BAB I.docx
Transcript of BAB I.docx
SISTEM SENSORI PERSEPSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia terdapat
sejumlah 0.40% penderita glaukoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan
0,26% penduduk. Prevalensi penyakit utama di Indonesia adalah kelainan refraksi
24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtiva 1,74%, parut kornea
0,43%, glaukoma 0,40%, retinopati 0,17%. Prevalensi dan peyebab buta kedua
0,16% kelaianan refraksi 0.11%, retina 0,09%, kornea 0.06% dan lain-lain 0.03%,
prevalensi total 1,47%.
Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita glaukoma.
Diantara mereka hampir setengah mengalami gangguan pengelihatan dan 70 ribu
benar-benar buta, bertambah setengah 5500 orang/tahun.
Glaukoma dapat menyerang semua usia namun lebih banyak sesuai
bertambahnya usia, mengenai sekitar 2% orang berusia di atas 35 tahun. Resiko
lainnya adalah diabetes, orang Amerika keturunan Afrika, yang mempunyai
riwayat keluarga menderita glaukoma, dan mereka yang pernah mengalami
trauma atau pembedahan mata, atau yang pernah mendapat terapi kortikostreroid
jangka panjang.
Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan
obat. Kadang diperlukan pembedahan laser atau konvensional (insisional). Tujuan
penanganan adalah untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan agar
dapat mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang hidup dan dapat
dilakukan dengan menurunkan TIO.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksut dengan glaukoma kongenital?
Apa saja macam atau klasifikasi glaukoma?
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien glaukoma kongenital?
GLAUKOMA KONGENITAL Page 1
SISTEM SENSORI PERSEPSI
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tinjauan teori glaukoma kongenital meliputi definisi,
patofisiologi, tanda dan gejala, serta komplikasinya.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan glaukoma
kongenital meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan
intervensi keperawatan.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 2
SISTEM SENSORI PERSEPSI
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
a. GLUKOMA
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang; biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokuler. Pada glaukoma akan terdapat
melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan
anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik yang
dapat berakhir dengan kebutaan.
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996).
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan
atau gejala patologis yang di tandai dengan peningkatan tekanan intraocular
( TIO) dengan segala akibatnya.Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan
menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya gejala lain yang
nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam
beberapa jam. Jika peningkatan TIO lebih besar dari pada toleransi jaringan,
kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus sehingga
menyebabkan atrofi saraf optic dan hilangnya pandangan perifer. ( Ns. Indriana
N.Istiqomah S.Kep, 2004).
b. GLUKOMA KONGENITAL
Glaukoma kongenital adalah gloukoma yang terjadi pada beberapa tahun
pertama kehiduan.
Glaukoma kongenital adalah suatu bentuk yang jarang dari glaukoma yang
terjadi pada bayi dan anak-anak muda. Kondisi ini bisa diwariskan dan merupakan
GLAUKOMA KONGENITAL Page 3
SISTEM SENSORI PERSEPSI
hasil perkembangan yang tidak benar atau lengkap dari saluran drainase mata
selama masa kehamilan.
Glaukoma kongenital adalah suatu keadaan dimana terdapat tekanan bola mata
yang meninggi, yang akan menimbulkan kerusakan pada mata dan memburuknya
tajam penglihatan pada waktu permulaan masa bayi atau pada masa kanak-kanak.
2.2 KLASIFIKASI
Banyak sekali pola yang digunakan untuk mengklasifikasikan glaukoma,
namun, klasifikasi yang secara luas digunakan adalah glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup, karena pembagian tersebut terfokus pada patofisiologi
terjadinya glaukoma dan merupakan titik awal ditentukannya penatalaksanaan
klinis yang sesuai.
Klasifkasi Vaughen untuk glaukoma adalah:
1. Glaukoma Primer
Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak berhubungan dengan penyakit
mata atau sistenik yang menyebabkan meningkatnya resistensi aliran aqueous
humor. Glaukoma primer biasanya terjadi pada kedua mata.
a) Glaukoma Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan glaukoma yang tidak diketahui
penyebabnya dan ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Glaukoma primer
sudut terbuka merupakan penyakit kronis dan progresif lambat dengan atrofi
dan cupping dari papil nervus optikus dan pola gangguan lapang pandang yang
khas. Glaukoma primer sudut terbuka memiliki kecenderungan familial.
