BAB I4

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah banyak kejanggalan – kejanggalan disekitar lingkungan kita, mulai persoalan sosial, politik, budaya, ekonomi dan sebagainya. Tak lain asumsi masyarakat yang dipandang adalah lembaga pemerintah yang kurang bijak dalam menyikapi suatu persoalan negara, yang mana dalam hal ini adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Akan tetapi paling banyak yang disoroti masyarakat adalah lembaga legislatif karena lembaga tersebut merupakan lembaga wakil rakyat yakni DPR. Adapun fenomena – fenomena penilaian masyarakat terhadap wakil rakyat, mereka semua berkata dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda – beda sesuai dengan pemahaman dan pengertiannya masing – masing. Aneh, lucu, kritis, atau bahkan menyakitkan. Semua berasa berbeda dari setiap telinga dan tingkat pemahaman masing – masing. Namun apapaun itu mari kita lihat seperti apakah wakil rakyat kita di mata rakyatnya. Penelitian ini didasarkan pada fenomena menurunnya kinerja anggota legislatif yang semakin hari membawa keprihatinan. Ada tiga tanggapan yang selalu muncul yaitu pertama legislatif dianggap kurang mampu melaksanakan fungsinya sebagai mitra yang seimbang dan efektif bagi eksekutif. Anggapan ini kerap muncul dari kalangan yang cenderung menilai bahwa peranan eksekutif masih cukup dominan dalalm penyelenggaraan pemerintahan. Kedua legislatif dianggap terlalu jauh

description

gggggg

Transcript of BAB I4

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini telah banyak kejanggalan – kejanggalan disekitar lingkungan kita, mulai

persoalan sosial, politik, budaya, ekonomi dan sebagainya. Tak lain asumsi masyarakat yang

dipandang adalah lembaga pemerintah yang kurang bijak dalam menyikapi suatu persoalan

negara, yang mana dalam hal ini adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Akan tetapi paling

banyak yang disoroti masyarakat adalah lembaga legislatif karena lembaga tersebut

merupakan lembaga wakil rakyat yakni DPR.

Adapun fenomena – fenomena penilaian masyarakat terhadap wakil rakyat, mereka

semua berkata dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda – beda sesuai dengan

pemahaman dan pengertiannya masing – masing. Aneh, lucu, kritis, atau bahkan

menyakitkan. Semua berasa berbeda dari setiap telinga dan tingkat pemahaman masing –

masing. Namun apapaun itu mari kita lihat seperti apakah wakil rakyat kita di mata

rakyatnya.

Penelitian ini didasarkan pada fenomena menurunnya kinerja anggota legislatif yang

semakin hari membawa keprihatinan. Ada tiga tanggapan yang selalu muncul yaitu pertama

legislatif dianggap kurang mampu melaksanakan fungsinya sebagai mitra yang seimbang dan

efektif bagi eksekutif. Anggapan ini kerap muncul dari kalangan yang cenderung menilai

bahwa peranan eksekutif masih cukup dominan dalalm penyelenggaraan pemerintahan.

Kedua legislatif dianggap terlalu jauh mencampuri bidang tugas eksekutif, sehingga

cenderung menyimpang dari fungsi utamanya sebagai badan pemerintahan yang

menyelenggarakan fungsi legislatif. Anggapan ini  banyak dianut oleh para pejabat eksekutif,

untuk ikut merumuskan kebijakan pemerintahan. Anggapan ini umumnya hidup di kalangan

anggota legislatif sendiri. Melihat fenomena tersebut di atas, maka saya tertarik meneliti lebih

jauh tentang citra kinerja anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo menurut Mahasiswa Fisip

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Citra Adalah kesan yang diperoleh seseorang

berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek, dapat diketahui dari sikapnya terhadap

obyek tersebut sedangkan reputasi adalah tujuan sekaligus merupakan prestasi yang hendak

dicapai bagi dunia humas ( Soleh Soemirat dan Elfinaro, 2003 : 114 )

Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu

perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Kinerja merupakan suatu

kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui

tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang di emban suatu

organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan

operasional.

Melalui metode penelitian deskriptif kuantitatif yang menggambarkan keadaan atau

gejala sosial apa adanya tanpa melihat hubungan-hubungan sosial yang ada dengan teknik

pengumpulan data melalui kuesioner, dokumentasi maka data yang sudah terkumpul

dianalisis dengan memeriksa data ( editing ). Tabulasi data, pemberian kode kemudian

dimasukkan dalam tabel-tabel yang bertujuan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu

fenomena atau pernyataan yang terjadi.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana Citra Kinerja Anggota Dewan Kabupaten Sidoarjo Menurut Mahasiswa

Fisip Universitas Muhammadiyah Sidoarjo?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan kinerja Anggota

DPRD Kabupaten Sidoarjo sesuai dengan pelaksanaan fungsinya?

