BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf ·...

150
48 BAB II ANALISIS DATA Pada bab II ini berisi pembahasan analisis data yang akan dipaparkan mengenai penanda kohesi dan koherensi wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat. A. Penanda Kohesi Kohesi adalah keserasian hubungan bentuk atau struktur lahir suatu wacana. Di dalam penelitian terhadap wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat ditemukan dua jenis penanda kohesi, yaitu penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Selanjutnya, penanda kohesi leksikal berupa repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas- bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing penanda yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah tersebut. 1. Penanda Kohesi Gramatikal Penanda kohesi gramatikal dalam wacana gempilan sejarah meliputi empat unsur, yaitu: (a) pengacuan (referensi), (b) penyulihan (substitusi), (c) pelesapan

Transcript of BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf ·...

Page 1: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

48

BAB II

ANALISIS DATA

Pada bab II ini berisi pembahasan analisis data yang akan dipaparkan

mengenai penanda kohesi dan koherensi wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis

sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar

Semangat.

A. Penanda Kohesi

Kohesi adalah keserasian hubungan bentuk atau struktur lahir suatu wacana.

Di dalam penelitian terhadap wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora

Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat

ditemukan dua jenis penanda kohesi, yaitu penanda kohesi gramatikal dan penanda

kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan

(referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi).

Selanjutnya, penanda kohesi leksikal berupa repetisi (pengulangan), sinonimi (padan

kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-

bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing

penanda yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah tersebut.

1. Penanda Kohesi Gramatikal

Penanda kohesi gramatikal dalam wacana gempilan sejarah meliputi empat

unsur, yaitu: (a) pengacuan (referensi), (b) penyulihan (substitusi), (c) pelesapan

Page 2: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

49

(elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

kohesi gramatikal tersebut.

a. Pengacuan (Referensi)

Pengacuan (referensi) merupakan salah satu kohesi gramatikal yang

berupa satuan lingual yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului

atau mengikuti. Pengacuan terdiri atas tiga bentuk, yaitu: pengacuan persona

(kata ganti orang), pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk), dan

pengacuan komparatif (kata perbandingan).

1) Pengacuan Persona

Pengacuan persona terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) pengacuan persona I,

(2) pengacuan persona II, dan (3) pengacuan persona III, baik tunggal (bentuk

bebas ataupun bentuk terikat) maupun jamak. Kepaduan wacana yang ditandai

dengan kohesi gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona dapat

dilihat pada data-data berikut.

1.1 Pengacuan Persona I

Pengacuan pronomina persona I yang ditemukan dalam wacana

gempilan sejarah dapat dilihat pada data-data berikut.

(1) Soepratman nerusake ukarane: “Aku mbutuhake sisihan sing gelem dak

ajak nyabrangi donya wong loro. (PS/3/9/23/8/06/2013).

„Soepratman melanjutkan kata-katanya: "Saya membutuhkan seorang istri

yang mau saya ajak menyeberangi dunia berdua.‟

Prononima yang terdapat pada data (1) yaitu aku „saya‟ yang

merupakan pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas mengacu

pada Soepratman. Pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora yang

Page 3: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

50

bersifat anaforis, karena unsur yang diacu berada di dalam teks wacana yang

telah disebut terdahulu. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya

menggunakan teknik BUL.

(1a) Soepratman nerusake ukarane:

„Soepratman melanjutkan kata-katanya:‟

(1b) “Aku mbutuhake sisihan sing gelem dak ajak nyabrangi donya wong

loro.

„"Saya membutuhkan seorang istri yang mau saya ajak menyeberangi

dunia berdua.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (1b) kemudian dianalisis

dengan teknik lesap sebagai berikut.

(1c) “Ø mbutuhake sisihan sing gelem dak ajak nyabrangi donya wong loro.

„"Ø membutuhkan seorang istri yang mau saya ajak menyeberangi dunia

berdua.‟

Satuan lingual aku „saya‟ jika dilesapkan, data di atas menjadi tidak

gramatikal atau tidak berterima. Informasi yang diterima pembaca kurang jelas,

maka satuan lingual aku „saya‟ wajib hadir. Data tersebut selanjutnya diuji

dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(1d) “ Aku mbutuhake sisihan sing gelem dak ajak nyabrangi donya

*Kula

*Ingsun

wong loro.

„" Saya membutuhkan seorang istri yang mau saya ajak

*Saya

*Saya

menyeberangi dunia berdua.‟

Pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas aku „saya‟

merupakan ragam ngoko sehingga tidak dapat diganti dengan satuan lingual

kula „saya‟, karena kata kula „saya‟ termasuk ragam krama. Pronomina ingsun

Page 4: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

51

„saya‟ juga tidak dapat mengganti aku „saya‟ merupakan ragam klasik dan

hanya digunakan untuk Tuhan dan Raja. Oleh karena itu, kata ingsun „saya‟

tidak tepat digunakan pada kalimat di atas meskipun tidak merubah makna.

Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan pronomina persona I

yang berupa kata aku „saya‟ (pengacuan endofora yang bersifat anaforis)

terdapat dalam data (2) sampai dengan (3) berikut.

(2) [...] Aku wis rumangsa ora kuwat. Aku arep turu!” banjur less, nutup

netrane sateruse. (PS/1/10/22/1/06/2013).

„[...] Saya sudah merasa tidak kuat. Saya ingin tidur!” kemudian less,

menutup mata selamanya.‟

(3) [...] Iya kuwi salah sijine perkara yagene aku saiki ziarah mrene iki...!.

(PS/3/10/24/15/06/2013).

„[...] Ya itulah salah satu hal yang menyebabkan saya sekarang ziarah

kesini ini...!.‟

Data lain yang merupakan pengacuan persona I tunggal bentuk bebas

aku „saya‟ yang berupa pengacuan eksofora ada pada data berikut.

(4) Dene Soendoro, uga sawenehing wartawan sk. Pemandangan (jaman

sadurunge Jepang teka) lan nate dadi dosen luar biyasa ing UGM bab

ilmu publistik (jaman Republik), uga tau crita nyang aku, nate mertamu

neng omahe Soepratman kuwi mau. (PS/1/10/23/8/06/2013).

„Sedangkan Soendoro, juga seorang wartawan sk. Pemandangan (jaman

sebelum Jepang datang) dan pernah menjadi dosen luar biasa di UGM

bab ilmu publistik (jaman Republik), juga pernah bercerita kepada saya,

pernah bertamu di rumahnya Soepratman itu tadi.‟

Pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas aku „saya‟

mengacu pada unsur lain yang berada di luar teks wacana yaitu mengacu pada

pengarang (Soebagijo I. N.), ini merupakan penanda kohesi gramatikal

pengacuan eksofora. Data (4) di atas jika dikenai teknik BUL, hasilnya adalah

sebagai berikut.

Page 5: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

52

(4a) Dene Soendoro, uga sawenehing wartawan sk. Pemandangan (jaman

sadurunge Jepang teka) lan nate dadi dosen luar biyasa ing UGM bab

ilmu publistik (jaman Republik),

„Sedangkan Soendoro, juga seorang wartawan sk. Pemandangan (jaman

sebelum Jepang datang) dan pernah menjadi dosen luar biasa di UGM

bab ilmu publistik (jaman Republik),‟

(4b) uga tau crita nyang aku, nate mertamu neng omahe Soepratman kuwi

mau.

„juga pernah bercerita kepada saya, pernah bertamu di rumahnya

Soepratman itu tadi.‟

Kemudian data (4b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi berikut.

(4c) uga tau crita nyang Ø, nate mertamu neng omahe Soepratman kuwi mau.

„juga pernah bercerita kepada Ø, pernah bertamu di rumahnya

Soepratman itu tadi.‟

Pronomina persona aku „saya‟ wajib hadir, sebab apabila pronomina

tersebut dilesapkan maka data tersebut menjadi tidak gramatikal atau tidak

berterima. Selain itu, apabila pronomina aku „saya‟ dilesapkan informasi yang

diterima oleh pembaca menjadi tidak jelas. Selanjutnya, data tersebut diuji

dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(4d) uga tau crita nyang aku, nate mertamu neng omahe

awakku

*kula

Soepratman kuwi mau.

„juga pernah bercerita kepada saya, pernah bertamu di rumahnya

diriku

*saya

Soepratman itu tadi.‟

Hasil dari analisis data (4d) di atas menunjukkan bahwa pronomina

persona aku „saya‟ dapat diganti dengan satuan lingual awakku „diriku‟, karena

kedua satuan lingual tersebut masih dalam ragam yang sama yaitu sama-sama

menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko. Namun, kata aku „saya‟ tidak dapat

Page 6: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

53

diganti dengan satuan lingual kula „saya‟, karena satuan lingual kula „saya‟

merupakan ragam krama.

Pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas aku „saya‟ yang

berupa pengacuan eksofora juga terdapat dalam data (5) sampai dengan (6)

berikut.

(5) Miturut ngendikane Mas Imam nyang aku, penulis atur iki, karemane gus

Wage andhok neng warung “Asih” ing Kapasari,[...]

(PS/3/9/24/15/06/2013).

„Menurut perkataan mas Imam pada saya, penulis karya ini, kesukaan gus

Wage duduk di sebuah kedai "Asih" di Kapasari, [...]‟

(6) Iya aku dhewe iki, sing miturut ngendikane Ibuku, lair ing kampung

Kentadhan, Tulungagung. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„Ya saya sendiri ini, yang menurut Ibuku, lahir di desa Kentadhan,

Tulungagung.‟

Selain itu penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan persona I

tunggal bentuk bebas kula „saya‟ (pengacuan endofora yang bersifat kataforis)

terlihat pada data berikut.

(7) Kabar-kabare ngoten teng Barus, lha kula nggih dereng uninga pundi

pernahe Barus niku!”, Salamah ngambali. (PS/3/9/23/8/06/2013).

„Berita-beritanya begitu ke Barus, ya tentu saja saya tidak tahu di mana

tepatnya Barus itu! ", ulang Salamah.‟

Satuan lingual kula „saya‟ merupakan penanda kohesi gramatikal

berupa pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas yang mengacu

pada Salamah. Pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora yang

bersifat kataforis, karena satuan lingual yang diacu berada di dalam teks wacana

yang mengikutinya atau antesedennya berada disebelah kanan kata kula „saya‟.

Data (7) dianalisis menggunakan teknik BUL yaitu dibagi atas dua unsur

langsungnya sebagai berikut.

Page 7: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

54

(7a) Kabar-kabare ngoten teng Barus,

„Berita-beritanya begitu ke Barus,‟

(7b) lha kula nggih dereng uninga pundi pernahe Barus niku!”, Salamah

ngambali.

„ya tentu saja saya tidak tahu di mana tepatnya Barus itu! ", ulang

Salamah.‟

Selanjutnya data (7b) diuji dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai

berikut.

(7c) lha Ø nggih dereng uninga pundi pernahe Barus niku!”, Salamah

ngambali.

„ya tentu saja Ø tidak tahu di mana tepatnya Barus itu! ", ulang Salamah.‟

Setelah diuji dengan teknik lesap data (7c) menjadi tidak gramatikal

atau tidak berterima. Oleh karena itu, satuan lingual kula „saya‟ pada data di

atas wajib hadir, supaya informasi yang diterima oleh pembaca tetap jelas.

Setelah diuji dengan teknik lesap, data di atas kemudian dianalisis dengan

teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(7d) lha kula nggih dereng uninga pundi pernahe Barus niku!”,

*Aku

*Awakku

Salamah ngambali.

„ya tentu saja saya tidak tahu di mana tepatnya Barus itu! ",

*saya

*diriku

ulang Salamah.‟

Pronomina persona kula „saya‟ tidak dapat diganti dengan satuan

lingual aku „saya‟ maupun awakku „diriku‟, karena satuan lingual kula „saya‟

merupakan ragam krama sedangkan aku „saya‟ ataupun awakku „diriku‟

merupakan ragam ngoko.

Page 8: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

55

Penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan persona I tunggal bentuk

terikat lekat kanan -ku „-ku‟ tampak pada data berikut.

(8) Mangka saora-orane jenengku rak wis ditepungi bebrayan umume. Wr.

Soepratman, pengarang lagu “Indonesia Raya”. (PS/2/9/21/25/05/2013).

„Tapi setidaknya namaku sudah dikenal masyarakat umumnya. WR.

Soepratman, penulis lagu "Indonesia Raya".‟

Pada data (8) di atas terdapat penanda kohesi gramatikal berupa

pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku „-ku‟.

Satuan lingual -ku „-ku‟ pada jenengku mengacu pada unsur lain yang berada

di dalam tuturan yang baru disebut kemudian yaitu mengacu pada Soepratman.

Dengan ciri seperti itu maka -ku adalah jenis kohesi gramatikal pengacuan

endofora yang bersifat kataforis melalui pengacuan pronomina persona I

tunggal bentuk terikat lekat kanan. Selanjutnya data (8) dibagi unsur

langsungnya menjadi seperti berikut.

(8a) Mangka saora-orane jenengku rak wis ditepungi bebrayan umume.

„Tapi setidaknya namaku sudah dikenal masyarakat umumnya.‟

(8b) Wr. Soepratman, pengarang lagu “Indonesia Raya”.

„WR. Soepratman, penulis lagu "Indonesia Raya".‟

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (8a) kemudian diuji dengan

teknik lesap menjadi sebagai berikut.

(8c) Mangka saora-orane jenengØ rak wis ditepungi bebrayan umume. Wr.

Soepratman, pengarang lagu “Indonesia Raya”.

„Tapi setidaknya namaØ sudah dikenal masyarakat umumnya.‟

Hasil analisis data (8c) di atas menunjukkan bahwa pronomina persona I

tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku „-ku‟ pada jenengku wajib hadir, apabila

pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak berterima atau tidak

Page 9: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

56

gramatikal, serta informasi menjadi tidak jelas. Setelah diuji dengan teknik

lesap maka data tersebut kemudian dianalisis dengan teknik ganti seperti

berikut.

(8d) Mangka saora-orane jenengku rak wis ditepungi bebrayan

*jenengkula

umume.

„Tapi setidaknya namaku sudah dikenal masyarakat umumnya.‟

*nama saya

Pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku

„-ku‟ pada jenengku „namaku‟ tidak bisa diganti dengan pronomina kula „saya‟,

karena pronomina kula „saya‟ termasuk ragam krama, sedangkan pronomina -

ku „-ku‟ merupakan ragam ngoko.

Jenis pengacuan endofora bersifat anaforis melalui pengacuan

pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku „-ku‟ terdapat

dalam data (9) berikut.

(9) Soepratman dhewe kadhang-kadhang iya nggraita: “Geneya nasibku ha

teka elek temen? (PS/2/9/21/25/05/2013).

„Soepratman sendiri kadang-kadang tidak tahu: "Mengapa nasibku

menjadi mengerikan sekali?‟

Contoh pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat

kanan -ku „-ku‟ (pengacuan eksofora) tampak pada data (10) sampai dengan

(11) sebagai berikut.

(10) Uga ibuku dhewe, rikala sekolah neng Tulungagung, sing ditugasi

ngeterake dadak lali sapa asmane Ibuku. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„Juga ibuku sendiri, ketika sekolah di Tulungagung, yang ditugaskan

untuk mengantarkan tiba-tiba lupa siapa nama ibuku.‟

(11) Mangka, gelar yektine, asmane Ibuku: Yatimah. Soale, Ibu wis

yatimrikala miyos, mBah Kakung-ku wis seda. (PS/3/9/17/27/04/2013).

Page 10: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

57

„Dengan demikian, gelar sejatinya, ibuku: Yatimah. Soalnya, Ibu sudah

yatim ketika lahir, kakek-ku meninggal.‟

Data yang menunjukkan pengacuan pronomina persona I jamak

(pengacuan eksofora) terdapat pada data berikut.

(12) Awake dhewe bae, manggone ing kampung; becek yen mangsa udan,

bledug yen mangsa ketiga. (PS/1/10/18/4/05/2013).

„Kita saja, tinggal di desa; berlumpur saat musim hujan, berdebu saat

musim kemarau.‟

Data (12) menunjukkan adanya penanda kohesi gramatikal berupa

pengacuan pronomina persona I jamak awake dhewe „kita‟ yang mengacu pada

penulis dan pembaca wacana gempilan sejarah. Pengacuan tersebut merupakan

pengacuan eksofora (mengacu pada unsur lain yang berada di luar teks wacana)

melalui pronomina persona I jamak. Kemudian data (12) dibagi dengan teknik

bagi unsur langsung (BUL) menjadi berikut.

(12a) Awake dhewe bae, manggone ing kampung;

„Kita saja, tinggal di desa;‟

(12b) becek yen mangsa udan, bledug yen mangsa ketiga.

„berlumpur saat musim hujan, berdebu saat musim kemarau.‟

Selanjutnya data (12a) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(12c) Ø bae, manggone ing kampung;

„Ø saja, tinggal di desa;‟

Hasil analisis dengan teknik lesap data di atas menjadi tidak gramatikal.

Karena apabila satuan lingual awake dhewe „kita‟ dilesapkan informasi menjadi

tidak jelas, maka pronomina persona tersebut wajib hadir. Setelah dianalisis

Page 11: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

58

dengan teknik lesap, data dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai

berikut.

(12d) Awake dhewe bae, manggone ing kampung;

Aku lan kowe

Kita

„ Kita saja, tinggal di desa;‟

Aku dan kamu

Kita

Setelah dianalisis dengan teknik ganti data di atas menunjukkan bahwa

satuan lingual awake dhewe „kita‟ dapat diganti dengan satuan lingual aku lan

kowe „aku dan kamu‟ serta kita „kita‟, karena ragam yang digunakan sama yaitu

ragam ngoko.

Data lain yang menunjukkan pengacuan pronomina persona I jamak

(pengacuan eksofora) tampak pada data berikut.

(13) Saben kita nyanyekake lagu “Indonesia Raya”, kita kabeh ora krasa

nyanyekake lagu sing miturut hukum kadarbe dening si pencipta. Yaiku

Wage Rudolf Soepratman”. (PS/3/10/22/1/06/2013).

„Setiap kita menyanyikan lagu "Indonesia Raya", kita semua tidak

merasa menyanyikan lagu yang menurut hukum dimiliki oleh

penciptanya. Yaitu Wage Rudolf Soepratman ".‟

Tampak pada data (13) di atas terdapat adanya pengacuan pronomina

persona I jamak kita „kita‟ dan kita kabeh „kita semua‟ yang mengacu pada

penulis dan pembaca. Dengan ciri seperti itu, pengacuan tersebut adalah jenis

kohesi gramatikal pengacuan eksofora (acuannya berada di luar teks wacana)

melalui satuan lingual berupa pronomina persona I jamak. Data (13) dibagi atas

unsur langsungnya sebagai berikut.

(13a) Saben kita nyanyekake lagu “Indonesia Raya”, kita kabeh ora krasa

nyanyekake lagu sing miturut hukum kadarbe dening si pencipta.

Page 12: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

59

„Setiap kita menyanyikan lagu "Indonesia Raya", kita semua tidak

merasa menyanyikan lagu yang menurut hukum dimiliki oleh

penciptanya.‟

(13b) Yaiku Wage Rudolf Soepratman”.

„Yaitu Wage Rudolf Soepratman ".‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (13a) diuji dengan teknik

lesap menjadi sebagai berikut.

(13d) Saben Ø nyanyekake lagu “Indonesia Raya”, Ø ora krasa nyanyekake

lagu sing miturut hukum kadarbe dening si pencipta.

„Setiap Ø menyanyikan lagu "Indonesia Raya", Ø tidak merasa

menyanyikan lagu yang menurut hukum dimiliki oleh penciptanya.‟

Setelah data di atas diuji dengan teknik lesap, ternyata pronomina kita

„kita‟ dan kita kabeh „kita semua‟ wajib hadir. Pronomina tersebut apabila

dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima serta

informasi yang disampaikan menjadi tidak lengkap dan tidak jelas. Kemudian

data (13a) dianalisis dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut.

(13e) Saben kita nyanyekake lagu “Indonesia Raya”,

awake dhewe

aku lan kowe

kita kabeh ora krasa nyanyekake lagu sing miturut

*kita sedaya

*kula lan panjenengan sedaya

hukum kadarbe dening si pencipta.

„Setiap kita menyanyikan lagu "Indonesia Raya",

kita

saya dan kamu

kita semua tidak merasa menyanyikan lagu yang menurut

*kita semua

*saya dan kalian

hukum dimiliki oleh penciptanya.‟

Page 13: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

60

Hasil analisis data (13e) di atas, ternyata satuan lingual awake dhewe

„kita‟ dan aku lan kowe „saya dan kamu‟ dapat menggantikan posisi satuan

lingual kita „kita‟ karena tingkat tutur yang digunakan sama yaitu ragam ngoko.

Selanjutnya, pronomina kita kabeh „kita semua‟ tidak dapat digantikan dengan

pronomina kita sedaya „kita semua‟ dan kula lan panjenengan sedaya „saya

dan kalian‟ karena berbeda ragam. Pronomina kita kabeh „kita semua‟

merupakan ragam ngoko sedangkan pronomina kita sedaya „kita semua‟ dan

kula lan panjenengan sedaya „saya dan kalian‟ termasuk ragam krama.

Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan pronomina persona I

jamak kita kabeh „kita semua‟ tampak pada data (14) berikut.

(14) Lha iya rikala tekan Jatim kuwi mau Residen Surabaya Pamoedji

ngendika nyang pawongan kebener ngadeg ing sisihe: “Mas, Jan-jane

kita kabeh rak utang moril nyang sawenehing paraga!”.

(PS/3/10/22/1/06/2013).

„Nah ketika sampai Jatim itu tadi Residen Surabaya Pamoedji berkata

kepada orang yang kebetulan berdiri di sampingnya: “Mas, sebetulnya

kita semua berutang moral kepada beberapa orang!”.‟

1.2 Pengacuan Persona II

Pengacuan pronomina persona II terbagi menjadi dua, yaitu pengacuan

pronomina persona II tunggal (baik bentuk bebas maupun terikat) dan

pengacuan pronomina persona II jamak. Dalam penelitian ini hanya ditemukan

pengacuan pronomina persona II tunggal (baik bentuk bebas maupun terikat).

Beberapa contoh data yang merupakan pengacuan pronomina persona II yang

mendukung kepaduan wacana adalah sebagai berikut.

(15) [...] Banjur ditambahi: “Ha ya uwis, yen kowe wis bosen neng Cimahi,

kepiye yen tirah neng Randhudongkol bae?”. (PS/1/10/21/25/05/2013).

Page 14: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

61

„[...] Kemudian menambahkan: "Ha ya sudah, jika kamu sudah bosan di

Cimahi, bagaimana jika tinggal di Randhudongkol saja?".‟

Pada penggalan wacana (15) di atas terdapat pengacuan pronomina

persona II tunggal bentuk bebas kowe „kamu‟ yang mengacu pada unsur lain

yang berada di dalam teks wacana yang telah disebut terdahulu yaitu mengacu

pada Soepratman. Dengan ciri seperti itu, maka kata kowe „kamu‟ merupakan

pengacuan endofora yang bersifat anaforis melalui pengacuan pronomina

persona II tunggal bentuk bebas. Data (15) kemudian diuji dengan teknik dasar

BUL yaitu dibagi atas dua unsur langsungnya sebagai berikut.

(15a) [...] Banjur ditambahi:

„[...] Kemudian menambahkan:‟

(15b) “Ha ya uwis, yen kowe wis bosen neng Cimahi, kepiye yen tirah neng

Randhudongkol bae?”.

„"Ha ya sudah, jika kamu sudah bosan di Cimahi, bagaimana jika

tinggal di Randhudongkol saja?".‟

Setelah diuji dengan teknik dasar BUL, data (15b) kemudian dianalisis

dengan teknik lesap menjadi berikut.

(15c) “Ha ya uwis, yen Ø wis bosen neng Cimahi, kepiye yen tirah neng

Randhudongkol bae?”.

"Ha ya sudah, jika Ø sudah bosan di Cimahi, bagaimana jika tinggal di

Randhudongkol saja?".‟

Data tersebut tetap gramatikal meskipun pronomina persona II kowe

„kamu‟ dihilangkan, namun akan lebih baik jika pronomina tersebut hadir.

Selanjutnya data di atas dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(15d) “Ha ya uwis, yen kowe wis bosen neng Cimahi, kepiye

*sampeyan

*panjenengan

yen tirah neng Randhudongkol bae?”.

Page 15: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

62

"Ha ya sudah, jika kamu sudah bosan di Cimahi, bagaimana

*anda

*anda

jika tinggal di Randhudongkol saja?".‟

Setelah data di atas dianalisis dengan teknik ganti, ternyata pronomina

sampeyan „anda‟ dan panjenengan „anda‟ tidak dapat menggantikan posisi

pronomina kowe „kamu‟ karena berbeda tingkat tuturnya. Pronomina kowe

„kamu‟ merupakan ragam ngoko, sedangkan pronomina sampeyan „anda‟ dan

panjenengan „anda‟ termasuk ragam krama.

Pengacuan pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe „kamu‟

yang berupa pengacuan endofora kataforis terdapat dalam data (16) berikut.

(16) Angles, kekes atine sang mbakyu. Banjur takon: “Kepiye yen kowe dirawat

neng daleme Bapak, neng Cimahi bae?” [...]. (PS/3/9/21/25/05/2013).

„Heran, kecewa sekali hati sang kakak. Kemudian bertanya: "Bagaimana

jika kamu dirawat di rumah bapak, di Cimahi saja?" [...].‟

Data lain yang merupakan pronomina persona II tunggal adalah sebagai

berikut.

(17) Lha saiki iki Salamah nggoleki sedulure sing kabare manggon neng

Cimahi.“Ha napa sampeyan sampun tindak Cimahi?” dereng.

(PS/3/9/23/8/06/2013).

„Sekarang ini Salamah mencari saudara yang beritanya tinggal di

Cimahi. "Apa anda sudah pergi ke Cimahi?" belum.‟

Tampak pada data (17) adanya penanda kohesi gramatikal berupa

pengacuan persona II tunggal bentuk bebas sampeyan „anda‟ yang mengacu

pada tuturan yang berada di dalam tuturan yaitu pada Salamah yang telah

disebut terdahulu. Dengan ciri seperti itu, maka satuan lingual sampeyan „anda‟

merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis melalui pengacuan

Page 16: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

63

persona II tunggal bentuk bebas. Data (17) kemudian diuji dengan teknik bagi

unsur langsung menjadi sebagai berikut.

(17a) Lha saiki iki Salamah nggoleki sedulure sing kabare manggon neng

Cimahi.

„Sekarang ini Salamah mencari saudara yang beritanya tinggal di

Cimahi.

(17b) “Ha napa sampeyan sampun tindak Cimahi?” dereng.

„"Apa anda sudah pergi ke Cimahi?" belum.‟

Kemudian data (17b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut.

(17c) “Ha napa Ø sampun tindak Cimahi?” dereng.

„"Apa Ø sudah pergi ke Cimahi?" belum.‟

Pengacuan pronomina persona II sampeyan „anda‟ pada data (17c)

wajib hadir, pronomina tersebut apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi

tidak gramatikal atau tidak berterima. Setelah itu, data (17b) diuji dengan teknik

ganti pada pronomina persona sampeyan „anda‟ menjadi berikut.

(17d) “Ha napa sampeyan sampun tindak Cimahi?” dereng.

panjenengan

*kowe

„"Apa anda sudah pergi ke Cimahi?" belum.‟

anda

*kamu

Hasil analisis dengan menggunakan teknik ganti di atas menyatakan

bahwa pronomina persona sampeyan „anda‟ dapat diganti dengan pronomina

persona penjenengan „anda‟, karena kedua pronomina tersebut mempunyai

ragam yang sama yaitu ragam krama. Namun pronomina persona kowe „kamu‟

tidak dapat menggantikan posisi pronomina persona sampeyan „anda‟ karena

Page 17: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

64

ragam yang digunakan berbeda. Pronomina persona sampeyan „anda‟

merupakan ragam krama sedangkan kowe „kamu‟ termasuk ragam ngoko.

Pengacuan pronomina persona II tunggal bentuk bebas sampeyan „anda‟

(pengacuan endofora yang bersifat anaforis) juga terdapat pada data (18)

berikut.

(18) [...] Nuju sawijining dina mojar nyang gus Wage: “Sampeyan ki dak

delok wasis nganganggit. Geneya teka ora ngarang buku?”.

(PS/2/10/18/4/05/2013).

„[...] Suatu hari bilang pada gus Wage: "Anda saya lihat pintar

mengarang. Mengapa tidak mengarang buku? ".‟

Selain itu, penanda kohesi gramatikal yang berupa pengacuan persona II

juga terdapat pada data berikut.

(19) Soal Salamah, ha hiya wis ben-ben kono. Gud-bai, sayonara. Tinggal

dimana, karep-karepmu kono. (PS/3/9/21/25/05/2013).

„Soal Salamah, ha ya sudah biarkan saja. Selamat tinggal. Tinggal

dimana, terserah padamu.‟

Pada tuturan (19) di atas terdapat penanda kohesi gramatikal berupa

pengacuan pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu „-mu‟.

Pengacuan tersebut termasuk pengacuan endofora yang bersifat anaforis, karena

mengacu pada tuturan yang berada di dalam teks wacana yang telah disebut

terdahulu atau antesedennya berada di sebelah kiri. Data (19) kemudian dibagi

atas unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi berikut.

(19a) Soal Salamah, ha hiya wis ben-ben kono.

„Soal Salamah, ha ya sudah biarkan saja.‟

(19b) Gud-bai, sayonara.

„Selamat tinggal.‟

(19c) Tinggal dimana, karep-karepmu kono.

„Tinggal dimana, terserah padamu.‟

Page 18: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

65

Selanjutnya data (19c) dianalisis menggunakan teknik lesap, hasilnya

adalah sebagai berikut.

(19d) Tinggal dimana, karep-karepØ kono.

„Tinggal dimana, terserah padaØ.‟

Setelah data di atas dikenai teknik lesap adalah bahwa pronomina

persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu „-mu‟ wajib hadir, karena

apabila pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak berterima

atau tidak gramatikal, serta informasi yang diterima oleh pembaca menjadi

tidak jelas. Kemudian data tersebut diuji dengan teknik ganti pada pronomina -

mu „-mu‟ menjadi sebagai berikut.

(19e) Tinggal dimana, karep-karepmu kono.

*karep-karep panjenengan

„Tinggal dimana, terserah padamu.‟

*terserah pada anda

Pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu „-mu‟ pada

karep-karepmu tidak dapat diganti dengan pronomina panjenengan, karena

pronomina panjenengan „anda‟ merupakan ragam krama sedangkan pronomina

-mu„-mu‟ merupakan ragam ngoko.

1.3 Pengacuan Persona III

Beberapa contoh penanda kohesi gramatikal yang berupa pengacuan

pronomina persona III dapat ditemukan pada data berikut.

(20) Wis ginaris ing pepesthen, Soepratman nuju sawiji dina dadak dheweke

padu karo sinyo, dikroyok sinyo telu kathik karo ngolok-ngolok pisan.

(PS/2/10/17/27/04/2013).

„Sudah digariskan di takdir, Soepratman suatu hari tiba-tiba dia

bertengkar dengan sinyo (anak laki-laki peranakan Eropa), dikroyok tiga

sinyo sementara dengan mengejek pula.‟

Page 19: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

66

Pada data (20) di atas terdapat penanda pengacuan pronomina persona

III tunggal bentuk bebas pada satuan lingual dheweke „dia‟, yang mengacu

unsur lain yang berada di dalam tuturan yang telah disebut terdahulu, yaitu

mengacu pada Soepratman. Satuan lingual dheweke „dia‟ merupakan jenis

kohesi gramatikal pengacuan endofora yang bersifat anaforis melalui

pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk bebas. Data (20) diuji dengan

teknik BUL yaitu:

(20a) Wis ginaris ing pepesthen,

„sudah digariskan di takdir,‟

(20b) Soepratman nuju sawiji dina dadak dheweke padu karo sinyo,

„Soepratman pada suatu hari mendadak dia bertengkar dengan sinyo,‟

(20c) dikroyok sinyo telu kathik karo ngolok-ngolok pisan.

„dikroyok sinyo tiga sebab dengan mengolok-ngolok juga.‟

Kemudian data (20b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai

berikut.

(20d) Soepratman nuju sawiji dina dadak Ø padu karo sinyo,

„Soepratman suatu hari tiba-tiba Ø bertengkar dengan sinyo,‟

Penanda kohesi gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona

III tunggal bentuk bebas pada satuan lingual dheweke „dia‟ apabila dilesapkan

data tersebut tetap gramatikal, tetapi akan lebih baik jika pengacuan persona

tersebut hadir. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan teknik ganti, hasilnya

sebagai berikut.

(20e) Soepratman nuju sawiji dina dadak dheweke padu karo

*piyambakipun

*panjenenganipun

sinyo,

Page 20: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

67

„Soepratman suatu hari tiba-tiba dia bertengkar dengan sinyo,‟

*dia

*dia

Hasil analisis data di atas adalah bahwa pronomina persona dheweke

„dia‟ tidak dapat diganti dengan pronomina persona piyambakipun „dia‟

maupun dengan pronomina persona panjenenganipun „dia‟, karena berbeda

ragam. Pronomina persona piyambakipun „dia‟ dan panjenenganipun „dia‟

merupakan ragam krama, sedangkan pronomina persona dheweke merupakan

ragam ngoko.

Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan pronomina persona III

yang berupa kata dheweke „dia‟ (pengacuan endofora yang bersifat anaforis)

terdapat dalam data (21) sampai dengan (32) berikut.

(21) Ana siji sing narik kawigaten ngenani kapribadene Soepratman, yaiku

dheweke kuwi nduweni dhasar (bakat) [...]. (PS/2/10/17/27/04/2013).

„Ada satu yang menarik perhatian mengenai kepribadiannya Soepratman,

yaitu dia itu mempunyai bakat [...].‟

(22) Dadi, nganti dina kuwi, Soepratman iya isih tetep njagakake uripe saka

sk. Kaum Kita bae. Mangka, kanggo surat kabar mau dheweke kudu

nulis[...]. (PS/2/9/18/4/05/2013).

„Jadi, sampai hari ini, Soepratman masih tetap menggantungkan hidupnya

dari sk. Kaum Kita saja. Padahal, untuk surat kabar tadi dia harus

menulis[...].‟

(23) Soepratman sering nampa informasi saka Soegondo, sing banjur diramu

dadi berita, diedol nyang koran papane dheweke makarya.

(PS/2/9/19/11/05/2013).

„Soepratman sering menerima informasi dari Soegondo, yang kemudian

dicampur menjadi berita, dijual ke koran tempat dia bekerja.‟

(24) Luluh lantak atine gus Wage. Satemah njalari dheweke ketaman lara

t.b.c[...]. (PS/2/9/21/25/05/2013).

„Hancur hatinya gus Wage. Dan menyebabkan dia menderita sakit

t.b.c[...].‟

Page 21: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

68

(25) Udakara telung taunan Soepratman neng Cimahi. Mbaka sethithik

kesarasane pulih maneh. Sauntara iku dheweke babar blas ora nate

kontak karo Salamah [...]. (PS/1/10/21/25/05/2013).

„Sekitar tiga tahun Soepratman di Cimahi. Secara bertahap kesehatannya

pulih kembali. Sementara itu dia benar-benar tidak pernah kontak dengan

Salamah [...].‟

(26) [...] Rikala sawatara Pengurus Parindra njaluk tulung nyang dheweke

supaya nganggit lagu [...]. (PS/2/9/22/1/06/2013).

„[...] Ketika beberapa Pengurus Parindra meminta tolong kepada dia agar

mengarang lagu [...].‟

(27) [...] Miturut ujaring kandha, sadurunge wafat, dheweke isih bisa mojar

nyang para sing ana sandhinge. (PS/1/10/22/1/06/2013).

„[...] Menurut rumor yang mengatakan, sebelum kematiannya, dia masih

bisa berbicara pada yang ada di sampingnya.‟

(28) [...] Dheweke dening GUSTI tinitahake dadi sawenehing pujangga [...].

(PS/2/10/22/1/06/2013).

„[...] Dia dititahkan oleh Allah untuk menjadi penyair [...].‟

(29) [...] Luwih-luwih tumrap mbakyune, nyonya Soepratiyah, sing ngemong

dheweke wiwit cilik. (PS/2/10/23/8/06/2013).

„[...] Khusus untuk kakaknya, nyonya Soepratiyah, yang merawat dia

sejak kecil.‟

(30) Ing ndalem bukune “Doeapoelah Tahoen Jadi Wartawan”, Kwee Kek

Beng nulis, manawa anak buahe sing jenenge Wage Rudolf Soepratman

kanthi ati mongkog, bombong crita nyang dheweke[...].

(PS/1/10/18/4/05/2013).

„Di dalam bukunya “Doeapoelah Tahoen Jadi Wartawan”, Kwee Kek

Beng menulis, bahwa anak buahnya yang bernama WR. Soepratman

dengan hati bangga, senang cerita pada dia [...].‟

(31) Arep nulis layang, ha wong Salamah buta-huruf. Taunan-aksara, nadyan

ta dheweke randhane mantri-guru. (PS/1/10/21/25/05/2013).

