BAB II CKD

download BAB II CKD

of 24

Transcript of BAB II CKD

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    1/24

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II. 1 Definisi/Terminologi Penyakit

    Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ

    ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja

    sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga

    keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium

    didalam darah atau produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang

    secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali

    tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam dunia

    kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan

    gagal ginjal kronis (2.

    Penyakit ginjal kronis (!"D adalah kondisi jangka panjang yang

    disebabkan oleh kerusakan pada kedua ginjal. Penyebab tunggal yang

    menyebabkan kerusakan biasanya irreversible dan dapat memperburuk

    kesehatan (#.

    The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative ("$D%&'  of the

    National Kidney Foundation (") mendefinisikan penyakit ginjal kronik

    sebagai kerusakan ginjal (struktural atau fungsional atau penurunan

    glomerular filtration rate (G)* kurang dari + ml$menit$-,2 m2 selama 3

    bulan atau lebih yang mengakibatkan penurunan G)* secara progresif 

    (-.

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    2/24

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    3/24

    5

    pel1is ginjal akan membentuk ureter. 5reter merupakan pipa panjang

    dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.%rgan ini

    menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi

    sebagai pipa untuk menyalurkan urin (2.

    7aluran kemih terdiri dari ginjal yang terus6menerus menghasilkan

    urine, dan berbagai saluran dan reser1oar yang dibutuhkan untuk

    memba0a urine keluar tubuh. Ginjal merupakan organ berbentuk seperti

    kacang yang terletak dikedua sisi kolumna 1ertebralis. Ginjal kanan sedikit

    lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke ba0ah oleh hati

    (2.

    efron Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks

    dan bagian internal yang dikenal sebagai medula.Pada manusia, setiap

    ginjal tersusun dari kurang lebih - juta nefron.efron, yang dianggap

    sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah

    tubulus.7eperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomelurus

    tersusun dari lapisan sel6sel endotel dan membran basalis.7el6sel epitel

    berada pada salah satu sisi membran basalis, dan sel6sel endotel pada

    sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang

    terbagi menjadi tiga bagian 8 tubulus proksimal, ansa henle dan tubulus

    distal. 9ubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul Duktus

    ini berjalan le0at korteks dan medula renal untuk mengosongkan isinya ke

    dalam pel1is ginjal (:.

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    4/24

    6

    )ungsi nefron sebagai unit penyaringan. Proses pembentukan urin

    dimulai ketika darah mengalir le0at glomerulus. Glomerulus yang

    merupakan struktur a0al nefron tersusun dari jonjot6jonjot kapiler yang

    mendapat darah le0at 1as eferen.9ekanan darah menentukan berapa

    tekanan dan kecepatan aliran darah yang mele0ati glomerulus."etika

    darah berjalan mele0ati struktur ini, filtrasi terjadi. ir dan molekulmolekul

    yang kecil akan dibiarkan le0at sementara molekul6molekul yang besar 

    tetap tertahan dalam aliran darah. !airan disaring le0at dinding jonjot6

     jonjot kapiler glomelurus dan memasuki tubulus.!airan ini dikenal sebagai

    ;filtrat< (:.

    Dalam kondisi yang normal, kurang lebih 24 dari plasma yang

    mele0ati glomelurus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang

    mencapai sekitar -= liter filtrat perhari. )iltrat tersebut yang sangat

    berupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel

    darah merah, sel darah putih dan trombosit pada hakekatnya terdiri atas

    air, elektrolit dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi

    ini secara selektif diabsorpsi ulang ke dalam darah.7ubstansi lainnya

    disekresikan dari darah ke dalam filtrat ketika filtrat tersebut mengalir di

    sepanjang tubulus. )iltrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta

    duktus pengumpul, kemudian menjadi urin yang akan mencapai pel1is

    ginjal. 7ebagian substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi

    kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin (-.

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    5/24

    7

    Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup

    transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. /erbagai substansi

    yang secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus

    dan diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat,

    kalium, glukosa, ureum, kreatinin serta asam urat (-.

