BAB I yg baru

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2007). Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Aziz, 2004). 1

description

iwjdnijwj wjndiwqjdiw jndjkdn jndjknwdjew jndjbhewj jdnjkndjwen dhbchdcbhd djhbcjdh fdjncjdncjdui djcnjcnh djncjdbvn djhcjdchbchbfdjncsjdksmncjdnmnc jmndjkskx n jcmnjc mjncmxcnjdksm,jiklsalk;lwqqwqpoidwjidehucdudcbhcfhjcfdvfhfchcdduuduiduiideueueueuddhdhdjsm xjxnnnnnjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj

Transcript of BAB I yg baru

Page 1: BAB I yg baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

optimal (Depkes RI, 2007).

Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan

pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat

atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan

pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit.

Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan

manfaat klinik yang optimal (Aziz, 2004).

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat

yang cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnya penyakit di

masyarakat tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong

masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga

efisien dalam hal biaya. Berkenaan dengan hal tersebut, swamedikasi menjadi

alternatif yang diambil masyarakat (Kuswanto, 2003).

1

Page 2: BAB I yg baru

Salah satu penyakit yang sering dilakukan swamedikasi yaitu penyakit

gastritis (maag). Sebagian besar sakit maag ternyata bukan disebabkan oleh

kerusakan pada organ lambung. Pola makan yang tidak teratur, stres dan kecemasan

lebih dominan menyebabkan maag terutama di kota besar seperti Jakarta. Asam

lambung akan meningkat jika seseorang mengalami stres, sehingga jika ada luka yang

dalam, tentunya peningkatan asam lambung akan memperhebat keluhannya

(Aep, 2009).

Riset yang dilakukan oleh Brain Co dan Kalbe Farma pada tahun 2007

menunjukkan, 60% warga Jakarta menderita sakit maag. Sekitar 70-80% di antaranya

merupakan kategori maag fungsional, yang lebih banyak dipicu oleh faktor psikis dan

pola makan tidak sehat. Tuntutan pekerjaan yang begitu tinggi sering membuat

karyawan melupakan waktu untuk makan. Padahal jika tidak diatasi, sakit maag yang

berawal dari stres dan pola makan tidak sehat bisa berlanjut menjadi komplikasi lebih

lanjut. Di antaranya adalah infeksi akut pada lambung dan bahkan yang lebih parah

adalah kanker lambung (Virginia, 2010).

Pada satu kelompok orang, sekitar 30-40% mengalami gangguan sakit maag

atau ganguan penyakit gastritis. Angka ini menunjukkan bahwa jumlah penderita

maag tidak sedikit dan sudah umum dialami banyak orang. Umumnya 80% penyakit

maag termasuk jenis fungsional. Maksudnya, tidak ada kelainan pada saluran cerna,

namun disebabkan oleh stres, kurang tidur, beban pekerjaan, juga makan tidak teratur.

Sisanya 20% termasuk organik, yaitu ada kelainan pada organ pencernaan, seperti

luka pada lambung atau kerongkongan. Suatu kali akan bermasalah jika yang

2

Page 3: BAB I yg baru

kelainan ini tidak diobati dengan baik. Karena keluhan maag bisa jadi keluhan

penyakit lainnya (Cohen, 2006).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang (2011). Dari seluruh data

penyakit yang terdapat di kota Palembang pasien dengan gastritis tercatat sebanyak

4.479 (7.30%) penderita. Penyakit gastritis tahun 2011 menempati 10 penyakit

terbesar di kota Palembang dan gastritis berada pada urutan ke -5.

Sedangkan menurut data dari Medical record RSI Siti Khadijah penderita

Gastritis tahun 2009 berjumlah 74 (15,0%) penderita, tahun 2010 berjumlah 182

(13,2%) penderita, tahun 2011 berjumlah 331 (24,4%) penderita. Hal ini menunjukan

bahwa angka penderita Gastritis masih tinggi di kota Palembang.

Kejadian gastritis yang setiap tahunnya meningkat, dan sangat mempengaruhi

sistem pencernaan pada tubuh, sehingga banyaknya usaha yang di lakukan untuk

mencegah kekambuhan pada penyakit gastritis. Mulai dari pergi langsung ke

puskesmas, rumah sakit dan balai pengobatan lainnya, ternyata berdasarkan fakta

perubahan gaya hidup sangat penting selain obat-obatan ataupun perawatan langsung

dari tim medis. Jika penderita maag terlalu stres, maka dia harus berusaha

mengendalikan stresnya. Begitu juga mengubah kebiasaan yang tidak baik, seperti

kebiasaan makan tidak teratur, merokok, konsumsi obat reumatik tanpa aturan, semua

harus dikendalikan bahkan dikurangi (Aep, 2009).

