BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan...

40
SUPLEMEN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF MODEL RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN (RPP) DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA 1

Transcript of BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan...

Page 1: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

SUPLEMENPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

MODEL RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

(RPP)

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASADIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR

DAN MENENGAHDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

TAHUN 2007

1

Page 2: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

PRAKATA

Dalam rangka mensukseskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan perwujudan hak azasi manusia, layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus perlu lebih ditingkatkan.

Selama ini pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus lebih banyak di selenggarakan secara segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Sementara itu lokasi SLB dan SDLB pada umumnya berada di ibu kota kabupaten, padahal anak-anak berkebutuhan khusus banyak tersebar hampir di seluruh daerah (Kecamatan/Desa). Akibatnya sebagian anak berkebutuhan khusus tersebut tidak bersekolah karena lokasi SLB dan SDLB yang ada jauh dari tempat tinggalnya, sedangkan sekolah umum belum memiliki kesiapan untuk menerima anak berkebutuhan khusus karena merasa tidak mampu untuk memberikan pelayanan kepada ABK di sekolahnya.

Untuk itu perlu dilakukan terobosan dengan memberikan kesempatan dan peluang kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK), yang disebut “Pendidikan Inklusif”. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam implementasi pendidikan inklusif, maka pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa menyusun naskah Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusif Selanjutnya, dari naskah ini dikembangkan ke dalam beberapa pedoman yang terdiri atas:

1. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif 2. Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, yaitu:

1) Pedoman Khusus Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.2) Pedoman Khusus Pengembangan Kurikulum.3) Pedoman Khusus Kegiatan pembelajaran.4) Pedoman Khusus Penilaian.5) Pedoman Khusus Manajemen Sekolah.6) Pedoman Khusus Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik.7) Pedoman Khusus Pemberdayaan Sarana dan Prasarana 8) Pedoman Khusus Pemberdayaan Masyarakat.9) Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling

3. Suplemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, yaitu:1) Model Program Pembelajaran Individual2) Model Modifikasi Bahan Ajar3) Model Rencana Program Pembelajran4) Model Media Pembelajaran5) Model Program Tahunan6) Model Laporan Hasil Belajar (Raport)

Jakarta, April 2007Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa

Ekodjatmiko SukarsoNIP. 130804827

2

Page 3: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

KATA PENGANTAR

Kebijakan pemerintah dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun disemangati oleh seruan Internasional Education For All (EFA) yang dikumandangkan UNESCO sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum di Dakar, Sinegal Tahun 2000, penuntasan EFA diharapkan tercapai pada Tahun 2015.

Seruan ini senafas dengan semangat dan jiwa Pasal 31 UUD 1945 tentang hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan Pasal 32 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur mengenai pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.

Sedang pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus dilandasi pernyataan Salamanca Tahun 1994. Pernyataan Salamanca ini merupakan perluasan tujuan Education Fol All dengan mempertimbangkan pergeseran kebijakan mendasar yang diperlukan untuk menggalakkan pendekatan pendidikan inklusif. Melalui pendidikan inklusif ini diharapkan sekolah–sekolah reguler dapat melayani semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus. Di Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah penyelenggaraan pendidikan inklusif yang melayani Penuntasan Wajib Belajar bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan terpadu yang ada pada saat ini diarahkan untuk menuju pendidikan inklusif sebagai wadah yang ideal yang diharapkan dapat mengakomodasikan pendidikan bagi semua, terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus selama ini masih belum terpenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan layaknya seperti anak-anak lain. Sebagai wadah yang ideal, pendidikan inklusif memiliki empat karakteristik makna yaitu : (1) Pendidikan Inklusif adalah proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara merespon keragaman individu anak, (2) Pendidikan inklusif berarti memperoleh cara-cara untuk mengatasi hambatan-hambatan anak dalam belajar, (3) Pendidikan inklusif membawa makna bahwa anak mendapat kesempatan utuk hadir (di sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya, dan (4) Pendidikan inklusif diperuntukkan bagi anak-anak yang tergolong marginal, esklusif dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.

Akses pendidikan dengan memperhatikan kriteria yang terkandung dalam makna inklusif masih sangat sulit dipenuhi. Oleh karena itu kebijakan pemerintah dalam melaksanakan usaha pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus baru merupakan rintisan awal menuju pendidikan inklusif. Sistem pendekatan pendidikan inklusif diharapkan dapat menjangkau semua anak yang tersebar di seluruh nusantara.

