BAB II (Autosaved)

29
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada daerah tersebut mempunyai umur yang lama. Berbicara mengenai penyaliran atau drainage akan identik dengan pengontrolan air tanah dan air permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik tambang terbuka, bawahtanah maupun batubara. Ketika pengontrolan air tanah menjadi bagian yang tidak terpisahkandengan aktifitas penggalian bijih atau batubara, maka faktor-faktor yang perlu dipertimbangkanantara lain sistem pengontrolan (sump, sumur dalam atau sumur pompa), curah hujan rata-rata,debit air minimum-maksimum, kualitas air dan biaya.Sasaran penyaliran adalah membuat lokasi kerja di areal penambangan selalu kering karenabila tidak terkontrol akan menimbulkan masalah, antara lain: 1. Lokasi kerja 2. Jalan tambangbecek dan licin,

description

batubara

Transcript of BAB II (Autosaved)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah

penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah

penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan

akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu,

sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta

mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada

daerah tersebut mempunyai umur yang lama.

Berbicara mengenai penyaliran atau drainage akan identik dengan pengontrolan air

tanah dan air permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik tambang

terbuka, bawahtanah maupun batubara. Ketika pengontrolan air tanah menjadi bagian yang

tidak terpisahkandengan aktifitas penggalian bijih atau batubara, maka faktor-faktor yang

perlu dipertimbangkanantara lain sistem pengontrolan (sump, sumur dalam atau sumur

pompa), curah hujan rata-rata,debit air minimum-maksimum, kualitas air dan biaya.Sasaran

penyaliran adalah membuat lokasi kerja di areal penambangan selalu kering karenabila tidak

terkontrol akan menimbulkan masalah, antara lain:

1. Lokasi kerja

2. Jalan tambangbecek dan licin,

3. Stabilitas lereng tambang rawan longsor

4. Peralatan tambang cepat rusak

5. kesulitan mengambil contoh (sampling)

6. Efisiensi kerja menurun

7. Mengancam keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa dampak/efek dari air asam tambang, baik secara langsung maupun tidak

langsung bagi aktivitas penambangan dan di sekitar aktivitas penambangan?

2. bagaiamana cara merancang dan apa saja hal-hal yang memengaruhi sistem penyaliran

tambang?

3. Apa sajakah metode pengendalian air pada tambang?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui dampak/efek dari air asam tambang baik secara langsung maupun

tidak langsung bagi aktivitas penambangan dan di sekitar aktivitas penambangan.

2. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan system

penyaliran tambang serta mengetahui hal-hal yang mempengaruhi dalam pembuatan

penyalran tambang.

3. Mengetahui metode-metode pengendalian air pada tambang.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis, menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam pengendalian air

pada tambang terbuka

2. Bagi Pembaca, Menginformasikan beberapa metode yang dapat dipakai untuk

mengendalikan air pada area penambangan

BAB II

Dasar teori

Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah

penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah

penambangan. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan

akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu,

sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta

mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada

daerah tersebut mempunyai umur yang lama. Penyaliran atau drainage atau identik dengan

pengontrolan air tanah dan air permukaan yang biasanya mengganggu aktifitas tambang. Baik

tambang terbuka, tambang bawah tanah maupun batubara.

            Pengaruh atau efek tidak langsung dari air tambang (air tanah maupun air limpasan)

terhadap aktifitas penambangan sebenarnya dengan mudah dapat dilihat. Kebanyakan

efeknya adalah menyangkut; biaya dan keselamatan kerja.

1. Efek langsung dari air terhadap penambangan

Biaya Penyaliran, mungkin menjadi biaya yg prinsip, misalnya air digunakan untuk

proses pengolahan bahan galian atau keperluan lainnya.

Longsoran lereng akibat resapan air dapat menghentikan aktifitas produksi dan

merusak front penambangan, perolehan biji rendah, atau mungkin terjadi kecelakaan

tambang.

2. Efek air tak langsung terhadap penambangan

Mengurangi efesiensi kerja karyawan, peralatan dan menghambat penanganan

material.

Menambah waktu dan biaya perawatan (maintenance) alat, ban, atau kecelakaan

akibat penggunaan listrik.

Membersihkan pengotoran yang diakibatkan oleh longsoran tanah diareal

penambangan.

Kemungkinan runtuhan membawa serta gas beracun.

Membersihkan debu-debu yang halus dari alat angkut dan jalan masuk tambang,

sehingga menambah jam kerja.

