BAB I - Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh...

24
CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI ALAT PEREDA PRAKTIK MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) Oleh: Syaiful Iqbal, SE., MSi., Ak. (Universitas Brawijaya Malang) Nurul Fachriyah, SE., Ak. (Universitas Brawijaya Malang) Abstract The purposes of study are to examine the influences of corporate governance mechanisms on the earnings management practices; to explore the type of those influences; and to drive a conclusion which is the corporate governance mechanism applied to reduce the earnings management practices. That information will be interesting empirical evidences about the affectivity of corporate governance mechanism to minimize earnings management practices in the companies. The earnings management indicated by discretional accrual, and the corporate governance mechanism performed by management and institutional ownership, board of directors’ size, and audit committee. A number consist of 300 firm-years, as study sample, were taken from 329 firms listed in the JSX, on the period of 2000-2006. The sample selected based on purposive sampling method. The Ordinary Least Squares Regression was run to drive the conclusion in the significance level of 5%. The result shows simultaneously all of corporate governance variables have significant influence on the earnings management. Unfortunately, it doesn’t supported by the partial result. T-test result explains the managerial ownership has negative direction and both the board of directors’ size and the audit committee have positive pattern. Beside, the institutional ownership has not any influence on the management practices. These facts indicate all mechanism of corporate governance except the institutional ownerships and the audit committee could be applied in order to minimize earnings management practices. Keywords : Earnings Management, Discretionary Accrual, and Corporate Governance. PENDAHULUAN Manajemen laba (earnings management) merupakan tindakan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan untuk mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu, walaupun dalam jangka panjang (laba kumulatif) tidak terdapat perbedaan laba yang dapat 1

Transcript of BAB I - Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh...

Page 1: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI ALATPEREDA PRAKTIK MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT)

Oleh:Syaiful Iqbal, SE., MSi., Ak.

(Universitas Brawijaya Malang)

Nurul Fachriyah, SE., Ak. (Universitas Brawijaya Malang)

Abstract

The purposes of study are to examine the influences of corporate governance mechanisms on the earnings management practices; to explore the type of those influences; and to drive a conclusion which is the corporate governance mechanism applied to reduce the earnings management practices. That information will be interesting empirical evidences about the affectivity of corporate governance mechanism to minimize earnings management practices in the companies. The earnings management indicated by discretional accrual, and the corporate governance mechanism performed by management and institutional ownership, board of directors’ size, and audit committee. A number consist of 300 firm-years, as study sample, were taken from 329 firms listed in the JSX, on the period of 2000-2006. The sample selected based on purposive sampling method. The Ordinary Least Squares Regression was run to drive the conclusion in the significance level of 5%. The result shows simultaneously all of corporate governance variables have significant influence on the earnings management. Unfortunately, it doesn’t supported by the partial result. T-test result explains the managerial ownership has negative direction and both the board of directors’ size and the audit committee have positive pattern. Beside, the institutional ownership has not any influence on the management practices. These facts indicate all mechanism of corporate governance except the institutional ownerships and the audit committee could be applied in order to minimize earnings management practices.

Keywords : Earnings Management, Discretionary Accrual, and Corporate Governance.

PENDAHULUANManajemen laba (earnings management) merupakan tindakan manajemen dalam proses

penyusunan laporan keuangan untuk mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu, walaupun dalam jangka panjang (laba kumulatif) tidak terdapat perbedaan laba yang dapat diidentifikasi sebagai suatu keuntungan (Fischer dan Rosenzweig, 1995, dalam Agnina, 2004; Scott, 1997, hal. 294; dan Surifah, 1999). Masalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan. Lebih jauh lagi, manajemen sebagai pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih cepat, lebih banyak, dan lebih valid daripada pemegang saham (information asymmetry) sehingga memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi dengan berorientasi pada angka laba, yang dapat menciptakan kesan (prestasi) tertentu.

Agency theory memberikan gambaran bahwa masalah manajemen laba dapat dieliminasi dengan pengawasan sendiri melalui good corporate governance. Bahwa praktik manajemen laba

1

Page 2: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

yang dilakukan oleh manajer dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring untuk menyelaraskan (alignment) ketidaksejajaran kepentingan pemilik dan manajemen, yaitu: pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976); kedua, dengan kepemilikan saham oleh investor institusional (Midiastuty dan Machfoedz, 2003), dengan pertimbanganbahwa mereka dapat dianggap sebagai sophisticated investor yang tidak dengan mudah bisa “dibodohi” oleh tindakan manajer (Bushee, 1998); dan ketiga, melalui peran monitoring yang dilakukan oleh dewan direksi (board of directors).

Cadbury Committee mendefinisikan corporate governance sebagai “suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi (Tjager et al, 2003, hal. 26)”. Pengertian yang lebih luas mengklasifikasikan corporate governance ke dalam dua perspektif yaitu perspektif sempit dan perspektif luas. Dalam perspektif sempit, corporate governance didefinisikan sebagai mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Sedangkan dalam perspektif luas, corporate governance didefinisikan dalam pengertian sejauh mana perusahaan telah dijalankan dengan cara yang terbuka dan jujur untuk mempertebal kepercayaan masyarakat luas terhadap mekanisme pasar, meningkatkan efisiensi dalam alokasi sumber daya langka baik dalam skala domestik maupun internasional, memperkuat struktur industri, dan akhirnya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat luas.

Bamhart, dan Rosenstein, 1998, dalam Midiastuty dan Machfoedz, 2003, mengemukakan mekanisme corporate governance meliputi mekanisme internal, seperti adanya struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif; dan mekanisme eksternal, seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan institusional, dan tingkat pendanaan dengan hutang (debt financing). Sedangkan menurut Veronica dan Bachtiar, 2004, beberapa mekanisme corporate governance antara lain diwujudkan dengan adanya dewan direksi, komite audit, kualitas audit, dam kepemilikan institusional.

