BAB I.docx

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laparotomi merupakam tindakan membuka dinding depan abdomen dengan insisi median untuk melihat isi rongga peritoneum. Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berarti perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi. Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus. Indikasi penyakit yang sering dilakukan tindakan laparotomi antara lain peritonitis, pankreatitis, obstruksi usus halus, perdarahan, hernia, lain-lain. Resiko pembedahan dipengaruhi oleh usia, status nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kesehatan umum, obat-obatan dan status mental pasien. Kesembuhan pada pasien post operasi diobservasi seperti kondisi kelelahan pasien, mood dan tidur dievaluasi berturut-turut dengan menggunakan skala kelelahan analog visual, profil dari status mood dan indeks kualitas tidur Pittsburg Keadaan umum pada kegawatan laparotomi seperti hipovolaemia, dehidrasi, sepsis dan kejang septik (kardiovaskuler), hipoksia, takipneu dan atelektasis (respirasi), anemia, jika sepsis potensial koagulopati (sirkulasi), oligoria selama gagal ginjal akut (prarenal), penurunan kesadaran, bingung, cemas dan nyeri (persarafan), perasaan perut penuh, distensi abdomen dan perforasi bowel atau obstruksi (pencernaan), pireksia, asidosis, gangguan keseimbangan elektrolit dan hipoglikemia (pencernaan) 1.2 Tujuan Menentukan organ visera yang ada didalam ruang abdominal/ peritoneal secara langsung dan mempertegas diagnosa

Transcript of BAB I.docx

Page 1: BAB I.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangLaparotomi merupakam tindakan membuka dinding depan abdomen dengan insisi median

untuk melihat isi rongga peritoneum. Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berarti perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi. Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus.

Indikasi penyakit yang sering dilakukan tindakan laparotomi antara lain peritonitis, pankreatitis, obstruksi usus halus, perdarahan, hernia, lain-lain. Resiko pembedahan dipengaruhi oleh usia, status nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kesehatan umum, obat-obatan dan status mental pasien. Kesembuhan pada pasien post operasi diobservasi seperti kondisi kelelahan pasien, mood dan tidur dievaluasi berturut-turut dengan menggunakan skala kelelahan analog visual, profil dari status mood dan indeks kualitas tidur Pittsburg

Keadaan umum pada kegawatan laparotomi seperti hipovolaemia, dehidrasi, sepsis dan kejang septik (kardiovaskuler), hipoksia, takipneu dan atelektasis (respirasi), anemia, jika sepsis potensial koagulopati (sirkulasi), oligoria selama gagal ginjal akut (prarenal), penurunan kesadaran, bingung, cemas dan nyeri (persarafan), perasaan perut penuh, distensi abdomen dan perforasi bowel atau obstruksi (pencernaan), pireksia, asidosis, gangguan keseimbangan elektrolit dan hipoglikemia (pencernaan) 1.2 Tujuan

Menentukan organ visera yang ada didalam ruang abdominal/ peritoneal secara langsung dan mempertegas diagnosa

Page 2: BAB I.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bedah laparatomi adalah tindakan operasi pada daerah abdomen. Bedah laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan dan kandungan. Teknik laparatomi terdiri atas laparatomi flank, laparatomi medianus dan laparatomi paramedianus. Laparatomi flank terbagi menjadi flank kanan dan flank kiri. (Gunanti,2011)

Laparatomi flank kiri untuk melihat organ abomasum, rumen, dan uterus. Sedangkan laparatomi flank kanan untuk melihat organ abomasum, omentum, intestine, caecum, kolon, dan uterus kanan. Laparatomi flank umum dilakukan pada hewan besar. Daerah orientasinya pada legok lapar/fossa paralumbal. Lapisan yang disayat mulai dari kulit, musculus obliquus abdominis internus, musculus abdominis transversus, dan yang terakhir peritoneum. Saat operasi keputusan untuk melakukan laparatomi diambil adalah bila ada kecurigaan penyakit dalam rongga abdominal. Laparatomi medianus umumnya dilakukan pada hewan kecil. Daerah orientasinyaabdominal bagian ventral (linea alba). Lapisan disayat meliputi kulit, aponeurose musculus obliquus abdominis externus, musculus obliquus abdominis internus, dan peritoneum. Target organ berdasarkan bayangan rongga abdomen yaitu daerah epigastrium, mesogastrium, dan hipogastrium. Laparatomi paramedianus dilakukan dengan menyayat abdomen ventral sejajar dengan linea alba. (Gunanti,2011)

Dari ketiga jenis laparatomi tadi, masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Pada bedah laparatomi medianus, keuntungannya adalah kita mudah menemukan daerah yang akan disayat dengan melihat linea alba dan umbilicalis. Selain itu daerah tersebut jarang terjadi pendarahan. Tetapi dengan melakukanlaparatomi medianus ini, kemungkinan akan terjadinya hernia cukup tinggi karena pada daerah yang dioperasi merupakan titik dimana tegangannya paling besar ditambah dengan posisi berdiri hewan yang dorsoventral semakin menambahbeban dan kemungkinan untuk terjadinya hernia. Persembuhan lukanya juga relatif lebih lama, karena daerah penjahitan sedikit mengandung/dilewati darah, sehingga kadar Hb sedikit sehingga suplai oksigen yang diterima juga sedikit. Hal ini menyebabkan metabolisme yang terjadi juga rendah sehingga persembuhan luka menjadi lama. (Gunanti,2011)

Organ dalam ruang abdomen yaitu saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital, saluran reproduksi. Saluran pencernaan terdapat lambung, pancreas, usus, hati dan empedu. Saluran urogenital terdapat ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra. Saluran reproduksi terdapat atas ovarium, tuba falopii, uterus dan saluran limfatik terdapat limpa. Jenis jenis laparotomi adalah: (Sudarminto, 2011)

1. Andrenalektomi : pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenal2. Apendiktomi : operasi apendiks3. Gastrektomi : pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum/

jejunum, mengangkat sel sel penghasilgastrin dalam bagian sel priental)4. Histerektomi : operasi pengangkatan uterus5. Kolektomi : seksisi bagian kolon atau seluruh kolon6. Nefrektomi : operasi pengangkatan ginjal7. Pankeatektomi : eksisi pancreas8. Prostatektomi : operasipengangkatan prostate