C. Tujuan Penelitian

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahaui dan mendiskripsikan citra

DPRD Kota Sidoarjo sebagai lembaga Legislatif daerah dalam kaitannya membangun

partisipasi melalui pola-pola penyerapan aspirasi masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun mafaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Di Harapkan melalui penelitian ini, didapatkan gambaran secara utuh mengenai

begimana peran dan fungsi DPRD khususnya DPRD Kab. Sidoarjo dalam menyerap

aspirasi dan juga dalam membangun partisipasi masyarakat.

2. Juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan konsep atau teori

administrasi pada umumnya, dan pola-pola pemberdayaan serta partisipasi

masyarakat pada khususnya.

3. Di harapkan juga dapat ditemukan korelasi yang jelas antara penyerapan aspirasi

dengan partisipasi masyarakat sehingga dapat di jadikan umpan balik bagi DPRD

Kabupaten Sidoarjo khususnya dalam merumuskan serta meningkatkan peran dan

fungsinya terkait dengan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.

4. Merupakan upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan bagi

peneliti khsusunya dan bagi masyarakat pada umumnya.

E. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut:

Melakukan studi kepustakaan terhadap berbagai referensi yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan. Topik-topik yang akan dikaji antara lain meliputi:

pengenalan Anggota DPRD pada mahasiswa FISIP Umsida kampus 1 tahun 2011

melalui foto cetakan dan profilnya.

Menyiapkan training data set yang akan digunakan untuk proses pembelajaran dari

sistem. Data yang diperoleh adalah dari angket yang disebar.

Merancang sistem penyebaran angket kepada Mahasiswa FISIP umsida kampus 1

tahun 2011.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1        Penelitian Terdahulu

Peran DPRD Jambi dalam pembentukan Perdapermasalahan yang terkait Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi

Dalam Pembentukan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 4

Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan?

2. Bagaimana pelaksanaan pembentukan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan?

3. Bagaimana peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi dalam

pembentukan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011?

4. Bagaimana hubungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi dengan

Pemerintah Daerah Provinsi Jambi dalam pembentukan Peraturan Daerah (PERDA)

No. 4 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan?

2.2.             Landasan Teori

Teori Aliran Kuantitatif (Riset Operasi dan Manajemen Sains)

Aliran kuantitatif mulai berkembang sejak Perang Dunia II. Pada waktu itu Inggris ingin

memecahkan beberapa persoalan yang sangat kompleks dalam perang. Inggris kemudian

membentuk Tim Riset Operasi (Reserch Operation), dipimpin oleh P.M.S Blackett. Tim ini

terdiri dari ahli matematika, fisika, dan ilmuwan lainnya. Inggris berhasil menemukan

terobosan-terobosan penting dari team tersebut. Amerika Serikat kemudian meniru,

membentuk tim riset operasi seperti yang dibentuk Inggris.

Manajemen operasi merupakan variasi lain dari pendekatan kuantitatif. Beberapa contoh

model manajemen operasi adalah : pengendalian persediaan seperti EOQ (Economic Order

Quantity), simulasi, analisis break-event, programasi lenier (linear programming).

Sumbangan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)

Pendekatan kuantitatif memberikan sumbangan penting terutama dalam perencanaan dan

pengendalian. Pendekatan tersebut juga membantu memahami persoalan manajemen yang

kompleks. Dengan menggunakan model matematika, persoalan yang kompleks dapat

disederhanakan.

Keterbatasan Aliran Kuantitatif (Riset Operasi/Manajemen Sains)

Sayangnya model kuantitatif banyak menggunakan model atau simbol yang sulit dimengerti

oleh kebanyakan orang, termasuk manajer. Pendekatan kuantitatif juga tidak melihat

persoalan perilaku dan psikologi manusia dalam organisasi. Meskipun demikian potensi

model kuantitatif belum dikembangkan sepenuhnya. Apabila dapat dikembangkan lebih

lanjut pendekatan kuantitatif akan memberikan sumbangan yang lebih berarti.

2.3.  Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim penelitian operasi dalam

pemecahan masalah-masalah industri. Pendekatan ini didasari oleh kesuksesan tim penelitian

operasi Inggris pada PD II. Teknik-teknik penelitian operasi ini semakin berkembang sejalan

dengan kemajuan komputer, transportasi dan komunikasi. Teknik-teknik penelitian operasi

selanjutnya disebut sebagai pendekatan manajemen ilmiah.

