BAB I.docx

23
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada makalah ini penulis akan membahas tentang TB PARU dimana perlu di ketahui bahwa , Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang disebabkan oleh Myobakterium Tuberkulosis. Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat). B. TUJUAN Dalam pembuatan makalah ini kami bertujuan agar makalah ini dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar mengajar khususnya untuk mahasiswa jurusan keperawatan selain itu makalah ini di buat sebagai wujud tugas dari mata kuliah kebutuhan dasar manusia, harapan penulis semoga makalah ini dapat di gunakan sebagaimana mestinya. Makalah (Asskep TB PARU) Nugroho/Raahmat Page 1

Transcript of BAB I.docx

Page 1: BAB I.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada makalah ini penulis akan membahas tentang TB PARU dimana perlu di ketahui

bahwa , Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang

disebabkan oleh Myobakterium Tuberkulosis.

Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag),

sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan

makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut

sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).

B. TUJUAN

Dalam pembuatan makalah ini kami bertujuan agar makalah ini dapat di gunakan sebagai

penunjang proses belajar mengajar khususnya untuk mahasiswa jurusan keperawatan selain

itu makalah ini di buat sebagai wujud tugas dari mata kuliah kebutuhan dasar manusia,

harapan penulis semoga makalah ini dapat di gunakan sebagaimana mestinya.

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 1

Page 2: BAB I.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang

disebabkan oleh Myobakterium Tuberkulosis.

B. ETIOLOGI

Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian

besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan

terhadap kimia, fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang

banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan oksigennya

yaitu daerah epikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis.

C. PATOFISIOLOGI

Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag),

sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya melibatkan

makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon ini disebut

sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat). Basil Tuberkel yang mencapai permukaan alveolus

akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung

tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang

berada dialveolus dibagian bawah lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan.

Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit, namun tidak

membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang

mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selluler ini dapat sembuh

dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang

biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang

mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel

epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian

sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) .

Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan

fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibroblas

membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi tuberkel.

D. TANDA & GEJAL

Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak adalah :

1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 2

Page 3: BAB I.docx

2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang

/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta

(menghasilkan sputum)

3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.

4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakir kepala,

nyeri otot, keringat diwaktu malam hari.

Pada Atelektasis terdapat gejala manifestasi klinik yaitu Sianosis, Sesak nafas, Kolaps.

Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong kesisi yang

sakit. Pada Foto Torax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diagfragma menonjol

keatas.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:

Pemeriksaan fisik :

Pada tahap dini sulit diketahui.

Ronchi basah, kasar dan nyaring.

Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara

umforik.

Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)

Pemeriksaan Radiologi :

Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.

Pada kavitas bayangan berupa cincin.

Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau

kerusakan paru karena TB.

Laboratorium :

Darah : leukosit meninggi, LED meningkat

Sputum : pada kultur ditemukan BTA

Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

F. PENATALAKSANAAN :

Penyuluhan

Pencegahan

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 3

Page 4: BAB I.docx

Pemberian obat-obatan :

1. OAT (obat anti tuberkulosa) :

2. Bronchodilatator

3. Expektoran

4. OBH

5. Vitamin

Fisioterapi dan rehabilitasi

Konsultasi secara teratur

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Pola aktifitas dan istirahat : Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur,

Berkeringat pada malam hari.

b. Pola Nutrisi : Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun

c. Respirasi :Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.

d. Riwayat Keluarga :Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama

(penyakit yang sama).

e. Riwayat lingkungan :Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi

rumah yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak.

f. Aspek Psikososial :

Merasa dikucilkan

Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.

Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.

Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama

dan biaya yang bayak.

Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.

Tidak bersemangat, putus harapan.

g. Riwayat Penyakit sebelumnya :

Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh.

Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.

Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out).

G. DIAGNOSA PERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :

1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan adanya faktor resiko :

Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis.

Kerusakan membran alveolar kapiler.

Sekret yang kental

Edema Bronchial.

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 4

Page 5: BAB I.docx

2. Potensial infeksi dan penyebaran infeksi sehubungan dengan :

Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.

Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.

Daya tahan/ resistensi terhadap infeksi rendah

Malnutrisi

Terkontaminasi oleh lingkungan.

Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

3. Gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya

produksi sputum, dyspnoe, anorexia, penurunan finansial /biaya.

4. Pembersihan jalan nafas yang tidak efektif sehubungan dengan sekresi yang kental, lengket

dan berdarah, lelah dan usaha batuk yang kurang, Edema trachea/larink.

5. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,

sehubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas

pengetahuan/kognisi, tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 5

Page 6: BAB I.docx

H. Pengobatan:

1. Nama obat : INH

Dosis : 1 x 400 mg

Farmakokinetik:

Diabsorbsi : dari saluran pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan

tingkat absorbsi

Puncak : 1 - 2 jam

Distribusi : Keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati

plasenta

Metabolisme : Tidak diaktifkan oleh acetylation di dalam hati

Eliminasi : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24

jam, diekskresikan dalam air susu

Efek samping : biasanya dihubungkan dengan dosis

CNS : parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing,

vertigo, ataxia, somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan

tingkah laku, depresi, kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi,

otot kejang, mimpi yang berlebihan , menstruasi

Mata : Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi

GI : Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi

Hematologi : Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia,

eosinophilia, methemoglobinemia

Hepatotoksisitas: panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula

papular, purpura, urticaria) limpadenitis, vaskulitis

Metabolik endokrin : Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin

(vitamin B6), pellagra, gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia,

hipophosphathemia, hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia

Lain-lain : dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik,

lupus erythromatosus syndrome, iritasi di tempat bekas injeksi.

Implikasi perawatan :

Pengelolaan :

Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan

diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI, obat boleh diberikan bersama makanan

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 6

Page 7: BAB I.docx

Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan

dalam temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat yang

hangat atau dalam temperatur ruangan.

Nyeri lokal sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara

memutar daerah injeksi

Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30 C kecuali diberikan secara

sebaliknya

Pengkajian /efek obat :

Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk mendeteksi

kemungkinan bakteri yang resisten

Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian

therapi. Lebih dari 90% pasien yang diberikan therapi mempunyai sputum yang

berkurang setelah 6 bulan

Pemeriksaan mata

Monitor Tekanan darah selama pemberian obat

Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval

bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala hepatotoksisitas

Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan

resiko kerusakan hati yang lebih berat

Isoniazid hepatitis (kadang-kadang fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6

bulan pertama, tetapi mungkin terjadi setiap waktu selama pemberian therapi, hal

ini lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau

terutama yang meminum alkohol setiap hari

Cek berat badan 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart

Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara

glikosuria yang nyata dan tes benedik positif; yang palsu segera dilaporkan

Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului

oleh parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan meliputi (termasuk)

alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator

lambat, wanita hamil dan kekuatan.

Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien

Memeperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung tyramine (keju,

ikan) yang menjadi penyebab dari palpitasi, peningktan tekanan darah.

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 7

Page 8: BAB I.docx

Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari

perkembangan hepatotoksik

Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan

tuna) yang bisa menjadi penyebab dari palpitasi memperbesar respon obat (nyeri

kepala, hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)

Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang

aktif, bila digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan.

2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride

Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg

kg/BB/hari atau 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr

Anak: : 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari

Farmakokinetik:

Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan

Puncak 2 - 4 jam

Distribusi: diodistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam

eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva, melalui plasenta, didistribusi kedalam air susu.

Metabolisme: dimetabolisme dalam hati

Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam,

20 - 22 % dikeluarkan dalam feses

Efek samping :

CNS : Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis

peripheral, nyeri tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas bagian bawah

Mata : Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis

anterior optik dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya

luas lapang pandang, kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian

pusat dan periferal, mata nyeri, fotophobia, perdarahan dan edema retina.

Saluran pencernaan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen

Hypersensitifitas : pruritis , dermatitis, anafilaktis

Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang

mengandung darah, gangguan sementara dalam fungsi liver (kemungkinan

hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis akut, abnormalitas EKG,

pengeluaran keringat

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 8

Page 9: BAB I.docx

Implikasi Perawatan

Ethambutol mungkin diberikan setelah makan jika iritasi saluran pencernaan

terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan dalam perut.

Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam

kemasan yang tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C kecuali kalau diberikan

langsung .

Pengkajian dan efek obat

Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan sebelum dimulainya

tindakan/dan pengulangan secara periodik pada terapi secara keseluruhan .

Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya

tyerapi. Gejala biasanya tidak tampak selama beberapa minggu sampai beberapa

bulan setelah obat tidak dilanjutkan

Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang, tes untuk ketajaman

penglihatan menggunakan kertas mata, dan tes untuk penggolongan diskriminasi

warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam

interval bulanan selama therapi. Mata seharusnya dites secara terpisah sama

baiknya secara bersama-sama

Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan

adanya oliguria atau perubahan yang penting pada ratio atau dalam laporan

laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat

dihasilkan dari ekresi obat-obat yang lambat

Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat

seharusnya ditentukan dalam interval yang teratur pada terapi secara

menyeluruh.

Pendidikan pasien dan keluarga

Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun

teraturnya pengobatan yang lebih pendek bisa digunakan dengan baik

Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter

dengan segera . Obat seharusnya tersendiri.

Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian

mengaburnya pandangan, perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang

pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik

ditanyakan tentang matanya

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 9

Page 10: BAB I.docx

Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari

beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada beberapa instansi (jarang),

pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih atau defek mungkin

irreversibel.

3. Nama obat : Rifampisin

Dosis : 1 x 450 mg

Farmakokinetik:

Absorbsi: Dengan mudah diabsorbsi di saluran pencernaan

Puncak: 2 - 4 jam

Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF, melalui plasenta,

didistribusikan ke dalam air susu

Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif

siklus enterohepatik.

Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65%

dalam feses

Efek samping :

CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak

mampuan berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri pada ekstremitas,

kelemahan otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran

frekuensi rendah, secara sementara.