Page 3: BAB I.docx

9. Seksio sesaria : pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding ovarium

10. Sistektomi : operasi pengangkatan kandung kemih11. Salpingo oofarektomi :operasi pengankatan satu atau kedua tuba falopi dan

ovarium12. Vagotomi : pemotongan saraf vagus untuk menurunkan asam lambung

dan mengurangi stimulasi kolgenergik pada sel pariental dan membuatnya kurang responsive terhadap gastric

STADIUM ANESTESI UMUM

Stadium anestesi umum sangat perlu dipahami bagi si operator dalam menjalankan operasi, karena dengan memonitor tahapan stadium operasi akan berjalan lancar dan aman. Namun tidak semua anestesi umum dapat mnunjukkan tahapan stadium ini, hanya anestesi inhalasi menggunakan eter akan lebih nyata teramati pada stadium anestesi ini (Budi,2010)

Stadium anestesi dibagi menjadi sbb. :

Stage I. Induction stage or stage of Voluntary Excitement (stadium induksi atau stadium

Eksitasi Bebas), ditandai : (Budi,2010)

Hewan masih sadar, masih perlu restrain yang balk agar hewan tidak berontak /lepas. pernafasan masih dipengaruhi oleh kemauan, rasa takut akan meningkatkan ferkwensi nafas dan pulsus, pupil mata dilatasi dan bahkan hewan dapat terkencing-kencing dan defekasi.

Stacie II. Stage of Involuntary Excitement (stadium eksitasi tidak-bebas), ditandai : (Budi,2010)

Hewan segera hilang kesadarannya setelah memasuki stadium ini. Reaksi reflek terhadap stimuli sangat kuat, gerakan kaki belakang demikian kuatnya sehingga perlu direstrain yang sempurna, nafas sangat tidak teratur, denyut jantung tidak teratur, reflek menelan dan muntah masih ada demikian juga reflek batuk masih ada.

Perlu diketahui bahwa stadium ini adalah stadium yang menyulitkan bagi dokterhewan sehingga dalam prakteknya stadium ini harus segera dilewati sehingga tanda-tandanya tidak muncul. Caranya dengan pemberian premedikasi berupa trangulizer, atau penenang yang lain dan juga dengan teknik peberian suntikan dengan sepertiga atau setengah dosis volume yang diperhitungkan ( misal untuk pentotal atau sagatal/barbiturat) dberikan secara cepat dan sisanya diberikan secara pelan-pelan sambil memonitor kedalaman anestesi.

Catatan : apabila anestesi ini dengan suntikan barbiturat; pada stadium ini harus dilewati arena sehubungan dengan suntikan iv dan hewan meronta tidak dibawah kesadaran kemungkinan jarum lepas dari vena sangat besar dan kalau diluar vena obat ini sangat iritatif terhadap jaringan dan apalagi kalau suntikannya lepas untuk menyutik iv lagi sangat sulit karena hewan selalu bergerakgerak tidak dibawah keasadaran.

Stage III . stage of surgical Anaesthesia (stadium operasi) ditandai (Budi,2010)

Stadium ini dibagi dalam tiga (3) tingkatan kedalaman, light, medium dan deep.

1. First plane ( plana/plain pertama/ringan) ditandai dengan adanya pernafasan yang bebas dari kemaun dan berhentinya semua gerakan kaki belakang. Bola mata bergerak-gerak dari satu sisi ke sisi yang lain, sesuai dengan makin dalamnya anestesi gerakan

Page 4: BAB I.docx

bola mata menjadi lebih lemah dan akhirnya berhenti bila memasuki tingan berikutnya. Reflek palpebra, kunyunctiva dan kornea segera menghilang jika memasuki plain kedua. Reflek pedal pada tingkan ini masih kuat dan cepat. Anestesi pada tingkatan kedalam ini dapat dipergunakan untuk keperluan diagnostik dan pembedahan yang bersifat ringan.

2. Second Plane (plana/plain medium) ditandaidengan perubhan pada sifat respirasi bersifat thorakoabdominal dan amplitudonya menurun, bola mata bergeser ke ventromedial, reflek kornea, palpebra, conyunctiva hilang, reflek batuk akan menghilang pada pertengan stadium ini, otot mengalami relaksasi kecuali otot abdominal. Anestesi pada tingkatan ini semua pembedahan dapat dilakukan kecuali pembedahan rongga perut

3. Third Plane (plana/plain dalam) ditandai dengan adanya pernafasan yang bersifat abdominal dengan amplitudo yang minimal, antara inspirasi dan ekpirasi jelas, bola mata menuju ke tengah, reflek pedal hilang, reflek batuk hilang, tekanan rahang (jaw tension) hilang; semua otot mengalami relaksasi. Pada staium inilah semua operasi termasuk operasi besar dan memerlukan waktu yang relatif lama dapat dilakukan.

Stage IV Overdosage atau stadium paralisa. (Budi,2010)

Pada stadium ini ditandai dengan paralisa otot-otot thorak sempurna dan hanya diagpragma yang masih aktif.Gerakan nafas tersengal-sengal, pulsus cepat dan lemah, pupil mengembang/dilatasi dan bola mata seperti mata ikan( fish-eye) karena sekresi mata berhenti; keadaan ini melanjut nafas melemah dan akhirnya berhenti. Warna sianots mukosa mata berubah menjadi abu-abu (ashen-grey colour) yang menunjukkan adanya gagalnya jantung ( heart failure) kemudian diikuti berhentinya jantung ( cardiac arrest) berarti mati/DEATH.