Pendekatan manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal,

manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan SDM dan

perencanaan program

Langkah-langkah manajemen ilmiah yaitu:

1)      perumusan masalah

2)      penyusunan suatu model matematis

3)      penyelesaian model

4)      pengujian model

5)      penetapan pengawasan atas hasil

6)      pelaksanaan (implementasi)

Defenisi sistem begitu banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Shore & Voich (1974)

sistem ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian. Menurut Gerald, et

al. (1981) sistem ialah tata cara kerja yang saling berkaitan, dan bekerja sama membentuk

suatu aktivitas atau mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem dapat dipandang sebagai suatu hal

yang tertutup atau terbuka. Sistem tertutup adalah sistem yang tidak dipengaruhi dan

mempengaruhi lingkungannya, sedangkan sistem terbuka ialah sistem yang dipengaruhi oleh

lingkungannya.

Bentuk umum suatu sistem terdiri atas input, proses, output dan umpan balik. Umpan balik

ialah hasil output untuk untuk memperbaiki input yang akan datang. Keempat unsur tersebut

berada dalam suatu organisasi. Sebagai organisasi dengan sistem terbuka, maka organisasi

dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan luarnya. Pendekatan sistem meliputi penerapan

konsep-konsep yang cocok dari teori sistem untuk mempermudah pemahaman tentang teori

organisasi dan praktik manajerial

Peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan sistem berarti mulai dari input, proses,

output sampai kepada outcome pendidikan. Dalam praktiknya, peningkatan mutu pendidikan

selama ini belum menggunakan pendekatan sistem. Peningkatan mutu cenderung berpikir

output oriented. Mutu pendidikan hanya dinilai dari output pendidikan seperti hasil belajar

dan ujian nasional. Padahal, dengan berpikir sebagai suatu sistem, mutu pendidikan tidak

hanya ditentukan oleh nilai ujian nasional tetapi juga mutu input dan mutu prosesnya di

dalam kelas.

Tidak banyak textbook metode penelitian yang secara tegas memposisikan dirinya bersosok

kuantitatif atau kualitatif. Sebaliknya jamak beredar adalah buku-buku “bergenre” metode

penelitian dengan judul yang terkesan isinya mencakup kedua pendekatan penelitian tersebut

dan menyajikannya secara “adil”! Misalnya, “Metode Riset Bisnis”, “Pengantar Metode

Penelitian”, “Metode Penelitian Sosial”, Riset Pemasaran, dll. Sebagian besar buku-buku

tersebut sebenarnya adalah buku penelitian beraliran kuantitatif sejati karena tak sepotong

pun kata kualitatif tersurat di dalamnya. Ada yang menyelipkan bahasan tentang penelitian

kualitatif, namun hanya sepot-sepot alias sepotong-sepotong, rata-rata tidak lebih 1% dari

porsi halaman untuk bahasan penelitian kualititatif.

Sampai suatu ketika saya menemukan buku berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif: Teori

dan Aplikasi” karya Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, diterbitkan oleh Rajawali

Pers, cetakan pertama tahun 2005, ber-ISBN 979-769-008-3. Saya sangat mengapresiasi

“ketegasan” para penulisnya yang secara jujur menjuduli bukunya sebagai “Metode

Penelitian Kuantitatif”. It’s all about quantitative method! Pembaca tidak akan “tertipu”

karena buku ini memang fokus membahas metode penelitian kuantitatif. Ada bahasan tentang

kualitatif namun hanya sebagai pengantar yang memaparkan perbedaannya dengan penelitian

kuantitatif dan bagaimana memadu-padan kedua penelitan tersebut.

Selain “kejujuran” para penulisnya, keunggulan lain buku ini adalah berlimpahnya contoh-

contoh sederhana mengenai konsep yang sedang dibahas, tak rumit dan begitu mudah

dimengerti. Buku ini mengambil contoh kasus dari hasil penelitian seorang mahasiswi FISIP

UI, sehingga pembaca seolah-olah dituntun dan diajak terlibat dalam pengalaman si

mahasiswi dalam menyusun skripsinya, mulai dari merumuskan masalah, membuat disain

penelitian, mengumpulkan data, menganalisis, hingga menyusun laporan penelitian. Utuh,

komprehensif, dan holistik.

Pada bagian akhir buku ini (bab 10), disajikan sejumlah kasus yang dapat mempertajam

pemahaman pembaca terhadap metode penelitian kuantitatif. Bentuknya seperti kuis.

Pembaca disarankan untuk mencoba menjawab tanpa melihat kunci jawaban yang juga

tersedia. Saya sangat menyarankan buku ini untuk mereka yang berniat mendalami metode

penelitian khususnya kuantitatif, dan para mahasiswa yang sedang mempersiapkan

skripsinya. Dijamin tidak menyesal, Anda akan dituntun menjadi seorang peneliti kuantitatif

yang handal dengan dasar konseptual yang kokoh.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup

aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4)

pengumpulan data, dan (5) analisis data.

