BAB II (Autosaved)

31
BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJAAN 1.1 Umum Pada beberapa tahun terakhir ini kecamatan Baleendah sering mengalami banjir besar yang sering menggenangi hampir sebagian besar wilayahnya terutama pada daerah-daerah dataran rendah. Tercatat ada 5 (lima) desa, dan yang paling parah mengalami genangan air banjir, yaitu dusun Cieunteung. Hal ini bukan berarti desa lainnya yang ada di wilayah Kecamatan Baleendah tidak mengalami genangan air banjir namun genangan air banjir yang terjadi tidak begitu besar dan lama genanganpun tidak terlalu lama dibandingkan dengan banjir dusun Cieunteung. Sistem sungai yang ada dan berpengaruh terhadap perkembangan Kecamatan Baleendah adalah Sungai Cisangkuy dan Sungai Cigado yang keduanya bermuara pada Sungai Citarum. Penampang melintang dari kedua sungai tersebut terlihat di beberapa ruas tanggul sungai hampir rata dengan daerah kanan kirinya dan telah terjadi penyempitan dan pendangkalan badan sungai akibat dipenuhi sedimentasi baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia yang membuang sampah ke badan sungai dan penggundulan kawasan hutan. Karena itu hampir setiap musim hujan kedua sungai tersebut tidak mampu menerima debit aliran yang masuk ke badan sungai akibatnya air meluap pada kanan kiri tanggul dan terjadi banjir. Muka air sungai citarum yang naik akibat buangan dari beberapa sungai lainnya akibat terjadi hujan pada daerah pengaliran dari sungai-sungai tersebut, akan berpengaruh terhadap laju aliran sungai Cisangkuy ke sungai Citarum dimana aliran sungai terhambat dan tidak menutup kemungkinan terjadi back water pada kedua sungai tersebut. Akibat telah terjadi penyempitan dan

description

bab 2

Transcript of BAB II (Autosaved)

BAB IIGAMBARAN UMUM PEKERJAAN

UmumPada beberapa tahun terakhir ini kecamatan Baleendah sering mengalami banjir besar yang sering menggenangi hampir sebagian besar wilayahnya terutama pada daerah-daerah dataran rendah. Tercatat ada 5 (lima) desa, dan yang paling parah mengalami genangan air banjir, yaitu dusun Cieunteung.Hal ini bukan berarti desa lainnya yang ada di wilayah Kecamatan Baleendah tidak mengalami genangan air banjir namun genangan air banjir yang terjadi tidak begitu besar dan lama genanganpun tidak terlalu lama dibandingkan dengan banjir dusun Cieunteung.Sistem sungai yang ada dan berpengaruh terhadap perkembangan Kecamatan Baleendah adalah Sungai Cisangkuy dan Sungai Cigado yang keduanya bermuara pada Sungai Citarum. Penampang melintang dari kedua sungai tersebut terlihat di beberapa ruas tanggul sungai hampir rata dengan daerah kanan kirinya dan telah terjadi penyempitan dan pendangkalan badan sungai akibat dipenuhi sedimentasi baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia yang membuang sampah ke badan sungai dan penggundulan kawasan hutan. Karena itu hampir setiap musim hujan kedua sungai tersebut tidak mampu menerima debit aliran yang masuk ke badan sungai akibatnya air meluap pada kanan kiri tanggul dan terjadi banjir.Muka air sungai citarum yang naik akibat buangan dari beberapa sungai lainnya akibat terjadi hujan pada daerah pengaliran dari sungai-sungai tersebut, akan berpengaruh terhadap laju aliran sungai Cisangkuy ke sungai Citarum dimana aliran sungai terhambat dan tidak menutup kemungkinan terjadi back water pada kedua sungai tersebut. Akibat telah terjadi penyempitan dan pendangkalan badan sungai serta karakteristik sungai yang berkelok-kelok hal ini memicu terjadinya luapan air sungai. Mengingat sebagian besar wilayah Kecamatan Baleendah merupakan daerah dataran rendahdengan sistem drainase kurang memadai tidak menutup kemungkinan banjir dapat terjadi akibat dari run-off air hujan yang tidak dapat dialirkan dengan baik.GeografiKeadaan Geografis dan TopografiSecara astronomis kecamatan Baleendah terletak pada koordinat 7 13-771 LS dan 10731 - 10740 BT, sedangkan secara geografis kecamatan Baleendah berada di tengah wilayah kabupaten yang berbatasandengan 5 kecamatan lain yang masih merupakan wilayah administratif kabupaten Bandung. Dengan ketinggian wilayah berada pada 600 m sampai 715 m diatas permukaan laut sebagian besar wilayahnya merupakan dataran dan perbukitan dengan suhu udara berkisar antara 24 -32C.Wilayah Kecamatan Baleendah dilalui oleh dua sungai Citarum dan sungai CisangkuyIklimSecara umum iklim di kecamatan Baleendah sama deengan wilayah lain di pulau Jawa yang mengenal dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Selama tahun 2013 curah hujan di Kecamatan Baleendah tergolong rendah yaitu 1.856 mm per tahun dengan rata-rata 10 hari hujan per bulan.Luas WilayahKecamatan Baleendah memiliki luas wilayah 34.18 km2, secara administratif dibagi kedalam 8 wilayah setingkat desa/kelurahan dimana desa malakasari merupakan desa dengan wilayah terkecil yaitu seluas 1.576 km2 atau hanya 5% dari luas wilayah kecamatan Baleendah. Sedangkan kelurahan Jelekong dengan luas 6.94 km2 atau 20% dari luas kecamatan menjadi kelurahan terluas di kecamatan baleendah.

