BAB I.docx
-
Upload
rio-gorad-six -
Category
Documents
-
view
217 -
download
3
Transcript of BAB I.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan
asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks
dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap
menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal. Wanita hamil
biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat
dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan
indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa
kehamilan.
Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh
semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan
kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional
65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis
yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang –
kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi
puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai
hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa
oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan
curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan
fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain
(misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan
darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi
dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus
anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993).
Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan
1
berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia
sel sabit dan talasemia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia
selama kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih
lanjut
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
b. Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
c. Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan
d. Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
e. Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
f. Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan
g. Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas
kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
2
BAB II
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL
A. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi
oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim
terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap
kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat
besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada
wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
B. Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin,
2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai
berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-
lain
3
C. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah
sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil
dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat,
fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari
dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program
nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b.Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat
besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002).
Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan
Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat
dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat
lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah
pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb
dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai
800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk
janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan
4
massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100
kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan
3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi
perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan
menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang
sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk
sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-
pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi
ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta
gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas
dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis
obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah
berulang dapat membantu penderita ini.
5
D. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
1. Ibu mengeluh cepat lelah,
2. Sering pusing,
3. Mata berkunang-kunang,
4. Malaise,
5. Lidah luka,
6. Nafsu makan turun (anoreksia),
7. Konsentrasi hilang,
8. Nafas pendek (pada anemia parah); dan
9. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
E. Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum
tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor,
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
6
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat
kerja organ-organ penting.
F. Pemeriksaan penunjang laboratorium pada kehamilan
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau
tinggi (hemolitik)
8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
7
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 1999).
G. Penatalaksanaan Medis
1. Tindakan umum :
a. Transpalasi sel darah merah.
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
2. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
a. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis
makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
b. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
c. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
d. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
8
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
a. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit,
anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit
hemolitik herediter lain.
b. Kaji riwayat keluarga
2. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
a. Morfologi
1) Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat
dan matang
2) SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat
besi
3) SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
b. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
1) Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat
menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
2) Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan
yang normal dan sehat.
3) Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar
yang rendah, namun masih normal.
4) Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
a) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
b) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul
time-release, seperti Slow-Fe setiap hari
5) Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan
anemia megaloblastik.
a)
b) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
c) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per
oral, 2 atau 3 kali/hari.
9
6) Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak
berespon terhadap pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah
berikut:
a) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
b) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(1) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
(2) Kadar kosentrasizat besi serum
(3) Kapasitas pegikat zat besi
(4) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(5) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(6) Hitung trombosit
(7) Uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(8) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasite
(9) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik
didapat) bila klien keturunan Afika-Amerika.
c) Konsultasikan dengan dokter
d) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
3. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28
minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
a. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
b. Konsultasikan ke dokter bila:
1) Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat
terapi
2) Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil
sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
3) Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
4) Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
.
10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI
kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi
segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi
jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku :
11
mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering,
mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan
pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental :
tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina
(aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
12
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat
kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi
darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore
(DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi)
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
13
C. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria hasil Intevensi Rasional
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas sehari-hari.
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4. Berikan lingkungan tenang.
5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
1. Mempengaruhi pilihan intervensi/ bantuan
2. Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3. Timbang berat badan tiap hari.
4. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi
14
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
7. Kolaborasi :a. Berikan obat
sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),
b. Besi dextran (IM/IV.)
gaster.5. Gejala GI dapat
menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7. Kolaborasi :a. Kebutuhan
penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
b. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
1. Mencegah kontaminasi silang.
2. Menurunkan resiko infeksi bakteri.
3. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis
15
4. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5. Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
cairan tubuh.4. Adnya proses
inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah.
2. Auskultas bunyi usus
3. Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/ cairan.
4. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering.
5. Kolaborasi: berikan obat anti diare, misalnya: difenoxsilat hidroklorida.
1. Membantu mengidentifikasi penyebab/ factor pemberat dan intervensi yang tepat.
2. Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3. Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
4. Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan kulit.
5. Menurunkan multilitas usus bila diare terjadi.
D. Evaluasi
1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan
TD masih dalamrentang normal pasien.
2. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi. Klien menunjukan perilaku,
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.
3. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4. Fungsi usus mulai kembali normal.
16
Pembahasan jurnal :
1. Anemia selama kehamilan adalah tantangan kesehatan masyarakat global
mengahadapi dunia saat ini, terutama di negara – negara berkembang.
2. Systematic review of case control ecological status
3. Quality : 3a
4. Metode : review semua sastra yang diterbitkanberkaitan dengan prevalensi
anemia selama 5 tahun (2007-2011) di negara-negara Asia Selatan
dilaksanakan.
5. Penelitian ini dilakukan di negara – negara asia tenggara
6. Penelitian dilakukan selama 5 tahun (2007-2011) Sampel penelitian ini
menggunakan Onlinedatabase MEDLINE, CINAHL, Science Direct,
Scopus, danCochrane digunakan untuk mengidentifikasi studi yang relevan.
7. Hasil : sebelas studi dengan total 1,93,131 wanita hamildimasukkan dalam
review. Maksimum dan minimumtingkat prevalensi melaporkan anemia
selama kehamilan adalah 80dan 18% masing-masing. Prevalensi maksimum
dan minimumanemia parah yang mempengaruhi wanita hamil adalah 20 dan
2,7%.
Kesimpulan
Bukti yang tersedia menunjukkan bahwa anemia defisiensi besiberkontribusi
secara substansial women's health bahkan hari ini.Anemia berat selama
kehamilan adalah kontributor pentingIbu mortalitas dan morbiditas. Sebelas
studi yang diterbitkanantara tahun 2007 dan 2012 ditemukan bahwa prevalensi
anemia dinegara-negara Asia Selatan masih bertahan. Prevalensi
diperkirakananemia berkisar 18 80%, dan prevalensi parahanemia berkisar dari
2,7 sampai 20%.
17
DAFTAR PUSTAKA
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC
18