„Ingin menulis surat, Salamah saja buta huruf. Setiap tahun, meskipun dia

adalah janda dari mantri guru.‟

(32) Sing tansah gawe nggrantesing pikir, miturut Ny. Salamah, dene

dheweke ora bisa ndhampingi sang suami rikala pas kapundhut GUSTI

kae. (PS/3/10/24/15/06/2013).

„Yang selalu membuat mengenasnya pikiran, menurut Ny. Salamah,

sebab dia tidak bisa menemani suaminya saat dipanggil Allah.‟

Page 22: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

69

Data yang mengandung penanda kohesi berupa pengacuan pronomina

persona III tunggal bentuk bebas dheweke „dia‟ (pengacuan endofora kataforis)

terdapat pada data (33) berikut.

(33) Sedina sadurunge dheweke wafat, salah sijine mitrane sing uga dadi

jurnalis, yaiku Imam Soepardi sing dadi Pemimpin Redaksi mingguan

basa Jawa “Panjebar Semangat” merlokake tinjo neng omahe

Soepratman. (PS/1/10/22/1/06/2013).

„Sehari sebelum dia meninggal, salah satu temannya yang juga menjadi

seorang jurnalis, yaitu Imam Soepardi yang menjadi pemimpin redaksi

mingguan bahasa Jawa “Panjebar Semangat” perlu berkunjung ke

rumahnya Soepratman.‟

Data yang mengandung penanda kohesi gramatikal yang berupa

pengacuan persona III juga terdapat pada data berikut.

(34) Rikala Soepratman diwenehi wektu, atine dheg-dhegan.

(PS/3/10/19/11/05/2013).

„Ketika Soepratman diberi waktu, hatinya berdebar-debar.‟

Tampak pada data (34) menunjukkan adanya penanda pengacuan

pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne „-nya‟ yang

mengacu pada Soepratman. Pronomina persona -ne „-nya‟ termasuk pengacuan

tersebut merupakan pengacuan endofora anaforis, karena satuan lingual

dheweke „dia‟ mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks wacana yang

antesedennya berada di sebelah kiri. Kemudian data (34) diuji dengan teknik

BUL sebagai berikut.

(34a) Rikala Soepratman diwenehi wektu,

„Ketika Soepratman diberi waktu,‟

(34b) atine dheg-dhegan.

„hatinya berdebar-debar.‟

Page 23: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

70

Setelah diuji dengan teknik BUL, selanjutnya data dianalisis dengan

teknik lesap menjadi sebagai berikut.

(34c) atiØ dheg-dhegan.

„hatiØ berdebar-debar.‟

Hasil analisis di atas adalah bahwa pronomina persona -ne „-nya‟ wajib

hadir, apabila pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak

gramatikal atau tidak berterima. Data tersebut kemudian diuji dengan teknik

ganti, hasilnya adalah sebagai berikut.

(34d) atine dheg-dhegan.

*atinipun

„ hatinya berdebar-debar.‟

*hatinya

Setelah data diuji dengan teknik ganti adalah bahwa pronomina persona

III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne „-nya‟ pada atine „hatinya‟ tidak dapat

diganti dengan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ipun

„-nya‟ pada atinipun karena adanya perbedaan ragam yaitu ngoko dan krama.

Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan pronomina persona III

tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne „-nya‟ (pengacuan endofora anaforis)

terdapat dalam data (35) sampai dengan (37) berikut.

(35) Kabeh-kabeh mau uga tansah sinemak dening WR Soepratman sang

Komponis. Wis awake ringkih, kasarasane keganggu merga sering kudu

nekani rapat-rapat ing wayah wengi. (PS/3/10/20/18/05/2013).

„Semuanya tadi juga terus disimak oleh WR Soepratman sang komponis.

Sudah tubuhnya lemah, kesehatannya terganggu karena sering

menghadiri pertemuan di malam hari.‟

(36) Soepratman, sing ngangep Rukiyem iki minangka gantine Ibune, anane

hiya banjur mung manut miturut bae. (PS/3/9/21/25/05/2013).

Page 24: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

71

„Soepratman, yang menganggap Rukiyem ini sebagai penggantinya

ibunya, adanya ya kemudian hanya taat saja.‟

(37) Bareng Bung Karno dalah pawong mitrane kapancasan ukuman

dikunjara ing Sukamiskin, Bandung, para pengikute sing isih ana njaba

ora katut diukum, malahan banjur padha dredeg dhewe.

(PS/3/10/20/18/05/2013).

„Ketika Bung Karno dan seorang temannya diputuskan diberi hukuman

dipenjara di Sukamiskin, Bandung, para pengikutnya yang masih berada

di luar dan tidak ikut dihukum, kemudian mereka gemetaran sendiri.‟

Penanda pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat

kanan -ne „-nya‟ yang berupa pengacuan endofora kataforis juga tampak pada

data (38) berikut.

(38) Kadhang-kadhang mbakayune teka neng kamare, karepe ngancani

ngajak jagongan. (PS/3/9/22/1/06/2013).

„Kadang-kadang kakaknya datang ke kamarnya, akan menemani

mengajak bicara.‟

Jenis pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat

kanan -ne „-nya‟ yang berupa pengacuan eksofora juga terdapat dalam data (39)

berikut.

(39) Nganti tamat, nganti neng beslit (surat kekancingan) dadi guru, asmane

ditulis: Siti Soetinah. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„Sampai akhirnya, sampai di beslit (surat Perjanjian) menjadi guru,

namanya ditulis: Siti Soetinah.‟

2) Pengacuan Demonstratif

Pengacuan demonstratif atau kata ganti penunjuk dibedakan menjadi

dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina

demonstratif tempat (lokasional). Pronomina demonstratif waktu (temporal)

yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pronomina demonstratif waktu

kini, waktu lampau, dan waktu netral, sedangkan pronomina demontratif tempat

Page 25: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

72

yang ditemukan berupa pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur,

agak jauh dengan penutur, jauh dengan penutur, dan menunjuk secara eksplisit.

2.1 Pengacuan Demonstratif Waktu (Temporal)

Pronomina demontratif waktu dapat dilihat pada beberapa data berikut

ini.

(40) Genahe maneh pers isih mujudake piranti perjuangan. Durung mujudake

industri kaya jaman saiki iki. (PS/3/10/17/27/04/2013).

„Jelasnya lagi pers masih mewujudkan perjuangan. Belum mewujudkan

industri seperti zaman sekarang ini.‟

Pada wacana (40) di atas terdapat penanda kohesi gramatikal berupa

pengacuan demonstratif waktu kini yaitu pada kata saiki „sekarang‟ yang

mengacu pada pers zaman ini. Kemudian data dibagi atas unsur langsungnya

dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut.

(40a) Genahe maneh pers isih mujudake piranti perjuangan.

„Jelasnya lagi pers masih mewujudkan perjuangan.‟

(40b) Durung mujudake industri kaya jaman saiki iki.

„Belum mewujudkan industri seperti zaman sekarang ini.‟

Selanjutnya data (40b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut.

(40c) Durung mujudake industri kaya jaman Ø iki.

„Belum mewujudkan industri seperti zaman Ø ini.‟

Pronomina demonstratif saiki „sekarang‟ apabila dilesapkan data masih

tetap gramatikal, namun informasi yang disampaikan kurang lengkap, dan akan

lebih baik lagi jika pronomina tersebut tetap hadir atau tidak dilesapkan.

Kemudian data tersebut diuji dengan dengan teknik ganti, hasilnya adalah

sebagai berikut.

Page 26: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

73

(40d) Durung mujudake industri kaya jaman saiki iki.

*sapunika

*samenika

„Belum mewujudkan industri seperti zaman sekarang ini.‟

*sekarang

*sekarang

Setelah diuji dengan teknik ganti adalah bahwa pronomina demonstratif

waktu saiki „sekarang‟ tidak dapat diganti dengan pronomina demonstratif

sapunika „sekarang‟ dan pronomina demonstratif samenika „sekarang‟ karena

berbeda ragam. Sapunika „sekarang‟ dan samenika „sekarang‟ merupakan

ragam krama, sedangkan saiki „sekarang‟ termasuk ragam ngoko.

Contoh data pengacuan demonstratif waktu saiki „sekarang‟ berupa

pengacuan endofora kataforis yang lain juga terdapat pada data (41) dan (42)

sebagai berikut.

(41) Soepratman njur pamit nyang mbak yune sing saiki dieloni iki.

(PS/3/9/18/4/05/2013).

„Soepratman kemudian berpamitan pada kakaknya yang sekarang

diikuti ini.‟

(42) Soepratman, sing dhek nom-nomane seneng dansa-dansi, minum-minum

karo nona-noni, gaul rapet karo pawongan Landa, saiki iki malik

grembyang. (PS/3/10/18/4/05/2013).

„Soepratman, yang ketika mudanya suka menari, minum-minum dengan

seorang wanita-wanita, hubungannya erat dengan orang-orang Belanda,

sekarang ini berubah drastis.‟

Penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan demonstratif waktu juga

terdapat pada data berikut ini.

(43) Iya kaya mangkono kuwi kahanane dhek jaman 90-100 taun kepungkur.

(PS/1/10/17/27/04/2013).

„Ya seperti itu situasi ketika zaman 90-100 tahun yang lalu.‟

Page 27: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

74

Pronomina kepungkur „yang lalu‟ pada data (43) di atas merupakan

pengacuan pronomina demonstratif waktu lampau kepungkur „yang lalu‟.

Pronomina tersebut merupakan pengacuan endofora anaforis karena mengacu

pada satuan lingual jaman 90-100 taun „zaman 90-100 tahun‟ yang disebutkan

sebelum pronomina kepungkur „yang lalu‟. Kemudian data (43) di atas dibagi

atas unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut.

(43a) Iya kaya mangkono kuwi

„Ya seperti itu‟

(43b) kahanane dhek jaman 90-100 taun kepungkur.

„situasi ketika jaman 90-100 tahun yang lalu.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, kemudian

data (43b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut.

(43c) kahanane dhek jaman 90-100 taun Ø

„situasi ketika jaman 90-100 tahun Ø.‟

Hasil analisis di atas adalah bahwa pronomina kepungkur „yang lalu‟

wajib hadir, apabila pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak

berterima atau tidak gramatikal dan informasi yang diterima menjadi tidak

jelas. Selanjutnya, data dianalisis dengan teknik ganti menjadi berikut.

(43d) kahanane dhek jaman 90-100 taun kepungkur.

*kepengker

„situasi ketika jaman 90-100 tahun yang lalu.‟

*yang lalu

Analisis dengan teknik ganti pada data di atas menyatakan bahwa

pronomina demonstratif kepungkur „yang lalu‟ tidak dapat diganti dengan

pronomina demonstratif kepengker „yang lalu‟, karena kepengker „yang lalu‟

Page 28: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

75

merupakan ragam krama, sedangkan kepungkur „yang lalu‟ termasuk ragam

ngoko.

Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan demonstratif waktu

lampau kepungkur „yang lalu‟ (pengacuan endofora anaforis) terdapat dalam

data (44) berikut.

(44) Wah maneh dhek samana taun 1926, mentas bae ana ontran-ontran lan

dahuru sing kelakone lagi rong taun kepungkur.

(PS/3/10/19/11/05/2013).

„Wah lagi ketika pada tahun 1926, akhir-akhir ini ada pembantaian

(pembunuhan besar-besaran) dan tidak ada perdamaian yang terjadi lagi

dua tahun yang lalu.‟

Data pengacuan demonstratif waktu lainnya juga tampak pada data

berikut.

(45) Saka kadohan keprungu suwarane jago kluruk, pratandha yen wis

bangun raina. Nyatane mula rikala kuwi wis gagat raina; wis parak

esuk. (PS/2/10/19/11/05/2013).

„Dari kejauhan terdengar suara ayam jantan, pertanda jika telah fajar.

Sebenarnya ketika itu telah fajar; telah pagi.‟

Tampak pada data (45) di atas pronomina esuk „pagi‟ merupakan

pengacuan pronomina demonstratif waktu netral. Pronomina esuk „pagi‟

mengacu pada satuan lingual yang telah disebut sebelumnya, yaitu pada satuan

lingual raina „fajar‟. Pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora yang

bersifat anaforis, karena satuan lingual yang diacu berada di dalam teks yang

telah disebut terdahulu. Data (45) dibagi atas unsur langsungnya menjadi

sebagai berikut.

(45a) Saka kadohan keprungu suwarane jago kluruk, pratandha yen wis

bangun raina.

„Dari kejauhan terdengar suara ayam jantan, pertanda jika telah fajar‟

Page 29: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

76

(45b) Nyatane mula rikala kuwi wis gagat raina; wis parak esuk.

„Sebenarnya ketika itu telah fajar; telah pagi.‟

Kemudian data (45b) diuji dengan menggunakan teknik lesap, hasilnya

adalah sebagai berikut.

(45c) Nyatane mula rikala kuwi wis gagat raina; wis parak Ø.

„Sebenarnya ketika itu telah fajar; telah Ø.‟

Pengacuan demonstratif waktu netral esuk „pagi‟ pada data (45c) di atas

apabila dikenai teknik lesap maka wacana tersebut menjadi tidak gramatikal.

Dengan ciri seperti itu, maka pronomina esuk „pagi‟ wajib hadir agar informasi

tersampaikan dengan jelas dan lengkap. Setelah diuji dengan teknik lesap, data

(45b) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut.

(45d) Nyatane mula rikala kuwi wis gagat raina; wis parak esuk.

*enjing

„Sebenarnya ketika itu telah fajar; telah pagi.‟

*pagi

Pronomina esuk „pagi‟ pada data (45d) setelah dianalisis dengan teknik

ganti, ternyata kata esuk „pagi‟ tidak bisa diganti dengan kata enjing „pagi‟

karena perbedaan ragam. Kata enjing „pagi‟ merupakan ragam krama,

sedangkan kata esuk „pagi‟ termasuk ragam ngoko. Pengacuan demonstratif

waktu netral juga terdapat pada data berikut.

(46) Banget kesele; satemah keturon ing papane lungguh mau, tangi-tangi wis

parak awan; terus kanthi alon dheweke nyoba nyanyi lagu gubahane

kuwi, sing satemene uga wis nate dikumandhangke ing ndalem

pertemuan ing Gang Kenari kae. (PS/2/10/19/11/05/2013).

„Sangat lelah; dan tertidur di tempatnya duduk tadi, bangun-bangun

telah siang; kemudian dengan pelan dia menyanyikan lagu karangannya

itu, yang sebenarnya juga sudah pernah dinyanyikan di dalam

pertemuan di Gang Kenari itu.‟

Page 30: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

77

Pada data (46) di atas terdapat adanya pengacuan demonstratif waktu

netral yaitu pada kata awan „siang‟ yang mengacu pada tuturan sebelumnya

bangun-bangun sudah siang, pengacuan seperti ini disebut pengacuan endofora

yang bersifat anaforis. Kemudian data (46) diuji dengan teknik BUL, hasilnya

adalah sebagai berikut.

(46a) Banget kesele; satemah keturon ing papane lungguh mau, tangi-tangi

wis parak awan;

„Sangat lelah; dan tertidur di tempatnya duduk tadi, bangun-bangun

telah siang;‟

(46b) terus kanthi alon dheweke nyoba nyanyi lagu gubahane kuwi,

„kemudian dengan pelan dia menyanyikan lagu karangannya itu,‟

(46c) sing satemene uga wis nate dikumandhangke ing ndalem pertemuan ing

Gang Kenari kae.

„yang sebenarnya juga sudah pernah dinyanyikan di dalam pertemuan di

Gang Kenari itu.‟

Setelah diuji dengan teknik BUL, data (46a) dianalisis dengan teknik

lesap menjadi sebagai berikut.

(46d) Banget kesele; satemah keturon ing papane lungguh mau, tangi-tangi

wis parak Ø;

„Sangat lelah; dan tertidur di tempatnya duduk tadi, bangun-bangun

telah Ø;‟

Penanda kohesi pengacuan demonstratif waktu netral awan „siang‟ pada

data (46d) di atas wajib hadir. Pronomina awan „siang‟ tersebut apabila

dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak berterima serta informasi yang

diterima menjadi kurang jelas. Selanjutnya data (46a) diuji dengan teknik ganti

sebagai berikut.

(46e) Banget kesele; satemah keturon ing papane lungguh mau, tangi-tangi

wis parak awan;

*siyang

Page 31: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

78

„Sangat lelah; dan tertidur di tempatnya duduk tadi, bangun-bangun

telah siang;‟

*siang

Setelah data (46e) di atas diuji dengan teknik ganti, ternyata pronomina

siyang „siang‟ tidak dapat menggantikan posisi pronomina awan „siang‟,

karena pronomina siyang „siang‟ merupakan ragam krama sedangkan awan

„siang‟ termasuk ragam ngoko. Penanda kohesi berupa pengacuan demonstratif

waktu netral juga tampak pada data berikut.

(47) Bengi dadi angel nggone arep turu; ati dalah pikirane dikebaki gagasan

maneka rupa sing ana gandheng cenenge karo lagu kebangsaan iki.

(PS/1/10/19/11/05/2013).

„Malam jadi sulit untuk tidur; hati dan pikirannya dipenuhi dengan

berbagai ide-ide yang terkait dengan lagu kebangsaan ini.‟

Satuan lingual bengi „malam‟ pada data (47) di atas menunjukkan

penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan demonstratif waktu netral.

Pronomina bengi „malam‟ tersebut mengacu pada tuturan yang mengikuti

malam sulit tidur. Data (47) dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai

berikut.

(47a) Bengi dadi angel nggone arep turu;

„Malam jadi sulit untuk tidur;‟

(47b) ati dalah pikirane dikebaki gagasan maneka rupa sing ana gandheng

cenenge karo lagu kebangsaan iki.

„hati dan pikirannya dipenuhi dengan berbagai ide-ide yang terkait

dengan lagu kebangsaan ini.‟

Kemudian data (47a) diuji dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai

berikut.

(47c) Ø dadi angel nggone arep turu;

„Ø jadi sulit untuk tidur;‟

Page 32: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

79

Hasil analisis data (47c) di atas menyatakan bahwa pronomina bengi

„malam‟ apabila dilesapkan maka wacana tersebut tetap berterima, namun akan

lebih baik lagi jika pronomina tersebut hadir, agar kalimatnya lebih jelas dan

lengkap. Selanjutnya, data (47a) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut.

(47d) Bengi dadi angel nggone arep turu;

*Ratri

*Dalu

„Malam jadi sulit untuk tidur;‟

*Malam

*Malam

Analisis data (47d) di atas, ternyata pronomina ratri „malam‟ dan dalu

„malam‟ tidak dapat menggantikan posisi pronomina bengi „malam‟ karena

berbeda ragam. Pronomina bengi „malam‟ merupakan ragam ngoko, sedangkan

ratri „malam‟ dan dalu „malam‟ termasuk ragam krama. Data yang didalamnya

terdapat pengacuan demonstratif waktu netral juga tampak dalam data sebagai

berikut.

(48) Sejarah nyathet, manawa Pak Tom sedane sasi Mei 1938, dene

Soepratman kapundhut GUSTI telung sasi sawise kuwi, genahe maneh

pas 17 Agustus 1938 jam siji bengi. (PS/1/10/22/1/06/2013).

„Sejarah mencatat, apabila Pak Tom meninggal pada bulan Mei 1938,

sedangkan Soepratman dipanggil Allah tiga bulan setelah itu, jelasnya

lagi tepat 17 Agustus 1938 pukul satu malam.‟

Tuturan (48) di atas pronomina jam siji bengi „pukul satu malam‟

merupakan pengacuan pronomina demonstratif waktu netral. Pronomina jam

siji bengi „pukul satu malam‟ mengacu pada meninggalnya Soepratman tepat

17 Agustus 1938 yang ditunjukkan pada kalimat sebelum pronomina jam siji

Page 33: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

80

bengi. Data (48) selanjutnya dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL

sebagai berikut.

(48a) Sejarah nyathet, manawa Pak Tom sedane sasi Mei 1938,

„Sejarah mencatat, apabila Pak Tom meninggal pada bulan Mei 1938,‟

(48b) dene Soepratman kapundhut GUSTI telung sasi sawise kuwi, genahe

maneh pas 17 Agustus 1938 jam siji bengi.

„sedangkan Soepratman dipanggil Allah tiga bulan setelah itu, jelasnya

lagi tepat 17 Agustus 1938 pukul satu malam.‟

Kemudian data (48b) diuji dengan teknik lesap, hasilnya menjadi

berikut.

(48c) dene Soepratman kapundhut GUSTI telung sasi sawise kuwi, genahe

maneh pas Ø.

„sedangkan Soepratman dipanggil Allah tiga bulan setelah itu, jelasnya

lagi tepat Ø.‟

Pengujian dengan teknik lesap ternyata dapat dinyatakan bahwa

pronomina jam siji bengi „pukul satu malam‟ apabila dilesapkan maka data

masih tetap gramatikal dan berterima. Namun apabila pronomina tersebut

dilesapkan, informasi yang disampaikan menjadi kurang lengkap dan akan

lebih baik lagi jika pronomina jam siji bengi „pukul satu malam‟ tetap hadir

atau tidak dilesapkan. Setelah diuji dengan teknik lesap data (48b) dianalisis

dengan teknik ganti menjadi seperti berikut.

(48d) dene Soepratman kapundhut GUSTI telung sasi sawise kuwi, genahe

maneh pas 17 Agustus 1938 jam siji bengi.

*jam telu bengi

„sedangkan Soepratman dipanggil Allah tiga bulan setelah itu, jelasnya

lagi tepat 17 Agustus 1938 pukul satu malam.‟

*pukul tiga malam

Page 34: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

81

Hasil analisis data (48d) di atas menyatakan bahwa pronomina jam siji

bengi „pukul satu malam‟ tidak dapat diganti dengan pronomina jam telu bengi

„pukul tiga malam‟, karena peristiwa meninggalnya Soepratman terjadi pada

pukul satu malam bukan pukul tiga malam.

Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan demonstratif waktu

netral lainnya terdapat dalam data (49) sampai dengan (52) berikut.

(49) WR. Soepratman lair saka garbane wanita warga asli Somongari, aran

Siti Senen dhek 19 Maret 1903. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„WR. Soepratman lahir dari rahim seorang perempuan asli Somongari,

bernama Siti Senen 19 Maret 1903.‟

(50) Rancangane mono seperangan saka buku anggitane arep diedol nyang

peserta Kongres Pemuda II sing dianakake ing Jakarta pungkasane

sasi Oktober 1928 iki, ee... dadak bukune dibeskup pulisi.

(PS/1/9/19/11/05/2013).

„Rencananya tadi beberapa dari buku karangannya akan dijual kepada

peserta Kongres Pemuda II yang diselenggarakan di Jakarta akhir

bulan Oktober 1928 ini, ee... tiba-tiba bukunya dibeskup polisi.‟

(51) Kongres Pemuda I dianakake ing Jakarta uga, 30 April 1926 nganti 2

Mei 1926 dipandhegani Mohammad Tabrani pemuda asli Medura.

(PS/1/9/20/18/05/2013).

„Kongres Pemuda I diadakan di Jakarta juga, pada tanggal 30 April

1926 hingga 2 Mei 1926 [...].‟

(52) Ning, sejarah nyathet manawa dhek Dina Pahlawan 1971 Pemerintah

paring gelar Pahlawan Nasional nyang WR Soepratman[...].

(PS/3/9/24/15/06/2013).

„Namun, sejarah mencatat bahwa ketika Hari Pahlawan 1971

Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada WR

Soepratman [...].‟

Selain ditemukan pengacuan pronomina demonstratif waktu, dalam

penelitian ini juga ditemukan beberapa data yang berupa pengacuan pronomina

demonstratif tempat sebagai berikut.

Page 35: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

82

2.2 Pengacuan Demonstratif Tempat (Lokasional)

Data yang berupa pengacuan pronomina demonstratif tempat yang

ditemukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

(53) Saka Randhu Dongkol pindhah maneh nyang Surabaya. Ing kene

sauntara wektu atine bisa rada lerem. (PS/3/9/24/15/06/2013).

„Dari Randhudongkol pindah lagi ke Surabaya. Di sini sementara waktu

hatinya bisa agak tenang.‟

Tampak pada data (53) di atas terdapat pengacuan pronomina

demonstratif tempat dekat dengan penutur yang dinyatakan dengan kata kene

„sini‟ yang mengacu pada kalimat sebelumnya yaitu Surabaya. Pengacuan

tersebut merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis, karena

mengacu pada tuturan yanag berada di dalam teks yang antesedennya berada di

sebelah kiri kata kene „sini‟. Kemudian data (53) dibagi atas unsur langsungnya

dengan teknik BUL seperti berikut.

(53a) Saka Randhu Dongkol pindhah maneh nyang Surabaya.

„Dari Randhudongkol pindah lagi ke Surabaya.‟

(53b) Ing kene sauntara wektu atine bisa rada lerem.

„Di sini sementara waktu hatinya bisa agak tenang.‟

Data (53b) kemudian diuji dengan teknik lesap, hasilnya sebagai

berikut.

(53c) Ing Ø sauntara wektu atine bisa rada lerem.

„Di Ø sementara waktu hatinya bisa agak tenang.‟

Kata kene „sini‟ wajib hadir, apabila kata tersebut dilesapkan maka data

menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal dan informasi yang disampaikan

tidak jelas. Setelah diuji dengan teknik lesap, selanjutnya data tersebut dikenai

teknik ganti pada kata kene „sini‟ menjadi sebagai berikut.

Page 36: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

83

(53d) Ing kene sauntara wektu atine bisa rada lerem.

*mriki

„Di sini sementara waktu hatinya bisa agak tenang.‟

*sini

Hasil analisis menggunakan teknik ganti pada data (53d) di atas,

pronomina demonstratif waktu dekat dengan penutur kene „sini‟ tidak dapat

diganti dengan pronomina demonstratif mriki „sini‟. Hal ini disebabkan karena

berbeda ragam, pronomina mriki „sini‟ termasuk ragam krama sedangkan kene

„sini‟ merupakan ragam ngoko.

Penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan pronomina demonstratif

tempat dekat dengan penutur lainnya dapat dilihat pada data di bawah ini.

(54) Surat kabar “Kedaulatan Rakyat” (Yogya) anyar iki ngemot warta,

manawa dhek Selasa 19 Maret 2013, warga desa Somongari,

Kecamatan Kaligesing, jajaran Pemerintah Kabupaten Purwarejo

nganakake pengetan 110 taun wiyosane Wage Rudolf Soepratman.

(PS/1/9/17/27/04/2013).

„Surat kabar “Kedaulatan Rakyat” (Yogya) ini memuat berita terbaru,

yang pada hari Selasa 19 Maret 2013, warga desa Somongari,

kecamatan Kaligesing, jajaran Pemerintah Kabupaten Purwarejo

mengadakan peringatan 110 tahun lahirnya Wage Rudolf Soepratman.‟

Pada wacana (54) di atas tampak adanya penanda kohesi gramatikal

berupa pengacuan demonstratif tempat dekat dengan penutur yaitu pada kata iki

„ini‟. Pronomina iki „ini‟ merupakan pengacuan endofora anaforis, karena

pronomina tersebut mengacu pada tuturan yang berada di dalam wacana yang

antesedennya berada di sebelah kiri kata iki „ini‟. Data (54) dibagi atas unsur

langsungnnya sebagai berikut.

(54a) Surat kabar “Kedaulatan Rakyat” (Yogya) anyar iki ngemot warta,

„Surat kabar “Kedaulatan Rakyat” (Yogya) ini memuat berita,‟

Page 37: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

84

(54b) manawa dhek Selasa 19 Maret 2013,

„pada hari Selasa 19 Maret 2013,‟

(54c) warga desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, jajaran Pemerintah

Kabupaten Purwarejo nganakake pengetan 110 taun wiyosane Wage

Rudolf Soepratman.

„warga desa Somongari, kecamatan Kaligesing, jajaran Pemerintah

Kabupaten Purwarejo mengadakan peringatan 110 tahun lahirnya Wage

Rudolf Soepratman.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (54a) diuji dengan teknik

lesap pada pronomina demonstratif iki „ini‟ menjadi sebagai berikut.

(54d) Surat kabar “Kedaulatan Rakyat” (Yogya) anyar Ø ngemot warta,

„Surat kabar “Kedaulatan Rakyat” (Yogya) Ø memuat berita,‟

Hasil analisis pada data (54d) di atas, ternyata apabila pronomina iki

„ini‟ dilesapkan maka kalimatnya tetap berterima atau tetap gramatikal, namun

akan lebih baik lagi jika pronomina tersebut tetap dihadirkan, agar kalimatnya

lebih jelas dan lengkap. Selanjutnya data (54a) dianalisis dengan teknik ganti,

hasilnya adalah sebagai berikut.

(54e) Surat kabar “Kedaulatan Rakyat” (Yogya) anyar iki ngemot

*puniki

warta,

„Surat kabar “Kedaulatan Rakyat” (Yogya) ini memuat berita,‟

*ini

Analisis data (54e) di atas dengan menggunakan teknik ganti pada

pronomina iki „ini‟, ternyata pronomina tersebut tidak dapat diganti dengan

pronomina puniki „ini‟ karena ragam yang digunakan berbeda. Pronomina

puniki merupakan ragam krama sedangkan pronomina iki „ini‟ termasuk ragam

ngoko.

Page 38: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

85

Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan demonstratif tempat

dekat dengan penutur iki „ini‟ tampak pada data (55) berikut.

(55) Isih miturut “KR”, Pemerintah wiwit melu campur tangan ing ndalem

pengetan iki, bareng kelakon nuku tanah dalah bangunan omah papan

laire WR. Soepratman sing ambane 400 meter persegi saka kalawarga

Singoprono (taun 2007). (PS/2/9/17/27/04/2013).

„Masih menurut “KR”, Pemerintah mulai ikut campur tangan di dalam

peringatan ini, setelah mampu membeli tanah beserta bangunan rumah

tempat lahirnya WR. Soepratman yang luasnya 400 meter2

dari keluarga

Singoprono (tahun 2007).

Pengacuan pronomina demonstratif lainnya dapat dilihat pada data di

bawah ini.

(56) Amrih gampange, si bocah terus bae dicathetake yen lair ing Jatinegara

(tangsi KNIL) kono. (PS/3/9/17/27/06/2013).

„Begitu mudah, anak itu kemudian dicatat jika lahir di Jatinegara situ.‟

Tampak pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur pada

kata kono „situ‟ yang mengacu pada tuturan yang disebut sebelumnya yaitu

mengacu pada daerah Jatinegara. Data (56) dibagi atas unsur langsungnya

sebagai berikut.

(56a) Amrih gampange,

„Begitu mudah,‟

(56b) si bocah terus bae dicathetake yen lair ing Jatinegara (tangsi KNIL)

kono.

„anak itu kemudian dicatat jika lahir di Jatinegara situ.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, kemudian data (56b) dianalisis

dengan teknik lesap pada kata kono „situ‟ menjadi sebagai berikut.

(56c) si bocah terus bae dicathetake yen lair ing Jatinegara (tangsi KNIL) Ø.

„anak itu kemudian dicatat jika lahir di Jatinegara Ø.

Page 39: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

86

Pronomina kono „situ‟ pada data (56b) di atas apabila dikenai teknik

lesap maka wacana tersebut menjadi tidak berterima atau tidak jelas, serta

informasi yang disampaikan tidak jelas. Jadi pronomina kono „situ‟ pada

wacana tersebut wajib hadir. Data (56b) selanjutnya dianalisis dengan teknik

ganti, hasilnya sebagai berikut.

(56d) si bocah terus bae dicathetake yen lair ing Jatinegara (tangsi KNIL)

kono.

*kene

*kana

„anak itu kemudian dicatat jika lahir di Jatinegara situ.‟

*sini

*sana

Analisis (56d) menyatakan bahwa pronomina demonstratif kono „situ‟

tidak dapat diganti dengan pronomina kene „sini‟ dan kana „sana‟ karena sudah

berbeda jarak tempatnya. Kata kono „situ‟ mengacu pada tempat yang agak

jauh dengan penutur, sedangkan kata kene „sini‟ mengacu pada tempat yang

dekat dengan penutur dan kata kana „sana‟ mengacu pada tempat yang jauh

dengan penutur.

Contoh pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur kono

„situ‟ yang lain juga terdapat dalam data (57) dan (58) berikut.

(57) Miturut ujaring warga, pengetan laire W.R. Soepratman mangkene iki

wis wiwit dianakake dening warga wiwit dhek taun 1975 kae, salebare

Pemerintah taun 1974 netepake WR. Soepratman lair ing Somongari

kono. (PS/2/9/17/27/04/2013).

„Menurut perkataan warga, memperingati kelahiran W.R. Soepratman

ini telah diselenggarakan oleh warga sejak tahun 1975 itu, setelah

Pemerintah pada tahun 1974 menetapkan WR. Soepratman lahir di

Somongari situ.‟

Page 40: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

87

(58) Satemene dhek taun 1926 uga wis nate ana Kongres Pemuda, uga

dianakake ing Betawi/Jakarta kono. (PS/1/9/19/11/05/2013).

„Sebenarnya pada tahun 1926 juga sudah pernah ada Kongres Pemuda,

yang juga diadakan di Batawi/Jakarta situ.‟

Penanda kohesi gramatikal berupa pronomina demonstratif tempat agak

jauh dengan penutur kuwi „sana‟ tampak pada data (59) berikut.

(59) Alamanak nyathet sasi April 1937 rikala Soepratman pindhah saka

Randhudongkal nyang Surabaya kuwi. (PS/1/10/21/25/05/2013).

„Alamanak mencatat pada bulan April 1937 ketika Soepratman pindah

dari Randhudongkal ke Surabaya situ.‟

Pronomina kuwi „situ‟ merupakan penanda kohesi yang berupa

pengacuan demonstratif tempat agak jauh dengan penutur. Pronomina tersebut

merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis. Selanjutnya data (59)

dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai

berikut.

(59a) Alamanak nyathet sasi April 1937 rikala Soepratman pindhah

„Alamanak mencatat pada bulan April 1937 ketika Soepratman pindah‟

(59b) saka Randhudongkal nyang Surabaya kuwi. „dari Randhudongkal ke Surabaya situ.

Data (59b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut.

(59c) saka Randhudongkal nyang Surabaya Ø.

„dari Randhudongkal ke Surabaya Ø.‟

Setelah data (59c) dikenai teknik lesap pada kata kuwi „situ‟, kalimat

wacana tersebut masih tetap berterima atau tetap gramatikal, akan lebih baik

lagi jika kata kuwi „situ‟ dihadirkan, agar kalimatnya jelas dan lengkap.

Kemudian data (59b) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut.

(59d) saka Randhudongkal nyang Surabaya kuwi.

*punika

Page 41: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

88

„dari Randhudongkal ke Surabaya situ.

*sana

Pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur kuwi „situ‟

pada data (59d) di atas tidak dapat diganti dengan pronomina punika „sana‟

karena ragam yang digunakan berbeda. Pronomina kuwi „situ‟ merupakan

ragam ngoko sedangkan punika termasuk ragam krama.

Selain contoh di atas, pronomina demonstratif tempat juga terdapat pada

data sebagai berikut.

(60) Ora kurang-kurang cacahe kaum pergerakan, kaum nasionalis sing

ditangkepi Landa, dibuang nyang Boven Digul, Tanah Merah, Papua

kana. (PS/3/10/20/18/05/2013).

„Tidak kurang-kurang jumlahnya kaum pergerakan, kaum nasionalis

yang ditangkap Belanda, dibuang ke Boven Digul, Tanah Merah, Papua

sana.‟

Pada data (60) di atas satuan lingual kana „sana‟ merupakan pengacuan

pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur yaitu mengacu pada

Papua. Pengacuan ini merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis,

karena mengacu pada tuturan yang berada di dalam teks yang mendahuluinya

atau telah disebut terdahulu. Data (60) di atas selanjutnya dibagi atas unsur

langsungnya dengan teknik BUL. Hasilnya adalah sebagai berikut.

(60a) Ora kurang-kurang cacahe kaum pergerakan, kaum nasionalis sing

ditangkepi Landa,

„Tidak kurang-kurang jumlahnya kaum pergerakan, kaum nasionalis

yang ditangkap Belanda,‟

(60b) dibuang nyang Boven Digul, Tanah Merah, Papua kana.

„dibuang ke Boven Digul, Tanah Merah, Papua sana.‟

Kemudian data (60b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai

berikut.

Page 42: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

89

(60c) dibuang nyang Boven Digul, Tanah Merah, Papua Ø.

„dibuang ke Boven Digul, Tanah Merah, Papua Ø.‟

Hasil analisis dengan teknik lesap pada data (60c) adalah bahwa

pronomina kana „sana‟ apabila dilesapkan maka wacana masih tetap berterima

serta informasinya tetap jelas. Maka pronomina kana „sana‟ tidak wajib hadir.

