BAB I.docx

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gastroenteritis (Diare) atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak. Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, 1

Transcript of BAB I.docx

Page 1: BAB I.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastroenteritis (Diare) atau dikenal dengan sebutan mencret memang

merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi

salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di

bawah lima tahun (balita). Karenanya kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare

adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah

apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak

yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya

atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang.

Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. 

sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.

Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health

Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada

balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF

memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare

angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika

digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita

mendapatkan penanganan serius.

Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira

460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang

tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di

1

Page 2: BAB I.docx

bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan

orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.

Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim,

kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan

faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F yaitu Food,Fly,

Feces, dan Finger.Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah

dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010,

ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat

menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara

dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).

Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23

per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006

sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di

wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277

diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya

ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.

Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan

alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan

dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diarekebanyakan disebabkan oleh

Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam,

alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat

menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu.

Kematian akibat gastroenteritis yang jumlahnya jutaan, mayoritas disebabkan

oleh hal sepele, yaitu habisnya cairan tubuh yang keluar karena buang air dan muntah.

2

Page 3: BAB I.docx

Hilangnya cairan sedikit demi sedikit oleh banyak orang dianggap hal biasa. Di

pelosok desa terutama di daerah Jawa, bahkan ada yang menganggap bahwa

anak gastroenteritis sebagai pertanda akan bertambah pintar. Padahal jika kekurangan

cairan lebih dari 10% dari berat badan anak atau bayi akan menyebabkan kematian

hanya dalam tempo tiga hari. Belakangan juga ditemukan retrovirus yang menjadi

biang keladi munculnya gastroenteritis anak-anak di bawah usia 2 tahun. Ironisnya,

belum ada vaksinasi yang dapat memperkuat daya tahan bayi atau anak untuk

melawan kekuatan virus tersebut. Namun, ASI yang diisap bayi memiliki kemampuan

untuk mengikis habis virus tersebut asal anak tetap diberi cairan pengganti yang

hilang karena buang air dan muntah (Widjaja, 2002).

Diantara anak yang diperiksa di klinik perawatan setiap

hari, gastroenteritisinfeksius akut umumnya terjadi dan penularan antar manusia

organisme yang paling sering terlibat dalam epidemic diare ditempat perawatan

tersebut adalah Shigella, Giardia Lambia, dan Cryptos Poridium. Angka serangan

sekunder yang berkisar antara 10 dan 20 % menggambarkan sumber infeksi yang

penting bagi orang tua serta saudara sekandung (Khalik,2007).

Data dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan

menyebutkan, pada tahun 2001 angka kematian rata-rata yang diakibatkan

gastroenteritis adalah 23 per 100.000 penduduk, sedangkan angaka tersebut lebih

tinggi pada anak-anak berusia di bawah lima tahun, yaitu 75 per 100.000 penduduk.

Hasil survey pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian gastroenteritis pada

semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk dan terjadi satu-dua kali per

tahun pada anak-anak berusia di bawah lima tahun (Diah, 2008).

3

Page 4: BAB I.docx

Berdasarkan data yang penulis dapat dari ruang anak Rumah Sakit TNI-AD

Kabupaten Aceh Utara dinyatakan jumlah pasien di ruang anak dari Januari 2010

sampai dengan Juli 2011 adalah 353 orang.

Diantaranya yang menderita gastroenteritis adalah sebanyak 175 orang atau

dengan persentase 23 %.Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk

menjadikan kasus Gastroentritis ini sebagai bahan studi kasus dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada pasien An.Suparmi dengan Gastroenteritis di ruang perawatan

Malikussaleh Rumah sakit TK IV IM.07.01 Lhokseumawe”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman belajar secara nyata dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien “Gastroentritis” melalui perawatan

yang komprehensif dan dapat membuat laporan pelaksanaan pelayanan keperawatan

dalam bentuk karya ilmiah dan laporan lainnya.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare

b. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare

c. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare

d. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare

e. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare

f. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

4

Page 5: BAB I.docx

C. Manfaat

Manfaat penulisan ini antara lain :

1. Bagi Lahan Praktek

Sebagai masukan dalam memberikan asuhan dan pengambilan tindakan

terhadap pasien penderita gastroenteritis.

