Bab II

13
 Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari - Desember 2010 Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Program Imunisasi Campak II.1.1 Imunisasi II.1.1.1 Definisi Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005). Imunisasi dilakukan dengan cara pemberian vaksin. Vaksin ialah virus atau bakteri yang mati atau dilemahkan. Imunisasi dapat diberikan secara suntikan (melalui otot atau di bawah kulit) atau melalui mulut. II.1.1.2 Tujuan Tujuan diberikannya imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunka n angka morbiditas dan mortalitas serta dapa t mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai. II.1.1.3 Manfaat Usia anak-anak merupakan masa yang rawan terserang penyakit. Hal ini dikarenakan daya tahan tubuhnya belum berkembang dan kuat. Dengan pemberian imunisasi dasar secara lengkap, terjadinya penyakit dapat dihindari. Adapun manfaat imunisasi antara lain: 1. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian 2. Upaya pencegaha n yang sangat efektif terhadap timbulnya penyakit 3. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada diri seseorang atau sekelompok masyarakat 4. Mencegah kecacatan atau kematian bayi 5. Dapat meningkatkan derajat kesehatan untuk menciptakan bangsa yang kuat dan berakal budi untuk melanjutkan pembanguna n negara

Transcript of Bab II

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 1/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 1 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Program Imunisasi Campak 

II.1.1 Imunisasi

II.1.1.1 Definisi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar

dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).

Imunisasi dilakukan dengan cara pemberian vaksin. Vaksin ialah virus atau bakteri

yang mati atau dilemahkan. Imunisasi dapat diberikan secara suntikan (melalui otot

atau di bawah kulit) atau melalui mulut.

II.1.1.2 Tujuan

Tujuan diberikannya imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap

penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat

mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. Untuk mencapai hal tersebut, makaprogram imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di

semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai.

II.1.1.3 Manfaat

Usia anak-anak merupakan masa yang rawan terserang penyakit. Hal ini

dikarenakan daya tahan tubuhnya belum berkembang dan kuat. Dengan pemberian

imunisasi dasar secara lengkap, terjadinya penyakit dapat dihindari. Adapun manfaat

imunisasi antara lain:

1.  Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian

2.  Upaya pencegahan yang sangat efektif terhadap timbulnya penyakit

3.  Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada diri seseorang atau

sekelompok masyarakat

4.  Mencegah kecacatan atau kematian bayi

5.  Dapat meningkatkan derajat kesehatan untuk menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal budi untuk melanjutkan pembangunan negara

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 2/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 2 

II.1.1.4 Jenis Imunisasi

Secara umum imunisasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam :

a. Imunisasi Aktif 

Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan

atau dimatikan dengan tujuan merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri,

contohnya adalah imunisasi polio dan campak.

Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan

akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi

imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta

dihasilkannya sel memori, sehingga apabila terjadi infeksi yang sebenarnya makatubuh secara cepat dapat merespon.

Dalam imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan dalam setiap vaksinnya

antara lain :

a.  Antigen

Merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba

guna terjadinya semacam infeksi buatan. Antigen dapat merupakan

polisakarida, toksoid atau virus yang dilemahkan atau bakteri dimatikan.

b.  Pelarut

Dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.

c.  Preservatif, stabilizer dan antibiotika

Berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk 

stabilisasi antigen.

d.  Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk 

meningkatkan imunogenitas antigen.

b. Imunisasi Pasif 

Imunisasi pasif merupakan pemberian imunoglobulin, yaitu suatu zat yang

dihasilkan melalui proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau

binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk 

dalam tubuh yang terinfeksi.

Pada imunisasi pasif dilakukan penyuntikkan sejumlah antibodi, sehingga

kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikkan ATS

(Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan. Contoh lain

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 3/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 3 

adalah yang terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima

berbagai jenis antibodi terhadap campak.

