BAB I · Web viewHubungan Antara Komunikasi Organisasi Dengan Motivasi Kerja Karyawan di Departemen...

213
Hubungan Antara Komunikasi Organisasi Dengan Motivasi Kerja Karyawan di Departemen Sosial RI TAHUN AJARAN 2017/2018 Di Susun oleh: PRIAN DOMINGGUS 120.2016.270 UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS EKONOMI 1

Transcript of BAB I · Web viewHubungan Antara Komunikasi Organisasi Dengan Motivasi Kerja Karyawan di Departemen...

BAB I

PAGE

2

Hubungan Antara Komunikasi Organisasi Dengan Motivasi Kerja Karyawan di Departemen Sosial RI

tahun ajaran 2017/2018

fafi

fafi

g

å-

=

å+

fafifafi

Di Susun oleh:

PRIAN DOMINGGUS

120.2016.270

UNIVERSITAS YARSI

FAKULTAS EKONOMI

2017/2018

KATA PENGANTAR

   Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

    Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.        Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.        Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.                                                                                          Jakarta, Januari 2018 

PRIAN DOMINGGUS

DAFTAR ISI

Daftar Isi

 

BAB  I                     

1.   Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Identifikasi Masalah

1.4 Tujuan Penelitian

1.5 Kegunaan Penelitian

BAB  II

2. TINJAUAN PUSTAKA                     2.1  Pengertian trend mode

2.2  istilah-istilah trend mode

2.2.1 fashion

2.2.2 departmen store

2.2.3 kerangka pemikiran

2.3  Hipotesis

 

BAB  III                    

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1  metode penelitian

3.1.1 observasi

3.1.2 studi pustaka

3.1.3 diskusi

3.1.4 keterlibatan langsung

 

BAB  IV                     :

4. PEMBAHASAN

4.1  penyebab perkembangan mode para remaja

4.2  dampak trend mode pada remaja

4.2.1 dampak negative

4.2.1.1 bahaya terhadap wanita (si pemakai)

4.2.1.2 bahaya terhadap laki-laki

4.2.1.3 bahaya bagi masyarakat

4.2.2 dampak positif

4.2.3 trend mode pada remaja sekolah

4.2.3.1 model rok gantung

4.2.3.2 menggunakan pakaian terlalu ketat

4.2.4.3 berhijab dengan salah

4.2.3.4  Penggunaan celana yang di desaign celana jeans pada remaja lelaki .

4.2.3.5.         Mengeluarkan baju

4.2.4    Cara mengatasi trend mode pada remaja

4.2.4.1 Cara berpakaian sesuai aturan islam antara lain

BAB V :

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi seperti sekarang ini komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dimana komunikasi memiliki peranan sangat penting dan berfungsi dalam setiap aspek kehidupan. Komunikasi tidak hanya memiliki fungsi sebagai alat atau cara untuk mengungkapkan perasaan pihak – pihak yang saling berkomunikasi.

Komunikasi dinyatakan sebagai suatu yang hakiki dalam kehidupan manusia. Artinya, tanpa adanya komunikasi kehidupan manusia akan terasa sangat hampa. Dan juga tanpa adanya komunikasi tidak akan terjadi interaksi diantara individu dan antara anggota kelompok / organisasi. Melihat dari pernyataan tersebut, penulis beranggapan bahwa atas dasar inilah komunikasi disebut sebagai urat nadi dalam kehidupan social.

Setiap organisasi atau lembaga yang berbentuk pemerintahan maupun swasta, social maupun bisnis dalam menjalankan roda usahanya mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuan itu perlu diciptakan hubungan komunikasi upward, downward, maupun horizontal. Hubungan tersebut dapat dilihat pada kondisi lingkungan yang saling pengertian, saling memberi, saling menerima, serta saling mengembangkan. Dan juga setiap organisasi atau lembaga yang berbentuk pemerintahan maupun swasta, social maupun bisnis akan selalu berupaya agar para karyawannya yang terlibat dalam kegiatan organisasi dapat termotivasi dalam bekerja, sehinngga hal itu dapat mengakibatkan suatu prestasi baik yang berdampak positif terhadap tujuan instansi. Didalam usaha – usaha untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, maka komunikasi yang bersifat “two way communication” penting sekali dan sangat mutlak diadakan, yakni adanya komunikasi antara pimpinan dan bawahan dan antara bawahan dengan pimpinan. Dan humas sebagai jembatan dari keduanya sangatlah berperan aktif dalam mempersatukan persepsi di antara kedua belah pihak.

Komunikasi yang terjadi di lingkungan suatu instansi perusahaan atau organisasi dapat memudahkan penukaran informasi dan selain itu juga dapat memberikan kejelasan dan penerimaan atas peranan yang berkenaan dengan pekerjaan, hingga akhirnya akan memperbaiki kinerja dari instansi perusahaan atau organisasi tersebut. Karena sebelum adanya pencapaian tujuan organisasi, pemenuhan kebutuhan masing – masing karyawan harus terpenuhi lebih dahulu, agar tidak mempengaruhi motivasi dan sikapnya terhadap pekerjaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada organisasi.

Hubungan dengan karyawan akan menghasilkan suatu motivasi dalam bekerja. Oleh karena itu, komunikasi dengan karyawan perlu senantiasa dilakukan. Contohnya dengan mengadakan pertemuan dalam bentuk rekreasi keluarga, merayakan peringatan hari ulang tahun instansi dengan mengadakan berbagai kegiatan perlombaan juga dengan mengadakan jajak pendapat karyawan dalam bentuk diskusi / pertemuan harian yang membicarakan seputar pekerjaan dan lain sebagainya. Pada intinya, humas sebagai juru bicara perlu melakukan komunikasi dengan public intern untuk menunjukkan bahwa kebijakan yang di keluarkan oleh instansi adalah untuk kepentingan karyawan sendiri.

