan
digunakan untuk menentukan kualitas yang ditentukan oleh target Key
Performance Indicator (KPI) dari operator.
1.14 PENGENALAN MAP INFO
MapInfo merupakan software yang digunakan untuk memplotting
hasil dari drivetest setelah di eksport. Proses selanjutnya dari hasil Drive
Test (DT) ini yaitu berupa log file. Log file kemudian akan di eksport
dengan Tems Investigation 11.0.1 agar dapat dibaca oleh mapinfo 8.5 untuk
plotting sehingga didapat hasil dari sampel.
Gambar 2.11 Tampilan Awal Map Info 8.5
menubar toolbar
worksheet

47
Laporan Tugas Akhir BAB II
STT Telematika Telkom D312063
MapInfo adalah Software pengolahan data spesial yang banyak
digunakan dalam analisis Sistem Informasi Geografis, operator dapat
membuat, menampilkan, serta mengadakan perubahan terhadap data special
atau peta. Selain itu juga berfungsi untuk mem-plot hasil data di lapangan
agar terlihat kualitas dan coverage jaringan. Untuk melihat coverage sinyal,
dapat dilakukan dengan metode Drive Test pada kondisi Idle Mode,
dedicated Mode, Idle lock karena pada saat proses tersebut dapat terlihat
seberapa jauh dan seberapa baik Base Transceiver Station (BTS) dapat
meng-cover Mobile Station.[6]
Menu yang ada pada softwere MapInfo yaitu file, edit, tools, Object,
query,Table, Option, Map, Window, Help. Tool Bar yang ada pada MapInfo
antara lain new table, open, Open workspace, save table, save workspace,
save windows, print window, cut, copy, paste, undo, new browser, new
mapper, new grapher, new layout, new redistricer, Help.