HidrologiSumber Daya air di kecamatan Baleendah berasal dari dua sungai yang cukup besar, yaitu sungai Cisangkuy dan sungai Cigado. Masing masing sungai mempunyai luas daerah aliran sungai (DAS) yang berbeda namun mempunyai muara yang sama yaitu sungai Citarum. Laju aliran kedua sungai ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan tinggi muka air di Sungai Citarum, dimana apabila tinggi muka air di sungai Citarum naik akibat suplai air dengan debit cukup besar dari beberapa sungai lainnya yang masuk karena terjadi hujan di DAS masing-masing, maka akan menghambat laju aliran sungai Cisangkuy ke Sungai Citarum, bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi aliran balik (back water) pada kedua sungai tersebut.GeologiMenurut Peta Geologi bahwa pada Kala Pleistosen (2 juta tahun yang lalu) dataran Kecamatan Baleendah adalah merupakan danau yang luas. Sejak terjadi proses tektonik telah mengangkat laut dangkal ini menjadi lebih dangkal lagi yang akhirnya menjadi surut hingga menjadi dataran.Kelerengan DAS S.Cigado sedikit banyak berpengaruh terhadap Kecamatan Baleendah, dan sungai Citarum merupakan tempat buangan akhir dari sistim pengaliran Kecamatan Baleendah.Dari zona fisiografis di atas, dapat dikatakan bahwa pada umumnya daerah Kecamatan Baleendah merupakan daerah yang dikelilingi pegunungan yang berelief terjal, kecuali di dataran interior. Kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana gempa sangat diperlukan mengingat kondisi tersebut maka kecamatan Baleendah, perlu diperhatikan.PemerintahanKecamatan Baleendah merupakan sebuah wilayah administratif yang luas. Agar pembangunan dapat dirasakan secara merata maka diperlukan pemerintahan yang mampu membuat perencanaan yang matang dan cepat mengimplementasikannya. Selain aparat pemerintahan, peran aktif masyarakat adalah roda penggerak pembangunan. Sinergi antara aparat pemerintahan dengan masyarakat yang baik diharapkan mampu menjalankan pembangunan dengan cepat dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.Kecamatan Baleendah saat ini memiliki 3 desa dan 5 kelurahan. Adapun batas wilayah Kecamatan Baleendah adalah sebagai berikut:Utara: kecamatan Dayeuh kolot dan Bojong SoangBarat: kecamatan KetapangSelatan: Kecamatan Pameungpeuk dan ArjasariTimur: Kecamatan CiparayPada level pemerintahan desa/kelurahan satuan lingkungan setempat (SLS) terkecil adalah Rukun Tetangga (RT) yang dibawahi oleh Rukun Warga (RW). Kecamatan Baleendah memiliki SLS sebanyak 935 RT dan 142 RW.

PendudukBerdasarkan data dari BPS Kabupaten Bandung tahun 2014, jumlah penduduk Kecamatan Baleendah pada tahun 2013 mencapai 248.024 jiwa, meningkat 3.50% dari tahun 2012. Kondisi ini menempatkan Kecamatan Baleendah sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dari tiga puluh satu kecamatan di Kabupaten Bandung dengan presentase 7,62% populasi penduduk Kabupaten Bandung. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan Baleendah hampir berimbang dimana jumlah penduduk laki-laki sebesar 121.985 jiwa (49%) dan penduduk perempuan 126.039 jiwa (51%), maka sex ratio penduduk Kecamatan Baleendah sebesar 97, hal ini menunjukkan bahwa di Kecamatan Baleendah, dari 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 34,18 km2 maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Baleendah adalah 5968 jiwa/km2.