Page 5: BAB I.docx

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Scalpel+blade Duk 4 towel clamps 1 pinset anatomis 1 pinset chirurgis 1 gunting tajam-tajam 1 gunting tajam-tumpel 1 needle holder 1 Allis tissue forceps 1 retractor 1 Nir baken Tali kekang Tampon Atropin sulfat Xylazine dan ketamine NaCl fisiologis Viccillin Tolfenamic acid Amoxicillin

3.2 Langkah kerja

Page 6: BAB I.docx

Hewan coba (kucing betina)

Dipuasakan selama 8-12 jam

Diukur berat badan, pulsus dan temperatur

Preanastesi (atropin sulfat 0,24 mg/ml

Difiksasi di meja operasi dengan tali kekang

Anastesi (gabungan xylazine 2 mg/kg BB dan ketamin 10 mg/kg BB)

Dilakukan pencukuran rambut di sekitar daerah yang akan dioperasi.

Penyayatan kulit, subcutan, peritonium pada daerah orientasi pembedahan

Mencari organ target

Disemprotkan NaCl fisiologis pada organ dalam yang terekspose

Penutupan sayatan

Bandage

Diberi analgesik tolfenamic acid

Dibeti antibiotik amoxicillin

HASIL

Page 7: BAB I.docx

Pemeriksaan HewanKelas: D Kelompok: 1

Nama Nim1. SARLITA NESTI 1251301001110612. SELVIA 1251301001110623. RIZAL 1251301001110644. M.T HAFIZ 125130100111065

SIGNALEMENT

Nama :TELUNG

Jenis hewan :KUCING

Kelamin :BETINA

Ras/breed :DOMESTIK

Warna bulu/kulit :KREM,HITAM,PUTIH

Umur :9 bulan

Berat badan :2,1 kg

Tanda kusus :

ACC ASISTEN

Tgl

( )

Page 8: BAB I.docx

Pemeriksaan HewanHospital Name : CLINIC VETERINARY OF BRAWIJAYA UNIVERSITY

Address : JL. MT. HARYONO

City : MALANG

Tanggal :7 Mei 2015

Temp: 38,1 0C

Pulse: 56 Respirasi: 36

Membrane color: Pink (Normal) CRT: Normal

Hydration: Normal Body Weight 22 Kg

Color and consistency of feces:

Body condition : Underweight Overweight √ Normal

System Review

a. Integumentary Normal

Abnormal

b. Otic Normal

Abnormal

c. Optalmic Normal

Abnormal

d. Muscoloskeletal Normal

Abnormale. Nervus

Normal Abnormal

f. Cardiovaskuler Normal

Abnormal

g. Respiration Normal

Abnormal

h. Digesty Normal

Abnormali. Lympatic

Normal Abnormal

j. Reproduction Normal

Abnormal

k. Urinaria Normal

Abnormal

Deskripsi Abnormal:

Vaksinasi Ya √ Tidak

ctt:

Disease Record:

ACC ASISTEN

Tgl

( )

Page 9: BAB I.docx

FORM OPERASI

LAPAROTOMY

Nama Pemilik : HafizAlamat : MalngNama : TelungJenis Kelamin : BetinaJenis Hewan : KucingRas/ Brees : Domestik

Temp : 38,1 ° CMembrane mucosa : NormalCRT : NormalPulsus : 56Respirasi :36Hydration :Normal

KONTROL ANASTESI

Obat Golongan ObatDOSIS(mg/Kg

BB)

KOSENTRASI(mg/ml)

Volume Obat (ml)

Rute Waktu

Amoxilin ANTIBIOTIK 20 125/5 1.68 Peroral

Atropin PREMEDIKASI 0,04 15 0.007 SC 13.00

PREMEDIKASI

Ketamin Xylazine

ANASTHESI 10+2 100 dan 20 0.21+0.21 IM 13.15

Viccillin ANTIBIOTIK 15 100 0.21 IM

Tolfen ANALGESIK 4 40 0.21 SC

KONTROL PEMERIKSAAN

Menit 0' 15' 30' 45' 60' 75' 90' 105'Pulsus(/menit) 56 54 55 53 64 76 98 84Temp(0C) 38.1 36.1 35 35.6 35.2 35.1 35.3

Menit 136' 151' 160' 181' 196' 211'Pulsus(/menit) 88 80 84 84 88 112Temp(0C) 34.8 34.4 35.4 35.1 35.6 36.1

ACC ASISTEN

Tgl

( )

Mulai Operasi :

Selesai Operasi :

Mulai Anastesi :

Page 10: BAB I.docx

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisa Prosedur

Operasi yang dilakukan operator pada saat praktikum adalah teknik laparotomy para medianus caudal dengan daerah orientasi abdomen ventral sejajar dengan linea alba. Sebelum dilakukan operasi dipersiapkan alat dan bahan yang digunakan. Alat bedah minor yang digunakan di desinfeksi terlebih dahulu menggunakan iodine dan alcohol, dan tampon untuk menghisap darah yang keluar distelirkan menggunakan autoclave dengan tujuan untuk meminimalisir kontaminasi saat operasi. Bahan yang digunakan untuk preanastesi, anastesi, analgesic, antibiotic telah dihitung dosisnya dan ditempatkan pada spuit sesuai dosis sehingga akan efektif saat dilakukan operasi. Hewan coba diberikan preanastesi dengan tujuan pencegahan efek parasimpatomimetik anestesi, pengurangan ansietas atau nyeri, mengurangi dosis anestesi, mengurangi keadaan gawat darurat anestesi, pada praktikum ini digunakan obat preanastesi atropine sulfat dengan dosis 0,04 mg/kgBB, kosentrasi 0,24 mg/ml dan volume obat yang diberikan 0,33 ml secara SC. Anastesi dilanjutkan 15 menit setelah preanastesi menggunakan xylazine dan ketamine. Xylazine dengan dosis 2 mg/kgBB, konsentrasi 20 mg/ml dan volume obat yang diberikan 0,21 ml secara IM. Ketamine dengan dosis 10 mg/kgBB, konsentrasi 100 mg/ml dan volume obat yang diberikan 0,21 ml secara IM. Kemudian hewan di fiksasi di atas meja operasi dengan posisi terlentang bagian dorsal yang melekat pada meja operasi, menggunakan tali kekang Dilakukan pencukuran rambut di sekitar daerah yang akan dioperasi dengan tujuan mempermudahkan operasi dan mencegah kontaminasi. Kemudian dilakukan penyayatan kulit, subcutan, peritonium pada daerah orientasi pembedahan secara bertahap. Setelah itu mencari target organ yaitu uterus, namun tidak ditemukan uterus sehingga dapat diasumsikan bahwa kucing telah pernah di OH. Disemprotkan NaCl fisiologis pada organ dalam yang terekspose untuk sterilisasi, Penutupan sayatan :Peritonium : pola jahitan simple interrupted menggunakan benang cromik (absorbbable), Subcutan : pola jahitan simple continous menggunakan benang plain (absorbbable), Kulit : pola jahitan simple interrupted menggunakan benang silk (non absorbable). Pada tiap tahap jahitan yang sudah selesai disemprotkan viccillin untuk mencegah adanya infeksi. Setelah selesai dilakukan bandage dengan lapisan dari dalam ke luar yaitu Primary layer : sufra tolle untuk mempercepar penyembuahan luka, Secondary layer : kasa steril + iodine untuk antiseptic dan Tersier layer : hepafix untuk merekatkan lapisan sebelumnya.

