BAB I.docx

download BAB I.docx

of 6

Transcript of BAB I.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Menurut survey kesehatan rumah tangga Bulan April - September 2002, penyakit saluran nafas merupakan penyebab kematian nomor 2 di Indonesia. Data dari SEAMIC Health Statistic 2001 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan dari WHO Bulan April - September 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian akibat infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonia (Anonim, 2003).Ada berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian beratnya penyakit dan kematian karena pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk risiko besar), pneumonia yang terjadi pada masa bayi, bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), polusi udara (asap rokok atau polusi industri), asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko), tingginya prevalensi kolonisasi bakteri patogen di nasofaring (Anonim, 1985).Secara umum penyebab dari infeksi saluran nafas adalah berbagai mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Ditinjau dari prevalensinya, infeksi ini menempati urutan pertama pada Bulan April - September 1999 dan menjadi kedua pada Bulan April - September 2000 dari 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan. Sedangkan berdasarkan hasil Survey Kesehatan Nasional Bulan April - September 2001 diketahui bahwa Infeksi Pernafasan menjadi penyebab kematian Balita tertinggi (22,8%) dan penyebab kematian Bayi kedua setelah gangguan perinatal (Anonim, 2005).Infeksi saluran pernafasan saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama. Pada banyak negara berkembang, lebih dari 50% kematian terjadi pada umur anak-anak di bawah lima Bulan April - September (balita). Angka kematian balita akibat infeksi saluran pernafasan akut di Indonesia termasuk tinggi. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada akhir Bulan April - September 2000, diperkirakan kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama infeksi saluran pernafasan akut di Indonesia mencapai lima kasus di antara 1000 bayi dan balita. Artinya pneumonia mengakibatkan 150 bayi atau balita meninggal tiap Bulan April - September nya atau 12500 korban per bulan atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam atau seorang bayi tiap menit (Hapsari, 2004). Tingginya prevalensi infeksi saluran pernafasan serta dampak yang ditimbulkannya membawa akibat pada tingginya konsumsi obat bebas dan antibiotik. Dalam kenyataannya, antibiotik banyak diresepkan untuk mengatasi infeksi ini. Peresepan antibiotik yang berlebihan tersebut terdapat pada infeksi saluran pernafasan, meskipun sebagian besar penyebab dari penyakit ini adalah virus. Salah satu penyebabnya adalah ekspektasi yang berlebihan para klinisi terhadap antibiotika terutama untuk mencegah infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri, yang sebetulnya tidak bisa dicegah. Dampak dari semua ini adalah meningkatnya resistensi bakteri maupun peningkatan efek samping yang tidak diinginkan (Anonim, 2005).Antibiotik merupakan obat antiinfeksi yang secara drastis telah menurunkan morbiditas dan mortilitas berbagai penyakit infeksi, sehingga penggunaannya meningkat tajam. Sejalan dengan itu antibiotik menjadi obat yang paling sering disalah gunakan, sehingga akan meningkatkan resiko efek samping obat, resistensi dan biaya (Sastramihardja dan Herry, 1997). Ketidaktepatan diagnosis pemilihan antibiotik, indikasi, dosis, cara pemberian, frekuensi dan lama pemberian menjadi penyebab tidak akuratnya pengobatan infeksi dengan antibiotik (Nelson, 1995). Untuk mencegah efek samping dan resiko lain yang timbul karena penggunaan obat maka pemberian obat oleh dokter atau penulisan resep harus didasarkan pada suatu seri tahapan rasional. Penggunaan obat yang rasional merupakan suatu upaya yang penting dalam rangka pemerataan obat dan keterjangkauannya oleh masyarakat. Proses pemilihan yang senantiasa dilakukan secara konsisten mengikuti standar baku akan menghasilkan penggunaan obat sesuai dengan kriteria kerasionalannya (Sastramihardja dan Herry, 1997). Data keseluruhan penggunaan antibiotik di dalam rumah sakit telah terlihat selama lebih dari satu dekade. Umumnya data tersebut menunjukkan bahwa seperempat sampai sepertiga populasi yang dirawat di rumah sakit telah menerima antibiotik sistemik. Penelitian lain di tujuh rumah sakit umum yang tersebar di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 30% penderita menerima satu atau lebih antibiotik sistemik, tetapi hanya 38% dari penderita yang menerima antibiotik tersebut benar - benar mengalami infeksi. Apabila terjadi pemberian antibiotik yang tidak sesuai dengan standard terapi, maka kemungkinan timbulnya kasus - kasus tentang efek buruk penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan standar terapi dapat terjadi, ditambah dengan kelangkaan informasi yang obyektif mengenai antibiotik, tekanan pasien dan lain - lain, mendorong terjadinya berbagai bentuk ketidaktepatan pemakaian antibiotik. Masalah ketidaktepatan pemakaian antibiotik dalam klinik merupakan hal yang serius oleh karena kemungkinan dampak negatif yang mungkin terjadi (Anonim, 2008).Tingginya prevalensi infeksi saluran pernafasan pada balita serta timbulnya kasus - kasus tentang efek buruk penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan standar terapi yang mendorong dilakukannya penelitian Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Balita TerdiagnosaPneumonia Di Ruang Rawat Inap RSUD Mardi Gambiran kediri Periode Bulan April September 2013.

B. Perumusan masalahBerdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatupermasalahan sebagai berikut : Apakah penggunaan Antibiotik Pada Pasien Balita Dengan Penyakit Pneumonia Di Ruang Rawat Inap RSUD gambiran kediri Periode Bulan April September 2013 sudah tepat sesuai dengan parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien? .C. Tujuan Penelitian1. Tujuan umumUntuk mengevaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Balita Terdiagnosa Pneumonia Di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran kediri Periode Bulan April September 2013.2. Tujuan khususa. Untuk mengevaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Balita Terdiagnosa Pneumonia Di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran kediri periode Bulan April September 2013, ditinjau dari aspek tepat indikasi.b. Untuk mengevaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Balita Terdiagnosa Pneumonia Di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran kediri periode Bulan April - September 2013, ditinjau dari aspek tepat obat .c. Untuk mengevaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Balita Terdiagnosa Pneumonia Di Ruang Rawat Anak RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar periode Bulan April - September 2013, ditinjau dari aspek tepat dosis.d. Untuk mengevaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Balita Terdiagnosa Pneumonia Di Ruang Rawat Inap RSUD Gambiran kediri periode Bulan April - September 2013, ditinjau dari aspek tepat pasien.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penelitiPenelitian ini di harapkan dapat memberikan dan menambah wawasan bagi peneliti dalam menerapkan ilmu dan memberikan solusi mengenai evaluasi penggunaan obat antibiotik pada pasien Pneumonia.2. Bagi Instansi Terkait ( Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri )a. Memberikan masukan untuk membuat kebijakan dalam meningkatkan pelayan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat khususnya dalam mengatasi masalah Pneumonia.b. Sebagai masukkan dalam mengevaluasi pengobatan antibiotik pada pasien Pneumonia yang menjalani rawat inap dengan aspek teoat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis.3. Bagi Institusi kesehatan Institusi Kesehatan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai masukkan dalam membuat strategi pencegahan terhadap penyebaran Pneumonia di RSUD Gambiran kediri4. Bagi MasyarakatMemberikan informasi kepada masyarakat kan pentingnya upaya penggunaan antibiotik secara rasional. 5. Bagi Peneliti LainnyaDapat menjadi bahan acuan bagi peneliti lain untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

4