TabelJumlah Penduduk dan Rumahtangga menurut Desa/Kelurahan Tahun 2013

PendidikanKeberhasilan pembangunan di bidang pendidikan salah satunya ditentukan oleh tersedianya infrastruktur pendidikan baik itu fasilitas sekolah maupun keberadaan tenaga pendidik. Di Kecamatan Baleendah terdapat 66 Sekolah Dasar (SD), 19 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 9 Sekolah Menenngah Atas (SMA), 4 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sebuah Universitas. Dilihat dari angka pertisipasi sekolah, APM atau Angka Partisipasi Murni SD/MI (usia 7-12 tahun) di Kecamatan Baleendah sudah mencapai 94,39%, untuk SMP/MTs (usia 13-15 tahun) mencapai 75,69% dan untuk SMA/SMK/MA (usia 16-18 tahun) mencaqpai 42,35%.

Hasil Studi TerdahuluStudi ini sebenarya merupakan kelanjutkan dari studi sebelumnya yaitu studi yang pernah dikerjakan pada tahun 2007 oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bandung yang dilaksanakan oleh CV. Duta Graha Consultant, telah merekomendasikan lokasi Waduk Kadaleman berdasarkan beberapa alternatif lokasi yang terbaik.Dalam kegiatan tersebut telah dilakukan pra studi kelayakan Waduk Kadaleman dengan melakukan beberapa studi diantaranya :1. Pengukuran topografi sepanjang sungai Cirasea sejauh 3 km dimulai dari Bendung Cirasea kea rah hulu sampai dengan Bendung Cengkrong.2. Pengukuran situasi daerah genangan waduk seluas 18 ha dimulai dari bentang waduk sampai kea rah hulu sekitar 3 km (sekitar bendung Cengkrong) yaitu di sekitar kp Garduh, kp Kadaleman dan Kp. Cipaku Tengah.3. Pemasangan patok CP sebanyak satu buah dengan mengikuti koordinat local.4. Sehingga dihasilkan peta situasi sungai dan daerah genangan waduk Kadaleman.Selain itu telah pula dilakukan analisa hidrologi sebagai berikut :1. untuk menentukan debit banjir rencana dengan menggunakan 3 stasiun hujan yang ada di DAS Cirasea yaitu Stasiun Banjaran (126 B), Staisun Ciparay (166) dan stasiun Wanir (170) dengan data dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2006.2. Perhitungan kebutuhan air dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan air irigasi dan air baku.3. Ketersediaan air dihitung dengan Metode Mock.4. Analisa keseimbangan air

Tabel 21Hasil Analisa Hidrologi Studi Tahun 2007MetodaCurah Hujan2th5th10th25th50th100th200th500th1000th

HaspersGumbel149.8194.2223.6260.7288.3315.6342.9378.8406.0

Haspers147.4179.6202.7226.3258.4283.9310.4347.4377.0

Log Pearson III150.6186.6209.2227.2257.1277.1297.1314.0344.6

WeduwenGumbel118.4168.0203.4250.5287.0324.3362.5414.3454.3

Haspers115.9151.1178.1206.8247.5281.0317.1369.0411.5

Log Pearson III119.3159.2185.9207.9245.8272.1298.9322.1365.0

Rata-rata133.6173.1200.5229.9264.0292.3321.5357.6393.1

Hidrograf Nakayasu----131.0----167.0187.9204.9222.2243.2263.6

Hidrograf Gamma I----123.3----157.2176.9192.9209.1228.9248.2

Sumber : Laporan Akhir Pra FS Pembuatan Bendung Waduk Kadaleman Kabupaten Bandung tahun 2007

