BAB I.docx

22

Click here to load reader

Transcript of BAB I.docx

Page 1: BAB I.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan

atau tanpa lendir dalam tinja.1 Menurut World Health Organization (WHO),

penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambah frekuensi buang air

besar yang lebih dari biasanya , yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin

dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.

Di bagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air

besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak

dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari 4

kali dalam sehari, sedangkan untuk bayi yang berumur lebih dari 1 bulan dan anak,

bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari.2

Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada

anak diseluruh dunia, yang menyebabkan salah satu biliun kejadian sakit dan 3-5

juta kematian setiap tahun. Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi

setiap tahun, pada 16,5 juta anak sebelum usia 5 tahun, menghasilkan 2,1-3,7 juta

kunjungan dokter, 220.000 penginapan di rumah sakit, 924.000 hari rumah sakit

dan 400-500 kematian.3

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi

dan anak di indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisaran antar 150-430

1

Page 2: BAB I.docx

perseribu penduduk setahun. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan,

angka kematian di rumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3%.2

Penggunaan kata diare sebenarnya lebih tepat daripada gastroentoritis, karena

istilah yang disebutkan terakhir ini memberikan kesan seolah- olah penyakit ini

hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung

jarang mengalami peradangan.2

Dari apa yang dipaparkan diatas, penulis rasanya perlu untuk mempelajarai lebih

lanjut tentang penyakit diare.

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,

patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan

diare.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut tentang diare

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi diare

2. Mampu memehami dan menjelaskan tentang epidemiologi, etiologi,

patogenesis, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang,

komplikasi dan tatalaksana diare

2

Page 3: BAB I.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjaun Teori

2.1 Definisi Diare

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah

dan atau tanpa lendir dalam tinja.1 Menurut Word Health Organization (WHO),

penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk

dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambah frekuensi

buang air besar yang lebih dari biasanya , yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari

yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah

Penggunaan kata diare sebenarnya lebih tepat dari pada gastroentoritis, karena

istilah yang disebutkan terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini

hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung

jarang mengalami peradangan.2

Di bagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air

besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih

banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar

lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi yang berumur lebih dari 1 bulan dan

anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 2

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan

menurut World Ggastroenterology Organisation Global Guidelines 2005, diare

akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah

lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.4

3

Page 4: BAB I.docx

Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para

pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada

kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di

indonesia dipilih waktu lebih dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih

cepat menginvestigasi penyebab diare lebih tepat. 4

2.2 Epidemiologi Diare

Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada

anak diseluruh dunia, yang menyebabkan salah satu biliun kejadian sakit dan 3-5

juta kematian setiap tahun. Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi

setiap tahun, pada 16,5 juta anak sebelum usia 5 tahun, menghasilkan2,1-3,7 juta

kunjungan dokter, 220.000 penginapan di rumah sakit, 924.000 hari rumah sakit

dan 400-500 kematian.3

Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah tinja-mulut, dengan

makanan dan air yang merupakan pengantar untuk kebanyakan kejadian.

Enterogen yang infeksius pada pemasukan (inokulum) yang sedikit (shigella,

virus enterik, giardia lamblia, cryptoporidium, dan mungkin Eschehericia coli)

dapat ditularkan dengan kontak dari orang ke orang. 3

Faktor yang menambah kerentangan terhadap infeksi dengan enteropatogen

adalah umur muda, defisiensi imun, campak, malnutrisi, perjalanan ke daerah

endemik, kekurangan ASI, pemajaanan terhadap keadaan sanitasi jelek, makan

makanan atau air yeng terkontaminasi, tingkat pendidikan ibu, dan pengunjung

pusat perawatan harian. 3

4

Page 5: BAB I.docx

2.3 Etiologi Diare

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor infeksi

i. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi

Infeksi Bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, shigella,

campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya

Infeksi virus: enterovirus, rotavirus, astrovirus, dan lain-

lain

Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris,

strongyloides), protozoa (entamoeba histolytica, giardia

lamblia, trichomonas hominis), jamur (candidia albican).

