BAB II DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA …repository.iainpekalongan.ac.id/1137/9/12. BAB...
Transcript of BAB II DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA …repository.iainpekalongan.ac.id/1137/9/12. BAB...
18
BAB II
TAMAN PENDIDIKAN AL QUR’AN
DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Taman Pendidikan Al Qur’an
1. Pengertian Taman Pendidikan Al Qur’an
Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) berdasarkan kurikulum
TPQ Yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Jawa Tengah, bahwa
TPQ adalah tempat belajar anak melakukan aktivitas atau kegiatan
dalam hal keagamaan, khususnya agama islam. Wawasan ke depan
lembaga TPQ tercermin dari moto lembaga tersebut, yaitu menyiapkan
generasi Qur’ani dan menyongsong masa depan yang gemilang.1
TPQ merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar diluar
sekolah yang pesertanya adalah yang berfungsi sebagai pengajaran
dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam agama islam, oleh sebab itu
bersifat alamiah. Untuk pendidikan ini bukanlah sekolah maupun
madrasah karena berpijak pada filosofi taman yang mengacu pada
prinsip rapi, indah, nyaman dan menyenangkan bagi anak-anak.2
Pada taman pendidikan al qur’an ini akan diajarkan bagaimana
cara menulis dan membaca huruf al qur’an, dengan melihat bakat anak,
jika anak mempunyai daya hafal yang kuat, guru akan menuntunnya
1 Departemen Agama Jawa Tengah, Kurikulum Pendidikan TPQ, 2004, hlm. 5.
2 Ibid,.
19
dengan menghafal ayat-ayat pada surah yang pendek-pendek, begitu
pula doa-doa yang akan dipakai sehari-hari.3
2. Keberadaan TPQ
Keberadaan TPQ berdasarkan pada :
a. Al Qur’an
Allah telah berfirman di dalam surat An-Nahl ayat 89 :
… …
Artinya : “… kami turunkan kepadamu Al – Kitab (Al Qur’an)
untuk menjelaskan sesuatu …”. (AN-Nahl : 89)
ayat tersebut menjelaskan bahwa kewajiban umat islam
adalah menaruh perhatian terhadap Al Qur’an baik dengan cara
membacanya, menghafalnya, maupun menafsirkan.4
Di dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman :
…
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman periharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka …”. (At-Tahrim : 6)5
usaha menjaga diri dan keluarga dari siksaan api neraka
adalah dengan pendidikan dan pengajaran yang baik serta
3 Murynis dan Romli, Pendidika Luar Sekolah, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 37.
4 Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma’arif, Teknik Menghafal Al qur’an,
(Bandung : Sinar Baru, 1991), hlm. xiii.
5 Departemen Pendidikan Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : CV. Samara
Mandiri, 1999), hlm. 437.
20
membiasakan mereka berkelakuan baik, berakhlakul mulia,
membimbing dan menunjukan mereka pada hal-hal yang dapat
memberikan manfaat yaitu dengan mengajarkan Al Qur’an sejak
dini.
b. Pendapat Ulama’
Dalam “muqodimah Ibnu Khaldun sebagaimana di kutip
oleh Abdul Kholik dijelaskan pentingnya mengajarkan dan
menghafal Al Qur’an kepada anak – anak. Ia menjelaskan bahwa
pengajaran Al Qur’an itu merupakan fondasi pengajaran bagi
seluruh kurikulum, sebab Al Qur’an merupakan salah satu “Syi’ar
Ad-Din” yang menguatkan aqidah dan mengokohkan keimanan.6
Dalam “As-Shiyasah”, Ibnu Sina sebagaimana di kutip oleh
Abdul Kholik dijelaskan agar kita mulai mengajar anak dengan
pengajaran Al qur’an. Segenap potensi anak, baik jasmani maupun
akalnya, hendaknya dicurahkan untuk menerima pelajaran ini agar
anak mendapat bahasa asli dan agar aqidah bisa mengalir dan
tertanam kokoh dalam kalbunya.7
c. Aturan Perundangan di Indonesia
Pancasila sebagai dasar falsafah negara, sila pertamanya
adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Agar “Ketuhanan Yang
Maha Esa” tetap kokoh keberadaannya di indonesia, mutlak
6 Abdul Kholiq, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 1.
7 Ibid,.
21
diperlukan adanya “Pendidikan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Itulah
pendidikan agama.