Sedangkan pekerjaan Geologi teknik meliputi :1. Pemboran Tangan sampai dengan kedalaman maksimum 8 m sebanyak 2 titik.2. Uji Pit (Test Pit) sebanyak dua (2) titik di lokasi calon bahan timbunan (borrow area). Dari tiap lubang Test Pit diambil 1 buah contoh tanah terganggu untuk pengujian di laboratoriumLokasi pekerjaan studi pra FS Pembuatan Bendung Waduk Kadaleman terletak di Sungai Cirasea Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Menuju lokasi dapat ditempuh dari Bandung melalui Bale Endah dengan jarak 22 km dengan kondisi jalan cukup bagus, memakan waktu 1,5 jam. Adapun tata letak as bendungan Waduk Kadaleman tepat pada lokasi penyempitan dua bukit atau lereng tebing di Sungai Cirasea Kp. Kadaleman Desa Pakutandang. Peta tata letak lokasi dapat dilihat pada gambar 4.1.Perbandingan penentuan lokasi Waduk Kadaleman dari beberapa alternatif yang diusulkan selanjutnya dipilih sebagai lokasi as bendung adalah dengan pertimbangan khusus antara lain :1. Volume Tampung cukup besar 1.6 juta m3.2. Panjang Bendung relatif pendek 276 m.3. Daerah genangan seluas 55.3 ha berupa persawahan dan beberapa rumah penduduk.4. Secara geologi regional aman terhadap gejala alam seperti sesar dan kekar.5. Sesuai dengan usulan warga masyarakat.6. Akses/ jalan masuk menuju lokasi mudah dicapai (melalui kampung cipaku).Berdasarkan pertimbangan kondisi topografi dan geologi teknik serta usulan masyarakat sekitarnya terdapat lokasi rencana penempatan bendungan yaitu Lokasi As di Kp. Kadaleman Desa Pakutandang tepatnya berada di hulu Bendung Cirasea sejauh 1 km. Beberapa hal yang menjadi perhatian pada saat melakukan perencanaan teknis waduk pada lokasi as bendung tersebut adalah seperti dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 22Kajian Lokasi BendunganBahasanLokasi AsKeterangan

BentanganPanjang Bendungan 276 m

Tinggi17 meter

Kondisi Tanah PondasiDasar : Batuan breksi Tebing Kanan :Tebing Kiri :Perlu penyelidikan tanah lebih detail

Volume tampungan1.6juta m3

Luas genangan55.3 ha

Penempatan SpillwayMudah, bergantung tanah dasarBerada di sebelah kanan Tubuh bendungan, lurus mengarah ke aliran sungai Cirasea di hilir wadukPerlu penyelidikan tanah untuk desain perkerasan lantai ( beton bertulang atau cukup beton cyclop).

Diversion TunelLurus, secara hisdrolis bagus, dapat berupa box culvert atau conduit

Material TimbunanKarena lereng yang landai dapat digunakan bahan tanah (earth fill)

Tabel 23Data Teknis Tubuh WadukDeskripsiKeterangan

Tipe Waduk Tinggi Waduk Dalam Pondasi Panjang Puncak Lebar Puncak Elevasi Dasar Waduk Elevasi Crest/ puncak Kemiringan Lereng hulu Kemiringan Lereng hilirZonal inti tegak+ 17.00 m2 m+ 138.00 m+ 7.00 m+ 667.50 m+ 690.00 m1 : 31 : 2

Tabel 24Data Teknis CofferdamDeskripsiKeterangan

Tipe Waduk Tinggi Waduk Dalam Pondasi Panjang Puncak Lebar Puncak Elevasi Dasar Waduk Elevasi Crest/ puncak Kemiringan Lereng hulu Kemiringan Lereng hilirHomogen5.00 m1.00 m3.00 m43.00 m+ 669.00+ 674.001 : 2.001 : 2.00

Tabel 25Data Teknis Saluran PengelakDeskripsiKeterangan

Tipe Saluran Diameter Jumlah Elevasi Inlet Elevasi Outlet Panjang SaluranPipa Beton+ 2.50 m2 buah+ 670.00+ 667.00+ 130.00 m

Tabel 26Data Teknis TampunganDeskripsiKeterangan

Luas daerah Aliran El. MA Maksimum/ Normal El. MA Banjir Luas Daerah Genangan+ 75 km2+ 684.00+ 686.76+ 55.3 ha

Bendung Cengkrong As Bendung Waduk KadalemanBendung CiraseaDaerah Genangan

Gambar 23. Tata Letak Lokasi Bendungan Waduk KadalemanKondisi Lokasi PekerjaanLokasi pekerjaan Waduk Kadaleman berada di Desa Pakutandang Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Waduk Kadaleman ini direncanakan akan membendung sungai Cirasea di sekitar desa Pakutandang ini. Lokasi as waduk ini sekitar 1 km ke arah hulu dari Bendung Cirasea.Rencana waduk Kadaleman ini terletak pada koordinat 7 3'7.04"LS10742'23.72"BT. Untuk menuju ke lokasi rencana waduk Kadaleman ini dapat ditempuh melalui jalur bandung ciparay dalam waktu sekitar 1,5 jam dengan kondisi jalan beraspal dan padat lalu lintas.Adapun lokasi rencana Waduk Kadaleman ini adalah seperti pada Gambar berikut ini:

