BAB I.doc

download BAB I.doc

of 11

Transcript of BAB I.doc

GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS

GAMBARAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG

PROPOSAL RISET

Oleh :

Gigih Sanjaya Putra

22020110141036

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2013

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan jasa sangat memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah sakit menjadi tempat yang kompleks karena terdapat ribuan obat, ribuan tindakan, banyak tes dan prosedur, banyak berbagai macam masalah penyakit, berbagai macam profesi dan non profesi yang memberikan pelayan 24 jam, apabila keberagaman dan kerutinan tersebut tidak dikelola dengan baik dapat terjadi Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD).1 Dimana Kejadian Tak Diinginkan (KTD) merupakan kejadian yang akan mengancam keselamatan pasien.

Keselamatan pasien sudah menjadi isu penting baik global maupun nasional karena semakin banyaknya kasus medical error yang terjadi di berbagai Negara. Institute of Medicine (IOM) melaporkan data Kejadian Tak Diinginkan (KTD) pada rumah sakit di Amerika Serikat, yaitu 1,5 juta pasien terluka per tahun dari kesalahan pengobatan dan 7000 diantaranya dilaporkan meninggal.2 Agency For Health Care Research and Quality (AHRQ) melaporkan 2,5 juta pasien beresiko mengalami luka tekan per tahun di Amerika Serikat. Morse melaporkan 2,2 7 kejadian pasien jatuh/1000 tempat tidur per hari di ruang perawatan akut per tahun, 29-48% pasien mengalami luka dan 7,5% dengan luka-luka serius. National Nosocomial Infections Surveillance System (NNISS) melaporkan kejadian infeksi nosokomnial, ditemukan 5 infeksi setiap 1000 pasien di ruang perawatan akut dan terdapat lebih dari 2 juta kasus per tahun, hal ini menimbulkan dua kali resiko kesakitan dan kematian.3 Laporan insiden keselamatan pasien di Indonesia berdasarkan provinsi ditemukan Provinsi DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di antara delapan provinsi lainnya (Jawa Tengah 15,9%, D.I Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh 10,7% dan Sulawesi Selatan 0,7%). Bidang spesialisasi unit kerja ditemukan paling banyak pada unit penyakit dalam, bedah dan anak yaitu sebesar 56,7% dibandingkan dengan unit kerja yang lain, sedangkan untuk pelaporan jenis kejadian, near miss lebih banyak dilaporkan sebesar 47,6% dibandingkan KTD sebesar 46,2%.4Standar keselamatan pasien Rumah Sakit yang saat ini digunakan mengacu pada Hospital Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organization di Illinois pada tahun 2002. Enam tujuan penanganan keselamatan pasien menurut Joint Commission International antara lain: mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi secara efektif, meningkatkan keamanan dari high-alert medications, memastikan benar tempat, benar prosedur dan benar pembedahan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan, mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien.5 Dalam menerapkan keselamatan pasien perlu adanya kerjasama dalam semua komponen yang ada di rumah sakit. Perawat yang selalu memonitor pasien selama 24 jam memiliki peran yang penting dalam penanganan keselamatan pasien. The Institute of Medicine (IOM) mengemukakan dua peran perawat dalam keselamatan pasien yaitu memelihara keselamatan melalui transformasi lingkungan keperawatan yang lebih mendukung keselamatan pasien dan peran perawat dalam keselamatan pasien melalui penerapan standar keperawatan yang terkini. Menurut Mitchell dalam Hughes, perawat merupakan kunci dalam pengembangan mutu melalui keselamatan pasien. Dinyatakan pula bahwa sejak masa yang lalu, responsibilitas perawat terhadap aspek keselamatan pasien telah ada, walaupun masih terbatas pada pencegahan kesalahan pemberian pengobatan dan pencegahan pasien jatuh. Sebagian besar kebutuhan perawatan pasien berfokus pada pekerjaan yang dilakukan perawat (Mitchell, dalam Hughes, 2008). Senada dengan hal ini, Cahyono menyatakan bahwa dengan peran dan kontrak selama 24 jam terus menerus membuat perawat lebih mengetahui perubahan klinis dan emosi klien serta lebih mengetahui kebutuhan fisik maupun emosional pasien dibandingkan dokter. Selain itu, hasil riset yang dilakukan Agency For Health Care Research and Quality (AHRQ) menyatakan bahwa rumah sakit dengan level staf keperawatan yang rendah cenderung untuk menimbulkan outcome pasien yang kurang baik, seperti pneumonia, syok, gagal jantung dan infeksi saluran kemih. (Stanton, 2004).Hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert Utji di sebelas rumah sakit di DKI Jakarta, menemukan bahwa 9,8 % pasien dirawat inap mendapat infeksi baru selama dirawat. Sejalan dengan itu, penelitian Sella menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani praktik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung terhadap pencegahan infeksi nosokomial flebitis, sebagian besar memiliki pengetahuan kurang dalam melakukan pencegahan infeksi.6

