BAB II 25 nov
-
Upload
slamet-febrianto -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of BAB II 25 nov
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
1/15
13
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Pembangunan Berkelanjutan
Konsep berkelanjutan merupakan konsep yang sederhana namun kompleks, sehingga
pengertian keberlanjutan pun sangat multi-dimensi dan multi-interpretasi. Karena adanya multi-
dimensi dan multi-interpretasi ini, para ahli sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian yang
telah disepakati oleh Komisi Brundtland yang menyatakan bahwa “P embangunan berkelanjutan
adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka” (Fauzi, 2004). Terdapat pendapat lainmengenai pembangunan berkelanjutan yaitu perubahan positif sosial ekonomi yang tidak
mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan
penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sosial yang terpadu,
viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya,
kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya (Sumarwoto, 2006). Konsep keberlanjutan ini
paling tidak mengandung dua dimensi, yaitu dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain
menyangkut apa yang akan terjadi di masa mendatang, dan dimensi interaksi antara sistem
ekonomi dan sistem sumberdaya alam dan lingkungan (Heal, 1998 dalam Fauzi, 2004). Aspek
operasional dari konsep keberlanjutan ini dapat dipahami lebih jauh dengan adanya lima alternatif
pengertian sebagaimana yang diuraikan Perman et al., (1996) dalam Fauzi (2004), sebagai berikut :
Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang diperoleh masyarakat
tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun sepanjang waktu (non-
declining consumption).
Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola sedemikian rupa untuk
memelihara kesempatan produksi di masa mendatang.
Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam (natural capital stock) tidak
berkurang sepanjang waktu (non-declining).
Keberlanjutan adalah kondisi dimana kondisi minimum keseimbangan dandaya tahan
(resilience) ekosistem terpenuhi.
Untuk lebih menjelaskan Konsep keberlanjutan, maka diperinci menjadi tiga aspek, yaitu
aspek ekonomi, lingkungan dan sosial.
Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan
barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
2/15
14
menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian
dan industri.
Keberlanjutan lingkungan yaitu sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu
memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati,
stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-
sumber ekonomi.
Keberlanjutan sosial yaitu keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu
mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender,
dan akuntabilitas politik.
Sumber : Von Stokar et al
Gambar 2.1Three Dimensional Model
2.2 Permukiman
Meningkatnya jumlah penduduk pada tiap tahunnya, terutama pada kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang. Tentu saja hal tersebut berbanding lurus dengan
kebutuhan akan tempat tinggal. Permukiman merupakan kebutuhan yang penting untuk semuaorang. Tetapi fakta yang ada yaitu adanya kesenjangan yang ada antara kebutuhan tempat tinggal
dengan ketersediaan hunian yang ada. Pemerintah dan pengembang belum mampu untuk
mengimbangi pembangunan permukiman dengan pertambahan jumlah penduduk yang selalu
meningkat. Pengertian dari permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas
lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan
(Undang-undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman). Dari
pengertian permukiman di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa permukiman bukan hanya
Society
Environment Economy
Tomorrow’sGeneration
Today’s Generation
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
3/15
15
sekedar tempat untuk tinggal atau rumah atau perumahan, namun juga tempat untuk mencari
nafkah dan memenuhi kebutuhan sosial masyarakatnya.
2.2.1 Elemen Permukiman
Terbentuknya suatu permukiman tidak terlepas dari pengaruh elemen-elemen pembentuknyasecara keseluruhan. Berikut beberapa elemen pembentuk permukiman (Dioxiadis, 1968 dalam
Sastra, Suparno dan Endy Marlina, 2006) :
a. Alam (Nature)
Alam merupakan elemen utama dalam permukiman, karena alam menyediakan wadah untuk
tinggal dan tetap hidup. Terdapat beberapa unsur alam yaitu geologi (kondisi batuan),
topografi (kemiringan), tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan iklim (cuaca).
b. Manusia (Man)
Manusia adalah pelaku utama dalam kehidupan, dan tentu saja pelaku utama dalam suatu
permukiman. Dalam hidupnya manusia membutuhkan berbagai hal yang dapat menunjang
kehidupannya seperti udara, air, temperatur dan kebutuhan emosional, perasaan dan persepsi
dan lain-lain.
c. Masyarakat (Society)
Masyarakat merupakan sekumpulan orang di dalam suatu permukiman yang membentuk
suatu komunitas. Pada permukiman biasanya muncul permasalahan-permasalahan yang
berdasar dari masyarakat yaitu :
Kepadatan dan komposisi penduduk Kelompok sosial Adat dan kebudayaan Pengembangan ekonomi
Pendidikan Kesehatan Hukum dan Administrasi
d. Bangunan atau Rumah (Shells)
Bangunan (rumah) merupakan tempat berlindung bagi manusia, tidak hanya berlindung,
namun diharapkan menjadi tempat interaksi sosial bagi sebuah keluarga. Oleh karena itu
dalam membangun rumah tidak boleh sembarangan dan membutuhkan perencanaan serta
perancangan. Bangunan pada dasarnya dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya masing-
masing, seperti :
Rumah Pelayanan Masyarakat (misalnya sekolah, rumah sakit, dan lain-lain) Fasilitas rekraeasi Pusat Perbelanjaan (perdagangan) dan Pemerintahan Industri Pusat Transportasi
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
4/15
16
e. Jaringan (Networks)
Jaringan merupakan sistem buatan maupun alam yang menyediakan fasilitas untuk
operasional suatu wilayah permukiman. Sistem buatan yang sekiranya diperlukan dalam
suatu wilayah yaitu sebagai berikut : Sistem jaringan air bersih Sistem jaringan listrik Sistem transportasi
Sistem komunikasi Drainase dan air kotor Tata letak fisik
2.2.2 Permukiman Berkelanjutan atau Berwawasan Lingkungan
Pembangunan berwawasan lingkungan hidup merupakan upaya sadar sadar dan terencana
yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi mendatang
(Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim, 2007). Terdapat prinsip dasar pembangunan yang
berkelanjutan menurut Research Triangle Institute , 1996 terdiri atas aspek-aspek (Budihardjo,
Sutarto. 1999) :
Ekonomi (Kesejahteraan) Ekologi (Lingkungan) Equity (Pemerataan) Engagement (Peranserta) Energi
Dapat dilihat dari 5 aspek tersebut, 2 (dua) dari aspek tersebut merupakan aspek yang
berkaitan dengan fisik, yaitu aspek ekologi (lingkungan) dan aspek energi. Berikut untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel I.1.
TABEL I.1ASPEK FISIK DARI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Ekologi (Lingkungan)Penggunaan Sumber Daya Konservasi sumber daya
Pencegahan dan penanggulangan polusiPeraturan Penggunaan Tanah Penggunaan lahan campuran
Menciptakan ruang-ruang terbuka Menetapkan batas perkembangan atau pemekaran kota
EnergiSumber Energi Penghematan sumber energiSistem Transportasi Mengutamakan transportasi umum, massal dan hemat energiBangunan Mendayagunakan pencahayaan dan penghawaan alami
Sumber : Budihardjo, Eko. 1999
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dari tahun ke tahun membuat meningkatnya
kebutuhan akan tempat bermukim. Banyak hal yang ditimbulkan akibat dari upaya pemenuhan
tempat tinggal seperti pemanasan global, efek rumah kaca, perubahan iklim, pencemaran
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
5/15
17
udara.Oleh karena itu betapa pentingnya pembangunan permukiman yang berkelanjutan, agar
dampak-dampak yang ditimbulkan secara perlahan dari dikurangi dan dapat terhindar dari bencana-
bencana lainnya. Pembangunan permukiman yang berkelanjutan atau berwawasan lingkungan
diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dankualitas lingkungan tempat hidup dan bekerja semua orang (Aulia, Dwira. 2005).
Didalam permukiman yang berkelanjutan atau berwawasan lingkungan terdapat 4 (empat)
komponen yang dipakai sebagai indikatornya, yaitu : Ekonomi, Sosial, Lingkungan dan Budaya
(Maclaren, 1996). Dalam hal ini dapat dilihat bahwa permukiman yang berkelanjutan atau
berwawasan lingkungan tidak hanya berbicara soal fisik saja, namun juga soal non fisik.