Untuk itu, maka kebijakan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar bagi anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus diakomodasi melalui pendekatan ”Pendidikan Inklusif”. Melalui pendidikan ini, penuntasan Wajib Belajar dapat diakselerasikan dengan berpedoman pada azas pemerataan serta peningkatan kepedulian terhadap penanganan anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus.

Sebagai embrio, pendidikan terpadu menuju pendidikan inklusif telah tumbuh diberbagai kalangan masyarakat. Ini berarti bahwa tanggungjawab penuntasan wajib belajar utamanya bagi anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus telah menjadi kepedulian dari berbagai pihak sehingga dapat membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam mengakses pendidikan melalui ”belajar untuk hidup bersama dalam masyarakat yang inklusif”.

3

Page 4: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Agar dalam pelaksanaan program pendidikan inklusif dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa telah menyusun pedoman pendidikan inklusif.Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku pedoman ini dan semoga buku ini dapat bermanfaat serta berguna bagi semua pihak.

Jakarta, April 2007

Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Prof. H. Suyanto, Ph. DNIP. 130606377

4

Page 5: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 3

A. Latar Belakang………………………………………………………. 3

B. Dasar………………………………………………………………… 3

C. Tujuan……………………………………………………………….. 4

BAB II MODEL RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

INKLUSIF……............................................................................ 5

A. Pengertian…………………………………………………………… 5

B. Unsur Pelaksana…………………………………………………… 6

C. Komponen Rencana Program Pembelajaran …………………. 6

D. Model………………………………………………………………… 8

BAB III PELAKSANAAN ………………………………………………………. 17

A. Bentuk Kegiatan…………………………………………………….. 17

B. Faktor Pendukung…………………………………………………… 18

C. Faktor Penghambat…………………………………………………. 18

D. Hasil Akhir………………………………………………………….. 18

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………… 19

A. Kesimpulan…………………………………………………………. 19

B. Saran……………………………………………………………….. 19

Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 20

5

Page 6: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBelajar mengajar adalah merupakan inti kegiatan dari pelaksanaan kurikulum. Untuk memperoleh

hasil pembelajaran yang baik dan optimal, perlu dipersiapkan berbagai komponen yang diperlukan.

Salah satu komponen tersebut adalah Rencana Program Pembelajaran. Komponen ini merupakan

penjabaran dari silabus yang secara operasional merupakan persiapan mengajar harian bagi guru.

Secara umum Rencana Pembelajaran telah biasa dibuat oleh semua guru dengan berbagai

variasinya. Semua itu dimaksudkan agar proses dan hasil pembelajaran dapat optimal. Di sekolah

umum yang kondisi siswanya rata-rata memiliki IQ normal, Rencana Pembelajaran tidak terlalu

sulit untuk dibuat. Akan tetapi, manakala sekolah atau kelas telah menerima Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK), guru perlu menyesuaikan Rencana Pembelajarannya dengan kekhususan siswa

tersebut. Dengan demikian Rencana Pembelajaran yang dipersiapkan sebagai program

mengajar, dapat dimanfaatkan sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar yang lebih akomodatif. Artinya Rencana Pembelajaran yang dirancang memang dapat

dipergunakan atau mengakomodir keanekaragaman peserta didik, sehingga peserta didik

berkebutuhan khusus dapat terlayani dengan baik.

B. DASAR1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

3. PERMEN 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

4. PERMEN 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

5. PERMEN 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan PERMEN 22 dan 23.

6. Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380/C/UNJ/2003 tanggal 20 Januari 2003

(Pendidikan Inklusif).

C. TUJUANTujuan pembuatan model Rencana Pembelajaran pendidikan inklusif ini adalah:

1. Untuk memberikan wacana bagi guru di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dalam

penyusunan Rencana Pembelajaran.

2. Sebagai model yang dapat dipergunakan untuk bahan pengembangan Rencana

pembelajaran bagi para guru di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sehingga proses

dan hasil pembelajaran dapat efektif dan efisien.

