BAB II Askep Osteoporosis

download BAB II Askep Osteoporosis

of 24

description

KMB

Transcript of BAB II Askep Osteoporosis

3

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOPOROSISA. Definisi OsteoporosisOsteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masssa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorbsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner and Suddarth, 2000).Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikro arsitektur jaringan tulang. Osteoporosis bukan hanya berkurangnya kepadatan tulang tetapi juga penurunan kekuatan tulang.Pada osteoporosis kerusakan tulang lebih cepat daripada perbaikan yang dilakukan oleh tubuh (WHO).Osteoporosis merupakan penyakit metabolism tulang yang ditandai pengurangan massa tulang, kemunduran mikro arsitektur tulang dan fagilitas tulang yang meningkat, sehingga risiko fraktur menjadi lebih besar. Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut (Adam, 2002; Kaniawati, 2003; Sennang, 2006).B. Jenis jenis osteoporosis1.Osteoporosispostmenopause(tipe I): Bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih dan Asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resorpsi tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi estrogen di masa menopause (Dambro, 2006).Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosispostmenopause(www.medicastore.com, 2009).2.Osteoporosisinvolutional(tipe II) / senilis: Terjadi pada kedua jenis kelamin yang berusia di atas 75 tahun. Tipe ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan yang samar dan lama antara kecepatan resorpsi tulang dengan kecepatan pembentukan tulang (Dambro, 2006). Kemungkinan juga diakibatkan dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis danpostmenopause (www.medicastore.com, 2009).3.Osteoporosis idiopatik: Tipe osteoporosis primer jarang yang terjadi pada wanitapremenopausedan pada laki-laki yang berusia di bawah 75 tahun. Tipe ini tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor risiko yang mempermudah timbulnya penurunan densitas tulang.Penyebabnya tidak diketahui (Dambro, 2006).4.Osteoporosis juvenil: Bentuk osteoporosis yang terjadi pada anak-anak prepubertas yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang. Bentuk ini jarang dijumpai (Dambro, 2006).5.Osteoporosis sekunder: Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan fraktur atraumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan obat-obatan (kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan), artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonadisme, dan lain-lain (Dambro, 2006). Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis.Penyakit ini bisa disebabkan pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini (www.medicastore.com, 2009).

C. Etiologi Osteoporosis1. Determinan Massa Tulanga. Faktor genetikPerbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis (www.medicastore.com).b. Faktor mekanis Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik(WWW.medicastore.com).c. Faktor makanan dan hormonPada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya (www.medicastore.com).2. Determinan penurunan Massa Tulanga. Faktor genetikFaktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama (www.medicastore.com).b. Faktor mekanisDi lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia (www.medicastore.com).c. KalsiumFaktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari (www.medicastore.com).

d. ProteinProtein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negative (www.medicastore.com)e. Estrogen.Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal(www.medicastore.com).f. Rokok dan kopiMerokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja (www.medicastore.com).g. AlkoholAlkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti (www.medicastore.com)D. Manifestasi Klinis 1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 );2. Nyeri timbul mendadak di tulang pinggul atau tulang punggung;3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang;4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur ;5. Nyeri ringan di bagian punggung pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas;6. Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan.

