BAB I.docx

33
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kimia analisis merupakan salah satu cabang Ilmu Kimia yang mempelajari tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia, yakni proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui (Harry, 1990). Pada analisis kimia banyak cara untuk menetapkan kadar suatu senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Salah satu cara adalah dengan proses titrasi. Dimana titrasi merupakan metode analisis kimia untuk menetapkan kadar suatu senyawa dengan menggunakan senyawa yang telah diketahui kadar konsentrasinya. Pada titrasi terdapat berbagai macam metode titrasi salah satunya adalah metode titrasi asam-basa (Wiro, 2009). Titrasi asam-basa terdiri dari dua yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu

Transcript of BAB I.docx

Page 1: BAB I.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kimia analisis merupakan salah satu cabang Ilmu Kimia

yang mempelajari tentang pemisahan dan pengukuran unsur

atau senyawa kimia, yakni proses dalam mendeteksi

keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak

diketahui (Harry, 1990).

Pada analisis kimia banyak cara untuk menetapkan kadar

suatu senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Salah

satu cara adalah dengan proses titrasi. Dimana titrasi

merupakan metode analisis kimia untuk menetapkan kadar

suatu senyawa dengan menggunakan senyawa yang telah

diketahui kadar konsentrasinya. Pada titrasi terdapat berbagai

macam metode titrasi salah satunya adalah metode titrasi

asam-basa (Wiro, 2009).

Titrasi asam-basa terdiri dari dua yaitu asidimetri dan

alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan

larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam

yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam

oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan

kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan

standar basa untuk menentukan asam (Sudjadi, 2007).

Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan

untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti kareIna titrasi

ini, penyimpanan titik ekuivalen lebih kecil sehingga lebih

mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai

dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu

yang digunakan seefisien mungkin (Susanti, 2003).

Pada percobaan ini, metode titrasi volumetri yang

digunakan untuk penentuan kadar asam sitrat adalah adalah

Page 2: BAB I.docx

2

titrasi alkalimetri, titrasi ini untuk menentukan kadar asam sitrat

dan asam cuka dengan larutan baku basa yaitu NaOH dan

dengan bantuan indikator fenolftalein untuk melihat hasilnya.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud percobaan

Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan

memahami penetapan kadar dari asam sitrat dan asam asetat

dengan menggunakan metode titrasi alkalimetri, dimana larutan

baku yang digunakan adalah natrium hidroksida dengan

penambahan indikator fenolftalein.

I.2.2 Tujuan percobaan

Adapun tujuan dari percobaan diatas adalah:

Dapat membakukan NaOH 1 N dengan kalium biftalat

Dapat menghitung % kadar dari asam sitrat dan asam asetat

Dapat menghitung pH dari asam sitrat dan asam asetat

I.3 Prinsip Kerja

Pada percobaan ini menggunakan metode alkalimetri

yang dilakukan dalam suasana asam untuk menetapkan kadar

asam sitrat dan asam asetat yang dititrasi dengan larutan baku

NaOH dalam keadaan basa dan dibutuhkan indikator

fenoftalein untuk menentukan titik akhir titrasi. Berdasarkan

pada penentuan kadar suatu senyawa asam dengan

menggunakan larutan baku yang bersifat basa, Ion H+ dari

asam akan bereaksi dengan OH- dari basa menghasilkan air

yang bersifat netral.

Page 3: BAB I.docx

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori

Titrasi adalah salah satu cara pemakaian jumlah zat kimia

yang luas pemakaiannya. Pada dasarnya cara titrimetri ini

terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang

dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang

akan ditentukan. Larutan pereaksi ini biasanya diketahui

kepekatannya dengan pasti yang disebut larutan baku.

Sedangkan proses pembentukan atau penambahan larutan

baku ke dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titras

(Sudjadi, 2007).

Salah satu jenis reaksi dalam titrasi adalah reaksi

netralisasi (asidi-alkalimetri). Asidi-alkalimetri merupakan

metode titrasi asam basa. Asidimetri yaitu titrasi dengan

menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa

sedangkan alkalimetri yaitu menggunakan titran larutan standar

basa untuk menentukan asam (Underwood, 1998).