Untuk lebih dapat mencapai good corporate governance, selain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan dewan direksi, peranan komite audit juga diperlukan untuk lebih meningkatkan lagi kualitas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan sesuai dengan tugas-tugasnya. Hal ini seperti diungkap penelitian Wedari, 2004, yang menemukan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh dengan arah negatif secara signifikan dengan aktivitas manajemen laba, sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan komite audit mampu mengurangi aktivitas manajemen laba.

Penelitian empiris lainnya menemukan hasil yang beragam atas hubungan mekanisme-mekanisme corporate governance dengan manajemen laba. Hasil kelompok pertama menyebutkan terdapat hubungan signifikan antara mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba (Warfield et al., 1995; Gabrielsen, et al., 1997; Wedari, 2004; Rajgofal et al., 1999; Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Kelompok berikutnya memperoleh hasil tidak terdapat kontribusi signifikan mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba (Veronica dan Bachtiar, 2004; Wedari, 2004; Widyaningdyah, 2001; dan Darmawati, 2003).

Atas dasar uraian tentang praktik manajemen laba, potensi corporate governance sebagai alat kontrol manajemen laba, dan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang berusaha melihat efektifitas corporate governance di atas, maka terasa penting dilakukan pengujian atas masalah Apakah corporate governance memiliki pengaruh terhadap aktivitas praktik manajemen laba?; Bagaimanakah pengaruh corporate governance terhadap praktik manajemen laba?; dan dapatkah

2

Page 3: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

corporate governance dijadikan sebagai alat untuk mengendalikan adanya praktik manajemen laba? Rangkaian pertanyaan ini berusaha dijawab dalam karya dengan judul “CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI ALAT PEREDA PRAKTIK MANAJEMEN LABA (EARNINGS MANAGEMENT). Jawaban atas pertanyaan tersebut merupakan bukti empiris tentang efektifitas mekanisme corporate governance dalam mengendalikan adanya praktik manajemen laba di perusahaan. Bukti empiris ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran yang mampu menjustifikasi bahwa corporate governance merupakan sebuah alat yang sangat penting untuk dicermati lebih lanjut dan diformulasikan sebagai sesuatu yang baku untuk mereduksi praktik manajemen laba dalam suatu perusahaan.

Selanjutnya studi disajikan dalam serangkaian pembahasan tentang Rerangka Teoritis dan Hipotesis yang Diuji, Metoda Pengujian yang Digunakan, Analisis dan Pembahasan, dan Simpulan beserta Implikasi yang mungkin terjadi dan penjelasan tentang Keterbatasan Study. Daftar Rujukan dan Lampiran yang terkait menjadi bagian penutup dari penyajian hasil study ini.

RERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESISFenomena manajemen laba telah banyak dijadikan objek penelitian di bidang akuntansi

dan keuangan. Banyak yang mencoba mengungkapkan keberadaan manajemen laba yang dihubungkan dengan faktor atau keadaan tertentu yang mempengaruhinya. Good corporate governance merupakan salah satu cara untuk mengatasi praktik manajemen laba. Sebagian besar penelitian tentang variasi corporate governance di tingkat perusahaan dilakukan di Amerika dan negara-negara anggota OECD, penelitian yang dilakukan di negara yang sedang berkembang masih sangat sedikit dilakukan (Darmawati, Khomsiyah dan Rahayu, 2005). Penelitian untuk menguji pengaruh mekanisme-mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba yang menggunakan data pasar modal Indonesia, masih sangat sedikit dilakukan. Hanya ada beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data pasar modal Indonesia seperti Fidyati, 2004, yang meneliti mengenai hubungan mekanisme corporate governance yang terdiri atas kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham publik, dan Big-6-Auditor terhadap indikasi manajemen laba yang dilakukan pada periode sebelum Seasoned Equity Offering (SEO), penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan dengan manajemen laba, sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Midiastuty dan Machfoedz, 2003, menemukan bahwa mekanisme corporate governance mempunyai hubungan terhadap kualitas laba dan manajemen laba. Hasil penelitian Midiastuty dan Machfoedz menemukan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap discretionary accrual, dan ukuran dewan direksi mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap discretionary accrual.

Mekanisme good corporate governance yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, dan komite audit. Beberapa penelitian mendukung adanya pengaruh variabel mekanisme-mekanisme diatas.

Sehubungan dengan kepemilikan saham perusahaan, penelitian yang dilakukan oleh Warfield et al., 1995, dalam Midiastuty dan Machfoedz, 2003, menguji hubungan kepemilikan manajerial dengan kandungan informasi dari laba (information content of earnings) dan discretionary accrual dengan menggunakan data pasar modal Amerika, menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan manajemen laba dan berhubungan positif dengan kandungan informasi yang diproksikan dengan ERC (Earning Response Coefficient).

3

Page 4: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

Hasil ini mengindikasikan bahwa kepemilikan manajerial dapat mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan manipulasi, sehingga laba yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan tersebut. Sedangkan Rajgofal et al., 1999, dalam Midiastuty dan Machfoedz, 2003, menemukan hubungan negatif antara kepemilikan oleh investor institusional dengan perilaku manajemen laba yang diukur dengan nilai absolut dari discretionary accruals. Hasil ini mengindikasikan manajer mengakui bahwa investor institusional adalah informed investor dibandingkan dengan investor individual. Sehingga dapat mengurangi motivasi manajer untuk memanipulasi laba sebab investor institusional tidak mudah “dibodohi”. Mereka juga menemukan bahwa jika kepemilikan institusional meningkat, harga saham cenderung untuk mencerminkan proporsi informasi future earnings yang relatif lebih besar daripada current earnings. Hasil ini sesuai dengan anggapan bahwa investor institusional tidak berfokus pada laba sekarang dibandingkan investor individual.