Sumber : Maclaren, 1996
Gambar 2.2Indikator Permukiman Berkelanjutan
atau Berwawasan Lingkungan
2.3 Konsep Kota Hijau (Gr een Cities)
Isu global yang sedang menjadi pembicaraan dunia yaitu pemanasan global dengan berbagai
bencana yang ditimbulkannya. Di negara-negara maju seperti Amerika, sudah 80% penduduknya
tinggal di perkotaan, dan diprediksi Indonesia pada tahun 2025 penduduk perkotaan diperkirakan
akan mencapai 67,5% (Buletin Tata Ruang, Januari-Februari 2012). Kota memiliki peluang besar
Sectoral Policies/Programs
Components of Livability
Monitor : Present Stateand Change Over Time
Housing
Land Use
Transportation
Natural Enviroment
Employment /
Commerce
Public Services :health, education,recreation, police, fire, protection, public works, social welfare
Economic Vitality
Social Well-Being
Environmental Integrity
CulturalCogruence
Indicators of Livability
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
6/15
18
untuk peningkatan pendidikan, lapangan pekerjaan dan kemakmuran rakyat, namun disisi lain juga
sebagai titik munculnya permukiman kumuh, kemacetan lalu lintas, degradasi lingkungan,
pemekaran wilayah, ekploitasi lingkungan. Perayaan Hari Tata Ruang tahun 2010 bertepatan
dengan World Town Planning Day yang diselenggarakan pada 8 November 2010, masih hangatdengan peristiwa bencana banjir bandang di Wasior, meletusnya Gunung Merapi, dan gempa
tsunami di Mentawai. Hal-hal tersebutlah yang melatarbelakangi adanya konsep kota hijau yang
akan coba diwujudkan di Indonesia.
Kota hijau adalah kota yang sehat dan bersahabat. Kota yang diisi oleh orang-orang dan atau
penduduk yang aktif dan bersahabat dengan lingkungan. Kota dibangun dengan memanfaatkan
ruang publik yang lebih alami dan tidak membahayakan kesehatan dan keselamatan penduduknya.
Kota hijau harus efisien dan cerdas. Balaikota dan bangunan pemerintah harus dibangun dengan
konsep hijau. Pemanfaatan air harus bijak. Penggunaan energi sebaiknya dengan memanfaatkan
sumber daya alam terbarukan. Kota harus dibangun dengan menerapkan jasa lingkungan sebesar-
besarnya sebagai topangan ekonomi. Kota dibangun dengan memaksimalkan jasa sebagai modal
pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimilikinya (Joga, Niwono.
2013). Kota hijau adalah kota yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan
masyarakatnya melalui perencanaan dan penglolaan kota terpadu yang memanfaatkan sepenuhnya
sistem ekologis serta melindungi bagi generasi mendatang (Suzuki et al. 2010).
Pendekatan kota hijau harus dilaksanakan dengan mengkombinasikan pertumbuhan ekonomi
yang sehat dan ramah lingkungan (pro green growth), meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(pro poor) , menyediakan lapangan pekerjaan yang ramah lingkungan (pro green jobs), dan dalam
bingkai menjaga kelestarian lingkungan (pro enviroment) (Joga, Niwono. 2013).
Terdapat beberapa pendapat para ahli tentang atribut Kota Hijau, menurut Platt, 1994,
Kurokawa, 2004 dan United Nations Urban Enviromental Accords (UNUEA).
Lima Atribut Kota Hijau menurut Platt, 1994 :
a. Kepekaan dan kepedulian masyarakat
b. Beradaptasi terhadap karakteristik bio-geofisik kawasan
c. Lingkungan yang sehat, bebas dari pencemaran lingkungan yang membahayakan
kehidupan
d. Efisiensi dalam penggunaan sumberdaya dan ruang
e. Memperhatikan kapasitas daya dukung lingkungan Lima Atribut Kota Hijau menurut Kurokawa, 2004 :
a. Menciptakan suatu jejaring Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota/wilayah
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
7/15
19
b. Menghindari atau mengendalikan urban sprawl (ekspansi penduduk kota beserta
aktivitasnya ke kawasan pinggiran yang mengakibatkan peralihan fungsi lahan dari
pertanian ke perkotaan)
c. Pengembangan usaha untuk mengurangi sampah dan limbah serta pengembangan proses daur ulang (reduce, reusem recycle)
d. Pengembangan sumber energi alternatif (misalnya : biogas, matahari, angin, ombak)
e. Pengembangan sistem transportasi berkelanjutan (misalnya : pembangunan fasilitas
pedestrian dan jalur sepeda, dan lain-lain)
Tujuh Atribut Kota Hijau menurut United Nations Urban Enviromental Accords
(UNUEA), 2005 :
a. Energi : Efisiensi Energi
Energi Terbarukan
Perubahan Iklim
b. Pengurangan Limbah : Tanpa Limbah
Peningkatan Tanggung Jawab Produsen
Tanggung Jawab Konsumen
c. Transportasi : Transportasi Umum
Mobil Bersih
Pengurangan Kemacetan
d. Urban Desain : Green Building
Perencanaan Kota
Green Jobs
e. Urban Nature : Ruang Terbuka Hijau
Restorasi Habitat
Konservasi Cagar Alam
f. Kesehatan Lingkungan : Pengurangan Bahan Beracun
Sistem Makanan Sehat
Udara Bersih
g. Air : Akses Air Bersih
Konservasi Sumber Air
Pengurangan Limbah
2.3.1 Prinsip Kota Hijau (Gr een Cities)
Permasalahan-permasalahan yang ada sekarang ini seperti banjir, kemacetan, penurunan
kualitas lingkungan, dan perubahan iklim menjadi “momok” tersendiri bagi kota -kota besar dengan
kepadatan penduduknya yang tinggi. Perpindahan penduduk dari desa ke kota karena daya tarik
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
8/15
20
kota yang besar, membuat hampir setengah penghuni di Indonesia tinggal di perkotaan. Hal
tersebut memaksa kita untuk mencari solusi demi keberlanjutan kehidupan pada generasi
mendatang dan pembangunan berkelanjutan yang sekiranya harus diterapkan mulai sekarang.