Asidi alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi

hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang

berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral

(Khopkar, 1990). Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai

reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton

(basa).

H+ +  OH- →  H2O

Untuk menetapkan titik akhir proses netralisasi ini

digunakan indikator. Menurut W.Ostwald, indikator adalah

suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau

basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk

warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari

bentuk satu kebentuk yang lainnya pada konsentrasi

Page 4: BAB I.docx

4

H+ tertentu dan pH tertentu. Jalannya proses titrasi netralisasi

dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama

titrasi, yang terpenting ialah perubahan pH pada saat dan

disekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan

pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya

(Khopkar, 1990).

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam-basa adalah

indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.

Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan

umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh

ketepatan hasil titrasi maka titik akhir dipilih sedekat mungkin

dengan titik ekivalen. Indikator yang digunakan pada titrasi

asam-basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah

dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki

ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan

warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang

ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus

sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH

larutan, dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk

terjadi perubahan warna seminimal mungkin. Umumnya dua

atau tiga tetes larutan indikator 0,1 % (b/v) diperlukan untuk

keperluan titrasi. Dua tetes (0,1 mL) indikator (0,1 % dengan

berat formula 100) adalah sama dengan 0,01 mL larutan titran

dengan konsentrasi 0,1 N (Underwood, 1989).

Indikator asam-basa akan memiliki warna yang berbeda

dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan terionisasi.

Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein (pp) seperti

diatas dalam keadaan tidak terionisasi (dalam larutan asam)

tidak akan berwarna dan akan berwarna merah keunguan

dalam keadaan terionisasi(dalam larutan basa) (Underwood,

1989).

Page 5: BAB I.docx

5

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang

berbeda-beda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada

range pH yang berbeda. Fenolftalein tergolong asam yang

sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator

tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa

phenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan

warna terang karena anionya (Underwood, 1989).

Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulponik

dimana didalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam

lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning,

sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai

basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan

struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya

(Underwood, 1989).

Telah dikemukakan, bahwa larutan NaOH dipakai untuk

titrasi asam, tetapi NaOH tidak dapat diperoleh dalam keadaan

sangat murni. Oleh karena itu, konsentrasi tepatnya tidak dapat

dihitung dari beratnya NaOH yang ditimbang dan volume

larutan yang dibuat walaupun kedua-duanya dilakukan secara

cermat. Larutan NaOH ini harus distandarisasi atau dibakukan

terlebih dahulu yakni ditentukan konsentrasinya yang

setepatnya atau sebenarnya. Cara ini mudah untuk

standarisasi atau pembakuan ialah dengan cara titrasi,

misalnya larutan NaOH itu dipakai sebagai titran untuk

menitrasi suatu larutan standar (Khopkar, 1990).

Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk

menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui.

Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa.

Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan

dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang

sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi

Page 6: BAB I.docx

6

asam-basa maka disebut titrasi asidi-alkalimetri (Keenan,

1980).

Alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk

karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa

bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi

asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari

basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar

(alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida

untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut.

Prinsip Dasar Titrasi yaitu berdasarkan reaksi penetralan

dalam analisis titrimetri. Reaksi ini menghasilkan larutan yang

pHnya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan

pada reaksi kimia sebagai berikut (Keenan, 1980):

aA + tT → Produk

Dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul

pereaksi T, untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya

netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan

standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat

ekuivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula

mol ekuivalennya juga berlaku sama, dengan demikian secara

stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan kedua. Dalam

analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa

persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan,

diantaranya (Keenan, 1980):

Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi

tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan.

Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai

pada titik ekuivalensi. Dengan kata lain, konstanta

kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar.

Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan yang besar dalam

konsentrasi titran pada titik ekivalensi.

Page 7: BAB I.docx

7

Diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan

kapan titik ekivalensi tercapai.

Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi

dapat dilakukan hanya beberapa menit.

Larutan yang mengandung jumlah dengan bobot yang

diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan

disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer

adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung

ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan

volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi

syarat seperti yang di bawah ini (Basset, 1984):

Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah

dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110 - 120oC).

Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga

sesatan penimbangan dapat diabaikan.

Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia

digunakan.

Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-

uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui

(jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi

0,01-0,02 %).

Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan

praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau

mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.

Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan;

kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh

higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau

dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga

agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.

Sedangkan syarat-syarat larutan baku sekunder adalah

sebagai berikut (Basset, 1984):

Page 8: BAB I.docx

8

Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku

primer.

Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan

penimbangan.

Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

II.2 Uraian bahan

II.2.1 Air suling (FI III: 96)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling, aquadest

Berat molekul : 18,02

Rumus molekul : H2O

Rumus Struktur : H H

O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : -

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : -

Kegunaan : Sebagai Pelarut

II.2.2 Asam asetat (FI IV : 45-46)

Nama resmi : Acidum Aceticum

Nama lain : Asam asetat, asam cuka

Berat molekul : 60,05

Rumus molekul : CH3COOH / C2H4O2

Rumus struktur :

Page 9: BAB I.docx

9

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna ; bau khas,

menusuk, ; rasa asam yang tajam

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan

etanol dan dengan gliserol

Khasiat : -

Kegunaan : Sebagai titrat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

II.2.3 Asam Sitrat (FI III: 50)

Nama resmi : Acidum Citricum

Nama lain : Asam Sitrat

Berat molekul : 210,14

Rumus molekul : C6H8O7

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk

putih, tidak berbau rasa sangat asam,

agak higroskopi, merapuh dalam udara

kering dan panas.

Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air,

dan dalam 1,5 bagian etanol (95%) P,

sukar larut dalam eter P.

Khasiat : -

Kegunaan : Sebagai titrat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

II.2.4 Etanol (FI III: 65)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol, alkohol

Berat molekul : 46,07

Rumus molekul : C2H6O

Page 10: BAB I.docx

10

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah

menguap, dan mudah bergerak, bau

khas, rasa panas, mudah terbakar

dengan memberikan nyala biru yang

tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform dan dalam eter P.

Khasiat : Sebagai antiseptik

Kegunaan : Sebagai zat tambahan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung

dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari

nyala api.

II.2.5 Fenolftalein (FI IV: 675)

Nama resmi : Phenolftalein

Nama lain : Fenolftalein

Berat molekul : 318,32

Rumus molekul : C20H14O4

Rumus Struktur :

Page 11: BAB I.docx

11

Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau

kekuningan, larut dalam etanol, agak

sukar larut dalam eter.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol

(95%) P.

Khasiat : -

Kegunaan : Sebagai indikator

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

II.2.6 Kalium Biftalat (FI III: 686)

Nama resmi : Kalium hidrogenftalat

Nama lain : Kalium biftalat

Berat molekul : 204,2

Rumus molekul : CO2.C6H4.CO2K

Rumus struktur : O H H O

C – C – C – C – C – C – C – C – K

O H H O

Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berwarna.

Kelarutan : Larut perlahan-lahan dalam air, larutan

jernih.

Khasiat : -

Kegunaan : Sebagai baku primer

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

II.2.7 Natrium hidroksida (FI IV: 589)

Nama resmi : Natrii hydroxydum

Nama lain : Natrium hidroksida

Berat molekul : 40,00

Rumus molekul : NaOH

Rumus struktur : Na–O–H

Pemerian : Bentuk batang, butiran, masa hablur

atau keping, kering, rapuh dan mudah

Page 12: BAB I.docx

12

meleleh basah, sangat alkalis dan

korosif, segera menyerap CO2.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan

etanol (95%).