Selain itu terdapat hasil penelitian empiris yang telah membuktikan adanya hubungan antara peran pengawasan oleh dewan direksi dengan kualitas pelaporan keuangan. Chotorou et al., 2001, menemukan bahwa ukuran dewan direksi yang besar dapat memonitor proses pelaporan keuangan dengan lebih efektif dibandingkan dengan ukuran dewan direksi yang kecil. Apabila dewan direksi dapat melaksanakan fungsi monitornya dengan baik, maka dapat diharapkan peluang terjadinya praktik manajemen laba dapat diminimumkan. Sedangkan Dechow et al., 1996, meneliti perusahaan-perusahaan yang menjadi subyek tindakan pelaksanaan akuntansi oleh SEC karena diduga keras melakukan pelanggaran terhadap Generally Accepeted Accounting Principal (GAAP) sehingga laba yang dilaporkan overstatement. Mereka menemukan bukti bahwa struktur corporate governance memainkan peranan penting dalam membatasi manajemen laba.

Darmawati, 2003, menguji pengaruh praktik-praktik corporate governance dalam suatu perusahaan terhadap praktik manajemen laba melalui akrual diskresioner. Mekanisme corporate governance yang diuji adalah kualitas dewan direksi, komite audit, kepemilikan institusional, kualitas hubungan perusahaan dengan stakeholders, transparansi dan akuntabilitas, pelaksanaan RUPS dan perlakuan terhadap pemegang saham minoritas. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 34 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini belum berhasil menemukan hubungan antara mekanisme corporate governance, selain kualitas hubungan perusahaan dengan terhadap stakeholders, dengan manajemen laba.

Midiastuty dan Machfoedz, 2004, menguji pengaruh beberapa mekanisme corporate governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan karakteristik dewan direksi terhadap manajemen laba dan kualitas laba dengan menggunakan sampel 85 perusahaan yang dilakukan dengan metode penggabungan data (pooling data). Mereka menemukan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berhubungan negatif dengan manajemen laba, sedangkan ukuran dewan direksi berhubungan positif dengan manajemen laba.

Penelitian yang berkaitan dengan komite audit, dilakukan oleh Wedari, 2004, dengan menggunakan sampel perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ, membuktikan bahwa adanya komite audit dalam perusahaan mampu mengurangi aktivitas manajemen laba. Selain itu variabel lainnya seperti kepemilikan manajerial dan institusional juga berhasil dibuktikan bahwa mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Veronica dan Bachtiar, 2004, juga menemukan hasil yang sama, bahwa eksistensi dari komite audit mampu membatasi praktik manajemen laba.

Hal ini mengindikasikan bahwa mekanisme kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran atau jumlah dewan direksi dan komite audit dalam perusahaan sebagai

4

Page 5: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

variabel mekanisme good corporate governance mampu mengurangi konflik kepentingan yang timbul dari hubungan keagenan antara manajemen dengan pemegang saham.Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi dan komite audit secara bersama-sama terhadap praktik manajemen laba (earnings management).

Berdasarkan teori keagenan, hubungan antara manajemen dengan pemegang saham rawan untuk terjadinya masalah keagenan. Untuk mengurangi masalah keagenan tersebut salah satunya adalah dengan adanya kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang. Dengan kepemilikan tersebut, manajemen akan merasakan langsung dampak dari setiap keputusannya termasuk dalam menentukan kebijakan hutang perusahaan (Arifin, 2004).

Jensen dan Mecklin, 1976, dalam Fidyati, 2004, menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian ini menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan dengan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya.

Midiastuty dan Machfoedz, 2003, melakukan penelitian dengan dua tujuan yaitu menguji pengaruh mekanisme corporate governance dengan manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual dan pengaruh mekanisme corporate governance dengan kualitas laba. Salah satu mekanisme yang diuji adalah kepemilikan manajerial. Penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan sangat signifikan terhadap discretionary accrual. Wedari, 2004, menemukan hasil yang berbeda, dimana kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba yang diukur dengan discretionary accrual, sedangkan Fidyati, 2004, mendukung hasil penelitian Midiastuty dan Machfoedz, 2003, bahwa kepemilikan manajerial memang mempunyai hubungan dengan arah negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Hasil ini menunjukkan bahwa di Indonesia kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme good corporate governance yang dapat mengurangi masalah ketidakselarasan kepentingan antara manajer dengan pemilik atau pemegang saham (shareholder).

Berdasarkan hasil beberapa penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial maka akan semakin mengurangi kecenderungan manajer melakukan earnings management. Oleh karena itu dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

Ho2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba (earnings management).

Masih menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem), yaitu ketidaksejajaran kepentingan antara principal dan agent. Hal ini memicu terjadinya manajemen laba. Kepemilikan saham oleh investor institusional atas saham perusahaan seperti yang dijelaskan sebelumnya, berperan untuk memonitor manajemen perusahaan dengan lebih efektif dan mempengaruhi manajer dalam pengambilan keputusan agar manajemen perusahaan tidak

5

Page 6: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

seenaknya bertindak untuk kepentingannya sendiri, dalam hal ini melakukan praktik manajemen laba.