ii. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

i. Malabsorbsi karbohidrat: disakaria (intoleransi laktosa, maltosa,

dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fluktosa dan

galaktosa), pada bayi dan anak yang tersering adalah intoleransi

laktosa

ii. Malabsorbsi lemak

iii. Malabsorbsi protein

5

Page 6: BAB I.docx

c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat

menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar. 2

2.4 Patogenesis

Patogenesis kebanyakan episode diare dapat dijelaskan dari kelainan sekretorik,

osmotik atau motilitas, atau kombinasi hal- hal tersebut.

a. Gangguan sekretorik

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 2

Yang khas dari diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan

volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung

walaupu dilakukan puasa makan atau minum. 4

Diare sekretorik dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen dan

apotogen, hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan,

gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan defisiensi imun

terutama IigA sekretorik. 1

b. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam usus meninggi, sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus

6

Page 7: BAB I.docx

berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare. 2

c. Gangguan Motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan

yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. 2

Patogenesis diare akut

a. Masuknya jasat renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah

berhasil melewati rintangan asam lambung

b. Jasat renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) didalam usus

halus

c. Jasat renik mengeluarkan toksin ( toksin diaregenik )

d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya

menimbulkan diare. 2

Patogenesis diare kronik

Lebih komplek dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi

bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.2

7

Page 8: BAB I.docx

2.5 Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi

a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya

gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan

sebagainya)

b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,

pengeluaran bertambah)

c. Hipoglikemia

d. Gangguan sirkulasi darah. 2

2.6 Gejala Klinis

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja

cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah

menjadi kehijau-hijauan karen bercampur dengan empedu. Anus dan daerah

disekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam

sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang

tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.2

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan

oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam

basa dan elektrolit. 2

Bila penderita telah banyak kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala

dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun , turgor kulit berkurang, mata dan

8

Page 9: BAB I.docx

ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit

tampak kering. 2

2.7 Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan tinja: makroskopik dan mikroskopik, pH dan kadar gula

jika diduga adanya intoleransi glukosa, biakan kuman untuk mencari

kuman penyebab dan uji resistensi terhadap antibiotik (pada diare

persisten).

b. Pemeriksaaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan

elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai

kejang).

c. Pemeriksaaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal,

d. Duadenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara

kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.1

2.8 Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi

berbagai macam komplikasi seperti:

a. Dehidrasi (tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan-sedang, berat, hipotonik,

isotonik, atau hipertonik)

b. Syok hipovolemik

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)

9

Page 10: BAB I.docx

d. Hipoglikemia

e. Intoleransi glukosa sekunder, sebagai defisiensi asam laktat karena

kerusakan villi mukosa usus halus

f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.1

2.9 Penatalaksanaan Diare

Lima langkah tuntas diare ( LINTAS DIARE):

1. Rehidrasi

2. Dukungan nutrisi

3. Suplemen zinc

4. Antibiotik selektif

5. Edukasi orang tua atau pengasuh

Diare membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya.

Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara

cepat (tanpa rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya

berhenti.1

Jumlah cairan cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang telah

hilang melalui diare dan atau muntah (previous water losses= PWL) ditambah

dengan banyaknya cairan yang keluar melalui keringat, urin dan pernapasan

(normal water losses=NWL) dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang

10

Page 11: BAB I.docx

melalui tinja dan muntah yang masih berlangsung (concomitant water

losses=CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi.1

Tabel 1. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian A B CLihat

Keadaan umum Mata

Air mata

Mulut dan lidah

Rasa haus

Pemeriksa Turgor kulit

Baik, sadarNormal

Normal

Basah

Minum biasa/tidak haus

Kembali cepat

Gelisah, rewelCekung

Tidak ada

Kering

Haus, ingin minum banyak

Kembali lambat

Lesu, lunglai, tidak sadar

Sangat cekungTidak ada

Sangat kering

Malas minum dan tak bisa

minumKembali sangat

lambatHasil Pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehihrasi

ringan-sedangDehidrasi berat

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B

Rencana terapi C

Catatan: penilaian dimulai dengan melihat ke kolom C

a. Rencana terapi A

1. Berikan cairan lebih banyak dari biasanya:

Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama,

Anak yang mendapat asi eksklusif, beri oralit atau air matang

sebagai tambahan,

Anak yang tidak mendpatkan asi eksklusif, beri susu yang

biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai

tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb),

Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10

menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit,

o Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali BAB

11

Page 12: BAB I.docx

o Umur > 1 tahun beri 100-200 ml setiap kali BAB

Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) dirumah bila

Telah diobati dengan rencana terapi B atau C

Tidak dapat kembali kepada tugas kesehatan jika diare

memburuk. 5

2. Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti.