Namun lebih baik lagi jika pronomina tersebut dihadirkan. Selanjutnya data

(60b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(60d) dibuang nyang Boven Digul, Tanah Merah, Papua kana.

*mrika

„dibuang ke Boven Digul, Tanah Merah, Papua sana.‟

*sana

Setelah diuji dengan teknik ganti, pronomina demonstratif kana „sana‟

tidak dapat diganti dengan pronomina mrika „sana‟ karena kedua pronomina

tersebut berbeda ragamnya. Kata kana „sana‟ merupakan ragam ngoko

sedangkan kata mrika „sana‟ termasuk ragam krama.

Jenis pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur kana „sana‟

yang lain juga terdapat dalam data (61) berikut.

(61) Anwar Tjokroaminoto, salah sijine jurnalis sk. Pemandangan, sing

tembene uga nate dadi Juru bicara Markas Besar TNI ing Yogya, lan

uga nate dadi Menteri Sosial RI, nate crita nyang sing nulis atur iki,

bareng karo Soepratman golek celana (pantaloon) loakan ing Pasar

Senin kana. (PS/1/10/23/8/06/2013).

„Anwar Tjokroaminoto, seorang jurnalis sk. Pemandangan, yang

kemudian juga pernah menjabat sebagai juru bicara Markas Besar TNI

di Yogyakarta, dan juga pernah menjabat sebagai Menteri Sosial RI,

pernah cerita kepada penulis karya ini, bersama dengan Soepratman

mencari celana (pantalon) loakan di pasar Senin sana.‟

Pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit terdapat pada

data berikut.

Page 43: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

90

(62) Ing Surabaya gus Wage bisa sapatemon karo wong pergerakan, saora-

orane ana kegiyatan apa bae. (PS/3/9/22/1/06/2013).

„Di Surabaya gus Wage bisa bertemu dengan orang pergerakan,

setidaknya ada kegiatan apapun.‟

Tampak pada tuturan (62) di atas menunjukkan adanya pengacuan

pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yaitu pada sebuah

nama ibu kota di Jawa Timur yaitu Surabaya. Kemudian data (62) dibagi atas

unsur langsungnya menjadi berikut.

(62a) Ing Surabaya gus Wage bisa sapatemon karo wong pergerakan,

„Di Surabaya gus Wage bisa bertemu dengan orang pergerakan,‟

(62b) saora-orane ana kegiyatan apa bae.

„setidaknya ada kegiatan apapun.‟

Selanjutnya data (62a) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya sebagai

berikut.

(62c) Ing Ø gus Wage bisa sapatemon karo wong pergerakan,

„Di Ø gus Wage bisa bertemu dengan orang pergerakan,‟

Hasil analisis dengan teknik lesap pada data (62a) apabila penanda

kohesi pengacuan pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit

Surabaya dilesapkan, maka data tersebut menjadi tidak gramatikal. Kehadiran

penanda kohesi pengacuan pronomina demonstratif tersebut adalah wajib.

Setelah dianalisis dengan teknik lesap, selanjutnya data (62a) diuji dengan

teknik ganti sebagai berikut.

(62d) Ing Surabaya gus Wage bisa sapatemon karo wong pergerakan,

*Malang

„Di Surabaya gus Wage bisa bertemu dengan orang pergerakan,‟

*Malang

Page 44: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

91

Pronomina demonstratif eksplisit Surabaya jika dikenai teknik ganti,

maka data (62a) menjadi tidak berterima karena hanya di Surabaya gus Wage

bisa bertemu dengan orang-orang pergerakan, bukan di Malang atau daerah

lainnya.

Jenis pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yang

lain juga terdapat dalam data (63) sampai dengan (75) berikut.

(63) Wis pisahan, njur dedunung aneng Surabaya. Cethane maneh neng

Manggawegno. 21, Tambaksari cedhak karo Stadion 10 November.

(PS/1/10/21/25/05/2013).

„Telah pisah, kemudian bertempat tinggal di Surabaya. Tepatnya lagi di

Manggaweg no. 21, Tambaksari dekat dengan Stadion 10

November.‟

(64) Isih durung tuwa nemen-nemen, rikala Soepratman wafat, isih sakiwa

tengene 35 taun. Ing sakawit jizime dimakamake ing kampunge dhewe

kono, ing Kapas Kampung Surabaya. (PS/1/10/22/1/06/2013).

„Masih belum begitu tua, ketika Soepratman meninggal, masih sekitar

35 tahun. Jenazahnya dimakamkan di desanya sendiri sana, di Kapas

Kampung Surabaya.‟

(65) Ning, bareng mlebu sekolah ing HIS (Hollands Inlandse School), Sek.

Dasar 7 taun mawa wulangan basa Landa, ing Blitar, anggone

ndaftarake, lair ing Blitar. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„Tapi, setelah masuk sekolah di HIS (Hollands Inlandse School), Sek.

Dasar 7 tahun menggunakan pelajaran bahasa Belanda, di Blitar,

mendaftarkan, lahir di Blitar.‟

(66) Genahe maneh Pak Senen Kartodikromo mono nganti pensiun, iya

pensiunan KNIL, pangkat sersan instruktif. Manggon ing Warung

contong, Cimahi, pindhah saka Jatinegara. (PS/1/10/17/27/04/2013).

„Jelasnya lagi Pak Senen Kartodikromo hingga pensiun, ya pensiunan

KNIL, pangkat sersan instruktif. Tinggal di Warung contong, Cimahi,

pindah dari Jatinegara.‟

(67) Kahanane kutha Makasar dianggep kurang sreg dening gus Wage [...].

(PS/3/10/17/27/04/2013).

„Situasi kota Makasar dianggap kurang nyaman oleh gus Wage [...].‟

Page 45: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

92

(68) Kelakon Soepratman bali nyang tanah Jawa, melu salah sijine mbak

ayune sing dedunung ing Bandung. (PS/3/10/17/27/04/2013).

„Soepratman kembali ke tanah Jawa, ikut salah satu kakaknya yang

tinggal di Bandung.‟

(69) Kaum kita nduweni pembantu ing Betawi [...]. (PS/3/9/18/4/05/2013).

„Kaum kita mempunyai pembantu di Betawi [...].‟

(70) Kelakon, lagu “Indonesia Raya” ngumandhang ing Gedhong Kramat

Raya 106, papane dianakake Kongres Pemuda II kuwi.

(PS/3/10/19/11/05/2013).

„Lagu "Indonesia Raya" terdengar di gedung Kramat Raya 106, tempat

diadakannya Kongres Pemuda II itu.‟

(71) Wondene, sing disebut “Randhudongkol” kuwi sawijining panggonan

sakidule Pemalang, Jawa Tengah kana. (PS/1/10/21/25/05/2013).

„Sementara itu, yang disebut "Randhudongkol" itu salah satu tempat di

selatan Pemalang, Jawa Tengah sana.‟

(72) Jepang mindhah Bung Karno nyang pulo Jawa[...].

(PS/3/10/22/1/06/2013).

„Jepang memindah Bung Karno ke Pulau Jawa, [...].‟

(73) Taune antara 1925-1926, yaiku rikala Wedana Menes (karesidenan

Banten) diprajaya dening kaum pembrontak komunis, sing dhek samana

mula nganakake pemberontakan ing sawatara papan ing tanah Jawa.

(PS/3/9/23/8/06/2013).

„Tahunnya antara 1925-1926, yaitu ketika Wedana Menes (karesidenan

Banten) dikalahkan oleh kaum pemberontak komunis, yang mulai

melakukan pemberontakan di beberapa tempat di tanah Jawa.‟

(74) Dhek samana Gus Wage lagi ngadeg ijen ing ngarepe pondhokane ing

Kwitang, Jakarta. (PS/3/9/23/8/06/2013).

„Ketika itu Gus Wage baru berdiri sendirian di depan pondok di

Kwitang, Jakarta.‟

(75) Iki uga kacihna, rikala sakiwa tengene taun 1960-an ngono, Salamah

manggon ing Wisma Mulia[...]. (PS/1/9/24/15/06/2013).

„Hal ini juga membuktikan, ketika sekitar tahun 1960-an, Salamah

tinggal di Wisma Mulia[...].‟

Page 46: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

93

3) Pengacuan Komparatif

Pengacuan komparatif atau perbandingan adalah pengacuan yang

bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan sifat,

wujud, watak, sikap, perilaku, dan sebagainya. Pengacuan komparatif ditandai

dengan kata kaya, kadya, kadi, kadi dene, lir, pendah, prasasat, padha karo,

beda karo. Pengacuan komparatif yang terdapat dalam wacana gempilan

sejarah adalah sebagai berikut.

(76) Ora nganti suwe gus Wage pindhah neng sk. Kaum Kita sing satemene

ora patia populer kaya Kaum Muda kuwi. (PS/1/9/18/4/05/2013).

„Tidak lama gus Wage pindah di sk. Kaum Kita yang sebenarnya tidak

begitu populer seperti Kaum Muda itu.‟

Satuan lingual kaya „seperti‟ pada wacana (76) di atas merupakan

pengacuan komparatif. Pengacuan tersebut berfungsi untuk membandingkan

kepopuleran antara sk. Kaum Kita dan Kaum Muda. Selanjutnya data (76)

tersebut dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL.

(76a) Ora nganti suwe gus Wage pindhah neng sk. Kaum Kita

„Tidak lama gus Wage pindah di sk. Kaum Kita‟

(76b) sing satemene ora patia populer kaya Kaum Muda kuwi.

„yang sebenarnya tidak begitu populer seperti Kaum Muda itu.‟

Kemudian data (76b) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(76c) sing satemene ora patia populer Ø Kaum Muda kuwi.

„yang sebenarnya tidak begitu populer Ø Kaum Muda itu.‟

Hasil analisis pada data (76c) di atas adalah bahwa pengacuan

pronomina komparatif kaya „seperti‟ wajib hadir. Satuan lingual kaya „seperti‟

apabila dilesapkan, maka wacana tersebut menjadi tidak berterima atau tidak

Page 47: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

94

gramatikal dan informasi yang diterima menjadi tidak jelas. Setelah dianalisis

dengan teknik lesap, selanjutnya data (76b) diuji dengan teknik ganti menjadi

sebagai berikut.

(76d) sing satemene ora patia populer kaya Kaum Muda kuwi.

*kados

„yang sebenarnya tidak begitu populer seperti Kaum Muda itu.‟

*seperti

Setelah data (76d) diuji dengan teknik ganti, satuan lingual kaya

„seperti‟ tidak dapat diganti dengan satuan lingual kados „seperti‟ karena

berbeda ragam. Kata kaya „seperti‟ merupakan ragam ngoko sedangkan kata

kados „seperti‟ termasuk ragam krama, meskipun maknanya tetap tetapi kurang

tepat jika digantikan dengan kata kados. Jadi kata kaya „seperti‟ lebih tepat jika

digunakan pada data di atas.

Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan komparatif yang berupa

kata kaya „seperti‟ terdapat dalam data (77) berikut.

(77) Mung bae, dhek samana sajake peraturan isih durung keras kaya saiki.

(PS/3/9/17/27/04/2013).

„Hanya saja, peraturan zaman dulu masih belum keras seperti sekarang.‟

Data lain yang berupa pengacuan pronomina komparatif adalah sebagai

berikut.

(78) Yen kelingan pidatone Bung Karno sing kaya mangkono kuwi, semangate

Soepratman njur kadidene umob, makantar-kantar.

(PS/1/10/19/11/05/2013).

„Jika teringat pidatonya Bung Karno yang seperti itu, semangatnya

Soepratman seperti mendidih, terbakar.‟

Pada data (78) di atas terdapat penanda kohesi gramatikal berupa

pengacuan komparatif yaitu pada satuan lingual kadidene „seperti‟, yang

Page 48: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

95

mengibaratkan semangatnya Soepratman seperti air yang mendidih. Data (78)

dibagi atas unsur langsunngnya dengan teknik BUL sebagai berikut.

(78a) Yen kelingan pidatone Bung Karno sing kaya mangkono kuwi,

„Jika teringat pidatonya Bung Karno yang seperti itu,‟

(78b) semangate Soepratman njur kadidene umob, makantar-kantar.

„semangatnya Soepratman seperti mendidih, terbakar.‟

Selanjutnya data (78b) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(78c) semangate Soepratman njur Ø umob, makantar-kantar.

„semangatnya Soepratman Ø mendidih, terbakar.‟

Pronomina kadidene „seperti‟ pada data (78c) apabila dilesapkan maka

kalimatnya masih tetap berterima, namun akan lebih baik jika pronomina

tersebut dihadirkan. Setelah dianalisis dengan teknik lesap, kemudian data

(78b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(78d) semangate Soepratman njur kadidene umob, makantar-kantar.

*kaya

„semangatnya Soepratman seperti mendidih, terbakar.‟

*seperti

Hasil analisis data (78d) di atas, ternyata penanda kohesi gramatikal

berupa pengacuan komparatif kadidene „seperti‟ tidak dapat diganti dengan

pronomina kaya „seperti‟ karena ragam yang digunakan berbeda.

Pengacuan komparatif yang berupa kata kadidene „seperti‟ juga tampak

pada data (79) berikut.

(79) Mbakyu sing wis dianggep kadidene gantine Ibune.

(PS/2/10/23/8/06/2013).

„Kakak yang telah dianggap seperti pengganti Ibunya.‟

Page 49: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

96

Penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan komparatif juga terdapat

pada data berikut.

(80) Nadyan ta isih durung maju temenan, ning saora-orane ing Surabaya,

gus Wage uripe beda karo dhek isih ana Randudongkol.

(PS/3/9/22/1/06/2013).

„Walaupun masih belum maju benar, tetapi setidaknya di Surabaya, gus

Wage hidupnya berbeda dengan ketika masih di Randudongkol.‟

Tampak pada data (80) terdapat pengacuan komparatif yaitu pada kata

beda karo „berbeda dengan‟, berfungsi membandingkan kehidupan yang

berbeda antara di Surabaya dan ketika masih di Randudongkol. Selanjutnya

data (80) diuji dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut.

(80a) Nadyan ta isih durung maju temenan,

„Walaupun masih belum maju benar,‟

(80b) ning saora-orane ing Surabaya, gus Wage uripe beda karo dhek isih

ana Randudongkol.

„tetapi setidaknya di Surabaya, gus Wage hidupnya berbeda dengan

ketika masih di Randudongkol.‟

Setelah diuji dengan teknik BUL, data (80b) dianalisis dengan teknik

lesap menjadi sebagai berikut.

(80c) ning saora-orane ing Surabaya, gus Wage uripe Ø dhek isih ana

Randudongkol.

„tetapi setidaknya di Surabaya, gus Wage hidupnya Ø ketika masih di

Randudongkol.‟

Hasil analisis dengan teknik lesap ternyata apabila pronomina beda karo

„berbeda dengan‟ dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak

berterima. Oleh karena itu, pronomina tersebut wajib hadir agar informasi yang

disampaikan menjadi jelas dan lengkap. Kemudian data (80b) diuji dengan

teknik ganti sebagai berikut.

Page 50: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

97

(80d) ning saora-orane ing Surabaya, gus Wage uripe beda karo

*benten kaliyan

dhek isih ana Randudongkol.

„tetapi setidaknya di Surabaya, gus Wage hidupnya berbeda dengan

*berbeda dengan

ketika masih di Randudongkol.‟

Pronomina benten kaliyan „berbeda dengan‟ tidak bisa menggantikan

posisi pronomina beda karo „berbeda dengan‟ karena berbeda tingkat tuturnya.

Satuan lingual beda karo „berbeda dengan‟ merupakan ragam ngoko sedangkan

benten kaliyan „berbeda dengan‟ termasuk ragam krama.

Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan komparatif yang berupa

kata beda karo „berbeda dengan‟ tampak pada data (81) sampai dengan (83)

berikut.

(81) Lha mula saka kuwi, Soepratman kepengin nepungake lagu gubahane iki

marang para nom-noman, para mudha sing mesthine nduweni rasa

pirasa beda karo golongan tuwa. (PS/2/10/19/11/05/2013).

„Maka dari itu, Soepratman ingin memperkenalkan lagu karanganya ini

kepada para pemuda, pemuda yang pastinya memiliki rasa yang berbeda

dengan golongan tua.‟

(82) Ha hiya ing kono mau WR. Soepratman tampa wejangan saka Pak Tom.

Uga banjur ngerti, yen Parindra mono partai kang beda karo Partai

Nasional Indonesia pimpinane Bung Karno. (PS/1/9/22/1/06/2013).

„Ya di situ tadi WR. Soepratman menerima saran dari Pak Tom. Juga

kemudian mengerti, jika Parindra itu partai yang berbeda dengan Partai

Nasional Indonesia pimpinannya Bung Karno.‟

(83) Dadi wartawan mono, dhek jaman samana beda banget karo jurnalis

jaman saiki. (PS/3/10/17/27/04/2013).

„Jadi wartawan begitu, jaman dulu sangat berbeda sekali dengan jaman

sekarang.‟

Dari analisis pada data di atas dapat disimpulkan bahwa penanda kohesi

gramatikal pengacuan atau referensi yang ditemukan berupa pengacuan

Page 51: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

98

pronomina persona (persona I tunggal maupun jamak, persona II tunggal

bentuk bebas maupun terikat, dan persona III tunggal bentuk bebas maupun

terikat), pengacuan pronomina demonstratif (demonstratif waktu: kini, lampau,

netral; demonstratif tempat: dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur,

jauh dengan penutur, menunjuk secara eksplisit), dan pengacuan komparatif.

Data mengenai pengacuan atau referensi tersebut dapat dilihat pada lampiran

nomor 1 sampai 83.

b. Penyulihan (Substitusi)

Penyulihan atau substitusi merupakan salah satu kohesi gramatikal yang

berupa penggantian satuan lingual yang mendahuluinya dengan satuan lingual

lain dalam wacana. Penyulihan atau substitusi terbagi menjadi empat yaitu:

substitusi nominal, substitusi verbal, substitusi frasal, dan substitusi klausal.

Data berupa penyulihan atau substitusi yang ditemukan dalam penelitian

wacana gempilan sejarah adalah sebagai berikut.

(84) Dicritakake, rikala ibune seda mau, ndilalah si den baguse lagi dolanan,

embuh neng ngendi ora ana sing ngerti lan weruh. Mulihe rikala wis

bengi, iya bareng Soepratman weruh ing omahe akeh uwong lan

diwartani bab sedane Ibune, Soepratman njerit. (PS/1/10/17/27/04/2013).

„Diceritakan, ketika ibunya meninggal, ketika itu si tampan baru main,

entah di mana tidak ada yang tahu dan melihat. Pulangnya ketika telah

malam, ya setelah Soepratman melihat di rumah banyak orang dan

dikabari tentang ibunya meninggal, Soepratman berteriak.

Wacana (84) di atas terdapat substitusi nominal terlihat pada frasa si den

baguse „si tampan‟ yang disubstitusi dengan kata Soepratman „Soepratman‟.

Selanjutnya data (84) dibagi unsur langsungnya sebagai berikut.

(84a) Dicritakake, rikala ibune seda mau, ndilalah si den baguse lagi

dolanan, embuh neng ngendi ora ana sing ngerti lan weruh.

Page 52: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

99

„Diceritakan, ketika ibunya meninggal, ketika itu si tampan baru main,

entah di mana tidak ada yang tahu dan melihat.‟

(84b) Mulihe rikala wis bengi, iya bareng Soepratman weruh ing omahe akeh

uwong lan diwartani bab sedane Ibune, Soepratman njerit.

(PS/1/10/17/27/04/2013).

„Pulangnya ketika telah malam, ya setelah Soepratman melihat di

rumah banyak orang dan dikabari tentang ibunya meninggal,

Soepratman berteriak.

Kemudian data (84) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(84c) Dicritakake, rikala ibune seda mau, ndilalah Ø lagi dolanan, embuh

neng ngendi ora ana sing ngerti lan weruh. Mulihe rikala wis bengi, iya

bareng Ø weruh ing omahe akeh uwong lan diwartani bab sedane Ibune,

Soepratman njerit. (PS/1/10/17/27/04/2013).

„Diceritakan, ketika ibunya meninggal, ketika itu Ø baru main, entah di

mana tidak ada yang tahu dan melihat. Pulangnya ketika telah malam, ya

setelah Ø melihat di rumah banyak orang dan dikabari tentang ibunya

meninggal, Soepratman berteriak.

Setelah data (84c) dianalisis dengan teknik lesap, ternyata kalimatnya

menjadi tidak berterima dan tidak gramatikal. Jadi frasa si den baguse „si

tampan‟ dengan kata Soepratman „Soepratman‟ wajib hadir, agar informasi

yang tersampaikan jelas. Analisis dengan menggunakan teknik ganti tidak perlu

dilakukan karena frasa dengan kata di atas sudah saling menggantikan.

Selain data tersebut ditemukan pula substitusi nominal yang terdapat

pada data (85) sampai dengan (94) berikut.

(85) Lan para tokoh pergerakan mau iya ora aneh, yen ta banjur padha

tepung karo Wage Rudolf Soepratman sing ing ndalem kartu namane

nyebut dhirine kadidene “publicist Melayu”. (PS/1/10/18/4/05/2013).

„Dan para tokoh pergerakan tadi tidak aneh, jika kemudian mereka kenal

dengan Wage Rudolf Soepratman yang di dalam kartu namanya disebut

sebagai "wartawan Melayu".‟

Page 53: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

100

(86) Salah sijine jurnalis senior dhek samana, Soeroen kelakon ngemudheni

sk. Keng Po, ketarik nyang Soepratman. (PS/2/10/18/4/05/2013).

„Salah satunya wartawan senior saat itu, Soeroen memimpin sk. Keng

Po, tertarik kepada Soepratman.‟

(87) Wondene, kenya cilik udakara isih umur 15 taun kuwi, putrane wadon

Kyai Haji Agus Salim, [...]. (PS/1/10/20/18/05/2013).

„Sementara itu, gadis kecil sekitar usia 15 tahun itu, anak perempuan

dari Kyai Haji Agus Salim, [...].‟

(88) Miturut ujaring kandha, kenya sing gawe kagiwanging pikiran sarta

atine Soepratman iki, mung trima kenya kampung bae. Jenenge:

Mujenah, kenya asli Betawi. (PS/1/9/21/25/05/2013).

„Menurut rumor mengatakan, gadis yang membuat pikiran dan hatinya

Soepratman resah, hanya seorang gadis desa saja. Bernama: Mujenah,

gadis asli Betawi.‟

(89) Krungu yen adhine nandhang lara, salah sijine mbakyune, Nyonya

Rukiyem Supratiyah merlokake ngendhangi. (PS/3/9/21/25/05/2013).

„Mendengar jika adiknya sakit, salah satu kakaknya, Nyonya Rukiyem

Supratiyah perlu menjenguknya.‟

(90) Pitakone gus Wage mau tertamtu gawe kagete dulure. Soepratman

dikandhani, yen hawa kutha Jakarta panas, seseg merga kakehan

tumpakan. (PS/1/10/21/25/05/2013).

„Pertanyaan gus Wage tadi tentu membuat kaget saudaranya.

Soepratman diberitahu, jika cuaca kota Jakarta panas, sesak karena

banyak kendaraan.‟

(91) Ha iya kuwi, Dr. Soetomo utawa sing luwih dikenal sarana sebutan

“Pak Tom”, [...]. (PS/1/9/22/1/06/2013).

„Ha ya itu, Dr. Soetomo atau yang lebih dikenal sebagai "Pak

Tom",[...].‟

(92) Krungu andharan mitrane mau katon praupane Soepratman dadi

sumringah, seger, bungah. Imam Soepardi dhewe babarpisan uga ora

ngira yen pertemuane kuwi mau mujudake pertemuan sing pungkasan

karo komponis agung kuwi. (PS/1/10/22/1/16/2013).

„Mendengar penjelasan sahabatnya tadi terlihat wajahnya Soepratman

menjadi bersemangat, segar, senang. Imam Soepardi sendiri sama sekali

juga tidak menyangka jika pertemuan tersebut merupakan mewujudkan

pertemuan yang terakhir dengan komponis besar itu.‟

Page 54: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

101

(93) Nate diaturake ing kene, dheweke kencan karo sawijining kenya,

Mudjenah, sing kepeksa jugar ndalan. Polahe si kenya dipeksa omah-

omah karo priya liya, pilihane wong tuwane. (PS/2/10/23/8/06/2013).

„Pernah disampaikan di sini, dia berkencan dengan seorang gadis,

Mudjenah, yang terpaksa kandas di jalan. Selain gadis dipaksa untuk

menikah dengan pria lain, pilih orang tuanya.‟

(94) Salah sijine mitra darmane sing mula cedhak ing ati, Imam Soepardi

sing dhek samana wis dadi Pemimpin Redaksi Panjebar Semangat.

(PS/3/9/24/15/06/2013).

„Salah satu sahabat karipnya yang dekat di hati, Imam Soepardi yang

saat itu telah menjadi Pemimpin Redaksi Panjebar Semangat.‟

Berikut ini adalah contoh data penanda kohesi gramatikal berupa

substitusi frasal.

(95) Mula, katetepane atine sang komponis, kanthi ati sing ajur mumur,

dheweke kepeksa nuruti kekarepane si Mbakyu. Ninggal Salamah dina

iku uga, tanpa nyadhari manawa perpisahan kuwi mujudake perpisahan

kanggo selawase. Merga wiwit kuwi paraga loro mau babar pisan ora

nate ketemu maneh. (PS/3/10/23/8/06/2013).

„Maka, ketetapan hatinya sang komponis, dengan hati yang hancur

berantakan, dia terpaksa mematuhi kemauannya si kakak. Meninggalkan

Salamah hari itu juga, tanpa disadari apabila perpisahan itu wujud

perpisahan untuk selamanya. Karena sejak itu dua orang tadi sama sekali

tidak pernah bertemu lagi.‟

Pada tuturan (95) di atas terdapat subtitusi frasal yaitu pada frasa sang

komponis dan kata Salamah yang digantikan dengan frasa paraga loro „dua

orang‟. Substitusi tersebut berfungsi memunculkan variasi bentuk untuk

memperoleh unsur pembeda. Kemudian data (95) dibagi atas unsur

langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut.

(95a) Mula, katetepane atine sang komponis, kanthi ati sing ajur mumur,

dheweke kepeksa nuruti kekarepane si Mbakyu.

„Maka, ketetapan hatinya sang komponis, dengan hati yang hancur

berantakan, dia terpaksa mematuhi kemauannya si kakak.‟

(95b) Ninggal Salamah dina iku uga, tanpa nyadhari manawa perpisahan

kuwi mujudake perpisahan kanggo selawase.

Page 55: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

102

„Meninggalkan Salamah hari itu juga, tanpa disadari apabila

perpisahan itu wujud perpisahan untuk selamanya.‟

(95c) Merga wiwit kuwi paraga loro mau babar pisan ora nate ketemu

maneh.

„Karena sejak itu dua orang tadi sama sekali tidak pernah bertemu

lagi.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya data di atas dianalisis dengan

teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut.

(95d) Mula, katetepane atine Ø, kanthi ati sing ajur mumur, dheweke kepeksa

nuruti kekarepane si Mbakyu. Ninggal Ø dina iku uga, tanpa nyadhari

manawa perpisahan kuwi mujudake perpisahan kanggo selawase.

Merga wiwit kuwi Ø mau babar pisan ora nate ketemu maneh.

(PS/3/10/23/8/06/2013).

„Maka, ketetapan hatinya Ø, dengan hati yang hancur berantakan, dia

terpaksa mematuhi kemauannya si kakak. Meninggalkan Ø hari itu juga,

tanpa disadari apabila perpisahan itu wujud perpisahan untuk

selamanya. Karena sejak itu Ø tadi sama sekali tidak pernah bertemu

lagi.‟

Hasil analisis data (95d) dengan menggunakan teknik lesap ternyata

wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, maka kata sang

komponis, Salamah, dan frasa paraga loro „dua orang‟ wajib hadir, agar

informasi yang tersampaikan dengan jelas dan lengkap. Sedangkan analisis

dengan teknik ganti tidak perlu dilakukan karena kata sang komponis dan

Salamah dengan frasa paraga loro „dua orang‟ sudah saling menggantikan.

Selain data tersebut ditemukan pula substitusi frasal yang terdapat pada

data (96) sampai dengan (105) berikut.

(96) Wiwit kuwi wong loro uga katon rentang-renteng lan Salamah uga

kaget bareng nuju sawijine dina Gus Wage takon nyang dheweke [...].

(PS/3/9/23/8/06/2013).

„Sejak itu dua orang juga terlihat dan Salamah juga kaget setelah

menuju suatu hari Gus Wage bertanya pada dia [...].‟

Page 56: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

103

(97) Soepratman embuh saka anglesing atine, sering meneng, ora akeh

omonge. Banjur rada diedohi kanca-kancane, iya merga ora akeh

gunem kuwi mau. (PS/3/9/24/15/06/2013).

„Soepratman entah dari herannya hatinya, sering diam, tidak banyak

bicara. Kemudian agak dijauhi teman-temannya, ya karena tidak

banyak bicara itu tadi.‟

(98) Uripe ora patia kajen; mangka urip ing negarane dhewe, ing bumi

papan kelairane dhewe. (PS/1/10/18/4/05/2013).

„Hidupnya tidak begitu dihormati; padahal hidup di negaranya sendiri,

di tanah airtempat kelahirannya sendiri.‟

(99) Arep dadi pembangkang, dadi pemberontak. Brontak nyang Landa.

(PS/3/10/18/4/05/2013).

„Akan jadi pembangkang, jadi pemberontak. Berontak pada Belanda.‟

(100) Krungu yen bukune ora kena diedharake, malahan kelakon dibeskup.

(PS/3/10/18/4/05/2013).

„Mendengar jika bukunya tidak bias diedarkan, bahkan dibeskup.‟

(101) Soepratman ngudarasa, mula ora bisa bebas merdika, dadi kawula

jajahan. Kabeh-kabeh ditemtokake dening si penjajah.

(PS/3/10/18/4/05/2013).

„Soepratman mengungkapkan, maka tidak akan pernah bebas

merdeka, jadi wilayah jajahan. Semuanya ditentukan oleh penjajah.‟

(102) Tekade gumolong, niate mantep, njur diwiwiti ngreka-reka, ngrumpaka

tembungan lan lelagon. (PS/1/10/19/11/05/2013).

„Tekadnya jadi satu, niatnya mantap, kemudian mulai merancang,

kata-kata dan lagu.‟

(103) Atine rempu, kudu ngendhem rasa katresnan sing wus suwe ndhekem

ing telenging ati, iya bener kancane nonik-nonik Indonesia sing ayu-

ayu,[...]. (PS/1/9/21/25/05/2013).

„Hatinya hancur, harus memendam rasa cintanya yang telah

bersembunyi di dalam hati yang paling dalam, memang benar temannya

nonik-nonik Indonesia yang cantik-cantik [...].‟

(104) Si Mujenahe dadakan ora nanggapi katresnane sang komponis. Ditolak

kanthi alus. (PS/2/9/21/25/05/2013).

„Mujenah tiba-tiba tidak menanggapi cinta sang komponis. Ditolak

dengan baik.‟

(105) Atine ajur, rikala nyumurupi papan dununge adhine lanang kuwi.

Omahe saka gedheg [...]. (PS/3/9/21/25/05/2013).

Page 57: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

104

„Hatinya hancur, ketika mengetahui tempat tinggal adiknya laki-laki

itu. Rumahnya dari anyaman bambu [...].‟

Berdasarkan analisis penanda kohesi yang berupa penyulihan atau

substitusi di atas dapat disimpulkan bahwa, penanda substitusi yang ditemukan

meliputi: substitusi nominal dan substitusi frasal. Data mengenai substitusi

tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 84 sampai 105.

c. Pelesapan (Elipsis)

Pelesapan atau elipsis merupakan penghilangan satuan lingual (kata,

frasa, klausa, atau kalimat) yang telah disebut terdahulu, agar kalimatnya

menjadi efektif. Penanda kohesi yang berupa pelesapan terdapat pada data-data

berikut.

(106) Buku roman sing hebat, sing bisa gawe pemaose melu kontrang-

kantring, sing bisa gawe pemaose gregetan. (PS/2/10/18/4/05/2013).

„Buku roman yang besar, yang dapat membuat pembaca ikut kontrang-

kantring, yang bisa membuat pembaca gregetan.

Tampak pada data (106) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan

berupa kata buku „buku‟ yang dilesapkan sebelum kalimat sing bisa gawe

pemaose melu kontrang-kantring „yang dapat membuat pembaca ikut

kontrang-kantring‟ dan sebelum kalimat sing bisa gawe pemaose gregetan

„yang bisa membuat pembaca gregetan‟. Pronomina buku „buku‟ dilesapkan

untuk efektivitas kalimat, namun apabila pronomina tersebut tidak dilesapkan

maka akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif dan tidak padu. Data (106)

kemudian dibagi atas dua bentuk yaitu bentuk yang telah dilesapkan dan bentuk

utuhnya. Bentuk data tersebut adalah sebagai berikut.

Page 58: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

105

(106a) Buku roman sing hebat, Ø sing bisa gawe pemaose melu kontrang-

kantring, Ø sing bisa gawe pemaose gregetan.

„Buku roman yang besar, Ø yang dapat membuat pembaca ikut

kontrang-kantring, Ø yang bisa membuat pembaca gregetan.‟

(106b) Buku roman sing hebat, buku sing bisa gawe pemaose melu kontrang-

kantring, buku sing bisa gawe pemaose gregetan.

„Buku roman yang besar, buku yang dapat membuat pembaca ikut

kontrang-kantring, buku yang bisa membuat pembaca gregetan.‟

Hasil analisis data di atas ternyata data (106a) apabila kata buku

dilesapkan wacana menjadi lebih efisien, praktis, padu, dan efektif. Pada

wacana (106b) dari segi komunikasi kurang efisien dan kurang praktis, namun

informasinya tersampaikan lebih jelas dan lengkap.

Selain data tersebut ditemukan pula pelesapan berupa kata yang tampak

dalam data (107) sampai dengan (111) berikut.

(107) Soepratman tembene iya kelakon tepung karo Parada iki, malah Ø

terus nduweni niyat arep nggamblok ing perusahaane Parada iki mau.

(PS/3/9/18/4/05/2013).

„Soepratman bertemu dengan Parada ini, bahkan Ø kemudian

mempunyai niat untuk bergabung di perusahaan Parada ini tadi.‟

(108) Tabrani-ne dhewe banjur nyang Jerman, sinau babagan jurnalistik. Ø

Bali nyang tanah Jawa, Ø kelakon dadi Pemred. Sk. Pemandangan

(Jakarta) salah sijine koran kasusra dhek jamane.

(PS/1/9/19/11/05/2013).

„Tabraninya sendiri kemudian ke Jerman, belajar tentang jurnalistik. Ø

Kembali ke tanah Jawa, Ø kebetulan menjadi kepala Sk. Pemandangan

(Jakarta), salah satunya surat kabar terkenal pada saat itu.‟

(109) Wanita kuwi jenenge Salamah, asal saka Jawa Tengah. Sisihane Ø dadi

Mantri Guru, ning wis kapundhut Gusti. (PS/3/9/23/8/06/2013).

„Wanita itu bernama Salamah, berasal dari Jawa Tengah. Suaminya Ø

menjadi Mantri Guru, tapi telah dipanggil Allah.‟

(110) Rikala kuwi Salamah wis katon tuwa, umure Ø udakara 60 taunan. Ø

Katon lugu, prasaja, klambi biru, slendhang kuning, nyangking tas

ireng. (PS/3/9/24/15/06/2013).

Page 59: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

106

„Ketika itu Salamah sudah terlihat tua, Ø usianya sekitar 60 tahun. Ø

Terihat polos, sederhana, kemeja biru, selendang kuning, membawa tas

hitam.‟

(111) Soepratman atine wis marem, nyumurupi manawa bojone mula

sawijining wanita sing setiya, lugu ing samubarange. Iya Ø ing ndalem

tindak-tanduke iya Ø ing ndalem pemikirane. (PS/3/10/23/8/06/2013).

„Soepratman hatinya telah puas, mengetahui apabila istrinya salah satu

wanita yang setia, polos dalam semua hal. Ya Ø di dalam tingkah-

lakunya ya Ø di dalam pemikirannya.‟

Data lain yang menunjukkan adanya pelesapan atau elipsis adalah

sebagai berikut.

(112) Buku “Prawan Desa” dibeskup, dibeslah, merga dianggep nganggu

ketentreman umum, sarta dianggep ngandhut unsur-unsur sing bisa

nuwuhake rasa benci, rasa gething marang salah sijine golongan

masyarakat. (PS/3/10/18/4/05/2013).

