BAB I.docx

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang objek kajian utamanya ialah bumi, termasuk segala aktivitas yang terjadi pada lapisan keraknya. Salah satu aktifitas bumi yang selalu dinamis adalah aktifitas lempeng tektonik dimana aktifitas ini menciptakan bangun arsitektur yang indah pada permukaan bumi yang biasa kita kenal dengan struktur geologi, adapun pembahasan khusus tentang struktur geologi akan dibahas pada cabang ilmu geologi struktur. Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Beberapa penulis menganggap bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur

Transcript of BAB I.docx

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGeologi merupakan ilmu pengetahuan yang objek kajian utamanya ialah bumi, termasuk segala aktivitas yang terjadi pada lapisan keraknya. Salah satu aktifitas bumi yang selalu dinamis adalah aktifitas lempeng tektonik dimana aktifitas ini menciptakan bangun arsitektur yang indah pada permukaan bumi yang biasa kita kenal dengan struktur geologi, adapun pembahasan khusus tentang struktur geologi akan dibahas pada cabang ilmu geologi struktur.Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Beberapa penulis menganggap bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, misalnya perlipatan (fold), rekahan (fracture), sesar (fault), dan sebagainya, sebagai bagian dari satuan tektonik (tectonic unit).Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan waktu pembentukan struktur tersebut. Oleh karena itu sangat dirasakan perlu untuk melakukan kegiatan fieldtrip ini pada daerah Barru.1.2 Tujuan dan ManfaatTujuan dilakukannya fieldtrip geologi struktur pada daerah Barru antara lain :1. Mengambil data struktur geologi yang ada pada daerah penelitian;2. Mengambil foto struktur geologi (Dokumentasi)3. Membuat sketsa struktur geologiAdapun manfaat dilakukannya fieldtrip geologi struktur ini yaitu, setelah pengolahan data yang telah diambil dilapangan, mahasiswa mampu menentukan arah tegasan utama pada masing-masing jenis struktur yang ada pada daerah penelitian, selain itu mahasiswa mampu menceritakan sejarah tektonik daerah penelitian.1.3 Batasan MasalahBatasan masalah pada fieldtrip kali ini yaitu, jenis-jenis struktur yang mencakup lipatan (fold), patahan (fault) dan kekar (joint) serta stratigrafi daerah penelitian.1.4 Letak, Waktu, dan Kesampaian DaerahDaerah penelitian terletak di daerah Dusun Daccipong Kecamatan Barru Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kurang lebih 120 km dari kampus Universitas Hasanuddin. Fieldtrip geologi struktur dilaksanakan selama 2 hari, dimulai pada hari Jumat tanggal 15 Mei 2015 pada pukul 14.00 WITA sampai dengan hari Sabtu tanggal 16 Mei 2015 pada pukul 17.00 WITA. Adapun kesampaian daerah penelitian ditempuh dengan menggunakan 1 buah bus dan 2 buah mobil dengan waktu kurang lebih 120 menit.