Oleh karenanya, komunikasi yang diciptakan oleh humas internal itu sendiri perlu kiranya di perhatikan agar tercapai tujuan perusahaan yakni termotivasinya karyawan dalam melakukan pekerjaan.

Departemen sosial merupakan instansi pemerintah yang bergerak di bidang sosial. Depsos menangani masalah seperti bencana alam ( banjir, tanah longsor, gempa bumi dll ), dan juga menangani masalah trafficking yaitu perdagangan anak.

Di dalam menjalankan tugasnya setiap divisi memerlukan komunikasi antara atasan bawahan, bawahan atasan, maupun antara teman sejawat. Hal itu akan sangat membantu dalam meningkatkan motivasi kerja. Sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh Depsos bisa terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, penulis mencoba mengangkat judul dari latar belakang masalah yakni “ Hubungan Antara Komunikasi Organisasi Dengan Motivasi Kerja Karyawan di Departemen Sosial RI”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“ Sejauh mana hubungan antara komunikasi organisasi dengan motivasi kerja karyawan di Departemen Sosial RI “

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas , akan di dapat identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Sejauh mana komunikasi organisasi di Depsos RI?

2. Sejauh mana motivasi kerja karyawan di Depsos RI?

3. Sejauh mana hubungan antara komunikasi organisasi dengan motivasi kerja karyawan di Depsos RI?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui komunikasi organisasi di Depsos RI.

2. Untuk mengetahui motivasi kerja karyawan di Depsos RI.

3. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara komunikasi organisasi dengan motivasi kerja karyawan di Depsos RI.

1.5 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi teori ilmu komunikasi khususnya dalam ilmu humas. Serta dapat menambah khasanah pengetahuan dan menjadi masukan yang berarti.

b. Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan dan bahan masukan bagi humas Departemen Sosial RI dalam memotivasi kerja karyawannya.

2. Bisa memberi gambaran untuk melihat komunikasi organisasi di antara para karyawan di Departemen Sosial RI.

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Komunikasi

Komunikasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial. Kehidupan kita sehari-hari sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain, termasuk pesan-pesan yang disampaikan oleh orang lain dari jarak jauh yang tidak kita kenal. Kalau pada masa-masa dahulu komunikasi hanya terjadi pada masyarakat dengan skala terbatas, artinya hanya di lingkungan kecil masyarakat, sekarang ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peranan komunikasi semakin penting dengan ruang lingkup yang sangat luas, mencakup hampir semua aspek kehidupan manusia.

Komunikasi merupakan suatu interaksi antar manusia, karena dapat di lakukan berbagai cara, baik verbal maupun non nerbal serta langsung maupun tidak langsung. Komunikasi proses pengisian pesan kepada penerima untuk memperoleh umpan balik, sehingga secara langsung membantu pertukaran informasi dalam kegiatan suatu perusahaan, organisasi, atau lembaga.

Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penyampaian, pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) secara tatap muka (face to face) atau melalui media lainnya dengan tujuan tertentu sehingga menimbulkan efek tertentu. Masalah penelitian ini termasuk ke dalam kajian ilmu komunikasi, seperti diketahui bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan dari manusia yang satu ke manusia yang lain dengan menggunakan lambang – lambang yang berarti.

Sedangkan menurut Carl I Hovland mendefinisikan komunikasi yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat adalah sebagai : “The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify of other individuals (communicates)”. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa komunikasi adalah proses dimana seorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya dalam bentuk verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).

Komunikasi sebagaimana telah di singgung dalam mata kuliah terlebih dahulu mempunyai unsure-unsur sebagai berikut :

1. Sumber

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan dokumen ataupun sejenisnya.

2. Komunikator

Dalam komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan menjadi komunikator.

3. Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikasi. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.

4. Komunikan

Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator, yang mana nantinya komunikan memberi timbale balik dari pesan yang disampaikan oleh komunikator.

5. Saluran

Saluran adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media.

6. Hasil

Hasil adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai maka itu berarti komunikasi berhasil.

Jadi berdasarkan definisi di atas yang dijelaskan tadi, bahwa proses komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh komunikator untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat pada orang lain atau komunikan bisa berupa simbol-simbol atau tanda-tanda dan lambang-lambang yang dapat di mengerti oleh orang yang diajak bicara atau berkomunikasi, dan manusia tidak dapat menghindari diri dari komunikasi.

Bila dikaitkan dengan penelitian ini bahwa ilmu komunikasi erat kaitannya dalam hal meningkatkan motivasi kerja karyawan dengan melakukan komunikasi antara atasan bawahan, bawahan atasan, dan sesama teman sejawat. Dan ini merupakan hal yang sangat penting bagi instansi pemerintahan itu sendiri, karena dengan terciptanya komunikasi yang baik, maka semakin besar kemungkinan tujuan yang ingin dicapai bisa terlaksana dengan baik.

2.2 Hubungan Masyarakat (Humas)

Definisi Humas menurut majalah public relations news yang dikutip oleh Sam Black & Melvin L. Sharp dalam bukunya Ilmu Hubungan Masyarakat Praktis mengembangkan definisi humas sebagai berikut : Humas adalah fungsi manajemen yang menilai sikap masyarakat, mengidentifikasikan karsa dan tingkah laku ataupun organisasi terhadap kepentingan umum, untuk kemudian merencanakan dan melaksanakan suatu program aksi untuk mendapatkan pengertian dari masyarakat dengan tujuan agar diterima masyarakat.