Rajgopal et. al., 1999, seperti yang dikutip oleh Darmawati, 2003, melakukan penelitian dengan dua tujuan. Salah satunya adalah menguji hubungan antara kepemilikan institusional dan nilai absolut dari discretionary accrual. Ukuran ini berpotensi untuk memberi sinyal adanya manajemen laba (seperti, estimasi yang berhubungan dengan persediaan dan penentuan pengakuan pendapatan). Penentuan arah hubungan antara kepemilikan institusional dan discretionary accrual merupakan suatu hal yang sulit, karena adanya berbagai penjelasan yang saling berlawanan. Di satu sisi, terdapat anggapan bahwa investor institusional menekan manajemen untuk mencapai tujuan laba yang dihasilkan oleh manajemen laba. Di sisi lain, investor institusional memiliki keunggulan dalam perolehan dan pemrosesan informasi dibandingkan investor individual. Jika manajer mengakui keunggulan ini, manajemen akrual akan berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional. Dengan demikian, hasil penelitian konsisten dengan pandangan bahwa investor institusional relatif canggih dan kurang mungkin, dibandingkan dengan investor individual, untuk disesatkan oleh manipulasi laba yang tercermin dalam akrual. Namun penelitian Darmawati, 2003, menemukan hasil yang berbeda bahwa kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

Rajgofal, Venkatachalam dan Jiambalvo, 1999, dalam Fidyati, 2004, membuktikan adanya hubungan negatif antara kepemilikan investor institusional dengan perilaku earnings management yang diukur dengan nilai absolut discretionary accrual. Penelitian ini menyimpulkan bahwa manajer sadar bahwa investor institusional tidak mudah dibodohi dan dapat melakukan analisa lebih bagus dari investor lain. Investor institusional tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer sehingga manajer akan menghindari earnings manajement. Penelitian Fidyati, 2004, juga menemukan hal yang sama bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap perilaku manajemen laba dengan arah yang negatif, sedangkan penelitian Wedari, 2004, menemukan bahwa kepemilikan institusional menemukan hasil yang sama juga bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap perilaku manajemen laba namun dengan arah yang positif.Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan diuji hipotesis:

Ho3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional terhadap praktik manajemen laba (earnings management).

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya direksi dipilih oleh pemegang saham untuk mewakili mereka dalam hal mengawasi kinerja manajemen agar tidak merugikan pemegang saham. Topik dewan direksi bisa berhubungan dengan komposisi maupun ukurannya. Hubungan antara komposisi dewan direksi dengan kemungkinan dilakukannya manajemen laba merupakan suatu hal yang penting diperhatikan dalam disiplin akuntansi. Hasil penelitian Dechow, 1996, seperti yang dikutip oleh Darmawati, 2003, dengan membandingkan perusahaan yang dikenai tindakan peringatan Securities and Exchange Commission (SEC) berkenaan dengan dilakukannya manajemen laba, menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi laba lebih besar kemungkinan memiliki dewan direksi yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinan memiliki CEO yang secara simultan juga sebagai Chairman of the Board. Sejalan dengan hasil penelitian Beasly, 1996, terhadap 75 perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan dan 75 perusahaan yang tidak melakukan kecurangan laporan

6

Page 7: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

keuangan, menemukan bahwa perusahaan yang tidak curang memiliki dewan direksi yang persentase anggota luarnya lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang curang.

Widyaningdyah, 2001, menemukan bahwa ukuran dewan direksi sebagai mekanisme corporate governance tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan Midiastuty dan Machfoedz, 2003, menemukan bahwa ukuran dewan direksi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap manajemen laba.Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan diuji hipotesis:

Ho4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran atau jumlah dewan direksi terhadap praktik manajemen laba (earnings management).

Komite audit yang dipilih oleh komisaris hendaknya sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bursa Efek Jakarta dan pasar modal, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hal ini diharapkan akan membatasi ruang gerak manajemen untuk melakukan manajemen laba. Selanjutnya dalam pelaksanaan tugasnya, komite audit dengan proporsi anggota eksternal yang cukup besar dan dengan pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan perusahaan dan keuangannya, diharapkan dapat mengurangi praktik manajemen laba dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan komite audit lebih efektif dalam memonitor laporan keuangan perusahaan (Xie, et al., 2003). Oleh karena itu sebaiknya komite audit memiliki intensitas pertemuan yang cukup untuk dapat lebih baik dalam memonitor masalah seperti manajemen laba. Tanpa pertemuan yang lebih rutin komunikasi yang lebih baik lagi tidak akan tercapai.

Sehubungan dengan komite audit yang diteliti dalam penelitian ini, DeFond dan Subramayam, 1998, dalam Wedari, 2004, mempostulatkan bahwa resiko litigasi klien dapat mempengaruhi pilihan akuntansi auditor untuk lebih konservatif daripada manajemen, bagi klien yang berisiko. Hal ini berarti komite audit dapat mengurangi aktivitas manajemen laba.Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan diuji hipotesis:

Ho5 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara komite audit terhadap praktik manajemen laba (earnings management).

METODA PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian empiris dengan menggunakan sampel yang diambil dari

populasi dengan metoda purposive sampling. Populasinya adalah perusahaan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Adapun kriteria purposive sampling meliputi sampel adalah:1. Perusahan dalam satu sektor industri, manufaktur, dengan maksud menghindari bias dari

ragam jenis industri dan jumlah sampel.2. Perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Jakarta perioda tahun 2000 hingga tahun

2006. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM tahun 2000 bahwa perusahaan go public harus menerapkan good corporate governance.

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan dengan perioda yang berakhir 31 Desember.