Khasiat : -

Kegunaan : Sebagai titran dan sebagai larutan baku

sekunder

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Page 13: BAB I.docx

13

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

1. Batang pengaduk

2. Buret

3. Cawan porselin

4. Corong

5. Gelas kimia

6. Gelas ukur

7. Kaca arloji

8. Labu erlenmeyer

9. Neraca analitik

10. Oven

11. Pipet tetes

12. Sendok tanduk

13. Statif dan klem

14. Waterbath

III.1.2 Bahan

1. Alkohol 70%

2. Aluminium foil

3. Aqua destilata

4. Asam sitrat

5. Asam asetat

6. Fenolftalein

7. Kalium biftalat 1 N

8. Kapas

9. Kertas perkamen

10.NaOH 1 N

11.Paper white A5 laminating

12.Tissue

Page 14: BAB I.docx

14

III. 2 Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan air bebas CO2

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Diukur air sebanyak 500 mL

3. Dituangkan ke dalam gelas kimia

4. Ditutup dengan aluminium foil

5. Dipanaskan menggunakan kompor listrik selama

beberapa menit

6. Didinginkan

III.2.2 Pembuatan larutan NaOH 1 N

1. Ditimbang seksama NaOH sebanyak 20 g

2. Diukur aquades sebanyak 500 mL

3. Dimasukkan ke dalam gelas kimia

4. Diaduk hingga larut

5. Dimasukkan ke dalam botol

6. Diberi label NaOH 1 N

III.2.3 Pembakuan NaOH 1 N dengan kalium biftalat

1. Ditimbang kalium biftalat sebanyak 0,3 g

2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 1500C selama 30

menit

3. Dilarutkan dalam 75 mL air bebas CO2

4. Dipipet sebanyak 3 mL larutan kalium biftalat kedalam

labu erlenmeyer

5. Ditambahkan 3 tetes indikator fenoftalein

6. Dititrasi dengan NaOH sampai terbentuk warna menjadi

merah keunguan.

III.2.4 Penentuan kadar asam sitrat

1. Ditimbang seksama asam sitrat sebanyak 300 mg

2. Dilarutkan dalam 100 mL air

3. Dipipet 20 ml dan dimasukkan dalam labu erlenmeyer

4. Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein

Page 15: BAB I.docx

15

5. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah warna

6. Dicatat volume titran

III.2.5 Penentuan kadar asam asetat

1. Diukur asam asetat sebanyak 20 mL

2. Dilarutkan dalam 20 mL air

3. Dipipet 20 mL dan dimasukkan dalam labu erlenmeyer

4. Ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein

5. Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna

6. Dicatat volume titran

Page 16: BAB I.docx

16

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan

IV.1.1 Penetapan kadar asam sitrat

No SampleVolume Titran(mL)

Volume Titran (mL) Indikator

PP Perubahan

WarnaV1 V2 x

1Asam sitrat

20 1,4 1,1 1,25 3 tetesBening –

Pink keunguan

IV.1.2 Penetapan kadar asam asetat

No

Sample

Volume

Titran(mL)

Volume Titran (mL) Indikato

r PP Perubahan Warna

V1 V2 x

1Asam asetat

2027,8

27,3

27,55

3 tetesBening –

Pink keunguan

IV.2 Perhitungan

IV.2.1 Penetapan kadar asam sitrat

Normalitas asam sitrat

Dik :

- Volume NaOH (V1) = 1,25 mL

- Normalitas NaOH (N1) = 1 N

- Volume Asam Sitrat (V2) = 20 ml

Dit : Normalitas Asam Sitrat?

Penye :

V1 x N1 = V2 x N2

0,45 x 1 = 20 x N2

N2 =1,2520

= 0,0625 N

Page 17: BAB I.docx

17

% kadar asam sitrat

kadar (%b /b)=V titran x N titran x BE titratmg

X100 %

%bb=1,25mL x 1N x2,83

300mgX 100 %

%bb=1,1792%

pH asam sitrat

dik :

- Asam sitrat = 300 mg = 0,3 g

- Mr asam sitrat = 192

- Ka = 1,5 x 10-4

- V asam sitrat = 20 mL = 0,02 L

Dit : pH asam sitrat = ….?

Penye : M = gMr × V

= 0,3 g

192×0,02

= 0,08 mol L-1

[H+] = √ka . M[H+] = √(1,5.10-4) x (8.10-2)

= √(12 x 10-6)

= 3,46 x 10-3

pH = 3– log 3,46

= 3 – 0,54

= 2,46

IV.2.2 Penetapan kadar asam asetat

Normalitas asam asetat

Dik :

- Volume NaOH (V1) = 27,55 mL

- Normalitas NaOH (N1) = 1 N

Page 18: BAB I.docx

18

- Volume Asam asetat (V2) = 20 ml

Dit : Normalitas asam asetat?

