BAB I.docx

21
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut, jadi ekstrak ialah sediaan yang diperoleh dengan cara mengekstraksi tanaman yang berk hasiat obat dengan ukuran partikel tertentu, dan menggunakan medium pengekstraksi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik. Selain itu ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur waktu perendaman yang dilakukan. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif mudah larut dalam cairan penyarian. Tidak mengandung zat mudah mengembang dalam cairan penyari. Tidak

Transcript of BAB I.docx

BAB IPENDAHULUANI.1Latar BelakangEkstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut, jadi ekstrak ialah sediaan yang diperoleh dengan cara mengekstraksi tanaman yang berk hasiat obat dengan ukuran partikel tertentu, dan menggunakan medium pengekstraksi.Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik. Selain itu ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur waktu perendaman yang dilakukan.Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif mudah larut dalam cairan penyarian. Tidak mengandung zat mudah mengembang dalam cairan penyari. Tidak mengandung benzoin, sitrak dan lain-lai, keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhan dan mudah diusahakan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. Kelemahan isolasi dengan maserasi adalah waktu pengerjaan lama dan penyarian kurang sempurna

I.2Maksud Dan Tujuan PercobaanI.2.1 Maksud PercobaanAdapun maksud dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara ekstraksi tanaman sirih hutan dengan menggunakan metode maserasi.I.2.2 Tujuan PercobaanAdapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengekstraksi daun sirih hutan dengan menggunakan metode maserasi.I.3Prinsip PercobaanPenyarian sederhana dengan merendam serbuk simplisia dalam suatu bejana dengan cairan penyari yang sesuai selama beberapa hari dengan temperatur kamar, terlindung dari cahaya matahari sambil di aduk, dimana cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel lalu menyari zat aktif, karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar sel maka larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak ke luar sel (terjadi proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1Teori Umuma. Pengertian Maserasi Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Anonim, 2014).Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah,2012). Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasanb. Prinsip Maserasi Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik) (Sirait, M., 2007) Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh) (Tobo,2001).Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50% (Adrian,2000).c. Keuntungan dan kerugian MaserasiKeuntungan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah: a. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendamb. Biaya operasionalnya relatif rendahc. Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasanKerugian dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah: a. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% sajab. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya: 1. Digesti Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 4050C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara lain: a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas.b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan. d. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam bejana. 2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.3. Remaserasi Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua. 4. Maserasi Melingkar Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya. 5. Maserasi Melingkar Bertingkat Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :a. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.b. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang maksimal.c. Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia yang baru, hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.d. Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada yang dilakukan sekali dengan jumlah pelarut yang sama (Anonim. 2011). II. 2Uraian Tanamana. Klasifikasi1. Sirih hutan (Piper caducibracteum C.DC) (Dalimartha, 2003)Kingdom: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas: MagnoliopsidaOrdo: PiperalesFamili: PiperaceaeGenus:PiperSpesies: Piper caducibracteum C.DC