„Buku "Prawan Desa" dibeskup, disita, karena dianggap menggangu

kedamaian masyarakat, dan dianggap mengandung unsur-unsur yang

dapat menyebabkan kebencian, rasa kebencian terhadap satu kelompok

masyarakat.‟

Pada data (112) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu

frasa Buku “Prawan Desa” yang dilesapkan sebelum kalimat dianggep

nganggu ketentreman umum „dianggap menggangu kedamaian masyarakat‟

dan sebelum kalimat dianggep ngandhut unsur-unsur sing bisa nuwuhake

rasa benci„ dianggap mengandung unsur-unsur yang dapat menyebabkan

kebencian‟. Pelesapan Buku “Prawan Desa” untuk menghasilkan efektivitas

kalimat (112), namun apabila satuan lingual tersebut tidak dilesapkan

menjadikan kalimat tidak efektif. Kemudian data (112) dibagi menjadi dua

bentuk yaitu bentuk setelah dilesapkan dan bentuk utuhnya sebagai berikut.

(112a) Buku “Prawan Desa” dibeskup, dibeslah, merga Ø dianggep nganggu

ketentreman umum, sarta Ø dianggep ngandhut unsur-unsur sing bisa

Page 60: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

107

nuwuhake rasa benci, rasa gething marang salah sijine golongan

masyarakat.

„Buku "Prawan Desa" dibeskup, disita, karena Ø dianggap

menggangu kedamaian masyarakat, dan Ø dianggap mengandung

unsur-unsur yang dapat menyebabkan kebencian, rasa kebencian

terhadap satu kelompok masyarakat.‟

(112b) Buku “Prawan Desa” dibeskup, dibeslah, merga Buku “Prawan

Desa”dianggep nganggu ketentreman umum, sarta Buku “Prawan

Desa” dianggep ngandhut unsur-unsur sing bisa nuwuhake rasa

benci, rasa gething marang salah sijine golongan masyarakat.

„Buku "Prawan Desa" dibeskup, disita, karena buku “Prawan

Desa”dianggap menggangu kedamaian masyarakat, dan buku

“Prawan Desa”dianggap mengandung unsur-unsur yang dapat

menyebabkan kebencian, rasa kebencian terhadap satu kelompok

masyarakat.‟

Analisis data (112a) di atas terjadi pelesapan pada satuan lingual Buku

"Prawan Desa" maka wacana lebih efektif dan lebih padu (kohesif), sedangkan

data (112b) dari segi komunikasi lebih jelas dan lengkap namun kalimatnya

kurang efektif.

Selain data tersebut ditemukan pula pelesapan berupa frasa yang tampak

dalam data (113) sampai dengan (124) berikut.

(113) Jepang teka, sakehing koran Tionghoa-Melayu dipateni, Ø ora kena

metu. (PS/1/10/18/4/05/2013).

„Jepang datang, semua surat kabar Tionghoa-Melayu dimatikan, Ø

tidak dapat keluar.‟

(114) Sing disebut koran Tionghoa-Melayu kuwi, anane dhek jaman

penjajahan Landa mbiyen; Ø migunakake basa Melayu pasaran, dudu

basa Indonesia. (PS/3/9/18/4/05/2013).

„Yang disebut koran Tionghoa-Melayu itu, adanya waktu zaman

penjajahan Belanda dulu, Ø menggunakan bahasa Melayu pasaran,

bukan bahasa Indonesia.‟

(115) Kongres Pemuda I mau dianggep kurang wigati, mula Ø banjur arang

kocap ing ndalem sejarah. (PS/1/9/19/11/05/2013).

„Kongres Pemuda I tadi dianggap kurang penting, maka Ø kemudian

jarang terucap di dalam sejarah.‟

Page 61: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

108

(116) Rikala ngandhut tuwa, Siti Senen bali nyang desane, lan Ø kelakon

babaran ing kono. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„Ketika hamil tua, Siti Senen kembali ke desanya, dan Ø persalinan

terjadi di sana.‟

(117) Kelakon Soepratman dadi pembantu sk. Kaum Muda sing diembani

Abdul Muis, Ø sawenehing tokoh Sarekat Islam, ning Ø uga sawijining

pengarang sing cukup kaloka dhek samana. Salah siji buku karangane

Ø, sesirah “Salah Asuhan”, babaran Balai Pustaka.

(PS/1/9/18/4/05/2013).

„Soepratman jadi pembantu sk. Kaum Muda yang dipimpin Abdul

Muis, Ø seorang tokoh Sarekat Islam, tapi Ø juga salah satu penulis

yang cukup terkenal pada saat itu. Salah satu buku karangannya Ø, yang

berjudul “Salah Asuhan”, yang diterbitan oleh Balai Pustaka.‟

(118) Bung Karno, pemimpin nasional sing manjila dhewe dhek jaman

samana, Ø uga ditangkep. Ø Diajokake ing Pengadilan kanthi dakwaan,

Ø ngojok-ojoki rakyat supaya brontak nyang Pemerintah.

(PS/3/10/20/18/05/2013).

„Bung Karno, pemimpin nasional yang terbaik pada saat, Ø juga

ditangkap. Ø Diajukan di pengadilan dengan dakwaan, Ø menghasut

rakyat agar memberontak pada pemerintah.‟

(119) Bung Karno taun 1926 dadi Ketua PNI, Ø dikunjara ing Sukamiskin,

Bandung. Dikendhangake. Ø Metu sedhela, Ø ditangkep maneh, Ø njur

dikendhangake neng Ende (Flores). Ø Banjur dipindhah neng Bengkulu.

(PS/2/10/22/1/06/2013).

„Bung Karno tahun 1926 sebagai Ketua PNI, Ø dipenjara di

Sukamiskin, Bandung. Dibuang. Ø Keluar sebentar, Ø ditangkap lagi, Ø

kemudian dibuang di Ende (Flores). Ø Kemudian dipindah ke Bengkulu.

(120) Bung Karno dadi Presiden Republik Indonesia, Ø sering nganakake

turne Ø tindak pepara nyang dhaerah-dhaerah. Ø Uga nganti nglanjak

tekan Jawa Wetan. Ø Neng ngendi-endi rawuhe Ø tansah sinubya-subya

dening kawula cilik kabeh bae. (PS/2/10/22/1/06/2013).

„Bung Karno menjadi Presiden Republik Indonesia, Ø sering

melakukan peninjauan Ø ke daerah-daerah. Ø Juga hingga batas Jawa

Timur. Ø Di mana-mana kedatangannya Ø selalu di puja-puja oleh

semua orang.‟

Dari analisis pada data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penanda

pelesapan atau elipsis yang ditemukan dalam penelitian terhadap wacana

Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya

Page 62: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

109

Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat yaitu elipsis kata dan elipsis

frasa. Data mengenai penanda kohesi yang berupa pelesapan atau elipsis

tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 106 sampai dengan 120.

d. Perangkaian (Konjungsi)

Konjungsi merupakan jenis kohesi gramatikal yang berwujud kata

perangkai yang menghubungkan satuan lingual satu dengan satuan lingual

lainnya. Konjungsi yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak dua belas

jenis yaitu konjungsi sebab-akibat, pertentangan, kelebihan, perkecualian,

konsesif, tujuan, penambahan, pilihan, urutan, waktu, syarat, dan cara. Penanda

kohesi gramatikal berupa konjungsi yang terdapat dalam wacana gempilan

sejarah dapat dilihat dalam wacana-wacana berikut.

1) Konjungsi sebab-akibat (kausalitas)

Konjungsi sebab-akibat merupakan konjungsi yang menyatakan

hubungan sebab-akibat. Konjungsi ini ditandai dengan kata sebab „sebab‟, awit

„karena‟, jalaran „dikarenakan‟, amarga „karena‟, karana „karena‟, mula

„maka‟, mulane „makanya‟, seperti tampak pada data berikut ini.

(121) Rehning ora gampang bocah Jawa (inlander) sekolah Landa, mula njur

dening tuan Eldick, ditambahi nggo jeneng “Rudolf” kuwi mau.

(PS/1/10/17/27/04/2013).

„Masalahnya tidak mudah anak Jawa sekolah Belanda, maka kemudian

oleh tuan Eldick, manambahkan nama “Rudolf” itu tadi.‟

Wacana (121) di atas menunjukkan adanya konjungsi sebab-akibat atau

kausalitas yaitu padakata mula „maka‟. Konjungsi tersebut berfungsi

menghubungkan antara klausa Rehning ora gampang bocah Jawa (inlander)

sekolah Landa sebagai sebab, dengan klausa njur dening tuan Eldick,

Page 63: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

110

ditambahi nggo jeneng “Rudolf” kuwi mau sebagai akibat. Kemudian data

(121) diuji dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut.

(121a) Rehning ora gampang bocah Jawa (inlander) sekolah Landa,

„Masalahnya tidak mudah anak Jawa sekolah Belanda,‟

(121b) mula njur dening tuan Eldick, ditambahi nggo jeneng “Rudolf” kuwi

mau.

„maka kemudian oleh tuan Eldick, manambahkan nama “Rudolf” itu

tadi.‟

Setelah diuji dengan teknik BUL, kemudian data (121b) dianalisis

dengan teknik lesap sebagai berikut.

(121c) Ø njur dening tuan Eldick, ditambahi nggo jeneng “Rudolf” kuwi mau.

„Ø kemudian oleh tuan Eldick, manambahkan nama “Rudolf” itu tadi.‟

Hasil analisis dengan teknik lesap pada data (121b) di atas ternyata

konjungsi sebab-akibat mula „maka‟ wajib hadir, agar informasi tersampaikan

dengan jelas dan lengkap. Konjungsi mula „maka‟ apabila dilesapkan maka

kalimat menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Selanjutnya data (121b)

diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(121d) mula njur dening tuan Eldick, ditambahi nggo jeneng “Rudolf”

*mila

kuwi mau.

„maka kemudian oleh tuan Eldick, manambahkan nama “Rudolf”

*maka

itu tadi.‟

Konjungsi mila „maka‟ pada data (121d) di atas tidak dapat

menggantikan posisi konjungsi mula „maka‟ karena berbeda tingkat tutur yang

digunakan. Konjungsi mila „maka‟ termasuk ragam krama sedangkan mula

„maka‟ termasuk ragam ngoko.

Page 64: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

111

Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi sebab-akibat yang berupa

kata mula „maka‟ terdapat dalam data (122) sampai dengan (124) berikut.

(122) Ing ndalem perkembangane, Soepratman rumangsa nduweni simpati

nyang Parindra, mula rikala ana sawatara pemimpin Parindra ngajak

dheweke supaya mlebu dadi anggota (saiki istilahe: kader) parindra,

Wage Rudolf Soepratman ora bisa nulak. (PS/3/10/21/25/05/2013).

„Di dalam perkembangannya, Soepratman merasa simpati kepada

Parindra, maka ketika ada seorang pemimpin Parindra mengajak dia

agar masuk menjadi anggota (istilah sekarang: kader) parindra, Wage

Rudolf Soepratman tidak bisa menolak.‟

(123) [...] Mula iya banjur disebutake tanggal sa-elinge bae. Lair tanggal 9

Maret. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„[...] Maka ya kemudian disebutkan tanggal seingatnya saja. Lahir pada

tanggal 9 Maret.‟

(124) [...] Mula dijenengake: Yatimah, Eee, dadak rikala mlebu sekolah,

dadak pawongan sing ditugasi ndhaftar ha teka iya lali sapa yektine

jenenge si bocah; njur nyebut apa bae. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„[...] Maka dinamakan: Yatimah, Eee, tiba-tiba ketika masuk sekolah,

tiba-tiba orang yang ditugaskan mendaftarkan ha sampai ya lupa siapa

sebenarnya nama anak itu; kemudian menyebut apa saja.‟

Data lain yang berupa konjungsi sebab-akibat juga terdapat pada data

berikut.

(125) Kepeksa pisah merga saka ana pihak sing ora nyarujuki anane

pernikahan kuwi mau. (PS/3/9/24/15/06/2013).

„Terpaksa pisah karena ada pihak yang tidak menyetujui adanya

pernikahan itu tadi.‟

Konjungsi merga „karena‟ pada tuturan (125) berfungsi untuk

menyatakan hubungan kausalitas atau hubungan sebab-akibat antara klausa

saka ana pihak sing ora nyarujuki anane pernikahan kuwi mau „ada pihak yang

tidak menyetujui adanya pernikahan itu tadi‟ sebagai sebab, dengan klausa

kapeksa pisah „terpaksa pisah‟ sebagai akibat. Data kemudian dibagi atas unsur

langsungnya menggunakan teknik BUL.

Page 65: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

112

(125a) Kepeksa pisah

„Terpaksa pisah‟

(125b) merga saka ana pihak sing ora nyarujuki anane pernikahan kuwi mau.

„ada pihak yang tidak menyetujui adanya pernikahan itu tadi.‟

Data (125b) selanjutnya diuji dengan teknik lesap adalah sebagai

berikut.

(125c) Ø saka ana pihak sing ora nyarujuki anane pernikahan kuwi mau.

„Ø ada pihak yang tidak menyetujui adanya pernikahan itu tadi.‟

Setelah konjungsi merga „karena‟ dilesapkan data di atas menjadi tidak

gramatikal. Hal tersebut berakibat pesan yang ingin disampaikan kepada

pembaca menjadi tidak jelas. Oleh karena itu satuan lingual merga „karena‟

wajib hadir. Selanjutnya data dianalisis dengan teknik ganti.

„(125d) merga saka ana pihak sing ora nyarujuki anane pernikahan

amarga

*amargi

kuwi mau.

„karena ada pihak yang tidak menyetujui adanya pernikahan itu

karena

karena

tadi.‟

Hasil analisis menunjukkan bahwa konjungsi merga „karena‟ dapat

diganti dengan satuan lingual amarga „karena‟ sebab keduanya berada dalam

satu ragam yaitu ragam ngoko. Namun merga „karena‟ tidak dapat diganti

dengan kata amargi „karena‟ sebab amargi „karena‟ merupakan dalam ragam

krama.

Jenis penanda konjungsi sebab-akibat yang berupa kata merga „karena‟

juga terdapat dalam data (126) sampai dengan (130) berikut.

Page 66: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

113

(126) Soepratman dhewe sajake wis ora bisa aweh wangsulan. Embuh saka

bingunging ati, embuh mula merga wis ora nduweni daya kekuwatan.

(PS/3/9/21/25/05/2013).

„Soepratman sendiri tampaknya sudah tidak mampu memberikan

jawaban. Entah dari bingung hatinya, entah karena sudah tidak

mempunyai daya kekuatan.‟

(127) Dijenengake Wage, laras karo adat Jawa (dhek samana), merga laire

pas pasaran Wage. (PS/1/10/17/27/04/2013).

„Dinamakan Wage, serasi dengan adat Jawa (zaman dulu), karena

lahirnya bertepatan dengan pasaran Wage.‟

(128) Mripate kadhang-kadhang mung mandeng cahyane lampu teplok

minyak tanah sing tansah mobat-mabit, merga kena tiyuping sang bayu,

sing nyelinep sela-selaning gedheg papan padunungane.

(PS/1/10/19/11/05/2013).

„Matanya kadang-kadang hanya melihat cahaya lampu minyak tanah

yang selalu mobat-mabit, karena mendapat tiyupan angin, yang

menyelinap di sela-sel papan rumahnya.‟

(129) Lha Kongres Pemuda II iki, pungkasane Oktober 1928 dipimpin

Sugondo Djojopuspito, luwih dikenal dening bebrayan, merga kajaba

mula iya sering disebut-sebut, Kongres Pemuda II iki gawe

kerampungan (basa Indonesia, ejaan anyar). (PS/1/9/20/18/05/2013).

„Nah Kongres Pemuda II ini, akhir Oktober 1928 dipimpin Sugondo

Djojopuspito, lebih dikenal oleh masyarakat, karena kecuali sering

disebut-sebut, Kongres Pemuda II ini membuat pernyelesaian (bahasa

Indonesia, ejaan baru).‟

(130) Saya jembar tebane lagu “Indonesia Raya”, bareng dipacak ing sk. Sin

Po, papane Soepratman nyambut gawe, golek pangupa jiwa. Ha iya

merga dipacak neng surat kabar mau, tebane saya anjrah tekan ngendi-

ngendi. (PS/1/10/20/18/05/2013).

„Semakin luas menyebarnya lagu "Indonesia Raya", setelah dimuat di

dalam sk. Sin Po, tempat Soepratman bekerja, mencari nafkah. Ya

karena dimuat di surat kabar tadi, maka semakin menyebar sampai di

mana-mana.‟

Penanda kohesi yang berupa konjungsi sebab-akibat juga dapat dilihat

pada data berikut.

(131) Prastawa iki diwerden-i, manawa lagu “Indonesia Raya” dening para

rawuh mula dianggep lagu kebangsaan. Sebab, ana aturan sing ora

Page 67: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

114

tinulis, nerangake yen para hadirin kudu ngadeg saka lungguhane, yen

ta ana lagu kebangsaan dikumandhangake. (PS/1/10/20/18/05/2013).

„Peristiwa ini dimaknai, apabila lagu “Indonesia Raya” oleh para hadirin

dianggap sebagai lagu kebangsaan. Sebab, tidak ada aturan tertulis,

menjelaskan jika para hadirin harus berdiri dari duduknya, jika ada lagu

kebangsaan dinyanyikan.‟

Kata sebab „sebab‟ pada data (131) di atas merupakan penanda kohesi

gramatikal berupa konjungsi sebab-akibat. Satuan lingual tersebut berfungsi

menghubungkan kalimat Prastawa iki diwerden-i, manawa lagu “Indonesia

Raya” dening para rawuh mula dianggep lagu kebangsaan sebagai akibat

dengan kalimat ana aturan sing ora tinulis, nerangake yen para hadirin kudu

ngadeg saka lungguhane, yen ta ana lagu kebangsaan dikumandhangake

sebagai sebab. Kemudian data (131) di atas dibagi atas unsur langsungnya

sebagai berikut.

(131a) Prastawa iki diwerden-i, manawa lagu “Indonesia Raya” dening para

rawuh mula dianggep lagu kebangsaan.

„Peristiwa ini dimaknai, apabila lagu “Indonesia Raya” oleh para

hadirin dianggap sebagai lagu kebangsaan.‟

(131b) Sebab, ana aturan sing ora tinulis, nerangake yen para hadirin kudu

ngadeg saka lungguhane, yen ta ana lagu kebangsaan

dikumandhangake.

„Sebab, tidak ada aturan tertulis, menjelaskan jika para hadirin harus

berdiri dari duduknya, jika ada lagu kebangsaan dinyanyikan.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (131b) diuji dengan teknik

lesap menjadi sebagai berikut.

(131c) Ø, ana aturan sing ora tinulis, nerangake yen para hadirin kudu

ngadeg saka lungguhane, yen ta ana lagu kebangsaan

dikumandhangake.

„Ø, tidak ada aturan tertulis, menjelaskan jika para hadirin harus

berdiri dari duduknya, jika ada lagu kebangsaan dinyanyikan.‟

Page 68: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

115

Penanda konjungsi sebab-akibat sebab „sebab‟ pada data di atas wajib

hadir agar kalimatnya jelas dan lengkap, apabila konjungsi tersebut dilesapkan

maka kalimat menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Selanjutnya data

(131b) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut.

(131d) Sebab, ana aturan sing ora tinulis, nerangake yen para hadirin

Amarga

Jalaran

kudu ngadeg saka lungguhane, yen ta ana lagu kebangsaan

dikumandhangake.

„Sebab, tidak ada aturan tertulis, menjelaskan jika para hadirin

Karena

Karena

harus berdiri dari duduknya, jika ada lagu kebangsaan dinyanyikan.‟

Konjungsi kausalitas sebab „sebab‟ ternyata dapat diganti dengan

konjungsi amarga „karena‟ dan konjungsi jalaran „karena‟ karena konjungsi

tersebut mempunyai ragam yang sama yaitu ragam ngoko.

2) Konjungsi Pertentangan

Konjungsi pertentangan merupakan konjungsi yang menyatakan makna

pertentangan. Konjungsi pertentangan ditandai dengan satuan lingual nanging

„tetapi‟, ning „tetapi‟, dene „sedangkan‟, mung „hanya‟. Berikut ini data yang

menggunakan penanda konjungsi pertentangan.

(132) PNI nindakake politik non, ora nyambut gawe bebarengan karo pihak

penjajah, dene Parindra nindakake politik co-operatif karo panguwasa.

(PS/1/9/22/1/06/2013).

„PNI melakukan politik non, tidak bekerja bersama dengan pihak

penjajah, sedangkan Parindra melakukan politik co-operatif dengan

penguasa.‟

Pada wacana (132) di atas tampak adanya penanda kohesi gramatikal

berupa konjungsi pertentangan yaitu kata dene „sedangkan‟. Konjungsi

Page 69: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

116

pertentangan dene „sedangkan‟ berfungsi menghubungkan kalimat PNI

nindakake politik non, ora nyambut gawe bebarengan karo pihak penjajah

dengan kalimat yang mengandung kata dene „sedangkan‟ itu sendiri, yaitu dene

Parindra nindakake politik co-operatif karo panguwasa. Wacana (132) dibagi

atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.

(132a) PNI nindakake politik non, ora nyambut gawe bebarengan karo pihak

penjajah,

„PNI melakukan politik non, tidak bekerja bersama dengan pihak

penjajah,‟

(132b) dene Parindra nindakake politik co-operatif karo panguwasa.

„sedangkan Parindra melakukan politik co-operatif dengan penguasa.‟

Kemudian data (132b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut.

(132c) Ø Parindra nindakake politik co-operatif karo panguwasa.

„Ø Parindra melakukan politik co-operatif dengan penguasa.‟

Konjungsi pertentangan dene „sedangkan‟ di atas tidak wajib hadir.

Konjungsi tersebut jika dilesapkan maka kalimat (132b) masih tetap gramatikal

atau berterima serta informasi yang diterima pembaca tetap jelas, namun akan

lebih jelas dan lengkap jika konjungsi tersebut tetap dihadirkan. Kemudian data

(132b) diuji dengan teknik ganti, hasilnya menjadi sebagai berikut.

(132d) dene Parindra nindakake politik co-operatif karo

*wondene

penguwasa.

„sedangkan Parindra melakukan politik co-operatif dengan

*sedangkan

penguasa.‟

Analisis data (132d) di atas menyatakan bahwa satuan lingual wondene

„sedangkan‟ tidak dapat menggantikan posisi kata dene „sedangkan‟ karena

Page 70: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

117

ragam yang digunakan berbeda. Di bawah ini contoh data lain yang

menggunakan penanda konjungsi pertentangan.

(133) Awake katon lemes, capek, lesu. Ning atine katon seneng; marem, lega.

(PS/2/10/19/11/05/2013).

„Badannya terlihat lemas, capek, lesu. Tetapi hatinya terlihat senang;

puas, lega.‟

Data (133) di atas ditemukan penanda konjungsi pertentangan berupa

satuan lingual ning „tetapi‟. Satuan lingual tersebut berfungsi sebagai

penghubung antara klausa Awake katon lemes, capek, lesu „Badannya terlihat

lemas, capek, lesu‟ dengan klausa atine katon seneng; marem, lega „hatinya

terlihat senang; puas, lega‟. Kemudian data (133) dibagi atas unsur langsungnya

sebagai berikut.

(133a) Awake katon lemes, capek, lesu.

„Badannya terlihat lemas, capek, lesu.‟

(133b) Ning atine katon seneng; marem, lega.

„Tetapi hatinya terlihat senang; puas, lega.‟

Selanjutnya data (133b) di atas diuji dengan teknik lesap, hasilnya

sebagai berikut.

(133c) Ø atine katon seneng; marem, lega.

„Øhatinya terlihat senang; puas, lega.‟

Satuan lingual ning „tetapi‟ pada wacana di atas apabila dilesapkan

maka kalimat (133b) masih tetap gramatikal atau berterima. Konjungsi tersebut

jika dilesapkan informasi yang diterima pembaca tetap jelas, jadi konjungsi

ning „tetapi‟ tidak wajib hadir. Tetapi akan lebih jelas dan lengkap jika

konjungsi tersebut tetap dihadirkan. Setelah diuji dengan teknik lesap, data

(133b) kemudian dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut.

Page 71: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

118

(133d) Ning atine katon seneng; marem, lega.

Nanging

*Ewasemana

„Tetapi hatinya terlihat senang; puas, lega.‟

Tetapi

*Meskipun demikian

Hasil analisis pada data (133d) di atas adalah bahwa kata ning „tetapi‟

dapat diganti dengan kata nanging „tetapi‟ karena dalam tingkat tutur yang

sama yaitu ragam ngoko serta secara makna juga sama dan berterima. Namun

ning „tetapi‟ tidak dapat diganti dengan kata ewasemana „meskipun demikian‟

karena secara makna berbeda.

Selain data tersebut ditemukan pula penanda konjungsi pertentangan

yang berupa kata ning „tetapi‟ terdapat dalam data (134) sampai dengan (140)

berikut.

(134) Soeroen dhewe bareng maca buku mau, ing batin rada kuwatir, aja-aja

Pemerintah mengko bakal nganakake tindakan. Embuh apa lan kepiye,

ning sing cetha bae tertemtu ora bakal ora nguntungake penulise.

(PS/2/10/18/4/05/2013).

„Soeroen sendiri setelah membaca buku tadi, batin agak khawatir,

jangan-jangan pemerintah akan melakukan tindakan. Entah apa dan

bagaimana, tetapi yang jelas tentu tidak akan menguntungkan penulis.‟

(135) Ora ana keistimewaane apa-apa. Ning, ha ya gek kepiye maneh.

Jenenge bae: katresnan, asmara. (PS/1/9/21/25/05/2013).

„Tidak ada keistimewaannya apa-apa. Tetapi, ya bagaimana lagi.

Namanya saja: cinta, asmara.‟

(136) Ning, saora-orane sacara tatalahire, atine Soepratman bisa luwih

tenang, luwih tentrem. Ning, ana sawenehing pepalang sing ngrusuhi

anggone omah-omah karo Salamah. (PS/3/9/21/25/05/2013).

„Tapi, setidaknya secara tatalahirnya, hati Soepratman bisa lebih tenang,

lebih damai. Tetapi, ada beberapa masalah yang menggangu

pernikahannya dengan Salamah.‟

Page 72: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

119

(137) Kabeh-kabeh padha nedya nggayuh Indonesia merdeka ning dalan

dalah carane bae sing beda. (PS/2/9/22/1/06/2013).

„Semuanya berniat mengejar kemerdekaan Indonesia tetapi jalan dan

caranya saja yang berbeda.‟

(138) Para pelayat umume padha jubel riyel nganti tekan GNI, ning gus

Wage sing awake mula ringkih, rumangsa ora keconggah nguntabake

nganti tekan tujuwan. (PS/3/9/22/1/06/2013).

„Para pelayat umumnya berdesak-desakan sampai GNI, tetapi gus Wage

yang badannya lemah, merasa tidak sanggup mengantar sampai tujuan.‟

(139) Soepratman ngawikani, manawa sisihane mula kurang pendhidhikan,

ning atine teguh, setiya sarta sabar ndhampingi awake.

(PS/1/10/23/8/06/2013).

„Soepratman mengetahui, apabila istrinya kurang berpendidikan, tetapi

hatinya teguh, setia, dan sabar mendampingi dirinya.‟

(140) Iya karo Salamah iki sang komponis urip bebarengan ing ndalem

kahanan sing sarwa ora kecukupan, ning sumendhe ing pepesthene.

(PS/3/9/24/15/06/2013).

„Ya dengan Salamah ini sang komponis hidup bersama di dalam situasi

yang serba tidak kecukupan, tetapi pasrah pada takdir.‟

3) Konjungsi Kelebihan (eksesif)

Konjungsi kelebihan ditandai dengan kata: malah dan malahan

„bahkan‟. Konjungsi kelebihan yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah

adalah sebagai berikut.

(141) Soepratman, jejer dadi wartawan tertemtu bae tepung karo Panitia

Kongres II iki, sing dipinituwani dening Soegondo Djojopoespito.

Malah hubungane cukup rapet. (PS/3/9/19/11/05/2013).

„Soepratman, menjadi wartawan tentu saja kenal dengan Panitia

Kongres II ini, yang diketuai oleh Soegondo Djojopoespito. Bahkan

hubungannya cukup erat.‟

Tampak adanya konjungsi kelebihan yang ditunjukkan oleh kata malah

„bahkan‟. Konjungsi malah „bahkan‟ yang menghubungkan klausa [...]Kongres

II iki, sing dipinituwani dening Soegondo Djojopoespito „[...]Kongres II ini,

yang diketuai oleh Soegondo Djojopoespito‟ dengan klausa yang mengandung

Page 73: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

120

kata malah itu sendiri, yaitu Malah hubungane cukup rapet „Bahkan

hubungannya cukup erat‟. Setelah itu, data (141) dibagi atas unsur langsungnya

dengan teknik BUL.

(141a) Soepratman, jejer dadi wartawan tertemtu bae tepung karo Panitia

Kongres II iki, sing dipinituwani dening Soegondo Djojopoespito.

„Soepratman, menjadi wartawan tentu saja kenal dengan Panitia

Kongres II ini, yang diketuai oleh Soegondo Djojopoespito.‟

(141b) Malah hubungane cukup rapet.

„Bahkan hubungannya cukup erat.‟

Kemudian data (141b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai

berikut.

(141c) Ø hubungane cukup rapet.

„Ø hubungannya cukup erat.‟

Hasil analisis di atas menyatakan bahwa apabila konjungsi malah

„bahkan‟ dilesapkan maka kalimatnya masih tetap gramatikal atau berterima,

tetapi akan lebih jelas dan lengkap jika konjungsi kelebihan tersebut tetap

dihadirkan.

Penanda konjungsi kelebihan yang berupa kata malah „bahkan‟ juga

tampak pada data (142) sampai dengan (145) berikut.

(142) [...] Malah miturut sk. Keng Po 9 April 1925 kahanane Kantor Berita

PAIT mula pait tenanan. Kalut, kasut, semrawut. Wage Soepratman

rong sasi ora dibayar. (PS/1/9/18/4/05/2013).

„[...] Bahkan, menurut sk. Keng Po 9 April 1925 situasi Kantor Berita

PAIT memang benar-benar pahit. Panik, kasut, kacau. Wage

Soepratman dua bulan tidak dibayar.‟

(143) [...] Parada Harahap, sawenehing jurnalis sing miwiti saka ngisor

nganti satemah kelakon nduweni jeneng ing kalangane kaum wartawan

Indonesia dhek samana. Malah rikala kelakon ngetokake koran dhewe,

“Bintang Timore” jenenge kondhang kaonang-onang ing kalangane

media-massa. (PS/3/9/18/4/05/2013).

Page 74: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

121

„[...] Parada Harahap, seorang jurnalis yang memulai dari bawah hingga

memiliki nama di antara wartawan Indonesia saat itu. Bahkan ketika

mengeluarkan koran sendiri, "Bintang Timor" namanya terkenal di

kalangan media massa.‟

(144) [...] Malah sang komponis banjur ngarang lagu kanggo Parindra lan

uga kanggo Surya Wirawan, gerakan kaum mudha ing Parindra kono.

(PS/3/10/21/25/05/2013).

„[...] Bahkan sang komponis kemudian mengarang lagu untuk Parindra

dan juga untuk Surya Wirawan, gerakan kaum pemuda di Parindra

sana.‟

(145) Sauntara kuwi pamarentah Kabupaten Purworejo dikabarake, arep

mindhah pasareyane sang komponis saka Surabaya nyang Purworejo.

Malah kanggo kaperluan kuwi wis didhapuk sawijining kumisi.

(PS/2/10/24/15/06/2013).

„Sementara itu pemerintah Kabupaten Purworejo dikabarkan, akan

memindahkan kuburan sang komponis dari Surabaya ke Purworejo.

Bahkan untuk tujuan tersebut telah terorganisir dan terencana dengan

komisi.‟

Data lain yang menunjukkan adanya penanda konjungsi kelebihan

adalah sebagai berikut.

(146) Dulur-dulure ora ana siji-sijia sing ngakoni absahe pernikahan

Soepratman karo Salamah, malahan ndhuweni tekad misahake

Soepratman karo Salamah. (PS/2/10/23/8/06/2013).

„Saudara-saudaranya tidak ada satupun yang mengakui sahnya

pernikahan Soepratman dengan Salamah, bahkan mempunyai tekad

memisahkan Soepratman dengan Salamah.‟

Konjungsi kelebihan malahan „bahkan‟ pada data (146) di atas

berfungsi untuk menghubungkan klausa Dulur-dulure ora ana siji-sijia sing

ngakoni absahe pernikahan Soepratman karo Salamah dengan klausa yang

mengandung konjungsi malahan „bahkan‟ itu sendiri, yaitu malahan ndhuweni

tekad misahake Soepratman karo Salamah. Kemudian data (146) dibagi atas

unsur langsungnya sebagai berikut.

Page 75: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

122

(146a) Dulur-dulure ora ana siji-sijia sing ngakoni absahe pernikahan

Soepratman karo Salamah,

„Saudara-saudaranya tidak ada satupun yang mengakui sahnya

pernikahan Soepratman dengan Salamah,‟

(146b) malahan ndhuweni tekad misahake Soepratman karo Salamah.

„bahkan mempunyai tekad memisahkan Soepratman dengan

Salamah.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (146b) diuji dengan teknik

lesap menjadi sebagai berikut.

(146b) Ø ndhuweni tekad misahake Soepratman karo Salamah.

„Ø mempunyai tekad memisahkan Soepratman dengan Salamah.‟

Konjungsi kelebihan malahan „bahkan‟ pada data (146) di atas ternyata

wajib hadir, agar informasi yang tersampaikan jelas dan lengkap. Konjungsi

tersebut apabila dilesapkan maka wacana (146) menjadi tidak gramatikal atau

tidak berterima.

Jenis penanda konjungsi kelebihan yang berupa kata malahan „bahkan‟

terdapat dalam data (147) dan (148) berikut.

(147) Aja-aja, mengko yen lagu mau dinyanyekake lan keprungu tembung

“merdeka”, Kongrese malahan dibubarake pisan dening pulisi.

(PS/3/10/19/11/05/2013).

„Jangan-jangan, nanti jika lagu dinyanyikan lan terdengar kata

“merdeka”, Kongres bahkan dibubarkan oleh polisi.‟

(148) Ing ndalem sapatemonan mau Imam Soepardi crita, manawa

pemerentah Hindia-Walanda wis gelem ngidinake basa Indonesia

dipigunakake ing ndalem sidhang Dewan-Dewan Perwakilan. Malahan

Fraksi Nasional ing volksraad (Dewan Rakyat) ing Jakarta wis wiwit

dipigunakake. (PS/1/10/22/1/06/2013).

„Di dalam pertemuan tadi Imam Seopardi bercerita, apabila pemerintah

Hindia-Belanda telah mengizinkan bahasa Indonesia digunakan di

dalam sidang Dewan-Dewan Perwakilan. Bahkan Partai Nasional

Dewan Rakyat di Jakarta telah mulai digunakan.

Page 76: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

123

4) Konjungsi Perkecualian (ekseptif)

Konjungsi perkecualian merupakan konjungsi yang menyatakan makna

perkecualian. Konjungsi perkeculian ditandai dengan kata: sakliyane „selain‟,

kajaba, dan kajawi „kecuali‟. Berikut data yang mengandung penanda kohesi

gramatikal berupa konjungsi perkecualian.

(149) Soepratman kaya-kaya wis ora ana pilihan liya maneh, kajaba mung

manut marang garising takdir. Ninggal Salamah nganti tekan pupusing

yitmane. (PS/3/10/24/15/06/2013).

„Soepratman seolah-olah sudah tidak punya pilihan lain lagi, kecuali

hanya taat pada takdir. Meninggalkan Salamah sampai akhir hayatnya.‟

Pada tuturan (149) di atas terdapat konjungsi perkecualian yaitu pada

kata kajaba „kecuali‟, yang berfungsi untuk menunjukkan adanya perkecualian

yaitu pada klausa Soepratman kaya-kaya wis ora ana pilihan liya maneh

„Soepratman seolah-olah sudah tidak punya pilihan lain lagi‟ dengan klausa

mung manut marang garising takdir „hanya taat pada takdir‟. Data (149) di atas

dibagi atas unsur langsungnya adalah sebagai berikut.

(149a) Soepratman kaya-kaya wis ora ana pilihan liya maneh,

„Soepratman seolah-olah sudah tidak punya pilihan lain lagi,‟

(149b) kajaba mung manut marang garising takdir.

‘kecuali hanya taat pada takdir.‟

(149c) Ninggal Salamah nganti tekan pupusing yitmane.

„Meninggalkan Salamah sampai akhir hayatnya.‟

Selanjutnya data (149b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai

berikut.

(149d) Ø mung manut marang garising takdir.

„Ø hanya taat pada takdir.‟

Page 77: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

124

Konjungsi perkecualian yaitu pada kata kajaba „kecuali‟ apabila

dilesapkan maka wacana (149) tetap gramatikal atau berterima, tetapi akan

lebih jelas jika konjungsi tersebut tetap dihadirkan. Kemudian data (149b) diuji

dengan teknik ganti sebagai berikut.

(149e) kajaba mung manut marang garising takdir.