5.2 Analisa Hasil

Preanastesi: Atropin Sulfat

Dosis 0,04 mg/kgBB, kosentrasi 0,24 mg/ml dan volume obat yang diberikan 0,33 ml secara SC. Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus selama 90 menit.

Atropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier;Atropin adalah antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura stramonium L dan tanaman lain keluarga Solanaceae.Sifat fisikokimia atropin yaitu serbuk kristal putih atau kristal putih seperti jarum, larut dalam air (2500 mg/mL), alkohol (200 mg/mL) pada suhu 25oC, gliserol (400 mg/mL) atau metanol. Dalam perdagangan injeksi atropine berada dalam bentuk larutan steril dalam pelarut water for injection atau larutan NaCl 0,9 %. Atropin merupakan obat sub kelas terapi. (Rachmat, 2004)

Obat Kardiovaskuler.

Page 11: BAB I.docx

Farmakodinamik/Farmakokinetik yaitu aksi onset : IV : cepat, absorpsinya lengkap, distribusinya terdistribusi secara luas dalam badan, menembus plasenta, masuk dalam air susu, menembus sawar darah otak. Metabolisme hepatik, To eliminasi (half-life elimination) : 2-3 jam. Ekskresi : urin (30% hingga 50% dalam bentuk obat yang tidak berubah dan metabolitnya). (Rachmat, 2004)

Atropin sulfat secara lambat dipengaruhi oleh cahaya. Simpan injeksi pada suhu ruang yang terkontrol pada suhu 15oC hingga 30oC (59oF hingga 86oF), hindari dari suhu dingin dan lindungi dari cahaya. Kontraindikasi yaitu antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut sempit), myasthenia gravis (tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat. (Rachmat, 2004)

Efek samping yaitu antimuscarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi, fotophobia, mulut kering, kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut), mual, muntah dan pusing. (Rachmat, 2004)

Interaksi obat yaitu meningkatkan efek/toksisitas : Antihistamin, fenotiazin, TCAs dan obat lain dengan aktivitas antikolinergik dapat meningkatkan efek antikolinergik dari atropin jika digunakan secara bersamaan. Amine sympathomimetic dapat menyebabkan tachyrrhytmias, hindari penggunaan secara bersamaan. Menurunkan efek : Efek antagonis terjadi dengan obat phenothiazine. Efek levodopa dapat diturunkan (data klinik tervalidasi terbatas). Obat-obat dengan mekanisme cholinergic(metochlopramide, cisapride, bethanecol) menurunkan efek antikolinergik atropin. Parameter monitoring : Heart rate, tekanan darah, pulsa, status mental; monitor jantung. Mekanisme aksi yaitu menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan SSP, meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin dan serotonin. Monitoring : Denyut jantung, tekanan darah, pulsa, status mental; pemberian secara intravena diperlukan monitor jantung. (Rachmat, 2004)

Anastesi: Ketamin dan XylazineKombinasi Xylazine dengan dosis 2 mg/kgBB, konsentrasi 20 mg/ml dan volume obat

yang diberikan 0,21 ml secara IM dengan Ketamine dengan dosis 10 mg/kgBB, konsentrasi 100 mg/ml dan volume obat yang diberikan 0,21 ml secara IM.

Xylazin Hidroklorida merupakan analgesik dan sedatife yang mempunyai efek relaksasi otot yang baik. Sedangkan Ketamin Hidroklorida sering disebut sebagai “dissiosiative anaesthetic” dengan efek menimbulkan kekakuan otot yang tinggi pada waktu pemulihannya, maka dalam penggunaannya biasanya dikombinasikan dengan Xylazin yang memiliki perelaksasi otot sehingga dapat mengurangi kekakuan otot yang dihasilkan agen dissiosiatif. Kombinasi Xylazin-Ketamin Hidroklorida mempunyai keuntungan yaitu ekonomis, pemberiannya mudah baik secara intravena maupun intramuskuler, induksi yang cepat dan pemulihannyapun cepat, kombinasi Xylazin-Ketamin Hidroklorida merupakan agen kombinasi yang saling melengkapi antara efek analgesik dan relaksasi otot serta sangat baik dan efektif untuk anjing karena memiliki rentang keamanan yang lebar. menyatakan bahwa kombinasi kedua anestesi ini akan menimbulkan peningkatan yang bervariasi pada pulmonum, hipertensi sistemik, penurunan curah jantung, hypoventilasi yang menyebabkan peningkatan tekanan karbondioksida dan tekanan oksigen arteri. Penggunaan kombinasi ketamine dan xylazine ini harus hati-hati karena memberikan efek samping seperti meningkatkan cardiac output, tachycardia, hipotensi, hipersalivasi, meningkatkankontraksi dan konvulsi ototpadakucing serta mengakibatkan defisiensi hati dan ginjal. Oleh karena itu, pemeriksaan hewan sebelum dilakukan operasi sangat penting