II.1.1.5 Imunisasi Dasar

Di Indonesia, ada 5 jenis imunisasi yang disebut sebagai imunisasi dasar pada

anak dibawah 1 tahun. 5 jenis imunisasi itu ialah:

1.  Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Vaksin BCG mengandung kuman TBC yang masih hidup tetapi sudah

dilemahkan. Vaksin ini ditemukan oleh dokter Albert Calmette dan seorang

peneliti yang bernama Cameli Guerin pada 4 April 1927. Penelitian untuk 

menemukan vaksin BCG dimulai sejak tahun 1906, ketika Guerin menemukan

bahwa ketahanan terhadap penyakit TB berkaitan dengan Virus Tuberclebacilliyang hidup didalam darah.

Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif 

terhadap penyakit tuberkulosis (TB). Pemberian imunisasi BCG diberikan

hanya sekali sebelum bayi berumur 2 bulan.

2.  Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT diberikan kepada bayi dengan tujuan untuk memberikan

kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri,

pertusis (batuk rejan), dan tetanus.

Di Indonesia, imunisasi terhadap 3 jenis penyakit tersebut dipasarkan

dalam 3 jenis kemasan, yaitu: dalam bentuk kemasan tunggal khusus bagi

tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (Difteri dan Tetanus), dan dalam bentuk 

kombinasi DPT (dikenal sebagai vaksin tripel).

Imunisasi DPT ini biasanya diberikan sebanyak 3 kali yaitu: DPT 1, DPT

2, dan DPT 3.

3.  Imunisasi Polio

Imunisasi Polio diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap

penyakit poliomietitis. Vaksin polio memberikan kekebalan hingga 90%

terhadap serangan penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

Imunisasi polio diberikan dengan 2 cara, yaitu: melalui suntikan dan

melalui mulut.

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 4/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 4 

4.  Imunisasi Campak 

Imunisasi Campak diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap

penyakit Campak secara aktif. Vaksin Campak mengandung virus hidup yang

telah dilemahkan.

IDAI merekomendasikan pemberian imunisasi Campak pertama pada usia

lebih dini 6-9 bulan. Penentuan usia 9 bulan untuk suntikan Campak pertama

berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia tersebut antibodi bayi yang berasal

dari ibunya sudah semakin menurun sehingga bayi membutuhkan antibodi

tambahan lewat imunisasi.

5.  Imunisasi Hepatitis

Tahun 1991, EPI (Expanded Program on Imunization) menetapkan target

untuk memasukkan vaksin Hepatitis B kedalam program imunisasi nasional.

Pemberian imunisasi Hepatitis ini bertujuan untuk mendapatkan kekebalan

aktif terhadap penyakit Hepatitis B atau dikenal dalam istilah sehari-hari yaitu

penyakit liver.

Jenis imunisasi ini dapat dikembangkan setelah diteliti bahwa virus

Hepatitis B mempunyai kaitan dengan terjadinya penyakit liver. Vaksin terbuat

dari bagian virus Hepatits B yang dinamakan HbsAG, yang dapat

menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit.

Imunisasi Hepatitis ini diberikan sebanyak 3 kali yaitu Hepatits B1,

Hepatits B2, dan Hepatits B3.

II.1.1.6 Jadwal Imunisasi

Gambar II.1. Jadwal Imunisasi 2010

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 5/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 5 

II.1.1.7 Kondisi Anak yang Baik untuk Mendapat Imunisasi

Tidak semua ibu yang memiliki balita mengetahui kondisi-kondisi pada

anaknya yang boleh mendapatkan imunisasi atau harus ditunda untuk sementara

waktu. Pada prinsipnya, imunisasi / vaksinasi tidak seharusnya diberikan saat

kondisi imunologis atau kekebalan anak menurun. Penundaan tersebut bertujuan

untuk menghindari komplikasi yang merugikan bagi tubuh anak dan agar imunisasi

itu sendiri mampu memberi respon yang optimal.