Gambar 1.1 Lokasi Daerah Penelitian1.5 Alat dan BahanAlat dan bahan yang digunakan dalam fieldtrip kali ini yaitu : 1. Palu2. Rol meter3. Kompas4. Alat tulis5. Buku lapangan6. Kertas A47. Pensil warna8. Kamera digital9. Pita meter10. HCl11. Kantong sampel12. Spidol permanent13. Format pengambilan data14. Clipboard trapesium 1.6 Peneliti TerdahuluSebelum pelaksanaan praktek lapangan yang dilakukan pada daerah penelitian, terdapat beberap ahli yang telah melakukan penelitian terlebih dahulu pada daerah tersebut, antara lain : 1. VAN BEMMELEN, 1949, yang menulis tentang lengan selatan pulau Sulawesi.2. DJURI dan SUJATMIKO, 1974, meneliti geologi lembar Pangkajene dan bagian barat lembar Palopo Sulawesi Selatan dengan skala 1:250.000.3. S. SARTONO dan K.A.S. ATADIREJA, 1981, meneliti geologi kuarter Sulawesi Selatan dan Tenggara.4. SURTONO dan ASTADIREJA, 1981, Meneliti Geologi Karst Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.5. RAB. SUKAMTO, 1982, membuat peta geologi regional lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat, Sulawesi Selatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Geologi Regional Daerah Penelitian1. Geomorfologi RegionalKabupaten Barru dan sekitarnya merupakan pegunungan dan padan umumnya terdapat didaerah bagian timur,wilayah bagian barat merupakan pedataran yang relative sempit dan dibatasi oleh selat makasar.Daerah ini menyempit ke Utara dan dibatasi oleh perbukitan dengan pola struktur yang rumit,kemudian di sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan yang disusun oleh Batugamping.Proses Geomorfologi merupakan perubahan yang dialami oleh permukaan bumi baik secara fisik secara fisik maupun kimia (THORNBURY 1954) penyebab dari proses perubahan tersebut dapat dibagi atas 2 golongan yaitu : Tenaga Eksogen. Tenaga ini bersifat merusak,dapat berupa angina,suhu,dan air.Dengan adanya tenaga Eksogen dapat terjadi proses denudasi berupa erosi,pelapukan,dan degradasi. Tenaga Endogen. Tenaga ini cenderung untuk membangun,dapat berupa gempa,gaya-gaya pembentuk struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka dapat terbentuk struktur gunung api dan agradasi.Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut diatas maka terbentuknya bentang alam dengan kenampakan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan tenaga yang mempengaruhi pembentukannya.Kenampakan bentang alam di daerah Barru umumnya merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan sebagian lagi nampak membulat.Perbedaan tersebut disebabkan oleh karakteristik masing-masing batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti yang nampak sekarang ini.Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan penyusunnya serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi yang nampak sekarang pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :a. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.b. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.PituPenamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap pembentukan bentang alamnya.a. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-BuluduaSatuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua mempunyai sudut kemiringan lereng antara 5-20 %.Satuan morfologi ini umumnya membentuk jalur gawir sesar turun,menempati daerah-daerah bagian utara daerah penelitian yang memanjang dari dusun Galungsalawe,Bale,Ampela,dan Buludua dibagian timur.Permukaan gawir sesar ini menghadap ke Selatan dimana permukaan gawirnya telah mengalami proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan adanya gerakan tanah berupa landslide di Aledjang yang akibatnya material-material hasil erosi tersebut diendapkan pada dasar tebing.Kenampakan morfologi akibat pengaruh sesar dapat pula terlihat pada kenempakan permukaan gawir yang memotong perlapisan batuan dilereng selatan B.Laposso.Kenampakan lainnya berupa ebing yang terjal dengan dasar-dasar lembah yang sempit dan landai dapat dijumpai dibeberapa tempat disepanjang jalur morfologi gawir sesar ini.Sungai yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai watu dengan beberaa anak sungai yang mengalir dari arah timur ke barat dengan tipe genetic sungai Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi ini adalah Breksi,Batugamping,dan Napal.Proses erosi yang bekerja pada daerah ini relative besar karena sifat batuannya yang kurang resisten dan adanya aktivitas penduduk setempat yang mengadakan pengolahan lahan untuk diguinakan sebagai daerah permukiman,perkebunan,dan persawahan yang mempercepat terjadinya erosi.b. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.PituPenamaan satuan morfologi ini didasarkan pada proses geomorfologi serta bentuk morfologi dan keadaan fisik batuan sebagai hasil dari aktivitas denudasi yang terjadi dan dominant terdapat pada derah tersebutAktivitas denudasi berupa proses pelapukan,erosi,dan longsoran merupakan kegiatan yang dapat merombak dan membentuk permukaan bumi.Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Musula-B.Pitu menyabar dibagian timur laut B.Laposso (931 m).Penyebaran satuan morfologi ini meliputi beberapa daerah pegunungan yang memenjang dari arah barat ke timur yaitu B.Matjekke (431 m),B.dua (938 m) danm B.Musula (819 m).B.Matonrong (903 m).B.Pitu (342 m),dan Kalukku (407 m) dengan sudut kemiringan antara 10-70 % Terdapat bebrapa perbukitan disekitar B.Pitu,B.Masula,dan B.Matonrong dengan arah penyebaran pegunungan bukit yang memanjang dari barat laut tenggara.Aktivitas denudasi dipegunungan seperti B.dua memperlihatkan danya sisa-sisa erosi dan pelapukan yang mengikis senagian pegunungan tersebut.Pada beberapa tempat ditemukan adanya bukit-bukit kecil tumpul yang terbentuk akibat adanya pengaruh erosi dan pelapukan dimana keadaan soil pada bagian puncak bukit sangat tipis namun pada bagian lembah yang mempunyai soil yang tebal.Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini adlah S.Birunga dengan beberapa anak sungainya yang mempunyai pola aliran dentritik dengan tipe genetik sungai Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi pegunungan denudasi ini pada umumnya terdiri dari breksi vulkanik kecuali pada daerah B.dua dan B.Matjekke batuan penyusunnya terdiri dari dari batuan beku andesit dan diorite yang merupakan satuan intrusi bentuk sill.Satuan morfologi ini sebagian digunakan oleh penduduk setempat sebagai daerah permukiman dan persawahan.

c. Pola Aliran SungaiSungai yang mengalir didaerah ini adalah sungai watu yang terletak didaerah barat laut dan mengalir dari arah timur ke barat dengan aliran tang tidak teratur sungai-sungai tersebut mengalir pada satuan napal dan breksi batugamping. Sungai urunga dengan beberapa anak sungainya terdapat disebelah selatan dengan aliran tegak lurus dengan sungai utama.Sungai umpung yang mengalir dari arah barat ke timur dan sungai ule mengalir dari arah utara ke selatan.Sungai tersebut mengalir pada satuan breksi vulkanik batugamping dan serpih.Berdasarkan pada kenampakan dan data-data yang telah disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa pola aliran sungainya adalah aliran rectangular dan dentritik.d. Tipe Genetik Sungai.Sungai-sungai yang mengalir didaerah Barru pada umumnya menunjukkan aliran yang berlawanan dengan arah kemiringan perlapisan batuan,sehingga dengan demikian dapat digolongkan sebagai sungai dengan tipe aliran Obsekuen.e. Kuantitas air sungaiSungai-sungai yang terdapat di Barru termasuk jenis sungai periodic dimana kuantitas airnya besar,pada musim hujan tetapi pada musim kemarau airnya kecil atau kering.f. Stadia DaerahDaerah Barru umumnya memperlihatkan kenampakan bentang akam berupa perbukitan dan pegunungan yang sebagian sudah tampak meruncing dan setempat-setempat terjadi penggundulan pada bukit-bukit.Bentuk lembah umumnya masih sempit dengan lereng terjal pada proses erosi lebih lanjut.Sebagian sungai nampak menempati dasar lembah dan relative lurus dengan aliran yang tidak begitu deras,disamping itu pula dataran pedaratan belum begitu meluas.Berdasarkan pada kenampakan dari cirri-ciri bentang alam seperti yang telah disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa stadia daerah termasuk dalam stadia muda manjelang Dewasa.2. Stratigrafi RegionalDaerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis bentang alam yang berbeda atau berfariasi dan telah mengalami gangguan struktur sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak beraturan.Sebagian batuannya telah mengalami pelapukan dan peremukan hingga nampak kurang segar terutama pada napal.Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarakan atas cirri-ciri fisik dilpangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan dapat dikorelasikan secara vertical maupun lateral dan dapat dipetakan dalam skala 1 : 25.000.Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan dalam 5 (lima) satuan,mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua yaitu sebagai berikut :a. Satuan batuan beku intrusiSatuan in terdiri dari dua anggota yaitu batuan diorite dan batuan andesit. Batuan beku diorite penyebarannya meliputi daerah B. Matjekke dan sebagian kecil terdapat disebelah selatan barat laut. Batuan ini menempati daerah satuan morfologi pegunungan denudasi B.masula, B.pitu, dalam keadaa segar batua ini berwarna abu-abu dengan struktur kompak,tekstur faneritik dan bentuk kristal subhedral-anhedral ukuran mineral 1-2,3mm.Penentuan umur batuan diorit disebandingkan dengan hasil peneliti terdahulu (RAB SUKAMTO 1982) yaitu berumur Miosen. Kenampakan batuan ini dalam keadaan segara menampakkan warna abu-abu kehitaman, struktur vasikuler,tekstur afanitik, komposisi mineral plagioklas,hornblend. Umur batuan beku andesit ini adalah Miosen berdasarkan hasil radiometri K/Ar terhadap mineral Hornblende.b. Satuan breksiSatuan breksi vulkanik penyebaranya meliputi beberapa pegunungan yaitu B. laposso, B. masula, B. matonrong, B. Pitu, B. kaluku serta pemukiman seperti menrong,parjiro adjenga,baitu,wuruwue dan litae ssebagian pula tersingkap di daerah aliran sungai kampong Litae, satuan ini menempati daerah satuan morfologi pegununga ndenudasi B. masula,B. pitu denganarah perlapisan batuan umumnya barat laut timur tenggara denga nsudut kemiringan antara 16 25 %.Kenampakan dari satuan brekasi vulaknik ini menampakkan adanya perlapisan denag nkletebalan lapisan antara 35-100 cm. Fragmen batuan breksi vulkainik berupa batuan beku yaitu Basalt, andesit, matriks tufa yang disemen oleh silica denga nsortasi buruk. Ukuran fragmen yaitu antara 5-60 cm dan bentuk menyudut tanggung.Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan makro sehingga satuan ini disebandingkan dengan batuan vulkanik camba yang barumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Hubungan stratigrafi dengan batuan yang ada di atasnya maupun yang ada diaatasnya adalah tidak selaras.c. Satuan napal Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini menempati daerah satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang buludua dan sebagian lagi terdapat pada daerah yang daerahnya relative datar arah umum perlapisan batuan beraraha baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan antara 23-840Kenampakan satuan napal menujukkan adanya perlapisan denga n ketebalan anatar 25-50 cm. dalam keadaan segar, batuan ini berwarna putih keabuan dan lapuk berwarna kuning keabuan, tekstur klastik.Dari hasil analisa secara mikro paleontology dijumpai fosil foraminifera plantonik yaitu Globigerina boweci HOLL dan Glubegeris indeks FINLAY sedang fosil foraminifera bentonik yaitu Textularia agglutinans D` ORBTONY. Berdasarkan kandungan fosi lini ditentukan lingkungan pengendapanya yaitu pada inner neritik-middle neritik denga n kedalaman 0-100m, atau lingkungna laut dangkal (TIPSWORD & SITTZER 1975)Umur satuan ini yaitu Eosen Tengah bagian bawah(POSTUMA 1970) yang ditentukan dari kandungan fosilnya. Hubungan stratigrafi antara satuan in derngan batuan yang ada disekitarnya yaitu ssatuan breksi batugamping menjemari dan dengan satuan breksi vulkanik yang berada diatatasnya adalah tidak selaras. Satuan ini termasuk dalam formasi Tonasad. satuan breksi batugamping tonasaPenamaan satuan batuan ini didasarakan pada dominasi dan pelemparan batuan penyusunnya. Ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batruan ini terdiri atas fragmen berupa sekis,glaukonit,kuarsit, batugamping dan fosil serta matriks berupa lempung. Berdasarkan hal tersebut diatas makasatuan batuan ini dinamakan satuan breksi batugampingPenyebaranm satuan ini meliputi sebelah barat alut dan sebagaian didaerah Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan morfologi perbukitana gawir sesar Aleojang Buludua denga nsudut kemiringan lereng antara 10-20 %. Arah umum perlapisan batau relatif berarah baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan 25-37. ketebalan relative satuan breksi batugaming adalah 264 m.Kenampakan satuan breksi batugamping menunjukkan adanya kesan perlapisan umum namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan. Tebal lapisan antara 16-60 cm. berwarna putikh kekuning-kuningan dalam keadaan segar dan lapuk berwarna abu-abu kehitaman. Klastik kasar dengan sortasi jelek dan mengandung fosil,mineral glukonit,muskovit,dan sekis.Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar yaitu Nummulites gizehensis TAMARCK dan Discocyline indopacticia GALLOWAY. Berdasarkan cirri-ciri litologi dimana ada dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral mineral berbutier kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan fosil yang dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah. Hubungan stratigrafi antar satuan breksi batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras adan menjemari denga nsatuan Batunapal yang tidak selaras dengan breksi vulkaik yang berasda diatasnya. Satuan batuan ini ternmasuk dalam formasi tonasa.e. Satuan batupasir mallawaPenamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelemparan batuan penyusunnya serta cirri-ciri litologi. Penyebaran satuan batupasir ini meliputi bagian barat daerah Barru dengan arah umum perapisan berarah Utara-Selatan. Kenampakan satuan batuan ini menunjukkan adanya kesan perlapisan, dalam keadaan segar berwarna kuning kecoklatan, tekstur klastik kasar, mengandung mineral kuarsa. Dalam satuan ini terdapat angota-anggota berupa batupasir, konglomerat, batulanau, batulempung dan napal.Dengan sisipan batubar berupa lensa.Umur satuan batuan ini diperkirakan antar Paleosen sampai Eosen Bawah, hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adaklah tidak selarasa dengan satuan batuan diatasnya.f. Satuan serpih balangbaruPenyebaran batuan ini tidak terlalau meluas yang menempati bagian sungai umpung dengan arah umum perlapisan baratdaya-timur laut. Ciri litologi berwarna segar ungu dan jika lapuk berwarna abu-abu dengan tekstur klastik halus berukuran lempung, dan ketebalan perlapisan berukuran antara 1-10 cm. Ukuran butir lempung dan struktur berlapis.Lingkungan pengendapannya dari satuan serpih ini didasarkan ciri-ciri litologi dimana dijmpai perlapisan tipis dengan ukuran butir lempung yang menunjukkan lingkungan pengendapan tenang atau laut dalam.Penentuan umur serpih diperkirakan berumur kapur termasuk dalam formasi Balangbaru. Hubungan stratigrafi dengan litologi diatasnya adalah tidak selaras.3. Struktur RegionalStruktur geologi di daerah penelitian terdiri atas :a. Struktur lipatanStruktur lipatan adalah suatu bentuk deformasi pada batuan sediment,batuan vulkanik dan batuan metamorf yang memperlihatkan suatu bentuk yang mbergelombang (MARI AND P. BTLLINGS 1979)Struktur lipatan yang berkembang di daerah Barru adalah Struktur sinklin waruwue. Struktur sesar waruwue sebagian besar terletak dibagian memanjang dari arah baratlaut ke tenggara dengansumbu lip;atana sekitar 10 km dan mempunyai benatu kyan relative melengkung dan merupakan suat usinklin asimetris. Satuan batuan yang menglami perlipatan adalah satuan batu breksi vulkanik yang diperkirakan ikut pula terlipat adalah satuan napal dan satuan breksi batugamping. Umur dari batuantersebut adal;ah Eosen Awal Miosen Akhir ingga diperkirakan bahwa