BAB I.docx

3
BAB I PENDAHULUAN Efusi pleura merupakan keadaan di mana cairan menumpuk di dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan sebanyak 10-20 ml yang berfungsi mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah cairan melebihi volum normal dapat disebabkan oleh kecepatan produksi cairan di lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan penyerapan cairan oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral. Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk tersebut dapat menghambat pengembangan paru-paru sehingga pertukaran udara terganggu. Banyak penyakit yang mungkin mendasari terjadinya efusi pleura. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 119 pasien dengan efusi pleura di Rumah Sakit Persahabatan pada tahun 2010-2011, efusi pleura kebanyakan disebabkan oleh keganasan (42.8%) dan tuberkulosis (42%). Penyakit lain yang mungkin mendasari terjadinya efusi pleura antara lain pneumonia, empiema toraks, gagal jantung kongestif, sirosis hepatis (Khairani dkk., 2012). Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia,

Transcript of BAB I.docx

Page 1: BAB I.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Efusi pleura merupakan keadaan di mana cairan menumpuk di dalam

rongga pleura. Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan sebanyak 10-20

ml yang berfungsi mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama

bernapas. Jumlah cairan melebihi volum normal dapat disebabkan oleh kecepatan

produksi cairan di lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan penyerapan

cairan oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral. Keadaan ini

dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk tersebut dapat menghambat

pengembangan paru-paru sehingga pertukaran udara terganggu. Banyak penyakit

yang mungkin mendasari terjadinya efusi pleura.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 119 pasien dengan efusi

pleura di Rumah Sakit Persahabatan pada tahun 2010-2011, efusi pleura

kebanyakan disebabkan oleh keganasan (42.8%) dan tuberkulosis (42%). Penyakit

lain yang mungkin mendasari terjadinya efusi pleura antara lain pneumonia,

empiema toraks, gagal jantung kongestif, sirosis hepatis (Khairani dkk., 2012).

Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang

dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat

diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang

berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat

320 kasus efusi pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta

orang setiap tahunnya menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal

jantung kongestif dan pneumonia bakteri.

Menurut Depkes RI ( 2006 ), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari

penyakit infeksi saluran napas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi pleura

disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini dan

angka kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan faktor resiko

terjadinya efusi pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang kurang,

lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta

sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentang

pengetahuan kesehatan.

Page 2: BAB I.docx

Penderita dengan efusi pleura dapat mengalami hambatan pengembangan

paru, alveolus, atau keduanya. Selain itu juga akan mengalami peningkatan

respirasi sesuai dengan beratnya efusi pleura. Bahkan efusi pleura berat dapat

menyebabkan gangguan pernafasan karena penurunan compliance paru. Tanda

dan gejala efusi pleura yaitu : dispnea bervariasi, nyeri pleuritik, trakea bergeser

menjauhi sisi yang mengalami efusi, ruang interkostal menonjol pada efusi yang

berat, pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena,

perkusi meredup di atas efusi pleura, egofoni di atas paru yang tertekan dekat

efusi, suara nafas berkurang di atas efusi, fremitus vokal dan raba berkurang.

Berbagai manifestasi klinis ini tentu akan semakin memperburuk kondisi

penderita.