4. Perusahaan yang memiliki data yang lengkap sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

7

Page 8: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

Berdasarkan kriteria penyampelan tersebut perusahaan yang dapat dijadikan anggota sampel penelitian adalah sebanyak 60 perusahaan selama lima tahun (300 tahun-perusahaan). Statistik deskriptif data sample selama perioda penelitian sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini selengkapnya disajikan pada lampiran.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba (earning management) yang merupakan manifestasi bentuk intervensi manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan mereka sendiri. Variabel ini diproksi dengan discretionary accruals yang dihitung menggunakan Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow et al., 1995. Model ini lebih mampu mendeteksi discretionary accruals daripada Model Jones, 1991; Model Healy, 1985; Model DeAngelo, 1986; dan Model Industri.

Variabel independen penelitian meliputi empat variabel yang merupakan wujud mekanisme corporate governance dalam perusahaan, yaitu:1. Kepemilikan manajerial (KM), yang didefinisikan sebagai proporsi kepemilikan

pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris).

2. Kepemilikan institusional (INST), yang didefinisikan sebagai proporsi saham yang dimiliki oleh institusi (blockholder).

3. Dewan direksi (DW), yang didefinisikan sebagai dewan yang dipilih oleh pemegang saham, bertugas mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, dengan tujuan kepentingan para pemegang saham. Variavel ini diatur sebagai variabel dummy dengan kriteria yang mengacu pada penelitian Jensen, 1993, dalam Widyaningdyah, 2001, bahwa perusahaan dengan jumlah dewan direksi 1-7 orang diberi skala 1 (diduga optimal dalam mengontrol manajemen) dan perusahaan yang mempunyai jumlah dewan direksi >7 orang diberi skala 0 (diduga tidak optimal dalam mengontrol manajemen).

4. Komite Audit (KA), yang didefinisikan sebagai keberadaan komite audit yang diimiliki oleh suatu perusahaan. Variabel ini juga diatur sebagai variabel dummy. Skala 1 untuk perusahaan yang memiliki komite audit dan skala 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki komite audit.

Atas variabel dependen dan independen dialakukan analisis regresi (OLS) dengan persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1KM + β2INST + β3DW + β4KA+ e

Analisis regresi dilakukan dengan mendasarkan pada hasil uji asumsi klasik Normalitas, Multikolonieritas, Autokorelasi, Linearitas, dan Heteroskedastisitas. Pengambilan simpulan dilakukan dengan mengunakan dasar perbandingan antara (1) F-tabel dan F-hitung; (2) t-tabel dan t-hitung atas output software SPSS. Perbandingan tersebut dikonfirmasikani dengan melihat angka sign. Test (P-Value) yang juga dihasilkan oleh software SPSS. Analisis dan Pembahasan

Hasil pengolahan data yang terdiri dari variabel independen dan variabel dependen dianalisis dengan menggunakan alat regresi berganda (OLS). Hasil analisis regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

8

Page 9: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

Tabel XHasil Analisis Regresi

Variabel Unstandardized Coefficients T hitung Sig. Keterangan

(Constant) -0,1862KM -0,0075 -2,082 0,039 Signifikan

INST 0,0004 0,364 0,716 Tidak SignifikanDW 0,1083 2,095 0,038 SignifikanKA 0,1228 2,601 0,010 Signifikan

RR SquareF hitungF tabelSign. Fα

= 0,3564= 0,1270= 6,3667= 2,370= 0,0001= 0,05

Sumber: data diolah Keterangan : - Jumlah data (observasi) = 300 - Dependent variabel : manajemen laba (Y)

Berdasar tabel X, model/persamaan regresi dapat ditulis kembali dalam bentuk numerik sebagai berikut:

Y= -0,1862 – 0,0075 KM + 0,0004 INST + 0,1083 DW + 0,1228 KA + e

Atas persamaan di atas dapat diinterpretasikan:1. α = -0,1862, Nilai konstanta ini menunjukkan besaran manajemen laba jika seluruh

variabel independen bernilai nol.

2. β1 = -0,0075, Nilai β1 menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel kepemilikan manajerial sebesar 1, maka manajemen laba akan menurun sebesar 0,0075 atau dengan kata lain setiap penurunan manajemen laba dibutuhkan kontribusi variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,0075%, Cateris Paribus.

3. β2 = 0,0004, Nilai β2 menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel kepemilikan institusional meningkat 1, maka manajemen laba akan meningkat sebesar 0,0004 atau dengan kata lain setiap peningkatan manajemen laba dibutuhkan kontribusi variabel kepemilikan institusional sebesar 0,0004%, Cateris Paribus.

4. β3 = 0,1083, Nilai β3 menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel jumlah dewan direksi, maka manajemen laba akan meningkat sebesar 0,1083 kali atau dengan kata lain setiap peningkatan manajemen laba merupakan kontribusi variabel dewan direksi sebesar 0,1083, Cateris Paribus.

5. β4 = 0,1228, Nilai β4 menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel, maka manajemen laba akan meningkat sebesar 0,1228 kali atau dengan kata lain setiap peningkatan manajemen laba merupakan kontribusi variabel komite audit sebesar 0,1228, Cateris Paribus.

9

Page 10: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

Pengujian Hipotesis H0 1

Angka R2 pada tabel X menunjukkan derajat kemampuan menjelaskan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, dan komite audit terhadap variabel manajemen laba. R2=0,127, angka ini menunjukkan bahwa keseluruhan variabel tersebut hanya dapat menjelaskan variasi perubahan manajemen laba sebesar 12,7% sedangkan sisanya, yaitu 87,3% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel penelitian.

F-test memperlihatkan pengaruh simultan ini dalam bentuk diperoleh Fhitung=6,3667, lebih besar dari F-tabel (2,370). Kondisi ini menunjukkan bahwa pengujian dengan menggunakan alat F-test berhasil menerima H01. Perhitungan tersebut didukung dengan nilai probabilitas (p-value)=0,000, kurang dari 5 %.