 

3.1.      Rancangan Penelitian

Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk

setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan

sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai

dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental,

rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk

mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-

variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu

mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam

subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau

dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau

penelitian  historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini

dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara

variabel-variabel tersebut

3.2.      Populasi dan Sampel

Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil

sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh

anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam

penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam

penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya.

Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya

sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat.

Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat

mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan

kriteria terpenting dalam pemilihan sampel  dalam kaitannya dengan maksud

menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel

semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan

kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas  dalam bagian Populasi dan

Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian,

(b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.

3.3.      Instrumen penelitian

Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang

diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data

atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat

apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau

dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas.

Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen.

Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban

untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan.

Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau

kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus

disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan

yang dipakai. Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang

tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena

itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.

3.4.      Pengumpulan Data

Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan

untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses

pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti

menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara

pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan

ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu

dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.

 

3.5.      Analisis Data

Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada

dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam

statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis

analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi

pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang

pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan

kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan

karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik

analisis sejenis dalam statistik nonparametrik.

Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi),

sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu. Di samping

penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan

pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka

pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis

data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis

ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu

disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows.

3.6.      Landasan

Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah

haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji

persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum

mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang

relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan

Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang

mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian

pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti

dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah

diajukan Bab I.

Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan

adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan

menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian

dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil

penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian

pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi,

laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan

resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah

terhadap temuan temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer    , yaitu

bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian.

Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi,

berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang

dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat

diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka

dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan

atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan

bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran

(kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting

karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin

sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat

berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal

serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan

untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

3.7.      Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks.

Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk

dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang

disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan.

Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama

penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2.

tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.

BAB IV

PENUTUP

4.1      Kesimpulan

Berdasarkan   analisis   hasil   penelitian   dan   pembahasan   dapatlah disimpulkan antara

lain :

1)       DPRD memiliki fungsi :

o legislasi,berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah

o anggaran,Kewenangan dalam hal anggaran daerah (APBD)

pengawasan,Kewenangan mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan lainnya serta

kebijakan pemerintah daerah

Tugas dan wewenang DPRD :

Membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.

Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai

anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) yang diajukan oleh kepala daerah.

Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.

Mengusulkan:

o Untuk DPRD provinsi, pengangkatan/pemberhentian gubernur/wakil gubernur

kepada Presiden melalui Menteri dalam negeri untuk mendapatkan

pengesahan pengangkatan/pemberhentian.

o Untuk DPRD kabupaten, pengangkatan/pemberhentian bupati/wakil bupati

kepada Gubernur melalui Menteri Dalam Negeri.

o Untuk DPRD kota, pengangkatan/pemberhentian wali kota/wakil wali kota

kepada Gubernur melalui Menteri Dalam Negeri.

Memilih wakil kepala daerah (wakil gubernur/wakil bupati/wakil wali kota) dalam hal

terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah.

Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana

perjanjian internasional di daerah.

Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan

oleh pemerintah daerah.

Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan

pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2)         a.         Partisipasi masyarakat mempunyai kontribusi yang cukup signifikan

Untuk mencegah dan mengeliminir terjadinya praktek KKN dalam pembentukan kebijakan-

kebijakan daerah, namun patut disesalkan sampai saat ini partisipasi masyarakat tersebut

belum sepenuhnya dapat terealisir;

b.         Keterbukaan memberikan akses yang cukup signifikan untuk pendidikan politik

rakyat daerah guna menghasilkan kebijakan daerah yang aspiratif, partisipatif dan

demokratis.

4.2         Saran

Saran yang saya diajukan dari penelitian ini antara lain :

a. Agar Perda tentang mekanisme partisipasi masyarakat untuk mengkritisi perencanaan

dan pembentukan kebijakan daerah dalam jajaran Pemda Kabupaten Sidoarjo segera

dapat direalisir;

b. Agar segera ditempuh upaya-upaya kreatif dan dinamis untuk memberdayakan

masyarakat  guna  berpartisipasi mengeleminir dan  memberantas praktek-praktek KKN

dalam setiap kebijakan daerah, baik langsung maupun tidak langsung dalam jajaran

Pemda Kabupaten Sidoarjo

c. Agar tata tertib yang sudah di buat bisa dilaksanakan sebaik-baiknya oleh para anggota

DPRD Kabupaten Sidoarjo.

DAFTAR PUSTAKA

Soleh Soemirat dan Elfinaro, Dasar-dasar Public Relations, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2007

Gerald, et al., Sistem pendekatan Kuantitatif (1981)

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan

Aplikasi, Rajawali Pers, cetakan pertama tahun 2005