6

Page 7: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

7

Page 8: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

BAB IIMODEL RENCANA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN INKLUSIF

Pada dasarnya model Rencana Pembelajaran pendidikan inklusif tidak jauh berbeda dengan

model Renana Pembelajaran di sekolah umum. Letak perbedaannya hanya pada bentuk materi,

strategi dan alat peraga pembelajaran. Tiga hal ini perlu disesusaikan dengan jenis kekhususan

siswa berkebutuhan khusus.

A. PENGERTIANSatuan Pembelajaran adalah persiapan mengajar secara tertulis yang berisikan Kompetensi

Dasar, Indikator, Materi/ bahan ajar yang hendak dipelajari, cara mencapai kompetensi, alat/

media pembelajaran yang akan dipergunakan, cara/alat penilaian untuk mengukur

keberhasilan proses pembelajaran. Satuan Pembelajaran atau sering disingkat dengan SP

sering juga disebut rencana pembelajaran atau sering disingkat dengan RP. Perbedaan nama

tersebut merupakan perkembangan istilah yang secara substansial memiliki fungsi yang sama,

yaitu sebagai persiapan mengajar bagi guru secara tertulis.

B. UNSUR PELAKSANAAN Pada proses pembelajaran kelas inklusi, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kadangkala

tidak cukup dikerjakan oleh guru umum saja, terutama di kelas yang berada di tingkat satuan

pendidikan dasar. Hal ini karena siswa berkebutuhan khusus mempunyai karakter yang unik

dan memerlukan pelayanan khusus. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar di kelas yang

inklusif perlu dukungan guru pendidikan khusus/pembimbing khusus. Guru pendidikan khusus

ini bertugas membantu guru umum dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan bilamana

perlu, dapat memberikan bimbingan secara langsung kepada peserta didik berkebutuhan

khusus yang memang membutuhkannya. Komponen lain yang dapat dimanfaatkan guru

untuk membantu peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran adalah tutor

sebaya. Yaitu siswa lain yang memiliki kemampuan lebih. Tugas tutor adalah membantu

menjelaskan kepada peserta berkebutuhan khusus tersebut. Selain komponen tersebut,

dalam proses kegiatan belajar mengajar, peran orang tua pun harus aktif karena sangat

membantu terhadap keberhasilan proses pembelajaran.

C. KOMPONEN RENCANA PEMBELAJARAN

8

Page 9: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Rencana pembelajaran memiliki dua komponen yaitu Identitas Rencana Pembelajaran dan Isi

Rencana Pembelajaran .

1. Komponen Identitas Rencana PembelajaranAdalah sebagai berikut:

a. Satuan Pendidikan

b. Kelas/Semester

c. Waktu (ditulis dalam jam pelajaran bukan jam pertemuan)

d. Standar Kompetensi

2. Komponen Isi Rencana Pembelajaran a. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar yaitu kompetensi minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik

setelah proses pembelajaran selesai. Kompetensi dasar ini sudah

dirumuskan/distandarkan secara nasional, sehingga guru tinggal mengutip dari buku

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada.

b. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran adalah hasil yang diharapkan setelah proses pembelajaran

selesai. Hasil belajar harus dikembangkan mengacu pada kompetensi dasar dan

dijabarkan dalam indikator-indikator. Ada tiga aspek pokok yang perlu diperhatikan

dalam mengembangkan hasil belajar yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

c. IndikatorIndikator adalah kompetensi yang lebih spesifik. Indikator merupakan penjabaran dari

tujuan pembelajaran. Di dalam Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

sudah dicantumkan indikator minimal dari setiap hasil belajar pada setiap mata

pelajaran. Indikator ini diharapkan menjadi rambu bagi guru dalam membelajarkan

suatu hasil belajar. Guru bisa mengembangkan lagi indikator baru yang dipandang

perlu. Guru tinggal memasukkan indikator yang sudah diidentifikasi dan tertuang

dalam jaringan hasil belajar atau jaringan indikator. Urutan penulisan indikator dalam

Silabus bukan merupakan urutan penyajian dalam pembelajaran. Artinya guru dapat

menyesuaikan prioritas mana yang lebih penting sesuai dengan kondisi dan situasi.

d. Alat dan Sumber1) Alat

9

Page 10: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Alat atau sarana apa saja yang digunakan guru untuk memudahkan siswa mencapai

suatu kompetensi. Alat ini bisa berupa buku cerita, puzzle, leggo, atau pun bisa

langsung dengan audio visual, naskah Braille, alat bantu dengar, kartu huruf warna-

warni.

