BAB I.docx
Transcript of BAB I.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada makalah ini penulis akan membahas tentang TB PARU dimana perlu di ketahui
bahwa , Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang
disebabkan oleh Myobakterium Tuberkulosis.
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag),
sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut
sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
B. TUJUAN
Dalam pembuatan makalah ini kami bertujuan agar makalah ini dapat di gunakan sebagai
penunjang proses belajar mengajar khususnya untuk mahasiswa jurusan keperawatan selain
itu makalah ini di buat sebagai wujud tugas dari mata kuliah kebutuhan dasar manusia,
harapan penulis semoga makalah ini dapat di gunakan sebagaimana mestinya.
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang
disebabkan oleh Myobakterium Tuberkulosis.
B. ETIOLOGI
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian
besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap kimia, fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang
banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan oksigennya
yaitu daerah epikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis.
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag),
sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut
sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat). Basil Tuberkel yang mencapai permukaan alveolus
akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung
tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang
berada dialveolus dibagian bawah lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan.
Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak
membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang
biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian
sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) .
Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan
fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas
membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel.
D. TANDA & GEJAL
Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak adalah :
1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 2
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang
/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta
(menghasilkan sputum)
3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir kepala,
nyeri otot, keringat diwaktu malam hari.
Pada Atelektasis terdapat gejala manifestasi klinik yaitu Sianosis, Sesak nafas, Kolaps.
Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong kesisi yang
sakit. Pada Foto Torax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjol
keatas.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
Pemeriksaan fisik :
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara
umforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
Pemeriksaan Radiologi :
Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
Pada kavitas bayangan berupa cincin.
Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau
kerusakan paru karena TB.
Laboratorium :
Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
Sputum : pada kultur ditemukan BTA
Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
F. PENATALAKSANAAN :
Penyuluhan
Pencegahan
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 3
Pemberian obat-obatan :
1. OAT (obat anti tuberkulosa) :
2. Bronchodilatator
3. Expektoran
4. OBH
5. Vitamin
Fisioterapi dan rehabilitasi
Konsultasi secara teratur
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Pola aktifitas dan istirahat : Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur,
Berkeringat pada malam hari.
b. Pola Nutrisi : Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun
c. Respirasi :Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.
d. Riwayat Keluarga :Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama
(penyakit yang sama).
e. Riwayat lingkungan :Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi
rumah yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak.
f. Aspek Psikososial :
Merasa dikucilkan
Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang bayak.
Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.
Tidak bersemangat, putus harapan.
g. Riwayat Penyakit sebelumnya :
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh.
Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out).
G. DIAGNOSA PERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :
1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan adanya faktor resiko :
Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis.
Kerusakan membran alveolar kapiler.
Sekret yang kental
Edema Bronchial.
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 4
2. Potensial infeksi dan penyebaran infeksi sehubungan dengan :
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.
Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.
Daya tahan/ resistensi terhadap infeksi rendah
Malnutrisi
Terkontaminasi oleh lingkungan.
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya
produksi sputum, dyspnoe, anorexia, penurunan finansial /biaya.
4. Pembersihan jalan nafas yang tidak efektif sehubungan dengan sekresi yang kental, lengket
dan berdarah, lelah dan usaha batuk yang kurang, Edema trachea/larink.
5. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,
sehubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas
pengetahuan/kognisi, tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 5
H. Pengobatan:
1. Nama obat : INH
Dosis : 1 x 400 mg
Farmakokinetik:
Diabsorbsi : dari saluran pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan
tingkat absorbsi
Puncak : 1 - 2 jam
Distribusi : Keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati
plasenta
Metabolisme : Tidak diaktifkan oleh acetylation di dalam hati
Eliminasi : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24
jam, diekskresikan dalam air susu
Efek samping : biasanya dihubungkan dengan dosis
CNS : parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing,
vertigo, ataxia, somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan
tingkah laku, depresi, kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi,
otot kejang, mimpi yang berlebihan , menstruasi
Mata : Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi
GI : Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi
Hematologi : Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia,
eosinophilia, methemoglobinemia
Hepatotoksisitas: panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula
papular, purpura, urticaria) limpadenitis, vaskulitis
Metabolik endokrin : Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin
(vitamin B6), pellagra, gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia,
hipophosphathemia, hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia
Lain-lain : dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik,
lupus erythromatosus syndrome, iritasi di tempat bekas injeksi.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan
diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI, obat boleh diberikan bersama makanan
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 6
Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan
dalam temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat yang
hangat atau dalam temperatur ruangan.