Sedangkan pengertian menurut Frank Jefkins dalam bukunya yang berjudul “Public Relations” adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana baik itu kedalam maupun keluar antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

Sedangkan definisi humas menurut Onong Uchjana Effendy yaitu komunikasi dua arah secara timbal balik antara suatu organisasi dengan public atau khalayak, baik internal maupun eksternal dalam rangka mendukung manajemen dari organisasi tersebut dengan meningkatkan pembinaan kerjasama dan pemenuhan kepentingan bersama yang dilandasi saling pengertian dan saling percaya.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Humas menurut penulis adalah harus mampu menjalani hubungan yang baik dengan publiknya, baik internal maupun eksternal, agar dapat mengembangkan niat baik, memperoleh opini public yang baik, menciptakan saling pengertian dan kerjasama berdsarkan hubungan yang harmonis dengan public.

Masalah pokok terhadap definisi di atas peran Humas Depsos mampu memberikan hubungan yang baik dengan publiknya baik internal maupun eksternal agar dapat mendapatkan kesan positif atau citra yang baik di mata khalayak luas, dan untuk menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang baik dengan public melalui media komunikasi.

2.3 Humas Internal

Di dalam aktivitasnya, Humas melaksanakan dua fungsi yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Humas eksternal mempengaruhi khlayak public agar mereka melakukan apa saja yang menjadi tujuan komunikator dan mempertahankan citra baik dari suatu perusahaan di mata khlayak terutama khalayak eksternal. Sedangkan humas internal berfungsi untuk menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan kerja dan membangkitkan motivasi mereka serta membuat suatu hubungan yang baik antar pegawai.

Menurut Abdurrachman Humas internal adalah proses yang continue dari usaha manajemen untuk memperoleh good will dan pengertian dari para pelanggannya, pegawainya dan public umum, ke dalam dengan mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri dan keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.

Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy Humas internal di definisikan sebagai berikut adalah Humas yang diselenggarakan oleh pimpinan organisasi atau seseorang yang diberikan tugas oleh orang-orang yang melakukan kegiatan di dalam dan untuk organisasi yang bersangkutan, suatu kegiatan komunikasi timbal balik dalam rangka membina kerjasama yang dilandasi saling pengertian dan saling percaya.

Dengan demikian yang dimaksud dengan Humas internal diatas yaitu suatu usaha untuk membina hubungan baik dengan public di dalam suatu lembaga, perusahaan, atau instansi terkait guna memperoleh kepercayaan pengertian dan kerjasama. Kegiatan humas dengan orang-orang yang menjadi public internalnya di antaranya adalah hubungan baik denngan pegawai dan hubungan dengan pimpinan. Biro Humas Depsos dalam membina hubungan harmonis dengan khalayak dalam dan luar instansi harus dapat bersikap komunikatif. Untuk itu kegiatan komunikasi dalam Humas yaitu :

a. Komunikasi Internal yaitu komunikasi yang dilakukan di dalam organisasinya sendiri.

b. Komunikasi Eksternal yaitu komunikasi yang dilakukan organisasi atau lembaga dengan khalayak luar.

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, Humas Departemen Sosial melaksanakan kegiatan yang terencana dan berkesinambungan untuk mencapai saling pengertian dengan karyawan lainnya.

2.4 Komunikasi Organisasi

Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules yang dikutip oleh Deddy Mulyana bahwa “ Komunikasi Organisasi adalah proses penciptaan makna atau interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi “

Sedangkan menurut Redding dan Sanborn dalam Arni Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward (dari atasan kepada bawahan ), komunikasi upward (dari bawahan kepada atasan), komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang – orang yang sama level / tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi program.

Menurut Goldhaber mengenai komunikasi organisasi yang dikutip oleh Arni muhammad di dalam buku Komunikasi Organisasi bahwa “Organizational communication is the process of creating and exchanging messages within a network of independent to cope with environmental uncertainly”.

Kutipan tersebut memiliki arti yaitu komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – ubah.

Arni Muhammad mengutip apa yang dikemukakan oleh Katz dan Khan, bahwa “Komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi”.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tentang menarik kesimpulan yaitu bahwa komunikasi organisasi adalah suatu proses penciptaan makna atau interaksi melalui pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks serta proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – ubah.

Oleh karena itu menurut penulis, adanya komunikasi organisasi dapat memenuhi keinginan karyawan untuk berkomunikasi dan dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan agar semakin baik.

Jadi dari penjelasan diatas penulis mengambil bentuk arus komunikasi organisasi yang diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu :

a. Komunikasi kepada bawahan (Downward communication)

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi kebawah digunakan untuk menyampaikan pesan – pesan yang berkenaan dengan tugas – tugas dan pemeliharaan.

Menurut Lewis yang dikutip oleh Arni Muhammad pengertian komunikasi ke bawah adalah :

Untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

Menurut Katz & Kahn (1966), ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, yakni :

1. How to job adalah jenis informasi yang menyangkut bagaimana kita melaksanakan tugas atau pekerjaan. Perintah/instruksi dapat berupa pemberitahuan, petunjuk, penjelasan dan job description.

2. Rationale for doing jobs adalah jenis informasi mengenai atas dasar alasan apa kita melaksanakan tugas yang dibebankan kepada kita. Dalam hal ini, suapya karyawan memahami bagaimana dia bekerja yang berkaitan dengan tugas lainnya.

3. Organizational policies dan practices adalah jenis informasi mengenai kebijakan dan pentunjuk-pentunjuk praktis. Dalam hal ini, karyawan diberikan informasi mengenai jam kerja, gaji, pemutusan hubungan kerja, asuransi, cuti, insentif, sanksi dan sebagainya.

4. Employee performance yaitu jenis informasi mengenai kinerja karyawan, bagaimana karyawan melaksanakan pekerjaannya dengan baik untuk efisien dan efektifnya tujuan organisasi.