Mengganggu aktifitas peledakan

Lumpur membuat produk menjadi tidak dapat diterima oleh proses berikutnya.

Terjadi penyumbatan pada pipa-pipa akibat pompa senantiasa menghisap air lumpur.

Kemungkinan perusahaan perlu membeli material yang tahan air (waterproof) untuk

melindungi produk.

3. Efek air tak langsung ke Sekitar aktifitas penambangan

Kandungan air pada produk akhir bertambah, akibatnya akan menambah biaya

transpor, pengolahan dan penangan.

Dapat terjadi polusi air disekitar luar lokasi tambang.

Lokasi penurunan air tanah jadi menyimpan dari sebelumnya atau bisa juga terjadi

penurunan permukaan bumi.

B. Pengendalian air tambang

Terapat dua cara pengendalian air yang masuk ke dalam front penambangan, yaitu:

1. Sistem kolam terbuka (sump) atau membuat paritan dan membuat adit. Sistem

membuat kolam terbuka dan paritan biasanya ideal pada tambang open cast atau

kuari, karena dapat memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan airnya dari bagian

puncak atau lokasi  yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pompa yang 

digunakan pada posisi ini lebih efisien, efektif dan hemat energi.

2. Pada Tambang open pit, penggunaan pompa menjadi sangat vital untuk menaikkan air

dari dasar tambang ke permukaan dan kerja pompa pun cukup berat. Kadang-kadang

tidak cukup hanya satu unit pompa, tetapi harus beberapa pompa yang dihubungkan

seri untuk membantu daya dorong dari dasar sampai ke permukaan. 

  

1.  Membuat Sump di dalam front tambang (pit)

            Beberapa hal yg menguntungkan pada sistem ini dapat dijadikan pertimbangan, yaitu:

Lebih fleksibel, hanya sedikit perencanan, tidak memerlukan  biaya tinggi dan waktu

pengerjaan singkat.

Efek terhadap penurunan permukaan air tanah regional dapat dikurangi, biasanya laju

dan kapasitas air yang dipompakan ke atas dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Pompa ditempat dekat dengan sump

Bila air di dalam tambang kurang, biaya berkurang

Bila aliran air menuju ke tambang cukup deras diperlukan beberapa sump dan pompa.

              Cara ini paling mudah untuk menangani air limpasan.

2.  Membuat sumur dalam (sumur bor) di dalam front tambang

            Beberapa hal yg menguntungkan pada sistem ini dapat dijadikan pertimbangan, yaitu:

Pemompaan air dapat berlangsung terus tanpa terganggu oleh  aktifitas peledakan dan

pemuatan.

Sumur dapat dibuat atau di bor tanpa terganggu aktifitas didasar front tambang,

termasuk peledakan.

Sumur tidak terpengaruh oleh getaran peledakan dan aktifitas   pengangkut biji.

Areal tambang terbebas dari konstruksi pompa, pipa-pipa dan  genset.

Walaupun sumur dan pompa tersebar di luar areal pit, akan memudahkan

perawatannya.

Beberapa kelebihan lain dari sistem sumur dalam (bor) baik yang ditempatkan di

dalam maupun di luar front tambang, yaitu :

a. Dasar tambang bebas dari sump

b. Permukaan air tanah dapat diturunkan segera setelah pompa dijalankan.

c. Penggalian baru langsung terbebas dari air.

d. Dinding pit dijamin lebih terawat

e. Laju pemompaan lebih konstan.

 f. Air hasil pemompaan lebih bersih.

3. Membuat Paritan

Sistem ini cukup ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Parit

duat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju suatu kolam penampung atau

langsung ke sungaiatau selokan/parit  tambang. Jumlah parit disesuaikan dengan kebutuhan.

Apabila paritan terpaksa melalui aktifitas tambang maka terpaksa dibuat gorong-gorong

(culvert) yang terbuat dari beton atau galvanis.

Dimensi parit diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim hujan deras

dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk standar penampang melintang parit

umumnya trapesiun dengan kemiringan dinding 450.

Paritan kadang-kadang  juga dapat diterapkan pada tambang terbuka open pit apabila

situasinya memungkinkan. Sasaran akhir parit adalah kolam Atau sump yang akan

menampung air sebelum dipompakan ke permukaan atau dialirkan.

Membuat sumur gali biasanya digunakan untuk keperluan penambangan seperti

penyiraman jalan tambang, penyemprotan debu, perumahan dan workshop. Oleh sebab itu

kapasitas sumur gali diperhitungkan berdasarkan debit air yang mengalir, dan biasanya

dilengkapi dengan konstruksi penjernihan.