Pengujian Hipotesis H0 2 – H0 5

Alat statistic t-test digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil t-test dan besarnya t-tabel pada derajat signifikansi 5%.

Tabel XXPengujian Hipotesis

Hipotesis Nilai Status

H0 2 Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba

t = -2,082Sig.= 0,039ttabel = 1,960

H0 2 diterima

H0 3Variabel kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba

t = 0,364Sig.= 0,716ttabel = 1,960

H0 3 tidak diterima

H0 4Variabel dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba

t = 2,095Sig.= 0,038ttabel = 1,960

H0 4 diterima

H0 5Variabel komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba

t = 2,601Sig.= 0,010ttabel = 1,960

H0 5 diterima

Sumber: data diolah

Variabel kepemilikan manajerial (KM) memiliki nilai thitung -2,082. Nilai ini lebih kecil dari ttabel(-) (-2,082<-1,960). Dengan demikian pengujian menunjukkan H0 2 diterima. Selain itu angka signifikansi (p-value) yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,039. Hasil ini memperlihatkan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai thitung sebesar 0,364. Nilai ini lebih kecil dari ttabel(+) dan lebih besar dari ttabel(-) (-1,960<0,364<1,960). Dengan demikian pengujian menunjukkan Ho 3 tidak diterima. Selain itu angka signifikansi (p-value) yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 yaitu 0,716. Hasil ini memperlihatkan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh secara tidak signifikan terhadap manajemen laba.

10

Page 11: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

Variabel dewan direksi (DW) memiliki nilai thitung sebesar 2,095. Nilai ini lebih besar dari ttabel(+) (2,095 > 1,960). Dengan demikian pengujian menunjukkan Ho 4 diterima. Selain itu angka signifikansi (p-value) yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,038. Hasil ini memperlihatkan bahwa variabel dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Variabel komite audit (KA) memiliki nilai thitung sebesar 2,601. Nilai ini lebih besar dari ttabel(+) (2,601>1,960). Dengan demikian pengujian menunjukkan Ho5 diterima. Selain itu angka signifikansi (p-value) yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,010. Hasil ini memperlihatkan bahwa variabel komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Manajemen LabaHasil perhitungan terhadap nilai discretionary accrual dengan menggunakan model

perhitungan modifikasi Jones dapat menyiratkan bahwa selama periode sample penelitian terdapat praktik manajemen laba sebagai upaya untuk memainkan angka-angka yang tertera dalam laporan keuangan. Dari total sample sebayak 300 tahun-perusahaan dalam penelitian ini, sebanyak 60% yang terindikasi menurunkan tingkat labanya dengan nilai discretionary accrual yang negatif dan sisanya, 40%, memiliki nilai discretionary accrual yang positif, yang berarti menaikkan laba yang dilaporkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Djakman, 2003, dan Veronica dan Bachtiar, 2003, bahwa terdapat tanda-tanda praktik manajemen laba saat melakukan pelaporan kinerja kepada pihak eksternal.

Kepemilikan ManajerialBerdasarkan hasil pengujian di atas, bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh

secara signifikan terhadap praktik manajemen laba dengan arah hubungan negatif. Hubungan negative ini nampak dari koefisien regresi sebesar -0,0075 dengan tingkat signifikansi 0,039, yang berarti bahwa semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajemen maka akan semakin rendah praktik manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa di Indonesia, khususnya perusahaan go-public sektor industri manufaktur di BEJ, kepemilikan manajerial merupakan variabel determinan yang penting untuk mengurangi praktik manajemen laba. Aplikasi yang dapat dipraktikan adalah memperbesar kepemilikan manajerial dengan harapan bahwa pemilik saham (manajerial) akan ikut andil dalam pengawasan terjadinya manajemen laba, atau bahkan karena sebenarnya mereka yang melakukan manajemen laba maka mereka akan merasa rugi jika manajemen laba terjadi atas perusahaan yang mereka ikut memiliki sehingga manajemen laba tidak akan dilakukan. Dengan kata lain kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme good corporate governance. Hasil ini sesuai dengan penelitian Jensen dan Meckling, 1976, dan Warfield et al., 1995, yang menggunakan data dari pasar modal Amerika. Sedangkan di Indonesia, hasil ini sesuai dengan penelitian Midiastuty dan Machfoedz, 2003, dan Fidyati, 2004.

Kepemilikan InstitusionalDalam penelitian ini tidak terbukti bahwa kepemilikan saham oleh institusi berpengaruh

secara signifikan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan go-public sektor industri manufaktur di BEJ. Hasil ini konsisten dengan penelitian Darmawati, 2003, Veronica dan Bachtiar, 2004, yang menemukan bukti bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh secara tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajgofal et al., 1999; Midiastuty dan Machfoedz, 2003; dan Fidyati, 2004, yang

11

Page 12: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

mengatakan bahwa kepemilikan institusional dalam perusahaan berpengaruh secara signifikansi terhadap praktik manajemen laba.

Penyebab tidak signifikannya hubungan ini adalah karena dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan batasan ukuran kepemilikan institusi dan juga ukuran institusi sendiri. Institusi kecil kurang aktif memberikan tekanan pada aktivitas manajemen dibandingkan dengan institusi yang lebih besar. Selain itu, investor institusional dalam penelitian ini mungkin merupakan investor yang berorientasi jangka pendek, sehingga investor ini tidak mempertimbangkan prospek perusahaan dalam jangka panjang. Mereka juga tidak mempertimbangkan proses pembuatan angka dalam laporan keuangan karena satu hal yang mereka pertimbangkan adalah besarnya laba. Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan institusional tidak mampu menjadi salah satu mekanisme good corporate governance untuk mengurangi adanya praktik manajemen laba pada perusahaan sampel.