Hasil penelitian Arya menemukan bahwa pelaksanaan komunikasi kolaboratif antara perawat dan dokter belum efektif, ini berarti bahwa kolegialitas dalam hubungan perawat-dokter belum terbentuk. Manojlovich menyatakan bahwa buruknya komunikasi antara dokter dan perawat merupakan salah satu penyebab insiden atau kejadian yang tidak diharapkan yang dialami oleh pasien yang dapat berdampak pada kematian pasien, terutama di ruangan-ruangan intensif yang menangani kondisi kritis pada pasien. Bahkan dalam penelitian tersebut, miskomunikasi verbal antara dokter dan perawat menyebabkan 37% dari insiden.

The Agency for Health Care Research and Quality (AHRQ) memperkirakan bahwa terdapat 7000 orang meninggal akibat kesalahan pemberian obat dimana terdapat 19% akibat dari kesalahan pemberian dosis obat, 7% akibat dari efek pemberian obat.9 Hasil penelitian di RS Karyadi Semarang menunjukkan bahwa semua perawat belum menerapkan prinsip enam tepat dalam pemberian obat secara keseluruhan dengan urutan ketepatan adalah sebagai berikut : (1) tepat dosis, (2) tepat waktu, (3) tepat pasien, (4) tepat pendokumentasian, (5) tepat cara dan terakhir adalah (6) tepat obat.10

Rumah Sakit Muhammadiyah Roemani Semarang sebagai Rumah Sakit Islam yang memiliki visi menjadi Rumah Sakit terkemuka dalam pelayanan prima yang dijiwai nilai-nilai Islam dan didukung aplikasi teknologi mutakhir merupakan Rumah Sakit Umum Swasta tipe C yang sudah menerapkan program Patient Safety sejak tahun 2012. Jumlah tenaga kerja perawat di RS Muhammadiyah Roemani Semarang sebanyak 221 orang.

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Roemani Semarang bahwa data yang peneliti temukan dari Tim Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah Sakit pada bulan Januari September 2013 didapatkan infeksi luka infus rata-rata 0.43% pada triwulan pertama, sedangkan pada triwulan kedua angka kejadian luka infus sebesar 0.79%, terjadi peningkatan sebesar 0,36%. Dan pada triwulan ketiga sebesar 0.63%. Sedangkan, untuk kejadian infeksi luka operasi pada triwulan pertama rata-rata 0.63% dan infeksi saluran kemih sebesar 0.78%. Pada triwulan kedua didapatkan angka kejadian infeksi luka operasi dan infeksi saluran kemih sebesar 0%. Pada triwulan ketiga infeksi luka operasi sebesar 1.05% dan infeksi saluran kemih sebesar 0%.

Sementara, data yang peneliti dapatkan untuk kesalahan dalam tindakan bedah selama tahun 2013 sebesar 0%. Pasien yang jatuh pada tahun 2013 sebanyak 6 orang pasien.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala PPSDI, bahwa banyak KTD yang tidak dilaporkan, sehingga sulit sekali untuk mengetahui angka KTD yang terjadi karena banyak perawat yang masih takut dikenakan sanksi apabila melaporkan KTD.

Hasil wawancara dengan Asman IPCN, bahwa jumlah pasien resiko jatuh sebenarnya sudah ada, namun untuk tahun ini belum direkap. Dan bentuk pelaporan untuk pencegahan infeksi sudah tersedia seperti FTKP (Form Tindakan Koreksi dan Pencegahan).

Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Keperawatan bahwa untuk pelatihan Tim Patient Safety itu belum pernah dilakukan, namun sudah disosialisasikan ke setiap ruangan. Hanya beberapa orang saja yang didelegasikan untuk mengikuti pelatihan diluar.

Dan hasil wawancara dengan 2 orang perawat bahwa untuk penerimaan pasien itu diberi gelang identitas dan untuk MFS resiko jatuh belum dapat dilaksanakan dengan maksimal karena belum ada format penilaian resiko jatuh.

Berdasarkan hasil data diatas, sebenarnya sudah ada Tim Patient Safety , namun untuk pelaksanaan dari keselamatan pasien belum terlaksana dengan baik. Melihat masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang menggambarkan lebih rinci tentang Peran Perawat Dalam Melaksanakan International Patient Safety Goals di Rumah Sakit Muhammdiyah Roemani Semarang.