Pada umumnya, glaukoma primer sudut terbuka terjadi pada usia lebih dari 40
tahun. Prevalensi juga lebih tinggi pada orang berkulit gelap atau berwarna
dibandingkan dengan orang berkulit putih.
Gambaran patologi utama pada glaukoma sudut terbuka adalah proses
degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam
jalan trabekular dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah
penurunan drainase aqueous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intra
okuler.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 4
SISTEM SENSORI PERSEPSI
Tekanan intraokuler merupakan faktor resiko utama untuk glaukoma primer
sudut terbuka. Terdapat faktor resiko lain yang berhubungan dengan glaukoma
primer sudut terbuka, yaitu; miopia, diabetes mellitus, hipertensi dan oklusi vena
sentralis retina.
Sifat onsetnya yang samar serta perjalanannya yang progresif lambat maka
timbulnya gejalanya pun lambat dan tidak disadari sampai akhirnya berlanjut
dengan kebutaan. Keluhan pasien biasanya sangat sedikit atau samar, misalnya
mata terasa berat, kepala pusing sebelah, dan anamnesis tidak khas lainnya.
Biasanya pasien tidak mengeluh adanya halo dan tidak tampak mata merah.
Tekanan intraokuler sehari-hari biasanya tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Akibat
tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil serta ekskavasio glaukomatosa.
Kerusakan dimulai dari tepi lapang pandang, dengan demikian penglihatan sentral
tetap baik, sehingga penderita seolah-olah melihat melalui teropong.
Diagnosis glaukoma primer sudut terbuka ditegakkan apabila ditemukan
kelainan-kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapangan pandang
disertai peningkatan tekanan intraokuler, sudut kamera anterior terbuka dan
tampak normal, dan tidak ditemukan sebab lain yang dapat meningkatkan tekanan
intraokuler.
b) Glaukoma Sudut Tertutup
Pasien yang menderita glaukoma primer sudut tertutup cenderung memiliki
segmen anterior yang kecil dan sempit, sehingga menjadi faktor predisposisi
untuk timbulnya pupillary block relatif. Resiko terjadinya hal tersebut meningkat
dengan bertambahnya usia, seiring dengan berkembangnya lensa dan pupil
menjadi miosis.
1) Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut
Glaukoma primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang timbul saat TIO
meningkat secara cepat akibat blokade relatif mendadak dari jaringan trabekular.
Hal ini dapat menimbulkan manifestasi berupa rasa sakit, penglihatan buram,
halo, mual dan muntah. Peningkatan TIO yang tinggi menyebabkan edema epitel
kornea yang bertanggung jawab dalam timbulnya keluhan penurunan penglihatan.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 5
SISTEM SENSORI PERSEPSI
Tanda-tanda pada glaukoma sudut tertutup akut antara lain:
1. TIO yang tinggi
2. Pupil yang lebar dan terkadang irreguler
3. Edema epitel kornea
4. Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva
5. Kamera okuli anterior yang sempit
Selama serangan akut, TIO cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan
gangguan nervus optikus dan oklusi pembuluh darah retina. Sinekia anterior
perifer dapat terbentuk dengan cepat dan TIO yang tinggi menyebabkan terjadinya
iskemia sehingga dapat terjadi atrofi sektoral dari iris. Atrofi pada iris
menimbulkan pelepasan pigmen iris dan pigmen-pigmen tersebut menempel dan
mengotori permukaan iris dan endotel kornea. Akibat iskemia iris, maka pupil
dapat berdilatasi dan terfiksasi.
Diagnosis pasti didapatkan dengan gonioskopi. Gonioskopi juga membantu
menentukan apakah blokade iris dan jaringan trabekular reversibel atau
irreversibel.
