Bab II
-
Upload
aditya-nugraha -
Category
Documents
-
view
214 -
download
2
Transcript of Bab II
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 1/17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Suatu sistem tenaga listrik yang lengkap terdiri dari atas empat komponen,
yaitu (Kadir, 2006):
1. Pembangkit tenaga listrik.
2. Sistem transmisi.
3. Saluran distribusi.
4. Konsumen.
Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sumber : Suhandi, 2008
6
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 2/17
7
Pada gambar 2.1, memperlihatkan suatu sistem tenaga listrik dari
pembangkit sampai dengan konsumen. Tenaga listrik yang dibangkitkan pada
pusat tenaga listrik yang letaknya jauh dari pusat beban disalurkan kepada
konsumen melalui tahapan transmisi dan distribusi. Sedangkan untuk pembangkit
yang dekat dengan pusat-pusat beban, seperti PLTD, tenaga listrik yang
dibangkitkan dapat langsung disalurkan ke gardu induk kemudian didistribusikan
kepada konsumen. Tenaga listrik ini dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fasa
pada tegangan 6,6 kV, 11 kV, atau bahkan 13,2 kV dan bahkan ada yang 32 kV
(Arismunandar, 1982).
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh unit pembangkit sebelum disalurkan
melalui saluran transmisi tegangan dinaikan menjadi 70 kV, 150 kV, 500 kV dan
700 kV dengan transformator penaik tegangan. Dari sistem tegangan transmisi
kemudian diturunkan lagi menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi
primer 20 kV, untuk dapat didistribusikan langsung kepada konsumen. Tegangan
menengah ini kemudian diturunkan kembali menjadi tegangan rendah 380/220 V
pada transformator distribusi (Hage, 2008).
Untuk menyalurkan tenaga listrik dari suatu sumber daya listrik baik
berupa pusat pembangkit maupun gardu induk sampai ke pusat-pusat beban
digunakan tegangan menengah 20 kV. Konsumen yang memiliki daya tersambung
yang besar tidak dapat disambung melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
melainkan disambung langsung pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dengan
transformator sendiri. Bahkan ada juga disambung langsung pada Jaringan
Tegangan Tinggi (JTT), tergantung dari besarnya daya yang terpasang (Gonen,
1986).
2.2 Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari
penyaluran tenaga listrik dari gardu induk sampai ke konsumen tenaga listrik.
Sistem jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem jaringan
distribusi primer dan sistem jaringan distribusi sekunder. Kedua sistem tersebut
dibedakan berdasarkan pada tegangan kerjanya. Pada umumnya, tegangan kerja
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 3/17
8
sistem jaringan distribusi primer adalah 20 kV, sedangkan tegangan kerja sistem
jaringan distribusi sekunder adalah 380/220 V (Pandjaitan, 1999. Suhandi, 2008).
Dalam pendistribusian tenaga listrik, harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Regulasi tegangan, yaitu variasi tegangan pelayanan (tegangan terminal
konsumen) harus pada batas-batas yang diijinkan maksimum 5% dan minimum
10% (SPLN 1, 1995).
2. Kontinuitas pelayanan dan pengamanan, yaitu tidak sering terjadi pemadaman
listrik karena gangguan dan jika terjadi dapat dengan cepat diatasi. Hal tersebut
dapat dicapai dengan sistem pengamanan dengan peralatan pengaman,
pentanahan, dsb.
3. Efisiensi sistem distribusi listrik, yaitu menekan serendah mungkin rugi-rugi
teknis dengan pemilihan peralatan dan pengoperasian yang baik, dan juga
menekan rugi-rugi non teknis dengan mencegah pencurian dan kesalahan
pengukuran.
4. Fleksibilitas terhadap pertambahan beban. Untuk menyalurkan tenaga listrik
dari sumber daya listrik baik berupa pusat pembangkit maupun gardu induk
sampai ke pusat-pusat beban digunakan jaringan tegangan menengah.
