BAB I.docx

download BAB I.docx

of 25

Transcript of BAB I.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika hal ini tidak bisa seimbang maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda beda, dengan penyebab yang berbeda, dan bisa eksternal atau internal.Dalam ilmu keperawatan jiwa masalah krisis yang dimaksud yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme koping individu tersebut tidak dapat memecahkan masalah. Mekanisme koping yang biasa digunakan individu sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi ancaman dan individu tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan ansietas. Ancaman atau peristiwa pemicu, biasanya dapat di identifikasikan. Krisis mempunya keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukkan menyebabkan peningkatan ansietas. Konflik berat yang ditunjukkan dapat merupakan perode peningkatan kerentanan yang dapat menstimulasi pertumbuhan personal. Konsep krisis di asosisasikan dengan respon potensi yang adaptif, dan biasanya tidak berkaitan dengan sakit, disisi lain konsep stress sering di hubungkan dengan konotasi negatif atau resiko tinggi untuk sakit.Dalam hal ini intervensi krisis merupakan pendekatan yang relatif baru dalam mencegah gangguan jiwa dengan fokus pada penemuan kasus secara dini dan mencegah dampak lebih jauh dari stress, hal ini dilaksanakan dengan kerja sama dan interdisiplin dalam mencegah dan meningkatkan kesehatan mental. Dari pemaparan diatas kami akan membahas mengenai Asuhan Keperawatan dengan gangguan krisis.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan gangguan krisis?2. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan gangguan krisis?

C. Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui konsep dasar Asuhan Keperawatan dengan gangguan krisis.2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan gangguan krisis.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Keperawatan dengan gangguan Krisis1. PengertianMenurut Iyus Yosep dalam buku keperawatan jiwa, krisis adalah gangguan internal yang di akibatkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri individu.( Iyus Yosep, 2007, hal.263 )Krisis didefinisikan juga sebagai konflik atau masalah atau gangguan internal yang merupakan hasil dari keadaan stress karena adanya ancaman terhadap dirinya. Pengertian lain tentang krisis yaitu suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai. Krisis juga dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas diri.( Asuhan Keperawatan Jiwa, 2009, hal.113 )Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respon kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.( Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, 2004, hal.279)Berdasarkan pengertian pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa krisis tersebut merupakan suatu gangguan internal yang mempengaruhi keseimbangan psikologis seseorang karena adanya peristiwa yang menegangkan atau mengancam terhadap individu tersebut.

2. Periode Terjadinya KrisisPra KrisisKrisisPost Krisisa. Pra Krisis: Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan. Individu memiliki keseimbangan sosial

b. Krisis: Individu mengalami ancaman atau bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan. Individu mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain. Individu memiliki pengalaman subyektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala (tabel 2-1)

c. Post Krisis:Resolusi krisis atau penyelesaian krisis dapat menghasilkan :1) Sama dengan sebelum krisishasil pemecahan masalah efektif2) Lebih dari pada sebelum krisisIndividu menemukan sumber dan carapenanganan yang baru3) Lebih rendah dari sebelum krisis ke maladaptif ( terjadi depresi, Curiga )

Gejala Fisik Keluhan somatik ( mis. Sakit kepala, gejala gastrointestinal, rasa sakit ) Ganguan nafsu makan ( mis. Peningkatan atau penurunan berat badan yang signifikan ) Gangguan tidur ( mis. Insomnia, mimpi buruk ) Gelisah, sering menangis, iritabilitas

Gejala kognitif Konfusi, sulit berkonsentrasi Pikiran yang kejar mengejar Ketidakmampuan mengambil keputusan

Gejala Prilaku Disorganisasi Impulsive, ledakan kemarahan Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa Menarik diri dari interaksi social

Gejala Emosional Ansietas, marah, merasa bersalah Sedih, depresi Paranoid, curiga Putus asa, tidak berdaya