Page 12: BAB I.docx

untuk memastikan hewan benar benar dalam keadaan sehat. Namun pemberian kombinasi dari kedua anastesi ini juga bertujuan untuk mencegah vomitus. (I Wayan Gorda et al. 2010)

XylazineXylazine merupakan salah satu golongan alpha2-adrenoceptor stimulant atau

alpha-2 adrenergic receptor agonist. Alpha-2 agonist seperti xylazine dan medetomidin adalah preanestetikum yang sering digunakan pada anjing dan kucing untuk menghasilkan sedasi, analgesi, dan pelemas otot. Golongan alpha-2 agonist yang lain seperti romifidin sering digunakan pada kuda, tetapi tidak direkomendasikan untuk anjing dan kucing. Xylazine bekerja melalui mekanisme yang menghambat tonus simpatik karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2-adrenoseptor sehingga menyebabkan medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung, penurunan peristaltik, relaksasi saluran cerna, dan sedasi. Aktivitas xylazine pada susunan syaraf pusat adalah melalui aktivasi atau stimulasi reseptor α2-adrenoseptor, menyebabkan penurunan pelepasan simpatis, mengurangi pengeluaran norepineprin dan dopamin. Reseptor α2, Xylazine menghasilkan sedasi dan hipnotis yang dalam dan lama, dengan dosis yang ditingkatkan mengakibatkan sedasi yang lebih dalam dan lama serta durasi panjang. Xylazine diinjeksikan secara intramuskular menyebabkan iritasi kecil pada daerah suntikan, tetapi tidak menyakitkan dan akan hilang dalam waktu 24–48 jam. α2-adrenoseptor adalah reseptor yang mengatur penyimpanan dan atau pelepasan dopamin dan norepineprin. Xylazine menyebabkan relaksasi otot melalui penghambatan transmisi impuls intraneural pada susunan syaraf pusat dan dapat menyebabkan muntah. Xylazine juga dapat menekan termoregulator. Xylazine menyebabkan tertekannya sistem syaraf pusat, bermula dari sedasi, kemudian dengan dosis yang lebih tinggi menyebabkan hypnosis, tidak sadar dan akhirnya keadaan teranestesi.Pada sistem pernafasan, xylazine menekan pusat pernafasan. Xylazine juga menyebabkan relaksasi otot yang bagus melalui imbibisi transmisi intraneural impuls pada SSP. Penggunaan xylazine pada anjing menghasilkan efek samping merangsang muntah tetapi dapat mengosongkan lambung pada anjing diberi makan sebelum dianestesi. . (Rachmat, 2004)

Xylazine biasa digunakan pada kucing sebagai agen sedatif untuk keperluan pembedahan minor dan untuk menguasai hewan atau handling. Penggunaaan xylazine dengan dosis yang lebih tinggi bukan saja untuk sedasi dan analgesi, tetapi juga menghasilkan immobilisasi. Xylazine bisa digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat lain seperti benzodiazepin atau opioid untuk menghasilkan sedasi. Xylazine juga dapat dikombinasikan dengan anestesi injeksi seperti ketamine, tiopental, dan propofol atau anestesi inhalasi seperti halotan dan isofluran untuk menghasilkan anestesi yang lebih baik.Xylazine biasanya digunakan sebagai preanestesi, tetapi pada anjing akan menyebabkan muntah sehingga bersifat kontra-indikasi untuk hewan yang menderita obstruksi gastro-intestinal. Waktu induksi dari suatu agen anestesi bisa dikurangi sampai 50-75% dengan pemberian preanestesi xylazine untuk menghindari overdosis. (Theresa, Welch., Fossum, et all. 2007)

Dalam anestesi hewan, xylazine sering digunakan dalam kombinasi dengan ketamin. Xylazine adalah analoque clonidine. Obat ini bekerja pada reseptor presynaptic dan postsynaptic dari sistem saraf pusat dan perifer sebagai agonis sebuah adrenergik. Obat ini banyak digunakan dalam subtansi kedokteran hewan dan sering digunakan sebagai obat penenang (sedatif), nyeri (analgesik) dan relaksasi otot rangka (relaksan otot). tetapi memiliki efek farmakologis banyak lainnya. Sebagian besar terdiri dari efek bradikardia dan hipotensi. Xylazine menghambat efek stimulasi saraf postganglionik. (Theresa, Welch., Fossum, et all. 2007)

Xylazine dapat diberikan secara intravena, intramuskular, subkutan. Xylazine mengandung 23,32 mg / ml hidroklorida xylazine dalam larutan air injeksi berbasis. Xylazine dapat diperoleh juga sebagai bubuk kristal murni. Dosis intramuskular hingga 0,3 mg / kg untuk ternak telah.

Page 13: BAB I.docx

Untuk menginduksi muntah pada kucing, xylazine adalah dosis pada 0,2 sampai 0,5 mg per pon (0,44-1 mg / kg) intramuskular. Untuk anjing dosis bahkan bisa lebih tinggi. Xylazine tersedia dalam 20 mg / ml dalam konsentrasi 20 botol ml dan 100 mg / ml pada konsentrasi 50ml botol. (Theresa, Welch., Fossum, et all. 2007)

Sebagai efek samping dari xylazine adalah  mengalami penurunan setelah kenaikan awal pada tekanan darah dalam perjalanan efeknya vasodilatasi tekanan darah dan juga dapat menyebabkan bradikardi. Pengaruh xylazine dapat dibatalkan dengan menggunakan antagonis reseptor adrenergik seperti atipamezole, yohimbine dan tolazoline. Khusus pada kucing xylazine juga merangsang pusat muntah, sehingga obat tersebut digunakan sebagai emetik. Peningkatan buang air kecil kadang-kadang terjadi pada kucing. Tindakan pencegahan dan efek Samping : (Theresa, Welch., Fossum, et all. 2007)

Xylazine tidak boleh digunakan pada hewan dengan hipersensitivitas atau alergi terhadap obat tersebut.

Xylazine tidak dianjurkan pada hewan yang menerima epinefrin,penyakit jantung,darah rendah,penyakit ginjal dengan atau jika hewan ini sangat lemah.