Gambar 24Peta Rencana Lokasi Waduk Kadaleman

Gambar 25Sungai Cirasea di sekitar lokasi As Waduk

Gambar 26Tebing kiri Sungai Cirasea di lokasi as Dam Waduk Kadaleman

Gambar 27Tebing Kanan Sungai Cirasea

Gambar 28Hamparan sawah di hilir lokasi as waduk Kadaleman

Gambar 29Bendung Cirasea di hilir lokasi as Waduk kadalemanBendung Cirasea ini terletak di hilir lokasi as Waduk Kadaleman. Bendung ini dibangun pada tahun 1929 dan dikenal dengan nama Watervang. Bendung. Bendung ini melayani DI Cirasea dengan luas areal 2.470 HaKondisi Geologi Lokasi StudiGEOLOGI REGIONALPekerjaan Survey Investigasi dan Desain (SID) Waduk Kedaleman di Kabupaten Bandung secara umum masuk dalam peta geologi lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa (M. Alzwar, N. Akbar & S. Bachri, 1992), Adapun pembahasan Geologi Regional ini akan ditinjau dari beberapa aspek, pertama aspek fisiografi, aspek stratigrafi regional dan aspek struktur dan tektonik geologi regional yang akan diterangkan sebagaimana penjelasan dibawah ini.FisiografiSecara Fisiografi lembar peta ini terletak pada 107o35 BT ~ 107o45 BT. dan 7 o 00 LS ~ 7o 10 LS. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta analisa peta topografi, maka morfologi daerah sekitar penyelidikan, yaitu S. Cirasea merupakan daerah perbukitan, hal ini tampak jelas pada peta geologi bahwa pada bagian selatan yaitu G. Malabar, dari lembar peta tampak perbukitan yang relatif cukup bergelombang. Sedangkan ke arah utara bentuk morfologi berubah menjadi pedataran, kemudian aliran air sungai umumnya berarah selatan ke utara dengan pola saliran berbentuk mendaun, seperti Kali Cirasea yang bermuara ke K. Ciitarum di dekat Rancasari.Stratigraphi RegionalBerdasarkan peta geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa (M. Alzwar, N. Akbar & S. Bachri, 1992), maka daerah penyelidikan dapat dikatagorikan menjadi 2 kelompok jenis satuan tanah atau batuan, yaitu endapan permukaan dan kelompok batuan gunungapi.Adapun urutan stratigrafi dari Muda ke Tua adalah sebagai berikut :a. Endapan Danau (Qd)Endapan Danau terdiri atas lempung, lanau, pasir halus hingga kasar dan kerikil, umumnya bersifat tufan. Setempat batuannya membentuk lapisan mendatar dengan sisipan breksi, mengandung sisa-sisa tumbuhan. Endapan ini membentuk Dataran Bandung dan tebalnya mencapai lebih dari 100 m. Sebarannya menempati daerah dataran di bagian utara lembar peta geologi.b. Batuan Gunungapi Malabar - Tilu (Qmt)Batuan Gunungapi Malabar - Tilu ini terdiri atas tuf, breksi lahar dan lava. Tuf sela yang bersusunan andesit, mengnadung sedikit batuapung. Tuf ini tersebar ke utara dan baratlaut G. Tilu, setempat agak padu dan membentuk breksi. Breksi lahar mengandung sedikit batuapung dan terdapat di daerah G. Tilu. Lava umumnya bersusunan andesit piroksen, andesit hornblenda, setempat basal, berupa aliran dan kerucut pasir. Satuan ini bersumber dari G. Malabar I/Ipis (2321 m), Malabar II/Puncakbesar (2343 m) dan G. Tilu (2040 m).c. Batuan Gunungapi Guntur-Pangkalan dan Kendang (Qgpk)Satuan ini terdiri atas rempah lepas (eflata) dan lava. Rempah lepas dan lava bersusunan andesit dan andesit basalan yang dihasilkan oleh kelompok gunungapi tua Guntur, Gandapura dan Pangkalan di bagian utara, dan kelompok gunungapi Kendang di bagian selatan..d. Andesit Waringin-Bedil, Malabar Tua (Qwb)Satuan ini terdiri atas perselingan lava, breksi dan tuf, bersusunan andesit piroksen dan andesit hornblende. Lava bersusunan andesit piroksen dan hornblende, berkekar lempeng dan kekar meniang. Breksi lahar dan tuf mengandung batuapung yang berukuran lapili. Satuan ini dimasukkan dalam Lahar dan Lava G. Kendeng di Lembar Sindangbarang dan Lembar Bandarwaru (Koesmono, 1975).

e. Formasi Beser (Tmb)Formasi ini terdiri atas breksi tufan dan lava, bersusunan andesit sampai basal. Breksi tufan berkomponen andesit dan basalt, berukuran lapili hingga bom; komponen basal pada umumnya sarang (porous); masadasar tuf berbatuapung agak mampat. Breksi ini diselingi oleh tuf sela yang agak kasar dan berwarna kelabu. Lava bersusunan andesit hingga basal dan andesit piroksen; memperlihatkan struktur kekar. Lava ini terdapat sebagai selingan di dalam breksi.