2) SumberAdalah semua sumber belajar di sekolah yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk

memperoleh bahan pembelajaran. Sumber belajar bisa berupa bahan cetakan (buku,

majalah, surat kabar), narasumber (manusia), lingkungan sekitar, dan sebagainya.

e. Kemampuan Awal Peserta Didik Berkebutuhan KhususUntuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada

hasil asesmen peserta didik berkebutuhan khusus yang ada kelasnya. Data ini dapat

diperoleh dari tim asesmen pada program individual peserta didik berkebutuhan

khusus.

f. Langkah PembelajaranLangkah Pembelajaran diklasifikasi dalam kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan

akhir. Kegiatan awal berisi kegiatan yang berfungsi untuk menyiapkan anak mengikuti

pembelajaran, misalnya memberikan apersepsi, menarik perhatian siswa dan

menciptakan situasi yang kondusif untuk belajar. Kegiatan initi adalah kegiatan proses

belajar mengajar yang mengacu pada materi pelajaran. Di dalam kegiatan inti guru

dituntut unrtuk mempersiapkan pengelolaan kelas dengan baik agar pembelajaran

dapat berjalan secara efektif dan efisien. Untuk menghadapi peserta didik

berkebutuhan khusus, guru dapat merancang materi pembelajaran dengan model

Task Analisys (analisa tugas). Yaitu memenggal tugas-tugas/materi pembelajaran

secara lebih sederhana, sehingga peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengikuti

proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan akhir adalah penilaian hasil belajar. Untuk

penilaian, guru memilih alat evaluasi sesuai dengan jenis materi yang dipelajari.

Penilaian yang dapat dikembangkan oleh guru adalah penilaian berbasis kelas yang

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penilaian ini, guru perlu melihat

kemampuan awal peserta didik, usaha belajar peserta didik dan progress kemajuan

yang dicapai. Jadi penilaian disini bersifat komprehensif dan perlu memperhatikan

kemajuan masing-masing peserta didik secara individual.

g. Evaluasi/Penilaian

10

Page 11: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Penilaian adalah cara yang digunakan guru untuk menilai ketercapaian suatu

kompetensi. Penilaian ini harus spesifik sesuai dengan hasil belajar yang diukur,

contohnya kemampuan menceritakan pengalaman yang menarik dinilai dengan tes

performansi, kemampuan membiasakan diri menjaga kebersihan dinilai dengan

pengamatan perilaku kebersihan peserta didik. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang

evaluasi, guru harus mempelajari buku pedoman penilaian yang dicetak tersendiri

secara lebih spesifik.

D. MODEL Untuk mempermudah bagi guru dalam mengembangkan Rencana Pembelajaran di kelas

inklusif, maka di bawah ini akan diberikan contoh beberapa model Rencana Pembelajaran.

Model ini hanya merupakan contoh sederhana yang tentu saja harus dikembangkan oleh guru.

Untuk selanjutnya, bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang karena kondisinya perlu

diberikan pelayanan khusus secara individual. Persiapan mengajarnya menggunakan program

pengajaran individual. Cara pembuatan program pengajaran individual dapat dilihat pada buku

Model program pengajaran individual peserta didik di kelas inklusif. Dalam mengembangkan

model-model Rencana Pembelajaran, guru harus membaca beberapa referensi yang relevan,

dan apabila menemui kendala, maka dapat berdiskusi dengan teman sejawat di Kelompok

Kerja Guru (KKG) maupun narasumber lain yang kompeten. Untuk mengatasi masalah-

masalah yang terkait dengan kekhususan siswa, guru dapat berdiskusi dengan guru

pendidikan khusus yang ada, atau guru SLB terdekat.

RENCANA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN INKLUSIFMata Pelajaran : PKPSSatuan Pendidikan : SD Gotong Royong

11

Contoh 1

Page 12: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Kelas/Semester : I/1Alokasi waktu : 5 x 35 menit (3x pertemuan)Tema : Aku dan Keluargaku

A. Standar Kompetensi1. Kemampuan menunjukkan identitas diri (PKN & PS).

2. Mendemonstrasikan sikap tubuh yang benar dalam berbagai posisi (Penjas).

3. Mengenal dan menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah (Matematika).

4. Mengenal unsur-unsur berupa: bintik, garis, bidang, warna dan bentuk melalui kepekaan

inderawi.