Tabel 2-1.Gejala Umum Individu yang Mengalami Krisis

3. Tipe KrisisKrisis sebagai aspek integral dari pertumbuhan dan perkembangan manusia, dalam rentang hidup seseorang mungkin pernah dan akan mengalami krisis, kemampuan individu atau seseorang dalam menghadapi krisis di gambarkan sebagai jalan keluar dalam berprilaku adaptif. Beberapa tipe krisis yang dapat dihadapi individu atau seseorang :a. Krisis Perkembangan ( Maturasi )Terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan. Misalnya, beranjak dari remaja ke dewasa.Menurut Psychoanalitical Theory, hal terpenting dalam krisis adalah pengalaman respons adaptif dan mal adaptif masa usia dini anak sepanjang perjalanan hidupnya. Dampak dari masa anak tersebut akan berpengaruh pada masa dewasanya khususnya kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik masa lalu anak yang tidak selesai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia menghadapi krisis setelah dewasanya.Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu fase oral, fase anal, fase laten dan fase pubertas. Sedangkan Erik Erikson membagi menjadi 8 fase yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa pertengahan dan masa dewasa lanjut.Erikson Theory lebih menekankan pada tugas tugas perkembangan yang harus dicapai pada setiap tahap kembangnya, misalnya basic trust, autonomy, initiative, industry, identity, intimacy, generativity, integrity, tiap tahap itu bias gagal dicapai dan dipenuhi maka akan terjadi kebalikannya seperti mistrust, shame, guilt, dan sebagainya.Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang menyelesaikan masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.

b. Krisis Situasi ( Situasional )Terjadi sebagai respon terhadap kejadian yang tiba tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang.Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat suatu kejadian yang spesifik seperti kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai, bahkan kegagalan.Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan ketidakseimbangan yang berupa :1) Dapat didugaDimana Peristiwa kehidupan sehari hari seperti bekerja, sekolah, kuliah, maupun kegagalan di kehidupan sehari hari.Kemudian peristiwa dalam hubungan keluarga seperti adanya anggota keluarga baru, perpisahan atau perceraian.

2) Tidak dapat didugaMerupakan sebuah peristiwa yang sangat traumatik dan tidak pernah diduga atau pun diharapkan oleh seorang individu.Contohnya kematian orang yang dicintai akibat sebuah kecelakaan, PHK, diperkosa, dipenjara.

c. Krisis sosial ( Adventisius )Terjadi sebagai respon terhadap trauma berat atau bencana alam.Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta dapat menyebabkan kehilangan ganda yang berupa harta benda dan sejumlah perubahan dilingkungannya seperti bencana alam gunung meletus, kebakaran, banjir, perang.Krisis ini tidak dialami oleh semua orang seperti halnya krisis maturasi.Tapi krisis ini dapat mempengaruhi individu, masyarakat, bahkan Negara.

Perkembangan( Maturasi )SituasionalAdventisius

Mulai sekolah Pubertas Lulus sekolah Menikah Melahirkan anak Anak anak meninggalkan rumah pensiun Bercerai Kematian Kehilangan pekerjaan Kegagalan akademik Diagnose penyakit serius Banjir Gempa bumi Perang Kejahatan dengan kekerasan Perkosaan Pembunuhan Penculikan Tindakan teroris

Tabel 2-2.Jenis Krisis

Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa :a. Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta mempertahankan keseimbangan.b. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah.c. Kemampuan mengatasi problem serta mempertahankan keseimbangan psikososial.

Pengaruh balancing factorIndividu

stress-----Eguilibrium ----- stress

eguilibrium tergangguusaha individu untuk mengembangkan keseimbangan

POSITIFNEGATIFAda faktor yang mengimbangitak ada faktor yang mengimbang

Realitas terhadap kejadiantidak realitas terhadap kejadian

Dorongan situasi kuatdorongan situasi tidak kuat

Mekanisme pertahanan kuatmekanisme pertahanan tidak kuat

Problema terpecahkan equilibrium tak seimbangEquilibrium seimbangKRISISTIDAK ADA KRISIS

4. Psikodinamika kejadian krisisFase 1 : memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul keteganganFase 2 : respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan meningkatFase 3 : emergency problem solving diaktifkan