*kajawi

sakliyane

„kecuali hanya taat pada takdir.‟

*kecuali

selain

Analisis data (149) di atas menyatakan bahwa konjungsi kajaba

„kecuali‟ tidak dapat diganti dengan konjungsi kajawi „kecuali‟ karena berbeda

ragam, kajaba „kecuali‟ merupakan ragam ngoko sedangkan kajawi „kecuali‟

termasuk dalam ragam krama. Konjungsi kajaba „kecuali‟ dapat diganti dengan

konjungsi sakliyane „selain‟ karena masih dalam satu tingkat tutur yang sama

yaitu ragam ngoko.

Selain data tersebut ditemukan pula penanda konjungsi perkecualian

yang berupa kata kajaba „kecuali‟ terdapat dalam data (150) dan (151) berikut.

(150) Soepratman, ing ndalem perkembanganne kajaba jejer wartawan, mula

iya ahli ngrumpaka lagu, sing ing sabanjure uga dikenal bebrayan

bangsane. (PS/3/9/19/11/05/2013).

„Soepratman, di dalam perkembangannya kecuali sebagai wartawan,

maka ya ahli mengarang lagu, yang selanjutnya juga dikenal masyarakat

negaranya.‟

(151) Kajaba Ny. Salamah ing “Wisma Mulia” kono uga ana randhane Dr.

Tjipto Mangunkusumo sing dikancani putra lanang, Luois.

(PS/3/9/24/15/06/2013).

„Kecuali Nyonya Salamah di “Wisma Mulia” itu juga ada jandanya Dr.

Tjipto Mangunkusumo yang ditemani anak laki-laki, Luois.‟

Page 78: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

125

5) Konjungsi Konsesif

Konjungsi konsesif biasanya ditandai dengan kata: nadyan „meskipun‟

dan sanadyan „walaupun‟. Konjungsi konsesif tampak pada data berikut.

(152) Dadi Kongres Pemuda II iki babarpisan dudu sambungane Kongres

Pemuda I kae, nadyan ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir

rikala Kongres sing sepisanan kae. (PS/2/9/19/11/05/2013).

„Jadi Kongres Pemuda II ini sama sekali bukan sambungannya Kongres

Pemuda I itu, meskipun yang menghadir juga ada sebagian orang yang

hadir ketika Kongres yang pertama kalinya itu.‟

Pada data (152) di atas menunjukkan adanya konjungsi konsesif pada

kata nadyan „meskipun‟ yang menghubungkan secara konsesif antara klausa

Dadi Kongres Pemuda II iki babarpisan dudu sambungane Kongres Pemuda I

kae dengan klausa yang mengandung kata nadyan „meskipun‟ itu sendiri, yaitu

nadyan ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir rikala Kongres sing

sepisanan kae. Selanjutnya data (152) dibagi atas unsur langsungnya dengan

teknik BUL sebagai berikut.

(152a) Dadi Kongres Pemuda II iki babarpisan dudu sambungane Kongres

Pemuda I kae,

„Jadi Kongres Pemuda II ini sama sekali bukan sambungannya

Kongres Pemuda I itu,‟

(152b) nadyan ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir rikala Kongres

sing sepisanan kae.

„meskipun yang menghadir juga ada sebagian orang yang hadir ketika

Kongres yang pertama kalinya itu.‟

Kemudian data (152b) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(152c) Ø ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir rikala Kongres sing

sepisanan kae.

„Ø yang menghadir juga ada sebagian orang yang hadir ketika Kongres

yang pertama kalinya itu.‟

Page 79: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

126

Penanda konjungsi konsesif nadyan „meskipun‟ pada data (152c) wajib

hadir, jika konjungsi tersebut dilesapkan maka informasi yang tersampaikan

menjadi tidak jelas serta kalimatnya menjadi tidak gramatikal atau tidak

berterima. Setelah dianalisis dengan teknik lesap, data (152b) diuji dengan

teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(152d) nadyan ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir

sanadyan

*sinaosa

rikala Kongres sing sepisanan kae.

„meskipun yang menghadir juga ada sebagian orang yang

walaupun

*walaupun

hadir ketika Kongres yang pertama kalinya itu.‟

Setelah dianalisis dengan teknik ganti, data (152d) di atas menyatakan

bahwa konjungsi nadyan „meskipun‟ dapat diganti dengan sanadyan

„walaupun‟ karena sama-sama termasuk ragam ngoko. Namun konjungsi

nadyan „walaupun‟ tidak dapat diganti dengan konjungsi sinaosa „walaupun‟

karena berbeda ragam. Konjungsi nadyan „meskipun‟ merupakan ragam ngoko

sedangkan sinaosa „walaupun‟ termasuk ragam krama.

Penanda konjungsi konsesif yang berupa kata nadyan „walaupun‟ juga

tampak pada data (153) dan (154) berikut.

(153) Hebate, nadyan ta laire ora kecukupan, ning batine ora nate ngrasa

nandhang papa. (PS/1/10/18/4/05/2013).

„Hebatnya, meskipun dilahirkan tidak berkecukupan, tetapi dalam

batinnya tidak pernah merasa menderita.‟

(154) Kajaba iku, Kongres Pemuda I dianakake dening pribadi-pribadi

(perorangan), ora dening organisasi kepemudaan, ning, nadyan ta

mangkono, Kongres Pemuda I tetep mujudake pelopor persatuan

bangsa Indonesia. (PS/3/9/19/11/05/2013).

Page 80: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

127

„Selain itu, Kongres Pemuda I yang diadakan oleh individu

(perorangan), bukan oleh organisasi pemuda, tapi, meskipun demikian,

Kongres Pemuda I tetap menjadi pelopor persatuan bangsa Indonesia.‟

6) Konjungsi Tujuan

Konjungsi tujuan merupakan konjungsi yang menyatakan makna tujuan

dalam sebuah kalimat suatu wacana. Konjungsi tujuan ditandai dengan kata:

supaya, supados, amrih „agar‟. Di bawah ini merupakan contoh data yang

mengandung konjungsi tujuan.

(155) Si mbakyu krungu warta adhine lara maneh, teka ing Gang Tengah

Jakarta, ngajak adhine supaya istirahat ing Surabaya.

(PS/3/10/23/8/06/2013).

„Si kakak mendengar berita adiknya sakit lagi, datang di Gang Tengah

Jakarta, mengajak adiknya agar istirahat di Surabaya.‟

Penggalan wacana (155) di atas terdapat konjungsi tujuan yaitu pada

kata supaya „agar‟ yang berfungsi menghubungkan suatu makna tujuan yaitu

mengajak adiknya agar istirahat di Surabaya. Kemudian data (155) dibagi atas

unsur langsungnya sebagai berikut.

(155a) Si mbakyu krungu warta adhine lara maneh,

„Si kakak mendengar berita adiknya sakit lagi,‟

(155b) teka ing Gang Tengah Jakarta,

„datang di Gang Tengah Jakarta,‟

(155c) ngajak adhine supaya istirahat ing Surabaya.

„mengajak adiknya agar istirahat di Surabaya.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (155c) kemudian diuji

dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut.

(155d) ngajak adhine Ø istirahat ing Surabaya.

„mengajak adiknya Ø istirahat di Surabaya.‟

Page 81: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

128

Hasil analisis dengan menggunakan teknik lesap pada data (155d)

ternyata setelah konjungsi supaya „agar‟ dilesapkan data di atas masih tetap

berterima atau tetap gramatikal, informasi kalimatnya masih tetap jelas. Akan

lebih baik lagi jika konjungsi tujuan supaya „agar‟ tersebut tetap hadir dalam

wacana. Selanjutnya data (155c) dianalisis dengan teknik ganti, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(155e) ngajak adhine supaya istirahat ing Surabaya.

saprelu

*supados

„mengajak adiknya agar istirahat di Surabaya.‟

*agar

supaya

Analisis data (155e) di atas dengan menggunakan teknik ganti pada

konjungsi supaya „agar‟, ternyata kata supaya „agar‟ tidak dapat diganti dengan

kata supados „agar‟ karena berbeda tingkat tutur. Supaya „agar‟ termasuk

dalam ragam ngoko, sedangkan supados „agar‟ merupakan ragam krama.

Konjungsi supaya „agar‟ dapat diganti dengan konjungsi saprelu „supaya‟

karena dalam satu tingkat tutur yang sama yaitu ragam ngoko.

Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi tujuan yang berupa kata

supaya „agar‟ terdapat dalam data (156) dan (157) berikut.

(156) Kerampungan sing nomer telu iki sengaja diaturake ing kene, soal-e

supaya kita kabeh bae aja nganti lali utawa ngilangi basa dhaerah,

basa Ibu. (PS/3/9/20/18/05/2013).

„Penyelesaian yang nomor tiga sengaja dibawa ke sini, agar kita semua

tidak lupa atau mengabaikan bahasa daerah, bahasa Ibu.‟

(157) Rikala Jepang arep nelukake bumi kene, iya migunakake lagu

“Indonesia Raya” kanggo ngrimuk lan ngojok-ngojoki bangsa

Indonesia supaya lumawan penjajah Landa. (PS/1/10/24/15/06/2013).

Page 82: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

129

„Ketika Jepang akan menaklukkan bumi sini, ya menggunakan lagu

“Indonesia Raya” untuk merusak dan menghasut rakyat Indonesia agar

melawan pemerintahan kolonial Belanda.‟

7) Konjungsi Penambahan (aditif)

Konjungsi penambahan ditandai dengan kata: lan „dan‟, uga „atau‟, ugi

„juga‟, sarta „dan‟. Konjungsi pernambahan terdapat di dalam data berikut ini.

(158) Salamah ditepungake karo wong tuwane, uga dulur-dulure dikenalake

karo Salamah. (PS/3/9/23/8/06/2013).

„Salamah diperkenalkan dengan orang tuanya, juga saudara-saudaranya

diperkenalkan dengan Salamah.‟

Pada data (158) tampak adanya penanda konjungsi penambahan uga

„juga‟ yang berfungsi menghubungkan frasa wong tuwane „orang tuanya‟

dengan frasa dulur-dulure „saudara-saudaranya‟. Kemudian data (158) diuji

dengan teknik BUL sebagai berikut.

(158a) Salamah ditepungake karo wong tuwane,

„Salamah diperkenalkan dengan orang tuanya,‟

(158b) uga dulur-dulure dikenalake karo Salamah.

„juga saudara-saudaranya diperkenalkan dengan Salamah.‟

Setelah diuji dengan teknik BUL, data (158b) dianalisis dengan teknik

lesap menjadi sebagai berikut.

(158c) Ø dulur-dulure dikenalake karo Salamah.

„Ø saudara-saudaranya diperkenalkan dengan Salamah.‟

Konjungsi aditif uga „juga‟ pada data (158c) apabila dilesapkan maka

kalimatnya menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal. Oleh karena itu,

konjungsi uga „juga‟ wajib hadir, agar informasi yang tersampaikan jelas dan

lengkap. Selanjutnya data (158b) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah

sebagai berikut.

Page 83: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

130

(158d) uga dulur-dulure dikenalake karo Salamah.

*ugi

„juga saudara-saudaranya diperkenalkan dengan Salamah.‟

*juga

Analisis data (158d) di atas dengan menggunakan teknik ganti ternyata

konjungsi ugi „juga‟ tidak bisa menggantikan posisi konjungsi uga „juga‟

karena perbedaan ragam. Konjungsi uga „juga‟ merupakan ragam ngoko

sedangkan ugi „juga‟ termasuk ragam krama.

Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi penambahan yang berupa

kata uga „juga‟ tampak pada data (159) dan (160) berikut.

(159) Uga rikala nyebutake tanggal kelairane, si bapa sajak uga ora eling

nemen tanggal pira. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„Juga ketika menyebut tanggal kelahiran, si bapak mungkin juga tidak

ingat betul tanggal berapa.‟

(160) Manawa kabeh-kabeh wis dilurusake, klebu uga sing disebut “Hari

Musik” Indonesia. Ing sakawit dilarasake karo tanggal kelahirane sang

komponis. (PS/2/10/24/15/06/2013).

„Jika semuanya telah dilurusakan, termasuk juga yang disebut "Hari

Musik" Indonesia. Pada mulanya diselaraskan dengan tanggal kelahiran

sang komponis.‟

Penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi penambahan juga terdapat

di dalam data berikut.

(161) Penulise atur iki nate endhang mrono, nemoni lan wawancara karo

Salamah. (PS/1/9/24/15/06/2013).

„Penulis karya ini pernah melihat ke sana, menemui dan wawancara

dengan Salamah.‟

Tampak pada data (161) di atas terdapat konjungsi penambahan yaitu

pada kata lan „dan‟. Konjungsi lan „dan‟ tersebut berfungsi menghubungkan

antara satuan lingual nemoni „menemui‟ dengan kata wawancara „wawancara‟

Page 84: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

131

supaya wacana lebih padu dan baik. Setelah itu, data (161) dibagi atas unsur

langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut.

(161a) Penulise atur iki nate endhang mrono,

„Penulis karya ini pernah melihat ke sana,‟

(161b) nemoni lan wawancara karo Salamah.

„menemui dan wawancara dengan Salamah.‟

Kemudian data (161b) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(161c) nemoni Ø wawancara karo Salamah.

„menemui Ø wawancara dengan Salamah.‟

Hasil analisis data (161c) di atas dengan menggunakan teknik lesap

ternyata konjungsi lan „dan‟ wajib hadir. Konjungsi penambahan lan „dan‟

tersebut apabila dilesapkan maka wacana (161c) menjadi tidak berterima atau

tidak gramatikal serta informasi yang tersampaikan menjadi tidak jelas.

Selanjutnya data (161b) diuji dengan teknik ganti sebagai berikut.

(161d) nemoni lan wawancara karo Salamah.

sarta

*kaliyan

„menemui dan wawancara dengan Salamah.‟

dan

*dan

Tampak pada hasil analisis data (161b) di atas dengan menggunakan

teknik ganti, ternyata kata lan „dan‟ dapat diganti dengan kata sarta „dan‟

karena sama-sama merupakan ragam ngoko. Namun konjungsi lan „dan‟ tidak

dapat diganti dengan konjungsi kaliyan „dan‟ karena berbeda tingkat tutur,

konjungsi kaliyan „dan‟ termasuk dalam ragam krama.

Page 85: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

132

Jenis konjungsi penambahan yang berupa kata lan „dan‟ juga tampak

pada data (162) sampai dengan (166) berikut.

(162) Bisa dimangerteni uga, yen ta Soepratman wiwit cilik tansah diugung

lan diuja, laras karo kekuwatane ekonomine wong tuwa.

(PS/1/10/17/27/04/2013).

„Bisa dimengerti juga, jika Soepratman sejak kecil selalu dipuji dan

dipenuhi segala keinginannya, serasi dengan kekuatan ekonomi orang

tuanya.‟

(163) Ora sethithik sing ngalembana, lan padha eram, dene semono

kawasisane Soepratman main biola. (PS/2/10/17/27/04/2013).

„Tidak sedikit yang memuji, dan kagum, pada kepandaiannya

Soepratman bermain biola.‟

(164) Terus mbiyantu Kantor Berita PAIT, Pers Agentschap India Timoer,

sing ing ndalem prakteke jenenge bae “Kantor Berita”, ning yen

ngenani bab dhuwit lan kahanane pegawaine, ya ampuuunnn.

(PS/1/9/18/4/05/2013).

„Kemudian membantu Kantor Berita PAIT, Pers Agentschap India

Timoer, yang di dalam praktiknya namanya saja, "Kantor Berita", yag

jika mengenai bab uang dan situasi pegawainya, ya ampuuunnn.‟

(165) Genahe maneh taun 1926, kaum komunis mentas bae brontak; lan

pemerintah Landa gawe “Pembersihan”. (PS/3/10/19/11/05/2013).

„Jelasnya lagi pada tahun 1926, kaum komunis baru-baru ini

memberontak; dan pemerintah Belanda membuat "Pembersihan".‟

(166) Rikala samono penulis atur iki bisa sapatemon karo Ny. Salamah

randhane Wage Rudolf Soepratman sang komponis agung sing wis

kelakon nyipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dalah lagu-lagu

perjuangan liyane sing migunani banget lan bisa nuwuhake grengseng

semangat kebangsaan. (PS/2/9/24/15/06/2013).

„Ketika itu penulis karya ini bisa bertemu dengan Nyonya Salamah istri

Wage Rudolf Supratman sang komponis besar yang telah menciptakan

lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dan lagu-lagu perjuangan lainnya

yang sangat berguna dan dapat menimbulkan semangat kebangsaan.‟

Data yang mengandung penanda konjungsi penambahan lainnya juga

tampak pada data berikut.

Page 86: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

133

(167) Tembene ana owah-owahan, lagu “Indonesia Raya” mung kena

dinyanyekake ing ruwang tertutup, sarta mung kena dinyanyekake

kalangan tinamtu bae. (PS/2/10/20/18/05/2013).

„Kemudian ada perubahan-perubahan, lagu “Indonesia Raya” hanya

dapat dinyanyikan di ruangan tertutup, dan hanya dapat dinyanyian di

kalangan tertentu saja.‟

Penggalan wacana (167) di atas menunjukkan adanya konjungsi aditif

atau penambahan sarta „dan‟ yang berfungsi menghubungkan klausa lagu

“Indonesia Raya” mung kena dinyanyekake ing ruwang tertutup dengan klausa

yang mengandung konjungsi sarta „dan‟ itu sendiri yaitu sarta mung kena

dinyanyekake kalangan tinamtu bae. Selanjutnya data (167) diuji dengan teknik

BUL menjadi sebagai berikut.

(167a) Tembene ana owah-owahan, lagu “Indonesia Raya” mung kena

dinyanyekake ing ruwang tertutup,

„Kemudian ada perubahan-perubahan, lagu “Indonesia Raya” hanya

dapat dinyanyikan di ruangan tertutup,‟

(167b) sarta mung kena dinyanyekake kalangan tinamtu bae.

„dan hanya dapat dinyanyian di kalangan tertentu saja.‟

Setelah diuji dengan teknik BUL, data (167b) dianalisis dengan teknik

lesap menjadi sebagai berikut.

(167c) Ø mung kena dinyanyekake kalangan tinamtu bae.

„Ø hanya dapat dinyanyian di kalangan tertentu saja.‟

Satuan lingual sarta „dan‟ pada data (167c) di atas apabila dilesapkan

maka kalimatnya masih berterima, tetapi informasi yang tersampaikan menjadi

kurang jelas dan kurang lengkap. Maka akan lebih jelas dan lengkap jika

konjungsi sarta „dan‟ tetap dihadirkan.

Kemudian data (167b) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah

sebagai berikut.

Page 87: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

134

(167d) sarta mung kena dinyanyekake kalangan tinamtu bae.

lan

*kaliyan

„dan hanya dapat dinyanyian di kalangan tertentu saja.‟

dan

*dan

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa konjungsi sarta „dan‟ dapat

digantikan dengan konjungsi lan „dan‟ karena masih dalam satu ragam yang

sama, sedangkan kaliyan „dan‟ tidak dapat menggantikan posisi konjungsi

sarta „dan‟ karena berbeda ragam.

Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi penambahan yang berupa

kata sarta „dan‟ tampak pada data (168) dan (169) berikut.

(168) [...] Udakara wong 40-an, seperangan akeh warga Surya Wirawan,

sarta ana sawatara pandu Hizbul Wathon, Kepanduaan Bangsa

Indonesia. (PS/1/10/22/1/06/2013).

„[...] Kurang lebih 40-an, beberapa warga Surya Wirawan, dan ada

beberapa pandu Hizbul Wanthon, kepaduan Bangsa Indonesia.‟

(169) Mula kanthi sabar uga gus Wage kadhang-kadhang sok aweh

katerangan nyang Salamah, ngenani theg kliwere gerakan kebangsaan,

sarta uga nyebut asmane sawatara pemimpin nasionalis sing wis

ditepungi. (PS/1/10/23/8/06/2013).

„Maka dengan sabar gus Wage juga kadang-kadang memberi keterangan

pada Salamah, mengenai gerakan kebangsaan, dan juga menyebut nama

dari beberapa pemimpin nasionalis yang dikenal.‟

8) Konjungsi Pilihan (alternatif)

Konjungsi alternatif merupakan konjungsi yang menyatakan makna

pilihan. Konjungsi ini ditandai dengan kata: utawa, utawi, apa, menapa.

Berikut konjungsi alternatif yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah.

(170) Iya sarana pers kuwi, ora perduli sing migunakake basa Indonesia apa

sing nganggo basa daerah (Jawa, Sunda, Medura, Batak lan liyane

Page 88: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

135

maneh) kaum pergerakan nyebar semangat nasionalisme.

(PS/3/9/19/11/05/2013).

„Ya sarana pers itu, tidak peduli yang menggunaan bahasa Indonesia

apa yang menggunakan bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, Batak

dan lainnya) kaum pergerakan menyebarkan semangat nasionalisme.‟

Tampak adanya konjungsi pilihan atau alternatif yaitu pada kata apa

„apa‟ yang berfungsi menyatakan makna pilihan antara frasa migunakake basa

Indonesia „menggunakan bahasa Indonesia‟ dengan frasa nganggo basa daerah

„menggunakan bahasa daerah‟. Kemudian data (170) dibagi atas unsur

langsungnya sebagai berikut.

(170a) Iya sarana pers kuwi,

„Ya sarana pers itu,‟

(170b) ora perduli sing migunakake basa Indonesia apa sing nganggo basa

daerah (Jawa, Sunda, Medura, Batak lan liyane maneh)

„tidak peduli yang menggunaan bahasa Indonesia apa yang

menggunakan bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, Batak dan

lainnya)‟

(170c) kaum pergerakan nyebar semangat nasionalisme.

„kaum pergerakan menyebarkan semangat nasionalisme.‟

Selanjutnya data (170b) dianalisis dengan menggunakan teknik lesap

sebagai berikut.

(170d) ora perduli sing migunakake basa Indonesia Ø sing nganggo basa

daerah (Jawa, Sunda, Medura, Batak lan liyane maneh)

„tidak peduli yang menggunaan bahasa Indonesia Ø yang

menggunakan bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, Batak dan

lainnya)‟

Hasil analisis data (170d) di atas ternyata konjungsi alternatif apa „apa‟

wajib hadir, agar informasi yang disampaikan tetap jelas dan lengkap.

Konjungsi tersebut apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak

Page 89: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

136

gramatikal atau tidak berterima. Setelah dianalisis dengan teknik lesap, data

(170b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(170e) ora perduli sing migunakake basa Indonesia apa sing

*punapa

nganggo basa daerah (Jawa, Sunda, Medura, Batak lan liyane maneh)

„tidak peduli yang menggunaan bahasa Indonesia apa yang

*apa

menggunakan bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, Batak dan

lainnya)‟

Data (170e) di atas apabila dikenai teknik ganti pada konjungsi apa

„apa‟, ternyata konjungsi punapa „apa‟ tidak dapat digantikan posisi konjungsi

apa „apa‟ karena ragam yang digunakan berbeda. Konjungsi punapa „apa‟

merupakan ragam krama sedangkan apa „apa‟ termasuk ragam ngoko.

Data yang mengandungpenanda konjungsi pilihan juga terdapat pada

data berikut.

(171) Merga lagu “Indonesia Raya” dudu lagu kebangsaan; mung lagune

perkumpulan utawa partai bae. (PS/2/10/20/18/05/2013).

„Karena lagu "Indonesia Raya" bukan lagu kebangsaan; hanya lagunya

perkumpulan atau partai saja.‟

Wacana (171) di atas terdapat konjungsi pilihan yang ditunjukkan

dengan kata utawa „atau‟. Konjungsi utawa „atau‟ tersebut berfungsi

menghubungkan dua pilihan yaitu antara frasa lagune perkumpulan „lagunya

perkumpulan‟ dengan frasa partai bae „partai saja‟. Selanjutnya data (171)

dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL.

(171a) Merga lagu “Indonesia Raya” dudu lagu kebangsaan;

„Karena lagu “Indonesia Raya” bukan lagu kebangsaan;‟

(171b) mung lagune perkumpulan utawa partai bae.

„hanya lagunya perkumpulan atau partai saja.‟

Page 90: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

137

Setelah dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, data (171b)

kemudian diuji dengan teknik lesap sebagai berikut.

(171c) mung lagune perkumpulan Ø partai bae.

„hanya lagunya perkumpulan Ø partai saja.‟

Konjungsi utawa „atau‟ pada data (171c) setelah diuji dengan teknik

lesap ternyata wacana tetap berterima atau gramatikal, namun akan lebih baik

jika konjungsi tersebut tetap hadir dalam wacana agar informasi dapat

tersampaikan dengan jelas. Selanjutnya data (171b) dianalisis dengan teknik

ganti menjadi berikut.

(171d) mung lagune perkumpulan utawa partai bae.

*utawi

„hanya lagunya perkumpulan atau partai saja.‟

*atau

Hasil analisis data (171d) di atas dengan menggunakan teknik ganti,

ternyata konjungsi utawa „atau‟ tidak dapat diganti dengan konjungsi utawi

„atau‟ karena berbeda tingkat tutur, utawa „atau‟ termasuk dalam ragam ngoko

sedangkan utawi „atau‟ merupakan ragam krama.

Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi pilihan yang berupa kata

utawa „atau‟ terdapat dalam data (172) sampai dengan (174) berikut.

(172) Mundur saka ngarsane Dr. Soetomo, Soepratman uga banjur mbatin,

embuh non embuh co, sapa sing bener kareben sejarah sing bakal

mancasi. Utawa mbok menawa bae. Loro-lorone diperlokake ing wektu

samana. (PS/2/9/22/1/06/2013).

„Mundur dari hadapan Dr. Soetomo, Soepratman juga kemudian

membatin, entah non entah co, siapa yang benar biarkan sejarah yang

akan menilai. Atau mungkin saja. Keduanya diperlukan pada waktu

itu.‟

Page 91: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

138

(173) Golek omah dhewe, bisa merdika bebas ora ngrusuhi dulur utawa wong

liya. (PS/3/9/23/8/06/2013).

„Mencari rumah sendiri, bisa mandiri tidak mengganggu saudara atau

orang lain.‟

(174) “Wisma Mulia” papan disedhiyakake kanggo garwa utawa

kulawargane para jaumhur Indonesia sing mula wis ora ndhuweni

kulawarga maneh. (PS/1/9/24/15/06/2013).

„“Wisma Mulia” tempat yang disediakan untuk istri atau keluarganya

para jaumhur Indonesia yang telah tidak mempunyai keluarga lagi.‟

9) Konjungsi Urutan (sekuensial)

Konjungsi urutan merupakan konjungsi yang menyatakan makna urutan

suatu kejadian atau aktivitas. Konjungsi urutan ditandai dengan kata: banjur

„kemudian‟, terus „terus‟, lajeng „kemudian‟. Berikut konjungsi urutan yang

terdapat dalam penelitian.

(175) Tekan makame kakunge. Ny. Salamah banjur ngrangkul maesane sang

komponis, sarta ora kuwat gang nahan rasa pirasaning atine.

(PS/3/10/24/15/06/2013).

„Sampai makam suaminya. Nyonya Salamah kemudian memeluk nisan

sang komponis, dan tidak kuat menahan rasa di dalam hatinya.‟

Konjungsi urutan terdapat pada data (175) di atas, ditunjukkan dengan

kata banjur „kemudian‟ yang berfungsi menerangkan aktivitas yang berurutan

yaitu tekan makame kakunge „sampai makam suaminya‟, kemudian Ny.

Salamah ngrangkul maesane sang komponis „Nyonya Salamah memeluk nisan

sang komponis‟. Data (175) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut.

(175a) Tekan makame kakunge. Ny. Salamah banjur ngrangkul maesane sang

komponis,

„Sampai makam suaminya. Nyonya Salamah kemudian memeluk

nisan sang komponis,‟

(175b) sarta ora kuwat gang nahan rasa pirasaning atine.

„dan tidak kuat menahan rasa di dalam hatinya.‟

Page 92: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

139

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (175a) kemudian dianalisis

dengan teknik lesap sebagai berikut.

(175c) Tekan makame kakunge. Ny. Salamah Ø ngrangkul maesane sang

komponis,

„Sampai makam suaminya. Nyonya Salamah Ø memeluk nisan sang

komponis,‟

Data (175c) di atas setelah dianalisis dengan teknik lesap ternyata

konjungsi banjur „kemudian‟ tidak wajib hadir, apabila konjungsi tersebut

dilesapkan kalimatnya masih tetap gramatikal atau berterima. Namun akan

lebih baik lagi jika konjungsi tersebut hadir, agar kalimatnya jelas dan lebih

lengkap. Kemudian data (175a) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(175d) Tekan makame kakunge. Ny. Salamah banjur ngrangkul

terus

*lajeng

maesane sang komponis,

„Sampai makam suaminya. Nyonya Salamah kemudian

terus

*kemudian

memeluk nisan sang komponis,‟

Analisis data (175d) dengan menggunakan teknik ganti di atas, ternyata

konjungsi banjur „kemudian‟ dapat diganti dengan konjungsi terus „terus‟

karena dalam satu ragam yang sama yaitu ragam ngoko. Sedangkan konjungsi

lajeng „kemudian‟ tidak dapat menggantikan konjungsi banjur „kemudian‟

karena konjungsi lajeng „kemudian‟ termasuk dalam ragam krama.

Page 93: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

140

Selain data tersebut ditemukan pula penanda konjungsi urutan yang

berupa kata banjur „kemudian‟ terdapat dalam data (176) sampai dengan (183)

berikut.

(176) Tamat saka Sek. Angka Loro, Soepratman banjur melu ujian K.A.E

Klein Ambtenaar Examen. Ujian PN taraf endhek. Durung marem,

banjur nerusake sinanune neng Normaal School, Sek. Guru 4 taun

mawa basa pengantar basa Dhaerah. (PS/2/10/17/27/04/2013).

„Lulus dari Sekolah Angka Dua, Soepratman kemudian mengikuti ujian

K.A.E (Klein Klein Examen). Ujian PN tingkat rendah. Belum puas,

kemudian melanjutkan belajarnya di Normaal School, Sek. Guru 4

dengan bahasa pengantar bahasa Daerah.‟

(177) Si mbakyu, meruhi kahanan sing kaya mangkono mau, banjur gawe

kerampungan dhewe. (PS/3/9/21/25/05/2013).

„Si kakak, mengetahui keadaannya yang seperti itu tadi, kemudian

membuat penyelesaian sendiri.‟

(178) Ha hiya ora nggumunake, kaum pergerakan bareng krungu warta bab

anane sang komponis neng Surabaya, banjur padha merlokake nekani.

(PS/2/10/21/25/05/2013).

„Ya tidak mengherankan, kaum pergerakan setelah mendengar tentang

keberadaan sang komponis di Surabaya, kemudian mereka perlu

mendatangi.‟

(179) Lagi ing Jagalan, Soepratman rumangsa kentekan tenaga. Banjur

mutusake: bali mulih bae. (PS/1/10/22/1/06/2013).

„Baru di Jagalan, Soepratman merasa kehabisan tenaga. Kemudian

memutuskan: kembali pulang saja.‟

(180) Iya merga saka thukul welase kuwi mau, esuke maneh wong loro banjur

nyang Cimahi. (PS/3/9/23/8/06/2013).

„Ya karena dari muncul rasa ibanya itu tadi, paginya dua orang tadi

kemudian ke Cimaahi.‟

(181) Nyumurupi lan ngrasakake prastawa sing kaya mangkono mau, atine

Soepratman banget sedhihe. Banjur kelingan apa sing wis nate kelakon,

pengalaman ing ndalem babagan asmara uga. (PS/2/10/23/8/06/2013).

„Mengetahui dan merasakan peristiwa yang seperti itu tadi, hatinya

Soepratman sangat sedih. Kemudian teringat apa yang telah terjadi,

terutama pengalaman di dalam hal asmara juga.‟

Page 94: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

141

(182) Artikel mau sabenere kutipan saka majalah Timboel (Solo), sing njur

dicuplik Fadjar Asia iki mau, pimpinane Haji Agus Salim.

(PS/1/10/19/11/05/2013).

„Artikel tadi sebenarnya kutipan dari majalah Timboel (Solo), yang

kemudian dikutip Fajar Asia ini tadi, pemimpin Haji Agus Salim.‟

(183) Geger. Partai Nasional sing ing sakawit wis kelakon gedhe, wargane

tinemu ing ngendi-endi, padha padu. Satemah PNI pecah. Banjur ana

Partindo, Partai Indonesia. Ana maneh sing ngedegake PNI-Merdeka.

Terus ana maneh liyane sing mbangun Pendidikan Nasional Indonesia.

(PS/3/10/20/18/05/2013).

„Kacau. Partai Nasional yang telah menjadi besar, warga ditemukan di

mana-mana, mereka bertengkar. Dan PNI pecah. Kemudian ada

Partindo, Partai Indonesia. Ada lagi yang membentuk PNI-Merdeka.

Terus ada lagi lainnya yang membangun Pendidikan Nasional

Indonesia.‟

Penanda kohesi gramatikal yang berupa konjungsi urutan juga tampak

pada data berikut.

(184) Ora aneh yen ta bareng kenya cilik mau salebare nyanyi, terus aweh

urmat nyang para sing njenengi, ditampa kanthi surak mawuran.

Makaping-kaping. (PS/3/9/20/18/05/2013).

„Tidak aneh jika gadis kecil tadi setelah bernyanyi, kemudian

memberikan penghormatan kepada mereka, diterima dengan sorakan.

Beberapa kali.‟

Pada data (184) di atas terdapat adanya penanda kohesi gramatikal

berupa konjungsi urutan yaitu pada kata terus „kemudian‟. Konjungsi tersebut

menerangkan suatu aktifitas atau kejadian yang berurutan yaitu kenya cilik mau

salebare nyanyi kemudian aweh urmat nyang para sing njenengi. Data (184)

dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai

berikut.

(184a) Ora aneh yen ta bareng kenya cilik mau salebare nyanyi,

„Tidak aneh jika gadis kecil tadi setelah bernyanyi,‟

(184b) terus aweh urmat nyang para sing njenengi,

„kemudian memberikan penghormatan kepada mereka,‟

Page 95: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

142

(184c) ditampa kanthi surak mawuran. Makaping-kaping.

„diterima dengan sorakan. Beberapa kali.‟

Kemudian data (184b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai

berikut.

(184d) Ø aweh urmat nyang para sing njenengi,

„Ø memberikan penghormatan kepada mereka,‟

Wacana (184d) di atas setelah dikenai teknik lesap pada kata terus

„kemudian‟, ternyata wacana tersebut masih berterima. Namun akan lebih baik

lagi jika konjungsi terus „kemudian‟ tetap dihadirkan, agar wacana (184d) lebih

lengkap dan jelas. Selanjutnya data (184b) diuji dengan teknik ganti sebagai

berikut.

(184e) terus aweh urmat nyang para sing njenengi,

banjur

*lajeng

„kemudian memberikan penghormatan kepada mereka,‟

kemudian

*kemudian

Hasil analisis data (184e) di atas, ternyata konjungsi banjur „kemudian‟

dapat menggantikan posisi terus „kemudian‟ karena ragam yang digunakan

sama yaitu ragam ngoko. Sedangkan konjungsi lajeng „kemudian‟ tidak dapat

menggantikan posisi terus „kemudian‟ karena konjungsi lajeng merupakan

ragam krama.

Jenis penanda konjungsi urutan yang berupa kata terus „kemudian‟ juga

terdapat dalam data (185) berikut.

(185) Yen nganti Soepratman gemang melu si Mbakyu, tertemtu atine si

Mbakyu bakal gela nemen, terus nandhes tekan batin.

(PS/3/10/23/8/06/2013).

Page 96: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

143

„Jika sampai Soepratman menolak ikut si Kakak, tentu hatinya si Kakak

akan kecewa sekali, kemudian membekas sampai batin.‟

10) Konjungsi Waktu (temporal)

Konjungsi waktu merupakan konjungsi yang menyatakan suatu waktu.

Konjungsi tersebut ditandai dengan kata: bubar, sawise „setelah, sesudah, usai,

selesai‟, sadurunge „sebelumnya‟, sabanjure „selanjutnya‟. Konjungsi waktu

yang terdapat dalam penelitian adalah sebagai berikut.

(186) Iku mau, uga sawise kongres rampung. (PS/3/10/19/11/05/2013).

„Itu tadi, juga setelah kongres selesai.‟

Pada penggalan wacana (186) di atas tampak adanya penanda konjungsi

waktu yang ditunjukkan oleh satuan lingual sawise „setelah‟ yang berfungsi

menyatakan suatu waktu yaitu setelah kongres selesai. Selanjutnya data (186)

dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.

(186a) Iku mau,

„Itu tadi,‟

(186b) uga sawise kongres rampung.

„juga setelah kongres selesai.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (186b) diuji dengan teknik

lesap sebagai berikut.

(186c) uga Ø kongres rampung.

„juga Ø kongres selesai.‟

Satuan lingual sawise „setelah‟ pada data (186c) di atas wajib hadir.

Satuan lingual tersebut apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak

gramatikal atau tidak berterima. Kemudian data (186b) dianalisis dengan teknik

ganti, hasilnya adalah sebagai berikut.