B. Kompetensi dasarMenguasai dan mengerti nama diri sendiri, nama anggota tubuh, menguasai bilangan 1 sampai

5 dan mengenal macam-macam garis dan titik-titik.

C. Indikator1. Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan.

2. Mengetahui bagian-bagian tubuh: kepala, bahu, dada, punggung, pinggang, pergelangan,

jari tangan, tungkai, engkel dan kaki.

3. Membilang atau menghitung secara urut.

4. Mengelompokkan berbagai jenis bintik, garis, bidang, warna dan bentuk pada benda dua

pos dan tiga dimensi di alam sekitar.

D. Alat dan Sumber1. Alat dan benda di sekitar

2. Kartu gambar dan kartu huruf

3. Kartu angka

4. Buku-buku yang berkaitan dengan materi

E. Kemampuan awal Anak Berkebutuhan KhususUntuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada hasil

asesmen peesrta didik berkebutuhan khusus yang ada dikelasnya. Data ini dapat diperoleh

dari tim asesmen pada program pengajaran individual peserta didik berkebutuhan khusus.

F. Langkah Pembelajaran Kegiatan Awal

1. Bersama-sama berdoa dan mengucapkan salam.

12

Page 13: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

2. Tanya jawab tentang nama lengkap dan nama panggilan.

3. Gerak dan lagu: Kepala pundak lutut kaki di dalam kelas.

Kegiatan Inti1. Siswa bertepuk tangan sesuai dengan hitungan guru.

2. Siswa menghitung jumlah anggota tubuh (mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dsb).

3. Siswa menghitung secara urut bilangan 1-5 dengan menggunakan kartu gambar

(panca indera).

4. Siswa membuat titik-titik yang tidak beraturan menjadi bentuk gambar yang ada di

alam sekitar.

5. Siswa membuat garis yang tidak beraturan menjadi gambar yang ada di alam

sekitar.

Kegiatan Akhir1. Tanya jawab tentang materi yang diajarkan.

2. Menyanyikan lagu yang sudah diajarkan “Dua Mata Saya”.

3. Membiasakan pola hidup bersih dan rapi.

4. Berdo’a bersama.

G. Penilaian1. Penampilan (bercerita).

2. Pengamatan (sikap dan perilaku).

Catatan:

Untuk penjelasan tentang teknik penilaian secara lebih detail, lihat di buku pedoman penilaian.

Surakarta, April 2007Mengetahui, Guru KelasKepala Sekolah

-------------------- -------------------

RENCANA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN INKLUSIFMata Pelajaran : Bahasa IndonesiaSatuan Pendidikan : SD Alam SuteraKelas/Semester : II/1Alokasi waktu : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi

13

Contoh 2

Page 14: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Membaca bersama (membaca teks pendek).

B. Kompetensi dasar1. Memiliki kemampuan membaca teks dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar.

2. Membaca teks pendek dengan memperhatikan pelafalan dengan intonasi yang tepat

sehingga mudah dipahami oleh orang lain.

C. IndikatorMembaca teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat.

D. Materi Materi

Teks pendek 5-10 kalimat.

Contoh : Di kelas dua

Aku belajar di kelas dua SD Alam Sutera

Aku duduk di bangku paling depan

Anis teman sebangkuku

“Sekarang pelajaran apa anak-anak?” Tanya Bu guru

“Menyanyi Bu” Sahut anak-anak.

E. Materi, Metode, Media dan Sumber Metode: tanya jawab, dan tugas.

Untuk ABK Low Vision atau tunanetra total mungkin membutuhkan alat

bantu yang bisa dipakai oleh ABK tersebut. Misal, Low Vision dengan menggunakan

alat bantu media baca tulis huruf yang diperbesar ataupun alat perbesaran. Posisi

duduk disesuaikan dengan kebutuhan fungsi penglihatan. Sedangkan anak yang tidak

bisa melihat sama sekali membutuhkan media baca tulis huruf Braille agar dapat

mengikuti pelajaran tersebut.