Bedasarkan penelitian yang telah di lakukan oleh Oktavia Purwaningsing

(2009) mengenai gastritis dengan judul penelitiannya yaitu “Hubungan antara pola

makan dengan frekuensi kekambuhan penyakit gastritis di RS Wismarani Prengsewu

3

Page 4: BAB I yg baru

2009” di dapatkan bahwa hasil dari penelitiannya menyatakan pola makan

mempengaruhi kejadian penyakit gastritis di RS Wismarani Prengsewu, namun bukan

menjadi faktor pencetus pada penyakit gastritis. Dari wawancara dan observasi dapat

di ketahui bahwa sekitar 50% yang mengalami kekambuhan Gastritis di sebabkan

pola makan.

Pada zaman globalisasi sekarang ini tidak dipungkiri bahwa tidak hanya

karyawan saja yang banyak menderita maag tetapi juga mahasiswa. Banyaknya

kegiatan didalam maupun diluar kampus membuat tingkat stres karena beban

perkuliahan dan pola makan yang tidak teratur menjadi tinggi di kalangan mahasiswa.

Dan hal ini juga banyak dialami oleh mahasiswa di Akademi Keperawatan Pembina

Palembang yang khususnya tinggal di asrama, Dari hasil survei pendahuluan peneliti,

dapat disampaikan bahwa dari 65 orang mahasiswa yang tinggal di asrama telah

disurvei sebanyak 18 orang diantaranya menjawab bahwa mereka menderita penyakit

gastritis (maag) dan pernah melakukan swamedikasi untuk mengatasi keluhan maag.

Sedangkan beberapa diantaranya mengaku hanya sering mengalami keluhan sakit

maag, dikarenakan telat makan dan tidak efektifnya porsi makan, dari survei awal

inilah peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang hubungan

pola makan dengan penyakit gastritis (maag).

Dari beberapa fakta yang telah diuraikan tentang gastritis (maag) diatas, maka

peneliti tertarik untuk meneliti tentang Analisis Pengetahuan Mahasiswi Keperawatan

Yang Tinggal Di Asrama Tentang Hubungan Pola Makan Dengan Penyakit Gastritis

Di Akademi Keperawatan Pembina Palembang 2012.

4

Page 5: BAB I yg baru

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas yang telah di kemukakan. Maka peneliti

tertarik untuk meneliti mengenai “Bagaimana pengetahuan mahasiswi yang tinggal

di asrama mengenai hubungan pola makan dengan penyakit gastritis di Asrama

Putri Pembina Palembang ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diperolehnya informasi mendalam mengenai pengetahuan mahasiswi

keperawatan yang tinggal di asrama tentang hubungan pola makan dengan

penyakit gastritis di Asrama Putri Pembina Palembang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diperolehnya informasi mendalam tentang pengetahuan mahasiswi yang

tinggal di asrama mengenai jenis makanan yang menjadi penyebab

penyakit gastritis di Asrama Putri Pembina Palembang

b. Diperolehnya informasi mendalam tentang pengetahuan mahasiswi yang

tinggal di asrama mengenai frekuensi makan untuk mencegah penyakit

gastritis di Asrama Putri Pembina Palembang

c. Diperolehnya informasi mendalam tentang pengetahuan mahasiswi yang

tinggal di asrama mengenai porsi makan pada penyakit gastris di Asrama

Putri Pembina Palembang.

5

Page 6: BAB I yg baru

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman bagi peneliti sebagai dasar untuk mengembangkan

diri di masa yang akan datang dan mendapatkan informasi yang berharga

tentang pengetahuan mahasiswa tentang pola makan dengan kekambuhan

penyakit gastritis di Asrama Putri Pembina Palembang.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna sebagai bahan

informasi dan dapat menambahkan sebagai bahan kepustakaan diinstalasi

pendidikan program diploma tiga.

1.4.3 Bagi Asrama

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi mahasiswi kesehatan di

Asrama Putri Pembina Palembang dalam penanganan tentang gastritis.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini akan dilakukan di Asrama Putri Pembina Palembang. Mengenai

pengetahuan mahasiswi tentang hubungan pola makan dengan penyakit gastritis.

Penelitian ini di fokuskan pada mahasiswi yang tinggal di asrama. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode wawancara mendalam dan

observasi. Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Mei – Juni 2012.

6