      !am#ar II.1 S$s$nan anatomi gin"al

    !am#ar II.2 !in"al tam%ak dari de%an

    II.2.2 isiologi

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    6/24

    8

    Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk

    sistemurinarius. )ungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta

    elektrolit dan komposisi asam basa cairan tubuh, mengeluarkan produk

    akhir metabolik dari dalam darah, dan mengatur tekanan darah. 5rine

    yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal melalui

    ureter ke dalam kandung kemih tempat urin tersebut disimpan untuk

    sementara 0aktu. Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan

    urine akan diekskresikan dari tubuh le0at uretra (-.

    >eskipun cairan elektrolit dapat hilang melalui jalur lain dan ada

    organ lain yang turut serta dalam mengatur lingkungan kimia internal

    tubuh secara akurat adalah ginjal. )ungsi ekskresi ginjal diperlukan untuk

    mempertahankan kehidupan. amun demikian, berbeda dengan sistem

    kardio1askuler dan respiratorius, gangguan total fungsi ginjal tidak

    menimbulkan kematian dalam 0aktu yang singkat (-.

    !iri penting sistem renal terletak pada kemampuannya untuk

    beradaptasi terhadap beban muatan cairan yang sangat ber1ariasi, sesuai

    kebiasaan dan pola hidup indi1idu. Ginjal harus mampu untuk

    mengekskresikan berbagai produk limbah makanan dan metabolisme

    dalam jumlah yang dapat diterima serta tidak dieliminasi oleh organ lain.

    ?ika diukur tiap hari, jumlah produk tersebut biasanya berkisar dari -

    hingga 2 liter air, + hingga = g garam (natrium klorida, + hingga = g kalium

    klorida dan mg ekui1alen asam perhari. Disamping itu, ureum yang

    merupakan produk akhir metabolisme protein dan berbagai produk limbah

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    7/24

    9

    lainnya diekskresikan ke dalam urin.?umlah substansi yang diterima ginjal

    mungkin berbeda jika pasien mendapatkan infus cairan intra1ena, nutrisi

    parenteral total atau nutrisi parenteral le0at selang nasogastrik. Ginjal

    menjalankan fungsi yang 1ital sebagai pengatur 1olume dan komposisi

    kimia darah (dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekskresikan zat

    terlarut dan air secara selektif. pablia kedua ginjal ini karena sesuatu hal

    gagal menjalankan fungsinya, akan terjadi kematian. )ungsi 1ital ginjal

    dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan

    reabsorbsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai

    disepanjang ginjal. "e6lebihan zat terlarut dan air diekskresikan keluar 

    tubuh dalam urin melalui sistem pengumpul urine (.

    II.& Patofisiologi

    Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada a0alnya tergantung pada

    penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya

    proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal

    mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih

    tersisa (surviving nephrons sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai

    oleh molekul 1asoaktif seperti sitokin dan gro!th"factors# @al ini

    mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan

    tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini

    berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa

    sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan

    penurunan fungsi nefron yang progresif, 0alaupun penyakit dasarnya

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    8/24

    10

    sudah tidak aktif lagi. danya peningkatan akti1itas aksis renin6

    angiotensin6aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap

    terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut# /eberapa hal

    yang juga dianggap, berperan terhadap terjadinya progresifitas Penyakit

    ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.

    9erdapat 1ariabilitas interindi1idual untuk terjadinya sklerosis dan fibroisis

    glomerulus maupun tubulointerstitial (=.

    Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan

    daya cadang ginjal (renal reserve" pada keadaan mana basal A)G masih

    normal atau malah meningkat. "emudian secara perlahan tapi pasti, akan

    terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan

    peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. 7ampai pada A)G sebesar 

    +4, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik, tapi sudah

    terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. 7ampai pada A)G

    sebesar 34, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan

    lemah, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. 7ampai pada

    A)G di ba0ah 34, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang

    nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan

    metabolisms fosfor dan kalsium, pruritus. mual, muntah dan lain

    sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran

    kemih infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cema. ?uga akan

    terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hiper1olemia,

    gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natriurn dan kalium. Pada

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    9/24

    11

    A)G di ba0ah -4 akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius,

    dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement 

    therapy antara lain dialisis atau tansplantasi ginjal. Pada keadaan ini

    pasien dikatakan 7ampai pada stadium gagal ginjal (=.