4.  SISTEM ADIT

Penyaliran dengan sistem adit cocok diterapkan pada tambang open pit yg cukup

dalam, tetapi  terdapat suatu lembah yang memungkinkan dibuatnya sumuran (half). Sumuran

ini berfungsi sebagai jalan keluarnya aliran-aliran air melalui beberapa adit dari dalam

tambang, aliran air akhirnya keluar melalui lembah.

Sedangkan sistem adit lebih ideal diterapkan pada tambang terbuka open pit dengan

syarat lokasi penambangan harus mempunyai lembah tempat membuat sumuran dan adit agar

air dapat keluar.

A. Rancangan Sistem Penyaliran Tambang

Perancangan tatis penyaliran pada umumnya menganalisis tentang perancangan

dimensi tatist, dimensi sump, instalasi pemipaan serta pemompaan.

Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang

1. Permeabilitas

Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu yang perlu

diperhitungkan. Secara umum permeabilitas dapat diartikan sebagai kemapuan suatu fluida

bergerak melalui rongga pori massa batuan.

2. Rencana Kemajuan Tambang

Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran yang akan

dibuat, sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat tatis kerja yang ada.

3. Curah Hujan

Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air hujan, sehingga

besar kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi penambangan akan mempengaruhi

banyak sedikitnya air tambang yang harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan

dalam data curah hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tati.

Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode Gumbel yang dilakukan

dengan mengambil data curah hujan bulanan yang ada, kemudian ambil curah hujan

maksimum setiap bulannya dari data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya

sebanyak data.

Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk periode ulang

tertentu dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu kurun waktu dimana curah hujan

rencana tersebut diperkirakan berlangsung sekali. Penentuan curah hujan rencana untuk

periode ulang tertentu berdasarkan Distribusi Gumbel. Untuk itu data curah hujan harus

diolah terlebih dahulu menggunakan kaidah tatistic mengingat kumpulan data adalah

kumpulan yang tidak tergantung satu sama lain, maka untuk proses pengolahannya digunakan

analisis regresi metode tatistic.

C. Metode penyaliran tambang

Penanganan mengenai masalah air tambang dalam jumlah besar pada tambang

terbuka dapat dibedakan menjadi beberapa metode, yaitu:

Mengeluarkan Air Tambang (Mine Dewatering)

Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke lokasi penambangan.

Beberapa metode penyaliran tambang (mine dewatering) adalah sebagai berikut :

1. Membuat sump di dalam front tambang (Pit)

Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi kerja. Air tambang

dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian dipompa keluar. Pemasangan jumlah pompa

tergantung pada kedalaman penggalian, dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air

yang masuk ke dalam lokasi penambangan.

2.Membuat paritan

Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari.

Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju kolam penampungan,

langsung ke sungai atau diarahkan ke selokan (riool). Jumlah parit ini disesuaikan dengan

kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas

tambang maka dapat dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi

parit diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan deras dengan

memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk standar melintang dari parit umumnya

trapesium.

Saluran air (paritan) pada suatu daerah penambangan berfungsi sebagai penampung

air limpasan permukaan. Saluran ini akan mengalirkan air limpasan permukaan ke tempat

penampungan di dalam tambang ataupun tempat lain yang berada di luar tambang.

Sistem ini cukup ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast atau kuari. Parit

dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju suatu kolam penampung atau

langsung ke sungai alam yang sudah ada atau diarahkan ke selokan jalan tambang utama.

Jumlah parit itu disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga mungkin bisa lebih dari satu.

Apabila parit terpaksa harus dibuat melalui lalulintas tambang, maka dapat dipasang gorong-

gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume

maksimum pada saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng.

Dalam sistem penyaliran itu sendiri terdapat beberapa bentuk penampang penyaliran yang

dapat digunakan. Bentuk penampang penyaliran diantaranya bentuk segiempat, bentuk

segitiga dan bentuk trapesium. Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan

umum dipakai adalah bentuk trapesium sebab mudah dalam pembuatannya, murah, efisien

dan mudah dalam perawatannya serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat disesuaikan

menurut keadaan daerah. Penampang saluran bentuk trapesium dapat dilihat pada Gambar

3.2.