Dalam keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Agama RI Nomor 128 Tahun 1982/44 A Tahun 1982
tentang “Usaha peningkatan, penghayatan dan pengalaman Al
Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dapat disimpulkan bahwa
usaha peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an ini disamping
menjadi program umat islam, juga menjadi program pemerintah,
agar program ini dapat terealisir dengan baik, maka perlu
ditumbuhkan lembaga-lembaga pengajaran baca tulis Al Qur’an
sebagaimana yang dikehendaki pula oleh Instruksi Menteri Agama
Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kemampuan Baca Tulis Al Qur’an.
Jadi berdasarkan petunjuk al qur’an, al hadist, maqalah
ulama dan peraturan perundang-undangan di indonesia keberadaan
TPQ mendapat pondasi yang kokoh.8
3. Kurikulum TPQ
Dalam pengertian yang sempit, kurikulum merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Pengertian ini menggarisbawahi adanya 4
8 As’ad Humam dkk, Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan Membaca
Menulis Al Qur’an (M3A), (Yogyakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran
BTA LPTQ Nasional, 1995), hlm. 7.
22
komponen pokok dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/bahan, organisasi,
dan strategi.9
Dalam pengertian yang luas, kurikulum merupakan segala
kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan
kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (institusional,
kurikuler, dan instruksional). Pengertian ini menggambarkan segala
bentuk aktivitas sekolah sekiranya mempunyai efek bagi
pengembangan peserta didik, adalah termasuk kurikulum, dan bukan
terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja.10
Dalam UU Kurikulum Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun
2003 Bab 1 ayat 19 dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat
terencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran dan
tata cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.11
4. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan suatu yang disajikan guru
untuk diolah dan kemudian dipahami seolah siswa, dalam rangka
pencapaian tujuan-tujan intruksional yang telah ditetapkan. Dengan
kata lain, materi pelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen
yang penting, artinya untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran materi
9 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: PSAPM, 2003), hlm.
182.
10 Ibid,. hlm. 183.
11 UU Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Pendidikan Nasional (Yogyakarta : Media
Wacana Press), 2003, hlm. 11.
23
pelajaran terdiri dari fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum / aturan,
dan sebagainya, yang terkandung dalam mata pelajaran.12
Adapun materi yang diajarkan di Taman Pendidikan Al qur’an
yaitu :
a. Membaca qiro’ati jilid 1-6, ghorib dan al qur’an serta tajwid.
b. Fiqih, tuntunan sholat lengkap dan wudhu.
c. Tauhid, imam kepad allah dan iman kepada malaikat-malaikat
allah.
d. Hafalan al qur’an (surat-surat pendek).
e. Hafalan do’a-do’a harian.
f. Kisah-kisah rasul/ nabi. 13
5. Waktu pembelajaran di TPQ
Sebagaimana diketahui, bahwa waktu belajar anak di TKA/
TPQ hanya sekitar 60 s.d 75 menit. ¼ dari waktu itu untuk pembukaan
(klasikal I), 4/6-nya untuk kegiatan privat, dan 1/6 lagi untuk klasikal
II dan penutup. Sedangkan materinya mencakup belajar membaca al-
qur’an dan praktek shalat sebagai materi pokok dan materi
penunjangnya adalah belajar menulis huruf al-qur’an, hafalan surat-
surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan, hafalan do’a-do’a sehari-hari,
akhlak, aqidah, dan lagu-lagu islami dan rekreasi.14
12
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), Cet. 1, hlm. 100.
13 Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al Qur’an, Pedoman Penyelenggaraan Taman
Pendidikan Al Qur’an, (Pekalongan: Badko Kota Pekalongan).
14 Muhaimin, Op.Cit,. hlm. 295.
24
6. Metode pengajaran TPQ
Kegiatan belajar mengajar yang menghasilkan interaksi unsur-
unsur manusiawi adalah suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah
tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah
satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk
mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru
akan mampu menjadi tujuan pengajaran.15
Metode pengajaran adalah cara penyampaian bahan pengajaran
dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian metode pengajaran
adalah suatu cara yang dipilih dan dilakukan guru ketika berinteraksi
dengan anak didiknya dalam upaya menyampaikan bahan pengajaran
tertentu (pokok bahasan / sub pokok bahasan) agar bahan pengajaran
tersebut mudah dicerna, sesuai target pembelajaran yang ditargetkan.