2) Glaukoma Primer Sudut Tertutup Subakut
Glaukoma primer sudut tertutup subakut (intermiten) adalah kondisi yang
ditandai dengan adanya penglihatan yang buram, halo, dan rasa sakit yang ringan,
disertai dengan peningkatan TIO. Gejala ini membaik dengan sendirinya, terutama
selama tidur, dan muncul kembali secara periodik dalam hitungan hari atau
minggu. Diagnosis yang tepat dapat dibantu ditegakkan dengan pemeriksaan
gonioskopi.
3) Glaukoma Primer Sudut Tertutup Kronis
Glaukoma primer sudut tertutup kronis merupakan kondisi yang timbul
setelah glaukoma sudut tertutup akut atau saat sudut kamera anterior tertutup
secara bertahap dan tekanan intraokuler meningkat secara perlahan. Gejala
klinisnya serupa dengan glaukoma primer sudut terbuka, yaitu keluhan yang
samar, cupping papil nervus optikus yang progresif dan gangguan lapang pandang
GLAUKOMA KONGENITAL Page 6
SISTEM SENSORI PERSEPSI
glaukomatosa. Sehingga, pemeriksaan gonioskopi diperlukan untuk menentukan
diagnosis yang tepat.
a) Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital primer atau infantil adalah glaukoma yang timbul sesaat
setelah lahir sampai beberapa tahun pertama setelah kelahiran. Selain itu,
glaukoma kongenital juga dapat timbul menyertai anomali kongenital lainnya.
Glaukoma infantil atau dikenal dengan istilah buphthalmos, dipercaya terjadi
akibat displasia dari sudut kamera anterior tanpa disertai abnormalitas okular dan
sistemik lainnya. Terdapat dua teori yang menerangkan patofisiologi terjadinya
glaukoma infantil, yaitu; terjadi abnormalitas membran atau sel pada jaringan
trabekular, sehingga jaringan trabekuler menjadi impermeabel; teori lain
mengatakan bahwa terjadi anomali luas pada kamera okuli anterior termasuk
insersi abnormal dari muskulus siliaris. Dengan adanya anomali-anomali tersebut,
maka aliran aqueous akan terganggua dan terjadi pembendungan aqueous humor,
maka akan timbul buphtalmos karena jaringan sklera pada neonatus masih lunak.
Keadaan klinis yang khas dari glaukoma infantil adalah trias klasik pada bayi baru
lahir, yaitu; epifora, fotofobia, dan blefarospasme. Diagnosis tergantung dari
pemeriksaan klinis yang hati-hati, termasuk pemeriksaan TIO, pengukuran
diameter kornea, gonioskopi dan oftalmoskopi.
b) Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang berhubungan dengan penyakit
mata atau sistemik yang menyebabkan menurunnya aliran aqueous humor.
Glaukoma sekunder sering terjadi hanya pada satu mata.Glaukoma sekunder
merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang menimbulkannya.Glaukoma
sekunder dapat terlihat dalam bentuk sudut tertutup maupun sudut terbuka.
Kelainan-kelainan tersebut dapat terletak pada:
1. Sudut bilik mata, akibat goniosinekia, hifema, leukoma adheren dan
kontusi sudut bilik mata
2. Pupil, akibat seklusio dan oklusi relatif pupil
3. Badan siliar, seperti rangsangan akibat luksasio lensa
GLAUKOMA KONGENITAL Page 7
SISTEM SENSORI PERSEPSI
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan glaukoma, yaitu:
1. Uveitis, dimana glaukoma terjadi akibat adanya sinekia anterior maupun
posterior, penimbunan sel radang di sudut bilik mata dan seklusio pupil
yang biasanya disertai dengan iris bombé.
2. Pasca trauma serta ulkus kornea, yang mengakibatkan leukoma adheren
sehingga bilik mata tertutup dan mengganggu aliran aqueous humor.
3. Hifema, akan mengakibatkan tersumbatnya sudut bilik mata
Glaukoma yang disebabkan oleh lensa. Katarak yang immatur akan menyerap
cairan sehingga ukurannya membesar sehingga menyumbat sudut bilik mata,
sedangkan katarak yang hipermatur, lensa akan pecah dan komposisi lensa dapat
menyumbat sudut bilik mata. Pascabedah katarak, yang mengakibatkan
terbentuknya sinekia dan terbentuknya blokade pupil akibat radang di daerah
pupil.
c) Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma dimana sudah terjadi
kebutaan total. Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal,
papil atrofi dengan ekskavasio glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan
rasa sakit. Mata dengan kebutaan ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris.