2.2.1 Sistem jaringan distribusi sekunder
Jaringan distribusi sekunder merupakan kelanjutan dari jaringan distribusi
primer. Jaringan ini berhubungan langsung dengan konsumen tenaga listrik. Pada
jaringan distribusi sekunder sistem tegangan distribusi primer 20 kV diturunkan
menjadi sistem tegangan rendah 380/220 V dengan transformator distribusi
(Kadir, 2006).
Peralatan yang terdapat pada sistem distribusi sekunder adalah sebagai
berikut (Suhandi, 2008):
1. Papan pembagi pada transformator distribusi.
2. Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
3. Saluran Layanan Pelanggan (SLP) ke konsumen.
4. Alat pembatas dan pengukur daya (kWH Meter) serta fuse atau pengaman
pada pelanggan.
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 4/17
9
Sistem penyaluran daya listrik pada jaringan distribusi sekunder dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi) seperti
kabel AAAC , kabel ACSR.
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTIC
( Low Voltage Twisted Cable).
2.3 Transformator
Tranformator adalah suatu alat yang dapat memindahkan dan mengubah
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik lainnya melalui gandengan
magnet dan berdasarkan prinsip elektromagnetik (Rinjono, 1997. Kris, 2010).
Transformator umumnya banyak digunakan pada sistem tenaga listrik
maupun pada rangkaian elektronik (Berahim, 1996). Dalam sistem tenaga listrik
transformator dipergunakan untuk memindahkan energi dari satu rangkaian listrik
ke rangkaian listrik berikutnya, dengan frekuensi yang sama dan perbandingan
transformasi tertentu (Wijaya, 2001).
2.3.1 Jenis-jenis transformator
Jenis-jenis tranformator dapat dibagi menjadi beberapa macam tergantung
dari letak kumparan inti, perbandingan transformasi, konstruksi inti transformator,
jenis fasa tegangan, cara pendinginan, serta kegunaannya (Sumanto, 1991).
1. Letak kumparan inti
Berdasarkan kedudukan kumparan terhadap inti, maka jenis-jenistransformator ada dua macam yaitu:
1. Core type (transformator jenis inti), bila kedudukan kumparan
mengelilingi inti.
2. Shell type (transformator jenis shell) bila kumparan dikelilingi inti.
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 5/17
10
(a) (b)
Gambar 2.2 Konstruksi Transformator : (a) Core Type ; (b) Shell Type
Sumber : Sumanto, 1991
2. Perbandingan transformasi
Perbandingan transformasi adalah perbandingan EMF primer dan sekunder
sama dengan perbandingan banyaknya lilitan primer dan sekunder yang
dinyatakan persamaan berikut :
aE2
E1
N2
N1== ............................................................................................(2.1)
Keterangan :
a = Nilai perbandingan lilitan transformator
N1 = Jumlah lilitan kumparan primer
N2 = Jumlah lilitan kumparan sekunder
E1 = GGL induksi pada kumparan primer
E2 = GGL induksi pada kumparan sekunder
Sehingga berdasarkan perbandingan transformasi ini dikenal
1. Transformator penaik tegangan ( step up)
Bila GGL induksi sekunder lebih besar dari GGL induksi primer E1 (a<1).Hal ini disebabkan jumlah lilitan sekunder lebih banyak daripada jumlah
lilitan primer.
2. Transformator penurun tegangan ( step down)
Bila GGL induksi sekunder lebih kecil dari GGL induksi primer ( a>). Hal
ini disebabkan jumlah lilitan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan
sekunder.
Kumparan KumparanKumparanInti
Inti
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 6/17
11
3. Jenis fasa tegangan
Berdasarkan jenis fasa tegangan, transformator dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:
1. Transformator satu fasa, bila transformator digunakan untuk
memindahkan tenaga listrik satu fasa.
2. Transformator tiga fasa, bila transformator digunakan untuk
memindahkan tenaga listrik tiga fasa.