Pembangunan berkelanjutan memiliki tujuan untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan saat ini tanpamengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang. Tentu saja dalam melakukan pembangunan
berkelanjutan harus terjadi keseimbangan antara aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Tanpa
keseimbangan dari ketiga aspek tersebut maka pembangunan berkelanjutan tidak dapat berjalan
dengan baik.
Mereka yang mencintai kehidupan pasti membangun dengan tetap berpegang teguh pada
prinsip kota hijau. Prinsip hijau adalah mereka yang memiliki komitmen terhadap lingkungan
sebagai bagian dari ideologi yang lebih luas. Mereka menempatkan hubungan kemanusiaan dengan
dunia alam sebagai dasar, membangun masyarakat yang nonmaterialis desentralis, dan mengusung
nilai-nilai koperatif. Terdapat beberapa konsekuensi dalam pemahaman prinsip hijau yaitu
meningkatkan efisiensi dalam aktivitas pembangunan tanpa harus mengorbankan kelestarian
lingkungan (Joga, Niwono. 2013). Sebagai contoh yaitu mencoba mengecilkan jumlah buangan
limbah yang dihasilkan tapi dengan efisiensi yang tetap terjaga.
Pembangunan di kota sekarang ini sudah berlebihan, gedung-gedung pencakar langit, alih
fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan permukiman, hal-hal tersebut tidak memperhatikan
sumberdaya alam dan kota tersebut menjadi kota yang tidak berkelanjutan. Kota memang memiliki
potensi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang sangat besar, di kota-lah pusat-pusat
kegiatan perekonomian, berkembangnya pendidikan dan teknologi. Namun sekaligus menjadi
tempat awal munculnya permukiman kumuh, kemacetan lalu lintas, bencana-bencana akibat
menurunnya kualitas lingkungan di perkotaan. Oleh karena itu pentingnya pembangunan
berkelanjutan agar kita tidak mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang dan tetap dapat
menjaga kelestarian lingkungan.
2.3.2 Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
Penataan Ruang sebagai matra spasial pembangunan kota merupakan alat untuk
mengkoordinasikan pembangunan perkotaan secara berkelanjutan. Selaras dengan amanat Undang-
Undang Penataan Ruang pasal 3, perlu diwujudkan suatu bentuk pengembangan kawasan
perkotaan yang mengharmonisasikan lingkungan alamiah dan lingkungan buatan. Upaya untuk
membangkitkan kepedulian masyarakat dan mewujudkan keberlangsungan tata kehidupan kota,
antara lain dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau (Kementrian PU, 2011).
Latar belakang Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) adalah salah satu bentuk respon
dan menjawab isu perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi. Dalam mewujudkan
kota hijau perlu adanya manusia yang kaya akan inisiatif dan kerjasama antara seluruh pemangku
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
9/15
21
kepentingan kota. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dirintis oleh Direktorat Jenderal
Penataan Ruang – Kementrian Pekerjaan Umum, merupakan bentuk dari perwujudan Kota Hijau
dengan kerjasama antara Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota.
Bentuk perwujudan dari Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) disesuaikan dengan kondisidan kesiapan dari kabupaten/kota melalui local action plan atau rencana aksi kota hijau (RAKH).