Nyeri lokal sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara
memutar daerah injeksi
Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30 C kecuali diberikan secara
sebaliknya
Pengkajian /efek obat :
Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk mendeteksi
kemungkinan bakteri yang resisten
Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian
therapi. Lebih dari 90% pasien yang diberikan therapi mempunyai sputum yang
berkurang setelah 6 bulan
Pemeriksaan mata
Monitor Tekanan darah selama pemberian obat
Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval
bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala hepatotoksisitas
Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan
resiko kerusakan hati yang lebih berat
Isoniazid hepatitis (kadang-kadang fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6
bulan pertama, tetapi mungkin terjadi setiap waktu selama pemberian therapi, hal
ini lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau
terutama yang meminum alkohol setiap hari
Cek berat badan 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart
Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara
glikosuria yang nyata dan tes benedik positif; yang palsu segera dilaporkan
Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului
oleh parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan meliputi (termasuk)
alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator
lambat, wanita hamil dan kekuatan.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien
Memeperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung tyramine (keju,
ikan) yang menjadi penyebab dari palpitasi, peningktan tekanan darah.
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 7
Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari
perkembangan hepatotoksik
Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan
tuna) yang bisa menjadi penyebab dari palpitasi memperbesar respon obat (nyeri
kepala, hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)
Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang
aktif, bila digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan.
2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride
Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg
kg/BB/hari atau 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr
Anak: : 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari
Farmakokinetik:
Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan
Puncak 2 - 4 jam
Distribusi: diodistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam
eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva, melalui plasenta, didistribusi kedalam air susu.
Metabolisme: dimetabolisme dalam hati
Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam,
20 - 22 % dikeluarkan dalam feses
Efek samping :
CNS : Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis
peripheral, nyeri tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas bagian bawah
Mata : Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis
anterior optik dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya
luas lapang pandang, kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian
pusat dan periferal, mata nyeri, fotophobia, perdarahan dan edema retina.
Saluran pencernaan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen
Hypersensitifitas : pruritis , dermatitis, anafilaktis
Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang
mengandung darah, gangguan sementara dalam fungsi liver (kemungkinan
hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis akut, abnormalitas EKG,
pengeluaran keringat
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 8
Implikasi Perawatan
Ethambutol mungkin diberikan setelah makan jika iritasi saluran pencernaan
terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan dalam perut.
Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam
kemasan yang tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C kecuali kalau diberikan
langsung .
Pengkajian dan efek obat
Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan sebelum dimulainya
tindakan/dan pengulangan secara periodik pada terapi secara keseluruhan .
Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya
tyerapi. Gejala biasanya tidak tampak selama beberapa minggu sampai beberapa
bulan setelah obat tidak dilanjutkan
Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang, tes untuk ketajaman
penglihatan menggunakan kertas mata, dan tes untuk penggolongan diskriminasi
warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam
interval bulanan selama therapi. Mata seharusnya dites secara terpisah sama
baiknya secara bersama-sama
Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan
adanya oliguria atau perubahan yang penting pada ratio atau dalam laporan
laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat
dihasilkan dari ekresi obat-obat yang lambat
Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat
seharusnya ditentukan dalam interval yang teratur pada terapi secara
menyeluruh.
Pendidikan pasien dan keluarga
Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun
teraturnya pengobatan yang lebih pendek bisa digunakan dengan baik
Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter
dengan segera . Obat seharusnya tersendiri.
Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian
mengaburnya pandangan, perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang
pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik
ditanyakan tentang matanya
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 9
Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada beberapa instansi (jarang),
pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih atau defek mungkin
irreversibel.
3. Nama obat : Rifampisin
Dosis : 1 x 450 mg
Farmakokinetik:
Absorbsi: Dengan mudah diabsorbsi di saluran pencernaan
Puncak: 2 - 4 jam
Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF, melalui plasenta,
didistribusikan ke dalam air susu
Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif
siklus enterohepatik.
Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65%
dalam feses
Efek samping :
CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak
mampuan berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri pada ekstremitas,
kelemahan otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran
frekuensi rendah, secara sementara.
GI : heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram,
diare, kolitis pseudomembran.