4. Menurut cara pendinginan transformator
5. Menurut kegunaannya
Ditinjau dari kegunaanya, transformator dapat dibedakan menjadi beberapa
macam yaitu:
1. Transformator tenaga
Transformator ini berfungsi sebagai penyalur daya listrik dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator tenaga ada dua
macam yaitu: transformator penaik tegangan dan transformator penurun
tegangan.
2. Ototransformator
Ototransformator merupakan transformator dimana kumparan primer
sekunder terhubung menjadi satu. Keuntungan ototransformator
dibandingkan dengan transformator biasa adalah:
a. Ukurannya lebih kecil untuk daya yang sama.
b. Harganya lebih murah.
c. Efisiensinya Iebih tinggi.
d. Arus tanpa beban kecil.
e. Mempunyai penurunan tegangan kecil
3. Transfomator pengukuran
Transformator yang digunakan untuk pengukuran listrik. Transformator
pengukuran terdiri dan dua macam yaitu transformator tegangan dan
transformator arus.
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 7/17
12
2.3.2 Prinsip kerja transformator
Bentuk dasar dan bagian dari transformator ditunjukkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Bagian-Bagian Transformator
Sumber: Sumannto, 1991
Keterangan gambar:
1 : Inti/Teras
2 : Gulungan primer di hubungkan ke sumber
3 : Gulungan sekunder di hubungkan ke beban
U1 : Tegangan primer
U2 : Tegangan sekunder
I1 : Arus primer
I2 : Arus sekunder
ep : GGL induksi pada kumparan primer
es : GGL induksi pada kumparan sekunder Np : Jumlah lilitan kumparan primer
Na : Jumlah lilitan kumparan sekunder
Θb : Fluks magnetbersama (mutual fluks)Z : Beban
Transformator terdiri dari dua gulungan kawat yang terpisah satu sama
lain, yang dibelitkan pada inti yang sama. Daya listrik dipisahkan dari kumparan
primer ke kumparan sekunder dengan perantara garis gaya magnet (fluks magnet)
yang dibangkitkan oleh aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer.Untuk dapat membangkitkan tegangan listrik pada kumparan sekunder, fluks
magnet yang dibangkitkan oleh kumparan primer harus berubah-ubah. Untuk
memenuhi hal ini, aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer haruslah
aliran listrik bolak-balik/ AC .
Saat kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik AC , pada kumparan
primer timbul gaya gerak magnet bersama yang bolak-balik juga. Dengan adanya
gaya gerak magnet ini, di sekitar kumparan primer timbul fluks magnet bersama
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 8/17
13
yang juga bolak-balik. Adanya fluks magnet bersama ini, pada ujung-ujung
kumparan sekunder timbul gaya gerak listrik induksi sekunder yang mungkin
sama, lebih tinggi, atau lebih rendah dari gaya gerak listrik primer. Hal ini
tergantung pada perbandingan transformasi kumparan transformator tersebut.
Jika kumparan sekunder dihubungkan ke beban, maka pada kumparan
sekunder timbul arus listrik bolak-balik sekunder akibat adanya gaya gerak listrik
induksi sekunder. Hal ini mengakibatkan timbul gaya gerak magnet pada
kumparan sekunder dan akibatnya pada beban timbul tegangan sekunder.
Kombinasi antara gaya gerak magnet induksi sekunder dan primer disebut induksi
silang atau mutual induction ( Rinjono, 1997 ).
2.3.3 Rugi-rugi transformator
Pada umunya dapat disebutkan bahwa dalam suatu transformator (trafo)
terdapat 2 jenis rugi-rugi, yaitu rugi-rugi tanpa beban dan rugi-rugi beban penuh :
1. Rugi-rugi tanpa beban
Rugi-rugi tanpa beban disebut juga rugi-rugi besi atau rugi-rugi inti yang
disebabkan oleh adanya arus magnetisasi yang mengalir pada kumparan primer
yang tidak tergantung dari beban yang diterima. Nilainya, biasanya berkisar 0,5 %
pada beban penuh nominal, tetapi bisa mengalami perubahan saat terjadi
perubahan tegangan. Sekalipun secara persentase nilainya kecil, namun rugi-rugi
ini berjalan terus-menerus sehingga besarnya cukup penting untuk diperhatikan.