Imunisasi dapat diberikan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:

1.  Gangguan saluran nafas dan gangguan saluran cerna

2.  Riwayat kejang dalam keluarga

3.  Riwayat penyakit infeksi

4.  Kontak dengan seseorang yang menderita suatu penyakit tertentu

5.  Kelainan syaraf seperti down sindrom

6.  Memiliki penyakit kronis seperti jantung, paru, serta penyakit metabolik 

7.  Sedang menjalani terapi antibiotik seperti terapi steroid topikal (terapi kulit

atau mata)

8.  Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir

9.  Berat badan lahir rendah

Imunisasi yang tidak boleh diberikan dalam kondisi :

1.  Sakit berat dan mendadak demam tinggi

2.  Memiliki alergi yang berat (anafilatik)

3.  Menderita gangguan sistem imun, misalnya sedang menjalani pengobatan

steroid jangka panjang seperti HIV. Keadaan yang seperti ini tidak boleh

diberikan vaksin hidup seperti polio oral, MMR, BCG, Cacar Air.

II.1.1.8 Efek Samping Imunisasi

Imunisasi terkadang dapat menimbulkan efek samping, tetapi hal ini

menandakan bahwa vaksin bekerja secara tepat. Efek samping yang dapat terjadi

antara lain :

1.  Setelah bayi diberikan imunisasi BCG akan terjadi pembengkakan kecil dan

merah pada tempat suntikan selama 2 minggu. Setelah 2-3 minggu,

pembengkakan akan menjadi abses kecil dan menjadi luka dengan diamater 10

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 6/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 6 

mm. Luka akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-3 bulan dan

meninggalkan luka parut. Apabila dosis yang diberikan terlalu tinggi maka ulkus

yang akan timbul akan lebih besar dan apabila penyuntikkan terlalu dalam maka

luka parut yang akan tertarik kedalam (retacred).

2.  Setelah bayi mendapatkan imunisasi DPT anak menjadi gelisah dan menangis

terus menerus selama beberapa jam paska suntikan. Biasanya bayi akan demam

pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, demam akan turun dan hilang

dalam waktu 2 hari. Sebagian besar anak akan merasa nyeri, sakit, merah dan

bengkak ditempat suntikkan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu

mendapatkan pengobatan khusus karena akan sembuh dengan sendirinya. Bila

gejala tersebut tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak bekerja dengan baik.

3.  Setelah mendapatkan imunisasi polio sebagian kecil penerima vaksin OPV akan

mengalami gejala pusing-pusing, diare ringan dan sakit otot. Pada umumnya efek 

samping paska imunisasi polio sangat jarang ditemukan bahkan hampir tidak 

memberikan efek samping sama sekali.

4.  Setelah mendapatkan imunisasi Campak kemungkinan anak akan diare, panas

dan disertai kemerahan 4-10 hari sesudah suntikkan. Untuk mengatasi efek yang

timbul dianjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan minum obat penurun

panas.

5.  Setelah mendapatkan imunisasi hepatitis mungkin hanya terjadi keluhan nyeri

pada bekas suntikkan, demam ringan dan pembengkakan. Reaksi ini akan hilang

dalam waktu 2 hari.

II.1.1.9 Tenaga Pelaksana Imunisasi

Standar tenaga pelaksana di tingkat pusksmas adalah petugas imunisasi dan

pelaksana cold chain. Petugas imunisasi adalah tenaga perawat atau bidan yang telah

mengikuti pelatihan, yang tugasnya memberikan pelayanan imunisasi dan

penyuluhan. Pelaksana cold chain adalah tenaga yang berpendidikan minimal SMA

atau SMK yang telah mengikuti pelatihan cold chain, yang tugasnya mengelola

vaksin dan merawat lemari es, mencatat suhu lemari es, mencatat pemasukan dan

pengeluaran vaksin serta mengambil vaksin di kabupaten / kota sesuai kebutuhan per

bulan.

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 7/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 7 

Pengelola program imunisasi adalah petugas imunisasi, pelaksana cold chain

atau petugas lain yang telah mengikuti pelatihan untuk mengelola program

imunisasi, yang bertugas membuat perencanaan vaksin dan logistik lain, mengatur

 jadwal pelayanan imunisasi, mengecek catatan pelayanan imunisasi, membuat dan

mengirim laporan ke kabupaten/kota, membuat dan menganalisis PWS bulanan, dan

merencanakan tindak lanjut (Depkes, 2005).

