BAB I.docx
description
Transcript of BAB I.docx
BAB I
PENDAHULUAN
Cara baru yang murah dan mudah dilakukan untuk menentukan jumlah CD4
mempunyai akurasi hampir sama dengan cara flow cytometry yang baku. Hal ini
berdasarkan laporan jurnal Acquired Immune Deficiency Syndromes edisi 1 Februari
2008. Metode CD4 Select memberi hasil yang hampir sama dengan flow cytometry,
hanya memerlukan alat yang biasa dipakai untuk analisis hitung darah lengkap
(complete blood count/CBC) dan tidak tergantung pada banyak pekerjaan manusia
sebagaimana pada cara non-flow cytometry lain.
Cara praktis untuk memantau jumlah CD4 secara berkala menjadi salah satu
kendala untuk menyediakan layanan yang lebih baik untuk pasien HIV di negara
berkembang. Flow cytometry, cara baku yang dipakai di negara maju, terlalu rumit
dan mahal untuk dilakukan di rangkaian terbatas sumber daya. Berbagai cara lain
sudah diusulkan. Tetapi, tidak ada kesepakatan tentang cara mana yang akan dipakai
dan belum ada cara yang sudah dipakai secara luas. Banyak dari cara tersebut murah
tetapi memerlukan banyak tenaga kerja dan pelatihan secara khusus.
Menentukan limfosit CD4 tidak dapat hanya mengandalkan pada menemukan
protein CD4 di permukaan sel, karena monosit juga menunjukkan protein CD4 dan
akan memberi hasil yang tidak tepat bila tidak dihilangkan. Sebuah tim di Universitas
Chiang Mai, Thailand pernah melaporkan tentang pengembangan antibodi
monoklonal (mAb) pada protein CD4, yang disebut MT4, yang mengikat secara kuat
pada molekul CD4 pada limfosit CD4 tetapi mengikat secara lemah atau sama sekali
tidak mengikat pada CD4 di monosit. Oleh karena itu MT4 dapat dipakai untuk
menandai sel CD4 pada contoh darah dengan tingkat spesifitas yang tinggi.
Tim peneliti Chiang Mai sekarang merancang tes laboratorium yang tidak
memakai cara flow cytometry untuk menghitung sel CD4 secara tepat, berdasarkan
mAb MT4. Cara ini memanfaatkan fakta bahwa walaupun flow cytometry biasa
dipakai untuk membedakan jenis limfosit yang berbeda (misalnya sel CD4), jumlah
limfosit keseluruhan dapat ditentukan jauh lebih mudah dengan alat hematoanalisis
yang otomatis – alat yang dipakai untuk menilai CBC.
Reagen tes, CD4 Select, dibentuk dengan mengikatkan mAb MT4 pada
butiran zat besi. Apabila reagen CD4 Select digabungkan dengan contoh darah, sel
CD4 terikat dengan butiran yang kemudian dikeluarkan dari contoh darah dengan
magnet. Kemudian persentase limfosit CD4 dapat dihitung dengan mengurangi
jumlah limfosit dalam contoh yang sudah tidak mengandung CD4 dari jumlah
limfosit keseluruhan dalam contoh kedua dari pasien yang sama yang tidak diubah;
jumlah limfosit CD4 mutlak kemudian diperoleh dari persentase.
Cara ini dibandingkan dengan flow cytometry yang baku dengan memakai
contoh darah dari 100 Odha yang dipilih secara acak di Rumah Sakit Maharaj Nakorn
Chiang Mai. Hasilnya sangat mirip, dengan nilai R untuk persentase 0,932, dan 0,922
untuk jumlah CD4 mutlak. Metode CD4 Select memberi hasil persentase yang lebih
tinggi dibandingkan flow cytometry dengan rata-rata 0,06% (CI: 95%, 9,46-9,56%).
Para peneliti mencatat bahwa flow cytometry sendiri memberi hasil yang agak
beragam, dan bahwa perbedaan kecil tersebut dicatat sebagai “tidak perlu dianggap
sebagai masalah dalam metode yang mereka pakai tersebut.”
Tim peneliti laboratorium menyatakan bahwa proses baru ini adalah “murah,
sahih dan cukup mudah untuk dilakukan secara lokal di klinik kecil.” Metode ini juga
tidak memerlukan banyak waktu dan tenaga kerja dibandingkan cara lain, dengan
kurun waktu kurang dari satu jam, dan dapat dijadikan pilihan untuk menghitung
jumlah CD4 yang dapat dilakukan di rangkaian terbatas sumber daya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi sel CD4
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian
yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai
sel-T. Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel
CD4+, adalah sel ‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri
tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pembunuh’, karena sel
tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus.
Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada
di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada
permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada
reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok.
HIV umumnya menulari sel CD4. Kode genetik HIV menjadi bagian dari sel
itu. Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi) untuk melawan infeksi apa pun,
sel tersebut juga membuat tiruan HIV.
Setelah kita terinfeksi HIV dan belum mulai terapi antiretroviral (ART),
jumlah sel CD4 kita semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita
semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit.
Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga dirancang khusus untuk
melawan kuman tertentu. Waktu HIV mengurangi jumlah sel CD4, beberapa keluarga
dapat diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan kemampuan untuk melawan
kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut. Jika ini terjadi, kita mungkin
mengalami infeksi oportunistik.
II.2 Pemeriksaan CD4
Contoh kecil darah kita diambil. Darah ini dites untuk menghitung beberapa
tipe sel. Jumlah sel CD4 tidak langsung diukur. Malahan, laboratorium membuat
hitungan berdasarkan jumlah sel darah putih, dan proporsi sel tersebut yang CD4.
Oleh karena itu, jumlah CD4 yang dilaporkan oleh tes CD4 tidak persis. Cara baku
untuk menetukan jumlah CD4 memakai flow cytometer dan alat analisis hematologi
yang mahal, membutuhkan darah segar (<18 jam), dan umumnya berharga 50-150
dolar AS. Sebuah sistem alternatif yang memakai teknologi EIA adalah TRAX CD4
Test kit. Alat ini mungkin cocok untuk daerah terbatas sumber daya , walau
kebanyakan dokter yang tidak mampu menjangkau tes CD4 kemungkinan akan
memakai hitung limfosit total (total lymphocyte count/TLC).
Karena jumlah CD4 penting untuk menunjukkan kekuatan sistem kekebalan
tubuh, diusulkan kita melakukan tes CD4 setiap 3-6 bulan. Namun setelah kita mulai
ART dan jumlah CD4 kita sudah kembali normal, tes CD4 dapat dilakukan setiap 9-
12 bulan.
II.3 Faktor yang Berpengaruh pada Jumlah CD4
Hasil tes dapat berubah-ubah, tergantung pada jam berapa contoh darah
diambil, kelelahan, dan stres. Sebaiknya contoh darah kita diambil pada jam yang
sama setiap kali dites CD4, dan juga selalu memakai laboratorium yang sama.
Infeksi lain dapat sangat berpengaruh pada jumlah CD4. Jika tubuh kita
menyerang infeksi, jumlah sel darah putih (limfosit) naik. Jumlah CD4 juga naik.
Vaksinasi dapat berdampak serupa. Kalau akan melakukan tes CD4, sebaiknya kita
menunggu dua minggu setelah pulih dari infeksi atau setelah vaksinasi.
II.4 Pembacaan Hasil Tes CD4
Hasil tes CD4 biasanya dilaporkan sebagai jumlah sel CD4 yang ada dalam
satu milimeter kubik darah (biasanya ditulis mm3). Jumlah CD4 yang normal
biasanya berkisar antara 500 dan 1.600.
Karena jumlah CD4 begitu berubah-ubah, kadang lebih cocok kita lihat
persentase sel CD4. Jika hasil tes melaporkan CD4% = 34%, ini berarti 34% limfosit
kita adalah sel CD4. Persentase ini lebih stabil dibandingkan jumlah sel CD4 mutlak.
Angka normal berkisar antara 30-60%. Setiap laboratorium mempunyai kisaran yang
berbeda. Belum ada pedoman untuk keputusan pengobatan berdasarkan CD4%,
kecuali untuk anak berusia di bawah lima tahun.
Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan kerusakan yang berat pada
sistem kekebalan tubuh. Walau CD4% mungkin lebih baik meramalkan
perkembangan penyakit HIV dibandingkan CD4 mutlak, jumlah CD4 mutlak tetap
dipakai untuk menentukan kapan ART sebaiknya dimulai.
Kadang kita juga diusulkan untuk melakukan tes CD8. Namun sama sekali
tidak jelas bagaimana hasil tes CD8 dapat ditafsirkan. Oleh karena itu, tidak ada
manfaat mengeluarkan biaya untuk tes CD8.
Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh. Semakin
rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika kita
mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14%, kita
dianggap AIDS, berdasarkan definisi Kemenkes.
Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa
lama kita akan tetap sehat. Lihat LI 125 untuk informasi lebih lanjut tentang tes viral
load.
II.5 Hubungan HIV-AIDS dengan CD4
AIDS adalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh infeksi
HIV(Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh
sehingga penderita mudah terjangkit penyakit infeksi. Dan pada kenyataannya
ditemukan bahwa yang menyebabkan penderita AIDS meninggal adalah karena
penyakit infeksi oportunistik dan bukan oleh karena infeksi HIV itu sendiri.
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan
respon imun normal. Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya
disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat
penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-
obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan
malnutrisi (Kekurangan gizi). AIDS, acquired immunodeciency syndrome terjadi
imunodefisiensi sekunder yang disebabkan oleh infeksi HIV. Kekurangan imunitas
tubuh dapat dilihat dari kadar CD4 (kurang dari 200) dalam tubuh.
BAB III
KESIMPULAN
Jika hasil test HIV positif, sebaiknya penderita melakukan pemeriksaan CD4
dan viral load test. Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut
adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita Pengecekan CD4 ini
penting karena setelah lama terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 semakin menurun. Ini
tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah
CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit. Jumlah CD4 adalah ukuran kunci
kesehatan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun tubuh. Semakin rendah
jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika penderita
mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14% maka
dianggap AIDS berdasarkan definisi Depkes.