BAB I.docx

27
ANALISIS NERACA AIR KOTA BANDUNG DENGAN CURAH HUJAN, TEMPERATUR DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI UNTUK MENENTUKAN POLA TANAM HIDROLOGI PERTANIAN TRIYOGA BUDI KRISWIJAYANTO 23030113130067 PROGRAM STUDI S-1 AGROEKOTEKNOLOGI JURUSAN PERTANIAN

Transcript of BAB I.docx

15

ANALISIS NERACA AIR KOTA BANDUNG DENGAN CURAH HUJAN, TEMPERATUR DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI UNTUK MENENTUKAN POLA TANAM

HIDROLOGI PERTANIAN

TRIYOGA BUDI KRISWIJAYANTO23030113130067

PROGRAM STUDI S-1 AGROEKOTEKNOLOGIJURUSAN PERTANIANFAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Analisis Neraca Air ini dengan tepat waktu.Penulis ucapkan terima kasih kepada Ir. Sutarno, M.S. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Hidrologi Pertanian, yang telah membimbing dan membantu kami selama kegiatan perkuliahan berlangsung sampai penyusunan makalah ini selesai.Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih.

Semarang, Juli 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I. PENDAHULUAN1BAB II. TINJAUAN PUSTAKA3BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN7BAB IV. PENUTUP12DAFTAR PUSTAKA13LAMPIRAN14

BAB IPENDAHULUANAir sebagai sumberdaya alam sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Tanpa air, makhluk hidup tidak mungkin dapat bertahan hidup. Air juga merupakan sumberdaya vital dalam menunjang pembangunan ekonomi seperti sektor industri, perdagangan, pertanian, perikanan, transportasi, pembangkit tenaga listrik, pariwisata, dan rumah tangga.Beberapa wilayah ketersediaan air dapat tercukupi dan pada saat tertentu dapat juga menjadi kritis karena berkurang jauh. Terjadinya pergeseran musim yang mengakibatkan kemarau panjang sehingga terjadi kekeringan yang berpengaruh terhadap sektor pertanian. Kekeringan bukan hanya disebabkan karena berkurangnya curah hujan tetapi juga disebabkan oleh penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya. Salah satu permasalahan yang mendasar dalam pengembangan pertanian adalah ketersediaan air terutama untuk lahan-lahan tadah hujan. Air bagi tanaman merupakan faktor pertama dan utama yang menentukan tingkat produktivitas, intensitas dan luas tanam potensial setiap lahan pertanian, karena tanaman sangat peka terhadap kekurangan air. Peran air dalam peningkatan produktivitas tanaman sangat besar, karena lahan berpengairan mempunyai potensi lebih tinggi untuk meningkatkan hasil pertanian dibandingkan dengan lahan kering.Untuk lebih mengoptimalkan dalam pengelolaan sumberdaya air salah satunya perlu dilakukan analisis neraca air. Secara umum neraca air (water balance) menyatakan hubungan antara aliran air yang masuk (input) dengan aliran air yang keluar (output) pada waktu tertentu. Neraca air tersebut menurut fungsi meteorologis sangat diperlukan untuk mengevaluasi ketersediaan air hujan pada suatu wilayah tertentu, khususnya untuk mengetahui kapan dan seberapa besar surplus dan defisit air yang terjadi di wilayah yang ditinjau. Terdapat 3 manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain (1) Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpana dan pembagi air serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air, (2) Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air, dan (3) Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.Tujuan penyusunan makalah ini untuk memberikan cara perhitungan dan analisis neraca air merujuk pada Thornhwaite and Matter (1957) dengan data iklim yang sederhana. Dengan pemahaman menyusun dan menganalisa neraca air ini maka diharapkan masyarakat kota Bandung khususnya petani dapat menentukan strategi untuk memilih pola tanaman dan jenis tanaman lebih tepat.

BAB IITINJAUAN PUSTAKADi alam dikenal adanya siklus hidrologi, sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer (Seyhan, 1990). Sejak air jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, air hujan tersebut akan mengalami berbagai fase cair, sebagian hujan jatuh di atas tumbuh-tumbuhan menjadi air intersepsi, diuapkan ke udara sebagai evapotranspirasi, jatuh ke atas tanah menjadi aliran permukaan atau terserap ke dalam tanah menjadi air infiltrasi. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah, segera kembali keluar memasuki sungai dan mengalir menuju laut, dan sebagian air lainnya yang masuk ke tanah dapat tersimpan lama menjadi air tanah. Sebagai sumberdaya alam, air di muka bumi tidak terdapat secara merata. Distribusi air dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi berbeda-beda menurut ruang dan waktu. Banyak daerah yang mempunyai potensi air yang cukup, tetapi tidak jarang dijumpai daerah-daerah yang mempunyai potensi air yang sangat kecil, bahkan pada waktu-waktu tertentu mengalami kekurangan air (Setyawan, 2006).Menurut Ward dan Robinson (1990), siklus air menyediakan konsep pengenalan yang berguna dalam menjelaskan hubungan antara hujan dan berbagai bentuk aliran air, sehingga sedikitnya seorang pakar hidrologi dapat memahami dan mengkuantifikasi kejadian, distribusi dan pergerakan air dalam suatu area tertentu (spesific area). Area tertentu (spesific area) ini melipuri pembatasan wilayah pengamatan sirkulasi air (misal skala plot, skala DAS, skala global), karena cakupan wilayah sirkulasi air di alam yang sangat luas dan jumlahnya yang luar biasa. Dalam proses sirkulasi air di suatu wilayah untuk suatu periode tertentu, terdapat hubungan kesetimbangan antara air yang masuk dan ke dalam dan keluar wilayah tersebut. Hubungan kesetimbangan antara aliran air masuk dan aliran air keluar ini, disebut dengan neraca air (Dumairy, 1992). Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya (Soewarno, 2000). Manfaat analisis neraca air adalah (1) Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpana dan pembagi air serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air, (2) Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air, dan (3) Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan. Secara kuantitatif, neraca air menggambarkan prinsip bahwa selama periode waktu tertentu masukan air total sama dengan keluaran air total ditambah dengan perubahan air cadangan (change in storage). Nilai perubahan air cadangan ini dapat bertanda positif atau negatif (Soewarno, 2000). Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan yang keluar dari sistem (sub sistem) tertentu. Secara umum persamaan neraca air dirumuskan dengan (Sri, 2000).I = O S dengan :I = masukan (inflow)O = keluaran (outflow)Langkah analisis data berdasarkan model neraca air dengan prinsip masukan (M) sama dengan pengeluaran (K). Asumsinya bahwa sumber air adalah murni curah hujan, kedalaman tanah hingga 100 cm homogen, evapotranspirasi (ETP) merupakan nilai maksimum lahan tanaman pertanian dan keluaran fungsi air hujan untuk ETP, meningkatkan kadar air tanah dan sisanya sebagai air bawah tanah ataupun aliran permukaan (run off). Prosedur analisis mengikuti persamaan sebagai berikut :M= K(1)CH= ETP+S CH(2)CH= ETP+dKAT+S(3)S= CH-ETP-dKAT(4)ETP= (x/12)(Y/30)*ETP dasar(5)ETP dasar= 16(10T/I)(6)ETA= CH + |dKAT|; (jika CH>ETP)(7)ETA= ETP; (Jika CH