Hematologi : Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi
(termasuk) anemia hemolitik
Hypersensitivitas : panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut
dan lidah, eosinophilia, hemolisis
Ginjal : hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure
Lain-lain : hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan
menstruasi, sindroma hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan
sementara pada tes fungsi hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST),
pankreatitis
Overdosis: Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver dan pengerasan,
jaundice, berkeringat, saliva, air mata, feces
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 10
Implikasi Perawatan
Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan
makanan
Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri
Beriakn 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum
diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan
Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat
menjadi tidak stabil dalam keadaan lembab
Pengkajian dan efek obat
Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan
dalam keadaan / waktu kultur positif
Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar
harus dimonitor secara tertutup (closely)
Jika pasien juga mendapat anti koagulan, waktu protrombin seharusnya
ditentukan secara harian atau seringkali untuk membuat dan menjaga aktifitas
antikoagulan
Pendidikan kepada pasien dan keluarga
Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah-
oranye, feces, sputum, keringat dan air mata. Terutama yang menggunakan
kontak lensa atau kaca berwarna lainnya yang permanen
Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif
metode-metode kontrasepsi. Hal-hal yang sama menggunakan Rimfapisin dan
kontrasepsi oral menurunkan keefektifan dari kontrasepsi dan untuk gangguan
menstruasi (spotting, perdarahan)
Perhatikan pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 11
4. Nama obat : Pyrazinamide
Dosis : 2 x 500 mg
Farmakokinetik :
Absorbsi : Langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan
Puncak : 2 jam
Distribusi : Melewati barier darah otak
Metabolisme : di metabolisme di hati
Eliminasi : waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan secara perlahan-lahan di dalam urin
Efek samping :
Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin
rash (jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik
ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan
plasma protrombin.
Implikasi perawatan
Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik,
yellow skin) atau hyperursemia dan akut gout
Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu 15 - 13 C)
Efek obat
Pasien harus diobservasi dan mendapat petunjuk dari supervisi medis
Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik:
pembesaran hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler (echymosis, ptekie,
perdarahan abnormal)
Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi
Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama terapi
Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga
Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan
Pasien seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika memungkinkan
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 12
Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran
terhadap kemungkinan kehilangan kontrol glikemia
5. Nama obat : Aldactone
Dosis : 2 x 100 mg
Farmakokinetik :
Absorbsi : 73% disaluran pencernaan, onset : perlahan-lahan.
Puncak : 2-3 hari , max. efeknya 2 minggu.
Durasi : 2-3 hari atau lebih.
Distribusi : melalui placenta, didistribusikan melalui air susu.
Metabolisme : di hati dan di ginjal.
Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40
- 57% di ekskresikan didalam urin , 35 - 40% di dalam empedu.
Efek samping :
Letargi, Fatique(penurunan BB yang cepat), nyeri kepala dan ataksia.
Endokrin : genekomastik, ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi , efek
endogenik (ketidakteraturan mens, hersutisme, suara dalam) , berubahnya para tyroid,
menurunnya glukosetoleransi .
GI : Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare.
Kulit : Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria.
Lain-lain: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia),
peningkatan BUN, asidosis, agranulasitosis, SLE, hipertensi(post sympatectomi) ,
hiperurecemia, Gout.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
Berikan dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan.
Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 13
Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk
suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration.
Pengkajian dan efek otot :
Cek tekanan darah sebelum diberikan terapi.
Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada
tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.
Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan
respon diuretik atau perkembangan odem.
Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien dengan penyakit
hati.
Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat.
Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan durasi terapi. Ini semua dilakukan
walaupun obat telah dihentikan.
Pendidikan pasien dan keluarga :
Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal mungkin tidak
terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik kontinue untuk 2-3 hari setelah obat
dihentikan.
Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi
pada pasien dengan serosis berat.
Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang tinggi
potasium dan garam.
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang
disebabkan oleh Myobakterium Tuberkulosis.
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap kimia, fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah
yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan
oksigennya yaitu daerah epikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit
Tuberkulosis.
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag),
sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya
melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis meminta agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan di masa mendatang, amien yaa robbal alamien.
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 15
DAFTAR PUSTAKA
1. Haedar Nashir, Lorong Gelap Dunia Wilders, Republika, 13 April 2008.
2. Th Sumartana dkk, Pluralisme, Konplik dan Pendidikan Agama di Indonesia. (tt, 2001),
82.
3. Al Yasa Abu Bakar, Hukum adopsi dan status anak di Indonesia. Dalam buku
“Penerapan Syariat Islam di Indoensia” (Jakarta, Globalmedia Cipta Publising, 2004),
121.
Makalah (Asskep TB PARU)
Nugroho/Raahmat Page 16