    Gagal ginjal memperlihatkan adanya granul6granul pada permukaan

    ginjal, fungsi ginjal menurun, ukurannya mengecil dan protein urine sangat

    tinggi.

     da dua pendekatan teoritis yang biasanya diajukan untuk

    menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada gagal ginjal kronik. 7udut

    pandangan tradisional mengatakan bah0a semua unit nefron telah

    terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda6beda, dan

    bagian6bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi tertentu

    dapat saja benar6benar rusak atau berubah strukturnya. >isalnya, lesi

    organik pada medula akan merusak susunan anatomik dari lengkungan

    henle dan 1asa rekta, atau pompa klorida pada pars asendens lengkung

    henle yang akan mengganggu proses aliran balik pemekat dan aliran balik

    penukar (-.

    Pendekatan kedua dikenal dengan nama hipotesis /ricker atau

    hipotesis nefron yang utuh, yang berpendapat bah0a nefron terserang

    penyakit, maka seluruh unit akan hancur, namun sisa nefron yang masih

    utuh tetap bekerja normal. 5remia akan timbul bilamana jumlah nefron

    sudah sedemikian berkurang sehingga keseimbangan cairan dan lektrolit

    tidak dapat dipertahankan lagi. @ipotesis nefron yang utuh ini paling

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    10/24

    12

    berguna untuk menjelaskan pola adaptasi fungsional pada fungsi ginjal

    progresif, yaitu kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan air 

    dan elektrolit tubuh kendatipun ada penurunan G)* yang nyata (-.

    >eskipun penyakit gagal ginjal kronik terus berlanjut , namun

     jumlah solut yang harus diekskresikan oleh ginjal untuk mempertahankan

    homeostatis tidaklah berubah, kendati jumlah nefron yang bertugas

    melakukan fungsi tersebut sudah menurun secara progresif. Dua adaptasi

    penting yang dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman

    ketidakseimbangan cairan dan lektrolit yaitu sisa nefron yang ada

    mengalami hipertrofi dalam usahanya melaksanakan seluruh beban kerja

    ginjal dan terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solut dan

    reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron meskipun G)* untuk seluruh

    massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di ba0ah nilai normal.

    amun akhirnya jika sekitar 4 massa nefron sudah hancur, maka

    kecepatan filtrasi dan beban solut bagi setiap nefron tinggi sehingga

    keseimbangan glomerolus tubulus (keseimbangan filtrasi dan peningkatan

    reabsorbsi di tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. khirnya ginjal

    kehilangan fleksibilitas baik untuk memekatkan atau mengencerkan kemih

    (-.

    7ejumlah faktor dapat menyebabkan kerusakan a0al pada ginjal .

    perkembangan !"D yang kerusakannya ire1ersibel mengarah ke B7*D.

    "erusakan a0al pada ginjal dapat dihasilkan dari salah satu faktor inisiasi

    yang tercantum dalam tabel. Bfek yang dihasilkan adalah hipertrofi nefron

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    11/24

    13

    untuk mengkompensasi penurunan fungsi ginjal dan massa nefron.

    Perubahan adaptif mengakibatkan peningkatan filtrasi glomerular dan

    fungsi tubulus, baik reabsorpsi dan sekresi. 0alnya, perubahan adaptif ini

    menyebabkan banyak parameter klinis fungsi ginjal, termasuk kreatinin

    dan ekskresi elektrolit. amun, seiring 0aktu berjalan, tekanan kapiler 

    glomerulus meningkat, dimediasi oleh angiotensin '', untuk

    mempertahankan fungsi hiper filtrasi nefro. ngiotensin '' adalah

    1asokonstriktor kuat dari kedua aferen dan eferen arte rioles , tetapi

    memiliki efek preferensial untuk menyempitkan eferen arteriole, sehingga

    meningkatkan tekanan kapiler glomerulus. Peningkatan tekanan kapiler 

    glomerulus memperluas pori6pori dalam membran basal glomerulus,

    mengubah ukuran penghalang selektif dan memungkinkan protein yang

    akan disaring melalui glomerulus (2.