Penye :

V1 x N1 = V2 x N2

27,55 x 1 = 20 x N2

N2 =27,55

20

= 1,3775 N

% kadar asam asetat

kadar (%b /v )=V titran x N titran x BEtitratmg

X 100 %

%bv=27,55mL x 1N x 2,50

20mL×1000X 100 %

%bv=0,3325 %

pH asam asetat

Dik :

- Asam asetat = 20 mL = 20 g

- Mr asam asetat = 60

- Ka = 1,8 x 10-5

- V asam asetat = 20 mL = 0,02 L

Dit : pH asam asetat = ….?

Penye :

M = gMr x V

= 20

60x 0,02 L

= 16,7

[H+] = √ka . M[H+] = √(1,8.10-5) x (1,67.10-1)

= √(3,006 x 10-6)

Page 19: BAB I.docx

19

= 1,73 x 10-3

pH = 3 – log 1,73

= 3,5 – 0,24

= 2,76

IV.3 Reaksi-reaksi

IV.3.1 Pembakuan NaOH dengan kalium biftalat

KHC8H4O4+ NaOH KNaC8H4O4 + H2O

IV.3.2 Penetapan kadar asam sitrat

C6H8O7 + NaOH C6H7O7Na + H2O

IV.3.3 Penetapan kadar asam asetat

CH3COOH +NaOH CH3COONa + H2O

Page 20: BAB I.docx

20

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan titrasi dengan

metode asidi-alkalimetri, tepatnya metode alkalimetri. Dimana

larutan baku yang digunakan yaitu senyawa basa dan larutan

yang akan ditentukan kadarnya yaitu senyawa-senyawa yang

bersifat asam.

Langkah awal yang dilakukan adalah disiapkan alat dan

bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini. Lau alat-

alat yang akn digunakan dibersihkan dengan alkohol 70 %

untuk mencegah adanya mikroba.

Dalam percobaan ini kita melakukan penentuan kadar

asam sitrat dan asam asetat dengan menggunakan larutan

baku natrium hidroksida (NaOH) dengan menggunakan titrasi

alkalimetri. Sebelum menentukan kadar asam sitrat maupun

asam asetat, kami membuat larutan NaOH 1 N. Namun,

dalam pembuatan larutan NaOH 1 N diperlukan air bebas CO2

sehingga perlu dibuat air bebas CO2 terlebih dahulu.

Langkah awal pembuatan air bebas CO2 adalah

dimasukan aquades 500 mL ke dalam gelas kimia. Lalu

dipanaskan di waterbath sampai mendidih. Setelah mendidih,

lalu aquades di dinginkan. Namun pada proses pendinginan,

gelas kimia yang berisi aquades di tutup dengan aluminium

foil agar bakteri yang berada disekitar tidak dapat

mengkontaminasi aqua destilata yang sementara didinginkan

(Keenan,1980).

IV.1 Pembakuan NaOH 1 N dengan kalium biftalat

Sebelum dilakukan pembakuan NaOH 1 N dengan

kalium biftalat. Kami membuat larutan NaOH 1 N. Mula-mula

Page 21: BAB I.docx

21

dilarutkan NaOH 20 g dalam 500 mL air bebas CO2 karena

NaOH bersifat higroskopis yang tidak dapat beraksi dengan

larutan yang mengandung CO2, sehingga digunakan air bebas

CO2 untuk mereaksikan dengan NaOH (Keenan, 1980).

Setelah larut dimasukkan dalam botol.

Selanjutnya natrium hidroksida 1 N dibakukan dengan

kalium biftalat. Pembakuan ini bertujuan untuk mendapatkan

konsentrasi dari natrium hidroksida 1 N. Langkah pertama

ditimbang seksama 0,3 g kalium biftalat dengan

menggunakan neraca analitik. Lalu dikeringkan dalam oven

pada suhu 150oC kurang lebih selama 30 menit. Tujuan

pengeringan yaitu untuk mengurangi kadar air dalam zat baku

tersebut, sehingga menghasilkan konsentrasi yang tepat pada

proses pembakuan. Kemudian dilarutkan dalam 75 mL air

bebas CO2. Setelah itu dititrasi dengan NaOH sampai

berwarna merah muda.

IV.2 Penetapan kadar asam sitrat

Pada penetapan kadar asam sitrat ini digunakan NaOH 1

N sebagai larutan bakunya. Caranya yaitu dilarutkan 300 mg

asam sitrat dalam 100 mL air. Kemudian dipipet 20 mL dan

dimasukkan dalam labu erlenmeyer. Setelah itu ditetesi 3

tetes indikator fenolftalein. Tujuan penambahan fenolftalein

untuk mengetahui apakah larutan yang diuji bersifat asam

ataupun basa dan titik akhir titrasi karena jika menggunakan

indikator lain trayek pHnya sangat jauh dari ekivalen

(Khopkar, 1990).

Pada percobaan ini dilakukan duplo untuk mengurangi

kesalahan analitik. Pada perlakuan pertama, volume titran

yang di peroleh adalah 1,4 mL dan perlakuan kedua diperoleh

volume titran 1,1 mL. Sehingga diperoleh volume rata-rata

1,25 mL. Hasil titrasi ditandai dengan adanya perubahan

Page 22: BAB I.docx

22

warna menjadi warna merah muda keunguan. Normalitas

asam sitrat yang diperoleh yaitu 0,0625 N. Persen (%) kadar

asam sitrat yang dihasilkan adalah 1,1792 dan pH asam sitrat

yang dihasilkan adalah 2,46.

IV.3 Penetapan kadar asam asetat

Pada penetapan kadar asam sitrat ini digunakan NaOH

1 N sebagai larutan bakunya. Caranya yaitu melarutkan 20

mL asam asetat dalam 20 mL air. Kemudian dipipet 20 mL

dan dimasukkan dalam labu erlenmeyer. Setelah itu ditetesi 3

tetes indikator fenolftalein. Tujuan penambahan fenolftalein

untuk mengetahui apakah larutan yang diuji bersifat asam

ataupun basa dan titik akhir titrasi karena jika menggunakan

indikator lain trayek pH-nya sangat jauh dari ekivalen

(Khopkar, 1990).

Pada percobaan ini dilakukan duplo untuk mengurangi

kesalahan analitik. Pada perlakuan pertama, volume titran

yang di peroleh adalah 27,8 mL dan perlakuan kedua

diperoleh volume titran 27,3 mL. Sehingga diperoleh volume

rata-rata 27,55 mL. Hasil titrasi ditandai dengan adanya

perubahan warna menjadi warna merah muda keunguan.

Normalitas asam sitrat yang diperoleh yaitu 1,3775 N. Persen

(%) kadar asam sitrat yang dihasilkan adalah 0,3325 % dan

Ph asam sitrat yang dihasilkan adalah 2,76.

Dalam titrasi alkalimetri ini, volume titran dalam

penetapan kadar asam asetat lebih banyak dibandingkan

asam sitrat karena asam asetat memiliki tingkat keasaman

lebih tinggi dibandingkan asam sitrat (Underwood, 2002).

Page 23: BAB I.docx

23

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa :

Pembakuan larutan NaOH 1 N dengan kalium biftalat

dapat dilakukan hingga terbentuk warna merah

keunguan.

% kadar asam sitrat dan asam asetat adalah 1,179 %

dan 0,3325.

pH asam sitrat dan asam asetat yang diperoleh adalah

2,46 dan 2,76.

VI.2 Saran

Dalam hal ini diharapkan kepada praktikan selanjutnya

dapat lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan titrasi agar

mendapatkan hasil yang maksimal. Ketersediaan bahan

perlu diperhatikan untuk lancarnya praktikum.

Page 24: BAB I.docx

24

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. Dkk. 1984. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif

Anorganik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departement

Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departement

Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Harry Firman. 1990. Kimia Dasar II. Bandung: IKIP Bandung

Keenan, C.W. 1980. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia:

Jakarta

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas

Indonesia Press: Jakarta

Sudjadi, M.S. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta

Susanti. 2003. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia: Makasar

Underwood, A.L, dan Day,R.A. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif.

Erlangga: Jakarta

Wiro. 2009. Titrasi Asam Basa (Netralisasi). (Online). (http://wiro-

pharmacy.blogspot.com/2009/02/titrasi-asam-basa-

netralisasi.html, diakses tanggal 4 mei 2013).