2. Rugi-rugi beban penuh
Rugi-rugi beban penuh disebut juga rugi-rugi tembaga, disebabkan oleh
arus listrik yang mengalir melalui resistansi dari kumparan primer maupun
kumparan sekunder. Rugi-rugi ini hasil perkalian dari kuadrat arus yang mengalir
dengan besaran resistansi. Karena arus yang mengalir di dalam suatu rangkaian
berbanding terbalik dengan kuadrat dari tegangan. Pada transformator dengan
kapasitas yang sama, rugi-rugi pada kumparan primer lebih rendah bila nilai
tegangan nominal lebih tinggi.
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 9/17
14
2.4 Transformator Distribusi
Transformator distribusi merupakan suatu komponen yang sangat penting
dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu induk ke konsumen karena sangat
menentukan dalam pendistribusian tenaga listrik tegangan rendah (Wijaya, 2001).
Transformator distribusi berfungsi mengubah tegangan listrik arus bolak-balik
dari tegangan menengah 20 kV menjadi tegangan rendah 380/220V dengan
frekwensi tetap (Daryanto, 1995).
Sesuai dengan kebutuhan besarnya daya yang akan disalurkan serta
keadaan faktor-faktor lingkungan, transformator distribusi yang terpasang pada
gardu transformator dilaksanakan sebagai gardu pasang luar dalam bentuk gardu
bangunan dan gardu tiang. Gardu tiang umumnya dipakai untuk penyaluran
tenaga listrik di suatu daerah dimana daya yang disalurkan ke konsumen relatif
kecil atau kepadatan beban di daerah penyaluran rendah, sedangkan gardu
bangunan digunakan untuk daerah penyaluran dengan kepadatan yang tinggi.
Landasan tepat transformator umumnya diperhitungkan kekuatanya untuk
pemasangan transformator distribusi. Oleh karena itu transformator distribusi
yang terpasang umumnya sesuai dengan daya yang terpasang.
Transformator distribusi yang terpasang adalah transformator distribusi
tiga fasa, dimana memiliki kapasitas dari 25 kVA - 2500 kVA (SPLN 50, 1997).
2.4.1 Bagian utama transformator distribusi
1. Inti besi
Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang
berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan
oleh eddy current .
2. Kumparan transformator
Beberapa lilitan kawat berisolasi akan membentuk suatu kumparan. Kumparan
tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain
dengan isolasi padat seperti katon, partinax, dan lain-lain. Umumnya pada
transformator terdapat kumparan primer dan sekunder. Bila kumparan primer
dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 10/17
15
timbul fluksi. Fluksi ini akan menginduksi tegangan, dan bila pada rangkaian
sekunder ditutup (bila ada rangkaian beban) maka akan menghasilkan arus
pada kumparan inti. Jadi kumparan sebagai alat transformasi tegangan dan
arus.
Gambar 2.4 Kumparan Transformator Distribusi
Sumber: Mustafa, 2008
3. Minyak transformator
Sebagaian besar transformator daya, kumparan dan intinya diredam dalam
minyak transformator, terutama transformator daya yang berkapasitas besar.
Minyak transformator mempunyai sifat sebagai media pemindah panas
(sirkuasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya tegangan tembus tinggi)
sehingga minyak transformator tersebut berfungsi sebagai media pendingin dan
isolasi.
4. Bushing
Hubungan antara kumparan transformator ke jaringan luar melalui sebuah
bushing , yaitu sebuah konduktor yang terselubungi oleh isolator yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki
transformator.
5. Tangki dan konservator
Umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendam minyak
transformator berada atau ditempatkan dalam tangki. Untuk menampung
pemuaian minyak transformator, tangki dilengkapi dengan konservator.
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 11/17
16
2.4.2 Kelompok vektor
Ada empat macam transformator distribusi yang dibedakan berdasarkan
kelompok vektor dan titik netralnya, yaitu (SPLN 50, 1997):
1. Kelompok vektor Yzn5 Dipakai pada transformator berkapasitas sampai
dengan 160 kVA.