    Bkskresi protein melalui nefron, atau proteinuria , meningkatkan

    kehilangan nefron melalui berbagai mekanisme yang kompleks. Protein

    disaring diserap dalam tubulus ginjal, yang mengaktifkan sel6sel tubular 

    untuk menghasilkan inflamasi dan sitokin 1asoaktif, dan memicu akti1asi

    komplemen. @al ini menyebabkan kerusakan interstisial dan jaringan parut

    di dalam tubulus ginjal, menyebabkan kerusakan dan hilangnya nefron

    berlebih. Pada akhirnya, proses ini menyebabkan hilangnya massa nefron

    secara progresif ke titik di mana nefron yang tersisa tidak lagi mampu

    menjaga stabilitas klinis dan penurunan fungsi ginjal (2.

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    12/24

    14

    !am#ar II.& Per#andingan antara !in"al Normal dengan !in"al yang

    tidak Normal

    II.' (tiologi

    /eberapa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit

    gagal ginjal, dapat dilihat pada tabel - diba0ah ini (

    9abel ''.- )aktor *esiko yang /erkaitan dengan !"D (

    )aktor "erentanan a. Aanjut usiab. >assa ginjal yang berkurangc. >inoritas etnik$ rasiald. *i0ayat keluargae. "urang edukasif. 'nflamasi sistemikg. Dislipidemia

    )aktor 'nisiasi a. diabetes mellitusb. hipertensic. glomerulonephritis

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    13/24

    15

    )aktor Progresi a. Glikemia (diantara pasien diabetesb. @ipertensic. Proteinuriad. >erokoke. %besitas

    -. )aktor kerentanan yang berkaitan dengan meningkatnya resiko

    perkembangan !"D. @al tersebut tidak langsung terbuksi

    menyebabkan !"D. )aktor6faktor tersebut tidak menggunakan terapi

    farmakologi tetapi hanya perbaikan pola hidup.2. )aktor inisiasi, yang secara langsung menyebabkan !"D. )aktor ini

    yang menggunakan terapi farmakologi.3. )aktor progresi, yang mengakibatkan penurunan lebih cepat fungsi

    ginjal dan memburuknya !"D. )aktor tersebut dengan terapi

    farmakologi dan perbaikan pola hidup untuk memperlambat

    perkembangan !"D.

    II.) (%idemiologi

    !"D telah digambarkan sebagai epidemic yang tidak diketahui dan

    merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. 3 sur1ei

    nasional yang berbeda telah memperkirakan bah0a !"D mempengaruhi

    4 dari populasi de0asa merika serikat, ketika konsentrasi serum

    kreatinin lebih besar dari -,2 hingga -, mg (@B7 ''', sampel dari

    populasi orang de0asa 7, memproyeksikan bah0a setidaknya -,: juta

    orang telah mengalami penurunan fungsi ginjal yang dibuktikan dengan

    konsentrasi serum kreatinin sama atau lebih tinggi dari -, mg$dA(.

    7aat ini pre1alensi gagal ginjal kronik di 'ndonesia sekitar -2, yang

    berarti terdapat sekitar -= juta orang de0asa yang menderita penyakit

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    14/24

    16

    gagal ginjal kronik dan kemungkinan besar dari tahun ke tahun akan

    meningkat jumlahnya (3.