5. Faktor Keseimbangan ( Balancing Factor )Manusia adalah makhlukyang unik dan utuh yang terdiri dari bio-psikososial-spiritual. Dalam keadaan sehat ( terhindar dari stress dan ketegangan ) individu berada dalam keadaan seimbang. Beberapa hal yang bias mempengaruhi keseimbangan individu tersebuat yaitu :a. Persepsi terhdap peristiwa/kejadian1) Apa arti kejadian pada individu2) Pengaruh kejadian pada masa depan3) Apakah individu memandang masalah secara realitasPersepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif.Sebaliknya persepsi yang tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif.

b. Situasi pendukung atau yang mendorongSebuah kondisi atau situasi yang ada dilingkungan internal maupun eksternal individu bisa mempengaruhi keseimbangan psikologinya. Contohnya hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan memberi dukungan dan sumber pada individu tersebut.

c. KopingIndividu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan krisis.

Selanjutnya caplan menjelaskan tentang 3 kriteria agar seseorang mampu kembali pada keadaan adaptif dari krisis :1. Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi2. Kemampuan menggunakan koping yang adaptif3. Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat berhadapan dengan krisis.

B. Teori Askep pada klien dengan Masalah Krisis

1. PengkajianSelama pengkajian perawat harus mengumpulkan data tentang sifat krisis dan pengaruhnya.Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan berorientasi pada masalah yang actual. Aspek aspek yang perlu dikaji :a. Faktor predisposisi- Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalah pada fase fase tumbuh kembangakan mempengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Setiap fase, individu menglami krisis yang lazim disebut krisis maturisi- Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmund freud dari fase oral, anal, falik, laten dan pubertas- Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat menganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut usia- Krisis maturisi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh contoh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru

b. Faktor Presipitasi1) Mengindentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam, misalnya :- Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan yang lazim disebut krisis situasi- Kehilangan biopsikososial, seperti kehilangan salah satu anggota tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.- Kehilangan milik pribadi misalnya kehilagan harta benda, kehilangan kewarganegaraan, rumah kena gusur, dan sebagainya.- Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup

2) Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian.Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis,termasuk pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.- Apa arti / makna kejadian terhadap individu- Pengaruh kejadian terhadap masa depan- Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic

3) Mengidentifikasi sifat dan kekuatan system pendukungMeliputi keluarga, sahabat dan orang orang penting bagi klien yang mungkin dapat membantu :- Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman- Pakah punya teman tempat mengeluh- Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga- Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan- Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi orang yang hilang

4) Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping ynag lalu termasuk strategi koping ynag berhasil dan tidak berhasil- Apakah yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi- Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut- Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang- Apakah suka mengikuti latihan olahraga utnuk mengatasi ketegangan- Apakah mencetuskan perasaanya dengan menangis.

c. PerilakuBerapa gejala yang sering ditunjukkan olehindividu dalam keadaan krisis :1) Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri. Keinginan merusak diri sendiri atau orang lain2) Perasaan di asingkan oleh lingkungan3) Kadang kadang menunjukkan gejala somatic

2. Diagnosa keperawatana. Koping individu inefektif b.d krisis situasi : kehilangan orang berartib. Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi : perpindahanc. Koping individu inefektif b.d krisis situasi : perpisahand. Koping individu inefektif b.d krisis situasi : diagnose terminale. Perubahan proses keluarga b.d krisis maturasi : pernikahan

3. Rencana Tindakan Keperawatana. Tujuan Umum1) Klien dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis2) Klien dapat meningkatkan perannya3) Klien menampakkan perilaku yang adekuat ( dampak krisis tidak terlihat )4) Klien mampu meningkatkan system pendukung dalam menghadapi krisis di kemudian hari

b. Tindakan keperawatan1) Manipulasi LingkunganIntervensai yang secara langsung untuk merubah situasi yang bertujuan memberikan dukungan situasional atau kehilangan stress2) Dukungan umumMemberikan rasa aman dan naman bahwa perawat dengan sikap hangat, menerima, empati penuh perhatin berada di pihak klien untuk memberikan dukungan3) Pendekatan umumIntervensi diberikan untuk individu atau masyarakat dengan resiko tinggi sesegera mungkin, seperti krisis pada korban bencana. Membantu mereka menghadapi proses berduka4) Pendekatan individualPendekatan ini termasuk menegakkan diagnose dan terapi terhadap masalah spesifik pada klien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua jenis krisis ketika terdapat peristiwa mencederai diri sendiri dan orang lain. Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local, dan ekspolarif yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesegara mungkin.