Catatan : zn berarti titik netralnva dikeluarkan.
2. Kelompok vektor Dyn5 Dipakai pada transformator berkapasitas 200 kVA
sampai dengan 2500 kVA.
3. YNyn0 Kelompok vektor ini digunakan pada transformator yang akan dipasang
pada sistem jaringan distribusi fase-tiga, 4 kawat.
4. YNd5 Kelompok vektor ini digunakan pada transformator pembangkit
(misalnya PLTD).
2.5 Permasalahan Pada Transformator Distribusi
Permasalahan yang terjadi pada transformator distribusi antara lain
(Warman, 2004):
1. Pemeliharaan transformastor distribusi yang tidak teratur akan memudahkan
terjadinya kerusakan sehingga akan menimbulkan pemadaman yang
mengakibatkan kerugian.
2. Penggunaan kapasitas transformator distribusi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan beban akan menyebabkan sistem menjadi tidak ekonomis.
3. Penempatan transformator distribusi yang tidak tepat atau diletakkan terlalu
jauh dari konsumen akan menyebabkan tegangan jatuh yang besar sehingga
tegangan pada konsumen menjadi turun.
2.6 Perencanaan Transformator Distribusi Secara Optimal
Kebutuhan akan energi listrik dari pelanggan selalu bertambah dari waktu
ke waktu. Untuk tetap dapat melayani kebutuhan tenaga listrik dari para
pelanggan, maka sistem tenaga listrik haruslah dikembangkan seirama dengan
kenaikan kebutuhan tenaga listrik dari pelanggan (Marsudi, 1990).
Perencanaan transformator distribusi mempunyai peranan yang amat
penting dalam usaha-usaha pembangunan, perbaikan dan pengembangan sistem
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 12/17
17
distribusi guna memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik yang terus meningkat.
Perencanaan transformator distribusi tenaga listrik merupakan bagian yang
esensial dalam mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang cukup
pesat.
Perencanaan transformator distribusi ini harus dilakukan secara sistematik
dengan pendekatan yang didasarkan pada peramalan beban untuk memperoleh
suatu pola pelayanan yang optimal. Pengembangan sistem yang terlambat
memberikan resiko terjadinya pemadaman dalam penyediaan tenaga listrik bagi
pelanggan sebagai akibat terjadinya pertambahan beban. Sebaliknya
pengembangan sistem yang terlalu cepat merupakan pemborosan energi (Marsudi,
1990).
Tujuan perencanaan transformator distribusi adalah untuk mendapatkan
suatu fleksibilitas pelayanan optimal yang mampu dengan cara cepat
mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang terkait dengan makin
tingginya konsumsi energi listrik dan kerapatan beban yang harus dilayani.
Perencanaan yang baik akan memberikan konstribusi besar terhadap kualitas dan
keandalan sistem distribusi. Kondisi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sistem
distribusi merupakan pelayanan energi listrik yang langsung berhubungan dengan
konsumen sehingga adanya gangguan pada sistem distribusi akan berakibat
langsung pada konsumen. Di Indonesia, PT. PLN (Persero) merupakan lembaga
BUMN yang bertugas untuk melayani kebutuhan tenaga listrik kepada masyarakat
serta bertanggung jawab atas suplai tenaga listrik yang andal dan memiliki
kualitas yang baik (SPLN 68-2, 1986).