GI : heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram,

diare, kolitis pseudomembran.

Hematologi : Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi

(termasuk) anemia hemolitik

Hypersensitivitas : panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut

dan lidah, eosinophilia, hemolisis

Ginjal : hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure

Lain-lain : hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan

menstruasi, sindroma hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan

sementara pada tes fungsi hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST),

pankreatitis

Overdosis: Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver dan pengerasan,

jaundice, berkeringat, saliva, air mata, feces

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 10

Page 11: BAB I.docx

Implikasi Perawatan

Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan

makanan

Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri

Beriakn 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum

diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan

Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat

menjadi tidak stabil dalam keadaan lembab

Pengkajian dan efek obat

Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan

dalam keadaan / waktu kultur positif

Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar

harus dimonitor secara tertutup (closely)

Jika pasien juga mendapat anti koagulan, waktu protrombin seharusnya

ditentukan secara harian atau seringkali untuk membuat dan menjaga aktifitas

antikoagulan

Pendidikan kepada pasien dan keluarga

Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah-

oranye, feces, sputum, keringat dan air mata. Terutama yang menggunakan

kontak lensa atau kaca berwarna lainnya yang permanen

Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif

metode-metode kontrasepsi. Hal-hal yang sama menggunakan Rimfapisin dan

kontrasepsi oral menurunkan keefektifan dari kontrasepsi dan untuk gangguan

menstruasi (spotting, perdarahan)

Perhatikan pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 11

Page 12: BAB I.docx

4. Nama obat : Pyrazinamide

Dosis : 2 x 500 mg

Farmakokinetik :

Absorbsi : Langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan

Puncak : 2 jam

Distribusi : Melewati barier darah otak

Metabolisme : di metabolisme di hati

Eliminasi : waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan secara perlahan-lahan di dalam urin

Efek samping :

Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin

rash (jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik

ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan

plasma protrombin.

Implikasi perawatan

Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik,

yellow skin) atau hyperursemia dan akut gout

Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu 15 - 13 C)

Efek obat

Pasien harus diobservasi dan mendapat petunjuk dari supervisi medis

Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik:

pembesaran hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler (echymosis, ptekie,

perdarahan abnormal)

Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi

Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama terapi

Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga

Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan

Pasien seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika memungkinkan

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 12

Page 13: BAB I.docx

Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran

terhadap kemungkinan kehilangan kontrol glikemia

5. Nama obat : Aldactone

Dosis : 2 x 100 mg

Farmakokinetik :

Absorbsi : 73% disaluran pencernaan, onset : perlahan-lahan.

Puncak : 2-3 hari , max. efeknya 2 minggu.

Durasi : 2-3 hari atau lebih.

Distribusi : melalui placenta, didistribusikan melalui air susu.

Metabolisme : di hati dan di ginjal.

Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40

- 57% di ekskresikan didalam urin , 35 - 40% di dalam empedu.

Efek samping :

Letargi, Fatique(penurunan BB yang cepat), nyeri kepala dan ataksia.

Endokrin : genekomastik, ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi , efek

endogenik (ketidakteraturan mens, hersutisme, suara dalam) , berubahnya para tyroid,

menurunnya glukosetoleransi .

GI : Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare.

Kulit : Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria.

Lain-lain: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia),

peningkatan BUN, asidosis, agranulasitosis, SLE, hipertensi(post sympatectomi) ,

hiperurecemia, Gout.

Implikasi perawatan :

Pengelolaan :

Berikan dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan.

Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 13

Page 14: BAB I.docx

Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk

suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration.

Pengkajian dan efek otot :

Cek tekanan darah sebelum diberikan terapi.

Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada

tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.

Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan

respon diuretik atau perkembangan odem.

Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien dengan penyakit

hati.

Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat.

Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan durasi terapi. Ini semua dilakukan

walaupun obat telah dihentikan.

Pendidikan pasien dan keluarga :

Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal mungkin tidak

terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik kontinue untuk 2-3 hari setelah obat

dihentikan.

Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi

pada pasien dengan serosis berat.

Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang tinggi

potasium dan garam.

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 14

Page 15: BAB I.docx

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang

disebabkan oleh Myobakterium Tuberkulosis.

Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.

Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih

tahan terhadap kimia, fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah

yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan

oksigennya yaitu daerah epikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit

Tuberkulosis.

Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag),

sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya

melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon

ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis meminta agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi

kesempurnaan di masa mendatang, amien yaa robbal alamien.

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 15

Page 16: BAB I.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Haedar Nashir, Lorong Gelap Dunia Wilders, Republika, 13 April 2008.

2. Th Sumartana dkk, Pluralisme, Konplik dan Pendidikan Agama di Indonesia. (tt, 2001),

82. 

3. Al Yasa Abu Bakar, Hukum adopsi dan status anak di Indonesia. Dalam buku

“Penerapan Syariat Islam di Indoensia” (Jakarta, Globalmedia Cipta Publising, 2004),

121.

Makalah (Asskep TB PARU)

Nugroho/Raahmat Page 16