5. Mission of the organization adalah informasi untuk mengembangkan kesamaan misi.

Menurut Aa Bambang dan Nandang dalam bukunya Teori Komunikasi, fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah adalah :

· Pemberian (penyampaian) instruksi kerja (job instruction)

· Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan.

· Penyampaian informasi mengenai peraturan – peraturan yang berlaku (procedures and practices).

· Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Pertemuan tatap muka langsung, pembicaraan melalui telephon, memo dan instruksi tertulis merupakan media atau saluran yang banyak digunakan dalam komunikasi kebawah. Selain media tersebut, masih banyak tersedia media komunikasi lain. Misalnya buku pedoman bagi karyawan, majalah dan bulletin perusahaan, poster dan papan pengumuman, laporan tahunan yang dipublikasikan, surat yang dimasukkan dalam sampul gaji atau upah karyawan, surat yang ditujukan ke alamat rumah karyawan, pamflet, film-film atau slide tentang program induksi (orientasi) karyawan baru, dan lain-lain.

Penulis menyimpulkan bahwa komunikasi kebawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau pimpinan kepada bawahannya untuk menyampaikan tujuan yaitu diantaranya pesan – pesan yang berkenaan dengan tugas – tugas dan pemeliharaan dan untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan

b. Komunikasi keatas (Upward communication)

Komunikasi keatas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.

Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunkasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan.

Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu. Menurut Pace (1989) fungsinya adalah sebagai berikut :

1. Dengan adanya komunikasi ke atas supervisor dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.

2. Arus komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan.

3. komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide – ide, dan saran – saran tentang jalannya organisasi.

4. Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas – desus muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya.

5. Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah.

6. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah – masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas – tugasnya dan organisasi.

Menurut Arni Muhammad ada 4 (empat) informasi yang harus diketahui pimpinan dari bawahannya, yaitu :

1. Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan datang.

2. Menjelaskan masalah – masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.

3. Menawarkan saran – saran atau ide – ide bagi penyempurnaan unitnya masing – masing atau organisasi secara keseluruhan.

4. Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman sekerjanya dan organisasi.

Terdapat media-media tertentu yang dapat digunakan untuk meningkatkan aliran informasi ke atas dalam suatu organisasi. Media atau saluran yang banyak digunakan dalam komunikasi ke atas adalah pertemuan tatap muka langsung, pertemuan berencana kelompok karyawan, percakapan informal dengan pimpinan pembicaraan melalui telephon, dan catatan dan memo tertulis, pertemuan khusus dengan karyawan, serta laporan prestasi kerja.

Komunikasi ke atas merupakan sumber informasi yang penting dalam membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan mereka, mengenai teman – temannya yang sama bekerja dan mengenai organisasi. Karena pentingnya komunikasi tersebut maka organisasi perlu memprogramnya.

Untuk menyusun program ini ada prinsip – prinsip yang perlu dipedomani oleh pimpinan. Prinsip – prinsip tersebut menurut Planty dan Machaver (Pace, 1989) adalah sebagai berikut :

1. Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan. Meskipun kerahasiaan dan keterusterangan memperkokoh semua program komunikasi efektif, penyelia dan manajer harus merangsang, mendorong, dan mencari jalan untuk mengembangkan komunikasi ke atas.

2. Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara berkesinambungan. Bawahan harus memberi dan meminta informasi dari ting kat yang lebih tinggi. Penyelia dan manajer harus mau menerima informasi ke pada bawahan dan memberi tanggapan atas apa yang mereka terima, terlepas dari apakah organisasi berfungsi lancer atau sedang mendapat gangguan.

3. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran rutin. Tanpa meghilangkan kesempatan bagi setiap pegawai untuk melakukan kontak dengan dan didengar oleh manajer di setiap tingkat, informasi harus mengalir ke atas melalui organisasi mengikuti tahap – tahap yang biasa dan rutin.

4. Program komunikasi ke atas yang efektif menitikberatkan kepekaan dan penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah. Perbedaan dalam interpretasi dan persepsi atas peristiwa harus diperhitungkan.perbedaan dalam nilai – nilai dan priorotas menghasilkan perbedaan dalam dugaan dan kesimpulan. Mendengarkan dengan tujuan untuk memahami apa yang dimaksud oleh seseorang adalah dasar bagi komunikasi ke atas yang efektif.

5. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup mendengarkan secara objektif. Penyelia dan manajer harus menyediakan waktu untuk mendengarkan bawahan secara objektif. Mendengarkan yang disampaikan bawahan, memudahkan dan mengurangi ketegangan bawahan. Dan kesediaan untuk mendengarkan pendapat yang bertentangan, kritik – kritik dan cara pandang yang berlainan.

6. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup untuk menanggapi masalah. Mendengarkan aktif dapat memancing munculnya gagasan – gagasan baru. Bila harus dilakukan perubahan – perubahan dalam kebijakan atau tindakan, sekedar mendengarkan tanpa melakukan suatu penyesuaian dapat menghapuskan gagasan komunikasi ke atas.

7. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan berbagai media dan metode untuk meningkatkan aliran informasi. Metode komunikasi ke atas yang paling efektif adalah kontak tatap-muka setiap hari dan percakapan di antara penyelia dan bawahan.

Jackson (1959) menyatakan bahwa, secara keseluruhan, kekuatan yang mengarahkan komunikasi dalam sebuah organisasi adalah motivasi. Pegawai cenderung berkomunikasi untuk mencapai beberapa tujuan untuk memuaskan kebutuhan pribadinya, atau untuk mencoba memperbaiki lingkungan barunya. Dan bila ada kepercayaan, pegawai mungkin akan lebih mengemukakan gagasan dan perasaannya lebih bebas, dan atasan dapat menafsirkan apa yang dimaksud oleh pegawai dengan lebih cermat. Hal – hal itulah yang diharapkan pimpinan untuk disampaikan karyawan kepada atasannya melalui komunikasi keatas.