Ada beberapa faktor yang yang berpengaruh dan perlu diperhatikan dalam
perencanaan transformator distribusi agar diperoleh hasil yang optimal, antara
lain:
1. Faktor teknis.
2. Faktor ekonomi.
3. Faktor sosial budaya.
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 13/17
18
2.6.1 Faktor teknis
Faktor teknis merupakan prioritas utama dalam merencanakan sistem
kelistrikan guna mendapatkan kontinuitas pelayanan yang baik. Penggunaan
peralatan yang memenuhi persyaratan dari segi teknis akan dapat menurunkan
kerugian pada sistem penyalurannya. Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam
perencanaan faktor teknis antara lain:
1. Pemilihan kapasitas transformator.
2. Penempatan transformator distribusi.
2.6.1.1 Pemilihan kapasitas transformator distribusi
Pemilihan kapasitas transformator distribusi yang sesuai dengan beban
konsumen akan menyebabkan efisiensi yang baik dan begitu juga dengan
penempatan transformator distribusi yang tepat akan memperkecil tegangan jatuh
pada konsumen. Persentase pembebanan transformator distribusi dapat dicari
dengan perbandingan antara daya terpasang dengan kapasitas transformator
distribusi, yang dapat dinyatakan dalam persen (%) atau dengan persamaan
(Berahim, 1996):
% Pembebanan = 100%tor(VA)TransformaKapasitas
VA)Terpasang(Daya× .................(2.2)
Keterangan:
% Pembebanan = Persentase pembebanan transformator distribusi (%)
Daya terpasang = Daya terpasang pada konsumen (VA)
Kapasitas transformator = Kapasitas transformator distribusi (VA)
Diusahakan persentase pembebanan transformator distribusi mendekati
80% (toleransi 70% - 90%), untuk mencegah terjadinya over blast yang akan
menyebabkan cepat rusaknya transformator distribusi.
Berdasarkan faktor beban yang ada, kita dapat mengoptimalkan
penggunaan transformator distribusi. Untuk melaksanakan program ini perlu
dilakukan pendataan kapasitas transformator distribusi yang terpasang serta
pengukuran beban. Disamping faktor beban, penentuan kapasitas transformator
juga memperhatikan perkembangan kebutuhan tenaga listrik konsumen dilokasi
yang dilayani oleh transformator distribusi tersebut. Bila beban transformator
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 14/17
19
terlalu besar maka dilakukan penggantian transformator atau penyisipan
transformator atau mutasi transformator (transformator yang melayani beban kecil
dimutasikan kebeban besar, dan begitu sebaliknya).
Kapasitas transformator dalam perencanaan dapat ditentukan dengan yaitu
dengan rumus (Warman, 2004):
kVA Transformator Distribusi =0,8
(kVA)BebankVA............................(2.3)
Keterangan:
kVA Transformator Distribusi = Kapasitas transformator distribusi (kVA)
kVA Beban = Daya Beban Terpasang (kVA)
0,8 = Batas pembebanan transformator distribusi
Kemudian besarnya kVA dari hasil perhitungan disesuaikan dengan
kapasitas transformator yang ada. Kapasitas tranformator dalam perencanaan
sama dengan atau sedikit lebih besar dari kapasitas transformator distribusi.
2.6.1.2 Penempatan transformator distribusi
Penempatan transformator distribusi yang tepat ialah penempatan yang
dapat memberikan keandalan dan kontinuitas pelayanan yang baik terhadap
konsumen serta dapat menanggulangi tegangan jatuh yang terjadi pada konsumen
tanpa mengabaikan faktor ekonomi dan sosial budaya. Bila jarak transformator
terlalu jauh terhadap konsumen, maka akan menyebabkan tegangan jatuh yang
besar.
Tegangan jatuh adalah perbedaan tegangan antara tegangan sumber
dengan tegangan pada beban yang diakibatkan oleh adanya perubahan arus beban,
impedansi saluran serta faktor daya (Haysim, 2003). Dengan menggunakan rumus
pendekatan untuk jaringan distribusi sekunder saluran pendek, maka tegangan
jatuh dapat dinyatakan dengan persamaan berikut (Gonen, 1986. Theraja, 1980) :
Vd = I . R . cos θ + I . X . sin θ...............................................................(2.4)
Jika diketahui jarak atau panjang saluran L (m), maka tegangan jatuh dapat dicari
dengan :
Vd = I .L.( R . cos θ + X . sin θ)............................................................(2.5)
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 15/17
20
Keterangan:
Cos θ =22
XR
R
+
.............................................................................(2.6)
Sin θ = Sin (Arc cos θ)........................................................................(2.7)
Tegangan jatuh dalam persentase:
100%V
)Sin.I.L.(R.cos%
V
Vd θ θ X += ..............................................(2.8)
Keterangan:
Vd = Rugi tegangan ( Volt )
I = Arus nominal beban ( Ampere )
S = Daya konsumen (VA)
V = Tegangan konsumen (220 V)
L = Panjang saluran / penghantar ( m )
R = Resistansi (Ω/m)
X = Reaktansi (Ω/m)
cos θ = Faktor Daya
Berdasarkan persyaratan yang ada, penurunan tegangan maksimum pada
beban penuh, yang dibolehkan dibeberapa titik pada JTR 10% ( SPLN 1, 1995).