Kelainan mata yang dapat menyebabkan glaukoma antara lain:
1. Kelainan lensa
2. Kelainan uvea
3. Trauma
4. Pasca bedah
5. Glaukoma absolut
GLAUKOMA KONGENITAL Page 8
SISTEM SENSORI PERSEPSI
Berdasarkan lamanya, glaukoma diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Glaukoma Akut
a) Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan
intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b) Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan
berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder
sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk
primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c) Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan
midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk
sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen
atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe,
atau pasca pembedahan intraokuler.
d) Manifestasi klinik
1) Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan
daerah belakang kepala.
2) Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa
mual dan muntah, kadang-kadang dapat mengaburkan gejala
glaukoma akut.
3) Tajam penglihatan sangat menurun.
4) Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5) Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6) Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7) Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif,
akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8) Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 9
SISTEM SENSORI PERSEPSI
9) Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan
media penglihatan.
10) Tekanan bola mata sangat tinggi.
11) Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e) Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
f) Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan
intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi
segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis
operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan
gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.
2. Glaukoma Kronik
a) Devinisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan
bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b) Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian
kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c) Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit
berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan
sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut
keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur,
lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 10
SISTEM SENSORI PERSEPSI
d) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan
peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik
diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam,
dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil.
Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi
bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e) Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan
lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk, meskipun hasil
pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan.
Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.
2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer dan
pangkal iris. Ciri-ciri anatomi utama sudut ini adalah garis Schwalbe, anyaman
trabekula (yang terletak di atas kanal Schlemm), dan taji sklera (sclera spur).
Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Struktur ini merupakan
tepi membrane Descement dan terdiri dari suatu jaringan atau pinggiran yang
sempit dimana bagian dalam kornea bertemu dengan sklera, dengan jari-jari
kelengkungan yang berbeda. Dapat terlihat seperti sebuah garis atau pembukitan
berwarna putih dan berbatasan dengan bagian anterior anyaman trabekula.
Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar
yang mengarah ke corpus ciliare. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar
berlubang jaringan kolagen dan elastik yang membentuk suatu filter dengan pori
yang semakin mengecil ketika mendekati kanal Schlemm. Bagian dalam anyaman
ini, yang menghadap ke bilik mata depan dikenal sebagai anyaman uvea; bagian
luar yang berada dekat kanal Schlemm disebut anyaman korneoskleral. Serat-serat
longitudinal otot siliaris menyisip ke dalam anyaman trabekula tersebut.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 11
SISTEM SENSORI PERSEPSI
Taji sklera merupakan penonjolan sklera ke arah dalam di antara corpus ciliare
dan kanal Sclemm, tempat iris dan kanal Schlemm menempel. Kanal Schlemm
merupakan kapiler yang mengelilingi kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapis
sel, diameter nya 0,5 mm. Pada dinding sebelah dalam terdapat lubang-lubang
sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanal
Schlemm. Dari kanal Sclemm, keluar saluran kolektor 20-30 buah yang menuju
ke pleksus vena di dalam jaringan sklera dan episklera dan vena siliaris anterior di
badan siliar.
Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueous
dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueous adalah suatu
cairan jernih yang mengisi camera oculi anterior dan camera oculi posterior.
Volumenya adalah sekitar 250 µL, dan kecepatan pembentukannya memiliki
variasi diurnal adalah 2,5 µL/menit. Tekanan osmotiknya lebih tinggi
dibandingkan plasma. Komposisi humor akueous serupa dengan plasma, kecuali
bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih
tinggi serta protein, urea dan glukosa yang lebih rendah..