Ukuran Dewan DireksiSalah satu mekanisme, dalam teori keagenan, untuk semakin menyelaraskan kepentingan

pihak-pihak yang berkepentingan atas jalannya perusahaan adalah melalui pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) dengan peran monitoring oleh dewan direksi (board of directors) yang berkaitan dengan struktur dan jumlah dewan direksi. Dalam penelitian ini dapat dibuktikan bahwa ukuran dan jumlah dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap praktik manajemen laba, dimana arah hubungan ini adalah positif. Hal ini tercermin dari koefisien regresi sebesar 0,1083 dengan tingkat signifikansi 0,038 yang berarti semakin besar ukuran atau semakin banyak jumlah dewan direksi maka semakin tinggi manajemen laba yang diproksikan dengan tingkat discretionary accrual. Ini berarti ukuran dewan direksi yang kecil akan lebih efektif dalam menjalankan fungsi monitoringnya atas laporan keuangan, sehingga mengurangi kesempatan bagi manajer untuk memanipulasi laba. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Yermarck, 1996; Vafeas, 2000; dan Midiastuty dan Machfoedz, 2003, yang membuktikan bahwa ukuran atau jumlah dewan direksi adalah salah satu mekanisme good corporate governance yang dapat mengurangi konflik kepentingan yang timbul dari hubungan keagenan antara manajemen dan pemegang saham.

Komite AuditHasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit dalam perusahaan

berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,010, yang menandakan adanya pengaruh yang signifikan variabel komite audit terhadap praktik manajemen laba dengan arah hubungan positif yang ditandai dengan koefisien regresi sebesar 0,1228. Arah dari hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Wedari, 2004, yang menemukan bahwa komite audit mempunyai pengaruh secara negatif dan signifikan terhadap discretionary accrual. Artinya, secara rata-rata aktivitas manajemen laba antara perusahaan yang memiliki komite audit lebih rendah daripada perusahaan yang tidak memiliki komite audit.

Tetapi hasil penelitian ini menunjukkan perusahaan yang memiliki komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dengan arah yang positif. Peneliti menduga bahwa arah yang positif ini disebabkan karena perilaku manajemen laba oleh perusahaan yang memiliki komite audit akan dinilai positif oleh pasar, dimana pasar merasa manajemen laba sebagai motivasi untuk meningkatkan laba. Hal ini didukung oleh penelitian Veronica dan Bachtiar, 2004, yang menggunakan data pasar modal di Indonesia. Mereka

12

Page 13: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

menemukan bahwa interaksi antara discretionary accrual dan komite audit mempunyai hubungan secara positif dan signifikan dengan return. Hal ini juga menunjukkan bahwa perilaku manajemen laba pada perusahaan yang mempunyai komite audit memang akan dinilai positif, karena pasar merasa perilaku manajemen laba akan meningkatkan return. Dengan kata lain, komite audit dalam penelitian ini tidak menjalankan tugas dan perannya dengan baik sebagaimana yang diharapkan peneliti. Hasil ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit pada suatu perusahaan bukan merupakan jaminan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut independen dari kemungkinan praktik manajemen laba.

Simpulan, Keterbatasan, dan SaranDari hasil analisis dan diskusi sebelumnya, dapat diambil simpulan bahwa keseluruhan

variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan go-public industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Namun demikian, secara individual, tidak semua variable independent menunjukkan konfirmasi positif. Variabel kepemilikan manajerial (KM), ukuran dewan direksi (DW) dan komite audit (KA) berpengaruh secara signifikan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan go-public industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sementara variabel kepemilikan institusional (INST) berpengaruh terhadap praktik manajemen laba secara tidak signifikan. Sehingga praktik good corporate gonernance dengan mekanisme (1) Kepemilikan Manajerial dan (2) Dewan Direksi dapat digunakan sebagai alat untuk meredakan praktik manajemen laba, sementara praktik good corporate governance dengan mekanisme (1) Komite Audit dan (2) Kepemilikan Institusional belum menjadi jaminan dapat meredakan perilaku manajemen laba dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur.

Simpulan penelitian di atas tidak dapat dilepaskan dari keterbatasan penelitian: (1) Mekanisme corporate governance yang diuji masih terbatas pada keempat mekanisme tersebut yang bersifat kuantitatif dan berupa proksi serta adanya mekanisme yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi di Indonesia; (2) Variabel komite audit hanya menggunakan satu karakteristik, yaitu ada atau tidak adanya komite audit tanpa memasukkan karakteristik lain seperti kompetensi anggota komite audit, latar belakang pendidikan, pengalaman dsb; dan (3) Masih terdapat kemungkinan adanya variabel lain yang dapat dilibatkan dalam study ini tetapi belum/tidak terakomodasi dalam kesempatan ini. Hal ini nampak dari jumlah R2 yang hanya sebesar 12,7%.

Dengan segala keterbatasan yang melekat pada penelitian ini, untuk penelitian sejenis berikutnya, hendaknya menambah mekanisme-mekanisme corporate governance lainnya sebagai proksi yang lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia, memperpanjang perioda penelitian dengan periode atau rentang waktu yang berbeda, meningkatkan cara mengukur atau mendeteksi praktik manajemen laba atau menguji model mana yang lebih tepat untuk menghitung discretionary accrual yang lebih sesuai untuk diterapkan di Indonesia.

DAFTAR RUJUKANAgnes U. Widyaningdyah. 2001. ”Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings

Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 3(2), hal. 89-101.