struktur sinklin waruwue terbentuk setelah Miosen Akhir.b. Struktur sesarSesar merupakan suatu rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan dan arahnya sejajar denga nbidang patahan (Sukendar Asikin 1979). Struktur sesar yang dijumpai pada daerah Barru bagia ntimur antar lain : Sesar normal bale. Sesar normal terletak disebelah utara dengan panjang sesar sekitar 250 m. sesar ini memanjang dari arah barat ke timur melalui dusun Bale,Galunsawae dan Buludua diptong oleh sesar geser Buludua. Bentuk sesar normal Bale ini relative melengkung dimana blok bagian selatan ralatif bergerak turun terhadap blok bagian utara satuan batuan yang tersesarkan terdiri dari satuan napal dan breksi batugamping. Berdasarkan pada umur batuan termuda yang dilalui satuan napal dengan umur Eosen Tengah maka diperkirakan sesar normal Bale terbentu ksetelah Eosen Tengah. Sesar geser Aledjang. Sesar geser Aledjang terdapat disebelah barat laut dan merupakan sesar geser yang bersifat dexiral. Sesar geser ini mempunyai arah pergeseran relative ke timur laut-baratdaya denga npanjang pergeseran sekitar 200 m. sesar geser ini dicirikan oleh zona-zona hancuran batuan pada satuan napal yang ditemukan pad alereng permukaan gawir di dusun Aledjang. Berdasarkan pada umur batuan yang termuda yan gdilalui maka diperkirakan bahwa sesar geser Aledjang terbentuk setelah Miosen Akhir. Sesar Geser Buludua. Sesar geser Buludua terdapat disebelah baratlaut dan merupakan sesar geser bersifat adextral. Sesar geser ini arah pergeseranya relative berarah baratlaut, tenggara dengan panjang pergeseran sekitar 2 km. satuan batuan yang dilaluinya terdiri atas napal dan satuan breksi gampingan akibat adanya sesar ini banyak ditemukan mata air disekitar daerah Bulubua. Berdasarkan pada batuan termuda yang dilauinya yaitu satuan breksi vulkanik maka diperkirakan sesar ini terbentuk setelah Miosen Akhir2.2Teori Ringkas2.2.1 DeformasiKekuatan dan sifat fisik dari material (strength and physical properties of material) selama proses deformasi dan kecepatan dari proses deformasi berbeda-beda merupakan kesulitan yang dijumpai untuk melakukan analisis struktur secara detail. Oleh karena itu pada pembahasan ini akan dibahas mengenai deformasi serta faktor-faktor yang berperan di dalamnya.Deformasi (Pluijm and Marshak, 1997) merupakan pemindahan secara kolektif poin-poin dari tubuh batuan, dengan kata lain deformasi adalah perubahan menyeluruh dari geometri awal menjadi geometri akhir dari tubuh batuan. Perubahan ini dapat meliputi translasi (perpindahan relatif sistem koordinat), rotasi (perubahan orientasi), dan distorsi (perubahan bentuk).Deformasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu deformasi ductile (ductile deformation) dan deformasi brittle (brittle deformation).Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi deformasi ductile (ductile deformation) dan deformasi brittle (brittle deformation) adalah :1. Temperatur dan tekananTemperatur dan tekanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap deformasi yang terjadi pada batuan. Semakin ke bawah permukaan bumi maka temperatur akan semakin besar, selain itu juga tekanannya akan semakin besar pula.Deformasi brittle, dicirikan oleh suhu yang rendah dan tekanan rendah. Suhu dan tekanan yang rendah ini biasanya terdapat relatif dekat dengan permukaan. Sedangkan deformasi ductile dicirikan suhu yang tinggi dan tekanan yang tinggi pula. Suhu dan tekanan tinggi ini biasanya terdapat jauh di permukaan bumi.2. HeterogenitasMaterial penyusun batuan dapat terdiri dari satu jenis maupun beberapa jenis. Batuan yang tersusun oleh lebih dari satu jenis material atau heterogen akan cenderung menghasilkan deformasi brittle. Tetapi hal ini juga harus didukung oleh faktor-faktor lainnya yang juga ikut berpengaruh pada jenis deformasi yang akan dihasilkan.Deformasi ductile cenderung akan terbentuk pada batuan yang hanya tersusun oleh satu jenis mineral saja, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan acuan karena di alam banyak faktor lain