Ketamin

Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic. Indikasi pemakaian ketamin adalah prosedur dengan pengendalian jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis, tindakan ortopedi, pasien risiko tinggi, tindakan operasi sibuk, dan asma. Kontraindikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg, riwayat penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung. Dosis induksi 1-4 mg/kgBB intravena dengan dosis rata-rata 2 mg/kgBB untuk lama kerja 15-20 menit, dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan. Dosis pemberian intramuskular 6-13 mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB untuk lama kerja 10-25 menit. (Rachmat, 2004)

Ketamin adalah satu-satunya obat anestesi intravena yang memiliki kemampuan hipnosis, analgesik dan amnesia sekaligus dan relatif murah. Mempunyai onset kerja yang cepat dan mencapai efek kerja maksimal dalam waktu yang singkat pula. Pada dosis subanestesi ketamin dapat memberikan analgesi yang kuat. Salah satu obat anestetik yang sering digunakan pada kucing adalah ketamin. Dalam penggunaannya ketamin mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya yaitu mempunyai mula kerja (onset of action) yang cepat dan efek analgesik yang kuat serta aplikasinya cukup mudah, yaitu dapat diinjeksikan secara intramuskular. Namun, ketamin juga mempu-nyai kerugian yaitu tidak terjadi relaksasi otot sehingga dapat menimbulkan kekejangan dan depresi ringan pada saluran respirasi. Oleh karena itu, untuk mengurangi efek samping ketamin, penggunaannya sering dikombinasi-kan dengan obat premedikasi, seperti diazepam, midazolam, medetomidine, atau xylazin. (Theresa, Welch., Fossum, et all. 2007)

FarmakologiMula kerja IV: anestesi umum: 1-2 menit, sedasi: 1-2 menit. IM: anestesi umum: 3-8

menit. Durasi: IV.: 5-15 menit; IM.: 12-25 menit. Metabolisme: hati lewat hidroksilasi dan N-demetilasi. Metabolit norketamin mempunyai potensi 25% dari ketamin. Waktu paruh eliminasi: 11-17 menit; eliminasi : 2,5-3,1 jam. Eksresi klirens: 18 mL/kg/menit. (Rachmat, 2004)

Interaksi obatEfek sistem sitokrom P450: Peniingkatan efek: Penghambat CYP2B6 dapat meningkatkan

efek ketamin; misalnyadesipramin, paroksetin, dan sertralin. Penghambat CYP2C9 dapat meningkatkan efek ketamin misalnya delavirdin, flukonazol, gemfibrozil, ketokenazol, nikardipin, NSAID, sulfonamid, dan tolbutamid. Penghambat CYP3A4 dapat meningkatkan efek ketamin, misalnya antijamur azol, klaritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin, imatinib, isoniazid, nefazodon, nikardipin, propofol, protease inhibitor, kunidin, telitromisin, dan verapamil.

Page 14: BAB I.docx

Barbiturat, narkotik, hidroksin dapat memperpanjang pemulihan. Penghambat neuromuskuler nondepolarisasi dapat meningkatkan efek. Pelemas otot, hormon tiroid, dapat meningkatkan tekanan darah dan laju jantung. Halotan dapat menurunkan tekanan darah. (Rachmat, 2004)

Mekanisme aksiBekerja langsung pada sistem limbik dan kortek menyebakan keadaan seperti katalepsi.

Terjadi penglepasan epinefrin dan norepinefrin endogen akan mempertahankan tekanan darah.Menurunkan refleks spinal polisinaps. (Rachmat, 2004)

Merupakan obat yang unik digolongkan dalam anestesi disosiasi karena keadaan status anestesinya/tidurnya tidak lazim, dimana hewan masih melotot, otototot tampak kaku, masih mengeluarkan suara, seperti kesurupan karena ketidaksadarannya sebagai akibat interupsi pada cerebrum, sistim retikulars dan sistim limbik dan sebatas setinggi sistim thalamoneurocortical. Reflek pharyng dan laryng hanya sedikit tertekan, ada rangsangan pada cardiovaskuler dengan hipertensi dan tachicardii dan meningkatnya tekanan cairan cerebrospninal, nafas terdepres dan terjadi hipotermis.Penggunaan secara tunggal tidak dianjurkan untuk kerperluan operasi membuka rongga perut dan rongga dada. Dalam prakteknya ketamin lebih bagus digunakan pada kucing dan primata lainnya namun kurang balk digunakan pada anjing , karena efek analgesinya tidak menentu. Ketamin ini juga tidak dianjurkan untuk operasi daerah kepala dan mata. Pemberian ketamin lebih praktis karena dapat disuntikkan lntravena, intramuskuler maupun subkutan. Dalam praktek kebanyakan diberikan dengan cara suntikan intramuskuler. Penggunaan diklinik ketamin diberikan dengan dicampur dengan xillazin (rompun) dengan dosis pada anjing 5,5 mg/kg bb ketamin dengan 1-2 mg/kgbb xillazin dicampur dalam satu siring/spuit dan anestesi yang dihasilkan cukup memuaskan. (Theresa, Welch., Fossum, et all. 2007)

Analgesic: Tolfenamic acid

Dengan volume obat 0,21 ml setelah hewan sadar, dan diulangi 2 hari sekali (SC).

Farmakokinetik : Asam Tolfenamic (N - (2 - metil - 3 - klorofenil) Asam antranilat ) adalah steroid agen anti - inflamasi non (NSAID), yang termasuk dalam kelompok fenamate. Aktivitas anti - inflamasi asam Tolfenamic dievaluasi dalam berbagai model binatang peradangan. Ditemukan bahwa itu adalah 4 kali lebih kuat dari fenilbutazon dalam model pembelajaran tikus. TOLFEDINE menunjukkan ditandai sifat analgesik dan anti - piretik. Setelah pemberian oral , kadar darah yang efisien dengan cepat tercapai (Cmax tercapai dalam 1 sampai 2 jam pada hewan berpuasa , atau 2 sampai 4 jam bila diberikan dengan makanan) dan berada cukup tinggi untuk mengerahkan aksi anti - inflamasi yang memuaskan selama minimal 24 sampai 36 jam. (Omoigui., 2009)

Farmakodinamik : (Omoigui., 2009)

Mekanisme kerja: Asam Tolfenamic merupakan inhibitor poten enzim siklooksigenase, sehingga menghambat sintesis mediator inflamasi penting seperti tromboksan (Tx) B2 dan prostaglandin ( PG ) E2 . Kerjanya tidak hanya oleh sintesis prostaglandin, tetapi juga memiliki tindakan antagonis langsung pada reseptor .