    II.*. Klasifikasi

    !"D dikategorikan berdasarkan penurunan glomerular filtration rate

    (G)* menjadi, tahap - sampai . Penggunaan G)* dibandingkan

    kreatinin serum untuk menentukan stadium !"D dipilih karena kreatinin

    serum merupakan indeks akurat dari G)*, dan ada ditandai 1ariabilitas

    G)* antara subjek dengan kreatinin serum serupa nilai. >eskipun

    tahapan !"D didefinisikan secara fungsional oleh G)*, sistem klasifikasi

     juga menyumbang bukti struktural kerusakan ginjal. )ungsi ginjal yang

    normal pada orang de0asa adalah sekitar -2 mA $ menit $ -,3 m2 dari

    G)*. >eskipun G)*C : mA $ min $ -,3 m2 dianggap fungsi ginjal

    normal, pasien dapat didiagnosis dengan !"D jika pasien memiliki

    proteinuria, hematuria, atau bukti kerusakan struktural dari biopsi ginjal.

    9ahap !"D sebelumnya disebut sebagai stadium akhir penyakit ginjal

    (B7*D atau stadium akhir penyakit ginjal (.

    "lasifikasi !"D berdasarkan nilai penurunan glomerular filtration rate

    (G)* dapat dilihat pada tabel diba0ah ini(.

    9abel ''.2 "lasifikasi !"D (

    7tage glomerular filtration rate (G)* Pre1alansi

    - : -..

    2 + E =: .-.-

    3 3 E : .+.

    # - E 2: #.

    F - (termasuk pasien dialysis 3.

    II.+ Penatalaksanaan

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    15/24

    17

    9ujuan terapi !"D adalah untuk menunda perkembangan !"D,

    sehingga meminimalkan pengembangan atau keparahan komplikasi

    terkait termasuk penyakit kardio1askular. 'nter1ensi nonfarmakologis dan

    farmakologis yang tersedia untuk memperlambat laju perkembangan !"D

    dan mereka juga dapat menurunkan insiden dan pre1alensi B7*D. .

    /iasanya pasien dengan !"D akan mendapatkan keuntungan dari diet

    sederhana yaitu pembatasan protein (sebagai terapi nondrug serta terapi

    farmakologis . 9ujuan utama terapi farmakologis adalah untuk mengontrol

    kondisi yang mendasari, seperti diabetes mellitus dan hipertensi, yang

    telah menyebabkan kerusakan ginjal sehingga dapat mencegah lebih

    lanjut menurunnya fungsi ginjal. Pasien umumnya memerlukan

    multimodality sebuah pendekatan pengobatan terlepas dari penyebab

    penyakit ginjal mereka. 9erapi dengan !B' dan $ atau */ adalah

    komponen terapi penting untuk hampir semua pasien(

    -. 9erapi non farmakologi

    9erapi diet rendah protein (D*P

    9erapi diet rendah protein menguntungkan untuk mencegah

    atau mengurangi toksin azotemia tetapi untuk jangka lama dapat

    merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen. D*P

    bertujuan 8 mempertahankan keadaan nutrisi optimal, mengurangi

    akumalasi toksin azotemia, mencegah perburukan faal ginjal akibat

    glomerulosklerosis (:.

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    16/24

    18

    Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar /5 dan

    mungkin juga hasil metabolisme protein toksik yang belum diketahui,

    tetapi juga mengurangi asupan kalium, fosfat dan produksi ion

    hidrogen yang berasal dari protein.

    *ekomendasi klinis terbaru mengenai jumlah protein yang

    diperbolehkan adalah ,+ g$kg$hari untuk pasien gagal ginjal berat

    pradialisis yang stabil (A)G F2# ml$menit. ?umlah protein dapat

    dibebaskan hingga - g$kg$hari bila pasien menerima dialisis yang

    teratur(.

    2. 9erapi farmakologi

    9erapi )armakologis bertujuan untuk mengurangi hipertensi

    intraglomerulus. Pemakaian obat antihipertensi, di samping

    bermanfaat untuk memperkecil risiko kardio1askular juga sangat

    penting untuk memperlambat kerusakan nefron dengan mengurangi

    hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. /eberapa studi

    membuktikan bah0a, pengendalian tekanan darah mempunyai peran

    yang sama pentingnya dengan pembatasan asupan protein, dalam

    memperkecil hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Di

    samping itu, sasaran terapi farmakologis sangat terkait dengan derajat

    proteinuria. 7aat ini diketahui secara luas bah0a, proteinuria

    merupakan faktor risiko terjadinya pemburukan fungsi ginjal, dengan

    kata lain derajat proteinuria berkaitan dengan proses perburukan

    fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik (=.