Page 97: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

144

(186d) uga sawise kongres rampung.

sabubare

*sasampunipun

„juga setelah kongres selesai.‟

setelah

*sesudah

Analisis data (186d) di atas menunjukkan bahwa konjungsi sawise

„setelah‟ dapat diganti dengan sabubare „setelah‟, karena kedua konjungsi

tersebut termasuk ragam ngoko. Sedangkan konjungsi sasampunipun „sesudah‟

tidak dapat menggantikan posisi konjungsi sawise „setelah‟, karena konjungsi

sasampunipun „sesudah‟ merupakan ragam krama.

Data yang mengandung penanda konjungsi waktu lainnya juga tampak

pada data berikut.

(187) Wah maneh, sauger ing pertemuan partai nasional sadurunge rapat

diwiwiti banjur sering dikumandhangake lagu mau, kabeh hadirin

padha ngadeg aweh urmat. (PS/2/10/20/18/05/2013).

„Nah lagi, yang baku di pertemuan partai nasional sebelum rapat

dimulai kemudian sering dinyanyikan lagu tadi, semua hadirin berdiri

untuk memberi hormat.‟

Tuturan (187) di atas terdapat konjungsi waktu yang dinyatakan dengan

kata sadurunge „sebelum‟ yang berfungsi sebagai penjelas dari frasa rapat

diwiwiti „rapat dimulai‟. Setelah itu data (187) dibagi atas unsur langsungnya

dengan teknik BUL.

(187a) Wah maneh, sauger ing pertemuan partai nasional sadurunge rapat

diwiwiti banjur sering dikumandhangake lagu mau,

„Nah lagi, yang baku di pertemuan partai nasional sebelum rapat

dimulai kemudian sering dinyanyikan lagu tadi,‟

(187b) kabeh hadirin padha ngadeg aweh urmat.

„semua hadirin berdiri untuk memberi hormat.‟

Page 98: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

145

Kemudian data (187a) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai

berikut.

(187c) Wah maneh, sauger ing pertemuan partai nasional Ø rapat diwiwiti

banjur sering dikumandhangake lagu mau,

„Nah lagi, yang baku di pertemuan partai nasional Ø rapat dimulai

kemudian sering dinyanyikan lagu tadi,‟

Konjungsi sadurunge „sebelum‟ pada data (187c) di atas apabila

dilesapkan ternyata wacana menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima, serta

informasi yang tersampaikan menjadi tidak jelas. Maka konjungsi sadurunge

„sebelum‟ tersebut wajib hadir, agar hubungan antarklausa menjadi padu.

Selanjutnya data (187a) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai

berikut.

(187d) Wah maneh, sauger ing pertemuan partai nasional

sadurunge rapat diwiwiti banjur sering dikumandhangake

*saderengipun

lagu mau,

„Nah lagi, yang baku di pertemuan partai nasional sebelum

*sebelum

rapat dimulai kemudian sering dinyanyikan lagu tadi,‟

Setelah data (187d) diuji dengan teknik ganti ternyata konjungsi

sadurunge „sebelum‟ tidak dapat diganti dengan konjungsi saderengipun

„sebelum‟ karena konjungsi tersebut merupakan ragam krama, sedangkan

konjungsi sadurunge „sebelum‟ termasuk ragam ngoko.

Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi waktu berupakata

sadurunge „sebelum‟ yang terdapat dalam data (188) berikut.

(188) Lha sadurunge lagu kelakon dikumandhangake, Soegono dalah

anggota Panitia liyane bebarengan ngadeg saka lungguhe, dieloni

dening para hadirin liyane. (PS/1/10/20/18/05/2013).

Page 99: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

146

„Nah sebelum lagu dinyanyikan, Soegono dan anggota Panitia lainnya

bersama-sama berdiri dari duduknya, diikuti oleh peserta lainnya.‟

Contoh data yang mengandung penanda konjungsi waktu lainnya dapat

dilihat pada data berikut ini.

(189) Soepratman ninggalake Alpena sing sabanjure mula iya kepeksa kukut,

bangkrut sarta dadi reportere sk. Tionghoa-Melayu Sin Po.

(PS/3/9/18/05/2013)

„Soepratman meninggalkan Alpena yang selanjutnya ya terpaksa

bangkrut, gulung tikar dan menjadi reporternya sk. Tionghoa-Melayu

Sin Po.‟

Penggalan wacana (189) di atas terdapat adanya satuan lingual

sabanjure „selanjutnya‟ yang merupakan penanda kohesi waktu. Satuan lingual

tersebut berfungsi untuk menyatakan suatu waktu yaitu setelah Alpena gulung

tikar, Soepratman menjadi reporternya sk. Tionghoa-Melayu Sin Po. Data (189)

dibagi atas unsur langsungnya dengan menggunakan teknik BUL sebagai

berikut.

(189a) Soepratman ninggalake Alpena sing sabanjure mula iya kepeksa

kukut, bangkrut

„Soepratman meninggalkan Alpena yang selanjutnya ya terpaksa

bangkrut, gulung tikar‟

(189b) sarta dadi reportere sk. Tionghoa-Melayu Sin Po.

„dan menjadi reporternya sk. Tionghoa-Melayu Sin Po.‟

Kemudian data (189a) diuji dengan teknik lesap, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(189c) Soepratman ninggalake Alpena sing Ø mula iya kepeksa kukut,

bangkrut

„Soepratman meninggalkan Alpena yang Ø ya terpaksa bangkrut,

gulung tikar‟

Page 100: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

147

Konjungsi sabanjure „selanjutnya‟ pada data (189c) di atas wajib hadir,

apabila konjungsi tersebut dilesapkan maka wacana tersebut menjadi tidak

gramatikal. Setelah diuji dengan teknik lesap, data (189a) dianalisis dengan

teknik ganti pada sabanjure „selanjutnya‟ menjadi sebagai berikut.

(189d) Soepratman ninggalake Alpena sing sabanjure mula iya kepeksa

*salajengipun

kukut, bangkrut

„Soepratman meninggalkan Alpena yang selanjutnya ya terpaksa

*selanjutnya

bangkrut, gulung tikar‟

Penanda konjungsi sabanjure „selanjutnya‟ pada data (189d) di atas

tidak dapat digantikan dengan konjungsi salajengipun „selanjutnya, karena

sabanjure „selanjutnya‟ merupakan ragam ngoko sedangkan salajengipun

„selanjutnya‟ termasuk ragam krama. Konjungsi waktu sabanjure „selajutnya‟

juga tampak pada data (190) berikut.

(190) Lan sabanjure dieramake maneh, nganti selawas-lawase.

(PS/2/10/17/27/04/2013).

„Dan selanjutnya ditutup lagi, untuk selama-lamanya.‟

11) Konjungsi Syarat

Konjungsi syarat merupakan konjungsi yang menyatakan makna

perangkaian persyaratan. Konjungsi ini ditandai dengan kata: yen „jika‟,

manawa (mangkono) „jika‟. Berikut konjungsi syarat yang ditemukan dalam

penelitian.

(191) Ana lagu “Raden Ajeng Kartini”, “Dari Barat Sampai ke Timur”,

“KBI-Mars”, saben uwong persasat bisa nglagokake lagu-lagu mau,

syaire padha apal kabeh. Yen nyanyi padha kanthi semangat sarta

kebak gairah. (PS/2/9/21/25/05/2013).

Page 101: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

148

„Ada lagu “Raden Ajeng Kartini”, “Dari Barat Sampai ke Timur”,

“KBI-Mars”,‟setiap orang bisa menyanyikan lagu-lagu tersebut, mereka

hafal semua syairnya. Jika menyanyikannya dengan antusias dan penuh

semangat.‟

Pada data (191) di atas terdapat konjungsi syarat yaitu pada kata yen

„jika‟ yang merupakan penghubung syarat untuk menyanyikannya dengan

antusias dan penuh semangat. Kemudian data (191) dibagi atas unsur

langsungnya sebagai berikut.

(191a) Ana lagu “Raden Ajeng Kartini”, “Dari Barat Sampai ke Timur”,

“KBI-Mars”, saben uwong persasat bisa nglagokake lagu-lagu mau,

syaire padha apal kabeh.

„Ada lagu “Raden Ajeng Kartini”, “Dari Barat Sampai ke Timur”,

“KBI-Mars”,‟setiap orang bisa menyanyikan lagu-lagu tersebut,

mereka hafal semua syairnya.‟

(191b) Yen nyanyi padha kanthi semangat sarta kebak gairah.

„Jika menyanyikannya dengan antusias dan penuh semangat.‟

Selanjutnya data (191b) diuji denganteknik lesap, hasilnya sebagai

berikut.

(191c) Ø nyanyi padha kanthi semangat sarta kebak gairah.

„Ø menyanyikannya dengan antusias dan penuh semangat.‟

Konjungsi yen „jika‟ pada data (191c) di atas wajib hadir, apabila

konjungsi tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak berterima atau tidak

gramatikal serta informasi yang disampaikan menjadi tidak jelas. Setelah itu,

data (191b) kemudian dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(191d) Yen nyanyi padha kanthi semangat sarta kebak gairah.

Manawa

*Menawi

„Jika menyanyikannya dengan antusias dan penuh semangat.‟

Jika

*Jika

Page 102: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

149

Hasil analisis data (191d) di atas menyatakan bahwa konjungsi menawa

„jika‟ dapat menggantikan posisi konjungsi yen „jika‟ karena sama-sama

termasuk ragam ngoko. Sedangkan konjungsi menawi „jika‟ tidak dapat

menggantikan posisi konjungsi yen „jika‟ karena konjungsi menawi „jika‟

merupakan ragam krama.

Konjungsi syarat yang berupa kata yen „saya‟ tampak pada data (192)

sampai dengan (198) berikut.

(192) Dikandhakake, yen mbah Martowidjojo lan Pak Dhe Atmo krungu

cengere, bayi rikala kapinunjon angon wedhuse ing sakitere kono. Lha

bareng ditiliki, lagi oleh keterangan manawa Mbok Siti mentas bayen.

(PS/3/9/17/27/04/2013).

„Dikatakan, jika simbah Martowidjojo dan Pak Dhe Atmo mendengar

tangisnya bayi, ketika menggembala kambing di sekitar sana. Nah

ketika dikunjungi, baru dapat keterangan apabila Ibu Siti selesai

melahirkan.‟

(193) Mula iya ora nggumunake, yen ta si mBakyu ayu banget bombonging

atine, rikala nyumurupi ing sawijining pesamuwan Soepratman main

biola. (PS/2/10/17/27/04/2013).

„Maka ya tidak mengherankan, jika si kakak senang sekali hatinya,

ketika mengetahui di salah satu pertemuan Soepratman bermain biola.‟

(194) Banjur nulis layang nyang Panitia Kongres, surasane aweh weruh yen

lagu sing diarep-arep dadi lagu kebangsaaan wis kelakon rampung.

(PS/2/10/19/11/05/2013).

„Kemudian menulis surat kepada Panitia Kongres, isinya memberitahu

jika lagu yang diharapkan menjadi lagu kebangsaan telah selesai.‟

(195) Ora maido yen ta para hadirin padha setengah kagum, eram nyang

kewanenane cah wadon iki. (PS/3/10/19/11/05/2013).

„Tidak menyangkal jika para hadirin setengah kagum, heran pada

keberanian gadis ini.‟

(196) Wah maneh, Rukiyem banjur kandha: “Iki sekedhar tetirah. Yen wis

waras, ha hiya baliya nyang Jakarta maneh. Ra papa!”.

(PS/3/9/21/25/05/2013).

„Nah lagi, Rukiyem mengatakan: "Ini sekedar tetirah. Jika sudah

sembuh, ha ya kembalilah ke Jakarta lagi. Tidak apa-apa! ".‟

Page 103: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

150

(197) Ana sing ngira, yen sing nyebar kabar mau sawijining warga

Parindra[...]. (PS/2/10/21/25/05/2013).

„Ada yang mengira, jika yang menyebar berita tadi adalah salah satu

warga Parindra [...].‟

(198) Ny. Salamah crita, yen ing wektu akhir-akhir iki sering ditekani

suamine, karep-kerepe yen dhong malem Jemuah.

(PS/3/10/24/15/06/2013).

„Nyonya Salama cerita jika pada akhir-akhir ini sering didatangi

suaminya, seringnya jika malam Jumat.‟

Penanda kohesi gramatikal yang berupa konjungsi syarat lainnya dapat

dilihat pada data berikut ini.

(199) Luwih-luwih yen ngelingi, manawa kanggo nyithak buku mau gus Wage

wis ngethokake dhuwit satus selawe rupiah. (PS/3/10/18/4/05/2013).

„Terutama jika mengingat, apabila untuk mencetak buku tadi gus Wage

setelah mengeluarkan uang seratus dua puluh lima rupiah.‟

Kata manawa „apabila‟ pada data (199) di atas merupakan penanda

konjungsi syarat. Konjungsi tersebut menyatakan perangkaian syarat

antaraklausa luwih-luwih yen ngelingi dengan kanggo nyithak buku mau gus

Wage wis ngethokake dhuwit satus selawe rupiah. Setelah itu, data (199) dibagi

atas unsur langsungnya dengan menggunakan teknik BUL sebagai berikut.

(199a) Luwih-luwih yen ngelingi,

„Terutama jika mengingat,‟

(199b) manawa kanggo nyithak buku mau gus Wage wis ngethokake dhuwit

satus selawe rupiah.

„apabila untuk mencetak buku tadi gus Wage setelah mengeluarkan

uang seratus dua puluh lima rupiah.‟

Kemudian data (199b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai

berikut.

(199c) Ø kanggo nyithak buku mau gus Wage wis ngethokake dhuwit satus

selawe rupiah.

Page 104: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

151

„Ø untuk mencetak buku tadi gus Wage setelah mengeluarkan uang

seratus dua puluh lima rupiah.‟

Setelah data (199c) di atas dikenai teknik lesap, ternyata kata manawa

„apabila‟ bila dilesapkan maka data tersebut tetap gramatikal atau tetap

berterima. Namun akan lebih baik lagi jika kata tersebut hadir, agar wacana

(199c) lebih jelas dan lengkap.Selanjutnya data (199) diuji dengan teknik ganti,

hasilnya adalah sebagai berikut.

(199d) manawa kanggo nyithak buku mau gus Wage wis ngethokake

*menawi

dhuwit satus selawe rupiah.

„apabila untuk mencetak buku tadi gus Wage setelah mengeluarkan

*apabila

uang seratus dua puluh lima rupiah.‟

Hasil analisis data (199d) di atas menyatakan bahwa konjungsi menawi

„apabila‟ tidak dapat menggantikan posisi konjungsi manawa „apabila‟, karena

ragam yang digunakan berbeda. Menawi „apabila‟ termasuk ragam krama,

sedangkan menawi „apabila‟ merupakan ragam ngoko.

Selain data tersebut ditemukan pula penanda konjungsi syarat yang

berupa kata manawa „apabila‟ terdapat dalam data (200) sampai dengan (205)

berikut.

(200) Apa maneh, kabeh-kabeh wis padha ngrumangsani, manawa pers mono

mula mujudake salah sijine piranti nggayuh kamardikaan.

(PS/3/9/19/11/05/2013).

„Terlebih lagi, semuanya telah diakui, apabila pers itu mewujudkan

salah satu alat untuk mencapai kemerdekaan.‟

(201) Rampung anggone mamerake lagune, keprungu keplok mawurahan,

binarung pambengoking para kongresis. “Bisss!!! Bisss!!!”, sing

karepe, supaya Soepratman mbaleni mainake biolane maneh, aweh

Page 105: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

152

sasmita manawa Soepratman diidini mainake biolae maneh, nuruti

penjaluke para warga. (PS/3/10/19/11/05/2013).

„Selesai menampilan lagunya, terdengar tepuk tangan, disertai teriakan

suara para kongresis. "Bisss !!! Bisss !!! ", yang ingin, agar Soepratman

mengulangi memainkan biola lagi, memberikan nilai apabila

Soepratman diizinkan untuk bermain biola lagi, menuruti permintaan

para warga.‟

(202) Ora ditulis ing ndalem acara kongres, ing Ketua Soegono salebare

dikumandhangake lagu dening pangriptane, gawe pengumuman,

manawa samengko bakal dikumandhangake “Indonesia Raya” kanthi

tetembungan. (PS/3/9/20/18/05/2013).

„Tidak ditulis di dalam acara kongres, Soegono sesudah dinyanyikan

lagu oleh penciptanya, membuat pengumuman, apabila nanti akan

dinyanyian, "Indonesia Raya" dengan liriknya.‟

(203) Sejarah nyathet, manawa antarane taun 1926-1930 gerakan

kebangsaan Indonesia ngalami mangsa pacoban.

(PS/2/10/20/18/05/2013).

„Sejarah mencatat, apabila antara tahun 1926-1930 pergerakan

kebangsaan Indonesia mengalami cobaan.‟

(204) Ing ndalem pembelaane, Bung Karno kanthi gamblang nerangake,

manawa sing di adili rikala kuwi, dudu salirane Bung Karno.

(PS/3/10/20/18/05/2013).

„Di dalam pembelaannya, Bung Karno dengan jelas menerangkan,

apabila yang di adili ketika itu, bukan Bung Karno.‟

(205) Tekan ndaleme Pak Tom, kenyatan manawa sing nglayat wis akeh; lha

luwih-luwih bareng wektune disarekake. (PS/3/9/22/1/06/2013).

„Sampai rumahnya Pak Tom, kenyataannya apabila yang melayat sudah

banyak; terutama ketika waktunya dimakamkan.‟

12) Konjungsi Cara

Konjungsi cara adalah konjungsi yang menyatakan makna perangkaian

cara. Konjungsi cara ditandai dengan kata: kanthi (cara) mangkono „dengan

(cara) begitu‟. Data yang berupa konjungsi cara dapat dilihat pada data berikut.

(206) Salebare aweh urmat nyang para hadirin, kanthi suwara alon, sacara

apalan, tanpa iringan musik, kenya umur 15 taunan iki banjur nyanyi

“Indonesia Raya”. (PS/3/9/20/18/05/2013).

Page 106: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

153

„Setelah memberi hormat kepada para hadirin, dengan cara suara yang

pelan, secara hafalan, tanpa iringan musik, gadis berusia 15 tahun itu

menyanyikan "Indonesia Raya".‟

Pada wacana (206) terdapat konjungsi cara yaitu pada kata kanthi

„dengan cara‟, yang berfungsi menghubungkan cara yaitu dengan cara suara

yang pelan ia menyanyikan “Indonesia Raya”. Data (206) kemudian dibagi atas

unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut.

(206a) Salebare aweh urmat nyang para hadirin, kanthi suwara alon, sacara

apalan, tanpa iringan musik,

„Setelah memberi hormat kepada para hadirin, dengan cara suara

yang pelan, secara hafalan, tanpa iringan musik,‟

(206b) kenya umur 15 taunan iki banjur nyanyi “Indonesia Raya”.

„gadis berusia 15 tahun itu menyanyikan "Indonesia Raya".‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (206a) kemudian diuji

dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut.

(206c) Salebare aweh urmat nyang para hadirin, Ø suwara alon, sacara

apalan, tanpa iringan musik,

„Setelah memberi hormat kepada para hadirin, Ø suara yang pelan,

secara hafalan, tanpa iringan musik,‟

Hasil analisis di atas menyatakan bahwa konjungsi cara kanthi „dengan

cara‟ wajib hadir, apabila konjungsi tersebut dilesapkan maka data menjadi

tidak gramatikal atau tidak berterima. Selanjutnya data (206a) dianalisis dengan

teknik ganti sebagai berikut.

(206d) Salebare aweh urmat nyang para hadirin, kanthi suwara alon,

*mawi

sacara apalan, tanpa iringan musik,

„Setelah memberi hormat kepada para hadirin, dengan cara

*dengan cara

suara yang pelan, secara hafalan, tanpa iringan musik,‟

Page 107: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

154

Konjungsi cara kanthi „dengan cara‟ pada data (206d) di atas tidak

dapat diganti dengan kata mawi „dengan cara‟ karena berbeda tingkat tutur.

Kata kanthi „dengan cara‟ merupakan ragam ngoko, sedangkan kata mawi

„dengan cara‟ termasuk ragam krama.

Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi cara yang berupa kata

kanthi „dengan cara‟ terdapat dalam data (207) dan (208) berikut.

(207) Masyarakat papane “Menungsa nindhes sapepadhane menungsa”

Kaum borjuis tumindhak sawenang-wenang marang bebrayan sakiwa

tengene sing sarwa kekurangan kanthi migunakake bandha kaskayane.

(PS/2/10/18/4/05/2013).

„Masyarakat di mana "manusia menindas sesama manusia" kaum borjuis

bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat sekitarnya yang serba

kekurangan dengan cara menggunakan harta kekayaannya.‟

(208) Kanthi ngucapake: “Sugeng tindak, Pak Tom”, kelakon gus Wage bali

ndalan; kanthi mripat tundhuk mengisor, ngeling-elingi lelabuhane

suwargi. (PS/1/10/22/1/06/2013).

„Dengan cara mengucapkan: “Selamat jalan, Pak Tom”, gus Wage

kembali pulang; dengan cara mata menunduk ke bawah, mengingat

jasa kebaikan almarhum.‟

Berdasarkan analisis pada data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa,

penanda konjungsi yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi konjungsi

sebab-akibat (mula, merga, sebab), konjungsi pertentangan (dene dan ning),

konjungsi kelebihan (malah dan malahan), konjungsi perkecualian (kajaba),

konjungsi konsesif (nadyan), konjungsi tujuan (supaya), konjungsi penambahan

(uga, lan, sarta), konjungsi pilihan (apa dan utawa), konjungsi urutan (banjur,

njur, terus), konjungsi waktu (sawise, sadurunge, sabanjure), konjungsi syarat

(yen dan manawa), dan konjungsi cara (kanthi). Data mengenai konjungsi

tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 121 sampai dengan 208.

Page 108: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

155

Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan dalam penelitian terhadap

wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing

Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat berupa:

pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan

perangkaian (konjungsi).

2. Penanda Kohesi Leksikal

Penanda kohesi leksikal yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi repetisi

(pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi

(sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan).

Berikut ini adalah uraian penanda kohesi leksikal tersebut.

a. Repetisi (Pengulangan)

Repetisi berarti salah satu jenis kohesi leksikal yang berupa

pengulangan satuan lingual yang dianggap penting secara berturut-turut dalam

sebuah konstruksi. Repetisi dapat dibedakan menjadi sembilan macam, yaitu

repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis,

epanalepsis, anadiplosis, dan repetisi utuh/penuh. Penanda repetisi yang

terdapat dalam wacana gempilan sejarah antara lain: repetisi epizeuksis,

tautotes, anafora, mesodiplosis, dan anadiplosis.

1) Repetisi Epizeuksis

Repetisi epizeuksis merupakan pengulangan satuan lingual (kata) yang

dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut. Repetisi ini dapat dilihat pada

data berikut.

Page 109: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

156

(209) Lha bareng wis krasa manawa kesarasane wiwit bali pulih, dheweke

usul nyang dulur-dulure: kepiye yen ta saumpama dheweke saiki bali

nyang Jakarta maneh? Bali makarya dadi jurnalis, mandhiri, ora

ngrusuhi dulur-dulur maneh? (PS/1/10/21/25/05/2013).

„Nah setelah merasa jika kesehatannya mulai kembali pulih, dia

mengajukan usul pada saudara-saudaranya: bagaimana jika

seumpamanya dia sekarang kembali ke Jakarta lagi? Kembali bekerja

jadi jurnalis, mandiri, tidak mengganggu saudara-saudara lagi?‟

Tampak pada tuturan (209) terdapat repetisi epizeuksis yaitu satuan

lingual bali „kembali‟ yang diulang beberapa kali secara berturut-turut untuk

menekankan pentingnya satuan lingual tersebut dalam konteks tuturan itu. Data

(209) di atas dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut.

(209a) Lha bareng wis krasa manawa kesarasane wiwit bali pulih, dheweke

usul nyang dulur-dulure:

„Nah setelah merasa jika kesehatannya mulai kembali pulih, dia

mengajukan usul pada saudara-saudaranya:‟

(209b) kepiye yen ta saumpama dheweke saiki bali nyang Jakarta maneh?

„bagaimana jika seumpamanya dia sekarang kembali ke Jakarta lagi?‟

(209c) Bali makarya dadi jurnalis, mandhiri, ora ngrusuhi dulur-dulur

maneh?

Kembali bekerja jadi jurnalis, mandiri, tidak mengganggu saudara-

saudara lagi?‟

Setelah dibagi atas unsur langsung, data (209) kemudian dianalisis

dengan teknik lesap sebagai berikut.

(209d) Lha bareng wis krasa manawa kesarasane wiwit Ø pulih, dheweke

usul nyang dulur-dulure: kepiye yen ta saumpama dheweke saiki Ø

nyang Jakarta maneh? Ø makarya dadi jurnalis, mandhiri, ora

ngrusuhi dulur-dulur maneh?

„Nah setelah merasa jika kesehatannya mulai Ø pulih, dia mengajukan

usul pada saudara-saudaranya: bagaimana jika seumpamanya dia

sekarang Ø ke Jakarta lagi? Ø bekerja jadi jurnalis, mandiri, tidak

mengganggu saudara-saudara lagi?‟

Page 110: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

157

Penggalan tuturan (209) apabila dianalisis dengan teknik lesap, apabila

kata bali „kembali‟ dilesapkan, maka data tersebut masih tetap gramatikal atau

berterima. Namun akan lebih baik lagi jika kata tersebut tetap dihadirkan, agar

kalimatnya lebih lengkap dan jelas.

Selain data tersebut ditemukan pula repetisi epizeuksis tampak pada data

(210) sampai dengan (219) berikut.

(210) Sok-sok bae, dheweke manggrok neng warung “Asih” ing Kapasan;

pesen panganan sing murah-murah bae, iya sekedhar kanggo nglipur

atine sing wuyung. Ndah iba kageting atine, rikala nuju sawiji dina

dheweke krungu warta, yen Pak Tom, seda kapundhut GUSTI. Nadyan

awake renta, ringkih, ewasemono dheweke nekad nedya nglayat, yen

bisa melu ngeterake neng papasan pasareyan pemimpin agung kuwi.

(PS/3/9/22/1/06/2013).

„Kadang-kadang saja, dia menetap di warung "Asih" di Kapasan;

memesan makanan yang murah-murah saja, ya sekedar untuk

menghibur hatinya yang kasmaran. Ndah terkejut bagaimana hatinya,

ketika suatu hari dia mendengar berita, jika Pak Tom, meninggal.

Meskipun dirinya rentan, lemah, namun dia tetep melayat, jika dapat

ikut mengantarkan pemakaman pemimpin tertinggi itu.‟

(211) Meh saben dina Soepratman nekani Gedung Pertemuan sing ana gang

Kenari. Gedhong iki duweke Mohammad Husni Thamrin, pejuang saka

betawi, sarta kanthi sengaja masrahake gedhong mau nyang gerakan

kebangsaan. Saben partai politik utawa ormas bisa migunakake

gedhong mau. (PS/1/10/18/4/05/2013).

„Hampir setiap hari Soepratman menghadiri gedung pertemuan yang

berada di gang Kenari. Gedung ini milik Mohammad Husni Thamrin,

pejuang dari Betawi, dan sengaja memberikan gedung tadi pada

gerakan kebangsaan. Setiap partai politik atau organisasi dapat

menggunakan gedung tadi.‟

(212) [...] Geneya teka ora ngarang buku?” Soepratman sajak kaget. Buku?

Ha gek buku sing kaya ngapa sing kudu ditulis?

(PS/2/10/18/4/05/2013).

„[...] Mengapa tidak mengarang buku?" Soepratman terkejut. Buku? Ha

buku yang seperti apa yang harus saya tulis?‟

(213) Kepanduan Bangsa Indonesia, kacu sing dikalungake ing gulu merah-

putih. Ukarane migunakake ukara basa Indonesia jaman kuwi, merga

Page 111: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

158

gelar yektine basa Indonesia mula isih lagi berkembang, lagi mungup-

mungup dipigunakake dening saperangane bangsa Indonesia dhewe.

(PS/1/10/19/11/05/2013).

„Kepanduan Bangsa Indonesia, saputangan merah-putih yang

dikalungkan di leher. Kalimatnya menggunakan kata-kata bahasa

Indonesia saat itu, karena judul sejatinya bahasa Indonesia masih

berkembang lagi, mulai muncul digunakan oleh beberapa bangsa

Indonesia sendiri.‟

(214) Tegese maneh, kita tetep njunjung dhuwur, ngajeni basa Indonesia.

Ning, babarpisan ora kena nglalekake utawa ngiwakake basa Ibu, basa

dhaerah. Kanggone kita, cetha banget, basa Jawa.

(PS/3/9/20/18/05/2013).

„Itu berarti, kita tetap menjunjung tinggi, menghormati bahasa

Indonesia. Tapi, sama sekali tidak boleh lupa atau mengabaikan bahasa

Ibu, bahasa daerah. Bagi kita, sangat jelas, bahasa Jawa.‟

(215) Sing bakal nyanyekake, sawijining kenya, udakara umur 15 taunan.

Karuwan bae, para hadirin padha kaget sajak gawok, kepengin weruh

sapa baya kenya sing wani ngumandhangake “Indonesia Raya” iki ing

ndalem tetembungan. (PS/3/9/20/18/05/2013).

„Yang akan menyanyikan, salah satu gadis, kurang lebih berumur 15

tahun. Tentu saja, para hadirin terkejut agak keheranan, ingin tahu siapa

gadis yang berani menyanyikan “Indonesia Raya” ini yang dalam

nyanyian.‟

(216) Ing sakawit mula ora ngira ora ngimpi, manawa tembung “Merdeka,

merdeka” ing ndalem lagu mau kelakon bisa nuwuhake semangat

nasionalisme, semangat kebangsaan, semangat tresna tanah-wutah-

getih ing sanubarine bangsa Indonesia. (PS/2/10/20/18/05/2013).

„Di awal tidak mengira tidak mimpi, bahwa kata "Merdeka, merdeka" di

dalam lagu tadi dapat menimbulkan semangat nasionalisme, semangat

kebangsaan, semangat cinta tanah tumpah darah di sanubari bangsa

Indonesia.‟

(217) Papane mula tenang, luwih tenang katimbang Cimahi. Masyarakat-e

iya tenang; isih durung kambon semangat gerakan nasional, utawa

rame-rame liyane maneh sebangsane ngono mau.

(PS/1/10/21/25/05/2013).

„Tempat tinggalnya tenang, lebih tenang daripada Cimahi.

Masyarakatnya juga tenang; masih belum tercium semangat pergerakan

nasional, atau keramaian lainnya seperti itu.‟

(218) Lha iki sing njalari Soepratman kaya-kaya bali tangi maneh Semangat

nasionalismene. Bribik-bribik saka sethithik wiwit tuwuh maneh.

Page 112: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

159

Ghairah kepengin bali urip maneh, rasa sing ing sakawit meh pupus,

entek, saiki wiwit thukul maneh. (PS/3/10/21/25/05/2013).

„Nah ini yang menyebabkan Soepratman seperti kembali bangkit lagi

semangat nasionalismenya. Bribik-bribik dari sedikit mulai tumbuh lagi.

Gairah ingin kembali hidup lagi, rasa yang hampir semua mati, berakhir,

sekarang mulai tumbuh lagi.‟

(219) Landa wedi, yen Bung Karno bakal dipigunakake Jepang, mula rikala

pasukan Jepang wis arep ndharat neng Sumatra, Bung Karno

dipindhah nyang Padang. Karepe si Landa, saka kono Bung Karno

arep diungsekake nyang Australia. Neng sekuthu wis kentekan kapal,

ora ana piranti sing kena lan bisa ngangkut Bung Karno sakulawarga.

(PS/2/10/22/1/06/2013).

„Belanda ketakutan, jika Bung Karno akan digunakan Jepang, maka

ketika pasukan Jepang akan mendarat di Sumatra, Bung Karno

dipindah ke Padang. Inginnya si Belanda, dari sana Bung Karno akan

diungsikan ke Australia. Tapi sekutu sudah kehabisan kapal, tidak ada

alat yang dapat dan bisa mengangkut Bung Karno sekeluarga.‟

2) Repetisi Tautotes

Repetisi tautotes merupakan pengulangan satuan lingual (sebuah kata)

beberapa kali dalam sebuah kontruksi. Berikut repetisi tautotes yang terdapat

dalam wacana gempilan sejarah tersebut.

(220) Omahe ing Gang Tengah Paseban kana kae, cedhak ril sepur. Dalan

sing nuju omahe kebak blethok yen udan, kebak bledug yen mangsa

ketiga. (PS/1/10/23/8/06/2013).

„Rumahnya di Gang Tengah Paseban sana, dekat rel kereta. Jalan yang

menuju rumahnya penuh lumpur jika hujan, penuh debu jika musim

kemarau.‟

Kepaduan wacana tersebut didukung oleh adanya penanda kohesi

leksikal yang berupa repetisi tautotes pada satuan lingual omahe „rumahnya‟

yang diulang beberapa kali. Pengulangan satuan lingual omahe „rumahnya‟

berfungsi untuk menekankan dan menjelaskan bahwa satuan lingual tersebut

penting dalam wacana data (220). Kemudian data (220) dianalisis dengan

menggunakan teknik bagi unsur langsung sebagai berikut.

Page 113: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

160

(220a) Omahe ing Gang Tengah Paseban kana kae, cedhak ril sepur.

„Rumahnya di Gang Tengah Paseban sana, dekat rel kereta.‟

(220b) Dalan sing nuju omahe kebak blethok yen udan, kebak bledug yen

mangsa ketiga.

„Jalan yang menuju rumahnya penuh lumpur jika hujan, penuh debu

jika musim kemarau.‟

Selanjutnya data (220) di atas dianalisis dengan teknik lesap. Hasilnya

adalah sebagai berikut.

(220c) Ø ing Gang Tengah Paseban kana kae, cedhak ril sepur. Dalan sing

nuju Ø kebak blethok yen udan, kebak bledug yen mangsa ketiga.

„Ø di Gang Tengah Paseban sana, dekat rel kereta. Jalan yang menuju

Ø penuh lumpur jika hujan, penuh debu jika musim kemarau.‟

Analisis dengan teknik lesap pada data (220) ternyata data menjadi tidak

gramatikal atau tidak berterima. Hal itu disebabkan karena unsur yang penting

dalam wacana tersebut dilesapkan, sehingga wacana menjadi tidak kohesif.

Dengan demikian, satuan lingual omahe „rumahnya‟ wajib hadir dalam wacana

tersebut.

3) Repetisi Anafora

Repetisi anafora ialah pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa

pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Data yang menunjukkan

repetisi anafora adalah sebagai berikut.

(221) Apa sing narik kawigatene gus Wage, ora nate ditelusuri. Apa merga

saka prasajane Si Mujenah? Apa merga saka apane?

(PS/1/9/21/25/05/2013).

„Apa yang menarik gus Wage, tidak pernah ditelusuri. Apa karena dari

kesederhanaan si Mujenah? Apa karena dari apanya?‟

Penggalan wacana (221) di atas terdapat repetisi anafora yaitu pada kata

apa „apa‟ yang diulang sebanyak tiga kali pada awal baris. Pengulangan kata

Page 114: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

161

apa „apa‟ berfungsi menjelaskan bahwa kata tersebut sangat penting dalam

kalimat (221). Data (221) di atas diuji dengan teknik BUL sebagai berikut.

(221a) Apa sing narik kawigatene gus Wage, ora nate ditelusuri.

„Apa yang menarik gus Wage, tidak pernah ditelusuri.‟

(221b) Apa merga saka prasajane Si Mujenah?

„Apa karena dari kesederhanaan si Mujenah?‟

(221c) Apa merga saka apane?

„Apa karena dari apanya?‟

Kemudian data (221) tersebut diuji dengan teknik lesap sebagai berikut.

(221d) Ø sing narik kawigatene gus Wage, ora nate ditelusuri. Ø merga saka

prasajane Si Mujenah? Ø merga saka apane?

„Ø yang menarik gus Wage, tidak pernah ditelusuri. Ø karena dari

kesederhanaan si Mujenah? Ø karena dari apanya?‟

Setelah data diuji dengan teknik lesap ternyata kata apa „apa‟ pada data

(221) di atas wajib hadir dalam wacana untuk menghindari ketidaklengkapan

informasi. Repetisi anafora apa „apa‟ apabila dilesapkan maka wacana menjadi

tidak gramatikal atau tidak berterima.

4) Repetisi Mesodiplosis

Repetisi mesodiplosis adalah pengulangan satuan lingual di tengah-

tengah baris atau kalimat berturut-turut. Contoh data yang mengandung repetisi

mesodiplosis yang ditemukan dalam penelitian adalah sebagai berikut.

(222) Ukurane banget prasajane; gampang diapal. Lagune dhewe iya

gampang dinyanyekake. (PS/2/9/19/11/05/2013).

„Ukurannya sangat sederhana; mudah dihafal. Lagunya sendiri ya

mudah dinyanyikan.‟

Pada wacana (222) di atas terdapat adanya repetisi mesodiplosis yaitu

pada kata gampang „mudah‟ yang diulang dua kali di tengah-tengah kalimat.