2. Bagi Pembaca

Sebagai referensi dan bahan bacaan untuk masyarakat umum, agar mengetahui

asuhan pertolongan pertama apa yang dapat diberikan kepada pasien dengan

penyakit gastroenteritis.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi dan bahan bacaan mahasiswa-mahasiswi Yayasan Pendidikan

Darussalam Lhokseumawe, khususnya Akedemi Kebidanan Darussalam agar

mahasiswi mampu menerapkan manajemen asuhan kebidanan.

4. Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam manajemen asuhan

kebidanan pada penyakit gastroenteritis.

    

 

 

 

5

Page 6: BAB I.docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 

A. Pengertian Gasroenteritis

Gastroemteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang

encer atai cair (Suriadi dan Yuliani).

Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus

yang di tanai dengan muntah-munta dan diare yang berakibat kehilangan cairan

elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit

(cecyly,Bezt).

Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan, yang melibatkan

lambung, usus, atau keduanya, biasanya menyebabkan diare, kram perut, mual dan

mungkin muntah. Gastroenteritis sering disebut “flu perut” atau “flu lambung” karena

penyebab gastroenteritis paling umum adalah virus. Namun, istilah ini dapat

membingungkan karena virus influenza (virus flu) tidak menyebabkan gastroenteritis.

Gastroenteritis bisa merupakan penyakit tersendiri, namun juga bisa dianggap

sebagai gejala dari penyakit lainnya. Seseorang yang memiliki gejala-gejala

gastroenteritis dan akhirnya mengembangkan diare berdarah biasanya tidak

didiagnosis sebagai gastroenteritis, tetapi sebagai penyakit tertentu seperti shigellosis.

Ada banyak penyakit tertentu yang gejala-gejala awalnya adalah gastroenteritis,

terutama di awal proses penyakit.

6

Page 7: BAB I.docx

B. Etiologi Gastroenteritis

1. Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab   utama diare, meliputi infeksi

bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,

dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi

parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

2. Infeksi parenteral

Infeksi paenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat

menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis

dan sebagainya.

3. Malabsorbsi karbohidrat disakarida(intoleransi laktosa,maltosa dan

sukrosa),monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi

laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak.Disamping itu

dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

4. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap

jenis makanan tertentu.

Radang pada saluran cerna dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh, diare

dengan berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, baik ringan, sedang atau berat.

Selain itu diare juga menyebabkan berkurangnya cairan tubuh (Hipovolemik), kadar

Natrium menurun (Hiponatremia), dan kadar gula dalam tubuh turun (Hipoglikemik),

sebagai akibatnya tubuh akan bertambah lemas dan  tidak bertenaga yang dilanjutkan

dengan penurunan kesadaran, bahkan dapat sampai kematian. Kondisi seperti ini akan

semakin cepat apabila diare disertai dengan muntah-muntah, yang artinya pengeluaran

cairan tidak disertai dengan  masukkan cairan sama sekali.

7

Page 8: BAB I.docx

Pada keadaan tertentu, infeksi akibat parasit juga dapat menyebabkan

perdarahan. Kuman mengeluarkan racun diaregenik yang menyebabkan  hipersekresi

(peningkatan volume buangan) sehingga cairan menjadi encer, terkadang

mengandung darah dan lendir.

C. Tanda-Tanda dan Gejala Gastroenteritis

Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri

perut sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik harus

dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering,

tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan

biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih

cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka

denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak terukur,

pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan

kalium dapat menimbulkan aritmia jantung.

Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila

kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis tubular

akut.Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan

pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua

disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.

Penyakit yang melibatkan saluran cerna ini umumnya memunculkan gejala

mual, muntah, buang air besar yang encer atau mencret beberapa kali/diare, kadang

demam ringan atau meriang, dan yang lebih jarang yaitu kejang perut. Dari kondisi

kekurangan cairan atau dehidrasinya, penderita bisa disebut termasuk diare tanpa

dehidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, atau diare dehidrasi berat.

8

Page 9: BAB I.docx

1. Pada kasus tanpa dehidrasi, setidaknya memenuhi 2 atau lebih tanda berikut, yaitu

keadaan umum penderita baik, mata tidak tampak cekung, minum seperti biasa, dan

kulit perut saat dicubit atau dijepit (disebut pemeriksaan turgor) kembali dengan

cepat.

2. Untuk dehidrasi ringan/sedang, penderita biasanya gelisah atau rewel, mata tampak

cekung, haus dan ingin minum banyak, serta turgor kembali lambat.