Beberapa metode yang diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar di TPQ adalah sebagai berikut :
a. Metode ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan
pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung
kepada sekelompok siswa.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini
sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain
15
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2002), Cet. 2, hlm. 82-85.
25
disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya
factor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa.16
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan
pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak
didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangkan
ketrampilan mengamati, menginterprestasi, mengklasifikasikan,
membuat kesimpulan, menerapkan dan mengkomunikasikan.
Penggunaan metode Tanya jawab bermaksud memotivasi
anak didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar, atau
guru yang bertanya (mengajukan pertanyaan) dan anak didik
menjawabnya.
c. Metode demontrasi
Metode demontrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Dengan metode demontrasi, proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa
dapat mengamati dan memperhatikan apa yang dilihatkan selama
pelajaran berlangsung.
16
Wina Sanjaya, strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 3, hlm. 147.
26
d. Metode drill / latihan
Metode latihan yaitu suatu cara belajar untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana memelihara
kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu metode ini dapat
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketetapan,
kesempatan dan ketrampilan.17
e. Metode tugas dan resitasi
Metode resitasti (penugasan) adalah metode penyajian
bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh
siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, dan
laboratium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau
dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah
(PR), Tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas biasanya bias
dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat
lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar,
baik secara individual maupun secara kelompok.18
7. Evaluasi (Penilaian)
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai daripada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut
17
Zaenal Mustakin, Strategi dan Metode Pembelajaran, (STAIN Pekalongan Press,
2009), Cet. 1, hlm. 122-124.
18 Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Op.Cit,. hlm. 96.
27
maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia
pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan.19
Adapun alat ukur evaluasi pada garis besarnya menggunakan dua
cara yaitu dengan non tes dan tes.
a. Teknik non tes
Ada beberapa teknik non tes yaitu :
1) Wawancara (interview)
Wawancara atau interviu (interview) adalah suatu cara yang
digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan
jalan tanya jawab sepihak.
2) Pengamatan (observasi)
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu
teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti serta pencatatan secara sistematis.
3) Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang
selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat
hidup, maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan
tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai.20
19
Wayan Nurkanca dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usana Offset
Printing, 1982), hlm, 1.
20 Ibid., hlm. 32-34.
28
b. Teknik tes
Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika
dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi
karena penuh dengan batasan-batasan.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa maka
dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu :
1) Tes formatif
Dari kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif
maka evaluasi formatif dimkasudkan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program
tertentu. Tes formatif juga disebut tes pembinaan, diselenggarakan
pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar diselenggarakan
secara periodik, isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah
diajarkan.21
2) Tes sumatif
Tes ini disebut juga tes akhir semester atau evaluasi belajar
tahap akhir (EBTA). Tes ini bertujuan mengukur keberhasilan
belajar peserta didik secara menyeluruh, materi yang diujikan
seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran dalam satu program
tahunan atau semesteran, masing-masing pokok bahasan terwakili
dalam butir-butir soal yang diujikan.
21
Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), Cet.
2, hlm. 47-48.
29
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua suku kata yaitu kata “prestasi”
dan kata “belajar”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan
dan sebagainya).22
Sedangkan belajar adalah berusaha supaya mendapat
suatu kepandaian.
Dari pengertian prestasi dan belajar diatas, para ahli berbeda
pendapat di dalam mengemukakan rumusan tentang prestasi belajar,
yaitu :
a. W.S Winkel, mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan
pernyataan hasil belajar yang diwujudkan dalam bentuk lain, yang
menyatakan taraf prestasi belajar yang telah dicapai siswa.23
b. Muctar Bukhori, mengemukakan prestasi belajar sebagai
pencapaian yang diperoleh anak didik dalam kegiatan belajar
terhadap materi pelajaran, memiliki manfaat kegiatan sebagai
cerminan atas tindakan belajar yang telah dilakukan dalam suatu
periode tertentu terhadap pelajaran.24
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :
Balai Pustaka, 2001), hlm. 76.
23 W.S Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia 1989),
hlm. 45.
24 Muctar Bukhori, Teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Bandung: Jemars, Cet II, 2000).
hlm. 178.
30
c. Anas Sudijono, mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah
pencapaian siswa terhadap materi yang mereka terima dalam
proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.25
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses
pendidikan selama periode tertentu.