Jadi penulis mengambil kesimpulan bahwa komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Dan tujuannya untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan.

c. Komunikasi Horizontal (Horizontal communication)

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang – orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas – tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik, dan saling memberikan informasi.

Komunikasi horizontal mempunyai tujuan,yaitu :

1. Mengkoordinasikan tugas – tugas. Kepala- kepala bagian dalam suatu organisasi kadang – kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan, untuk mendiskusikan bagaimana tiap – tiap bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas – aktivitas. Komunikasi horizontal sangatlah diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik lagi. Dalam merancang suatu program latihan atau program hubungan dengan masyarakat, anggota – anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang akan mereka lakukan

3. Memecahkan masalah yang timbul diantara orang – orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan moral dari karyawan.

4. Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian konflik ini penting bagi perkembangan social dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik.

5. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit – unit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu.

6. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan akan membantu kekompakkan dalam kerja kelompok.

Menurut Arni Muhammad, bentuk yang paling umum dari komunikasi horizontal adalah kontak interpersonal yang mungkin terjadi dalam berbagai tipe. Di antara bentuk yang seringkali terjadi adalah sebagai berikut :

1. Rapat – rapat komite. Rapat – rapat komite ini biasanya diadakan untuk melakukan koordinasi pekerjaan, saling berbagi informasi, memecahkan masalah dan menyelesaikan konflik di antara sesama karyawan.

2. Interaksi informal pada waktu jam istirahat. Anggota unit – unit kerja dalam suatu organisasi mungkin bekerja terpisah satu sama lain, tetapi pada waktu jam istirahat mereka mempunyai kesempatan berkumpul bersama saling terlibat dalam komunikasi interpersonal satu sama lain.

3. Percakapan telepon. Koordinasi aktivitas pekerjaan, beberapa negosiasi dapat dilakukan melalui percakapan telepon. Dalam kenyataannya telepon dapat mempercepat dan menambah kontak diantara sesama anggota organisasi dengan anggota lain yang tempat kerjanya berjauhan.

4. Memo dan nota. Tulisan tangan yang berbentuk memo atau nota adalah bentuk yang paling umum digunakan dalam saling berhubungan dengan teman sekerja.

5. Aktivitas social. Di dalam suatu organisasi biasanya ada kelompok – kelompok untuk rekreasi, olahraga, kegiatan social dan sebagainya. Kelompok – kelompok ini mengembangkan komunikasi horizontal dalam organisasi.

6. Kelompok mutu. Yang dimaksudkan dengan kelompok mutu ini adalah suatu kelompok dalam organisasi yang secara sukarela bertanggung jawab untuk memperbaiki kutu pekerjaan mereka.

Komunikasi horizontal memegang peranan sangat penting dalam pembinaan hubungan diantara para karyawan dan mendorong terciptanya unit kerja yang padu. Para karyawan yang tingkatnya sama, yang sering berinteraksi, tampaknya lebih sedikit mengalami kesulitan dalam memahami satu sama lainnya. Interaksi antar sejawat menghasilkan dukungan emosional dan psikologis.

d. Komunikasi Diagonal

Sering juga dinamakan komunikasi silang (cross communication) yaitu komunikasi dalam organisasi antara sesorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda dalam kedudukan dan bagian. Misalnya antara manajer keuangan dengan seorang office boy yang secara structural termasuk bagian personalia.

Komunikasi diagonal berlangsung secara tidak formal. Misalnya dalam pesta perayaan, rekreasi atau pada waktu istirahat. Komunikasi internal dapat terjadi pada dua situasi, yaitu dalam situasi formal (pada saat rapat, pemberian laporan kepada pimpinan) dan non formal (pada saat beristirahat, pulang kerja, sedang berekreasi).

Terdapat beberapa penggolongan komunikasi dalam organisasi yang biasa dipakai, diantaranya adalah:

Komunikasi Lisan dan Tertulis

Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan disampaikan. Banyak orang menyukai komunikasi lisan karena situasi keakraban yang ditimbulkannya. Sedangkan orang lain berpendapat bahwa kecermatan dan ketepatan biasanya lebih berhasil dicapai melalui komunikasi lisan maupun tertulis.

Banyak faktor yang menentukan pemilihan di antara kedua bentuk komunikasi itu untuk digunakan dalam situasi tertentu. Pertimbangan waktu, biaya, ketepatan, preferensi pribadi, keterampilan berkomunikasi individual, sumber-sumber data yang tersedia, dan pertimbangan lain menjadi kriteria pengambilan keputusan dalam memilih apakah pesan-pesan akan disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis.

Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Jika dua orang berintraksi, maka informasi mengenai perasaan dan gagasan-gagasan dan ide-ide yang timbul akan dikomunikasikan. Arti dari kata atau kalimat diperjelas melalui tinggi rendahnya nada suara, perubahan nada suara, keras tidaknya suara, dan kapan komunikator berbicara.

Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai isyarat-isyarat non verbal dalam percakapan tatap muka langsung, perasaan, keadaan jiwa, atau suasana hati seseorang dinyatakan melalui gerakan isyarat (gesture), ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan, postur, kontak fisik, kontak pandangan mata, dan stimulasi non verbal lain yang sama pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan. Ekspresi, gerakan isyarat, gerakan dan posisi badan tersebut secara keseluruhan sering disebut sebagai bahasa badan (body language) yang menyatakan sikap dan perasaan seseorang.