yang juga ikut mempengaruhi, misalnya adanya rekahan yang telah dihasilkan dari deformasi sebelumnya.Hal ini dikarenakan pengertian heterogenitas disini juga dapat diartikan bahwa telah terbetuk retakan hasil deformasi sebelumnya, sehingga deformasi yang terjadi kemudian cenderung mengikuti hasil dari deformasi telah ada sebelumnya sehingga akan menghasilkan produk yang relatif brittle.3. Kecepatan deformasiKecepatan deformasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jenis deformasi. Deformasi yang berjalan dengan cepat akan menghasilkan deformasi brittle. Hal ini disebabkan karena sifat dari material apabila dikenai gaya secara perlahan-lahan akan lebih resisten daripada yang diberikan gaya secara cepat. Deformasi ductile cenderung berjalan dengan lambat. Proses terjadinya gempa bumi merupakan salah satu contoh dari proses deformasi brittle. Gempa bumi berlangsung sangat cepat, oleh karena itu produk yang dihasilkan biasanya berupa sesar, baik itu sesar naik, turun, maupun geser. Sesar-sesar ini merupakan salah satu dari deformasi brittle.4. Kandungan airKandungan air akan menambah plastisitas pada batuan. Batuan yang mengandung air (H2O) cenderung akan lebih elastis daripada batuan dengan kandungan air lebih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari batuan yang baru diendapkan dan belum mengalami lithifikasi secara sempurna kemudian dikenai gaya tekan, maka batuan tersebut akan cenderung membentuk lipatan (ductile deformation) sebelum akhirnya mengalami deformasi brittle apabila kekuatan (strength) dan gaya kohesi dari partikel-partikel yang menyusun batuan tersebut sudah tidak mampu untuk mengakomodasi gaya yang ada.2.2.1.1 Deformasi DuctileDuctile deformation adalah istilah umum untuk menunjukkan hubungan antara material padat yang dikenai tegasan dan perubahan kristal-kristal yang menyusun material. Apabila material terkena tegasan dengan kondisi-kondisi yang menunjang untuk terbentuknya deformasi ductile maka material-material yang menyusun suatu batuan akan mengalir (secara mikroskopis) sehingga tegasan yang bekerja akan terdistribusikan. Hal inilah yang menyebabkan pada deformasi ductile tidak terbentuk diskontinuitas pada tubuh batuan. Jenis deformasi ini akan menghasilkan struktur perlipatan (fold).2.2.1.2 Deformasi BrittleBrittle deformation merupakan perubahan permanen yang terjadi pada material padat yang berkaitan dengan pertumbuhan fracture (rekahan) atau pergerakan dari rekahan tersebut pada saat terbentuk (Pluijm and Marshak, 1997). Fracture adalah istilah umum yang digunakan untuk permukaan material yang kehilangan daya kohesi sehingga mengalami diskontinuitas. Apabila rekahan (fracture) tersebut mengalami pengisian oleh larutan yang kemudian mengkristal menjadi mineral-mineral maka disebut dengan vein. Adapun tipe-tipe dari deformasi brittle adalah kekar dan sesar.2.2.2 Proyeksi StereografisMenurut Ragan (1985),proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atauproyeksi dari permukaan sebuah bolasebagai tempat orientasi geometri bidang dan garis. Dengan demikian, proyeksi stereografis adalah suatu metode proyeksi dengan bidang proyeksi berupa permukaan setengah bola. Biasanya,yang dipakai adalah permukaan setengah bola bagian bawah (lower hemisphere). Proyeksi stereografis dapatmemecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri berupa besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur geologi karena proyeksi ini dapat menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi bidang dan garis dalam bidang proyeksi yang digunakan.Proyeksi stereografis terdiri dari beberapa macam, antara lain :1. Equal Angle ProjectionProyeksi ini pada dasarnya memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke bidang proyeksi pada suatu tutukzenithyang terletak pada sumbu vertikal melalui pusat bola bagian puncak. Bidang-bidang dengan sudut yang sama akan digambarkan semakin rapat ke arah pusat. Hasil penggambaran pada bidang proyeksi disebut sebagaistereogram.Hasil dariequal angle projectionadalahWulff Net.