b. Morfologia) Batang (caulis)Umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat, memiliki ruas, bagian ini merupakan bakal tumbuhnya akar (Wijayakusuma, 1994).b) Daun (folium)Daun sirih berbentuk jantung, tunggal, bagian ujung daun runcing, tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai, bila daun diremas akan mengeluarkan aroma khas, panjang sekitar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm (Wijayakusuma, 1994).c) Bunga (flos)Bunga sirih majemuk berbentuk bulir, memiliki daun pelindung kurang lebih 1 mm dengan bentuk bulat panjang. Bulir betina memiliki panjang antara 1,5-6 cm.Pada bagian bulir betina ini terdapat kepala putik berjumlah antara 3- 5 buah dengan warna putih dan hijau kekuningan. Bulir jantan memiliki panjang 1,5-3 cm.Pada bulir jantan terdapat dua benang sari yang pendek (Wijayakusuma, 1994).d) Buah (fructus)Buah sirih termasuk kedalam buah buni ( memiliki dinding dengan dua lapisan), bentuk buah bulat dengan warna hijau keabu-abuan (Wijayakusuma, 1994).e) Akar (radix)Akar sirih termasuk akar tunggang dengan bentuk bulat serta warna coklat kekuningan (Wijayakusuma, 1994).c. KhasiatTanaman sirih, terutama pada bagian daunnya, mengandung sejumlah zat yang dapat memberikan beberapa manfaat bagi manusia. Daun sirih memiliki rasa dan aroma khas, yaitu rasa pedas dan bau yang tajam. Rasa dan aroma ini disebabkan dari kavikol dan bethelphenol dalam minyak asitri yg terkandung didalam daun sirih. Selain itu juga, rasa dan aroma ini juga dipengaruhi oleh jenis sirih itu sendiri, umur tanaman, jumlah intensitas sinar matahari yang sampai kebagian daun, serta kondisi dari daun. Secara umum, daun sirih mengandung minyak asitri yang berisikan senyawa kimia seperti fenol serta senyawa turunannya antara lain kavikol, kavibetol, eugenol, karvacol, dan allipyrocatechol. Kandungan daun sirih lainnya yaitu karoren, asam nikotinat, riboflavin, tiamin, vitamin C, gula, tannin, patin dan asam amino.II.3Uraian Bahan1. Metanol (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995)Nama Resmi:MetanolNama Lain:Metanol, CH3-OHRM/BM :CH3OH /34,00Rumus strukur : H O HPemerian :Cairan tidak berwarna,jernih, bau khasKelarutan: Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih dan tidak berwarnaPenyimpanan :Dalam wadah tertutup baikKegunaan:EluenII.4Prosedur Kerja1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan2. Ditimbang 100 g sampel yang telah dipotong-potong kecil dan kemudian dimasukan ke dalam toples3. Ke dalam toples yang berisi sampel dimasukan pelarut metanol sebanyak 500 mL4. Toples kemudian ditutup dengan menggunakan aluminium foil dan kemudian ditutup rapat dengan penutupnya5. Proses maserasi dibiarkan selama 24 jam atau lebih sehingga semua zat aktif telah terekstraksi semua6. Sampel disaring dan ditampung, kemudian uapkan dengan menggunakan rotavapor7. Ekstrak yang diperoleh dari rotavapor diuapkan hingga kering (ekstrak metanol) kemudian ditimbang8. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar dan non-polar dengan penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi H2SO4 10%

BAB IIIMETODE KERJAIII.1Waktu Dan TempatIII.1.1 WaktuHari:JumatTanggal:17 April 2015III.1.2 TempatLaboratorium farmakognosi dan fitokimiaIII.2Alat dan Bahan Percobaan III.2.1 Alat alat yang digunakan1. Aluminium foil2. Batang pengaduk3. Gelas ukur 500 ml4. Kain putih5. Neraca analitk6. Stenlees steel7. ToplesIII.2.2 Bahan bahan yang digunakan1. Daun sirih hutan2. Metanol

III.3Cara Kerja1. Di siapkan alat dan bahan2. Di bersihkan toples menggunakan alkohol 70%3. Di timbang daun sirih hutan sebanyak 100 gram menggunakan neraca analitik4. Di masukan kedalam toples kemudian direndam dalam 2500 mL metanol5. Di aduk dan di tutup menggunakan aluminium foil kemudian di diamkan selama 24 jam6. Di saring menggunakan kain putih7. Di uapkan filtrat di atas water bath, kemudian residu di rendam kembali.