.Struktur GeologiStruktur geologi yang terdapat di daerah ini adalah lipatan, sesar dan kekar.Lipatan yang terjadi mempunyai arah sumbu baratbaratlaut timurtenggara pada Formasi Bentang dan utarabaratlaut selatantenggara pada Formasi Jampang. (tidak termasuk pada lembar peta yang disajikan).Sesar yang dijumpai adalah sesar normal dan sesar geser. Sesar normal yang utama merupakan bagian unsur pembentukan depresi (Zona Bandung) yang dicirikan sebagai sesar Pegunungan Selatan, berarah barat timur.Arah jurus sesar geser umumnya baratdaya timurlaut, beberapa ada yang hampir barat timur dan baratlaut tenggara. Sesar-sesar ini melibatkan satuan batuan Tersier dan Kuarter, sehingga dapat ditafsirkan sebagai sesar yang muda. Melihat pola arahnya diperkirakan gaya tektonika berasal dari selatan ke utara yang diduga telah berlangsung sejak Oligosen Akhir Miosen Awal. Dengan demikian dapat diduga bahwa mungkin sebagian dari sesar tersebut merupakan penggiatan kembali sesar lama.Sesar yang berkembang dalam Kuarter umumnya sebagai pengontrol tumbuhnya gunungapi-gunungapi muda, terutama sistem sesar berarah baratdaya timurlaut yang memotong bagian tengah Lembar yang ditempati jajaran gunungapi Kendang Pangkalan Guntur Mandalawangi.

Gambar 210Peta Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

ASPEK KEGEMPAANFaktor utama yang menyangkut pemilihan parameter desain bangunan air tahan gempa, tergantung pada kondisi geologi dan kegempaan di daerah sekitar bangunan air tersebut. Bukti geologis aktivitas kegempaan tercermin pada struktur lipatan, kekar, sesar, dan struktur geologi lainnya. Didalam pengetrapannya tergantung pada jenis, masa guna, dan lokasi bangunan, serta kondisi tanah atau batuan di lokasi bangunan tersebut. Dalam investigasi ini, perhitungan angka percepatan gempa dasar dan koofisien gempa desain akan mengacu pada Peta Zona Gempa dalam Pedoman Teknik Penentuan Beban Gempa Pada Bangunan Pengairan (Pusat Litbang Sumber Daya Air, Tahun 2004), dengan menerapkan persamaan-persamaan sebagai berikut :

dimana :ad =percepatan gempa maksimum terkoreksi di permukaan tanah (gal) ac=percepatan gempa dasar (gal ; 1 gal = 1 cm/detik2)z=koefisien zona gempa (lihat Peta Zona Gempa)Ko =koefisien gempa tergantung periode ulangnya T v =koefisien koreksi pengaruh jenis tanah setempatKh =koefisien gempa rencana dari struktur di permukaan g =percepatan gravitasi (980 cm/detik2)=faktor koreksi jenis struktur bangunan (untuk tipe urugan, nilai = 0,5; sedangkan untuk struktur beton dan baja = 1).

Adapun Peta Zona Gempa Indonesia, Puslitbang Sumber Daya Air (2004), dapat dilihat dalam Gambar - 2.9

Gambar 211Peta Gempa IndonesiaDaerah penyelidikan secara umum masuk ke dalam wilayah Jawa Barat yang mempunyai koefisien zona z = 1,20 ; percepatan gempa dasar ac untuk periode ulang 100 tahun = 0,227 gal, factor koreksi aluvium 1,10 dan batuan 0.80. maka ad percepatan gempa perencanaan terkoreksi pada aluvium adalah = 0,300 gal, koefisien gempa adalah = 0.00031, Sedangkan percepatan gempa perencanaan terkoreksi pada batuan adalah = 0,218 gal, koefisien gempa adalah = 0,00022KAJIAN GEOLOGI LOKASI PEKERJAAN Survey Investigasi dan Desain (SID) Waduk Kedaleman di Kabupaten BandungBerdasarkan hasil kajian dari peta Geologi lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa (M. Alzwar, N. Akbar & S. Bachri, 1992), secara umum pada bagian hilir hingga muara antara dari S. Cirasea dan S. Citarum tertutupi oleh Endapan Danau (Qd) dan pada bagian hulu sampai hilir dari S. Cirasea terdiri atas Endapan Batuan Gunungapi Malabar - Tilu (Qmt), dengan demikian untuk lebih jelasnya identifikasi dari kedua satuan tanah atau batuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :Endapan Danau (Qd), terdiri atas lempung, lanau, pasir halus hingga kasar dan kerikil, umumnya bersifat tufan. Setempat batuannya membentuk lapisan mendatar dengan sisipan breksi, mengandung sisa-sisa tumbuhan. Endapan ini membentuk Dataran Bandung dan tebalnya mencapai lebih dari 100 m.Sebarannya menempati daerah dataran di bagian utara lembar peta geologi.