3. Jika sudah dehidrasi berat, penderita tampak sangat lesu hingga tidak sadar, mata

tampak cekung, malas atau tidak bisa minum, dan turgor kembali sangat lambat lebih

dari 2 detik.

Perlu juga diketahui ada atau tidaknya darah di muntahan serta tinja. Ini

menentukan tindakan perawatan dan pengobatan selanjutnya. Sebaiknya, penderita

mengkonsultasikan dengan dokter bila ada keluhan mual, muntah, diare yang masih

berlangsung hingga lebih dari dua hari. Waspadai juga jika keluhan bertambah parah

menjadi muntah dan diare yang disertai darah, demam tinggi, dan tanda-tanda

kekurangan cairan. Tanda-tanda dehidrasi lain yang mungkin ditemukan yaitu rasa

pusing yang berat, kulit bibir jadi kering, urin atau kencing tampak kuning pekat,

kencing atau berkemih yang jarang, bahkan hingga tidak kencing dalam waktu yang

lama. Pada bayi bisa terlihat ubun-ubun cekung.

Jika tinja mengandung darah, lebih kecil kemungkinannya disebabkan oleh

virus  dan lebih besar kemungkinannya disebabkan oleh bakteri. Beberapa infeksi

bakteri juga bisa diasosiasikan dengan nyeri perut akut dan mungkin bertahan

selama beberapa minggu. Anak-anak yang terinfeksi rotavirus biasanya sembuh

total dalam tiga sampai delapan hari.Akan tetapi, di negara-negara miskin,

perawatan untuk infeksi akut seringkali sulit didapatkan sehingga biasanya diare

terus-menerus terjadi. Dehidrasi merupakan komplikasi umum dari diare dan

9

Page 10: BAB I.docx

pasien anak dengan tingkat dehidrasi parah bisa mengalami pengisian kembali

pembuluh kapiler berkepanjangan, turgor kulit yang buruk, dan pernapasan

abnormal. Infeksi berulang biasanya ditemukan di tempat-tempat dengan sanitasi

buruk, dan malnutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan, dan keterlambatan

kognitif jangka panjang.

Artritis reaktif terjadi pada 1% dari kelompok yang terinfeksi

spesies Campylobacter ,dan 0,1% mengalami sindrom Guillain-Barre.Sindrom

uremik-hemolitik (HUS) dapat terjadi karena infeksi spesies Escherichia

coli atau Shigella yang mengeluarkan racun Shiga,sehingga mengakibatkan jumlah

trombosit yang rendah, fungsi buruk ginjal, dan jumlah sel darah merah yang

rendah (karena kerusakannya).

D. Komplikasi

Menurut Broyles (1997) komplikasi diare  ialah dehidrasi, hipokalemia,

hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan

hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik.

Komplikasi dari gasroenteritis adalah sebagai berikut :

1. Dehidrasi

2. Renjatan hipovolemik

3. Kejang d. Bakterimia

4. Malnutrisi f. Hipoglikemia

5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

10

Page 11: BAB I.docx

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

b. Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit buruk, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.

c. Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti

tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis

sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

E. Terapi

Terapi/Tindakan Penanganan Panduan pengobatan menurut WHO diare akut

dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral

dan melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti diare

tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi.

Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi berat

(Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011). Dalam garis besar pengobatan diare dapat

dikategorikan ke dalam beberapa jenis yaitu :

1. Pengobatan Cairan Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada

penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah

cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous

11

Page 12: BAB I.docx

Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui

keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).Cairan yang

hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL

(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-

ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20

g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90

mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L

(Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

a. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan

glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di

atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di

rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan

rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap

jam perlu dilakukan evaluasi:

a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah b) Perubahan

tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,

2011).

b. Antibiotik Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan

pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang

dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di

indikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti

12

Page 13: BAB I.docx

demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan

kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare

infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3-

5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg

(Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500

mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari  oral atauIV).

1) Obat anti diare

a) Kelompok antisekresi selektif Terobosan terbaru dalam

milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril

yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim

enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali

secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari

elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan

secara normal.  

b) Kelompok opiat, dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat,

loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat

(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari,

loperamid 2-4 mg/ 3-4x sehari dan lomotil 5mg 3-4 x sehari.

Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,

peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki

konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila

diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan

dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare

13

Page 14: BAB I.docx

akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak

dianjurkan.

c) Kelompok absorbent Arang aktif, attapulgit aktif, bismut

subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar

argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau

toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus

terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat

merangsang sekresi elektrolit.Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-

tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya

(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat

membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan

mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat

mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya

adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan

dalam bentuk kapsul atau tablet. Probiotik Kelompok probiotik

yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau

Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan

jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif

karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.

Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi /

menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang

adekuat.

14

Page 15: BAB I.docx

F. Penatalaksanaan

Ketiga dasar penatalaksanaan pengobatan tersebut sebagai berikut :

1. Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis( diare) dengan memperhatikan

derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

Jenis cairannya sebagai berikut :

a. Cairan peroral

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan

bila anak mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan

yang berisi NaCl dan NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering

disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak

lengkap)hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin

yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum di bawah

berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih

jauh.

2. Cairan parenteral

a. Belum ada dehidrasi

o Sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.

b. Dehidrasi ringan

o 1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125

ml / kg BB / hari.

c. Dehidrasi sedang

o 1 jam pertama : 50-100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde).

Selanjutnya ; 125 ml / kg BB / hari.

15

Page 16: BAB I.docx

d. Dehidrasi berat

o Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun, berat badan 3-10 kg. yaitu 1 jam pertama : 40

ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes)

atau 13 tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml

/kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya :

125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,

teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.

o Untuk anak lebih dari 25 tahun dengan BB 10-15 kg :

1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10

tetes/kgBB/menit.7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit.

atau 4 tetes/kgBB/menit.16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau

intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa

intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.

o Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2-3 kg.Kebutuhan cairan : 125 ml +

100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 %

+ 1 bagian NaHCO 3  1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB

/jam atau 6 tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam berikutnya 150 ml /kg

BB /20 jam = 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.

e. Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg

jenis makanan :

1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam

lemak tak jenuh).

2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).

3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.

16

Page 17: BAB I.docx

Cara memberikannya sebagai berikut :

1) Hari pertama : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi

ASI/susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.

2) Hari kedua – keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.

3) Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau

makanan biasa.

f. Obat-obatan

1) Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg.

Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.

2) Obat spasmolitik.

3) Antibiotik (Ngastiyah, 1997).

Ada 10 Prinsip Pengobatan Dan Managemen Perawatan dalam menangani

kasus gastroenteritis adalah sebagai berikut :

1. Pengobatan tergantung pada derajat dehidrasi.

a. Dehidrasi ringan ada kemungkinan lebih disukai untuk merawat anak di

rumah, asal diberikan perawatan medis tang efesien.

1) Dihentikannya pemberian susu yang diganti dengan campuran glucose

elektrolit (dioralite).

2) Cairan harus diberikan setiap 2 jam pada siang hari dan setiap 4 jam

selama malam hari, dilanjutkan selama 24 jam.

3) Setelah 24 jam pemberian susu dimulai kembali, jika diberikan jumlah

kecil (15 ml susu krim separuh) setiap 4 jam dengan salin antara waktu

makan.

17

Page 18: BAB I.docx

4) Dengan ditingkatkannya pemberian susu, jumlah campuran glucose

elektrolit diturunkan secara berimbang.

5) Sucrose hanya ditambahkan jika feces mulai berbentuk

b. Dehidrasi ringan. Pada kasus ini, gambaran klinik ditegakkan secara baik dan

mulai dirawat :

1) Dihentikannya pemberian susu.

2) Penggantian deficit cairan danelektrolit serta koreksi gangguan asam

basa. Ini didasarkan pada penilaian klinis, atau pada rekaman kehi,angan

berat badan terakhir. Pergantian dapat dilakukan baik peroral atau

intravena dan akan tergantung pada kehilangan air dan elektrolit melalui

diare.

3) Perawatan bayi dengan terapi intra vena

4) Pemeriksaan biokimia dan obsevasi klinis untuk menentukan status

elektrolit.

5) Dimulainya pemberian cairan peroral secara perlahan – lahan untuk

kmenentukan kemampuan menerima cairan.

6) Dimulainya pemberian susu secara berangsur-angsur seperti yang

diuraikan untuk dehidrasi ringan.

7) Penimbangan berat badan harian dan pengumpilan urin harian.

c. Dehidrasi parah. Bayi dalamkedaan sakit parah dengan kegagalan sirkulasi:

1) Infuse intravena dengan larutan yang sesuai dan masukan cairan dengan

peningkatan yang seksama.