Komunikasi Formal dan Informal

Dasar penggolongan ini adalah gaya, tatakrama, dan pola aliran informasi di dalam perusahaan. Komunikasi formal terjadi diantara karyawan melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Proses komunikasi struktur formal tersebut dapat dibedakan atas tiga dimensi: a) Dimensi vertikal, seperti yang tergambar dalam susunan organisasi yang melukiskan hubungan kerja antara atasan dan bawahan. b) Dimensi horizontal, tujuan dari komuniksi ini untuk melakukan koordinasi. c) Dimensi luar organisasi, dimensi ini timbul sebagai akibat dari kenyataan bahwa suatu organisasi tidak bisa hidup sendirian. Karena itu organisasi membutuhkan berkomunikasi dengan fihak luar yang berada dalam lingkungan tersebut.

Komunikasi informal terjadi di antara karyawan dalam suatu organisasi yang dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka. Meskipun hubungan yang terjadi dalam komunikasi informal ini mengikuti pola yang bebas dari pengaruh organisasi formal, akan tetapi komunikasi informal merupakan saluran yang penting karena menyebar ke seluruh bagian dalam organisasi tanpa memperhatikan struktur dan saluran komunikasi formal.

Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah

Jenis komunikasi satu arah ini menghilangkan kesempatan untuk memperoleh penjelasan dan konfirmasi. Jenis komunikasi ini hanya menekankan penyampaian pesan. Keuntungnnya adalah cepat penyampaiannya, dan menghemat waktu dan biaya. Sedangkan kerugiannya adalah sangat tidak memuaskan penerima pesan yang tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh penjelasan atas pesan yang dikirimkan.

Komunikasi dua arah mempunyai suatu sistem umpan balik yang terpasang tetap (built-in system of feed back) di dalamnya, yang memungkinkan komunikator dapat menerima umpan balik pesan yang disampaikan. Keuntungannya adalah komunikator dapat memperoleh umpan balik mengenai pesan yang disampaikan dan komunikan dapat merasa puas karena pada dasarnya setiap orang menyukai berinteraksi. Sedangkan kerugiannya adalah lambat, memakan banyak waktu, dan ada kemungkinan kurang efisien karena dapat memberikan kepuasan yang berlebihan kepada penerima pesan.

Maka berdasarkan uraian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa komunikasi organisasi yang efektif adalah komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi harus disesuaikan dengan jalurnya masing – masing, agar para anggota organisasi mampu menyesuaikan diri atau mengetahui kapan dan bagaimana harus berkomunikasi secara formal atau informal.

2.4.1 Teori Sistem

Istilah system berasal dari bahasa yunani Systema, yang memiliki pengertian sebagai berikut :

a. suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian.

b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan – satuan atau komponen – komponen secara teratur.

Jadi dengan kata lain istilah systema itu mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan.

Sebuah system merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari sejumlah komponen yang terinterealisasi secara fungsional dan didesain untuk mencapai sasaran – sasaran tertentu yang ditetapkan sebelumnya.

Asal usul aliran system ini adalah dari karya teori seorang ahli biologi Ludwig Von Lanffy. Ia mendifinisikan teori system umumnya sebagai “ilmu keseluruhan” (science of wholeness) yang membahas keseluruhan yang terdiri dari bagian – bagian yang saling tergantung hubungan diantara bagian – bagian itu dan hubungan diantara keseluruhan dengan lingkungannya.

Scott (1961) menyatakan bahwa “satu – satunya cara yang bermakna untuk mempelajari organisasi adalah sebagai suatu system”. Ia mengemukakan bahwa bagian – bagian penting organisasi sebagai system adalah individu dan kepribadian setiap orang dalam organisasi, struktur formal, pola interaksi yang informal, pola status dan peranan yang menimbulkan pengharapan – pengharapan dan lingkungan fisik pekerjaan. Bagian – bagian inilah yang disebut system organisasi. Semua bagian itu saling berhubungan dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.

Teori system umum (Bertalanffy,1968 Boulding,1965 Rapoport,1968) mengidentifikasikan beberapa prinsip yang berlaku bagi semua jenis system. Yakni bahwa mesin, organisme, dan organisasi memiliki proses serupa dan dapat diuraikan dengan prinsip – prinsip yang sama.

Menurut Fisher teori system adalah seperangkat prinsip yang terorganisasikan secara longgar dan sangat abstrak, yang berfungsi mengarahkan pikiran kita namun terikat pada berbagai penafsiran.

Prinsip – prinsip teori system menurut Fisher sebagai berikut :

1. Nonsumativitas. Nonsumativitas menunjukkan bahwa suatu system tidak sekedar sejumlah dari bagian – bagiannya. Ketika komponen – komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain dalam suatu interdependensi, system tersebut memperoleh suatu identitas yang terpisah dari masing – masing komponen.

2. Unsur – unsur struktur, fungsi, dan evolusi. Struktur merujuk kepada hubungan antar komponen suatu system. Struktur mencerminkan keteraturan. Suatu birokrasi, misalnya, adalah suatu system sangat terstruktur yang mencerminkan suatu derajat tinggi keteraturan. Fungsi, atau tindakan perilaku, merupakan sarana mendasar untuk mengidentifikasikan orang – orang dalam suatu system social. Evolusi, suatu system, atau perubahan dan bukan perubahan dalam suatu system sejalan dengan berlalunya waktu, mempengaruhi baik unsur fungsional maupun unsur structural, dan kerumitan suatu system berhubungan dengan sejauh mana unsur – unsur fungsional dan structural bervariasi.

3. Keterbukaan. Organisasi adalah system social. System terbuka ditandai dengan equifinalitas, yang berarti bahwa “Keadaan akhir yang sama dapat dicapai dari kondisi – kondisi yang berbeda dan dengan cara – cara yang berbeda” itu juga berarti bahwa organisasi yang mulai dengan kondisi awal yang sama dapat memperoleh keadaan akhir yang berbeda.