E. Patofisiologi Terjadinya OsteoporosisTulang normal terdiri dari komposisi yang kompak dan padat, berbentuk bulat dan batang padat serta terdapat jaringan berongga yang diisi oleh sumsum tulang.Tulang ini merupakan jaringan yang terus berubah secara konstan, dan terus diperbaharui. Jaringan yang tua akan digantikan dengan jaringan tulang yang baru. Proses ini terjadi pada permukaan tulang dan disebut sebagairemodelling.Dalamremodelingini melibatkanosteoclastsebagai perusak jaringan tulang danosteoblastsebagai pembentuk sel sel tulang baru.Menjelang usia tua prosesremodelingini berubah. Aktivitasosteoclastmenjadi lebih dominan dibandingkan dengan aktifitasosteoblastsehingga menyebabkan osteoporosis. Separuh perjalanan hidup manusia, tulang yang tua akan diresorpsi dan terbentuk serta bertambahnya pembentukan tulang baru (formasi). Pada saat kanak-kanak dan menjelang dewasa, pembentukan tulang terjadi percepatan dibandingkan dengan proses resorpsi tulang, yang mengakibatkan tulang menjadi lebih besar, berat dan padat. Proses pembentukan tulang ini terus berlanjut dan lebih besar dibandingkan dengan resorpsi tulang sampai mencapai titik puncak massa tulang (peak bone mass), yaitu keadaan tulang sudah mencapai densitas dan kekuatan yang maksimum.Peak bonemassini tercapai pada umumnya pada usia menjelang 30 tahun. Setelah usia 30 tahun secara perlahan proses resorpsi tulang mulai meningkat dan melebihi proses formasi tulang. Kehilangan massa tulang terjadi sangat cepat pada tahun-tahun pertama masa menopause, osteoporosis-pun berkembang akibat proses resorpsi yang sangat cepat atau proses penggantian terjadi sangat lambat.Dalam pembentukan massa tulang tersebut tulang akan mengalami perubahan selama kehidupan melalui tiga fase yaitu fase pertumbuhan, fase konsolidasi dan fase involusi. Pada fase pertumbuhan sebanyak 90% dari massa tulang dan akan berakhir pada saat epifise tertutup. Sedangkan pada tahap konsolidasi yang terjadi usia 10-15 tahun. Pada saat ini massa tulang bertambah dan mencapai puncak pada umur tiga puluhan. Serta terdapat dugaan bahwa pada fase involusi massa tulang berkurang (bone loss) sebanyak 35-50 tahun.Aktifitas remodeling tulang ini melibatkan faktor sistemik dan faktor lokal. Faktor sistemik adalah hormonal yang berkainan dengan metabolisme Kalsium, seperti hormon paratiroid, Vitamin D, kalsitonin, estrogen, androgen, hormon pertumbuhan, dan hormon tiroid. Sedangkan faktor lokal adalah Sitokin dan faktor pertumbuhan lain (IGF). (Permana, 2008)Di samping penuaan dan menopause, penipisan tulang diakibatkan oleh pemberian steroid sehingga mengakibatkan penurunan pembentukan tulang (bone formation) dan peningkatan resorpsi tulang (bone resorption).Steroid menghambat sintesis kolagen tulang olehosteoblastyang telah ada, dan mencegah transformasi sel-sel prekursor menjadiosteoblastyang dapat berfungsi dengan baik.Di samping itu, steroid juga sangat mereduksi sintesis protein.Gambaran histomorfometrik menunjukkan penurunan tingkat aposisi mineral, dan penipisan dinding tulang, yang diduga karena umurosteoblastyang semakin pendek. Efek steroid terhadap osteoblast juga melalui gangguan atas respons osteoblast terhadap hormon paratiroid, prostaglandin, sitokin, faktor pertumbuhan, dan 1,25-dihidroksi vitamin D. Sintesis dan aktivitas faktor-faktor parakrin lokal mungkin juga terganggu. Dibandingkan proses penuaan, penipisan tulang dalam osteoporosis akibat steroid lebih luas, karena permukaan-permukaan yang mengalami resorpsi dan hambatan formasi tulang juga lebih luas.Berbeda dengan efek steroid atas pembentukan tulang, penelitian mengenai gangguan resorpsi tulang masih terbatas.Diduga, pengaruh steroid terhadap resorpsi tulang berlangsung melalui hormon paratiroid.Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa setelah pengangkatan kelenjar paratiroid, respons osteoklastik terhadap steroid sepenuhnya hilang, sehingga disimpulkan bahwa resorpsi tulang terutama dikendalikan oleh hormon paratiroid. Namun, kebanyakan penelitian pada manusia tidak menemukan peningkatan kadar hormon paratiroid setelah pemberian terapi steroid. Penelitian lain menemukan peningkatan fragmen-fragmen hormon paratiroid, tetapi kadar hormon yang utuh tidak terpengaruh.Efek steroid terhadap absorpsi kalsium dalam usus tidak sama di setiap segmen-segmen usus tidak sama. Absorpsi di duodenum lebih kecil, tetapi absorpsi di kolon meningkat.Di samping penurunan absorpsi kalsium, steroid dapat meningkatkan ekskresi kalsium dalam urin.Pada pasien dengan pemberian steroid jangka panjang, hiperkalsiuria kemungkinan besar akibat mobilisasi kalsium di tulang-tulang dan penurunan reabsorpsi kalsium di tubuli renal.Steroid mungkin mengganggu metabolisme vitamin D, walaupun dugaan ini belum didasari bukti kuat. Kadar 1,25 dihidroksi vitamin D dalam serum menurun akibat pemberian steroid, tetapi perubahan dari 25-hidroksi vitamin D menjadi 1,25 dihidroksi vitamin D tidak mengalami perubahan.Steroid eksogen akan menghambat sekresi gonadotropin dari hipofisis, sehingga fungsigonad terganggu. Akibatnya, produksi estrogen dan testosteron menurun.Steroid menghambat sekresiLHdan menurunkan produksi estrogen yang difasilitasi olehFSH. Efek steroid yang lain adalah menurunkan sekresi hormon seks adrenal. Defisiensi estrogen dan pemakaian steroid saling memperkuat efek terhadap laju penipisan tulang. Ketikabone thinningterjadi, bagian trabekular lebih dulu terpengaruh dibandingkan bagian kortikal. Dengan demikian fraktur lebih sering terjadi di tulang-tulang pipih.Hiperkalsiuria danbone thinningterjaadi dalam 6 bulan sampai 12 bulan setelah pemakaian steroid eksogen.Setelah itu, laju penipisan tulang melambat hingga 2 sampai 3 kali dibandingkan keadaan normal.Resiko osteoporosis akibat steroid juga meningkat ketika dosis yang diberikan lebih tinggi. Belum jelas, apakah risiko timbul akibat pemberian dosis steroid yang lebih tinggi (prednison > 7,5 mg/dl atau yang setara dan dosis yang dihirup lebih besar dari 800-1200 g beclomethasone, 800-1000 g budesonide, 750 g fluticasone, dan 1000 g flunisolide) dalam jangka waktu pendek ( 6 bulan), atau dosis yang rendah (prednison 7,5 mg/dl) tetapi dalam waktu lebih lama (> 6 bulan). Yang jelas, risiko osteoporosis meningkat dengan dosis kumulatif steroid lebih tinggi dengan ditandai kehilangan massa tulang yang signifikan. Secara umum, dosis yang rendah lebih aman dibandingkan dosis tinggi, namun tidak jelas berapa dosis yang benar-benar aman.Laju penipisan tulang bisa meningkat hanya dengan pemberian 5-10 mg prednison setiap hari dan juga dengan steroid melalui inhalasi.Pemberian steroid dalam dosis berapapun perlu disertai dengan penilaian risiko osteoporosis dan pemantauan secara terus-menerus untuk mencegah fraktur.Secara skematis, patofisiologi osteoporosis akibat pemberian steroid dapat digambarkan sebagai 2 proses utama. Proses yang pertama adalah penurunan pembentukan tulang dan kenaikan resorpsi tulang. Terapi steroid secara kronik menurunkan umur osteoblast dan meningkatkan apoptosis.Pemberian steroid juga meningkatkan maturasi dan kegiatanosteoclastdan mengakibatkan antiapoptotik secara langsung.Dengan menurunkan absorpsi kalsium dari usus dan meningkatkan ekskresi kalsium urine, steroid mengakibatkan resoprsi tulang dan hiperparatiroidisme sekunder.Steroid menghambat produksi hormon steroid seksual dan sekresi dari adrenal, ovarium dan testis yang juga mengakibatkan resorpsi tulang (Wachjudi, 2008).