Page 115: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

162

Pengulangan kata gampang „mudah‟ berfungsi untuk menekankan dan

menjelaskan bahwa kata tersebut penting dalam wacana (222). Kemudian data

(222) dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.

(222a) Ukurane banget prasajane; gampang diapal.

„Ukurannya sangat sederhana; mudah dihafal.‟

(222b) Lagune dhewe iya gampang dinyanyekake.

„Lagunya sendiri ya mudah dinyanyikan.‟

Selanjutnya data (222) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah

sebagai berikut.

(222c) Ukurane banget prasajane; Ø diapal. Lagune dhewe iya Ø

dinyanyekake. (PS/2/9/19/11/05/2013).

„Ukurannya sangat sederhana; Ø dihafal. Lagunya sendiri ya Ø

dinyanyikan.‟

Analisis data (222) di atas menyatakan bahwa apabila repetisi

mesodiplosis gampang „mudah‟ wajib hadir. Kata gampang „mudah‟ tersebut

apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak gramatikal atau tidak

berterima.

5) Repetisi Anadiplosis

Repetisi anadiplosis merupakan pengulangan satuan lingual kata atau

frasa terakhir dari baris atau kalimat itu menjadi kata atau frasa pertama pada

baris atau kalimat berikutnya. Di bawah ini merupakan contoh data repetisi

anadiplosis yang ditemukan dalam penelitian wacana gempilan sejarah.

(223) Mula, kajaba bab musik, Soepratman uga ora lali, bisa bae dansa-

dansa barang ngono kuwi karo nonik. Nonik ing tangsi kono, bab sing

dhek samana isih mujudake prakara sing didohi dening bebrayan

Indonesia. (PS/2/10/17/27/04/2013).

Page 116: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

163

„Jadi, kecuali musik, Soepratman juga tidak lupa, juga bisa menari-nari

seperti itu dengan Nonik. Nonik di tangsi sana, hal-hal yang saat itu

masih mewujudkan masalah yang dijauhi oleh masyarakat Indonesia.‟

Tampak adanya repetisi anadiplosis pada data (223) di atas ditunjukkan

dengan kata nonik „nonik‟ yang diulang dua kali pada akhir dan awal kalimat.

Pengulangan anadiplosis nonik „nonik‟ berfungsi untuk menjelaskan bahwa

kata tersebut berperan penting dalam data (223). Selanjutnya data (223) diuji

dengan teknik BUL, hasilnya sebagai berikut.

(223a) Mula, kajaba bab musik, Soepratman uga ora lali, bisa bae dansa-

dansa barang ngono kuwi karo nonik.

„Jadi, kecuali musik, Soepratman juga tidak lupa, juga bisa menari-nari

seperti itu dengan Nonik.‟

(223b) Nonik ing tangsi kono, bab sing dhek samana isih mujudake prakara

sing didohi dening bebrayan Indonesia.

„Nonik di tangsi sana, hal-hal yang saat itu masih mewujudkan

masalah yang dijauhi oleh masyarakat Indonesia.‟

Data (223) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut.

(223d) Mula, kajaba bab musik, Soepratman uga ora lali, bisa bae dansa-

dansa barang ngono kuwi karo Ø. Ø ing tangsi kono, bab sing dhek

samana isih mujudake prakara sing didohi dening bebrayan

Indonesia.

„Jadi, kecuali musik, Soepratman juga tidak lupa, juga bisa menari-nari

seperti itu dengan Ø. Ø di tangsi sana, hal-hal yang saat itu masih

mewujudkan masalah yang dijauhi oleh masyarakat Indonesia.‟

Hasil analisis dengan teknik lesap pada data (223d) di atas ternyata kata

nonik „nonik‟ wajib hadir. Kata nonik „nonik‟ apabila dilesapkan maka kalimat

menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima serta informasi yang disampaikan

menjadi tidak jelas dan tidak lengkap. Selain data tersebut ditemukan pula

repetisi anadiplosistampak pada data (224) berikut.

Page 117: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

164

(224) Kandhane nyang Mas Imam: “Mas, aku iki sawijining titah sing cilaka.

Cilaka mencit kae!”. (PS/3/9/24/15/06/2013).

„Katanya pada mas Imam: “Mas, saya ini salah satu manusia yang

celaka. Celaka mencit itu!”.‟

Dari analisis pada data di dalam penelitian wacana Gempilan Sejarah:

Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N.

dalam majalah Panjebar Semangat ditemukan penanda kohesi leksikal yang

berupa repetisi atau pengulangan meliputi repetisi epizeuksis, repetisi tautotes,

repetisi anafora, repetisi mesodiplosis, dan repetisi anadiplosis. Data mengenai

pengacuan atau referensi tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 209

sampai dengan 224.

b. Sinonimi (Padan Kata)

Sinonimi atau padan kata ialah salah satu kohesi leksikal yang berupa

satuan lingual yang maknanya mirip atau sama dengan satuan lingual lain

dalam wacana. Sinonimi yang terdapat dalam penelitian wacana gempilan

sejarah adalah sebagai berikut.

1) Sinonimi kata dengan kata

Di bawah ini penanda sinonimi kata dengan kata yang terdapat dalam

penelitian.

(225) Njur kegugah atine, kepengin dadi jurnalis utawa wartawan.

(PS/3/10/17/27/04/2013).

„Kemudian tergugah hatinya, ingin menjadi seorang jurnalis atau

wartawan.‟

Pada wacana (225) di atas terdapat sinonimi kata dengan kata yaitu kata

jurnalis dengan kata wartawan yang mendukung kepaduan sebuah wacana.

Kedua kata tersebut mempunyai kesamaan makna, sehingga pengujian dengan

Page 118: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

165

menggunakan teknik ganti tidak perlu dilakukan karena kata jurnalis dengan

kata wartawan sudah saling menggantikan. Kemudian data di atas diuji dengan

teknik BUL yaitu dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.

(225a) Njur kegugah atine,

„Kemudian tergugah hatinya,‟

(225b) kepengin dadi jurnalis utawa wartawan.

„ingin menjadi seorang jurnalis atau wartawan.‟

Selanjutnya data (225b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut.

(225c) kepengin dadi Ø utawa Ø.

„ingin menjadi seorang Ø atau Ø.‟

Sinonimi kata jurnalis dengan kata wartawan pada data (225) di atas

wajib hadir karena apabila sinonimi tersebut dilesapkan maka wacana di atas

menjadi tidak gramatikal.

Selain data tersebut ditemukan pula sinonimi kata dengan kata

lainnyatampak pada data (226) sampai dengan (228) berikut.

(226) Mula iya persasat saben irung, sapa bae, ora perduli mung tamatan SD

apa malahan ora tutug pisan, yen gelem dadi jurnalis, ha hiya kono

nulis artikel, karangan, bisa diemot (ning durung kinar yen nampa

honorarium utawa imbalan). Ati wis seneng, ati wis marem...

(PS/3/10/17/27/04/2013).

„Maka ya setiap orang, siapa saja, tidak peduli hanya tamatan SD apa

bahkan tidak lulus sekalipun, jika ingin menjadi seorang jurnalis, ha ya

situ menulis artikel, karangan, bisa dimuat (tapi belum tentu jika

menerima honor atau imbalan). Hati sudah senang, hati sudah puas...‟

(227) Ning, sing paling penting, paling wigati: ora susah melu Soepratman.

(PS/3/9/21/25/05/2013).

„Tapi, yang paling penting, yang paling penting: tidak perlu ikut

Soepratman.‟

(228) Uga ing ndalem pendhidhikan lan pengajaran nasional.

(PS/2/10/24/15/06/2013).

„Juga di dalam pendidikan dan pengajaran nasional.‟

Page 119: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

166

2) Sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya

Sinonimi kata dengan frasa dapat dilihat pada data berikut ini.

(229) Satemene Ketua Kongres isih ragu utawa durung patia sreg, rikala

ngidinake Soepratman nglagokake lagu gubahan mau.

(PS/3/10/19/11/05/2013).

„Tentunya kepala Kongres masih ragu atau kurang nyaman, ketika

mengijinkan Soepratman menyanyikan lagu susun tadi.‟

Tampak adanya penanda kohesi leksikal berupa sinonimi kata dengan

frasa yang mendukung kepaduan wacana (229) yaitu pada kata ragu „ragu‟

dengan frasa durung patia sreg „kurang nyaman‟. Kemudian data di atas dibagi

atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.

(229a) Satemene Ketua Kongres isih ragu utawa durung patia sreg,

„Tentunya kepala Kongres masih ragu atau kurang nyaman,‟

(229b) rikala ngidinake Soepratman nglagokake lagu gubahan mau.

„ketika mengijinkan Soepratman menyanyikan lagu susun tadi.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya data (229a) dianalisis dengan

teknik lesap menjadi sebagai berikut.

(229c) Satemene Ketua Kongres isih Ø utawa Ø,

„Tentunya kepala Kongres masih Ø atau Ø,‟

Sinonimi kata dengan frasa yaitu pada kata ragu „ragu‟ dengan frasa

durung patia sreg „kurang nyaman‟ apabila dilesapkan maka data di atas

menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Sehingga kedua penanda kohesi

leksikal sinonimi tersebut wajib hadir, agar informasi yang disampaikan bisa

diterima dengan jelas dan lengkap. Analisis dengan teknik ganti tidak perlu

dilakukan, karena kata ragu „ragu‟ dengan frasa durung patia sreg „kurang

nyaman‟ tersebut sudah saling menggantikan.

Page 120: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

167

Jenis sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya juga terdapat dalam

data (230) sampai dengan (236) berikut.

(230) Wondene, bab sing kaya mangkono mau, merga kagawa saka bombong

utawa mongkoging atine bebrayan kono, dene ana sawijining wanita

saka desa Somongsari bisa mbabarake (nglairake) sawenehing

pahlawan nasional. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„Sementara itu, hal-hal yang seperti itu tadi, karena terbawa dari senang

atau bangga hatinya masyarakat sana, dan ada seorang wanita dari desa

Somongsari bisa melahirkan seorang pahlawan nasional.‟

(231) Rampung anggone ngarang, banjur mikir-mikir gek bukune mau arep

diwenehi judul/sesirah/titel apa?. (PS/2/10/18/4/05/2013).

„Selesai olehnya mengarang, kemudian berfikir bukunya tadi akan diberi

judul apa?.‟

(232) Soepratman, ngerti manawa sakehing cita-cita utawa gegayuhan

tangeh lamun bisane kecendhak, yen ta sarana utawa materi sing

kanggo nggayuh gegayuhane mau ora nyukupi. (PS/3/9/18/4/05/2013).

„Soepratman, mengerti bahwa semua cita-cita atau keinginan tidak

akan tercapai, jika sarana atau materi untuk mencapai keinginannya tadi

tidak memadai.‟

(233) Ha mula iya wis wiwit rikala samana, hubungan utawa kerja sama

antarane kaum pergerakan lan kaum jurnalis (Indonesia) cukup

becike.(PS/3/9/19/11/05/2013).

„Maka mulai saat itu, hubungan atau kerjasama antara kaum

pergerakan dan wartawan (Indonesia) cukup baik.‟

(234) Hebate kenya cilik iki tanpa isin-isin, tanpa rumangsa rikuh apa

kepiye, maju neng podium/mimbar. (PS/1/9/20/18/05/2013).

„Hebatnya gadis kecil ini tanpa malu-malu, tanpa merasa malu apa

bagaimana, maju di podium/mimbar.‟

(235) Kabeh mung padha nyawang lan ndeleng nyang bocah wadon kuwi

mau. (PS/1/10/20/18/05/2013).

„Semua hanya melihat dan menatap kepada gadis itu tadi.‟

(236) Lha iya kuwi, ing kene hebate Salamah babarpisan ora nate ngeluh

adhuh, ora nate sambat kekurangan. (PS/1/10/23/8/06/2013).

„Lha ya itu, di sini hebatnya Salamah tidak pernah mengeluh sama

sekali, tidak pernah mengeluh kekurangan.

Page 121: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

168

3) Sinonimi frasa dengan frasa

Penanda kohesi leksikal berupa sinonimi frasa dengan frasa dapat dilihat

pada data di bawah ini.

(237) Lagi suwene selapan dina utawa 35 dina, laras karo adat Jawa, si bayi

lagi digawa bali nyang Jatinegara, Mbok Siti Senen kumpul maneh karo

sing lanang, Kartodikromo sing nyambut gawe dadi serdhadhu KNIL

(Koninklijke Nederlands Indisch Leger). (PS/3/9/17/27/04/2013).

„Baru lamanya selapan dina atau 35 hari, menurut tradisi Jawa, bayi

baru dibawa kembali ke Jatinegara, Bu Siti Senen kumpul kembali

dengan suaminya, Kartodikromo yang bekerja sebagai tentara KNIL

(Koninklijke Nederlands Indische Leger).‟

Penggalan wacana (237) di atas terdapat sinonimi frasa dengan frasa

yaitu frasa selapan dina dengan frasa 35 dina. Kedua satuan lingual

tersebutmendukung kepaduan suatu wacana. Selanjutnya data (237) dibagi atas

unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut.

(237a) Lagi suwene selapan dina utawa 35 dina, laras karo adat Jawa, si

bayi lagi digawa bali nyang Jatinegara,

„Baru lamanya selapan dina atau 35 hari, menurut tradisi Jawa, bayi

baru dibawa kembali ke Jatinegara,‟

(237b) Mbok Siti Senen kumpul maneh karo sing lanang, Kartodikromo sing

nyambut gawe dadi serdhadhu KNIL (Koninklijke Nederlands Indisch

Leger).

„Bu Siti Senen kumpul kembali dengan suaminya, Kartodikromo yang

bekerja sebagai tentara KNIL (Koninklijke Nederlands Indische

Leger).‟

Data (237a) diuji dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut.

(237c) Lagi suwene selapan dina utawa 35 dina, laras karo adat Jawa, si

bayi lagi digawa bali nyang Jatinegara,

„Baru lamanya selapan dina atau 35 hari, menurut tradisi Jawa, bayi

baru dibawa kembali ke Jatinegara,‟

Page 122: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

169

Hasil analisis data (237c) di atas adalah bahwa sinonimi frasa selapan

dina dengan frasa 35 dina wajib hadir, apabila sinonimi tersebut dilesapkan

maka wacana menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima.

Selain data tersebut ditemukan pula sinonimi frasa dengan frasa atau

sebaliknya tampak pada data (238) sampai dengan (250) berikut.

(238) Dianakake upacara ngibarake gendera Sang Gula-Klapa utawa sang

Dwiwarna, iya sang Merah-Putih. (PS/1/9/17/27/04/2013).

„Diadakan upacara pengibaran bendera Sang Gula-Klapa atau sang

Dwiwarna, ya sang Merah-Putih.‟

(239) Karampungane, buku crita mau diwenehi judul “Perawan Desa”.

Nyeritakake lelakon kenya saka desa [...]. (PS/2/10/18/4/05/2013).

„Selanjutnya, buku cerita tadi akan diberi judul “Perawan Desa”.

Menceritakan perjalanan gadis dari desa [...].‟

(240) Wiwit nyoba, nulis ukara mbaka ukara. Krasa sayah, leren sedhela.

Salebare kuwi banjur nutugake anggone nggupit carita ngrumpaka

ukara mau. Oleh salembar rong lembar, diwaca maneh, lha esuke

maneh ditutugake anggone ngarang kuwi mau. (PS/2/10/18/4/05/2013).

„Mulai mencoba, menulis kalimat demi kalimat. Merasa lelah, istirahat

sebentar. Setelah itu kemudian meneruskan olehnya mengarang cerita

tadi. Dapat satu lembar dua lembar, dibaca lagi, nah paginya lagi

dilanjutkan olehnya mengarang itu tadi.‟

(241) Bareng arep sekolah, diperlokake Akte-Kelairane, surat tandha bukti

kelairan. (PS/3/9/17/27/04/2013).

„Ketika mau sekolah, diperlukan Akta-Kelahirannya, surat tanda

bukti kelahiran.‟

(242) Kelakon dicathet lan ditulis ing rapor, ing ijazah.

(PS/1/10/17/27/04/2013).

„Pasti akan dicatat dan ditulis di raport, di ijazah.‟

(243) Temenan! Durung nganti buku mau kelakon dititipake nyang toko-toko

buku sing sakira gelem melu ngedolake, kaselak ana perintah saka

kepulisian, isine: ora kena ngedol utawa ngiderake buku mau.

(PS/3/10/18/4/05/2013).

„Jelas! Belum sampai buku tadi dititipkan di toko-toko buku yang

sekiranya mau ikut menjualkan, yang tidak dapat disangkal ada perintah

Page 123: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

170

dari kepolisian, isinya meliputi: tidak boleh menjual atau

mengedarkan buku tadi.‟

(244) Sajak-sajake pemerintah Landa iya ora ketledoran, tandang grayange

Soepratman selawase iki terus dikuntit, dibuntuti, diwaspadani bae.

(PS/3/10/18/4/05/2013).

„Tampaknya pemerintah Belanda tidak ketledoran, tingkah laku

Soepratman selamanya ini terus diikuti, diikuti, diwaspadai.‟

(245) Ha mula kuwi, kudu diendheg, disetop. (PS/3/10/18/4/05/2013).

„Ha maka dari itu, telah dihentikan, berhenti.‟

(246) Anggone nyelengi, nglumpukake mbaka sethithik, iya kanthi tujuan

kanggo nyithak buku kuwi mau. (PS/3/10/18/4/05/2013).

„Olehnya menyimpan, mengumpulkan secara bertahap, ya dengan

tujuan untuk mencetak buku itu tadi.‟

(247) Hawane kutha Cimahi sing adhem sejuk, kathik ndina-ndinane gus

Wage ora perlu mikirake apa sing arep dipangan dina kuwi, jer kabeh-

kabeh wis sumadhiya lan cumepak. (PS/1/10/21/25/05/2013).

„Udaranya kota Cimahi yang sejuk, setiap harinya gus Wage tidak perlu

memikirkan apa yang ingin dimakan hari itu, karena semuanya telah

tersedia dan siap.‟

(248) Ha hiya ora nggumunake, kaum pergerakan bareng krungu warta bab

anane komponis neng Surabaya, banjur padha merlokake nekani. Perlu

tepungan utawa ya nyambung silaturrahmi. (PS/2/10/21/25/05/2013).

„Ha ya tidak heran, kaum pergerakan ketika mendengar berita tentang

keberadaan komponis di Surabaya, kemudian mereka perlu mendatangi.

Perlu menemui atau ya menyambung tali silaturrahmi.‟

(249) Salamah dhewe tuna-aksara alias buta-huruf. (PS/2/9/23/8/06/2013).

„Salamah sendiri tuna-aksara alias buta huruf.‟

Berdasarkan analisis pada data di atas penanda sinonimi atau padan kata

yang terdapat dalam penelitian ini berupa sinonimi kata dengan kata, sinonimi

kata dengan frasa atau sebaliknya, dan sinonimi frasa dengan frasa. Data-data

mengenai sinonimi dapat dilihat pada lampiran nomor 225 sampai dengan 249.

Page 124: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

171

c. Antonimi (Oposisi Makna)

Antonimi (Oposisi Makna) adalah salah satu kohesi leksikal berupa

satuan lingual yang maknanya berlawanan dengan satuan lingual lain dalam

wacana. Berdasarkan sifatnya, antonimi terbagi atas 5 macam, yaitu: oposisi

mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hirarkial, dan oposisi

majemuk. Oposisi makna yang terdapat dalam penelitian ini adalah oposisi

mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, dan oposisi hirarkial.

1) Oposisi Mutlak

Oposisi mutlak ialah pertentangan makna secara mutlak. Berikut adalah

contoh data penanda kohesi leksikal oposisi mutlak yang terdapat dalam

penelitian ini.

(250) Miturut ujaring sawatara mitrane, Soepratman mula lagi nandhang lair

batin. (PS/3/10/20/18/05/2013).

„Menurut perkataan beberapa temannya, Soepratman baru menderita

lahir batin.‟

Wacana (250) di atas terdapat oposisi mutlak pada kata lair „lahir‟ dan

batin „batin‟. Kehadiran oposisi makna dalam sebuah wacana akan menjadikan

kata dalam sebuah wacana menjadi lebih bervariasi. Selanjutnya data (250)

dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut.

(250a) Miturut ujaring sawatara mitrane,

„Menurut perkataan beberapa temannya,‟

(250b) Soepratman mula lagi nandhang lair batin.

„Soepratman baru menderita lahir batin.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (250b) diuji dengan teknik

lesap. Hasilnya adalah sebagai berikut.

Page 125: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

172

(250c) Soepratman mula lagi nandhang ØØ.

„Soepratman baru menderita Ø Ø.‟

Penanda kohesi leksikal oposisi mutlak yaitu pada kata lair „lahir dan

batin „batin‟ apabila dilesapkan, maka data tersebut menjadi tidak berterima

atau tidak gramatikal dan informasi yang tersampaikan kurang jelas. Jadi satuan

lingual lair „lahir‟ dan batin „batin‟ wajib hadir dalam wacana (250).

Selain data tersebut ditemukan pula oposisi mutlak pada satuan lingual

ngibarake „mengibarkan‟ dan ngedhunake „menurunkan‟ yang terdapat dalam

data (251) berikut.

(251) Ing ndalem upacara ngibarake utawa ngedhunake gendera Merah-

Putih. (PS/2/10/24/15/06/2013).

„Di dalam upacara mengibarkan atau menurunkan bendera Merah-

Putih.‟

2) Oposisi Kutub

Oposisi kutub adalah pertentangan makna yang tidak bersifat mutlak,

tetapi bersifat gradasi (ada tingkatan makna). Contoh data penanda kohesi

leksikal oposisi kutub adalah sebagai berikut.

(252) Dene bangsane akeh sethithike wis ngakoni asiling karyane. Ngenani

bab penandhange ati rikala isih ana donya, bisa kasisihake.

(PS/2/10/24/15/06/2013).

„Sedangkan bangsanya banyak sedikitnya telah mengakui hasil

karyanya. Mengenai bab penderitaan hati ketika masih di dunia, dapat

dikesampingkan.‟

Tampak pada data (252) terdapat oposisi kutub yaitu pada kata akeh

„banyak‟ dan sethithik „sedikit‟. Data (252) tersebut kemudian dibagi atas unsur

langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut.

(252a) Dene bangsane akeh sethithike wis ngakoni asiling karyane.

Page 126: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

173

„Sedangkan bangsanya banyak sedikitnya telah mengakui hasil

karyanya.

(252b) Ngenani bab penandhange ati rikala isih ana donya, bisa kasisihake.

Kemudian data (254a)diujidengan teknik lesap sebagai berikut.

(252c) Dene bangsane ØØ wis ngakoni asiling karyane.

„Sedangkan bangsanya Ø Ø telah mengakui hasil karyanya.‟

Oposisi kutub yaitu pada kata akeh „banyak‟ dan sethithik „sedikit‟

pada data di atas apabila dilesapkan, maka data tetap gramatikal atau berterima.

Selain data tersebut ditemukan pula oposisi kutub yang terdapat pada data (253)

sampai dengan (255) berikut.

(253) Ha iya, merga dene kahanan, gelem ora gelem: omah gentheng

disaponi, abot entheng dilakoni. (PS/2/9/18/4/05/2013).

„Ha ya, karena situasi itu, mau tidak mau: rumah genting disapu,

beratringan dijalani.‟

(254) Sakehing lapisan masyarakat; iya sing ana ndhuwur iya sing ana

ngisor. (PS/2/10/18/4/05/2013).

„Semua lapisan masyarakat; ya yang ada di atas ya yang ada di bawah.‟

(255) Mandheg sedhela-sedhela, nganakake owah-owahan kana-kene,

dilarasake karo rasa pirasaning jiwa lan ati dalah pikirane.

(PS/1/10/19/11/05/2013).

„Berhenti sebentar, membuat perubahan di sana-sini, diserasikan

dengan rasa dalam jiwa lan hati serta pikirannya.‟

3) Oposisi Hubungan

Oposisi hubungan adalah oposisi makna yang bersifat saling

melengkapi. Oposisi hubungan dapat dilihat pada data berikut ini.

(256) Cekaking crita, wong loro samengko wis kelakon dadi suami-istri.

(PS/3/9/23/8/06/2013).

„Singkatnya cerita, dua orang tadi telah menjadi suami-istri.‟

Page 127: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

174

Pada tuturan (256) di atas terdapat penanda kohesi leksikal oposisi

hubungan yaitu pada kata suami „suami‟ dan istri „istri‟. Kedua kata tersebut

bersifat saling melengkapi, karena kehadiran kata suami „suami‟ akan

bermakna jika dilengkapi dengan kata istri „istri‟. Selanjutnya data (256) dibagi

atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, hasilnya sebagai berikut.

(256a) Cekaking crita,

„Singkatnya cerita,‟

(256b) wong loro samengko wis kelakon dadi suami-istri.

„dua orang tadi telah menjadi suami-istri.‟

Setelah dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, kemudian

data (256b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut.

(256c) wong loro samengko wis kelakon dadi Ø Ø.

„dua orang tadi telah menjadi Ø Ø.‟

Hasil analisis data (256) di atas menunjukkan bahwa apabila satuan

lingual suami „suami‟ dan istri „istri‟ dilesapkan, maka data menjadi tidak

gramatikal. Oleh karena itu, satuan lingual suami „suami‟ dan istri „istri‟ wajib

hadir. Penanda kohesi leksikal yang berupa oposisi hubungan juga tampak pada

data (257) sampai dengan (261) berikut.

(257) Eee, nadyan ta wis ditambahi nganggo jeneng Landa pisan, WR.

Soepratman tetep ora bisa ditampa ing sekolahe para sinyo karo nonik

kuwi mau. (PS/1/10/17/27/04/2013).

„Eee, meskipun telah menambahkan dengan nama Belanda sekalipun,

WR. Soepratman tetap tidak bisa diterima di sekolahnya sinyo dan

nonik itu tadi.‟

(258) Sedulure WR Soepratman ana lima, dadi putrane pak sersan sing

nunggal bapa-ibu karo Soepratman, ana enem.

(PS/1/10/17/27/04/2013).

„Saudaranya WR Soepratman ada lima, jadi putranya pak sersan yang

sama bapak-ibunya dengan Soepratman, ada enam.‟

Page 128: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

175

(259) Kathik ana unen-unen, tumiyunge katresnane biyung iku marang anak

lanang, dene katresnane si bapa tumiyunge marang anak wadon.

(PS/1/10/17/27/04/2013).

„Sebab ada peribahasa, seorang ibu lebih sayang pada anak laki-lakinya,

sedangkan bapak lebih sayang pada anak perempuannya.‟

(260) Sarehne Soepratman manggon ing tangsi, dadi srawunge karo para

nom-noman, lanang wadon cetha luwih omber katimbang ing bebrayan

(Indonesia) umume. (PS/2/10/17/27/04/2013).

„Karena Soepratman tinggal di tangsi, jadi kenalnya dengan para

pemuda, laki-laki dan perempuan jelaslebih banyak daripada di

masyarakat (Indonesia) pada umumnya.‟

(261) Lagu gubahane kenyatan bisa ditampa kalangan mudha; para sing bisa

nerusake lelakone para pinisepuh. (PS/3/10/19/11/05/2013).

„Nyatanya lagu karangannya dapat diterima kalangan muda; hal-hal

yang bisa meneruskan perjalanannya para generasi tua.‟

4) Oposisi Majemuk

Oposisi majemuk adalah artinya oposisi makna yang terjadi pada

beberapa kata (lebih dari dua). Di bawah ini merupakan contoh data yang

menunjukkan adanya penanda kohesi leksikal oposisi hirarkial.

(262) Surasane, para pegawai negeri, yen ta lagu “Indonesia Raya” arep

dikumadhangake, ora perlu ndadak melu ngadeg barang. Cukup tetep

lungguh ing papane bae. (PS/2/10/20/18/05/2013).

„Isinya, para pegawai negeri, jika lagu “Indonesia Raya” akan

dinyanyikan, tidak perlu harus ikut berdiri. Cukup tetap duduk di

tempat saja.‟

Penggalan wacana (262) di atas tampak adanya penanda kohesi leksikal

oposisi majemuk yaitu pada kata ngadeg „berdiri‟ dan lungguh „duduk‟.

Kemudian data (262) diuji dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut.

(262a) Surasane, para pegawai negeri, yen ta lagu “Indonesia Raya” arep

dikumadhangake, ora perlu ndadak melu ngadeg barang.

„Isinya, para pegawai negeri, jika lagu “Indonesia Raya” akan

dinyanyikan, tidak perlu harus ikut berdiri.‟

Page 129: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

176

(262b) Cukup tetep lungguh ing papane bae.

„Cukup tetap duduk di tempat saja.‟

Selanjutnya data (262) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut.

(262c) Surasane, para pegawai negeri, yen ta lagu “Indonesia Raya” arep

dikumadhangake, ora perlu ndadak melu Ø barang. Cukup tetep Ø ing

papane bae.

„Isinya, para pegawai negeri, jika lagu “Indonesia Raya” akan

dinyanyikan, tidak perlu harus ikut Ø. Cukup tetap Ø di tempat saja.‟

Setelah data (262c) dianalisis dengan teknik lesap pada kata ngadeg

„berdiri‟ dan lungguh „duduk‟, data tersebut menjadi tidak gramatikal atau

tidak berterima. Karena kata-kata tersebut merupakan aspek yang mendukung

kepaduan atau kekohesifan wacana tersebut, sehingga kehadirannya wajib.

Berdasarkan analisis pada data di atas penanda kohesi leksikal yang

berupa antonimi atau oposisi makna yang terdapat dalam wacana gempilan

sejarah meliputi: oposisi mutlak (lair >< batin, dan ngibarake >< ngedhunake),

oposisi kutub (akeh >< sethithik „sedikit‟, abot „berat‟ >< entheng „ringan‟,

ndhuwur „atas‟ >< ngisor „bawah‟, kana „sana‟ >< kene „sini‟), oposisi

hubungan (suami >< istri, sinyo >< nonik, bapa „bapak‟ >< ibu „ibu‟, biyung

„ibu‟ >< bapa „bapak‟, lanang „laki-laki‟ >< wadon „perempuan‟, mudha

„muda‟ >< pinisepuh „tua‟), dan oposisi majemuk (ngadeg >< lungguh). Data

mengenai oposisi makna tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 250

sampai dengan 262.

d. Kolokasi (Sanding Kata)

Kolokasi atau sanding kata adalah kata-kata yang cenderung digunakan

secara berdampingan dalam suatu wacana. Data yang ditemukan dalam

Page 130: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

177

penelitian wacana gempilan sejarah yang berupa penanda kohesi leksikal

kolokasi adalah sebagai berikut.

(263) Tembene, Tabrani karo Adinegoro mujudake jurnalis Indonesia sing

gamben; tilas siswa Sekolah Jurnalistik ing Jerman.

(PS/1/9/20/18/05/2013).

„Baru saja, Tabrani dan Adinegoro wujudkan jurnalis Indonesia yang

gamben; pernah menjadi siswa Sekolah Jurnalistik di Jerman.‟

Wacana (263) di atas terdapat penggunaan satuan lingual jurnalis dan

jurnalistik yang saling berhubungan atau berkolokasi dan mendukung

kepaduan wacana tersebut. Data yang menunjukkan adanya satuan lingual lain

yang saling berkolokasi adalah sebagai berikut.

(264) “Publicist” mono tembung mbiwarakake, merga tembung wartawan

utawa jurnalis rikala kuwi mula uga isih arang kanggone. Lha

Soepratman saikine lagi ngrasa, yen mula bingung jurnalistik iki sing

mujudake “duniane”. (PS/1-2/10/18/4/05/2013).

„”Wartawan” memang kata memberitakan, karena kata wartawan

utawa jurnalis ketika itu juga masih jarang gunanya. Lha Soepratman

sekarang ini baru merasakan, maka bingung jurnalistik ini yang

mewujudkan ”dunianya”.‟

Tuturan (264) di atas tampak adanya penggunaan kata wartawan, kata

jurnalis, kata jurnalistik yang saling berkolokasi serta mendukung kepaduan

wacana tersebut. Di bawah ini merupakan data lain yang menunjukkan satuan

lingual lain yang saling berkolokasi.

(265) Jejer dadi jurnalis kathik mung dadi juruwarta bae, tur dhek jaman

samana pisan, pemetune ora bisa nyukupi. (PS/1/10/20/18/05/2013).

„Menjadi jurnalis dengan hanya menjadi juruwarta saja, apalagi pada

saat itu, pendapatannya tidak bisa mencukupi.‟

Tampak pada data (265) terdapat pemakaian satuan lingual yang saling

berkolokasi yaitu kata jurnalis dan juruwarta. Hadirnya kata-kata yang

berkolokasi tersebut membuat wacana menjadi kohesif dan padu. Namun,

Page 131: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

178

apabila teknik lesap dan teknik ganti dihadirkan untuk menganalisis data

tersebut menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Jika salah satu unsur-

unsur tersebut dilesapkan atau diganti dengan satuan lingual yang lain, maka

akan merubah makna yang ada.

Penanda kohesi leksikal berupa kolokasi tersebut dapat dilihat pada

lampiran nomor 263 sampai dengan 265.

e. Hiponimi (Hubungan Atas-Bawah)

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat)

yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang

lain. Di bawah ini merupakan data yang menunjukkan hiponimi.

(266) Ing Jakarta ora sethithik cacahe koran Tionghoa-Melayu iki mau; ning

sing kesuwur mung telu. Sin Po. Keng Po karo Hong Po (sing pro

Jepang). Ing Surabaya: Sin Tit Po. (PS/1/10/18/4/05/2013).

„Di Jakarta tidak sedikit jumlah koran Tionghoa-Melayu ini; tapi yang

terkenal hanya ada tiga. Sin Po. Keng Po dan Hong Po (yang pro

Jepang). Di Surabaya: Sin Tit Po.‟

Pada tuturan (266) di atas yang menjadi hipernim koran Tionghoa-

Melayu dan sebagai hiponimnya adalah Sin Po, Keng Po, Hong Po, dan Sin

Tit Po. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Bagan 3

Hiponimi Frasa Koran Tionghoa-Melayu

Page 132: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

179

Data lain yang menunjukkan adanya penanda kohesi leksikal hiponimi

atau hubungan atas-bawah adalah sebagai berikut.

(267) Aneh, ning sing cetha bae, wiwit rikala iku, lagu “Indonesia Raya”

sering dinyanyekake dening kumpulan-kumpulan Indonesia apa bae.

Embuh ormas, embuh partai, para siswa sekolah lanjutan, kaum

gerakan emboh sing enom embuh sing tuwa, lanang apa wadon.

(PS/1/10/20/18/05/2013).

„Aneh, tetapi yang jelas bahwa, mulai saat itu, lagu “Indonesia Raya”

sering dinyanyikan oleh kelompok Indonesia apapun. Entah ormas,

entah partai, para siswa sekolah lanjutan, kaum pergerakan entah

yang muda entah yang tua, laki-laki atau perempuan.‟

Satuan lingual kumpulan-kumpulan Indonesia „kelompok Indonesia‟

pada data (267) merupakan hipernim sedangkan hiponimnya adalah ormas

„ormas‟, partai „partai‟, para siswa sekolah lanjutan „para siswa sekolah

lanjutan‟, dan kaum gerakan „kaum pergerakan‟. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada bagan berikut.

Bagan 4

Hiponimi Kumpulan-kumpulan Indonesia

Di dalam penelitian ini data mengenai hiponimi tersebut dapat dilihat

pada lampiran nomor 266 sampai 267.

Page 133: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

180

f. Ekuivalensi (Kesepadanan)

Ekuivalensi atau kesepadanan adalah salah satu jenis kohesi leksikal

yang berupa hubungan kesepadanan antara satuan lingual yang satu dengan

satuan lingual yang lain dalam sebuah wacana. Berikut ini merupakan penanda

kohesi leksikal berupa ekuivalensi yang terdapat dalam wacana gempilan

sejarah.

(268) Wage Rudolf Soepratman kelakon omah-omah karo sawenehing

warandha, aran: Salamah. Apa Salamah. Wong loro wus kelakon urip

bebarengan saomah, nadyan ta omahe mung omah sewan, manggone

neng kampung pisan. (PS/3/9/21/25/05/2013).

„Wage Rudolf Soepratman berumah tangga dengan seorang janda,

bernama: Salamah. Apa Salamah. Dua orang tadi telah hidup bersama

serumah, meskipun rumahnya hanya rumah sewa, yang terletak di

desa juga.‟

Pada wacana (268) di atas terdapat hubungan kesepadanan antara satuan

lingual omah-omah „berumah tangga‟, saomah „serumah‟, omahe „rumahnya‟,

omah „rumah‟. Keempat satuan lingual tersebut terbentuk dari kata dasar yang

sama yaitu omah „rumah‟. Data lain yang menunjukkan adanya ekuivalensi

adalah sebagai berikut.

(269) Malahan ora ngerti utawa ora kelingan kapan persise anggone nikahan

karo WR Soepratman kuwi. Sing dielingi rikala sapatemon sepisanan

karo pemudha iki. (PS/2/10/21/25/05/2013).