Batuan Gunungapi Malabar - Tilu (Qmt)ini terdiri atas tuf, breksi lahar dan lava. Tuf sela yang bersusunan andesit, mengnadung sedikit batuapung. Tuf ini tersebar ke utara dan baratlaut G. Tilu, setempat agak padu dan membentuk breksi. Breksi lahar mengandung sedikit batuapung dan terdapat di daerah G. Tilu. Lava umumnya bersusunan andesit piroksen, andesit hornblenda, setempat basal, berupa aliran dan kerucut pasir. Satuan ini bersumber dari G. Malabar I/Ipis (2321 m), Malabar II/Puncakbesar (2343 m) dan G. Tilu (2040 m).Adapun hasil kajian geologi permukaan tersebut dapat diperkuat oleh hasil investigasi kondisi geologi setempat seperti foto dokumentasi singkapan batuan yang dapat dijumpai disekitar S. Cirasea pada rencana waduk Kedaleman, Kab. Bandung.Lokasi Rencana Waduk Kedaleman, di Kab. BandungLokasi Rencana Waduk Kedaleman berada di Desa Pakutandang, Kec. Ciparay, Kab. Bandung.Dari hasil singkapan batuan yang ada disekitarnnya dapat dilihat bahwa tanah penutup berupa tufa pasiran, terpilah sedang, berwarna coklat kemerahan, mudah diurai dengan menggunakan tangan, sedangkan pada bagian bawah sesekali tampak adanya lapukan dari breksi gunungapi berwarna kekuningan yang berukuran lapili hingga bom, membundar hingga menyudut tanggung. Satuan batuan ini masuk kedalam kelompok Batuan Gunungapi Malabar - Tilu (Qmt) (lihat foto 1 dan 2 dibawah ini)

Gambar 212Singkapan di S. Cirasea berupa lapukan breksi lahar yang berukuran lapili bom, berwarna kekuningan. Sedangkan tanah penutup berupa tuf pasiran, terpilah sedang, berwarna coklat kemerahan, mudah diurai dengan menggunakan tangan

Gambar 213Singkapan di S. Cirasea berupa breksi lahar yang berukuran lapili bom, mengandung sedikit batuapung, dan lava andesit, berwarna kekuningan.

Dari aspek struktur geologi, daerah penelitian sejauh ini berkembang sesar normal dan sesar geser dengan arah jurus umumnya baratdaya timurlaut, beberapa ada yang hampir barat timur dan baratlaut tenggara. Sesar-sesar ini melibatkan satuan batuan Tersier dan Kuarter, sehingga dapat ditafsirkan sebagai sesar yang muda. Melihat pola arah diperkirakan gaya tektonika berasal dari selatan ke utara yang diduga telah berlangsung sejak Oligosen Akhir Miosen Awal. Dengan demikian dapat diduga bahwa mungkin sebagian dari sesar tersebut merupakan penggiatan kembali sesar lama.Dari aspek kegempaan wilayah Jawa Barat yang mempunyai koefisien zona z = 1,20 ; percepatan gempa dasar ac untuk periode ulang 100 tahun = 0,227 gal, factor koreksi aluvium 1,10 dan batuan 0.80. maka ad percepatan gempa perencanaan terkoreksi pada aluvium adalah = 0,300 gal, koefisien gempa adalah = 0.00031, Sedangkan percepatan gempa perencanaan terkoreksi pada batuan adalah = 0,218 gal, koefisien gempa adalah = 0,00022.