Pada tahun 2011, Pemerintah merancangkan ± 50 Ksbupaten/Kota di Indonesia dapat menerapkan
Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH).
a. Dasar hukum Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) didukung dengan beberapa
dokumen pemerintah yaitu :
1. UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2. UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
3. UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana4. UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
5. UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
6. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
b. Maksud Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) :
1. Menjabarkan amanat UUPR tentang perwujudan 30% dari wilayah kota sebagai
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2. Menindaklanjuti 10 Prakarsa Bali dari forum Sustainable Urban Development (SUD)
khususnya butir 7 yait u “Mendorong peran pemangku kepentingan perkotaan dalam
mewujudkan Kota Hijau”, berupa inisiatif bersama antara Pemerintah
Kabupaten/Kota masyarakat dan dunia usaha secara nasional
c. Tujuan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) :
1. Meningkatkan kualitas ruang kota khususnya melalui perwujudan RTH 30%
sekaligus implementasi RTRW Kota/Kabupaten
2. Meningkatkan partisipasi pemangku kepentingan dalam implementasi agenda hijau
perkotaan
d. Sasaran Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) :
Terinisiasinya aksi-aksi konkrit sebagai perwujudan Kota Hijau dalam rangka
implementasi RTRW Kota/Kabupaten secara Nasional melalui :
1. Penyusunan Green Map
2. Penyusunan Master Plan RTH
3. Pelaksanaan Kampanye Publik atau Sosialisasi
4. Pelaksanaan Capacity Building (Pelatihan, workshop dan lain-lain)
5. Pelaksanaan Pilot Project Percontohan RTH
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
10/15
22
Sasaran Khusus Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yaitu :
1. Penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) atau Local Action Plan
2. Piagam Komitmen Kota Hijau
Pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) terdapat beberapa tahapan yaitu
tahapan Iniaisiasi, Implementasi, Replikasi, dan Institusionalisasi Lintas Sektor. Tahapan pertama
yaitu Inisasi dimulai pada tahun 2011 yang diikuti oleh 80 Kabupaten/Kota berupa kegiatan
sosialiasi Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dan fasilitasi penyusunan Rencana Aksi
Kota Hijau (RAKH) sehingga terbentuk komitmen terhadap RAKH. Kemudian tahapan
Implementasi pada tahun 2012 dengan kegiatan berupa sosialisasi, kampanye, pelatihan,
memfasilitasi penyusunan RAKH, Green Map , Masterplan RTH, dan Green Community.
Dilanjutkan pada tahapan ketiga yaitu Replikasi yang diikuti oleh 250 Kabupaten/Kota, kegiatanyang dilakukan masih serupa dengan tahapan Implementasi, hanya berbeda pada jumlah peserta
Kabupaten/Kota yang mulai bertambah. Tahapan terakhir yaitu Institusionalisasi Lintas Sektor
pada tahun 2014 yang diikuti oleh seluruh Kabupaten/Kota dengan kegiatan kampanye publik,
pelatihan, replikasi green open space dan perluasan spektrum Kota Hijau. Fokus muatan Rencana
Aksi Kota Hijau (RAKH) pada tahun 2011 sampai tahun 2014 yaitu Green Planning and Design,
Green Open Space, dan Green Community.
Sumber : Kementrian PU, 2011.
Gambar 2.3Skenario Pelaksanaan P2KH
Dalam pengembangan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) terdapat 8 atribut yang
harus telah ditentukan oleh Kementrian PU, berikut atribut Kota Hijau, indikatornya dan bentuk
Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) :
2010 2014 2020 2025
Green Planning and Design,Gr een Open Space, Green
Community
Gr een Bu il ding, Gr een Waste, Green Energy
Green Water, Green Tr ansportation
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
11/15
23
TABEL I.2ATRIBUT, INDIKATOR DAN BENTUK RENCANA AKSI
PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU (P2KH)No. Atribut Indikator Bentuk Rencana Aksi
1.Green
Planning and Design
Perencanaan Kota Mengembangkan rencana tata ruang yang telah mengadopsi prinsi- prinsip kota hijau dan menjamin karakter kota/kawasan
Perancangan Kota
