BAB I.docx

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan pesisir merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan. Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara cepat maupun lambat tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan, dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasut, dan angin. Perubahan garis pantai ditunjukkan oleh perubahan kedudukannya, tidak hanya ditentukan oleh faktor tunggal tetapi juga oleh sejumlah faktor beserta interaksinya. Secara garis besar proses geomorfologi yang bekerja pada mintakat pantai dapat dibedakan menjadi proses destruksional dan konstruksional. Proses destruksional adalah proses yang cenderung merubah/merusak bentuk lahan yang ada sebelumnya (abrasi), sedangkan proses konstruksional adalah proses yang membentuk lahan baru (akresi). Dirjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Dr Moch Amron mengatakan bahwa sebanyak 20 persen dari garis pantai di sepanjang wilayah Indonesia dilaporkan mengalami kerusakan akibat berbagai permasalahan antara lain perubahan lingkungan dan abrasi pantai (Indonesia Maritime Institute, 2011). Perubahan konfigurasi garis pantai di wilayah pesisir dapat disebabkan oleh kegiatan atau proses-proses 1

Transcript of BAB I.docx

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangLingkungan pesisir merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan. Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara cepat maupun lambat tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan, dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasut, dan angin. Perubahan garis pantai ditunjukkan oleh perubahan kedudukannya, tidak hanya ditentukan oleh faktor tunggal tetapi juga oleh sejumlah faktor beserta interaksinya. Secara garis besar proses geomorfologi yang bekerja pada mintakat pantai dapat dibedakan menjadi proses destruksional dan konstruksional. Proses destruksional adalah proses yang cenderung merubah/merusak bentuk lahan yang ada sebelumnya (abrasi), sedangkan proses konstruksional adalah proses yang membentuk lahan baru (akresi). Dirjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Dr Moch Amron mengatakan bahwa sebanyak 20 persen dari garis pantai di sepanjang wilayah Indonesia dilaporkan mengalami kerusakan akibat berbagai permasalahan antara lain perubahan lingkungan dan abrasi pantai (Indonesia Maritime Institute, 2011).Perubahan konfigurasi garis pantai di wilayah pesisir dapat disebabkan oleh kegiatan atau proses-proses alami dan non-alami (kegiatan manusia), baik yang berasal dari darat maupun laut. Proses-proses hidro-oseanografi dari laut yang dapat memberikan pengaruh, antara lain hempasan gelombang, perubahan pola arus, serta fenomena pasang surut yang kadang-kadang diperkuat oleh pengaruh perubahan iklim. Fenomena alami dari darat yang ikut memberikan pengaruh terjadinya perubahan garis pantai, antara lain erosi dan sedimentasi akibat arus pasang yang disebabkan banjir serta perubahan arus aliran sungai. Ada beberapa kegiatan manusia (antropogenik) yang berpotensi menimbulkan perubahan garis pantai, antara lain:a. Penambangan pasir di perairan pantai, mengakibatkan perubahan kedalaman sehingga dapat merubah pola arus dan gelombang pecah akan mendekati garis pantai yang masih mempunyai daya rusak yang cukup besar.