Kondisi Sosial Ekonomi di Lokasi PekerjaanLokasi rencana Pekerjaan Pra FS Pembuatan Bendung Waduk Kadaleman terletak di Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kecamatan Ciparay, terdapat beberapa desa yang termasuk dalam wilayah proyek yaitu disajikan dalam Tabel berikut :Tabel 27Desa-desa di Wilayah ProyekNoDesaNoDesa

Kecamatan CiparayKecamatan Baleendah

1Ciparay1Jelekong

2Gunungleutik2Manggahang

3Manggungharja3Bale Endah

4Sarimahi4Andir

5Ciheulang5Malakasari

6Serangmekar6Bojong Malaka

7Mekarsari7Rancamanyar

8Bumiwangi8Wargamekar

9Sumbersari

10Cikoneng

11Babakan

12Mekarlaksana

13Sagaracipta

14Pakutandang

Jumlah penduduk di Kecamatan Ciparay sampai akhir bulan Juni tahun 2007 adalah sebanyak 138.903 jiwa terdiri dari 70.286 laki-laki (51%) dan 68.617 perempuan (49%). Adapun distribusi penduduk untuk kedua kecamatan pada tiga tahun terakhir dengan laju pertumbuhan penduduknya disajikan pada tabel berikut :Tabel 28Jumlah Penduduk Kecamatan Ciparay dan Bale Endah.NoKecamatan20012002200320042005Rata-rata

1CiparayL653206161666588674747026066251.6

P560926380964086668466765063696.6

Jumlah 1121412125425130674134320137910129948.2

2Bale EndahL683767235281585830228463177993.2

P712807190483398860528830580187.8

Jumlah 2139656144256164983169074172936158181

TOTAL 1 + 2261068269681295657303394310846288129.2

LPP (%)03.309.632.622.463.60

Jenis mata pencaharian penduduk wilayah Kabupaten Bandung khususnya di lokasi pekerjaan di Kecamatan Ciparay sebagian besar bekerja di bidang pertanian, pedagang dan pegawai Negeri sipil. Disamping itu beberapa orang yang berprofesi sebagai buruh industri, peternak, pegawai swasta dan lain sebagainya. Sub sektor pertanian yang diusahakan penduduk di wilayah studi secara umum meliputi tanaman pangan. Gambaran mengenai jenis mata pencaharian di wilayah kegiatan masing-masing juga dapat diidentifikasi dari penggunaan lahan yang ada, dimana penggunaan lahan untuk usaha pertanian dan kebun mendominasi kegiatan ekonomi di daerah ini.Tataguna lahan di lokasi proyek adalah seperti tabel di bawah ini.Tabel 29Tata Guna Lahan di Wilayah ProyekNo.KecamatanSawah(Ha)Perumahan(Ha)Kebun campuran(Ha)Hutan(Ha)Tegalan(Ha)Kampung(Ha)Industri(Ha)Lain-lain(Ha)

1.Ciparay2.0051024506502105456

2.Bale Endah1.4961101.190---65558613

Hasil produksi pangan yang utama adalah padi, disajikan dalam Tabel 2-4 dan Tabel 2-5.Tabel 210Hasil Produksi Padi Sawah di Wilayah ProyekNo.KecamatanLuas Tanam(Ha)Luas Panen(Ha)Produksi(ton)Rata-rata Produksi(kw/ha)

1.Ciparay4.9275.17630.65659,23

2.Bale Endah2.1841.94211.20457,69

Tabel 211Hasil Produksi Padi Ladang di Wilayah ProyekNo.KecamatanLuas Tanam(Ha)Luas Panen(Ha)Produksi(ton)Rata-rata Produksi(kw/ha)

1.Ciparay27022373732,60

2.Bale Endah--------

Rencana Pengembangan Waduk KadalemanSumber air untuk waduk Kadaleman adalah sungai Cirasea dengan Daerah Aliran Sungai Cirasea, tepatnya berasal dari tida buah sungai yaitu Sungai Cirasea, Sungai Cikoneng, dan Sungai Cikatulampa. Batas-batas wilayah DAS Cirasea di sebelah utara adalah Kec. Ciparay yakni Desa Gunung Leutik, Desa Ciparay dan Desa Ciheulang ; di sebelah Barat oleh Kec. Majalaya yakni Desa Cikoneng, Desa Biru, dan Desa Maruyung; sebelah selatan oleh Kec. Pacet yakni desa Cinanggela; dan sebelah timur oleh Kec. Arjasari yakni Desa Pinggirsari, desa patrolsari. Sungai Cirasea mengalir di wilayah Kabupaten Bandung dengan hulu sungai di Arjasari Banjaran dan merupakan anak Sungai Citarum yang bermuara di Desa Mekarsari. Dengan memanfaatkan DAS Cirasea dari Waduk Kadaleman ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air untuk berbagai macam keperluan antara lain Air Irigasi (DI Cirasea - Kec. Ciparay dan Kec. Baleendah).Air Minum dan Rumah Tangga (Kec. Ciparay dan Kec. Baleendah).Air Industri (Kec. Majalaya).Keperluan lainnya.