F. Path Way

G. Risiko Terjadinya Osteoporosis1. WanitaOsteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.

2. UsiaSeiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.

3. Ras/SukuRas juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.

4. Keturunan Penderita osteoporosisJika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama.

5. Gaya Hidup Kurang Baik

a. Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.

b. Minuman berkafein dan beralkohol.Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis. Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang.Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).

c. Malas OlahragaWanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.

d. MerokokTernyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan.Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak langsung.Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.

e. Kurang KalsiumJika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.

6. Mengkonsumsi ObatObat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.

7. Kurus dan MungilPerawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama pada derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.

H. Komplikasi OsteoporosisOsteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur.Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan.Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis anguler yang dapat menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.I. Asuhan Keperawatan Osteoporosis1. Pengkajian Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.1.Anamnesea)Identitasa.Identitas klienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.b.Identitas penanggung jawabIdentitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.b)Riwayat KesehatanDalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya:a.Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggangb.Berat badan menurunc.Biasanya diatas45 tahund.Jenis kelamin sering pada wanitae.Pola latihan dan aktivitasc)Pola aktivitas sehari-hariPola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik.Selain itu, olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal.Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility ( kemampuan gerak cepat dan lancar ) menurun, dan stamina menurun.2. Pemeriksaan Fisika. B1 (Breathing)Inspeksi: Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakangPalpasi: Taktil fremitus seimbang kanan dan kiriPerkusi: Cuaca resonan pada seluruh lapang paruAuskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronkib. B2 ( Blood)Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.c.B3 ( Brain)Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.a)Kepala dan wajah: ada sianosisb)Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemisc)Leher: Biasanya JVP dalam normalNyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebrad.B4 (Bladder)Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.e.B5 ( Bowel)Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.f.B6 ( Bone)Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowagers hump) dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.3.Pemeriksaan penunjanga)RadiologiGejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.b)CT-ScanDapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.

2. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman :Nyeri berhubungan dengan spasme otot dan fraktur2. Risiko terhadap cidera: fraktur berhubungan dengan massa tulang yang berkurang.3. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

3. Rencana keperawatanRENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NODIAGNOSA KEP-ANTUJUANRENCANA TINDAKAN

1Nyeri berhubungan dengan spasme ototSetelah Dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan criteria hasil : Pasien mengungkapkan merasa nyaman pada pinggang dan lutut Klien dapat beraktifitas tanpa terasa nyeri Pertahankan tirah baring Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan Batasi aktivitas Berikan alternatif posisi yang nyaman saat duduk, tidur, berdiri Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi Hindari konstipasi

2Resiko terjadi fraktur berhubungan dengan osteoporosisSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi fraktur dengan criteria hasil : Mengenal kemampuan gerak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Orientasikan kelayan terhadap lingkungan Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi Bantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan bantuan partial Pastikan ada alat Bantu untuk mencegah injuri seperti keset kamar mandi, pegangan tangan didinding

3Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pengetahuan kelayan meningkat dengan criteria hasil : Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat Diskusikan perlunya diet tinggi kalsium sesuai pesanan Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

J. Discharge planning1. Anjurkan klien dan keluarga melakukan latihan fisik secara teratur, hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. 2. Ajarkan klien dan keluarga latihan isometric, untuk memperkuat batang tubuh3. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet tinggi kalsium dan banyak minum air putih 1.5-2 liter / hari4. Anjurkan klien untuk berjemur dibawah sinar matahari pada pagi hari dan vitamin D yang adekuat5. Hindari gerakan mendadak dan mengangkat beban berat.6. Beri alat bantu jalan(tongkat, pagar / peganganpada dinding rumah) pada klien lansia untuk mencegah jatu7. Ciptakan lingkungan rumah yang nyaman dan aman, lantai rumah tidak licin.8. Gunakan keset kamar mandi dari bahan yang tidak lincin.9. Berikan penerangan dalam rumah yang baik10. Kamar mandi/WC tidak licin, kloset duduk yang nyaman bagi klien lansiaOSTEOPOROSIS : EXERCISE PROGRAMMING

JENISTUJUANINTENSITAS/FREKUENSI/DURASI

AEROBIKBerjalanBersepedaBerenangSenam aerobikMeningkatkan/mempertahankan kapasitas fungsionalIntensitas sedang3 5 hari/minggu20 30 menit/sesi

KEKUATANDumbbellsCalisthenicsAlat bebanMeningkatkan kekuatan lengan, bahu, kaki dan panggulMemberi pembebanan pada otot panggul dan punggung50% kemampuan (tingkat kesulitan 3-4 dari skala 1-10)2 3 sets, 8 repetitions2 3 hari/minggu (tak berurutan)

FLEKSIBILITASStretchingLatihan pereganganMeningkatkan/mempertahankan fleksibilitas5 7 hari/minggu

FUNGSIONALLatihan koordinasi dan keseimbanganMeningkatkan/mempertahankan aktivitas sehari-hari

26

25