1

b. Pengambilan pelindung pantai alami, yaitu penebangan tumbuhan pelindung pantai seperti hutan mangrove dan terumbu karang.c. Pembuatan bangunan yang menjorok ke arah laut sehingga mengganggu keseimbangan transpor sedimen di sepanjang pantai.d. Pembukaan tambak yang tidak memperhatikan kondisi dan lokasi, terutama yang terlalu dekat dengan garis pantai, sehingga mengakibatkan terjadi abrasi pantai oleh hempasan gelombang dan gerakan arus pasang surut.Area pesisir Kota Balikpapan, khususnya pesisir bagian timur yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar merupakan area yang rentan mengalami perubahan garis pantai. Secara alami, hal ini disebabkan kawasan ini sering diterjang ombak yang cukup besar dari perairan Selat Makassar. Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai media massa, beberapa hal yang menyebabkan abrasi di kawasan pesisir timur Kota Balikpapan adalah hempasan ombak yang meningkat seiring meningkatnya permukaan laut (Pantai Lamaru, Pantai Klandasan, Banua Patra, kawasan Tanjung Kelor, di belakang Hotel Gadjah Mada, kawasan AURI Sepinggan, dan Pantai Manggar), pembangunan pemecah ombak yang tidak sesuai AMDAL (Ruko Bandar Balikpapan), serta pembukaan lahan untuk pembangunan (pembangunan coastal road).Abrasi pantai memiliki dampak negatif yang sangat besar, tidak hanya bagi lingkungan, namun juga bagi penduduk sekitar. Abrasi menyebabkan intrusi air laut ke sumber-sumber air masyarakat sekitar. Hal ini akan mempengaruhi salinitas dan sanitasi sumber air tersebut yang tentunya akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan abrasi bagi lingkungan antara lain:a. penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di bibir pantai,b. kerusakan bangunan atau badan jalan di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang begitu besar,c. kehilangan tempat bagi berkumpulnya ikan-ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau.Menurut Mulyanto (2010), akresi pantai atau tindakan reklamasi lahan rendah di sekitar pantai juga memiliki dampak bagi lingkungan seperti :a. timbulnya ekosistem baru yang mungkin akan sangat berbeda dengan ekosistem lahan asli area tersebut.b. Terjadinya dampak lingkungan yang diakibatkan oleh hilangnya fungsi alami lahan tersebut karena adanya akresi maupun reklamasi.Perubahan wilayah pesisir atau lebih tepatnya garis pantai sangat bervariasi dari antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga kajian keruangan dari lingkungan pantai diperlukan dalam rangka pengelolaan lingkungan pantai. Sistem Informasi Geografis merupakan sarana yang dapat memfasilitasi dalam melakukan evaluasi lahan dan merupakan hasil perpaduan antara sistem komputer bidang kartografi, dan bidang perancangan dengan teknologi basis data. Melalui SIG dapat dilakukan deteksi perubahan lingkungan pesisir, yaitu dengan mengevaluasi perubahan garis pantai beserta tutupan lahan di sepanjang lahan terdampak yang nantinya dapat diketahui keterkaitan antara keduanya terhadap tingkat abrasi di kawasan pesisir timur kota Balikpapan.Perubahan garis pantai maupun tutupan lahan disekitarnya, dapat diketahui melalui citra penginderaan jauh yang berupa hasil pemotretan Citra Satelit Landsat tahun 1991, 1997, 2002, 2007, dan 2012. Hasil analisis data penginderaan jauh selanjutnya dilakukan pengolahan dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis sehingga dapat digunakan untuk menganalisis kondisi lingkungan pantai dan tutupan lahannya.1.1.1Perumusan MasalahDari latar belakang di atas, dapat diperoleh perumusan masalahnya yaitu:1. Bagaimana kondisi garis pantai di bagian timur Kota Balikpapan pada tahun 1991, 1997, 2002, 2007, dan 2012?2. Bagaimana kondisi tutupan lahan di sekitar garis pantai bagian timur Kota Balikpapan pada tahun 1991, 1997, 2002, 2007, dan 2012?3. Bagaimana memetakan tingkat perubahan garis pantai yang terjadi di bagian timur Kota Balikpapan dan mengevaluasinya menggunakan citra Landsat?4. Bagaimana mengetahui hubungan antara tingkat perubahan garis pantai dengan tutupan lahan di sekitarnya? Apakah perubahan garis pantai (abrasi dan akresi) menimbulkan dampak yang berbeda terhadap jenis tutupan lahan berdasarkan tingkat vegetasinya?

1.1.2Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat berguna untuk beberapa pihak, antara lain :1. Bagi peneliti, agar lebih memacu dan meningkatkan kemampuan serta pengetahuan dalam melakukan penelitian terhadap kerusakan wilayah pesisir.2. Bagi ilmu pengetahuan, adanya hasil penelitian yang sangat berguna bagi pengembangan kegiatan penelitian lebih lanjut oleh berbagai pihak yang berkepentingan.3. Merupakan masukan atau informasi bagi instansi di wilayah Kota Balikpapan serta daerah-daerah lainnya untuk pengambilan kebijakan dalam menanggulangi kerusakan wilayah pesisir pantai akibat abrasi.