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    17/24

    19

    !am#ar II.' Algoritma mana"emen ,i%ertensi$nt$k %asien dengan -KD s$m#er Di%iro Jose%0,

    3. Pencegahan dan pengobatan komplikasi9indakan konser1atif yang digunakan pada pengobatan gagal

    ginjal adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah dan

    mengatasi komplikasi.a. nemia

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    18/24

    20

    @asil yang diinginkan dalam manajemen anemia adalah

    untuk meningkatkan daya dukung oksigen, sehingga

    mengurangi dyspnea, ortopnea, dan kelelahan, dan untuk

    mencegah konsekuensi jangka panjang seperti A@ dan

    mortalitas kardio1askular(,

    9abel ''. 3 Parameter target untuk manajemen anemia pada !"D (

    Parameter !"D 7tage # dan

    pasien dialysisperitoneal

    Pasien hemodialisis

    @b -- E -2 g$dA -- E -2 g$dA

    9sato C2 4 C24

    !@r 6 2: pg$sel

    7erum ferritin C-ng$mA C2 ng$mA

    9erapi farmakologis untuk anemia !"D yaitu

    9erapi dengan B7 (eritropoietin stimulating agent  untuk

    memperbaiki kekurangan eritropoietin dan mencegah defisiensi

    zat besi yang disebabkan oleh kehilangan darah yang sedang

    berlangsung. 9erapi ini adalah terapi lini pertama untuk anemia

    !"D jika pasien didiagnosis kekurangan zat besi. Dan untuk

    beberapa pasien target @b dapat dicapai tanpa terapi B7

    secara bersamaan. Penggunaan bersama dari besi dan B7

    sering diperlukan untuk secara efektif merangsang eritropoiesis

    dan mencegah anemia mikrositik yang terjadi karena

    kekurangan zat besi (, .