„Bahkan tidak tahu atau tidak teringat kapan tepatnya ia menikah

dengan WR Soepratman. Yang diingat ketika pertemuan pertama

dengan pemuda ini.‟

Data (269) di atas menunjukkan adanya hubungan kesepadanan atau

ekuivalensi yaitu antara satuan lingual kelingan „teringat‟ dan satuan lingual

dielingi „diingat‟, yang menunjukkan adanya hubungan kesepadanan karena

proses afiksasi dibentuk dari bentuk asal yang sama yaitu eling „ingat‟.

Page 134: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

181

Penggunaan kata-kata tersebut menjadikan wacana tampak kohesif. Jika satuan

lingual tersebut dilesapkan dan diganti dengan kata yang lain maka wacana

menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal. Penanda ekuivalensi atau

kesepadanan juga terdapat dalam data berikut.

(270) Embuh iki Dichtung (dongengan) bae, apa Wahrheit (kenyataan),

kacarita saka kuwasaning GUSTI Sing Maha Agung, si biyung sing

banget ditresnani lan sing anresnani anak lanang mau, banjur mbukak

socane sedhela, mandeng marang Soepratman, sedhela bae.

(PS/2/10/17/27/04/2013).

„Entah ini dongengan saja, apa kenyataan, diceritakan dari kuasaNya

Allah Yang Maha Kuasa, si ibu yang sangat dicintai dan yang

mencintai anak putranya tadi, kemudian membuka matanya sebentar,

melihat Soepratman, sebentar saja.‟

(271) Lha saiki, bareng dheweke kelakon nikahi sawenehing wanita sing

ditresnani lan uga nresnani dheweke, malahan dulur-dulure sing anti.

(PS/2/10/23/8/06/2013).

„Kini, setelah dia menikah dengan seorang wanita yang dicintai dan

juga mencintainya, malah saudara-saudaranya yang anti.‟

Pada tuturan (270) dan (271) di atas menunjukkan adanya hubungan

kesepadanan atau ekuivalensi yaitu antara satuan lingual ditresnani „dicintai‟,

anresnani „mencintai‟, dan nresnani „mencintai‟ yang menunjukkan adanya

kesepadanan karena proses afiksasi dibentuk dari bentuk asal yang sama yaitu

tresna „cinta‟.

Selain data tersebut ditemukan pula ekuivalensi atau hubungan

kesepadanan yang terdapat dalam data (272) sampai dengan (278) berikut.

(272) Si mBakyu sing saiki dadi gantine biyung, ndilalah ta teka iya pana

marang bakate si adhi. Kanthi tlaten lan sabar adhine banjur diwulang

wuruk ngenani cara pratikele ngunakake biola utawa viool.

(PS/2/10/17/27/04/2013).

„Si kakak yang kini menjadi pengganti ibu, jelas mendukung bakat si

adik. Dengan tekun dan sabar mengajari adiknya tentang bagaimana

praktik cara menggunakan biola.‟

Page 135: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

182

(273) Eee, dadak bukune kelakon dibabar, durung ganep rong dina, ha teka

pulisi teka karo aweh larangan bab sumebare buku, lan sabanjure

malah mbeskup buku-buku pisan. (PS/3/10/18/4/05/2013).

„Eee, tiba-tiba bukunya diterbitkan, belum genap dua hari, polisi datang

dan memberi larangan mengenai penyebaran buku, dan selanjutnya

bahkan membeskup buku-buku tersebut.‟

(274) Mula kepiye, yen ta Soepratman diwenehi kalodhangan mbiwarakake

lagu mau ing ngarepe para kongresis diarep-arep, amrih Panitia aweh

wektu nyang Soepratman; mula apike dheweke supaya diwenehi weruh

kapan, ing ngendi lan jam pira wektu sing diwenehake nyang dheweke

kuwi. (PS/3/10/19/11/05/2013).

„Maka bagaimana, jika Soepratman diberi kesempatan menyanyikan

lagu tadi di depan para kongresis, karena Panitia memberikan waktu

pada Soepratman; maka bagusnya dia supaya diberi tahu kapan, di

mana dan jam berapa waktu yang tersedia untuk dia.‟

(275) Ning, apa sing satemene kelakon, Soepratman nandhang batin,

nandhang papa batiniah-e. (PS/1/9/21/25/05/2013).

„Tetapi, apa yang sebenarnya terjadi, Soepratman menderita batin

(mental), menderita batiniahnya.‟

(276) Sing nguntabake maewu-ewu. Iya lagi sepisan iji kuwi kelakon, ing

Surabaya ana jenazah sing nguntabake layone nganti ewon.

(PS/3/9/22/1/06/2013).

„Yang mengantarkan beribu-ribu. Ya baru sekali ini terjadi, di

Surabaya ada jenazah yang mengantarkan jenazahnya hingga ribuan.‟

(277) Ngandharake manawa lara sing kasandhang kuwi satemene lara batin,

larane wong kapedhotan tresna. (PS/3/9/24/15/06/2013).

„Menjelaskan apabila sakit yang dideritanya itu sabenarnya sakit batin,

sakitnya orang putus cinta.‟

(278) “Iya! Aku rumangsa ora kabegjan ing ndalem among tresna”. “Ora

begja kepiye?”. (PS/1/10/24/15/06/2013).

„”Ya! Saya merasa tidak beruntung di dalam kisah cinta”. “Tidak

untung bagaimana?”.‟

Data mengenai penanda kohesi leksikal yang berupa ekuivalensi atau

hubungan kesepadanan tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 268 sampai

278.

Page 136: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

183

Penanda kohesi leksikal wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing

Ora Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar

Semangat yang ditemukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: (1) repetisi

atau pengulangan (repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, mesodiplosis, dan

anadiplosis), (2) sinonimi atau padan kata, (3) antonimi atau oposisi makna

(oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, dan oposisi majemuk), (4)

kolokasi atau sanding kata, (5) hiponimi atau hubungan atas-bawah, dan (6)

ekuivalensi atau kesepadanan.

B. Penanda Koherensi

Penanda koherensi dianalisis dengan tujuan untuk mengetahuikeruntutan,

keserasian, dan keutuhan hubungan makna atau struktur batin dalam sebuah wacana.

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa penanda koherensi yaitu: penekanan,

simpulan dan contoh. Ketiga macam penanda koherensi tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut.

1. Penanda Koherensi Penekanan

Penanda koherensi berupa penekanan berfungsi untuk menyatakan

penekanan terhadap suatu maksud yang telah dinyatakan dalam sebuah kalimat.

Penanda koherensi berupa penekanan yang ditemukan adalah sebagai berikut.

(279) Saya gawe bombonge atine Soepratman, rikala ing sawijining

pertemuan ing Gedhung Komidi, ditekani para pemuda, pelajar lan

mahasiswa, dheweke dijaluk Soegondo supaya ngumandhangake lagu

„Indonesia Raya‟ kuwi. (PS/1/10/20/18/05/2013).

„Semakin membuat senangnya hati Soepratman, ketika di salah satu

pertemuan di Gedung Komidi, didatangi para pemuda, pelajar, dan

Page 137: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

184

mahasiswa, dia diminta Soegondo supaya menyanyikan lagu “Indonesia

Raya” itu.‟

Satuan lingual saya „semakin‟ pada tuturan (279) merupakan penanda

koherensi berupa penekanan yang berfungsi untuk menyatakan makna penekanan

terhadap gawe bombonge atine Soepratman „membuat senangnya hati

Soepratman‟. Maksud dari wacana tersebut adalah memberikan penjelasan kepada

pembaca bahwa Soepratman merasa senang sekali ketika di salah satu pertemuan

di Gedung Komidi, yang didatangi para pemuda, pelajar, dan mahasiswa, dia

diminta Soegondo supaya menyanyikan lagu “Indonesia Raya”. Penanda

koherensi berupa penekanan pada satuan lingual saya „semakin‟ di atas

menjadikan kalimat menjadi lebih padu dan koheren.

Selain data tersebut ditemukan pula kohesi penekanan yang berupa kata

saya „semakin‟ tampak pada data (280) berikut.

(280) Ha hiya iki sing njalari saya tambah nggrantesing atine sang komponis.

„Lha iya ini yang membuat semakin tambah sedih sekali hatinya sang

komponis.‟ (PS/3/9/21/25/05/2013).

Koherensi saya „semakin‟ pada tuturan (280) menjadikan wacana menjadi

lebih padu dan koheren. Koherensi saya „semakin‟ merupakan penanda koherensi

penekanan, karena satuan lingual tersebut berfungsi untuk menyatakan makna

penekanan terhadap tambah nggrantesing atine sang komponis „tambah sedih

sekali hatinya sang komponis‟.

Data lain yang menunjukkan adanya penanda koherensi berupa penekanan

adalah sebagai berikut.

Page 138: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

185

(281) Tekane para tamu kaum pergerakan mau, kajaba mung sekedhar

tepungan lan nyambung silaturrahmi, mesthine uga njur ngajak

rembugan bab kahanan polik dhek samana. (PS/2/10/21/25/05/2013).

„Kedatangan para tamu dari kaum pergerakan tadi, selain hanya sekedar

bertemu dan menjalin silaturrahmi, pastinya juga mengajak berbicara

tentang keadaan politik yang lalu.‟

Tampak data (281) di atas menunjukkan adanya penanda koherensi berupa

penekanan mesthine „pastinya‟. Frasa mesthine „pastinya‟ berfungsi untuk

menegaskan atau menekanan bahwa kaum pergerakan uga njur ngajak rembugan

bab kahanan polik dhek samana „juga mengajak bicara bab keadaan politik yang

lalu‟. Maksud dari tuturan tersebut adalah memberikan penjelasan kepada

pembaca bahwa datangnya para tamu kaum pergerakan tadi, selain hanya sekedar

bertemu dan menjalin silaturrahmi, juga mengajak bicara bab keadaan politik yang

lalu. Penanda koherensi berupa penekanan pada satuan lingual mesthine „pastinya‟

di atas menjadikan kalimat lebih koheren.

Data lain yang merupakan penanda koherensi berupa penekanan adalah

sebagai berikut.

(282) Sing rumangsa kobongan jenggot; mesthi bae pemerintah Hindia-

Walanda. (PS/2/10/20/18/05/2013).

„Yang merasa kebakaran jenggot; pasti saja pemerintahan Hindia-

Belanda.‟

Tuturan (282) di atas tampak koheren dengan hadirnya penanda koherensi

berupa penekanan yang ditunjukkan dengan kata mesthi „pasti‟. Kata mesthi

„pasti‟ berfungsi untuk menegaskan makna penekanan terhadap pemerintahan

Hindia-Belanda yang merasa kebakaran jenggot. Selain itu penanda koherensi

penekanan yang berupa kata mesthi „pasti‟ juga terlihat pada data berikut.

Page 139: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

186

(283) Banjur utusan salah sijine warga Parindra, ngajak Soepratman sowan

neng daleme. Sa-perlu tepungan, antarane sang tokoh nasional karo

sang komponis agung. Ha mesthi bae, Soepratman ora bisa nulak

kersane Ketua Umum Partai Indonesia Raya mau.

(PS/3/10/21/25/05/2013).

„Kemudian utusan salah satu warga Parindra, mengajak Soepratman

datang ke rumahnya. Untuk berkenalan, antara sang tokoh nasional

dengan sang komponis besar. Ha pasti saja, Soepratman tidak bisa

menolak keinginannya Ketua Umum Partai Indonesia Raya tadi.‟

Data (283) terdapat penanda koherensi berupa penekanan pada kata mesthi

„pasti‟ yang berfungsi untuk menyatakan makna penekanan terhadap Soepratman

yang tidak bisa menolak keinginannya Ketua Umum Partai Indonesia Raya (Dr.

Soetomo). Maksud dari pernyataan di atas adalah menjelasan bahwa Soepratman

tidak bisa menolak keinginan Ketua Umum Partai Indonesia Raya yang telah

mengutus salah satu dari warga Parindra. Soepratman diajak datang ke rumahnya,

untuk dikenalkan dengan sang tokoh nasional (Dr. Soetomo) tersebut. Penanda

koherensi berupa penekanan pada kata mesthi „pasti‟ di atas menjadikan kalimat

menjadi lebih padu dan koheren.

Contoh data lain yang berupa penanda koherensi penekanan mesthi „pasti‟

adalah sebagai berikut.

(284) Ana wong wadon teka marani, karo takon: “Napa sampeyan tepang

kalih sedherek kula. Soepardan sing mentas dhateng saking Cimahi?”.

Ha mesthi wae sing ditakoni njur ngah-ngoh. Nyawang pawongan sing

pitakon mau, katon sajak ora intelek. (PS/3/9/23/8/06/2013).

„Ada seorang wanita datang mendekati, dan bertanya: Apa kamu kenal

dengan saudara saya. Soepardan yang datang dari Cimahi?”. Ha pasti

saja yang ditanyai kemudian melongo. Melihat orang yang bertanya

tadi, terlihat tidak berpendidikan.‟

Penanda koherensi berupa penekanan pada kata mesthi „pasti‟ di atas

menjadikan kalimat menjadi lebih koheren. Penanda tersebut mempunyai fungsi

Page 140: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

187

yaitu untuk menyatakan makna penekanan terhadap sing ditakoni njur ngah-ngoh

„yang ditanyai kemudian melongo‟, ketika melihat orang yang bertanya tadi,

kelihatan seperti tidak berpendidikan‟. Maksud dari pernyataan tersebut adalah

Soepratman melongo ketika ada seorang wanita datang mendekatinya, dan

menanyainya: “Apa kamu kenal dengan saudara saya. Soepardan yang datang dari

Cimahi?”. Ha pasti saja yang ditanyai kemudian melongo. Melihat orang yang

bertanya tadi, terlihat tidak berpendidikan.

(285) Mesthi bae bu Eldick kabotan, ning merga saka adrenge penjaluke si

adhi, katemahane iya diidinake. (PS/3/10/17/27/04/2013).

„Pasti saja bu Eldick keberatan, tapi karena si adik meminta dengan

sangat, akhirnya juga diizinkan.‟

Data (285) di atas menunjukkan adanya penanda koherensi berupa

penekanan pada satuan lingual mesthi „pasti‟ yang berfungsi untuk menyatakan

makna penekanan bahwa bu Eldick kabotan „bu Eldick merasa keberatan‟.

Selain data tersebut ditemukan pula kohesi penekanan yang berupa kata

mesthi „pasti‟ terdapat dalam data (286) dan (287) berikut.

(286) Wah maneh, Soepratman ngerti yen sedhela maneh ing Betawi bakal

dianakake Kongres Pemuda. Buku-bukune mau yen ta diedol ing kono

rak mesthi laris manis. Para kongresis mesthi bakal rebutan, tuku buku

“Perawan Desa” mau. (PS/2/10/18/4/05/2013).

„Wah lagi, Soepratman mengetahui jika sebentar lagi di Betawi akan

diadakan Kongres Pemuda. Buku-bukunya tadi jika dijual di situ pasti

laris manis. Para kongresis pasti akan berebut, membeli buku “Perawan

Desa” tadi.‟

(287) Lha kanggo ngurmati rawuhe Sang Proklamator mau, ing ngendi papan

mesthi dinarung lagu “Indonesia Raya” sing mula wis diakoni dadi

lagu kebangsaan. (PS/3/10/22/1/06/2013).

„Nah untuk menghormati kedatangan Sang Proklamator tadi, di mana

tempatnya pasti terdengar lagu “Indonesia Raya” yang telah diakui

menjadi lagu kebangsaan.‟

Page 141: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

188

Penanda koherensi berupa penekanan yang ditemukan dalam penelitian ini

ditandai dengan kata saya „semakin‟, mesthine „pastinya‟, dan mesthi „pasti‟. Data

mengenai penanda koherensi berupa penekanan tersebut dapat dilihat pada

lampiran 279 sampai dengan 287.

2. Penanda Koherensi Simpulan

Penanda koherensi berupa simpulan berfungsi untuk memberikan

keterangan hasil dari suatu proses atau penyimpulan sebuah penelitian. Berikut

penanda koherensi berupa simpulan yang ditemukan dalam wacana gempilan

sejarah.

(288) Meh sakehing beya kanggo nganakake pesta pengetan mau asil saka

kerukunan dalah pratikele masyarakat kono dhewe.

(PS/2/9/17/27/04/2013).

„Hampir semua biaya untuk membuat pesta peringatan tadi hasil dari

kerukunan dan perkumpulan masyarakat itu sendiri.‟

Tuturan (288) di atas tampak kata asil „hasil‟ mendukung terjadinya

kekoherensian wacana. Kata asil „hasil‟ merupakan penanda koherensi berupa

simpulan yang berfungsi untuk memberikan keterangan proses hasil dari

kerukunan dalah pratikele masyarakat kono dhewe „kerukunan dan perkumpulan

masyarakat sana sendiri‟. Data koherensi berupa simpulan lain juga tampak pada

data berikut.

(289) Nadyan ta asiling gelut mau, klambine Soepratman rowak-rowek,

irunge metu getihe, ning ora patia dirasa. Sing nandhes njarem banget

neng ati, iya tetembungane sinyo-sinyo drohun kuwi mau. Anggone

ngenyek, nyepelekake, ngina nyang bangsa Indonesia. “Vuile inlander”.

Inlander kotor!!!. (PS/3/10/17/27/04/2013).

„Meskipun hasilnya dari pertengkaran tadi, bajunya Soepratman

compang-camping, hidungnya berdarah, tetapi tidak begitu dirasa. Yang

menandas sekali di hati, ya perkataan sinyo-sinyo drohun itu tadi.

Page 142: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

189

Olehnya menghina, menyepelekan, mempermalukan pada bangsa

Indonesia. “Vuile inlander”. Inlander kotor!!!.‟

Satuan lingual asiling „hasilnya‟ pada data (289) menyatakan penanda

koherensi berupa simpulan yang berfungsi memberikan keterangan hasil dari

pertengkar yang menyebabkan bajunya Soepratman compang-camping dan

hidungnya berdarah. Kata asiling „hasilnya‟ tampak mendukung terjadinya

kekoherensian wacana.

Selain data tersebut ditemukan pula koherensi simpulan yang berupa kata

asiling „hasilnya‟ terdapat dalam data (290) dan (291) berikut.

(290) Pulisi bisane tumindak mbeskup bukune Soepratman, merga mula ana

aturan; sakehing asiling cithakan kudu dipasrahake pulisi luwih dhisik

sajrone 2 x 24 jam. (PS/3/10/18/4/05/2013).

„Polisi biasanya bertindak membeskup bukunya Soepratman, karena ada

aturan; banyak hasilnya cetakan harus diserahkan polisi lebih dahulu

dalam waktu 2 x 24 jam.‟

(291) Iya jaman Jepang mau, didhapuk sawenehing kumisi sing tugase

nganakake owah-owahan ing kana-kene (khususe ing ndalem ukarane)

dilarasake karo perkembangan zaman. Owah-owahan iki mau luwih-

luwih ngenani lagu sarta tekanan-tekanan not, sarta sarana mangkono

lagu dalah iramane bisa dadi cetha. Asiling pegaweyane kumisine

“Indonesia Raya” kaya sing dinyanyekake saiki iki.

(PS/1/10/24/15/06/2013).

„Ya jaman Jepang tadi, komisi membuat beberapa perubahan yang

dilakukan di sana-sini (terutama di dalam kalimatnya) diserasikan

dengan perkembangan jaman. Perubahan ini tadi terutama menyangkut

lagu dan tekanan-tekanan not, dan dengan demikian lagu dan irama bisa

jelas. Hasilnya pekerjaan komisi “Indonesia Raya” seperti yang

dinyanyikan sekarang ini.‟

Contoh penanda koherensi berupa simpulan juga terlihat pada data (292)

berikut.

(292) Ha hiya ing ndalem gandringan ngono mau Soepratman saya tambah

thukul semangat kebangsaane; semangat nasionalismene. Tresna wutah

getih. Tanpa disadhari, Soepratman keli ketir ing ndalem gerakan

Page 143: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

190

kebangsaan. Sing dhek jaman kuwi (tauh 1925-1930an) lagi makantar-

kantar ing meh saindenge bumi Nusantara. (PS/3/9/18/4/05/2013).

„Ha ya di dalam pertemuan itu tadi Soepratman semakin bertambah

semangat kebangsaannya; semangat nasionalismenya. Cinta tanah air.

Tanpa disadari, Soepratman hanyut di dalam hal pergerakan

kebangsaan. Yang saat itu (tahun 1925-1930an) baru terbakar hampir di

seluruh bumi Nusantara.‟

Tampak penanda koherensi berupa simpulan ngono mau „itu tadi‟ yang

berfungsi untuk memberikan keterangan hasil dari suatu proses atau penyimpulan

bahwa di dalam gandringan „pertemuan‟ Soepratman semakin bertambah

semangat. Penanda koherensi berupa simpulan pada satuan lingual ngono mau „itu

tadi‟ di atas tampak mendukung terjadinya kekoherensian wacana.

Data lain yang mengandung penanda koherensi berupa simpulan adalah

sebagai berikut.

(293) Dadi iya tetep ora ngerti, wanita sapa, putri ngendi, putrane sapa, Mas

Imam ora ngerti, Ha wong Soepratman dhewe ora gelem blakaka.

Sajakane, wadi kang sinandhang ora bakal katerusake nyang liyan.

(PS/1/10/24/15/06/2013).

„Jadi ya tetap tidak tahu, perempuan siapa, perempuan mana, putranya

siapa, mas Imam tidak tahu, orang Soepratmannya sendiri tidak mau

jujur. Kelihatannya, perkara yang dialami tidak akan diteruskan pada

orang lain.‟

Kata dadi „jadi‟ pada tuturan (293) di atas memberikan kepaduan wacana

sehingga wacana menjadi koheren. Kata dadi „jadi‟ menunjukkan adanya penanda

koherensi berupa simpulan yang berfungsi untuk memberikan keterangan hasil

dari Mas Imam ora ngerti „mas Imam tetap tidak tahu‟, mengenai perempuan itu

siapa, perempuan dari mana, dan putranya siapa, sebab Soepratman sendiri tidak

mau jujur.

Page 144: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

191

Koherensi simpulan yang berupa kata dadi „menjadi‟ juga tampak pada

data berikut.

(294) Dadi jurnalis, ora mung akeh tepungane bae, ning uga bisa mlebu metu

ngendi-endi papan, nganakake sesambungan karo sapa bae.

(PS/2/10/18/4/05/2013).

„Menjadi jurnalis, tidak hanya banyak kenalan saja, tetapi juga bisa

keluar masuk mana saja, mengadakan hubungan dengan siapa saja.‟

Koherensi dadi „menjadi‟ pada tuturan (294) menunjukkan hubungan

penyimpulan, karena satuan lingual tersebut berfungsi untuk memberikan

keterangan hasil atau penyimpulan dari ora mung akeh tepungane bae, ning uga

bisa mlebu metu ngendi-endi papan, nganakake sesambungan karo sapa bae

„tidak hanya banyak kenalan saja, tetapi juga bisa keluar masuk mana saja,

mengadakan hubungan dengan siapa saja‟.

Penanda koherensi simpulan yang berupa kata dadi „menjadi‟ juga tampak

pada data berikut.

(295) Ha wong Si Wage anak Lanang siji-sijine, dadi apa sapanjaluke

dituruti, apa pepenginane ditekakake. (PS/1/10/17/27/04/2013).

„Lha Si Wage anak laki-laki satu-satunya, jadi apapun permintaannya

dituruti, apapun keinginannya didatangkan.‟

Data (295) di atas menunjukkan adanya penanda koherensi berupa

simpulan pada kata dadi „jadi‟ berfungsi untuk memberikan keterangan proses

hasil dari Si Wage anak laki-laki sata-satunya menyebabkan apapun permintaanya

dituruti, apapun keinginannya didatangkan.

Selain data tersebut ditemukan pula koherensi simpulan yang berupa kata

dadi „jadi‟ terdapat dalam data (296) sampai dengan (306) berikut.

Page 145: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

192

(296) WR. Soepratman sekolahe sepisanan neng Makasar, melu mbakyune

sing aran Rukiyem Supraptiyah sing dadi bojone tuan Eldick, uga

sawijining KNIL. (PS/1/10/17/27/04/2013).

„WR. Soepratman sekolah pertama di Makasar, ikut kakaknya yang

bernama Rukiyem Supraptiyah yang jadi istrinya Eldick, juga seorang

tentara KNIL.‟

(297) Iya Ny. Rukiyem utawa Ny. Eldick iki sing sabanjure dianggep dadi

gantine biyunge, merga rikala Soepratman umur 11 apa 12 taun ngono,

biyunge katimbalan dening Gusti. (PS/1/10/17/27/04/2013).

„Ya Nyonya Rukiyem atau Ny. Eldick ini yang kemudian dianggap jadi

gantinya ibunya, karena ketika Soepratman berumur 11 apa 12 tahun

begitu, ibunya dipanggil oleh Allah.‟

(298) Soepratman kelakon cekel gawe, dadi guru. Durung pantara suwune

nampa surat pindhah. Mbak ayune aweh pamrayoga, amrih nyuwun

metu saka pegaweyan bae. Karepe si mbak ayu, yen ta makarya, iya

tetep ana Makasar bae, dadi ora adoh karo awake.

(PS/3/10/17/27/04/2013).

„Soepratman telah bekerja, menjadi guru. Namun belum berapa lama

menerima surat pindah. Kakaknya memberikan saran, memintanya

supaya keluar dari pekerjaan saja. Ya ingin yang indah, jika bekerja, ya

tetap di Makasar saja, jadi tidak jauh dengan dirinya.‟

(299) Pamit pindhah Betawi, golek pangupa jiwa dhewe, pengin mandhiri.

Kelakon gus Wage dadi wartawan/reporter Alpena, sing sarana

mangkono hubungane saya jembar; tepungane saya akeh, iya kaum

politisi, iya kaum pengusaha, sering nakani pertemuan (sing dhek

samana disebut “gandringan”, saka tembung Landa “vergadering”,

pertemuan). (PS/3/9/18/4/05/2013).

„Berpamitan pindah ke Betawi, mencari biaya hidup sendiri, ingin

mandiri. Gus Wage jadi wartawan/reporter Alpena, itu berarti

hubungannya semakin luas; kenalannya semakin banyak, ya para

politisi, ya para pengusaha, sering mendatangi pertemuan (yang saat itu

disebut “gandringan”, dari kata Belanda “vergadering”, yang berarti

pertemuan).‟

(300) Ukara-ukara sing durung nate keprungu; saiki dilagokake kenya umur

15 taunan ing sangarepe Kongres. Duillaaahhh! Kendel temen bocah

wadon iki...ora aran aneh, yen ta ing antarane para rawuh banjur krasa

kesumbat kerongkongane; ambegane dadi kemiseseken.

(PS/1/9/20/18/05/2013).

„Kata-kata yang belum pernah didengar; kini dinyanyikan gadis berusia

15 tahun di depan Kongres. Ya ampun! Berani sekali anak perempuan

ini..tidak aneh, jika diantaranya para tamu lalu merasa tersumbat

kerongkongannya; pernapasannya jadi sesak.‟

Page 146: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

193

(301) Ora gantalan wektu saka prastawa mau, dikabarake menawa PNI mula

nganggep lan netepake, manawa lagu “Indonesia Raya” gubahane

komponis mudha iki, dadi lagu kebangsaan. (PS/2/10/20/18/05/2013).

„Tidak begitu lama dari kejadian itu, dikabarkan apabila PNI

mengganggap dan menetapkan, apabila lagu “Indonesia Raya”

karangannya komponis muda ini, jadi lagu kebangsaan.‟

(302) Eee lha dalah, ha teka pengarang lagu-lagu mau ora bahagia ing

ndalem katresnan. Dadi tampikane wanita. (PS/2/9/21/25/05/2013).

„Eee lha dalaa, sampai pegarang lagu-lagu tadi tidak bahagia di dalam

percintaan. Jadi tolakan perempuan.

(303) Kaya mengkono sing diterangake dening Urip Kasansengari, salah

sijine pawongan sing mula uga isih mujudake sanake komponis agung

kuwi, sing dening sejarah kabiji dadi salah sijine saksi rikala wafate.

(PS/1/10/22/1/06/2013).

„Seperti itu yang dijelaskan oleh Urip Kasansengari, salah satu orang

yang juga masih saudaranya komponis agung itu, dinilai oleh sejarah

jadi salah satu saksi ketika wafatnya.‟

(304) GUSTI nakdirake Wage Rudolf Soepratman, anake petani ing dukuh

Prembelang, desa Sumangari, kelurahan Kaligesing, Purworejo, dadi

komponis agung bangsane, sarana maringi bakat kapujanggan.

(PS/2/10/22/1/06/2013).

„Allah menakdirkan WR. Soepratman, anaknya seorang petani di dukuh

Prembelang, desa Sumangari, kelurahan Kaligesing, Purworejo, jadi

komponis besar bangsanya, sarana memberi bakat pujangga.‟

(305) Lha bareng rombongan kelakon bali neng Jakarta, persoalane lagu

Indonesia Raya wiwit dadi rembug. Kawitan ing kalangan cilik bae,

terus saya amba saya amba, ing kalangan politik, dadi rembug ing

media massa, ing pers. (PS/3/10/22/1/06/2013).

„Nah setelah rombongan itu kembali ke Jakarta, persoalannya lagu

Indonesia Raya mulai jadi perbincangan. Mulai di kalangan kecil saja,

kemudian semakin luas semakin luas, di kalangan politik, jadi

pembicaraan di media massa, di pers.‟

(306) Prastawa iki nganti teka puputing yuswane, ning ya iku mau, ninggali

bangsane rupa lagu-lagu sing migunani banget lan murakabi, bakal

tansah dadi lelagoning bangsane, generasi demi generasi, angkatan

demi angkatan. (PS/1/10/24/15/06/2013).

„Peristiwa ini sampai akhir usianya, tapi ya itu tadi, memberikan

peninggalan bangsanya berupa lagu-lagu yang berguna sekali dan

bermanfaat, akan selalu jadi lagunya bangsanya, generasi ke generasi,

angkatan ke angkatan.‟

Page 147: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

194

Data penanda koherensi berupa simpulan yang ditemukan dalam penelitian

ini ditandai dengan kata asil „hasil‟, asiling „hasilnya‟, ngono mau „itu tadi‟, dan

dadi „jadi‟. Data mengenai koherensi berupa simpulan tersebut dapat dilihat pada

lampiran 288 sampai dengan 306.

3. Penanda Koherensi Contoh

Penanda koherensi berupa contoh untuk memberikan keterangan atau

memberi penjelasan dari sebuah kalimat sehingga kalimat tersebut jelas

maksudnya. Data koherensi yang berupa contoh ditemukan dalam data-data

berikut.

(307) Ewa semono, peranane bebrayan tetep luwih onjo, kayadene sing

mentas bae kelakon dek pengetan 2013 iki. (PS/2/9/17/27/04/2013).

„Meskipun, peranannya masyarakat tetap lebih penting, seperti yang

baru saja terlaksana ketika peringatan 2013 ini.‟

Data (307) menunjukkan adanya penanda koherensi berupa contoh pada

satuan lingual kayadene „seperti‟ yang berfungsi untuk memberikan keterangan

pada pembaca mengenai peranane bebrayan tetep luwih onjo „peranan masyarakat

yang lebih unggul‟. Dengan hadirnya penanda koherensi kayadene „seperti‟ maka

wacana menjadi padu. Penanda koherensi berupa contoh juga terlihat pada data

berikut.

(308) WR. Soepratman kaya dene sing wis diaturake, saka keluarga KNIL.

(PS/1/10/17/27/04/2013).

„WR. Soepratman seperti yang telah dikatakan, dari keluarga KNIL.‟

Penanda koherensi berupa contoh pada satuan lingual kaya dene „seperti‟.

Hadirnya penanda tersebut mendukung kekoherensian dalam wacana. Satuan

lingual kaya dene „seperti‟ tersebut berfungsi memberikan keterangan kepada

Page 148: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

195

pembaca mengenai WR. Soepratman berasal dari keluarga KNIL (Koninklijke

Nederlands Indisch Leger). Koherensi contoh terdapat dalam data (309) berikut.

(309) Ing ngarepe, ora mung ana pulisi sandi (reserse) Landa bae, ning uga

tokoh-tokoh pergerakan, kayadene Mohammad Husni Thamrin, Mr.

Raden Mas Sartono sing Ketua Partai Nasional Indonesia lan liyane

maneh. (PS/3/10/19/11/05/2013).

„Di depannya, tidak hanya ada polisi reserse Belanda saja, tetapi juga

ada tokoh-tokoh pergerakan, seperti Mohammad Husni Thamrin, Mr.

Raden Mas Sartono Ketua Partai Nasional Indonesia dan lain-lain.‟

Tampak pada data (309) di atas terdapat penanda koherensi berupa contoh

pada satuan lingual kayadene „seperti‟ berfungsi untuk memberikan keterangan

atau penjelasan kepada pembaca mengenai tokoh pergerakan. Koherensi contoh

yang berupa satuan lingual kayadene „seperti‟ juga tampak pada data (310)

berikut.

(310) Meruhi kahanane rakyat Indonesia umume, yen katandhingan karo

bangsa liya kayadene karo wong Landa, Cina, Arab lan

sapanunggalane katon manawa banget kasangsayane.

(PS/1/10/18/4/05/2013).

„Mengetahui situasi masyarakat Indonesia pada umumnya, jika

dibandingkan dengan negara lain seperti Belanda, Cina, Arab, dan lain-

lain yang terlihat sekali kelebihannya.‟

Data lain yang mengandung koherensi berupa contoh adalah sebagai

berikut.

(311) Wondene sing dadi warga kumisi, antarane Cornel Simanjutak,

sawijining ahli musik sing kawentar ing jaman kuwi. Terus Mr

Muhammad Yamin, sawenehing sastrawan dalah sejarawan sing

mumpuni, Sanusi Pane, uga sawijining sastrawan. Usmar Ismail,

sawenehing seniman. Terus Bung Karno piyambak.

(PS/1/10/24/15/06/2013).

„Sementara yang menjadi warga komisi, antara lain Cornel Simanjutak,

salah satu ahli musik yang terkenal pada waktu itu. Kemudian Mr

Muhammad Yamin, seorang penulis dan sejarawan. Usmar Ismail,

seorang seniman. Kemudian Bung Karno sendiri.‟

Page 149: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

196

Satuan lingual antarane „antara lain‟ pada data (311) di atas menyatakan

penanda koherensi berupa contoh yang berfungsi memberikan penjelasan kepada

pembaca mengenai warga komisi. Contoh warga komisi adalah Cornel

Simanjutak, salah satu ahli musik yang terkenal di jaman itu; Mr Muhammad

Yamin, seorang sastrawan dan sejarawan; Usmar Ismail, seorang seniman;

kemudian Bung Karno sendiri. Hadirnya penanda antarane „antara lain‟ tersebut

mendukung kekoherensian dalam wacana.

Contoh data yang mengandung penanda koherensi berupa contoh tampak

pada data berikut.

(312) Ndilalah kersa Allah, nuju sawijining wektu Soepratman maca artikel ing

layang kabar Fadjar Asia.Isine antara liya pitakonan: “Endi ana

komponis bangsa Indonesia sing bisa nggubah lagu kebangsaan

Indonesia? Sing bisa nggugah semangat rakyat?”.

(PS/1/10/19/11/05/2013).

„Jelas keinginan Allah, suatu waktu Soepratman membaca sebuah artikel

di surat kabar Fajar Asia. Isinya antara lain pertanyaan: “Mana ada

komponis bangsa Indonesia yang bisa menyusun lagu kebangsaan

Indonesia? Yang bisa membangkitkan semangat rakyat?”.‟

Pada data (312) di atas tampak adanya penanda koherensi berupa contoh

yaitu pada satuan lingual antara liya „antara lain‟ yang berfungsi memberikan

penjelasan mengenai isi artikel di surat kabar Fadjar Asia. Isine antara liya

pitakonan: “Endi ana komponis bangsa Indonesia sing bisa nggubah lagu

kebangsaan Indonesia? Sing bisa nggugah semangat rakyat?”.

Disimpulkan bahwa penanda koherensi berupa contoh yang ditemukan di

dalam penelitian ini ditandai dengan satuan lingual kayadene „seperti‟, antarane

„antara lain‟, dan antara liya „antara lain‟. Data mengenai penanda koherensi

contoh tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 307 sampai 312.

Page 150: BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0112061_bab2.pdf · 49 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat

197

Penanda koherensi wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora

Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar

Semangat yang ditemukan dalam penelitian adalah koherensi yang bermakna

penekanan, simpulan, dan contoh. Koherensi penekanan tersebut ditandai dengan

kata saya „semakin‟, mesthine „pastinya‟, dan mesthi „pasti‟, sedangkan koherensi

simpulan ditandai dengan kata asil „hasil‟, asiling „hasilnya‟, ngono mau „itu tadi‟,

dan dadi „jadi‟. Selanjutnya, koherensi contoh ditandai dengan satuan lingual

kayadene „seperti‟, antarane „antara lain‟, dan antara liya „antara lain‟.