Untuk meningkatkan pengetahuan dan / atau ketrampilan petugas

imunisasi perlu dilakukan pelatihan sesuai dengan modul latihan petugas imunisasi.

Pelatihan teknis diberikan kepada petugas imunisasi di puskesmas, rumah sakit dan

tempat pelayanan lain, petugas cold chain di semua tingkat. Pelatihan manajerial

diberikan kepada para pengelola imunisasi dan supervisor di semua tingkat (DepkesRI, 2005).

II.1.2. Campak 

Campak adalah salah satu jenis penyakit yang mudah menular. Di negara

berkembang, campak cenderung menyerang anak-anak berusia dibawah 5 tahun.

Sedangkan di negara maju, campak menyerang usia remaja hingga dewasa muda,

terutama yang belum pernah diberikan imunisasi campak.

Bagi anak yang bergizi baik dan sehat, tidak akan menjadi masalah bila terserang

campak, namun bila campak menyerang anak-anak dengan gizi buruk akan dapat

berakibat fatal.

II.1.2.1 Gejala

Penyakit campak disebabkan oleh virus yang disebut morbili. Gejala campak 

terdiri atas 3 fase, yaitu:

  Masa inkubasi

Pada fase ini belum terlihat gejala apapun. Namun morbili sudah menginfeksi.

Fase ini terjadi selama 10-12 hari.

  Fase prodromal

Di fase ini, tanda-tanda sakit mulai terlihat. Anak mulai demam tinggi (38-

40°C), disertai batuk dan pilek. Gejalanya memang seperti penyakit flu. Mata

mulai berair dan tidak tahan terhadap sinar (photophobia). Mulai muncul

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 8/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 8 

bintik-bintik putih di dalam mulut (koplik spot). Diare juga sering menyertai

gejala campak, namun tidak selalu.

  Fase ketiga

Demam tinggi masih terus berlangsung. Bintik-bintik juga terus bermunculan

secara bertahap. Awalnya dari bagian belakang telinga. Lalu menyebar ke

wajah, leher, dada, dan ke seluruh tubuh. Ukuran bintik-bintik tersebut

sedang, dan berwarna merah. Banyaknya bintik-bintik pada tubuh tergantung

daya tahan anak. Semakin tinggi daya tahannya, bintik-bintik tidak banyak 

dan tidak menyebar penuh ke seluruh tubuh.

II.1.2.2 Penularan

Campak menular melalui semburan ludah dan melalui perantaraan udara.II.1.2.3 Pengobatan

Pengobatan penyakit campak tergantung dari gejala yang dialami oleh

penderita. Pemberian obat hanya bersifat suportif dan bukan bersifat mengobati.

Pemberian makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup sangat disarankan untuk 

penderita campak. Hal yang paling efektif adalah dengan melakukan pencegahan

sebelum anak terkena penyakit campak.

II.1.2.4 PencegahanPencegahan penyakit campak yang paling efektif yaitu dengan cara pemberian

imunisasi. Campak memang hanya menulari 1 kali seumur hidup. Namun penyakit

ini sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan kematian.

Penyakit campak yang bisa menyebabkan kematian yaitu apabila telah terjadi

komplikasi, misalnya radang paru-paru dan radang otak. Bagi anak yang daya tahan

tubuhnya sangat baik, bisa tidak pernah tertular penyakit campak.