4. EvaluasiBeberapa hal yang perlu di evaluasi antara lain :a. Klien dapat menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisisb. Perilaku maladaptif atau gejala yang ditunjukkan oleh klien berkurangc. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptifd. Klien mempunyai sistem pendukung untuk membantu koping terhadap krisis yang akan datang.

BAB IIIKASUS

Tn. T berusia 45 tahun, bekerja sebagai seorang manager disebuah bank swasta. Tn. T mempunyai seorang istri dan tiga anak yang semuanya masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Istri Tn. T bekerja sebagai sekretaris disalah satu perusahaan asing. Tn. T dikenal bagus sebagai sosok manager yang mempunyai kinerja atau prestasi kerja yang bagus dan loyalitas yang tinggi. Jika menghadapi masalah Tn.T selalu mampu menyelesaikan permasalahan dengan bijaksana, namun karena kesibukannya komunikasi antar anggota keluarga kurang baik. Anak-anaknya merasa kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya, sehingga mereka mencari kesibukan diluar rumah, sehingga pada akhirnya mereka terlibat pergaulan bebas dan narkoba.Akhir-akhir ini banyak permasalahan yang menimpa keluarga tersebut, istri Tn. T terlibat hubungan terlarang dengan bosnya, sementara anaknya yang terakhir laki-laki terlibat narkoba dan tertangkap polisi, sedangkan anak pertamanya perempuan sedang hamil diluar nikah, namun anak yang kedua memiliki prestasi yang baik disekolahnya dan dia menaruh perhatian yang lebih kepada keluarganya, sehingga Tn. T sering bertukar pikiran dengan anak yang kedua atau dengan teman dekatnya dikantor. Disamping itu selain permasalahan dikeluarga kini muncul permasalahan ditempat Tn. T bekerja, bank tersebut dilikuidasi karena kredit macet dn krisis moneter yang berkepanjangan.Sejak muncul permasalahan yang banyak dikeluarga dan ditempat kerja Tn. T terlihat murung sering melamun, menyendiri dan tak nafsu makan serta minum. Melihat kondisi ayahnya yang seperti itu, anak yang kedua membawa kepoliklinik rumah sakit.

I. PENGKAJIAN1. Faktor predisposisia. Istri yang berselingkuh.b. Anak-anak yang terlibat narkoba dan pergaulan bebas.2. Fakto presipitasia. Faktor pencetus1) Bank tempat Tn. T bekerja dilikuidasi.2) Tn. T statusnya menjadi pengangguran.b. Persepsi klien terhadap kejadian.1) Tn. T merasa tidak berdaya dan gagal sebagai seorang manajer dan kepala keluarga.c. Sifat dan kekuatan sistem pendukung1) Tn. T sering bertukar pikiran dengan anak yang kedua.d. Kekuatan dan mekanisme koping yang lalu1) Jika ada masalah mampu menyelesaikan masalah dan sering bertukar pikiran dengan anak kedua dan sahabat dekatnya.3. Perilakua. Terlihat murungb. Sering melamunc. Menyendirid. Tidak nafsu makan dan minum

II. MASALAH KEPERAWATANa. Gangguan penyesuaianb. Ansietasc. Koping keluarga inefektifd. Koping individu inefektife. Perubahan proses keluargaf. Perubahan proses keluargag. Perubahan pemeliharaan kesehatanh. Gangguan harga diri : harga diri rendahi. Isolasi sosial

III. Diagnosa keperawatana. Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasi : kehilangan orang berarti dan pekerjaan.b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi : peran dan fungsi kepala keluarga.c. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan ansietas berat.d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ansietas.