Cairan bilik mata (humor akueous) dibentuk oleh epitel tak berpigmen corpus
ciliare, masuk ke dalam bilik mata belakang (camera oculi posterior) kemudian
melaui pupil masuk ke bilik mata depan (camera oculi anterior), ke sudut camera
oculi anterior melalui trabekula ke kanal Sclemm, saluran kolektor, kemudian
masuk ke dalam pleksus vena di jaringan sklera dan episklera juga ke dalam vena
siliaris anterior di corpus ciliare. Saluran yang mengandung cairan camera oculi
anterior dapat dilihat di daerah limbus dan subkonjuntiva yang dinamakan aqueos
veins.
2.4 ETIOLOGI
1. Primer
Terdiri dari
a) Akut
Dapat disebabkan karena trauma.
2. Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
GLAUKOMA KONGENITAL Page 12
SISTEM SENSORI PERSEPSI
a. Diabetes mellitus
b. Arterisklerosis
c. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang.
d. Miopia tinggi dan progresif.
Dari etiologi diatas dapat menyebabkan sudut bilik mata yang sempit.
3. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti :
a. Katarak
b. Perubahan lensa
c. Kelainan uvea
d. Pembedahan
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat keluarga ditemukan
anggota keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa,
penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata
seperti normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium
dini. Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak
akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi
lebih sempit hingga kebutaan secara permanen. Gejala yang lain adalah:
1. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.
2. Kornea suram.
3. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
4. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
5. Nyeri di mata dan sekitarnya.
6. Udema kornea.
7. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.
8. Lensa keruh.
Menurut Sidharta Ilyas (2004) glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai
berikut:
GLAUKOMA KONGENITAL Page 13
SISTEM SENSORI PERSEPSI
1. Tekanan bola mata yang tidak normal
2. Rusaknya selaput jala
3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat
4. Berakhir dengan kebutaan
2.6 PATOFISIOLOGI
Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan
aliran keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan
dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos
humor. Akueos humor di produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar
melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi
akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal
terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan
tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia
menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan
jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis.
Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal
ini bersifat permanen tanpa penangan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.
Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
(Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal 147 – 150).
Karena penemuan gambaran histopatologis pada glaukoma infantil bervariasi,
banyak teori yang telah dikemukakan, yang dibagi dalam 2 kelompok utama.
Beberapa peneliti mengemukakan bahwa kelainan pada sel atau membran
trabekular meshwork merupakan mekanisme patologi primer. Kelainan ini
digambarkan sebagai salah satu anomali impermeable trabekular meshwork atau
suatu membran yang menutupi trabekula meshwork. Peneliti lain menegaskan
suatu kelainan segmen anterior yang lebih meluas. Termasuk kelainan insersi
muskulus siliaris.Meskipun kecepatan mekanisme dari glaukoma infantil primer
tetap tidak terbukti, terdapat sedikit keraguan bahwasanya penyakit ini
memperlihatkan kelainan perkembangan struktur mata. Kebanyakan
memperlihatkan perkembangan pada periode embrional akhir.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 14
SISTEM SENSORI PERSEPSI
2.7 GAMBARAN KLINIS
Pada glaukoma infantil ditemukan 3 gejala klasik: epiphora, photophobia dan
blepharosme. Diagnosis glaukoma infantil tergantung pada penelitian klinis yang
cermat, termasuk ukuran IOP, diameter kornea, gonioscopy, ukuran panjang axial
dengan ultrasonografy, dan ophtalmoscopy.Pemeriksaan mata luar mungkin
menampakkan buphtalmos dengan pelebaran diameter kornea lebih daari 12 mm
sepanjang tahun pertama kehidupan (Normalnya diameter horizontal dari kornea
adalah 9,5-10,5 mm pada bayi cukup bulan dan lebih kecil pada bayi prematur).
Edemakornea bisa terjadi mulai dari kekaburan yang ringan sampai berat pada
stroma kornea karena peninggian IOP, 25% edema kornea terjadi pada saat lahir
dan 60% pada usia 6 bulan.
Penurunan ketajaman visual bisa akibat atropi optik, pengawanan kornea,
astigmat, amblyopia, katarak, dislokasi lensa, pemisahan retina. Amblyoma
mungkin disebabkan oleh opacity kornea itu sendiri atau kesalahan refraksi.