Jika tegangan jatuh melebihi 10%, untuk mengatasinya dapat dilakukan
penyisipan transformator distribusi. Sebelumnya dicari besarnya arus saluran
terlebih dahulu, yaitu dengan rumus (Gonen, 1986. Herman, 2006):
IV.3
S= ...............................................................................................(2.9)
Keterangan :
I = Arus beban penuh (A)
S = Daya Semu (VA)
V = Tegangan sisi sekunder transformator distribusi (V)
Setelah mendapatkan arus saluran, penempatan transformator sisipan dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut (Warman, 2004):
L maksimum )Sin.I.(R.cos
JTR xV10%
θ θ X +
=
..............................................(2.10)
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 16/17
21
Keterangan :
L maksimum = Panjang maksimum penempatan transformator distribusi sisipan
(meter)
10%V JTR = Tegangan jatuh minimal JTR (V)
I = Arus nominal beban (Ampere)
R = Resistansi (Ω/m)
X = Reaktansi (Ω/m)
cos θ = Faktor Daya
Kapasitas transformator distribusi sisipan yang dipilih perlumemperhatikan perkembangan beban lokasi. Oleh karena itu pada saat pendataan
kapasistas transformator distribusi harus diperhatikan jarak maksimum dari
transformator distribusi terhadap konsumen.
2.6.2 Faktor ekonomi
Suatu perencanaan dapat dikatakan ekonomis bila dengan biaya
pengeluaran yang sedikit tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan hasil yang
maksimal dan masih dalam batas-batas yang diijinkan. Demikian juga dalam
perencanaan sistem distribusi diharapkan akan mendapatkan jaringan yang
ekonomis, yaitu dengan biaya seefisien mungkin diperoleh suatu sistem distribusi
tenaga listrik yang mampu menyalurkan tenaga listrik dalam jumlah besar,
mempunyai tingkat kontinuitas yang tinggi terhadap konsumen serta dapat
meningkatkan perekonomian daerah perencanaan tersebut.
Menurut konsepnya, analisis-analisis tersebut perlu dilakukan untuk
membandingkan antara besarnya keuntungan yang akan didapatkan dengan biaya
pembangunannya, sehingga dapat digunakan untuk menentukan kelayakan proyek
(Wright, 2002).
2.6.3 Faktor sosial budaya
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi faktor sosial budaya,
diantaranaya adalah struktur sosial masyarakat, pola budaya, pertumbuhan
penduduk, adat istiadat, kebiasaan, lingkungan, dan ideologi yang ada di
masyarakat.
5/10/2018 Bab II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-55a0c6a6795dc 17/17
22
Beberapa perencanaan dapat menyebabkan relokasi yang kemudian
mengganggu kenyamaan dan keamanan warga, serta menimbulkan dampak
negative terhadap mereka (berupa polusi). Dampak ini tidak dapat dinilai dengan
uang sehingga dalam perencanaan sistem distribusi perlu dipelajari tentang sosial
budaya pada tempat perencaaan agar perencanaan distribusi berjalan dengan apa
yang diinginkan (Wright, 2002). Oleh karena itu tujuan dari segi sosial budaya
dalam perencanaan sistem distribusi tenaga listrik adalah memberikan pelayanan
sebaik mungkin dan dapat mencapai ke semua konsumen.