2. Macam-macam prestasi belajar
Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa secara garis besar
prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu :
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah perubahan-perubahan dalam segi
penguasaan pengetahuan dan perkembangan kemampuan yang
diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, dalam ranah
kognitif ini meliputi beberapa aspek hasil belajar yaitu
pengetahuan komprehensif, aplikasi, analisis dan sintesis.
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah perubahan-perubahan dalam segi
sikap, mental, perasaan dan kesadaran. dalam ranah afektif ini
meliputi beberapa aspek hasil belajar yaitu penerimaan, pemberian
respon, penilaian, pengorganisasian nilai dan karakteristik dengan
sautu nilai.26
25
Anas Sudijono, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: UD. Rana, 1992), hlm. 30.
26 Zakiyah Darajat, et al., Op. Cit,, hlm. 197-205
31
c. Ranah psikomotorik
Menurut Nana Sudjana, ranah psikomotorik adalah
perubahan-perubahan yang berkenaan dengan ketrampilan dan
kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar
tertentu. Dalam ranah ini meliputi beberapa aspek yaitu gerakan
refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan ekspresif
serta interpretatif.27
Dari macam prestasi belajar yang telah dijelaskan di atas
penting diketahui oleh guru dalam rangka merumuskan tujuan
pengajaran dan menyusun alat-lat penilaian baik melalui tes maupun
non tes.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Suharsimi Arikunto, secara garis besar faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan atas dua jenis
yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, disebut
sebagai faktor internal. Selain itu, juga dipengaruhi oleh faktor yang
bersumber dari luar manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor
eksternal.28
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah sebagai berikut :
27
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rosdakarya,
1998), hlm. 30-31
28 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manuskrip, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1993), hlm. 21.
32
a. Faktor dari dalam diri siswa (internal)
1) Faktor jasmani/kondisi tubuh
Kekebalan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang
memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif.
Seorang murid yang biasanya sering mengalami kesulitan
dalam belajar tidak bisa berkonsentrasi pada pelajarannya yang
akhirnya mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan demikian
kondisi fisik perlu sehat untuk bisa berkonsentrasi dalam
belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan.29
2) Faktor psikologis, dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat,
minat motivasi, konsentrasi, ambisi dan tekad.
a) Intelegensi
Intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan
yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang
berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.30
Dalam buku prinsip-prinsip dan teknik evaluasi
pengajaran karya Ngalim Purwanto, William Stern
mengemukakan batasan bahwa intelegensi adalah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan
29
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung :
Remaja Karya, 1998), hlm 54.
30 Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 52.
33
baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai
dengan tujuannya.31
b) Perhatian
Menurut Al-Ghozali dalam Slameto bahwa
perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa
itupun bertujuan semata-mata kepada sesuatu benda atau
hal atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang
lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak
menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan,
sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar
dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan
hobi dan bakatnya.32
c) Bakat
Bakat adalah potensi atau kemampuan apabila
diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar
akan menjadi kecakapan yang nyata. Secara umum bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.33
Bakat dapat dipengaruhi tinggi rendahnya prestasi
belajar bidang-bidang studi tertentu, setiap murid
31
Ibid, hlm. 53.
32 Ibid, hlm. 55.
33 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1995), hlm. 213.
34
mempunyai bakat yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Apabila bakat itu disalurkan, maka tidaklah mustahil
ia akan mencapai prestasi yang tinggi, dalam hal ini orang
tua harus pandai-pandai dalam menyalurkan bakat anak ke
sekolah yang sesuai dengan bakat mereka. Tetapi tidak
jarang orang tua menyekolahkan anak mereka ke jalur yang
tidak sesuai hanya karena keinginan membantu anak
berprestasi sebaik mungkin.34
d) Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana
bahwa minat adalah menyangkut aktivitas-aktivitas yang
dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang
gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai
pengetahuan dan teknologi.35
Dengan demikian, wawasan
akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi
peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang
seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan
sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.
34
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 1999), hlm. 227.
35 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (jakarta: Rineka Cipta,
2003), hlm. 136.