Efek obat: menunjukkan ditandai sifat analgesik dan anti - piretik. Tolfenamic acid dikenal sangat efektif setiap kali untuk mengurangi peradangan, demam dan nyeri. Efek samping: Intoleransi gastro-intestinal yang umumnya reversibel pada penghentian obat. (Omoigui., 2009)

Page 15: BAB I.docx

Interaksi obat: Tofenamic acid tidak boleh digunakan dalam waktu 24 jam pengobatan dengan salah satu obat berikut: NSAID Lain, kortikosteroid, antibiotik amino-glycosid atau obat lain dengan potensi toksisitas ginjal yang signifikan dan anti koagulan.

Indikasi : Antiinflamatory non steroid, analgesic, antipiretik pada sapid an babi. Kontra indikasi : Obat ini kontraindikasi pada keberadaan ulkus gastro-duodenum atau gangguan ginjal, jantung atau hati yang berat. Hal ini juga kontraindikasi pada hewan dengan dehidrasi, hipovolemia, hipotensi, karena meningkatkan risiko toksisitas ginjal. Tofenamic acid tidak boleh digunakan dalam waktu 24 jam pengobatan dengan salah satu obat berikut: NSAID Lain, kortikosteroid, antibiotik amino-glycosid atau obat lain dengan potensi toksisitas ginjal yang signifikan dan anti koagulan. Hewan dengan hipersensitivitas terhadap asam Tolfenamic atau dengan sensitivitas diketahui non steroid anti-inflamasi atau hewan dengan gangguan coagulative tidak boleh diobati dengan obat ini. (Theresa, Welch., Fossum, et all. 2007)

Antibiotik:Amoxicillin

Dengan volume obat 1,68 ml selama 5 hari diberikan secara oral 2x sehari PO.

Amoxicillin adalah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Obat Amoxicillin berasal dari bahan kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme. Beberapa Amoxicillin bersifat “bakterisida”, yang berarti bekerja dengan membunuh bakteri. Dan lainnya bersifat “bakteriostatik”, yang berarti bekerja dengan menghentikan perkembangan bakteri. Obat Amoxicillin juga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa dan jamur. Beberapa Amoxicillin yang tersedia di pasar antara lain azithromycin, clarithromycin, eritromisin, amoksisilin, penisilin, trimethoprim. Dalam beberapa dekade terakhir, Amoxicillin diproduksi dalam skala besar dan terdapat Amoxicillin yang dikhususkan untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Tetapi sangat sedikit yang menyadari bahaya Amoxicillin jika dikonsumsi secara sembarangan, tanpa mengetahui dosis tepat dan keterangan lebih rinci tentang obat tersebut. Selain itu penggunaan obat Amoxicillin yang tidak sesuai dengan dosis dapat menghilangkan manfaat dan menyebabkan resisten terhadap obat tersebut. (Omoigui., 2009)

Amoxicillin adalah antibiotika yang termasuk ke dalam golongan penisilin. Obat lain yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain Ampicillin, Piperacillin, Ticarcillin, dan lain lain. Karena berada dalam satu golongan maka semua obat tersebut mempunyai mekanisme kerja yang mirip. Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya. Lapisan ini bagi bakteri berfungsi sangat vital yaitu untuk melindungi bakteri dari perubahan lingkungan dan menjaga agar tubuh bakteri tidak tercerai berai. Bakteri tidak akan mampu bertahan hidup tanpa adanya lapisan ini. Amoxicillin sangat efektif untuk beberapa bakteri seperti H. influenzae, N. gonorrhoea,E. coli, Pneumococci, Streptococci, dan beberapa strain dari Staphylococci. (Omoigui., 2009)

Sesuai dengan mekanisme kerja diatas maka Amoxicillin seharusnya memang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sensitif terhadap Amoxicillin. Beberapa penyakit yang biasa diobati dengan Amoxicillin antara lain infeksi pada telinga tengah, radang tonsil, radang tenggorokan, radang pada laring, bronchitis, pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi pada kulit. Amoxicillin juga bisa digunakan untuk mengobati gonorrhea. (Omoigui., 2009)

FAKTOR PENYEMBUHAN LUKA

Page 16: BAB I.docx

Proses persembuhan luka dipengaruhi oleh umur, nutrisi, ada tidaknya kotoran yang menempel pada luka dan kebersihan selama operasi dan post operasi. Pemberian antibiotic untuk mencegah adanya kontaminasi bakteri selama operasi dan post operasi diberikan antibiotic. (Baririt,2011)

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan mamulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah kedaerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing serta perkembangan awal seluluer bagian dari proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area luka yang bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan,dapat membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan. Batas waktu penyembuhan luka ditentukan oleh tipe luka dan lingkungan instrinsik maupun ekstrinsik. Penyembuhan luka bisa berlangsung cepat. Pada luka bedah dapat diketahui adanya sintesis kolagen dengan melihat adanya jembatan penyembuhan dibawah jahitan yang mulai menyatu. Jembatan penyembuhan ini muncul pada hari kelima sampai ketujuh post operasi. (Baririt,2011)

Jahitan biasanya diangkat pada saat sudah terlihat adanya tensil strengt yang mendekatkan tepi luka. Pengangkatan jahitan ini tergantung usia, status nutrisi dan lokasi luka. Jahitan biasanya diangkat pada hari ke enam sampai ketujuh post operasi untuk menghindari terbentuknya bekas jahitan (suture marks) walaupun pembentukan kolagen sampai jahitan menyatu berakhir hari ke-21 Kolagen sebagai jembatan penyembuhan ini muncul pada hari ke-5 sampai ke-7 post operasi. Bila lebih dari 7 hari berarti terjadi perlambatan sintesis kolagen yang berarti penyembuhan luka lambat. (Baririt,2011)