2. Equal Area ProjectionProyeksi ini lebih umum digunakan dalam analisis data statistik karena kerapatan hasil ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Proyeksiequal areamerupakan proyeksi yang akan menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan sebanding dengan sebenarnya. Hasil dariequal area projectionadalah suatu stereogram yang disebut denganSchmidt Net.3. Orthogonal ProjectionProyeksi ini merupakan kebalikan dariequal angle projectionkarena pada proyeksi ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksikan tegak lurus pada bidang proyeksi dan lingkaran hasil proyeksi akan semakin renggang ke arah pusat. Stereogram dari proyeksi ortogonal disebut sebagaiOrthographic Net4. Polar ProjectionPada proyeksi ini, baik unsur garis maupun bidang tergambar sebagi suatu titik. Stereogram dari proyeksi kutub ini adalahPolar NetatauBillings Net.Polar Net ini diperoleh dariequal area projection,sehingga apabila ingin mendapatkan proyeksi bidang dari suatu titikpada Polar Net, harus menggunakanSchmidts Net.Masing-masing dari proyeksi stereografis ini memiliki ciri dan hasil proyeksi yang berbeda-beda, namun dalam analisa geometri struktur geologi, tak jarang dibutuhkan kombinasi dari keempatnya untuk menghasilkan analisa geometri yang akurat dan lebih praktis.BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Geologi Daerah Penelitian3.1.1 GeomorfologiKabupaten Barru dan sekitarnya merupakan pegunungan dan padan umumnya terdapat didaerah bagian timur,wilayah bagian barat merupakan pedataran yang relative sempit dan dibatasi oleh selat makasar.Daerah ini menyempit ke Utara dan dibatasi oleh perbukitan dengan pola struktur yang rumit,kemudian di sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan yang disusun oleh Batugamping.Kenampakan bentang alam di daerah Barru umumnya merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan sebagian lagi nampak membulat.Perbedaan tersebut disebabkan oleh karakteristik masing-masing batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti yang nampak sekarang ini.Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan penyusunnya serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi yang nampak sekarang pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :a. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.b. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.PituPenamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap pembentukan bentang alamnya.3.1.2 Stratigrafi3.1.3 Struktur Geologi3.1.3.1 Lipatan1. Tabel data pengukuran Tabel 3.1 Data Pengukuran LipatanNOLITOLOGIAXIAL PLANEAXIAL LINEPLUNGLIMB KANANLIMB KIRIKET

1SEKISN 340 E /64N 2060 E 190N 470 E /270N 2250 E /150ANTIKLIN

2SEKISN 2000 E /80N 2110 E190N 1740 E /230N 470 E /270SINKLIN

2. LipatanDalam kegiatan fieldtrip kali ini ditemukan lipatan berupa antiklin dan sinklin pada stasiun 08 daerah anak sungai Dengendengen dan litologi berupa sekis dengan koordinat LS 0402817,9 dan BT 11904157,3 serta arah foto N 210 E (antiklin) dan N 250 E (sinklin).

3. Stereonetdata pengukuran yang didapatkan dilapangan kemudian diolah menggunakan stereonet dan didapatkan interlimb yaitu 1380.Table 3.2 Klasifikasi lipatan berdasarkan besar sudut interlimb (Fleuty, 1964)

Berdasarkan klasifikasi (Fleuty,1964) lipatan antiklin yang didapatkan pada stasiun 08 berupa lipatan Gentle 4. Konstruksi

3.1.3.2 Kekar3.1.3.3 Sesar3.1.4Mekanisme Struktur BAB IV Penutup4.1 Kesimpulan4.2 Saran