35
e) Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
individu, yang menyebabkan individu bertindak atau
berbuat. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan
yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya.36
Dalam belajar hendaknya peserta didik mempunyai
motivasi belajar yang kuat, hal ini akan memperbesar
kegaiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang
tinggi. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar
atau internal dan intensif di luar diri individu atau hadiah
sebagai suatu masalah di dalam kelas. Motivasi adalah
proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol
minat-minat para peserta didik.
f) Konsentrasi
Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak
diperlukan, kurang konsentrasi merupakan keluhan yang
paling umum dikalangan peserta didik di dalam belajar.
Apakah itu di dalam kelas ataupun dirumah. Diperlukan
konsentrasi yang tinggi. Jika dalam mengikuti pelajaran,
36
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (jakarta: bumi aksara. 2008),
hlm. 3.
36
pikiran kita melayang kemana-mana maka besar
kemungkinan kita tidak dapat menangkap materi pelajaran
yang diberikan oleh guru.
g) Ambisi dan tekad
Ambisi merupakan tenaga yang sangat besar
potensinya. Ambisi dan tekad ini sangat erat
berhubungannya dengan motivasi. Ambisi perlu memiliki
kalau kita ingin sukses. Tekad sedikit mirip dengan ambisi.
Tekad melicinkan ambisi mencapai sukses. Menurut Walter
Paule ada 3 resep mujarab untuk sukses diantaranya :
intelegensi, kemauan kerja, konstruktif dan tekad.37
Ambisi dan tekad untuk sukses merupakan faktor
yang sangat menentukan prestasi belajar. Ambisi yang kuat
namun tidak berlebihan dapat meningkatkan keyakinan diri.
Keyakinan diri ini akan melicinkan jalam mencapai sukses.
b. Faktor yang berasal dari luar (faktor eksternal)
1) Lingkungan
a) Lingkungan alam
Keadaan alam di sekitar tempat belajar sangat
mempengaruhi hasil belajar murid-murid. Keadaan alam
yang tenang, sejuk membuat murid merasa nyaman untuk
belajar, ia tidak terganggu dengan hawa yang panas, udara
37
Hasbullah Thorony, Pustaka Sukses Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1993), hlm. 35.
37
yang pengap dan lain-lain, sehingga memungkinkan hasil
belajarnya akan lebih tinggi.
b) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial dapat berpengaruh besar terhadap
peserta didik, pengaruh lingkungan dapat berdampak positif
dengan negatif, itu tergantung mana yang kuat.38
Dari lingkungan keluarga, jika keadaan keluarga
kurang harmonis, orang tua atau kakak-kakak kurang
perhatian terhadap prestasi belajar peserta didik dan
keadaan ekonomi yang parah sekali bisa menyebabkan
prestasi peserta didik kurang baik.
Lingkungan masyarakat dan teman juga tidak kalah
besar pengaruhnya, kalau peserta didik bergaul dengan
orang pandai, dia bisa ikut pandai, tetapi kalau ia bergaul
dengan teman-teman yang bermain tanpa mengenal waktu
sekolah maka prestasi belajarnya akan terganggu.
2) Faktor instrumental
a) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran sangat mempengaruhi prestasi
peserta didik. Jika bahan pelajaran adalah sesuatu yang sulit
bagi peserta didik, maka peserta didik akan enggan untuk
mempelajarinya, peserta didik tersebut akan lambat dalam
38
Ngalim Purwanto, Op.Cit,. hlm. 55.
38
belajar mengenai mata pelajaran itu, makin sulit sesuatu
bahan pelajaran, maka makin lambatlah orang
mempelajarinya. Sebaliknya semakin mudah bahan
pelajaran, maka makin cepatlah orang dalam
mempelajarinya.39
b) Guru/ pengajar
Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh guru di
sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para peserta
didik agar mereka menjadi peserta didik atau anak didik
yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru harus
bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar peserta didik
melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor
yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan
karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di
samping menguasai materi yang diajarkan.
c) Sarana dan fasilitas
Sarana dan fasiltas yang dibutuhkan di dalam
belajar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi peserta didik. Jika sudah terpenuhi sarana
belajarnya, terpenuhi bisa mencapai prestasi yang baik,
kadang justru ada peserta didik yang keadaan ekonominya
terbatas, sehingga ia menggunakan sarana seadanya, akan
39
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hlm. 61.
39
tetapi tetap giat belajar, jadi tidaklah sulit untuk mencapai
prestasi yang baik.