II.2. Pelaksanaan Program Imunisasi Campak 

II.2.1 Tujuan Program

Pelaksanaan program imunisasi campak dilakukan berdasarkan “Pedoman

Pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak Tahun 2009-2011” yang dikeluarkan oleh

Ditjen PP & PL Kementrian Kesehatan RI dengan tujuan:

a.  Tujuan Umum

Tercapainya target reduksi campak 

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 9/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 9 

b.  Tujuan Khusus

  Untuk menghilangkan kelompok rawan campak di daerah risiko tinggi

  Menurunkan kematian campak sebesar 90% pada tahun 2010 dibanding

tahun 2000

  Menjangkau anak yang belum mendapatkan imunisasi campak pada

pelayanan rutin

  Memastikan tingkat imunitas di populasi cukup tinggi (herd community)

dengan cakupan > 95%

II.2.2 Strategi

Strategi reduksi campak di Indonesia:

1.  Mencari inovasi baru berdasarkan analisa situasi setempat

2.  Advokasi

3.  Jejaring kerja dan koordinasi

4.  Sosialisasi (kampanye)

5.  Penguatan kapasitas (SDM, sarana dan pra-sarana, logistic)

6.  Pemenuhan kebutuhan dana

7.  Pemberdayaan masyarakat dan berbagai pihak terkait

8.  Mobilisasi sumber daya sampai ke lapangan

9.  Monitoring dan evaluasi

10. Surveillans AFP

11. Surveillans dan SKD campak 

12. Tata laksana kasus

13. Laboratorium

14. Penanggulangan KLB campak 

II.2.3 Sasaran

Sasaran campak dan vitamin A adalah semua anak usia 9  – 59 bulan, termasuk 

anak usia taman kanak-kanak.

II.2.4 Tempat Pemberian Imunisasi

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 10/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 10 

Dilaksanakan di pos imunisasi, posyandu, puskesmas, puskesmas pembantu,

rumah sakit, dan tempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya serta di sekolah, taman

kanak-kanak atau sekolah lain yang setara.

II.2.5 Jejaring Kerja dan Koordinasi

Jajaran kesehatan agar berkoordinasi dan menjalin kemitraan dengan berbagai

pihak terkait untuk membentuk suatu wadah koordinasi sehingga jelas pembagian

peranan tugas masing-masing dalam rangka kelancaran penyelenggaraan kampanye

campak.

II.2.6 Mekanisme Kerja

Bagan II.1. Mekanisme Kerja Pelaksanaan Imunisasi Campak 

II.2.7 Teknis Pelaksanaan

a.  Pelarutan vaksin

1.  Pelarut harus berasal dari produsen yang sama dengan vaksin yang

digunakan

2.  Pelarut dan vaksin belum kadaluarsa, VVM vaksin masih dalam kondisi A

atau B

3.  Larutkan vaksin dengan menggunakan ADS 5 ml. Jangan menyentuh jarum

ADS dengan jari

Registrasi

Bayi 6 – 11 bln

Vitamin A

kapsul Biru

Anak 1 – 5 tahun

Vitamin A

kapsul merah

Petugas Imunisasi

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 11/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 11 

4.  Pastikan 5 ml cairan pelarut vaksin terhisap dalam ADS, kemudian baru

melakukan pencampuran dengan vaksin kering campak 

5.  Masukkan pelarut secara perlahan ke dalam botol vaksin agar tidak terjadi

gelembung / busa

6.  Kocok campuran vaksin dengan pelarut secara perlahan sampai tercampur

rata. Hal ini untuk mencegah terjadinya abses dingin

7.  Vaksin yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan dalam waktu 6 jam.

Oleh karena itu hanya boleh melarutkan 1 vial vaksin dan baru boleh

melarutkan vaksin lagi jika vaksin pada vial sebelumnya sudah habis serta

masih ada sasaran. Catat jam pelarutan vaksin pada label vaksin

b. 

Cara pemberian vaksin1.  Imunisasi campak diberikan pada balita 9-59 bulan tanpa melihat status

imunisasi dan riwayat terkena penyakit campak 

2.  Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai

(autodisable syringe/ADS) 0,5 ml. Penggunaan alat suntik tersebut

dimaksudkan untuk menghindari pemakaian berulang jarum sehingga

menghindari penularan penyakit HIV/AIDS, hepatitis B, dan C

3.  Pastikan ujung jarum selalu berada di dalam cairan vaksin (jauh dibawah

permukaan cairan vaksin) sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam

semprit

4.  Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk ke dalam semprit

5.  Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk 

alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0,5cc

6.  Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas

7.  Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subcutan (sudut kemiringan