Pada perencanaan bentuk dan ukuran saluran, perlu dilakukan berbagai pertimbangan

diantaranya yaitu :

1. Dapat mengalirkan debit air yang direncanakan,

2. Kecepatan aliran air tidak mengakibatkan terjadinya sedimentasi dan terjadinya erosi

yang dapat merusak saluran air tersebut, dan

3. Mudah dalam pembuatan dan perawatannya.

Gambar 3.2 penampang melintang parit

Paritan kadang-kadang juga dapat diterapkan pada tambang terbuka open pit apabila

situasinya memungkinkan. Sasaran akhir parit adalah kolam atau sump yang akan

menampung air sementara sebelum dipompakan ke permukaan. Pada dasamya pembuatan

parit ini cukup mudah dan pula murah.

Pada prinsipnya, pembuatan paritan ini diaplikasikan untuk dua tujuan utama yang sering

diterapkan dilapangan, yaitu sebagai pengatur pola aliran air limpasan di dalam pit dan kedua

sebagai sarana untuk menampung air limpasan dari luar tambang agar tidak masuk ke dalam

pit. Kedua metode penerapan paritan tersebut memiliki metode atau cara perhitungan yang

sama untuk menganalisis kebutuhan dimensi yang harus dibuatnya.

BAB III

Metodologi Penulisan

A. Desain Penulisan Makalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis terlebih dahulu melakukan rancangan penulisan

makalah yang dimulai dari pemilihan judul, analisis judul makalah, dan pembuatan kerangka

karya tulis sehingga dapat mempermudah penulis dalam mengembangkan  penulisan

makalah. Jenis penulisan makalah ini berupa uraian ilmiah antara dua variabel yaitu air pada

tamang terbuka dan pengendalian air pada tambang terbuka.

B. Instrumentasi dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen dan teknik pengumpulan data pada penulisan makalah ini dengan

menggunakan studi kepustakaan/literature berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan

penelitian lain yang diperoleh penulis sebagai bahan acuan untuk dijadikan landasan

kegiatan penulisan makalah. 

C. Sistematika Penulisan

1. Pendahuluan

Berisi tentang gambaran permasalahan yang yang menyebabkan pentingnya

penyaliran tambang pada tambang terbuka. Kemudian diakhiri dengan tujuan

penulisan makalah ini, yaitu untuk mengatasi permasalahan air pada tambang terbuka.

2. Dasar teori

Berisi tentang teori-teori yang telah ada sebagai dasar untuk menganalisis

permasalahan, tinjauan pustaka diperoleh dari bebrapa referensi.

3. metodologi penulisan

Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini

dan penjelasan sistematika penulisan.

4. pembahasan

merupakan inti dari penulisan ini, dimana dasar teori yang diperoleh dianalisa dan

dikaitkan satu dengan yang lainnya.

5. penutup

merupakan bab yang memuat simpulan dan saran dari keseluruhan isi penulisan.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Metode Penyaliran Pada Tambang Terbuka

Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua

yaitu : 

a. Mine Drainage

Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal ini 

umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber air

permukaan. Beberapa metode penyaliran Mine drainage :

Metode Siemens. 

Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian ke dalam

lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi lubang-lubang. Bagian

ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan

selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah penambangan. 

Gambar 4. Metode Siemens

Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump)

Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah dan

jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian dimasukkan pompa ke dalam

lubang bor dan pompa akan bekerja secara otomatis jika  tercelup air. Kedalaman lubang bor

50 meter sampai 60 meter.

Gambar 5. Metode Deep well pump

Metode Elektro Osmosis.

Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemen-elemen

dialiri arus listrik     maka air akan terurai, H+ pada katoda (disumur besar) dinetralisir

menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa. 

Gambar 6. Metode electro osmosis

Small Pipe With Vacuum Pump. 

Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang inpermiabel (jumlah air sedikit) dengan

membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang  ujung bawahnya diberi lubang-

lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi

sebagai penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di

bagian atas antara pipa dan lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga

antara pipa     lubang bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.

Gambar 7. Metode Small Pipe With Vacuum Pump

b. Mine Dewatering

Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan.

Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air hujan.Beberapa metode

penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut :

Sistem Kolam Terbuka.

Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah penambangan.

Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian dipompa keluar dan pemasangan jumlah

pompa tergantung kedalaman penggalian. 

Cara Paritan.

Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu dengan

pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit ini bertujuan untuk

menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan. Air limpasan akan masuk ke

saluran-saluran yang kemudian di alirkan ke suatu kolam penampung atau dibuang langsung

ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. 

Sistem Adit.

Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang

mempunyai banyak jenjang. Saluran  horisontal yang dibuat dari tempat kerja menembus ke

shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke dalam tempat kerja.

Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran

horisontal tersebut dan shaft.

Gambar 8. Sistem Adit

B. Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam penyaliran tambang

1. Air permukaan

Dengan rumus :

Q = 0,278×C×l×A

Di mana :

Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)

C = koofisien limpasan

l = intensitas curah hujan (mm/jam)

A = luas daerah tangkapan hujan (km2)

2. Curah Hujan

Hujan merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan merupakan uap air di

atmosfir yang terkondensasi dan jatuh dalam bentuk tetesan air. Sistem penyaliran tambang

dewasa ini lebih ditujukan pada penanganan air permukaan, ini karena air yang masuk ke

dalam lokasi tambang sebagian besar adalah air hujan. 

Air tambang akan ditampung dalam lopak (sump), selanjutnya dikeluarkan dengan

pompa melalui jalur pemipaan ke kolam pengendapan (Settling Pond). Air limpasannya

(overflow) akan dibuang atau dialirkan ke luar lokasi tambang atau ke sungai terdekat dan

Lumpur endapannya (underflow) dibersihkan secara berkala.

Curah Hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu satuan luas,

dinyatakan dalam satuan mm. 1 mm berarti pada luasan 1 m2 jumlah air hujan yang jatuh

sebanyak 1 Liter. Sumber utama air permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air hujan.

Curah hujan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu sistem penyaliran,

karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus

diatasi. Besar curah hujan dapat dinyatakan sebagai volume air hujan yang jatuh pada suatu

areal tertentu, oleh karena itu besarnya curah hujan dapat dinyatakan dalam meter kubik per

satuan luas, secara umum dinyatakan dalam tinggi air (mm). Pengamatan curah hujan

dilakukan oleh alat penakar curah hujan.

Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan data curah hujan yang

siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran. Pengolahan data ini dapat dilakukan

dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode Gumbel, yaitu suatu metode yang

didasarkan atas distribusi normal (distribusi harga ekstrim). Gumbel beranggapan bahwa

distribusi variabel-variabel hidrologis tidak terbatas, sehingga harus digunakan distribusi dari

harga-harga yang terbesar (harga maksimal).

Dengan rumus :

Xr = +δxδn (Yr-Yn)

Di mana :

Xr = hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)

= curah hujan rata-rata (mm)𝞭x = standar deviasi nilai curah hujan dari data𝞭n = standar deviasi dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data (n)

Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH

Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat, tergantung dari jumlah data

Dari perumusan distribusi Gumbel di atas, hanya harga curah hujan rata-rata dan

Standar deviasi nilai curah hujan yang diperoleh dari hasil pengolahan data. Sedangkan

harga-harga selain itu diperoleh dari tabel tetapan, dalam hubunganya dengan jumlah data

dan periode ulang hujan.

3. Periode Ulang Hujan

Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah hujan biasanya akan

berulang pada suatu periode tertentu, yang dikenal dengan Periode Ulang Hujan. Periode

ulang hujan adalah periode (tahun) dimana suatu hujan dengan tinggi intensitas yang sama

kemungkinan bisa terjadi lagi. Kemungkinan terjadinya adalah satu kali dalam batas periode

(tahun) ulang yang ditetapkan.

Penentuan periode ulang hujan dilakukan dengan menyesuaikan data dan keperluan

pemakaian saluran yang berkaitan dengan umur tambang serta tetap memperhitungkan resiko

hidrologi (Hidrology Risk). Dapat pula dilakukan perhitungan dengan metode distribusi

normal menggunakan konsep peluang.

Penetapan periode ulang hujan sebenarnya lebih ditekankan pada masalah kebijakan

dan resiko yang perlu diambil sesuai dengan perencanaan. Menurut Kite , G.W. ( 1977 ),

Acuan untuk menentukan PUH dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.Periode Ulang Hujan Recana

Keterangan Periode ulang hujan

Daerah terbuka 0,5

Sarana tambang 2 – 5

Lereng–lereng tambang dan penimbunan

5 – 10

Sumuran utama 10 – 25

Penyaliran keliling tambang 25

Pemindahan aliran sungai 100

Sumber : Kite G.W (1997)

4. Intensitas Curah Hujan

Perhitungan intensitas curah hujan dilakukan dengan menggunakan rumus MONOBE

sebagai berikut :

I = R 2424 (

24TC )2/3

Di mana :

R 24 = Curah hujan rencana perhari (24 jam)

Tc = Waktu konsentrasi (jam)

Tabel intensitas curah hujan

5. Daerah Tangkapan Hujan

Daerah tangkapan hujan adalah luas permukaan yang apabila terjadi hujan, maka

air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju ke titik pengaliran.