IV. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN1. Tujuan Umuma. Klien dapat berfungsi kembali dengan mencari pekerjaan lain.b. Klien dapat meningkatkan perannya sebagai kepala keluarga.c. Klien menampakkan prilaku yang adekuat mulai berkomunikasi dengan anggota keluarga.d. Klien mampu meningkatkan sistem pendukung dengan adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga.2. Intervensia. Manipulasi lingkunganMenjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya lingkungan yang terapeutik bagi klien, anjurkan keluarga klien untuk memberikan perhatian kepada klien, misalnya : rekreasi keluarga dan makan bersama.b. Dukungan umumPerawat bersikap hangat, empati dan penuh perhatian dalam memberikan dukungan.c. Pendekatan umumMenganjurkan kepada anaknya untuk menghubungi teman dekat/keluarga dekat untuk mengunjungi klien den memberi semangat untuk bangkit kembali.d. Pendekatan individualMengembangkan kepercayaan diri klirn dengan menggali aspek-aspek positif yang ada pada diri klien dengan mengeksplorasi keberhasilan-keberhasilan masa lalu.V. EVALUASIBeberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain :a. Klien dapat menjalankan fungsinya kembali dengan mencari pekerjaan lain sesuai bakat dan kemampuannya.b. Klien mulai berkomunikasi dengan anggota keluarga.c. Klien mampu mengungkapkan dan mengatasi permasalahannya.d. Klien mempunyai sistem pendukung yang kuat : keharmonisan keluarga.e. Klien dapat belajar dari pengalaman untuk membantu koping terhadap krisis yang akan datang.

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa krisis merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan, peristiwa atau kejadiaan yang terjadi secara tiba tiba di dalam kehidupan seseorang . Hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan mekanisme koping individu tersebut yang tidak dapat menyelesaikan masalahnyaDi dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan (kematiananak).Dalam proses asuhan keperawtan terutama pada pengkajiannya yaitu kami memfokuskan pada pengkajian terfokus yang menyebabkan klien tersebut dalam masalah krisis yang meliputi beberapa factor yaitu factor predisposisi, presipitasi, dan prilaku.

B. SaranSetelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien denganmasalah krisis, maka kami menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:1. Dalam pengkajian kita tantukan terlebih dahulu mana yang termasuk factor predisposisi, presipitasi, dan prilaku. 2. Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam mencegah gangguan jiwa pada kasus secara dini.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGCDiagnosis: Koping Tidak Efektif

DefinisiKetidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan/atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber-sumber yang tersedia

Faktor yang berhubungan- Perbedaan gender dalam strategi koping- Tingkat percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping- Ketidakpastian- Dukungan sosial tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan- Tingkat kontrol persepsi tidak adekuat- Derajat pengobatan tingkat tinggi- Krisis situasional atau maturasional- Gangguan dalam pola penurunan ketegangan- Kesempatan untuk mengantisipasi stresor tidak adekuat- Ketidakmampuan untuk menyimpan energi yang adaptif- Gangguan dalam pola penilaian terhadap terapi

Batasan karakteristik- Gangguan tidur- Penyalahgunaan bahan kimia- Penurunan penggunaan dukungan sosial

NOC

Kriteria hasil- Mengungkapkan kemampuan untuk menaggulangi dan meminta bantuan jika perlu- Menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan ikut serta bermasyarakat- Mempertahankan bebas dari perilaku yang destruktif pada diri sendiri maupun orang lain- Mengkomunikasikan kebutuhan dan berunding dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan- Mendiskusikan bagaimana tekanan kehidupan yang ada melebihi strategi penanggulangan yang normal- Menemukan kecepatan penyakit dan kecelakaan tidak melebihi tingkat perkembangan dan usia