Suatu luka bersih akan tetap bersih bila dilakukan persiapan operasi yang baik dan tehnik pembedahan yang baik serta perawatan luka post operasi yang baik pula. Pemberian antibiotik peroral yang adekuat mampu mencegah terjadinya infeksi sehingga meski tanpa cairan antiseptik proses penyembuhan luka dapat tetap terjadi. (Baririt,2011)

KONDISI FISIOLOGI HEWAN

Temperatur: 38,1 0C

Pulsus: 56

Respirasi: 36

Membrane color: Pink (Normal)

CRT: Normal

Hydration: Normal

Body Weight 22 Kg

Color and consistency of feces:

Gizi:sedang

Pertumbuhanbadan:baik

Temperamen:tenang

Sikapbadan:berdiripadakeempatkaki

Page 17: BAB I.docx

Selaputlendir:tidakadakelainan

Frekuensi pernafasan, keteraturan serta dalamnya perlu diperiksa dari jarak yang tidak mengganggua hewan. Tingkat sesak nafas atau respirasi abdominal dapat dinilai pada pengamatan pernafasan. Pada kucing normal dalam keadaan tenang serta pada suhu lingkungan sedang, rata-rata frekuensi pernafasanya 24 – 42 tiap menitnya (Smith,2006). Frekuensi nafas hewan coba 36 per menit, masih dalam kisaran rata-rata frekuensi pernafasa normal.

Biasanya suhu tubuh diukur melalui rektum. Suhu normal kucing dengan pengambilan

melaui rektum adalah 38,0 – 39,5 o C. Suhu normal dibenarkan memiliki variasi 0,5 sampai dengan 1,0 C selama jangka waktu satu hari. Suhu lingkungan yang tinggi atau gerak yang berlebihan dapat mengakibatkan suhu tubuh meningkat sedikit diatas suhu badan normal

(Smith,2006). Suhu pada hewan coba 38,1 0C, masih dalam kisaran suhu normal.

Pulsus pada kucing dapat ditentukan dari arteri-arteri. (Smith,2006)

Arteria femoralis ; di sisi medial femur Arteria digitalis; di sisi voler karpus Arteria koksigea; di sisi ventral/ basis ekor Arteria lingualis ; di sisi ventral lidah (hanya pada pasien terbius dapat diraba)

Kadang-kadang frekuensi pulsus lebih mudah ditentukan dengan jalan auskultasi jantung. Frekuensi pulsus per menit pada kucing (110 – 140 x/ menit). Apabila mengalami kenaikan, frekuensi pulsus perlu diukur ulang, karena kegelisahan akibat pemeriksaan dapat mengakibatkan kenaikan frekuensi sementara. (Smith,2006). Sedangkan hewan coba dalam praktikum ini memiliki pulsus 56, sangat sedikit dibandingkan frekuensi pulsus per menit kucing normal.

BAB VI

Page 18: BAB I.docx

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bedah laparatomi adalah tindakan operasi pada daerah abdomen. Teknik laparatomi terdiri atas laparatomi flank, laparatomi medianus dan laparatomi paramedianus. Laparatomi flank terbagi menjadi flank kanan dan flank kiri. Pada praktikum ini, teknik laparotomi yang digunakan adalah laparotomi paramedianus, dengan daerah orientasi abdomen ventral sejajar dengan linea alba dengan target organ yaitu uterus dan lapisan yang disayat yaitu kulit, subcutan, peritoneum. Pada pembedahan ini, kelompok kami tidak menemukan target organ (uterus) karena kucing yang didapatkan sudah di OH. Obat premedikasi yang digunakan adalah atropine sulfat dosis 0,04 mg/kgBB, kosentrasi 0,24 mg/ml dan volume obat yang diberikan 0,33 ml secara SC. Obat bius yang digunakan kombinasi Xylazine dengan dosis 2 mg/kgBB, konsentrasi 20 mg/ml dan volume obat yang diberikan 0,21 ml secara IM dengan Ketamine dengan dosis 10 mg/kgBB, konsentrasi 100 mg/ml dan volume obat yang diberikan 0,21 ml secara IM. Tidak terdapat kendala selama proses operasi, serta untuk mencegah infeksisekunder dilakukan pemberian antibiotic dan perawatan post operasiyangbenar.

5.3 Saran

Semoga praktikum berjalan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: BAB I.docx

Baririt D B, 2011. Modul: Lonsep luka. Basic Nursing Department PSIK FIKES UMM: Malang

Budi A S, 2010. Modul: Anastesiologi. UGM: Yogyakarta

Gunanti,2011. Modul: Laparotomi. FKH IPB: Bogor

I Wayan Gorda et al. 2010. “Perbandingan Efek Pemberian Aanestesi Xylazin-Ketamin Hidroklorida Dengan Anestesi Tiletamin-Zolazepam Terhadap Capillary Refill Time (CRT) Dan Warna Selaput Lendir Pada Anjing”. Buletin Veteriner Udayana .Hal 21-22 .

Omoigui, S., 2009. Buku Saku Obat-Obatan. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Rachmat, L., Sunatrio S., 2004. Obat pelumpuh otot. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran Universita Indonesia. Jakarta; 15: 81-86.

Smith John, Soesanto Mangkoewidjojo.2006.Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis.Univeritas Indonesia Press: Jakarta

Sudarminto, 2011. Modul: Teknik Bedah Dasar, Restrain & Casting. UGM: Yogyakarta

Theresa, Welch., Fossum, et all. 2007. Small Animal Surgery 3rd Edition. Mosby Elsevier. Missouri.

LAPORAN PRAKTIKUM

Page 20: BAB I.docx

ILMU BEDAH UMUM

Nama : Sarlita Nesti

Nim : 125130100111061

Kelas : D

Kelompok : 1

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015