Luas daerah tangkapan hujan ditentukan dengan menggunakan software AutoCad 2008

pada komputer.

6. Koefisien limpasan (C)

Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan besarnya

limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada tiap-tiap daerah

tangkapan hujan.Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda. Dalam penentuan koefisien

limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah :

a. Kerapatan vegetasi

Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil, karena air

hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan akan tertahan oleh

tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan memberi nilai C yang besar.

b. Tata guna lahan

Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil daripada

daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan misalnya padi, air hujan yang

jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah, sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.

c. Kemiringan tanah

Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan nilai C yang kecil,

daripada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang sampai curam untuk keadaan yang

sama.

7. Koefisien limpasan (C)

Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan besarnya

limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada tiap-tiap daerah

tangkapan hujan.Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda. Dalam penentuan koefisien

limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah :

a. Kerapatan vegetasi

Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil, karena air

hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan akan tertahan oleh

tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan memberi nilai C yang besar.

b. Tata guna lahan

Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil daripada

daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan misalnya padi, air hujan yang

jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah, sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.

c. Kemiringan tanah

Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan nilai C yang kecil,

daripada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang sampai curam untuk keadaan yang

sama.

Tabel 3. Beberapa Harga Koefisien LimpasanKemiringan Kegunaan Lahan Koefisien Limpasan

Datar

Kemiringan < 3%

Persawahan rawa-rawa

Hutan, perkebunan

Permukiman

0,2

0,3

0,4Agak miring Hutan, perkebunan 0,4

(3-15%)

Pemukiman

Vegetasi ringan

Tanah gundul

0,5

0,6

0,7

Curam

Kemiringan > 15%

Hutan

Pemukiman

Vegetasi ringan

Tanah gundul, penambangan

0,6

0,7

0,8

0,9Air Tanah

Analisis peta geologi dan observasi langsung ke pit yang masih aktif dilakukan

untuk mengetahui pengaruh air tanah terhadap proses penambangan

Dari data debit yang diketahui, kita dapat menentukan dimensi saluran air, kapasitas sump

dan kebutuhan pompa Berikut contoh bagan alur pembuatan rancaangan penyaliran pada

tambang terbuka:

8. Air Tanah

Analisis peta geologi dan observasi langsung ke pit yang masih aktif dilakukan untuk

mengetahui pengaruh air tanah terhadap proses penambangan

Dari data debit yang diketahui, kita dapat menentukan dimensi saluran air, kapasitas

sump dan kebutuhan pompa.

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

1.    Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah

penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk ke daerah

penambangan.

2.Hal Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang diantaranya adalah permeabilitas,

curah hujan, rencana kemajuan tambang

3.    Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi dua yaitu

Mine Drainage dan Mine Dewatering

4. Beberapa hal yang harus diperhitungkan untuk membuat rancangan penyaliran tambang :

a. Air Permukaan

b. Curah Hujan

c. Periode Ulang Hujan

d. Intensitas Curah Hujan

e. Daerah Tangkapan Hujan

f. Koefisien Limpasan

g. Air Tanah

Secara garis besar, penanganan air pada tambang terbuka dibagi menjadi dua yaitu Mine

Drainagedan Mine Dewatering. Mine Drainage merupakan upaya untuk mencegah

masuknya air ke daerah penambangan. Sedangkan Mine Dewatering Merupakan upaya untuk

mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah penambangan

SARAN

Dalam melakukan aktivitas penambangan, sebaiknya terlebih dahulu memperhatikan

system penyaliran tambang dan juga faktor yang mempengaruhi penyaliran tambang seperi

morfologi, curah hujan dll. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi proses dalam kegiatan

penambangan.

DAFTAR PUSTAKA

1.    http://tambangunhas.wordpress.com/tag/sistem-penyaliran-tambang/ (Di akses tanggal

16 Desember 2012 : 16.00 WIB)

2.    http://www.scribd.com/doc/45561436/18/Sistem-Penyaliran-Tambang-Bawah-Tanah (Di

akses tanggal 16 Desember 2012 : 17.30WIB)

3.    http://findpdf.net/documents/journal-sistem-penyaliran-tambang-terbuka.html (Di akses

pada tanggal 17 desember 2012 : 09.00 WIB)