1.2Tujuan PenelitianTujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui perubahan garis pantai yang terjadi pada tahun 1991, 1997, 2002, 2007, dan 2012. Hal ini dilakukan dengan menghitung perubahan garis pantai timur Kota Balikpapan dengan menggunakan citra Landsat path 116 row 061 tahun 1991, 1997, 2002, 2007, dan 2012 dan aplikasi Sistem Informasi Geografis seperti ArcGIS 10 dan Global Mapper 14.2. Mengetahui kondisi perubahan tutupan lahannya, baik perubahan luas area maupun perubahan jenis tutupan di kawasan pesisir timur Kota Balikpapan yang terjadi pada tahun 1991, 1997, 2002, 2007, dan 2012. Hal ini dilakukan dengan menghitung perubahan garis pantai timur Kota Balikpapan dengan menggunakan citra Landsat path 116 row 061 tahun 1991, 1997, 2002, 2007, dan 2012 dan aplikasi Sistem Informasi Geografis seperti ArcGIS 10 dan Global Mapper 14.3. Memetakan tingkat abrasi maupun akresi yang diketahui dari perubahan garis pantai dan perubahan tutupan lahan yang terjadi di kawasan pesisir timur Kota Balikpapan yang terjadi pada tahun 1991, 1997, 2002, 2007, dan 2012. Hal ini dapat dilakukan melalui bantuan aplikasi Sistem Informasi Geografis seperti ArcGIS 10 dan Global Mapper 14. 4. Mengetahui hubungan antara perubahan garis pantai dengan jenis tutupan lahan menggunakan analisis korelasi. Analisis dilakukan terhadap luas lahan terdampak dan luas perubahan garis pantai (abrasi dan akresi). Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan bantuan aplikasi SPSS 18 dan Microsoft Excel 2010.

1.3Batasan Masalah Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut :1. Wilayah studi yang digunakan adalah daerah pantai bagian timur Kota Balikpapan, yaitu pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar meliputi wilayah pesisir kecamatan Balikpapan Selatan dan Balikpapan Timur.2. Pembuatan peta perubahan garis pantai bagian timur Kota Balikpapan menggunakan citra satelit Landsat yang diolah dengan aplikasi Global Mapper 14 dan ArcGIS 10.3. Lokasi penelitian sebagai batas daerah penelitian kondisi tutupan lahan terletak di sepanjang garis pantai yang dipengaruhi oleh abrasi atau sekitar 250 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.4. Hasil yang akan dicapai adalah peta kondisi tutupan lahan di sekitar area terdampak dan peta perubahan garis pantai timur kota Balikpapan.

1.4Sistematika PenulisanBAB I PENDAHULUANBab ini merupakan bab pembuka yang akan memberikan pemikiran awal dari kegiatan penelitian yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, manfaat, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.BAB II LANDASAN TEORIBab ini berisikan penjelasan tentang definisi yang berkaitan dengan pesisir, pantai, abrasi, dan akresi; proses terjadinya abrasi; faktor-faktor penyebab abrasi; dampak abrasi; usaha pencegahan abrasi; perbedaan definisi penggunaan dan tutupan lahan, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan; konsep, komponen, dan tahapan kerja pada Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh; prinsip dan prosedur pengujian signifikansi analisis korelasi yang digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan perubahan garis pantai terhadap tutupan lahan.BAB III KEGIATAN RISETBab ini menjelaskan tentang lokasi dan waktu penelitian, bahan yang digunakan dalam penelitian seperti citra Landsat multi temporal; hardware dan software yang menunjang penelitian; metode riset; variabel penelitian, teknik pengumpulan data; diagram alir penelitian; diagram alir proses pengolahan citra; serta tahapan penelitian.BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISABab ini meliputi pembahasan metode pengolahan data spasial dan perhitungan data atribut tentang perubahan garis pantai dan tutupan lahan sehingga dapat ditampilkan secara ringkas dan informatif dalam peta jadi, serta analisis korelasi terhadap perubahan garis pantai (abrasi maupun akresi) beserta lahan terdampak untuk mengetahui kuat hubungan antara dua variabel tersebut.BAB V KESIMPULAN DAN SARANBab ini berisikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan kegiatan penelitian sehingga dapat dijadikan pembelajaran dan kedepannya dapat menjadi saran perbaikan untuk penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA