BAB II

7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Atsiri Minyak atsiri adalah minyak yang bersifat volatil karena mengandung campuran komponen yang mudah menguap (Djafar dkk., 2010). Minyak atsiri mempunyai 3 sifat utama yaitu merupakan senyawa organik, senyawa yang mudah menguap, dan berasal dari tanaman (Astuthi dkk., 2012). Minyak atsiri juga mengandung komponen minyak yang tidak menguap atau biasa disebut oleoresin. Oleoresin merupakan komponen yang memberikan rasa pedas dan pahit pada minyak atsiri (Hartuti dan Supardan, 2013). Minyak atsiri dapat diperoleh dari bagian tanaman seperti batang, daun, akar, kulit, bunga, dan buah melalui destilasi, ekstraksi, dan enfluorasi. Beberapa tanaman yang mengandung minyak atsiri adalah cengkeh, lengkuas, nilam, jahe, pala, sereh, dan lain-lain (Astuthi dkk., 2012; Sari dkk., 2013; Riyanto, 2014). 2.2 Jahe

description

kuliah

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah minyak yang bersifat volatil karena mengandung

campuran komponen yang mudah menguap (Djafar dkk., 2010). Minyak atsiri

mempunyai 3 sifat utama yaitu merupakan senyawa organik, senyawa yang mudah

menguap, dan berasal dari tanaman (Astuthi dkk., 2012). Minyak atsiri juga

mengandung komponen minyak yang tidak menguap atau biasa disebut oleoresin.

Oleoresin merupakan komponen yang memberikan rasa pedas dan pahit pada minyak

atsiri (Hartuti dan Supardan, 2013). Minyak atsiri dapat diperoleh dari bagian

tanaman seperti batang, daun, akar, kulit, bunga, dan buah melalui destilasi,

ekstraksi, dan enfluorasi. Beberapa tanaman yang mengandung minyak atsiri adalah

cengkeh, lengkuas, nilam, jahe, pala, sereh, dan lain-lain (Astuthi dkk., 2012; Sari

dkk., 2013; Riyanto, 2014).

2.2 Jahe

Jahe (Zingiber officinale) adalah salah satu tanaman yang dikenal sebagai

tanaman obat dan biasa digunakan sebagai tambahan penyedap rasa makanan

(Kumar dkk., 2011). Jahe terdiri dari tiga jenis dan dibedakan berdasarkan ukuran,

bentuk, dan warna rimpangnya. Jahe merah memiliki rimpang yang berwarna merah

dan ukurannya lebih kecil dari jahe emprit, jahe gajah memiliki rimpang yang

berwarna putih atau kuning dengan ukuran yang besar, dan jahe emprit memiliki

warna rimpang seperti jahe gajah namun berukuran lebih kecil (Julianti dkk., 2010;

Almasyhuri dkk., 2012; Purwakusumah dkk., 2014).

Page 2: BAB II

2.3 Kandungan Senyawa Kimia Dalam Jahe

Jahe mengandung beberapa komponen senyawa kimia seperti monoterpen,

monoterpen teroksigenasi, seskuiterpen, seskuiterpen teroksigenasi, dan senyawa

bukan terpen (Buang dkk., 2014). Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada jahe

segar dan jahe kering berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Supriyanto dan Cahyono (2012) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi jahe segar dan kering (Supriyanto dan Cahyono, 2012).

KomponenJumlah (%)

Jahe Segar Jahe KeringSabinene 16,54 -

Camphen 15,83 19,00

Zingiberene 9,62 4,10

Citral 8,64 6,99

Farnesen 5,51 6,13

ar-Curcumene 4,46 6,16

Gambar 1. Struktur zingiberene (Supriyanto dan Cahyono, 2012).

Gambar 2. Struktur ar-curcumene (Supriyanto dan Cahyono, 2012).

Page 3: BAB II

Gambar 3. Struktur farnesen (Supriyanto dan Cahyono, 2012).

Gambar 4. Struktur citral (Supriyanto dan Cahyono, 2012).

Gambar 5. Struktur camphen (Supriyanto dan Cahyono, 2012).

Gambar 6. Struktur sabinene (Supriyanto dan Cahyono, 2012).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Djafar dkk. (2010) menunjukkan

bahwa terdapat 5 komponen terbesar yang terkandung dalam minyak jahe dari hasil

proses hidrodestilasi yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 4: BAB II

Tabel 2. Komposisi minyak jahe (Djafar dkk., 2010).

Komponen Jumlah (%)ar-Curcumene 19,27

Zingiberene 14,13

β-Sesquiphellandrene 13,49

Farnasene 10,65

Germacrene D 4,03

Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili dkk. (2014) menunjukkan profil kimia

oleoresin ampas jahe dengan persentase komponen tertinggi adalah zingiberene yang

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi oleoresin ampas jahe (Nurlaili dkk., 2014).

Komponen Jumlah (%)Zingiberene 37,13

β-Sesquiphellandrene 25,10

Farnasene 14,46

β-Bisabolene 13,76

Naphthalene 1,83

Cyclohexane 1,17

Nerolidol 1,00

2.4 Bioaktivitas Senyawa Yang Terkandung Dalam Jahe

Jahe banyak digunakan dan dimanfaatkan sebagai tanaman obat karena

memiliki senyawa aktif dengan bioaktifitas yang berbeda-beda. Menurut Kumar dkk.

(2011) secara studi farmakologi menunjukkan bahwa jahe memiliki aktivitas

Page 5: BAB II

antioksidan karena mengandung flavon, isoflavon, flavonoid, antosianin; larvasidal

karena mengandung [6]-gingerol, [6]-shagaol, [10]-shagaol, [10]-gingerol, dan

heksahidrokurkumin yang dapat melawan larva A. Cantonensis; antidiabetes;

analgesik; antimikroba yang dapat melawan mikroba Colliform bacillus,

Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus viridians; antibakteri yang dapat

melawan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, Bacillus

cereus, Klebsiella pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa; sitotoksik;

antiinflamasi; dan antikanker.

Aktivitas antimikroba dari ekstrak jahe juga pernah diteliti oleh Sari dkk.

(2013) dan menunjukkan bahwa ekstrak segar rimpang jahe merah memiliki daerah

hambat tertinggi terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli berturut-turut

yaitu 15,83 mm dan 15,33 mm, sedangkan ekstrak segar jahe gajah memiliki daerah

hambat tertinggi 10,7 mm terhadap Candida albicans. Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh Sa-Nguanpuag dkk. (2011) menunjukkan bahwa senyawa yang

terdapat dalam minyak jahe seperti 1,8-cineol, α-pinene, β-phellandrene, dan

camphene dapat menghambat mikroba Pseudomonas aerugenosa, Bacillus subtilis,

Bacillus nutto, Rhodoturola sp., Samonella newport DMST 15675, Samonella

enterifitis DMST 15676, dan Fusarium sp. Penelitian yang dilakukan oleh

Ikhsanudin (2014) dan Sari dkk. (2014) menunjukkan bahwa minyak jahe memiliki

aktivitas repelan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti betina.