Arifin et al. 2004. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang, Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta Kepemilikan Manajerial

13

Page 14: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

dan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan yang Dimediasi Oleh Kebijakan Hutang: Sebuah Perspektif Agency Theory. Malang: Universitas Brawijaya.

Belkaoi, Ahmed. 2000. Teori Akuntansi, diterjemahkan oleh Budi Pujiharto. Yogyakarta: AK GROUP.

C. D. Djakman. 2003. ”Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan Multi Papan Bursa Efek Jakarta”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya: Universitas Airlangga, hal. 147-162.

D. Darmawati, Khomsiyah, dan Rahayu R. G. 2005. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 8(1), hal. 65-81.

Damodar Gujarati. 1988. Ekonometrika dasar. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Dechow, Patricia, Richard G. Sloan, dan Amy P. Sweeney. 1995. “Detecting Earnings Management”, Accounting Review, pp. 193-225.

Deni Darmawati. 2003. ”Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 5(1), hal. 47-68.

Dini Anita Nuswantara. 2004. “The Effect of Market Share and Leverage Interaction Toward Earnings Management Practices”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar: Universitas Udayana, hal. 176-184.

Financial Accounting Standard Boards. 1987. Statement of Financial Accounting Concept No. 1. McGrawHill.

Fitri Ismiyanti dan Mamduh M. Hanafi. 2003. “Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen: Analisis Persamaan Simultan”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya: Universitas Airlangga, hal. 260-277.

Gina Agnina et al. 2004. Analisis Pengaruh Informasi Financial Leverages Terhadap Praktik Earnings Management Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Surabaya, Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya.

Indriani et al. 2002. Manfaat dan Fungsi Komite Audit dalam Mewujudkan Tata Pengelolaan Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance): Persepsi Manajemen Perusahaan Go-Public, Malang: Universitas Brawijaya.

Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Indonesia. Oktober-Desember. “Pedoman Pengelolaan Perusahaan yang Baik”, Jurnal Reformasi Ekonomi, 1(2), hal. 75-83.

Lilis Setiawati dan Ainun Na’im. 2000. ”Manajemen Laba”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 15(3), hal. 325-340.

Linda K. Wedari. 2004. ”Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar: Universitas Udayana, hal. 963-974.

Madiastuty P. P dan M. Machfoedz. 2003. “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya: Universitas Airlangga, hal. 176-199.

14

Page 15: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

Mei Indrayani. 2001. “Persepsi Manajemen Perusahaan Terhadap Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance”, Malang: Universitas Brawijaya.

Nisa Fidyati. 2001. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Seasoned Equity Offering (SEO)”, Kompetensi, 2(1), hal. 1-23.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen (Ed. 1). Yogyakarta: BPFE.

Nurul D. Andarini et al. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Manajemen Laba (Earnings Management) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Surabaya: Universitas Airlangga.

R. Hapsari et al. 2002. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Investor Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Teori Keagenan, Surabaya: Universitas Airlangga.

R.I., Bapepam. 2004. Pelaksana Peraturan Bapepam Nomor: IX.1.5 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Surat Edaran Bapepam No: SE-07/PM/2004. Jakarta: Bapepam R.I.

S. M. Hidayati dan Zulaikha. 2003. ”Analisis Perilaku Earnings Management: Motivasi Minimalisasi Income Tax”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya: Universitas Airlangga, hal. 526-537.

Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory (Ed.International). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Sigit Hermawan. 2001. “Peranan Good Corporate Governance dalam Peningkatan Daya Saing Perusahaan”, Media Ekonomi. Edisi 16. Tahun XI.

Singgih Santoso. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Surifah. 1999. “Informasi Asimetri dan Pengaruh Manajemen Terhadap Pelaporan Keuangan dalam Perspektif Agency Theory”, Kajian Bisnis, (17), hal. 71-81.

Surifah. 2001. “Studi tentang Indikasi Unsur Manajemen Laba pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia”, JAAI, 5(1), hal. 81-99.

Sylvia Veronica dan Yanivi S. Bachtiar. 2004. “Good Corporate Governance, Information Asymmetry and Earnings Management”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar: Universitas Udayana, hal. 57-69.

The Business Roundtable. 2002. “Principles of Corporate Governance”, White Paper from The Business Roundtable. United States, pp. 1-34.

Watts, R. L and J. L. Zimmerman. 1990. ”Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective”, The Accounting Review, 65(1): pp. 131-156.

Xie, B., W. N. Davidson II and P. J. Dadalt. 2003. “Earnings Management and Corporate Governance: The Role of The Board and The Audit Committee”, Journal of Corporate Finance 9, pp. 295-316.

(http://www.jsx.co.id). Diakses Mei-Juni 2005.

15

Page 16: BAB I -    Web viewMasalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik

Frequency Persent Valid PercentCummulative

Percent

Valid > 7 Orang 48 16.10

< 7 Orang 252 83.90

Total 300 100.00

Dewan Direksi (X3)

16.10

83.90

100.00

100.00

16.10

Lampiran Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Manajemen Laba (Y) 300 -0.751 2.432 -0.00113 0.25918

Kepemilikan Manajerial (X1) 300 0.01 25.78 3.56811 5.45777

Kepemilikan Institusi (X2) 300 10.76 99.37 65.2062 18.7018

Valid N (listwise) 300

Descriptive Statistics

Frequency Persent Valid PercentCummulative Percent

ValidTidak memiliki Komite Audit 63 21.10 21.10 21.10 Memiliki Komite Audit 237 78.90 78.90 100.00

Total 300 100.00 100.00

Komite Audit (X4)

16