Untuk ABK Slow Learner atau autis jika memerlukan didampingi oleh

guru pendidikan khusus (GPK).

Media

Teks bacaan, kartu kalimat, dan kartu tanda baca.

Sumber

- Buku ACB 1a hal. 8

14

Page 15: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

- Program pembelajaran dan pengembangan

Silabus Sekolah Dasar.

F. Kemampuan awal Anak Berkebutuhan KhususUntuk memeperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada hasil

asesmen anak berkebutuhan khusus yang ada di kelasnya. Data ini dapat diperoleh dari tim

asesmen pada program pengajaran individual peserta didik berkebutuhan khusus.

G. Kegiatan Pembelajaran Pra KBM/ Persiapan

1. Menyiapkan alat peraga (naskah Braille, huruf yang diperbesar, dsb).

2. Mengatur tempat duduk anak.

Kegiatan AwalApersepsi: Mengungkapkan kalimat atau pernyataan dengan lafal dan vokal yang benar.

Kegiatan Inti1. Menjelaskan materi tentang tanda baca pada teks

bacaan.

2. Memberi contoh lafal dan intonasi pada kalimat.

3. Memberi tugas secara bergilir/acak pada anak.

4. Memberi bimbingan secara individual kepada ABK.

Kegiatan Akhir1. Pemantapan Materi

2. Evaluasi

3. Tindak lanjut

H. EvaluasiProsedur

● Tes proses

Jenis: Tes lisan

Tes perbuatan

● Alat tes

Teks bacaan “Di kelas Dua”.

Catatan:

Untuk penjelasan tentang teknik penilaian secara lebih detail, lihat buku pedoman penilaian.

15

Page 16: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Surakarta, April 2007 Mengetahui: Guru Kelas, Kepala Sekolah,

-------------------- ------------------

16

Page 17: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

RENCANA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN INKLUSIFMata Pelajaran : Pengetahuan AlamSatuan Pendidikan : SDN 04 PagiKelas/Semester : IV/1Alokasi waktu : 2 x 40 menitHari/Tanggal :

A. Standar KompetensiMenyimpulkan bahwa tiap wujud benda memiliki sifatnya masing-masing dan dapat mengalami

perubahan.

B. Kompetensi DasarMendiskripsikan berbagai perubahan wujud benda.

C. Indikator1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda.

2. Menyebutkan lima macam perubahan wujud benda.

D. Materi Materi: air, es, kamper, spirtus dan lilin

E. Metode, Media dan Sumber Metode: Pemberian tugas dan percobaan.

Media: KIT IPA ( lampu spirtus, labu erlenmeyer,

jembatan pemanas) atau lilin, gelas/ piring.

Sumber : Buku paket IPA kelas IV dan pedoman praktik.

F. Kemampuan awal Anak Berkebutuhan Khusus Untuk memeperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada hasil

asesmen anak berkebutuhan khusus yang ada di kelasnya. Data ini dapat diperoleh dari tim

asesmen pada program pengajaran individual peserta didik berkebutuhan khusus

G. Kegiatan Pembelajaran Pra KBM/Persiapan

17

Contoh 3

Page 18: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

1. Menyiapkan alat peraga.

2. Mengatur tempat duduk anak.

Kegiatan Awal1. Melakukan tanya jawab tentang macam-macam

benda.

2. Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang

mempengaruhi perubahan benda.

Kegiatan Inti1. Guru menjelaskan langkah-lagkah percobaan

yang akan dilakukan.

2. Siswa melakukan percobaan menggunakan KIT

IPA untuk percobaan perubahan wujud benda dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

3. Siswa mendiskusikan hasil pengamatan tentang

factor-faktor yang mempengaruhinya.

4. Siswa melaporkan hasil pengamatan dan

percobaan secara tertulis.

5. Menyimpulkan hasil percobaan.

Kegiatan Akhir 1. Penilaian

- Tes lisan

- Unjuk kerja

2. Memberikan tugas pengamatan terhadap faktor yang

mempengaruhi perubahan wujud (perubahan wujud air menjadi es, lalu kembali

menjadi air).

H. EvaluasiProsedur

Tes proses

- Jenis tes: tes lisan

tes perbuatan

Alat tes

Format penilaian

18

Page 19: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Catatan :

Untuk penjelasan tentang teknik penilaian secara lebih detail, lihat buku pedoman penilaian.