Pembesaran mata menyebabkan myopia, dan robekan pada descemen membran
bisa menyebabkan astgmat yang luas. Langkah tepat untuk pencegahan dan
pengobatan amblyopia harus dilakukan secepat mungkin.
Seorang dokter dapat mengukur IOP pada anak dibaawah 6 bulan tanpa
general anestesi atau sedasi dengan melakukan pengukuran pada saat anak makan
atau pada saat anak tidur. Bagaimanapun bisa terjadi keadaan yang kurang baik
bila pemeriksaan menggunakan anestesi umum. Kebanyakan bahan anestesi
umum dengan sedatif menurunkan IOP. Dan lagi, bayi bisa mengalami dehidrasi
dalam persiapan anestesi. Satu-satunya pengecualian dalam hal ini adalah
ketamin, yang bisa meningkatkan IOP. Normalnya IOP pada bayi dibawah
pengaruh anestesi umum adalah antara 10-20 mmHg, tergantung pada tonometer.
Peningkatan IOP yang signifikan mungkin terjadi pada 1 mata banyak pada 25-
30% kasus.
Gonioscopy dengan anestesi, menggunakan lensa gonioscopy direk lebih
direkomendasikan. Pada glaukoma anak tersendiri yang khas adalah bilik anterior
dalamnya dengan struktur yang normal. Penemuan lainnya dalah inersi iris yang
tinggi dan datar, tidak adanya sudut reses, hipoplasia peripheral iris, epitel pigmen
peripheral iris tenting dan perkabutan neural trabekular meshwork. Bagian sudut
GLAUKOMA KONGENITAL Page 15
SISTEM SENSORI PERSEPSI
terbuka dengan inersi tinggi dan iris yang membentuk suatu garis bergelombang
yang disebabkan jaringan abnormal yang terlihat berkilau-kilau. Jaringan ini
menahan peripheral iris dibagian anterior. Bagian sudut selalu avaskuler, tetapi
aliran pembuluh darah dari arteri besar mungkin bisa terlihat di sekitar dasar iris.
Normalnya sudut bilik anterior antara anak-anak dan dewasa berbeda.
Kebanyakan penemuan yang telah ada tidak spesifik, dan ini bisa menyulitkan
untuk membedakan hasil gonioscopy antara glaukoma infantil dengan yang
normal. Jika edema kornea menghalangi pandangan sudut secara adekuat,
epitelium bisa dipindahkan dengan menggunakan pisau scalpel atau cotton-tippod
applicator yang direndam dalam alkohol 70% untuk meningkatkan jarak
penglihatan.
Gambaran ketajaman penglihatan mungkin bisa dimudahkan dengan
menggunakan ophthalmoscope langsung dan gonioscopyc langsung atau fundus
lensa pada kornea. Normalnya nervus opticus pada anak berwarna merah muda
dengan mangkok fisiologis kecil. Glaukomatous cuping pada anak-anak mirip
dengan orang dewasa, dengan keistimewaan hilangnya jaringan neural pada poles
superior dan inferior. Pada anak-anak kanal sclera mempunyai respon lebih besar
untuk peningkatan IOP, karena pelebaran mangkok. Cuping mungkin bisa
reversibel jika IOP jadi lebih rendah dan progresivitas cuping mengindikasikan
jeleknya kontrol IOP. Disini dokumentasi foto optik dianjurkan.1,2,3,4.
2.8 TANDA DAN GEJALA
Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah
belakang kepala.
Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan
muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
1. Tajam penglihatan sangat menurun.
2. Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
3. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
4. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
5. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat
timbulnya reaksi radang uvea.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 16
SISTEM SENSORI PERSEPSI
6. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
7. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
penglihata.
8. Tekanan bola mata sangat tinggi.
9. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
Tiga gejala klinis glaukoma kongenital primer pada bayi atau anak :
1. Air mata yang berlebihan (epifora).
2. Sensitif terhadap cahaya (fotopobia).
3. Spasme palpebra (blefarospasme).
Tanda klinis yang ditemukan pada penyakit ini adalah :
1. Buftalmos
2. Diameter kornea : diameter horizontal > 12 mm (megalokornea) sebelum
tahun pertama kehidupan sangat mendukung.