2) Infuse plasma untuk menggantikan penurunan volume plasma

3) Koreksi asidosis merabolik dengan pemberian secara intravena 8,4 %

natrium bikarbonat dengan penilaian kembali status asam basa.

18

Page 19: BAB I.docx

4) Jika suatu elektrolit dan cairan telah dikoreksi, secara berangsur-

angsur susu diberikan kembali seperti yang diuraikan untuk

dehidrasi ringan.

5) Selama fase akut, bayi dirawat dalam incubator. Diberikan oksigen

dan bayi diobservasi secara seksama, karena penurunan kadar

kalium serum menimbulkan perubahan aktivitas jantung.

1. Perawatan rutin

a) Pemberian obat-obatan, terutama antibiotika untuk mengatasu kuman

infeksi . jika muntah parah, obat-obatan yang sesuai, seperti kloramfenikol

atau streptomisin, dapat diberikan secara parenteral.

b) Isolasi pasien dan pengertian akan proses infeksi silang serta

pencegahannya.

c) Perawatan bokong ,Feces yang encer akan menyebabkan kemerahan dan

ekskoriasi kulit. Bayi tidak boleh ditinggal berbaring dengan popok yang

basah dan kotor. Area popok dibasuh secara lebih dan diberikan krim

pelindung. Meninggalkan bokong dalam kedaan terpapar merupakan cara

yang terbaik untuk mendorong terjadinya penyembuhan.

d) Inspeksi dan perawatan mulit bayi.

e) Dukungan bagi orang tua. Jika terdapat bukti tidak adanya pengertian

dalam hal perawatan anak,ibu harusdidorong untuk tinggal bersama anak.

Perawatan dapat diawasi dan diberikan bantuan. Walaupun demikian,

harus diingat bahwa banyak bayi yangmenderita gastroenteritis kendatipun

perawatan bayi yang bhaik, dan orang tua tidak boleh disalahkan karena

keadaan ini.

19

Page 20: BAB I.docx

f) Persiapan pulang ke rumah. Segera setelah petunjuk pemberian makanan

mencapai tingkat sesuai umur dan kebutuhan anak, dan jika terjadi

pertambahan berat badan anak yang memuaskan dan tidak terdapat muntah

atau feces yang encer, maka anak dizinkan pulang. Orang tua diminta

untuk datang ke unit rawat jalan untuk mengubungi dokter umum untuk

menilai kemajuan bayi.

20

Page 21: BAB I.docx

BAB III

TINJAUN KASUS

MANAJEMEN VARNEY

Tanggal masuk : 10 Januari 2015

Ruangan : Malikussaleh

Pukul : 13 : 25

I. PENGUMPULAN DATA

A. Identitas / Biodata

Nama Pasien               : Ny.Suparmi

Umur                           : 46 Tahun

Suku / Bangsa             : Jawa/Indonesia

Agama                  : Islam

Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga

B. Amnesia (Data Subjektif)

Pada Tanggal : 22 Februari 2015                                    Jam 13.30 Wib

1. Alasan Kunjungan : mau berobat dan melakukan pemeriksaan

2. Keluhan Utama            : muntah < 10 x, mencret 3 x sejak pagi. Badan

lemas,pusing, sakit  perut, kepala  pening.

3. Riwayat penyakit pasien : Pasien pernah menderita oenyakit hipertensi

dan penyakit hernorrhopie dex pada tahun 2003

4. Riwayat penyakit keluarga :Tidak ada

21

Page 22: BAB I.docx

C. pemeriksaan fisik (Data Objektif)

1. K/U : sadar dan lemas

2. Tanda vital                                   

TD : 130/80 mmHg

Pols : 70 x/menit

RR : 22 x/menit

Temp : 36 o C

3. Inspeksi

Mata                      sklera               : pucat

                               Kunjungtiva    : pucat

Muka                                             : pucat

Perut                                              : sakit

4. Palpasi

Abdomen                                      : sakit bila ditekan

5. Auskultasi

Keadaan jantung                           : Normal

Keadan paru – paru                       : Normal

D. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan laboratorium

II. INTERPRETASI DATA DASAR

1. Diagnosa

Hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan Ny.Suparmi umur 46 tahun dengan

diagnosa gastroenteritis.

22

Page 23: BAB I.docx

2. Data dasar

Ds      : Pasien mencret dna mengalami mual muntah sejak sebelum

dibawa ke rumah sakit dna sesudah di bawa kerumah sakit masih mual

dan pusing ,kepala pening dan sakit perut.