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANIV.1Hasil Pengamatan

IV.2 PembahasanEkstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat didalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Proses pengolahan ekstraksi dapat di bagi dalam beberapa metode seperti, maserasi, perkolasi, soklet, refluks, dll.Pada praktikum kali ini kami melakukan suatu metode ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini kami lakukan karena ditinjau dari bahan yang kami gunakan yaitu daun sirih hutan. Dimana untuk sampel daun metode yang baik digunakan adalah metode maserasi. Karena tekstur dari daun yang lunak sehingga pelarut lebih mudah masuk menembus sel-sel yang ada pada daun. Pengolahan daun siris sebelum dimaserasi dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan air sisa pencucian, kemudian sampel dipotong kecil-kecil untuk meningkatkan luas permukaan dan mempercepat proses pengeringan serta memudahkan dalam proses penyarian senyawa. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam sampel, mencegah terjadinya reaksi enzimatis dan mencegah tumbuhnya jamur sehingga dapat disimpan serta agar komposisi komponen kimia yang terkandung dalam sampel tidak mengalami perubahan.Pelarut yang digunakan untuk metode maserasi ini adalah metanol. Metanol merupakan pelarut yang universal karena dapat memisahkan senyawa yang bersifat polar sampai non polar, metanol merupakan pelarut yang dapat menarik komponen-komponen yang terkandung dalam simplisia, selain itu metanol bersifat mudah menguap sehingga akan mudah dipisahkan dari filtrat. Dimana proses pemisahan metanol dengan sampel yaitu Metanol merupakan pelarut organik yang memiliki titik didih 64,50dan 65,50 Sedangkan dalam sampel terkandung zat fitokimia yang memiliki titik didih lebih tinggi dibandingkan metanol. Cairan penyari (metanol) akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Metanol memiliki titik didih yang lebih rendah akan mengalami penguapan lebih dahulu. Pada proses maserasi dilakukan dengan cara memasukkan simplisia yang sudah dihaksel dengan derajat halus tertentu sebanyak 100 gram dalam bejana maserasi, kemudian ditambahkan cairan penyari metanol sebanyak 5 liter, hingga semua sampel terendam. Kemudian sapel ditutup dengan menggunakan aluminium foil agar pelarut tidak terurai keluar dari alat maserasi dan dibiarkan selama 3 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya sambil diaduk sesekali hal ini bertujuan untuk menghasilkan ekstrak yang baik.Setelah mengalami proses maserasi dilakukan tahap penyaringan dengan menggunakan kain bersih pada baskom/stenlis yang menghasilkan ekstrak kental dan ditutup dengan menggunakan aluminium foil yang dilubangi kecil-kecil agar dapat memudahkan penguapan pelarut keluar dari sampel. dan di panaskan di atas waterbat hingga menghasilkan ekstrak kering. kemudian dilakukan uji KLT.

BAB VPENUTUPV.1KesimpulanPada proses maserasi dilakukan dengan cara memasukkan simplisia daun sirih hutan yang sudah dihaksel dengan derajat halus tertentu sebanyak 100 gram dalam bejana maserasi, kemudian ditambahkan cairan penyari metanol sebanyak 5 liter, hingga semua sampel terendam. Kemudian sapel ditutup dengan menggunakan aluminium foil dibiarkan selama 3 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya sambil diaduk sesekali. Kemudian disaring dalam stenlish dan diuapkan diatas waterbath hingga menghasilkan ekstrak kering, dan dilakuan uji KLTV.2Saran1. Praktikan Saran bagi praktikan agar memperhatikan dengan baik pada saat melakukan praktikum, sehingga hasil percobaan yang didapatkan bagus.2. LaboatoriumAdapun saran yang dapat kelompok kami berikan adalah mengenai kelengkapan alat-alat laboratorium untuk lebih dilengkapi untuk mengefisiensikan proses berjalannya praktikum agar praktikan lebih efektif dalam melakukan praktikum.3. Jurusan Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu agar lebih memperhatikan sarana dan prasarana untuk mahasiswa farmasi sehingga mahasiswa farmasi dapat belajar lebih nyaman dan efektif, dan juga mahasiswa tidak harus dipungut biaya tiap kali praktikum.