NICIntervensi1. on going assesment (pengkajian ulang)-2. nursing therapeutic intervention (intervensi terapeutik perawat)- Amati penyebab tidak efektifnya penaggulanagn seperti konsep diri yang buruk, kesedihan, kurangnya ketrampilan dalam memecahkan masalah, kurangnya dukungan, atau perubahan yang ada dalam hidup.- Amati kekuatan seperti kemampuan untuk menceritakan kenyataan dan mengenali sumber tekanan- Monitor risiko membahayakan diri atau orang lain dan tangani secara tepat- Bantu pasien menentukan tujuan yang realistis dan mengenali ketrampilan dan pengetahuan pribadi- Gunakan komunikasi empatik, dan dorong pasien/keluarga untuk mengungkapkan ketakutan, mengekspresikan emosi, dan menetapkan tujuan- Anjurkan pasien untuk membuat pilihan dan ikut serta dalam perencanaan perawatan dan aktivitas yang terjadwal- Berikan aktivitas fisik dan mental yang tidak melebihi kemampuan pasien (misal bacaan, televisi, radio, ukiran, tamasya, bioskop, makan keluar, perkumpulan sosial, latihan, olahraga, permainan)- Jika memiliki kemampuan fisik, anjurkan latihan aerobik yang sedang- Gunakan sentuhan dengan izin. Berikan pasien pijatan punggung berupa usapan perlahan dan berirama dengan tangan. Gunakan 60 kali usapan dalam semenit selama 3 menit pada luasan 2 inchi pada kedua sisi mulai dari daerah atas ke bawah- Berikan informasi perihal perawatan sebelum perawatan diberikan- Diskusikan perubahan dengan pasien- Diskusikan tentang kemampuan pasien/keluarga mengubah su\ituasi atau kebutuhan untuk menerima situasi- Gunakan pendengaran dan penerimaan aktif dalam membantu pasien mengekspresikan emosi seperti mengangis, bersalah, dan rasa marah (dalam batasan yang tepat)- Hindari penenangan yang salah; berikan jawaban jujur dan berikan hanya informasi yang diminta- Dorong pasien untuk menggambarkan tekanan yang dihadapi sebelumnya dan mekanisme penganggulangan yang digunakan- Dukunglah perilaku penanggulangan; berikan pasien waktu untuk bersantai- Bantu pasien untuk menjelaskan arti gejala yang mereka miliki- Anjurkan penggunaan relaksasi perilaku kognitif (misal terapi musik,guided imagery)- Gunakan teknik selingan selama prosedur yang menyebabkan klien merasa ketakutan- Gunakan cara menghilangkan kepekaan yang sistematis ketika memperkenalkan orang-orang baru, tempat, atau prosedur yang mungkin menyebabkan ketakutan dan merubah penanggulangan- Berikan pasien/keluarga video tentang prosedur yang menakutkan untuk dilihat sebelum prosedur dilaksanakan- Tunjukkan konseling selama diperlukan3. home care intervention (perawatan di rumah)- Amati keluarga atas pola perilaku penaggulangan. Dapatkan riwayat pasien dan keluarga jika mungkin- Nilai kecenderungan bunuh diri. Hubungi perawat kesehatan jiwa sesegera mungkin jika terindikasi- Hubungi layanan sosial medis untun evakuasi dan konseling, yang akan meningkatkan penganggulangan yang cukup sebagai bagian dari rencana perawatan medis. Jika tidak ada diagnosis medis utama yang telah dibuat, minta layanan sosial medis untuk membantu kontak dukungan masyarakat- Jika pasien terlibat dalam sistem kesehatan jiwa, ikut serta secara aktif dalam tim perencanaan kesehatan jiwa- Rujuk pasien/keluarga pada kelompok-kelompok pendukung- Monitoring pengobatan, kontrak denga pasien,........... dari tanggung pemberi pelayanan.................4. health education (pendidikan kesehatan)- Ajarkan klien cara mengatasi masalah. Tentukan pada mereka penyebab dan masalah dan tulis keuntungan dan kerugian dari pilihan mereka- Berikan informasi kepada keluarga yang menyangkut pengobatan- Ajarkan teknik relaksasi- Anjurkan untuk mendengarkan musik, ajarkan guided imagery- Jalin kedekatan dengan klien untuk mengembangkan instrumen pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan strategi koping- Ajarkan pada klien tentang sumber-sumber yang tersedia di komunitas (terapis, konselor)

http://margonoskep.blogspot.com/2010/03/koping-tidak-efektif.htmlMargono,2010. 8.46 PM, 14/3/2014.