B. RUMUSAN MASALAHKeselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan keperawatan yang mengutamakan keselamatan pasien dalam pelayanan di rumah sakit. Tujuan dari keselamatan pasien adalah mengidentifikasi pasien secara benar, meningkatkan komunikasi secara efektif, meningkatkan keamanan dari high-alert medications, memastikan benar tempat, benar prosedur dan benar pembedahan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan, mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk pada pasien. Rumah sakit mulai menerapkan keselamatan pasien karena keselamatan pasien merupakan acuan peningkatan pelayanan mutu rumah sakit.

Perawat merupakan tenaga kesehatan terbanyak di rumah sakit, mereka mempunyai waktu kontak lebih lama dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai peranan penting dalam mendukung program International Patient Safety Goals di rumah sakit. Program patient safety RS Muhammadiyah Roemani Semarang masih dalam proses pengembangan, baik dalam pemberian asuhan keperawatan oleh semua tenaga kesehatan yang ada maupun dalam sistem pelaporan. Dari hasil survey yang dilakukan didapatkan masih banyak perawat yang belum mengetahui dan menerapkan patient safety. Meskipun perawat diruangan sudah mendapatkan sosialisasi tentang patient safety dan beberapa diantaranya sudah mengikuti pelatihan tetapi penerapan masih belum diterapkan secara maksimal, hal ini menunjukkan bahwa perawat masih belum mengetahui perannya dalam melaksanakan patient safety.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Peran Perawat dalam Melaksanakan International Patient Safety Goals di Rumah Sakit Muhammadiyah Roemani Semarang

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Perawat dalam Melaksanakan International Patient Safety Goals di Rumah Sakit Muhammadiyah Roemani Semarang2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perawat dalam mengidentifikasi pasien

b. Mengetahui perawat dalam menggunkan komunikasi secara efektif

c. Mengetahui perawat dalam meningkatkan keamanan high alert medicationd. Mengetahui perawat dalam memastikan benar tempat, prosedur dalam pembedahan

e. Mengetahui perawat dalam pengendalian dan pencegahan infeksi

f. Mengetahui perawat dalam menangani pasien resiko jatuhD. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan Rumah Sakit, praktik keperawatan, institusi pendidikan, dan penelitian keperawatan

1. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi rumah sakit dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (perawat) dalam meningkatkan penerapan IPSG.2. Institut Pendidikan.

Hasil penelitian dapat menjadi suatu study literatur agar institusi pendidikan dapat menyiapkan lulusan perawat yang memenuhi kompetensi dengan cara meningkatkan informasi yang lebih spesifik mengenai konsep Patient Safety.

3. Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian dapat memberikan sumber informasi yang berharga bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian selanjutnya baik penelitian kulitatif maupun kuantitatif tentang bagaimana cara penerapan patient safety di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes. Utamakan Keselamatan Pasien. (http://rsbt.or.id/kkprs/data/panduan.pdf diakses Tanggal 21 Desember 2013). 2006. 2. Khusfh, G., Raymond, J & Beaman, C. The Institute Of Medicine Reports On Quality And Safety: Pardoxes and Tensions. HEC Forum. 2008. Diakses pada tanggal 1 februari 2014. http://proquest .umi.com/pqdweb3. Nazham, D.M. Celebrating Nurse: Operating at The Sharp End Of Safe Patient Care. 2009. Diakses pada tanggal 1 februari 2014. http://jointcommissiion.org//4. Komite Keselamatan Rumah Sakit (KKP-RS) PERSI. Pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP). Jakarta. 2008.

5. Lia M dan Asep S. Pengembangan Budaya Patient Safety dalam Praktik Keperawatan. 2010. Diakses tanggal 19 november 2013.

6. Agisti, G. S, Agustina, H. R, Amarullah, Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Akper Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Flebitis. 2012. Diakses 23 Desember 2013.

7. Reni, A., Yudianto, K. Soemantri, I. Efektivitas Pelaksanaan Komunikasi Dalam Kolaborasi Antara Perawat Dan Dokter Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sumedang. 2010. Diakses 23 Desember 2013.8. Manojlovich, M, et al. 'Healthy Work Environment, Nurse-Phycisian Communication, and Patient's Outcomes', American Journal of Critical Care vol. 16, pp. 536-43. 2007. Diakses 23 Desember 2013.

9. Agency for Health Care Research and Quality (AHRQ). 2008.

10. Armiyat, Y., Ernawati, Riwayati. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Lama Kerja Perawat Dengan Penerapan Prinsip Enam Tepat Dalam Pemberian Obat Di Ruang Rawat Inap Rs Dr.Kariadi Semarang. 2007.