Do       : memeriksa keadaan pasien, mengukur vital sign dan memberi

oksigen karena pasien sesak.

3. Masalah potensial        : Lemas dan masih merasa mual muntah dan pusing, sakit

                                      kepala

4. Kebutuhan                  : pasien memerlukan cairan infuse dan obat-obatan sesuai

                                      dengan intruksi dokter agar pasien tidak lemas lagi karena

                                      kekurangan cairan dan pasien harus banyak minum air

III. ANTISIPASI DATA DAN MASALAH POTENSIAL

Dehidrasi

IV. TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI

Kolaborasi dengan dokter Sp.PD

V. RENCANA MANAJEMEN

Jelaskan kondisi pasien saat ini

Atur tetesan infus

Pantau tanda-tanda vital

Anjurkan pasien untuk ikuti saran dokter

Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup

Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih

23

Page 24: BAB I.docx

Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

Beri terapi obat-obatan

VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN

Menjelaskan kondisi pasien pada saat ini

Mengatur tetesan infus 20 tts/i

Memantau tanda-tanda vital

Menganjurkan pasien untuk mengikuti saran dokter

Menganjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup

Menganjurkan pasien untuk minum air putih yang banyak

Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan bergizi

Misalnya :

Karbohidrat

Protein

Mineral

Memberikan terapi obat

o Infus Rl 20 tts/i

o Ranitidine 1 ampul /12 jam

o Ondansetrone 1 ampul /12 jam

o Keterolac 1 ampul / 12 jam

VII. EVALUASI

Pasien sudah istirahat

Pasien sudah membaik

Pasien sudah terapi obat yang teratur

24

Page 25: BAB I.docx

Pasien sudah mengikuti anjuran dokter

Pada tanggal 12 Februari 2015 Ny.Suparmi 46 tahun dengan diagnosa gastroenteritis.

1. K/U : Membaik

2. Tanda vital                                   

TD : 120/80 mmHg

Pols : 70 x/menit

RR : 20 x/menit

Temp : 36 o C

25

Page 26: BAB I.docx

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gastroenteritis (Diare) atau dikenal dengan sebutan mencret memang

merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi

salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di

bawah lima tahun (balita). Karenanya kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare

adalah hal yang wajar dan harus dimengerti.

Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak

acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada

sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa

anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar

dapat mengurangi kewaspadaan orang tua.  sehingga mungkin saja diare akan

membahayakan anak.Etiologi terdiri dari 3 faktor infeksi antara lain sebagai berikut :

1. Infeksi internal

2. Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar,

ialah bakteri non invasive dan bakteri invasive

3. Infeksi parenteral

Gejala klinik pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea,

muntah, nyeri perut sampai kejang perut, torgor kulit menurun, demam dan diare

terjadi renjatan hipovolemik.Tes diagnostik sangat diperlukan untuk pengkajian

penyakit diare.Dasar pengobatan diare adalah :

a. Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.

b. Dietetik dan obat-obatan

26

Page 27: BAB I.docx

B. Saran

Untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal, sistematis, dan berlanjut

digunakan model konseptual yang ada yaitu: 

1. Menganjurkan kepada anggota keluarga untuk memantau status kondisi anggota

keluarganya bila sewaktu waktu terjadi kegawat daruratan untuk segera

menghubungi tenaga kesehatan diruang keperawatan.

2. Mendelegasikan kepada perawat bangsal agar memantau perkembangan An.S

apabila terjadi tanda-tanda syok.

3. Menyarankan kepada perawat bangsal Melati agar meningkatkan komunikasi

terapeutik kepada pasien setiap akan melakukan tindakan keperawatan.

4. Saran dari para pembaca sebagai masukan sangat diperlukan untuk perbaikan bagi

penulis, diharapkan penulis mampu membuat karya tulisanya lagi lebih baik

dimasa yang akan datang.

27

Page 28: BAB I.docx

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall ( 2006) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran “.

Jakarta : EGC

North .(2000) “Keperawatan”. Jakarta : EGC.

Nurmasari, Mega (2003) “Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut

Jawa Tengah :EGC

Ratnawati, Dwi (2002) “Asuhan Keperawatan”

Jawa Tengah :EBA

Wicaksono, Arridho (1997) “Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut “.

Jawa Tengah :GEA

28