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Abdul Majid dan Dian Andani dalam bukunya yang berjudul
Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi mengatakan bahwa
:”Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.40
Zakiah Daradjat, dkk dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Pendidikan mengatakan bahwa: Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan melalui ajaran-ajaran agama islam yaitu berupa bimbingan
dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun diakhirat
kelak.41
Ahmad Tafsir dalam bukunya yang berjudul Ilmu dalam
Perspektif Islam mengatakan bahwa : “Pendidikan Agama Islam
40
Abdul Majib dan Dian Andani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi :
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2004), hlm. 48.
41 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1996), hlm. 86.
40
adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang
agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam”.42
Ahmad D. Marimba dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Pendidikan Islam mengatakan bahwa : Pendidikan Agama Islam
adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama
islam menuju kepada terbentuknya kepribadia utama menurut ukuran-
ukuran islam. Denga pengertian yang lain sering kali beliau
mengatakan kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama islam,
memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai islam,
dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai islam.43
“Menurut M. Arifin dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Pendidikan Islam suatu tinjaua teoritis dan praktis berdasarkan
interdisipliner mengatakan bahwa hakikat : “hakikat pendidikan agama
islam adalah orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah
(dasar manusia) anak didik melalui ajaran islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya.44
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
adanya persamaan secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang
42
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994),
hlm. 32.
43 Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), hlm. 23.
44 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm. 152.
41
dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki
kepribadian muslim yang sejati.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al Toumy Al-Syaibani
dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam mengatakan
bahwa : Tujuan pendidikan agama islam adalah perubahan yang
diingini yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha
pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dari
kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam
sekitar dimana individu itu hidup pada proses pendidikan itu sendiri
dan proses pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai
proporsi diantara profesi asasi dalam masyarakat.45
Hamdani Ihsan dan A Fuad dalam bukunya yang berjudul
Filsafat Pendidikan Islam menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan
dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Tujuan Individual
Suatu tujuan yang meyangkut individu, melalui proses belajar
dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan
akhirat.
b. Tujuan Sosial
Suatu tujuan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat
sebagai keseluruhan, dan dengan tingkah laku masyarakat
45
Omar Muhammad Al Taoumy Al-Syaibani, (terj) Hasan Langgulung, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 399.
42
umumnya serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada
pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.
c. Tujuan Profesional
Suatu tujuan yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan
profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya maka tujuan pendidikan dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a. Tujuan operasional, yaitu suatu tujuan yang dicapai menurut program
yang telah ditentukan dalam kurikulum.
b. Tujuan fungsional, yaitu tujuan yang telah dicapai dalam arti
kegunaannya, baik dari aspek teoritis maupun aspek praktis meskipun
kurikulum secara operasional belum tercapai.46
Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam
menyimpulkan tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu :
a. Tujuan umum
Tujuan umum pendidikan islam harus dikaitkan dengan tujuan
pendidikan nasional negara. Jadi secara umum tujuan pendidikan
dalam islam adalah insan kamil.
b. Tujuan akhir
Tujuan akhir dalam pendidikan islam adalah mati dalam keadaan
islam.
46
Hamdani Ihsan dan A Fuad, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
1998), hlm. 86-87.
43
c. Tujuan sementara
Tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum
pendidikan formal.
d. Tujuan operasional
Tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu.47
Al-Abrasyi sebagaimana dikutip Nur Uhbiyati dalam buku
Ilmu Pendidikan Islam 1 menyimpulkan lima tujuan Pendidikan
Agama Islam :
1) Membentuk akhlak
2) Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar
4) Menyiapkan pelajar dari segi profesional.48
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Menurut Yunus dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus
Pendidikan Agama menyimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama
Islam yang dikemukakan diatas, dapatlah dihayati fungsi dan peranan
Pendidikan Agama Islam, yaitu :
a. Pendidikan Agama Islam mempunyai kedudukan yang tinggi dan
utama karena Pendidikan Agama Islam memperbaiki akhlak.
47
Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 29-30.
48 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998), hlm. 50.
44
b. Pendidikan Agama Islam dapat membersihkan hati nurani dan
mencetak anak berakhlak mulia dan berbuat kebajikan.
c. Pendidikan Agama Islam menerangi kehidupan supaya anak berada
di jalan yamg lurus dan jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
d. Pendidikan Agama Islam membentuk keluarga akan tumbuh sehat
jasmani dan rohaninya sehingga akan membawa umat yang kuat di
bawah cahaya islam.49
49
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Hadi Karya
Agung, 1997), hlm. 7.