45°)

8.  Setelah vaksin masuk, jarum dikeluarkan, kemudian kapas ditekan pada

bekas suntikan, jika ada perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan

sehingga darah berhenti

II.2.8 Pemantauan dan Pembinaan (supervisi)

Pemantauan adalah salah satu fungsi penting dalam manajemen program

imunisasi untuk mengetahui permasalahan saat pelaksanaan kegiatan sehingga dapat

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 12/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 12 

segera dilakukan upaya pemecahan masalah. Ada dua alat pemantauan yang digunakan

dalam kegiatan imunisasi campak:

  Daftar supervisi / cek list sebelum pelaksanaan imunisasi campak 

  Daftar supervisi / cek list saat pelaksanaan imunisasi campak 

Pemantauan dan pembinaan dilakukan terus menerus, baik sebelum, saat dan juga

setelah pelaksanaan oleh supervisor. Pembinaan dilakukan dengan menggunakan cek list

supervisi. Target puskesmas yang dilakukan supervisi sebanyak 50% dari total

puskesmas. Dengan berdasarkan kriteria stratifikasi puskesmas wilayah sulit dan biasa,

atau berdasarkan daerah yang beresiko tinggi terjadi KLB campak (cakupan campak 

rutin <60%, pernah KLB campak, daerah kumuh, padat penduduk, daerah sulit secara

sosial dan ekonomi dan lain-lain).

Dalam supervisi semua aspek pelaksanaan dilihat sesuai dengan cek list. Pada

saat supervisi bila ditemukan penyimpangan pelaksanaan, segera lakukan perbaikan

 berupa “on the job training”. Hasil supervisi dianalisa dan didiskusikan bersama

pelaksana program terkait. Kemudian dilakukan pemecahan masalah dan rencana tindak 

lanjut bersama dengan kepala puskesmas dan petugas.

Pada tingkat kabupaten / kota hasil supervisi cek list dari beberapa puskesmas

yang telah dilakukan supervisi di rekapitulasi dan setelah dianalisis dibuat rencanatindak lanjut. Kemudian dilaporkan ke atasan langsung serta diumpan balikkan ke

puskesmas melalui pertemuan khusus maupun tertulis.

Selain melakukan supervisi pada pelaksanaan, pada wilayah (desa/kelurahan)

yang telah selesai melakukan kampanye, dilakukan pula “penilaian cepat” untuk 

mengetahui apakah seluruh sasaran pada daerah tersebut sudah diimunisasi.

II.2.9 Menjangkau sasaran yang belum terjangkau

Setelah pelaksanaan di pos pelayanan maka petugas puskesmas dan kader

menganalisa hasil laporan harian saat itu apakah telah mencapai target atau belum

(target cakupan program imunisasi campak adalah ≥ 95%). Apabila belum mencapai

target maka dianalisa kendala yang ditemukan dan bagaimana rencana tindak lanjut

dalam mengatasi kendala tersebut sehingga target dapat tercapai.

Berdasarkan analisis laporan mingguan yang masuk, petugas kabupaten / kota

dapat mengidentifikasi puskesmas-puskesmas yang belum mencapai target mingguan

(target cakupan program imunisasi campak adalah ≥ 95% dibagi jumlah minggu

5/11/2018 Bab II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a2339acfc1b 13/13

Evaluasi Program Imunisasi Campak di Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Propinsi Banten periode Januari -

Desember 2010

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Periode 22 Agustus - 15 Oktober 2011 13 

pelaksanaan). Kemudian mengkomunikasikan dengan puskesmas yang bersangkutan

untuk mengetahui kendala dan merencanakan tindak lanjut.

Melalui kegiatan ini diharapkan tidak ada daerah yang tidak mencapai target

cakupan. Pada daerah yang sudah dilakukan “penilaian cepat” dapat diketahui hasil

pelaksanaan serta penyebab jika ada sasaran tidak terimunisasi. Saran untuk daerah

tersebut agar sasaran yang lolos untuk mendapatkan imunisasi di pos pelayanan / 

puskesmas.