4. Hirearki. Suatu system mungkin merupakan suatu suprasistem bagi system – system lain di dalamnya, juga merupakan suatu subsistem bagi suatu system yang lebih besar. Arus informasi yang melintasi batas – batas suatu system dapat mempengaruhi perilaku structural-fungsional system tersebut.

Jadi berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa didalam suatu organisasi terdapat sehimpunan bagian atau komponen – komponen yang saling berhubungan dan saling tergantung satu dengan yang lainnya secara teratur dan merupakan satu keseluruhan. Jadi bagian atau komponen – komponen tersebut harus bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dengan adanya kerjasama tersebut, maka terciptalah suatu motivasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang lebih baik lagi.

2.5 Motivasi Kerja

Menurut Hasibuan motivasi berasal dari kata Latin “Movere” yang artinya dorongan atau daya penggerak. Pace dan Faules mengatakan bahwa sebenarnya istilah motivasi merujuk kepada ‘kondisi dasar yang mendorong suatu tindakan’.

Dari definisi diatas, jelas bahwa motivasi merupakan perilaku seseorang yang pada hakekatnya ditentukan oleh berbagai kebutuhan untuk mencapai tujuan. Perilaku ini dapat tercapai karena adanya dorongan – dorongan atau keinginan – keinginan dari yang ia pikirkan, ia rasakan, dan ia percayai. Dorongan atau keinginan itulah yang kemudian dinamakan motivasi.

Seorang pimpinan harus mengenal konsep motivasi agar pimpinan juga memahami bahwa bawahan juga manusia seperti dirinya yang mempunyai martabat, harga diri, kepribadian, emosi, keyakinan, kepercayaan, keinginan dan harapan. Dengan mengenal dan memahami konsep motivasi maka pimpinan akan menjadikan bawahan sebagai partner kerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan.

· Teori Motivasi Prestasi

Teori motivasi ini pertama kali dicetuskan oleh David Mc.Clelland atau lebih dikenal dengan nama Mc.Clelland Achievement Motivation Theory. Ia mengatakan bahwa ada tiga kebutuhan dasar yang memotivasi manusia. Ketiga kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan prestasi (need for achievement atau n-ach), kebutuhan akan afiliasi (need fir affiliation atau n-aff), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power atau n-pow).

Kebutuhan akan prestasi adalah tingkat dimana individu memiliki keinginan kuat untuk melaksanakan tugas yang yang menantang dengan baik dan memenuhi standar mutu pribadi. Orang dengan kebutuhan tinggi akan prestasi sering membuat tujuan yang jelas bagi dirinya sendiri dan suka menerima feed back performa. Menurut McClelland, orang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi (n-ach) yang tinggi memiliki ciri-ciri :

a. Suka mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu persoalan.

b. Suka menetapkan tanggung jawab yang moderat, tidak terlalu tinggi, dan juga tidak terlalu rendah. Tujuan tersebut ditetapkan dengan realistic.

c. Suka feed back yang cepat. Dengan feed back tersebut akan diperoleh evaluasi mengenai pekerjaannya, dan sekaligus melihat apakah dapat perbaikan atau tidak.

Kebutuhan akan afiliasi adalah tingkat dimana individu peduli dengan pembentukan dan pemeliharaan hubungan pribadi yang baik, menjadi disukai dan berada di antara banyak orang bergaul dengan mereka. Orang semacam ini lazimnya menyukai hubungan yang akrab, saling memahami, bersedia menolong orang lain, dan menyukai hubungan yang baik dengan orang lain. Orang – orang yang memilki kebutuhan afiliasi yang tinggi memiliki ciri – ciri :

a. Mereka memilki suatu keinginan yang kuat untuk mendapatkan restu dan ketentraman dari orang lain.

b. Mereka cenderung untuk menyesuaikan diri dengan keinginan dan norma orang lain yang ada di lingkungannya.

c. Mereka memilki suatu perhatian yang sungguh – sungguh terhadap perasaan orang lain.

Orang – orang yang memilki kebutuhan afiliasi yang tinggi mencari kesempatan ditempat kerja untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Oleh karenanya, orang – orang yang memilki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung bekerja dengan orang lain dari pada ia bekerja sendiri dan mereka cenderung memilki tingkat kehadiran yang tinggi. Dan mereka juga memiliki kecenderungan bahwa mereka akan berprestasi lebih baik dalam situasi di mana ada dukungan personal dan moral.

Kebutuhan akan kekuasaan adalah tingkat dimana individu ingin mengendalikan atau mempengaruhi orang lain. Orang semacam ini lazimnya menginginkan posisi kepemimpinan, lebih out spoken, agresif, menuntut banyak, menyukai pembicaraan di depan publik.

Orang – orang yang memiliki kebutuhan tinggi akan kekuasaan cenderung lebih banyak memberikan saran – saran, lebih sering memberikan pendapat, dan evaluasinya, selalu mencoba untuk mempengaruhi orang lain ke dalam cara berpikirnya, mereka juga cenderung menempatkan diri sebagai pemimpin dilingkungan aktivitas kelompoknya, serta cenderung dekat dengan atasan atau pimpinannya.

McClelland berkesimpulan bahwa orang yang mempunyai n-ach yang tinggi akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam lingkungan yang kompetitif. Menurut penemuan McClelland, orang-orang yang sukses dalam pekerjaannya yang kompetitif mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi.

Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa dalam suatu organisasi titik sentral dari semua kegiatan – kegiatan yang ada dalam organisasi adalah faktor manusia.

Bila dilihat dari pengertian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja yang dimaksud adalah kekuatan yang memberikan dorongan kepada karyawan Departemen Sosial RI sehingga dalam bekerja dapat menghasilkan produktifitas yang tinggi.