Mengembangkan dokumen perancangan kota yang mengarah pada penerapan kawasan berkepadatan tinggi, mixed use, dan berorientasi pada manusia (penyediaan jalur pedestrian, penyandang cacat dan pengguna sepeda)
Penetapan RTR danRancang Kota
Menetapkan dokumen perencanaan dan perancangan kota sebagai produk hukum yang kuat dan mengikat (binding), baik perda/perwal/perbup, termasuk mengenai RTH
2.Green Open
Space
Kuantitas RTHMeningkatkan kuantitas RTH publik dan private sesuai denganamanat UUPR 26 tahun 2007 (berdasarkan peta RTH eksisting, petarencana dan program perwujudannya)
Kualitas RTHMenjamin akses yang mudah bagi masyarakat pada RTH denganmengembangkan jejaring RTH (network) yang sesuai dengankarakteristik kota/kawasan
Perlindungan danrestorasi Habitat dan
Cagar Alam
Melindungi dan merestorasi habitat yang kritis dari pengembanganyang tidak berkelanjutan (misal : mangrove, persinggahan satwa,zona lindung lainnya)
3.Green
Community
KepekaanKomunitas
Membutuhkan kepekaan dan kepedulian masyarakat terhadap penerapan kota hijau
Inisiatif KomunitasMendorong komunitas hijau yang kreatif dan proaktif dalamimplementasi agenda hijau (program nyata), misal : kampung hijau,kota berkebun
KemitraanMendorong terjadinya kemitraan para pihak dalam perwujudan RTH(pemerintah, dunia usaha dan masyarakat), termasuk inisiatif CSR
4. Green Energy
Efisiensi EnergiMelaksanakan efisiensi energi (pengalihan beban waktu,
pelaksanaan kampanye publik tentang hemat energi)Energi Terbarukan Menerapkan kebijakan penggunaan energi terbarukan
Perubahan IklimMenyiapkan rencana pengurangan emisi karbon dari kegiatan
perkotaan (industri, transportasi, domestik dan pengolahan limbah)
5. Green Waste
PenguranganLimbah
Melakukan upaya-upaya pengurangan limbah
PendaurulanganLimbah
Melakukan upaya-upaya pendaurulangan limbah (bahan organik, plastik, kaleng dan lain-lain)
Peningkatan nilaitambah limbah
Pemanfaatan limbah sebagai sumber energi alternatif, peningkatankesuburan tanah (kompos/pupuk), pengembangan ekonomi kreatif(green economy)
6. Green Water
Kualitas AirMengembangkan sistem pengelolaan sumber daya air yang ramahlingkungan (mengurangi kadar polusi air permukaan dan airtanah/mengurangi air limbah)
Kuantitas AirMengembangkan sistem pengelolaan sumberdaya air yang menjaminterpenuhinya kebutuhan masyarakat (waduk, situ, danau dan lain-lain)
Kontinuitas AirMenjamin ketersediaan air sepanjang waktu (termasuk musimkemarau, pada beban puncak, dan lain lain)
7. Green Transportasi Umum Mengembangkan transportasi umum yang menghubungkan pusat-
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
12/15
24
No. Atribut Indikator Bentuk Rencana AksiTransportation pusat pelayanan dan permukiman
Penggunaankendaraan bebas
polusi
Mengembangkan sistem transportasi ramah lingkungan yang bersifatantar moda (jalur sepeda, perahu, mobil bebas polusi)
Pengurangankemacetan
Menerapkan berbagai kebijakan yang bertujuan untuk mengurangikemacetan pada jam puncak baik dipusat maupun di pinggiran kota
8.Green
Building
Bangunan HematEnergi dan Air
Menerapkan standar bangunan hemat energi dan air
Material Bangunan Memanfaatkan material lokal ramah lingkungan
Tapak BangunanMenetapkan KDB dan KDH yang sesuai prinsip-prinsip lingkungan(menjamin resapan air, meminimalkan dampak negatif terhadaplingkungan)
Sumber : Kementrian PU, 2011.
2.4 Konsep Ramah LingkunganKonsep ramah lingkungan salah satu konsep yang mengadaptasi dari konsep Kota Hijau.
Berdasar pada pembangunan berkelanjutan, konsep ramah lingkungan juga memperhatikan
keseimbangan antara aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Terdapat beberapa pendapat
mengenai ramah lingkungan :
a. Konsep Ramah lingkungan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan barang/jasa,
sehingga keseluruhan tahapan proses pengadaan memberikan manfaat untuk masyarakat
serta perekonomian, dengan meminimalkan dampak kerusakan lingkungan. (Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah menurut Pepres RI No.54 Tahun 2010).
b. Ramah Lingkungan yaitu memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan
energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan
lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan
perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
(Kementrian PU, 2011).