Surakarta, April 2007 Mengetahui, Guru Kelas, Kepala Sekolah,

-------------------- -------------------

19

Page 20: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

RENCANA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN INKLUSIFMata Pelajaran : MatematikaSatuan Pendidikan : SD PelangiKelas/Semester : IV/1Alokasi waktu : 2 x 40 menitHari/Tanggal :

A. Standar KompetensiMelakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi DasarMembandingkan dan mengurutkan bilangan.

C. IndikatorMengurutkan dan menyusun bilangan dari terkecil atau terbesar.

D. Materi Materi: Membandingkan dan mengurutkan kartu

bilangan, Braille teks, balok angka.

Contoh 1: Satu set kartu bilangan untuk permainan.

87 91 82 83 86 95 97 81 93 96 100

84 85 87 88 89 92 90 94 98 99 80

Keterangan:

1. Bilangan pada kartu bilangan, Braille teks, balok angka dapat bervariasi, paling besar

100.

2. Ukuran kartu bilangan, Braille teks, balok angka dapat disesuaikan dengan kebutuhan

satu kartu memuat satu bilangan.

3. Banyaknya kartu bilangan, Braille teks, balok angka disesuaikan dengan kebutuhan,

misalnya: banyaknya kelompok.

4. Salah satu contoh cara menggunakan kartu bilangan, Braille teks, balok angka dalam

permainan:

- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan

anggota tiap kelompok antara 4-6 anak, usahakan anggota kelompok dicampur

antara ABK dengan anak lainnya.

20

Contoh 4

Page 21: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

- Kartu bilangan, Braille teks, balok angka disusun

secara acak dan setiap kelompok menerima satu set kartu bilangan.

- Tugas kelompok adalah menyusun kartu

bilangan, Braille teks, balok angka secara urut dari bilangan terkecil sampai

bilangan terbesar pada tempat yang telah disediakan.

- Permainan ini dapat pula dilakukan secara

perorangan.

Contoh 2: Soal mengurutkan bilangan♣ Urutkan bilangan berikut dari bilangan terkecil sampai terbesar

91, 75, 80, 76, 83, 90, 78, 96, 77, 78, 79

♣ Urutkan bilangan berikut ini dari bilangan terbesar sampai terkecil

80, 77, 69, 70, 78, 65, 73, 74, 75

E. Metode, Media dan Sumber Metode: tanya jawab, pemberian tugas.

Media: kartu bilangan, Braille, balok angka.

Sumber : Matematika gemar berhitung karangan Supardjo

F. Kemampuan awal Anak Berkebutuhan KhususUntuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif, guru kelas perlu merujuk pada hasil

asesmen anak berkebutuhan khusus yang ada di kelasnya. Data ini dapat diperoleh dari tim

asesmen pada program pengajaran individual peserta didik berkebutuhan khusus.

G. Kegiatan Pembelajaran Pra KBM/Persiapan

1. Menyiapkan alat peraga.

2. Mengatur tempat duduk awal.

Kegiatan Awal

Apersepsi:

1. Tanya jawab bagaimana cara mengurutkan bilangan dari

bilangan terkecil ke terbesar.

2. Tanya jawab bagaimana cara mengurutkan bilangan dari

bilangan terbesar ke terkecil.

21

Page 22: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Kegiatan Inti

1. Menjelaskan materi menyusun bilangan dari bilangan terkecil ke

terbesar dan menyusun bilangan dari bilangan terbesar ke terkecil.

2. Memberikan contoh bagaimana cara menyusun bilangan yang terkecil

ke terbesar atau sebaliknya.

Kegiatan Akhir

1. Pemantapan materi

2. Evaluasi

3. Tindak lanjut

H. EvaluasiProsedur

Tes proses

- Jenis tes: tes lisan

perbuatan

Alat tes : soal beserta kunci jawaban

Catatan :

Untuk penjelasan tentang teknik penilaian secara lebih detail, lihat buku pedoman penilaian.

Surakarta, April 2007 Mengetahui, Guru Kelas Kepala Sekolah

-------------------- -------------------

22

Page 23: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

BAB IIIPELAKSANAAN

Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa Rencana Pembelajaran adalah persiapaan belajar

mengajar secara tertulis yang digunakan sebagai acuan guru dalam proses belajar mengajar.