    b. @ipertensi

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    19/24

    21

    )ungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika

    terjadi hipertensi berat. Pada beberapa kasus dapat diberikan obat

    antihipertensi agar tekanan darah dapat terkontrol. 7trategis klinis

    dilakukan secara hati6hati untuk mencegah atau memperlambat

    perkembangan penyakit ginjal dan untuk memperoleh tekanan

    arteri rata6rata :- mm@g (-3$= mm@g. %bat6obatan

    penghambat !B menurunkan tekanan intraglomerulus dan

    memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis sehingga

    pengobatan dengan obat6obat ini telah diberikan bahkan pada

    pasien diabetes mellitus - yang normotensif. Penambahan obat

    antihipertensi lain seperti penyekat kanal kalsium biasanya dapat

    mengontrol tekanan darah(,

    c. sidosis metabolik

    Blektrolit serum harus dipantau pada pasien !"D. >etabolik

    asidosis pada pasien dengan !"D umumnya ditandai oleh

    peningkatan anion gap lebih besar dari - mBH $ A (- mmol $ A,

    karena akumulasi fosfat, sulfat, dan anion organik lainnya. 9erapi

    farmakologis dengan natrium bikarbonat atau sitrat $ persiapan

    asam sitrat mungkin diperlukan pada pasien dengan 9ahap 3 !"D

    atau lebih tinggi untuk mengisi simpanan bikarbonat. "alsium

    karbonat dan kalsium asetat, digunakan untuk mengikat fosfor di

    s@P9, juga membantu dalam meningkatkan tingkat serum

    bikarbonat, dalam hubungannya dengan agen lainnya. 9ablet

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    20/24

    22

    natrium bikarbonat diberikan secara bertahap 32 dan + mg

    tablet. 7ebuah tablet + mg natrium bikarbonat mengandung ,

    mBH (, mmol masing6masing natrium dan bikarbonat. *etensi

    natrium terkait dengan natrium bikarbonat dapat menyebabkan

    kelebihan beban 1olume, yang dapat memperburuk hipertensi dan

    gagal jantung kronis (

    d. %steodistrofi *enal

    %steodistrofi renal merupakan komplikasi penyakit ginjal

    kronik yang sering terjadi. Penatalaksanaan osteodistrofi renal

    dilaksanakan dengan cara mengatasi hiperfosfatemia dan

    pemberian hormon kalsitriol (-.2(%@2D3. Penatalaksanaan

    hiperfosfatemia meliputi pembatasan asupan fosfat, pemberian

    pengikat fosfat dengan tujuan menghambat absorbsi fosfat di

    saluran cema. Dialisis yang dilakukan pada pasien dengan gagal

    ginjal juga ikut berperan dalam mengatasi hiperfosfatemia (=.

    e. @iperlipidemia

    9ujuan utama pengobatan dislipidemia adalah untuk

    mengurangi risiko aterosklerosis penyakit kardio1askular. 9ujuan

    keduanya pada pasien dengan !"D adalah untuk mengurangi

    proteinuria dan penurunan fungsi ginjal(.

    9abel ''. # >anajemen dislipidemia pada pasin !"D (

    Dislipidemia 7asaran 9erapi >odifikasi lternatif  

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    21/24

    23

     0al 9erapi

    9G mg$dA 9GF

    mg$dA

    9A! 9A!Ifibrat I

    niasin

    )'brat atau

    niasinADA -6-2:

    mg$dA

    ADA F-

    mg$dA

    9A! 9A! I statin

    dosis rendah

    /ile acid

    seHuestrast

    atau niasin

    ADA -3

    mg$dA

    ADAF-

    mg$dA

    9A! I

    statin

    dosis

    rendah

    9A! I statin

    dosis tinggi

    /ile acid

    seHuestrast

    atau niasin

    9G 2 mg$dA

    dan non6@DA

    - mg$dA

    on6@DA

    F-3

    mg$dA

    9A! I

    statin

    dosis

    rendah

    9A! I statin

    dosis tinggi

    )ibrat or 

    niasin

    f. Pruritus

    Pruritus (gatal tetap menjadi masalah bagi +4 sampai

    :4 dari pasien B7*D . Pilihan pengobatan untuk pruritus, di

    luar kontrol kelainan metabolik dan dialisis yang memadai,

    terapi termasuk antihistamin, 6@93 receptor blocker seperti

    ondansetron, dan gabapentin (.

    #. Pembatasan cairan dan elektrolit

    Pembatasan asupan air pada pasien penyakit ginjal kronik,

    sangat perlu dilakukan. @al ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

    edema dan komplikasi kardio1askular. ir yang masuk ke dalam

    tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin

    maupun insensible !ater loss# (=, -

    Blektrolit yang harus dia0asi asupannya adalah kalium dan

    natrium. Pembatasan kalium dilakukan, karena hiperkalemia dapat

    mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. %leh karena itu,

    pemberian obat6obat yang mengandung kalium dan makanan yang

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    22/24

    24

    tinggi kalium (seperti buah dan sayuran harus dibatasi. "adar 

    kalium darah dianjurkan 3,6, mBH$lt. Pembatasan natriurn

    dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan edema. ?umlah

    garam natrium yang diberikan, disesuaikan dengan tingginya

    tekanan darah dan derajat edema yang terjadi (=

    . 9erapi Pengganti Ginjal

    9erapi pengganti ginjal dilakukan pada Penyakit Ginjal "ronik

    stadium , yaitu pada A)G kurang dari - ml$ mnt. 9erapi pengganti

    tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau

    transplantasi ginjal (=.

    a. 9ransplantasi ginjal9ranpalantasi ginjal dari donor manusia yang masih hidup

    (keluarga atau orang lain atau donor kada1er adalah metode

    yang dianjurkan untuk mengobati B7*D, namun cara ini terbatas

    karena kurangnya donor yang sesuai dan tersedia.

    b. @emodialisis

    9indakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk

    mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. 9etapi terapi

    dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GG" yang belum

    tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (A)G.

    'ndikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan

    indikasi elektif. /eberapa yang termasuk dalam indikasi absolut,

    yaitu perikarditis, ensefalopati$neuropati azotemik, bendungan

    paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik,

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    23/24

    25

    hipertensi refrakter, muntah persisten, dan $lood %remic 

    Nitrogen (/5 C -2 mg4 dan kreatinin C - mg4. 'ndikasi

    elektif, yaitu A)G antara dan = mA$menit$-,3mJ, mual,

    anoreksia, muntah, dan astenia berat.

    c. Dialysis peritoneal

     khir6akhir ini sudah populer &ontinuous 'mbulatory 

    eritoneal Dialysis (!PD di pusat ginjal di luar negeri dan di

    'ndonesia. 'ndikasi medik !PD, yaitu pasien anak6anak dan

    orang tua (umur lebih dari + tahun, pasien6pasien yang telah

    menderita penyakit sistem kardio1askular, pasien6pasien yang

    cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan

    hemodialisis, kesulitan pembuatan shunting, pasien dengan

    stroke, pasien GG9 (gagal ginjal terminal dengan residual urin

    masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co)morbidity 

    dan co)mortality . 'ndikasi non6medik, yaitu keinginan pasien

    sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri

    (mandiri, dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal

    9abel ''.. "euntungan dan "erugian @emodialisis dan Dialisis Peritoneal (

  • 8/15/2019 BAB II CKD

    24/24

    26

    "euntungan

    @emodialisis Dialisis Peritoneal

    -. Kat terlarut tinggi sehinggamemungkinkan pengobatan yang

    berulang2. Parameter kecukupan dialysis

    didefinisikan lebih baik dan oleh karena

    itu underdialisis dapat dideteksi secara

    dini3. >eskipun heparinisasi kadang6kadang

    diperlukan, parameter hemostatis lebih

    baik dikoreksi dengan hemodialis#. 9ingkat kegagalan rendah. Pemantauan pasien lebih memungkinkan

    dipusat hemodialisis

    -.7tabilitas hemodinamik lebih (tekanandarah karena memperlambat laju

    ultrafiltrasi2.Peningkatan pembersihan zat terlalu

    besar, dimana dapat menjelaskan

    status klinis terlepas dari rendahnya

    nilai urea3.>enjaga lebih baik fungsi ginjal residual#.Pemberian obat melalui rute

    intraperitoneal nyaman seperti

    pemberian obat antibiotic dan insulin.!ocok untuk pasien tua dan sangat

    muda yang tidak toleransi hemodialisisdengan baik

    +./ebas dariembutuhkan beberapa kunjungan setiap

    minggu ke pusat hemodialisis2. DiseHuilibrium, dialysis, hipotensi dan

    kram otot sering terjadi. >ungkin

    memerlukan beberapa bulan sebelum

    pasien menyesuaikan diri dengan

    hemodialisis3. 'nfeksi pada pasien hemodialisis mungkin

    terkait dengan pilihan membrane

    #. kses 1ascular sering dihubungkan

    dengan infeksi dan thrombosis. "emunduran fungsi ginjal residual lebih

    cepat dibandingkan dengan dialysis

    peritoneal

    -."ehilangan protein dan asam amino

    melalui peritoneum dan mengurangi

    nafsu makan disebabkan oleh beban

    glukosa terus6menerus dan rasa

    kenyang sehingga mempengaruhi gizi2.*esiko peritonitis3."erusakan kateter, sumber infeksi#.5ltrafiltrasi tidak memadai dan zat

    terlarut dialysis pada pasien dengan

    ukuran tubuh besar, kecuali 1olumenya

    besar ."erusakan alat pasien dan tingginya

    tingkat kegagalan teknik+.*esiko obesitas dengan kelebihan

    absorpsi glukosa