2.4.1 Program Kelurahan Ramah Lingkungan
Program Kelurahan Ramah Lingkungan merupakan salah satu bentuk dari perwujudan
Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) yang diprakarsai oleh Pemerintah Kota Semarang dan Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang. Latar belakang adanya program ini yaitu selain dari
bentuk perwujudan RAKH, juga dilatar belakangi oleh menurunnya kualitas lingkungan Kota
Semarang sebagai wilayah pesisir. Kota Semarang merupakan kawasan strategis nasional
Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, Semarang dan Purwodadi). Hal tersebut menjadi daya
tarik tersendiri bagi masyarakat pedesaan untuk dijadikan tempat mengadu nasib agar tetap dapat
bertahan hidup. Perpindahan penduduk dari desa ke kota inilah yang menyebabkan berbagai
permasalahan seperti penggunaan infrastruktur yang intensif, aktivitas ekonomi yang tinggi, serta
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
13/15
25
adanya konsentrasi penduduk miskin. Pertumbuhan kota yang begitu cepat dan berimplikasi pada
timbulnya berbagai permasalahan perkotaan seperti kemacetan, banjir, permukiman kumuh,
kesenjangan sosial, dan berkurangnya luasan ruang terbuka hijau. Akibat perubahan iklim, Kota
Semarang tidak hanya akan digenangi oleh rob, namun juga akan ada bencana banjir, kekeringan,erosi dan abrasi.
Program Kelurahan Ramah Lingkungan dimulai sejak tahun 2011. Wilayah yang dicoba
untuk dikembangan program Kelurahan Ramah Lingkungan masing-masing merupakan perwakilan
dari 16 Kecamatan di Kota Semarang dan merupakan kelurahan yang ditetapkan menjadi
Kelurahan Percontohan Kota Semarang dalam Surat Keputusan Walikota Semarang No. 140/8
tanggal 11 Januari 2011. Hingga kini pengembangan program Kelurahan Ramah Lingkungan sudah
diikuti oleh 48 Kelurahan yang tersebar di 16 Kecamatan se-Kota Semarang (Antara News, 2013).
Berikut 16 Kelurahan yang dijadikan percontohan Kelurahan Ramah Lingkungan pada tahun 2011:
TABEL I.316 KELURAHAN PERCONTOHAN
KELURAHAN RAMAH LINGKUNGAN TAHUN 2011No. Kelurahan Kecamatan1. Karang Tempel Semarang Timur2. Sumurboto Banyumanik3. Ngaliyan Ngaliyan4. Pekunden Semarang Tengah5. Gayamsari Gayamsari
6. Tembalang Tembalang7. Pleburan Semarang Selatan8. Gebangsari Genuk9. Wonolopo Mijen
10. Candi Candisari11. Kalibanteng Kulon Semarang Barat12. Mangkang Kulon Tugu13. Gajahmungkur Gajahmungkur14. Plalangan Gunungpati15. Bulu Lor Semarang Utara16. Palebon Pedurungan
Sumber : SK Walikota Semarang No.140/8
Sebagai upaya pemberdayaan masyarakat Kota Semarang dalam mewujudkan Rencana Aksi
Kota Hijau (RAKH), Badan Lingkungan Hidup (BLH) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan,
Dinas Kebersihan, Bapermas, Bagian Tata Pemerintahan, Institusi Pendidikan (Perguruan Tinggi),
PKK Kota Semarang dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang
lingkungan hidup, mengadakan lomba Kelurahan Ramah Lingkungan tiap tahunnya dan diikuti
oleh masing-masing perwakilan dari 16 Kecamatan di Kota Semarang. Dalam penilaian Kelurahan
Ramah Lingkungan selain aspek teknis, peran serta atau partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
14/15
26
lingkungan hidup juga menjadi faktor penting dalam penilaian. Beberapa kriteria dalam penilaian
Kelurahan Ramah Lingkungan adalah :
Pengelolaan sampah meliputi pemilahan sampah, pengolahan sampah organik
(komposting) dan pengelolaan sampah an organik. Sarana dan prasarana kebersihan meliputi ketersediaan tempat pilah sampah di
lingkungan kelurahan maupun di lingkungan perumahan.
Ketersediaan air bersih meliputi ketersediaan air bersih di kantor kelurahan dan rumah
tangga.
Sanitasi lingkungan meliputi kebersihan saluran drainase, jalan lingkungan dan MCK di
kantor kelurahan.
Penghijauan meliputi ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH), sebaran dan fungsi pohon
peneduh serta taman lingkungan. Sistem konservasi air meliputi pemanfaatan air hujan melalui lubang biopori, sumur
resapan dan rainharvesting .
Pencemaran udara meliputi tidak adanya kegiatan pembakaran sampah dan lahan. Organisasi masyarakat di bidang lingkungan meliputi PKK, LPMK, KIM, FIM, Karang
Taruna. Kelompok Pengelola Sampah dan lain-lain.
Peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan melalui kerja bakti,
penghijauan lingkungan, dan lain-lain.
2.5 Sintesa Teori dalam mewujudkan Kelurahan Ramah Lingkungan
Berdasarkan literatur yang telah dijabarkan tersebut, maka dapat dirumuskan sintesa dari
keseluruhan literatur sebagai variabel untuk bahan kajian dalam penelitian. Sintesa kajian literatur
tersebut sebagai penjabaran atas sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Berikut lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel I.4.
TABEL I.4
SINTESA KAJIAN LITERATURSasaran Uraian Teori Sumber Variabel
MengidentifikasidanmenganalisisPenyediaanRTH
Setiap kota harus memiliki Ruang Terbuka Hijau(RTH) sebesar 30% yang terdiri atas, RTH untuk
publik (umum) sebesar 20% dan RTH untuk privatesebesar 10%
Pasal 29 dan 30Undang-Undang
Nomor 26 Tahun2007 tentangPenataan Ruang
PenyediaanRuang
TerbukaHijau
Kota hijau adalah kota yang sehat dan bersahabat. Kotayang diisi oleh orang-orang dan atau penduduk yangaktif dan bersahabat dengan lingkungan. Kota dibangundengan memanfaatkan ruang publik yang lebih alamidan tidak membahayakan kesehatan dan keselamatan
penduduknya. Kota hijau harus efisien dan cerdas
Jogo, Niwono,2013
-
8/20/2019 BAB II 25 nov
15/15
27
Sasaran Uraian Teori Sumber VariabelSatu dari Lima atribut Kota Hijau : menciptakan suatu
jejaring Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota/wilayah Kurokawa, 2004
Aspek fisik dari pembangunan berkelanjutan tentang pengaturan penggunaan tanah yaitu menciptakan ruang-ruang terbuka, penggunaan lahan campuran,
pembatasan pemekaran kota
Budihardjo, Eko.1999
MengidentifikasidanmenganalisisPengelolaanSampah
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan target pengurangan sampah, strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan kebersihan, penyediaan saranadan prasarana, mengurangi penggunaan barang(reduce), gunakan barang ulang (reuse), mendaur ulang
barang (recycle), tidak membeli barang yang merusaklingkungan (refuse), membiasakan memperbaiki barang(repair)
Undang-Undang Nomor 18 Tahun2008 tentangPengelolaanSampah
PengelolaanSampah
Pengembangan usaha untuk pengurangan sampah dan
limbah serta proses daur ulang (reduce, reuse, recycle) Kurokawa, 2004
MengidentifikasidanmenganalisisPengelolaan AirBersih
Mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya airyang ramah lingkungan (mengurangi kadar polusi air
permukaan dan air tanah/mengurangi air limbah),mengembangkan sistem pengelolaan sumberdaya airyang menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat(waduk, situ, danau dan lain-lain), menjaminketersediaan air sepanjang waktu (termasuk musimkemarau, pada beban puncak, dan lain lain)
Kementrian PU,2011
PengelolaanAir Bersih
Pemanfataan sumberdaya air dengan menggunakan airseperlunya (reduce), mendaur ulang air (recycle), memanfaatkan ulang air (reuse), mengisi kembali airtanah dengan sumur resapan air (recharge), melestarikan sumber-sumber air (recovery)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004 tentangSumberdaya Air
Ramah Lingkungan yaitu memanfaatkan secara efektifdan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangilimbah, menerapkan sistem transportasi terpadu,menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikanlingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaandan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan
Kementrian PU,2011
MengidentifikasidanmenganalisisPengelolaanLimbah
Pengembangan usaha untuk pengurangan sampah danlimbah serta proses daur ulang (reduce, reuse, recycle)
Kurokawa, 2004
Pengelolaan
LimbahTujuh atribut kota hijau : energi, pengurangan limbah,urban desain, urban nature , kerusakan lingkungan, air
United Nations
Urban Enviromental Accords
(UNUEA), 2005
MengidentifikasidanmenganalisisPeran SertaMasyarakat
Satu dari lima atribut kota hijau yaitu kepekaan dankepedulian masyarakat
Platt, 1994
Peran SertaMasyarakatElemen-elemen permukiman yaitu alam (nature),
manusia (man), masyarakat (society), bangunan/rumah(shells), jaringan (network)
Dioxiadis, 1968dalam Sastra,Suparno dan
Endy Marlina,2006
Sumber : Analisis Penyusun, 2014