Maka dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru harus selalu mengacu pada Rencana

Pembelajaran tersebut. Meskipun demikian, apabila dalam pelaksanaan menemui kendala, maka

guru dapat mengambil langkah agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar dengan hasil

yang maksimal dan optimal.

A. BENTUK KEGIATAN Kegiatan belajar mengajar di kelas inklusif perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Jumlah siswa.

2. Kondisi ruangan.

3. Alat peraga yang ada.

4. Materi.

5. Metode pembelajaran.

Dari komponen tersebut guru harus dapat mengelola secara efektif agar semua komponen itu

dapat memberikan kontribusi dan makna bagi semua peserta didik di kelas termasuk peserta

didik berkebutuhan khusus. Kebersamaan dan saling menghargai sesama peserta didik juga

perlu ditumbuh kembangkan agar suasana kelas menjadi kondusif (aktif, kreatif, inovatif,

partisipasif, mencerdaskan dan menyenangkan). Untuk menunjang hal tersebut, optimalisasi

pemanfaatan sumber belajar di Sekolah perlu digalakkan, sebagai contoh: Mobile Class (kelas

yang berpindah-pindah) sesuai dengan kondisi, belajar di luar ruang kelas dengan

memanfaatkan kebun, halaman, dan fasilitas lain yang belum dimanfaatkan sebagaii

pendukung dalam proses pembelajaran.

B. FAKTOR PENDUKUNG Cara perlakuan guru kelas ataupun GPK terhadap peserta didik berkebutuhan khusus

tidak membeda-bedakan dengan anak yang lainnya.

Penyediaan alat peraga/bantu untuk ABK.

Kondisi prasarana sekolah yang dapat diakses oleh ABK.

Sikap positif dan partisipasi keluarga maupun masyarakat terhadap proses perkembangan

pendidikan siswa.

23

Page 24: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

C. FAKTOR PENGHAMBAT Kurang tersedianya dana dan alat untuk modifikasi bahan ajar. Contoh: Pembraillean.

Kurangnya pemahaman atau pengetahuan guru umum tentang ABK.

Pengelolaan kelas yang kurang efektif.

Kurangnya kesadaran siswa “normal” terhadap ABK dalam bersosialisasi.

Rendahnya peran serta orangtua ABK dalam perkembangan pendidikan putra-putrinya.

D. HASIL AKHIRPada akhir proses pembelajaran diharapkan semua siswa dapat memahami, menguasai, dan

terampil menerapkan apa yang telah dipelajari bersama teman-teman lain di kelasnya. Apabila

hal tersebut telah tercapai, maka boleh dikatakan proses pembelajaran inklusif di kelas

tersebut telah berjalan dengan baik.

24

Page 25: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULANBahwa untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas inklusif, guru perlu mempersiapkan

Rencana Pembelajaran (RP) yang akomodatif. Artinya persiapan tersebut dibuat berdasarkan

pertimbangan keanekaragaman kondisi siswa, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

B. REKOMENDASIAgar Rencana Pembelajaran (RP) dapat akomodatif, maka hal-hal yang perlu diperhatikan

oleh guru seperti, sebelum membuat Rencana Pembelajaran, guru umum perlu berdiskusi

dengan guru pendidikan khusus untuk bersama-sama melakukan asesmen (penilaian

kemampuan awal siswa) sehingga materi, metode, dan alat bantu pembelajaran dapat

dirancang sesuai dengan kebutuhan peserta didik terutama peserta didik berkebutuhan

khusus.

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: BAB I - pokjainklusifkalteng.files.wordpress.com file · Web viewDi Indonesia melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986 telah dirintis pengembangan sekolah

Supardjo; 2004; Matematika Gemar Berhitung; Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Surana; 2003; Aku Cinta Bahasa Indonesia, Pelajaran Membaca dan Menulis Permulaan; Solo: PT.

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

______2005; Peraturan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan; Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

______2005; Kurikulum 2004, Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran Tematis SD;

Jakarta: Bp. Dharma Bhakti.

______2005; Program Pembelajaran dan Pengembangan Silabus Sekolah Dasar; Jakarta: Bp. Dharma

Bhakti.

26