Dapat diberi dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1

sendok air matang atau ASI

Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) perhari

Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) perhari.5

3. Berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi

Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama

pada waktu anak sehat

Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi

makan,

Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang,

air kelapa hijau,

Berikan makanan lebih sering dari biasanya dengan porsi

lebih kecil (stiap 3-4 jam),

Setelah diare berhenti, berikan makanan sama dan

makanan tambahan selama 2 minggu.5

4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi

5. Edukasi orang tua atau pengasuh

12

Page 13: BAB I.docx

Membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:

BAB cair lebih sering

Muntah berulang

Sangat haus

Makan dan minum sangat sedikit

Timbul demam

BAB berdarah

Tidak membaik dalam 3 hari. 5

b. Rencana terapi B

Untuk terapi diare dehidrasi ringan- sedang,

1. berikan oralit dalam 3 jam pertama 75 ml/kgBB anak

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berilkanlah

Bujuk ibu meneruskan ASI

Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga

100-200 ml air masak selama masa ini

Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makanan selama 3

jam kecuali ASI dan oralit.5

2. Beri zinc selama 10 hari berturut-turut,

3. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan

penilaian, kemudian pilih rencana terapi A, B, C untuk

melanjutkan terapi.5

13

Page 14: BAB I.docx

c. Rencana terapi C

Untuk terapi diare dehitrasi berat.

Ikuti panah, bila jawaban dari pertanyaan ya, teruskan ke kanan. Bila

tidak, teruskan ke bawah. 5

14

Cairan intravena yang dianjurkan adalah larutan ringer laktat. Bila tidak tersedia garam faal (9 grm atau 50 gram/l) atau dekstrose 2a (50 gram atau 100 gram/l) dapat digunakan. Larutan intravena yang hanya menggandung glukosa tidak boleh digunakan. 1

Dapatkah anda memberikan cairan intra vena ya

Berikan cairan intravena segera, Ringer laktat atau NaCL 0,9% 100ml/kgBB dibagi sebagai berikut:o Bayi < 1thn 30 ml/kgBB dalam 1 jam, dilanjutkan 70

ml/kgBB dalam 5 jamo Anak > 1 tahun 3o ml/kgBB dalam 30 menit dilanjutkan

70 ml/kgBB dalam 2,5 jam Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba

berikan tetes lebih cepat Juga diberi oralit (5ml/kg/jam) bila penderita bisa

minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)

Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai kembali derajat dehidrasi kemudian pilih kembali rencana terapi

Adakah pengobatan terdekat (dalam 30 menit

Bila penderita bisa minum, sediakan Rujuk penderitauntuk terapi interavena

oralit

Rehidrasi dengan oralit menggunakan NGT/OGT berikan sedikit demi sedikit, 20ml/kgBB/ jam selama 6 jamo Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambato Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi

interavena Nilai setiap 1-2 jam Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai

Tidak

Ya

Tidak

Apakah dapat menggunakan NGT/OGT? Ya

Page 15: BAB I.docx

15

Mulai rehidrasi oralit melalui mulut berikan sedikit demi sedikit, 20ml/kgBB/jam selama 6 jam

Nilai setiap1-2 jam Setelah 6 jam nilai kemabli dan pilih terapi yang sesuai

Catatan: Bila mungkin amati penderita setiap 6 jam setelah rehidrasi

untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberikan oralit.

Bila umur anak diatas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah anda, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotik yang tepat secara oral begitu anak sadar

Tidak

Apakah penderita bisa minum? ya

tidak

Segera rujuki anak untuk rehidrasi melalui NGT/OGT atau intervena