3. Abnormalitas pada salah satu lapisan kornea (membran Descement) yang
bisa robek sehinggga menyebabkan edema kornea.
4. Peningkatan tekanan intaokular.
5. Abnormalitas pada pemeriksaan jaringan trabekula.
6. Cup diskus optik.
7. Perubahan refraksi – terutama sekali miopia (penglihatan pendek).
8. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis pada glaukoma kongenital akut sebaiknya dilakukan dalam
anestesi umum. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tonometri. Tonometri merupakan metode yang digunakan untuk
mengukur tekanan intraokular.
2. Pemeriksaan kornea
Rata-rata diameter kornea saat lahir kurang dari 10,5 mm. Karena eningkatan
tekanan intaokular, kornea membesar. Jika diameter kornea lebih dari 12 mm pada
tahun pertama kehidupan, sangat mendukung dugaan glaukoma. Kornea bisa
membengkak sebagai hasil dari peningkatan tekanan intraokular. Hal ini bisa
GLAUKOMA KONGENITAL Page 17
SISTEM SENSORI PERSEPSI
menimbulkan kekaburan. Kekaburan ini biasanya menghilang jika tekanan
kembali normal. Pada kasus yang lanjut, kornea sangat keruh yang bisa terjadi
bersamaan dengan edema kornea. Kekeruhan pada kornea ini bertahan bahkan
setelah tekanan intraokular berkurang.
3. Gonioskopi. Suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui sudut drainase
mata. Tes ini penting untuk menentukan apakah sudut terbuka, tertutup,
atau sempit dan menyingkirkan penyebab lain yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular.
4. Oftalmoskopi. Merupakan metode yang digunakan untuk memeriksa
berbagai kerusakan dan kelainan serat optik. Pada glaukoma kongenital
biasanya serat optik abnormal. Variasi cup bisa diperlihatkan, biasanya
bentuk anular.
5. USG. Dapat digunakan untuk mengukur kedalaman bola mata.
2.9 FAKTOR RESIKO
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah
jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat
glaukoma. Bagi Anda yang berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan mata
Anda secara teratur sejak usia 35 tahun.
Faktor risiko:
1. Riwayat glaukoma di dalam keluarga, saudara sekandung lebih beresiko
dibandingkan orang tua dan anaknya
2. Tekanan bola mata tinggi
3. Miopia (rabun jauh)
4. Diabetes (kencing manis) dengan gula darah tinggi yang lama
5. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
6. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
7. Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya
8. Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama
9. Lebih dari 45 tahun
GLAUKOMA KONGENITAL Page 18
SISTEM SENSORI PERSEPSI
2.10 KOMPLIKASI
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma, glaukoma penutupan
sudut akut adalah suatu kedaruratan medis. agens topikal yang digunakan untuk
mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama
pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapsan atau
neurologis.
Glaukoma yang tidak terdiagnosis bisa kelemahan penglihatan sepanjang
hidup. Komplikasi serius akibat intervensi operasi meliputi hifema, infeksi,
kerusakan lensa, dan uveitis.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 19
SISTEM SENSORI PERSEPSI
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi :
a. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
b. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5
kali dari kulit putih (dewit, 1998).
c. Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.
Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat
itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang
mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia
tinggi).
Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara
cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka karena
kehilangan penglihatan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Neurosensori
1) Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap
(katarak), tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan kaca mata/
pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
2) Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berwarna, peningkatan air mata.(www.IFC.com).
b. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmaskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan dalampada glaukoma akut primer, karena anterior
GLAUKOMA KONGENITAL Page 20
SISTEM SENSORI PERSEPSI
dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari
iris.
c. Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun
secara bertahap.
d. Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya (Indriana N. Istiqomah,2004).
e. Nyeri/ kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit
kepala (glaukoma akut). (www. IFC.com).
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu snellen / mesin telebinoklear
Digunakan untuk mengetahui ketajaman mata dan sentral penglihatan.
b. Lapang penglihatan
Terjadi penurunan disebabkan oleh CSV, masa tumor pada hipofisis /
otak, karotis / patofisiologis, arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran gonoskopi
Membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup
e. Tes provokatif
Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal / hanya
meningkat ringan.
f. Pemeriksaan aftalmoskop
Menguji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina dan mikroaneurisma.
4. Darah lengkap, LED
a. Menunjukkan anemia sistemik / infeksi
GLAUKOMA KONGENITAL Page 21
SISTEM SENSORI PERSEPSI
b. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
Memastikan arterosklerosis, PAK
c. Tes toleransi glukosa
Menentukan adanya DM
3.2 MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri
2. Gangguan persepsi sensori
3. Ansitas
4. Kurangnya pengetahuan tentang konndisi,prognosis, dan pengobatan.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 22
SISTEM SENSORI PERSEPSI
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan
mual dan muntah.
2. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan;
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
3. Ansitas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat,
salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi,
tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 23
SISTEM SENSORI PERSEPSI
3.4 INTERVENSI DAN RASIONAL KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan;
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
1) Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
Intervensi:
1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien
menghadapi kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan penglihatan
sebagian atau total.
2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/ kemungkinan
kehilangan penglihatan.
Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan
intervensi.
3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti
jadwal, tidak salah dosis.
Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami keterbatasan
penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar
kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam.
Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang pandang
atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil thd sinar lingkungan
5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional: Memisahkan badan siliar dr sclera untuk memudahkan aliran
keluar akueus humor.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 24
SISTEM SENSORI PERSEPSI
2. Ansitas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat
diatasi.
2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
3) Pasien menggunakan sumber secara efektif.
Intervensi:
1) Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri,
potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol
TIO.
2) Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan / harapan yang akan datang dan
memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan info ttg pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi
salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4) Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional: Memberikan keyakinan bhw pasien tdk sendiri dlm menghadapi
masalah.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat
mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
GLAUKOMA KONGENITAL Page 25
SISTEM SENSORI PERSEPSI
1) Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
pengobatan.
2) Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.
3) Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
1) Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
2) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan pasien
menunjukan kompetensi dan menanyakan pertanyaan.
3) Izinkan pasien mengulang tindakan.
4) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan
obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
Rasional: Penyakit ini dapat di control dan mempertahankan konsistensi program
obat adalah control vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan
TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan
5) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan
nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll).
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan sampai ancaman
kesehatan berat.
6) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres, mencegah
perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dpt mencetuskan serangan
akut.
7) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong,
menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut.
8) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari konstipasi.
9) Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan intervensi
dini dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 26
SISTEM SENSORI PERSEPSI
GLAUKOMA KONGENITAL Page 27
SISTEM SENSORI PERSEPSI
GLAUKOMA KONGENITAL Page 28
SISTEM SENSORI PERSEPSI
GLAUKOMA KONGENITAL Page 29
SISTEM SENSORI PERSEPSI
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Glaukoma kongenital adalah suatu bentuk yang jarang dari glaukoma yang
terjadi pada bayi dan anak-anak muda. Kondisi ini bisa diwariskan dan merupakan
hasil perkembangan yang tidak benar atau lengkap dari saluran drainase mata
selama masa kehamilan.
Glaucoma diklasifikasikan berdasarkan etiologi dan berdasarkan mekanisme
peningkatan tekanan intra okuler. Penyebab tergantung dari klasifikasi glaukoma
itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena aliran aqueus humor
terhambat yang bisa meningkatkan TIO.
Tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri, lapang
pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan Glaukoma
terdiri dari: pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pada
pengkajian dijabarkan mengenai riwayat kesehatan, psikososisal, riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik. Pada diagnosa terdapat beberapa diagnosa antara
lain, penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan, ansietas yang
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan prognosis,
nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular. Lalu
dilanjutkan dengan intervensi, implementasi, dan evaluasi sesuai diagnosa dan
pengkajian.
4.2 SARAN
1. Untuk mahasiswa sebaiknya memperdalam ilmu dalam perawatan pasien dengan
gangguan kongenital.
GLAUKOMA KONGENITAL Page 30