2.6 Karyawan

Karyawan di dalam suatu perusahaan merupakan aset yang cukup penting, dan dalam dunia Public Relations dikenal dengan hubungan masyarakat internal (Employee Relations), yaitu public yang terdiri dari para pekerja (karyawan) menjadi bagian utama dari unit usaha, perusahaan atau instansi itu sendiri.

Yang dimaksud dengan karyawan menurut Rhenald Kasali adalah orang-orang di dalam perusahaan atau organisasi yang tidak memegang jabatan structural.

Karyawan dalam hal ini merupakan salah satu publik dari kegiatan public relations karena karyawan merupakan orang – orang yang melakukan kegiatan dalam porsi terbesar dan terlibat langsung dengan perusahaan atau organisasi. Untuk itu hubungan dengan karyawan perlu dibina secara harmonis.

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karyawan adalah orang-orang yang bekerja di tempat baik itu di perusahaan maupun ditempat lain, baik pekerja halus maupun kasar, baik yang berpakaian rapi atau tidak. Dalam kaitan penelitian ini yang dimaksud karyawan disini adalah karyawan Departemen Sosial RI.

Masalah pokok dalam definisi diatas adalah kenyataan menunjukkan, bahwa karyawan akan bekerja bersama – sama rekannya dengan intensitas lebih sering dibandingkan dengan pimpinan. Oleh sebab itu, hubungannya antar sesama karyawan harus mendasari keharmonisan hubungan antar individu dilingkungan organisasi perusahaan, karena bekerja dengan kawan sekerja adalah suatu keharusan dan tidak mungkin dihindari dan itu sangat berguna untuk kelangsungan baik bagi organisasi atau lembaga itu sendiri.

2.7 Hubungan Komunikasi Organisasi Dengan Motivasi Kerja

Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, komunikasi organisasi adalah suatu proses penciptaan makna atau interaksi melalui pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Dimana komunikasi organisasi disini meliputi komunikasi upward yakni pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan.

Komunikasi downward yakni arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi kebawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Komunikasi horizontal yakni pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik, dan saling memberikan informasi. Serta komunikasi diagonal, sering juga dinamakan komunikasi silang (cross communication) yakni komunikasi dalam organisasi antara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda dalam kedudukan dan bagian. Hubungan tersebut dapat dilihat pada kondisi lingkungan yang saling pengertian, saling memberi, saling menerima, serta saling mengembangkan.

Hubungan dengan karyawan akan menghasilkan suatu motivasi dalam bekerja. Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, menurut Hasibuan motivasi mempunyai arti dorongan atau daya penggerak. Jadi dari definisi tersebut, jelas bahwa motivasi merupakan perilaku seseorang yang pada hakekatnya ditentukan oleh berbagai kebutuhan untuk mencapai tujuan. Perilaku ini dapat tercapai karena adanya dorongan – dorongan atau keinginan – keinginan dari yang ia pikirkan, ia rasakan, dan ia percayai. Dorongan atau keinginan itulah yang kemudian dinamakan motivasi.

Menurut David Mc.Clelland ada tiga kebutuhan dasar yang memotivasi manusia yakni kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi, dan kebutuhan akan kekuasaan. Kebutuhan akan prestasi adalah tingkat dimana individu memiliki keinginan kuat untuk melaksanakan tugas yang yang menantang dengan baik dan memenuhi standar mutu pribadi. Orang dengan kebutuhan tinggi akan prestasi sering membuat tujuan yang jelas bagi dirinya sendiri dan suka menerima feed back performa.

Kebutuhan akan afiliasi adalah tingkat dimana individu peduli dengan pembentukan dan pemeliharaan hubungan pribadi yang baik, menjadi disukai dan berada di antara banyak orang bergaul dengan mereka. Orang semacam ini lazimnya menyukai hubungan yang akrab, saling memahami, bersedia menolong orang lain, dan menyukai hubungan yang baik dengan orang lain.

Sedangkan kebutuhan akan kekuasaan adalah tingkat dimana individu ingin mengendalikan atau mempengaruhi orang lain. Orang semacam ini lazimnya menginginkan posisi kepemimpinan, lebih out spoken, agresif, menuntut banyak, menyukai pembicaraan di depan publik. McClelland berkesimpulan bahwa orang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam lingkungan yang kompetitif.

Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa dalam suatu organisasi titik sentral dari semua kegiatan – kegiatan yang ada dalam organisasi adalah faktor manusia. Oleh karena itu, komunikasi dengan karyawan perlu senantiasa dilakukan. Komunikasi yang baik mengisyaratkan bahwa setiap anggota organisasi mendapatkan motivasi yang baik bagi peningkatan produktifitas kerjanya. Komunikasi organisasi yang positif tidak hanya meningkatkan motivasi kerja para karyawannya akan tetapi juga akan berdampak kepada pencapaian tujuan yang ingin dicapai oleh instansi tersebut.

2.8 Hipotesis

Terdapat hubungan antara komunikasi organisasi dengan motivasi kerja karyawan di Depsos RI.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Secara harfiah, kata metode berasal dari bahasa Yunani yang mengandung arti cara atau jalan. Metode Penelitian adalah suatu cara kerja yang menjadi pdoman kegeiatan penelitian. Koentjaraningrat mengatakan bahwa sehubungan dengan upaya – upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah – masalah cara kerja, yaitu untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Metode yang digunakan dalam permasalahan ini adalah metode survey korelasional. Pengertian survey menurut Moh. Nazir adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta – fakta dari gejala – gejala yang ada dan mencari keterangan – keterangan secara factual, baik tentang institusi social, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.

Sedangkan pengertian survey menurut Singarimbun yakni penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

Menurut Rakhmat, metode korelasional adalah suatu metode yang meneliti sejauh mana variasi pada salah satu faktor (Variabel bebas) berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Variabel terikat). Melalui metode ini dapat kita ketahui bersama bentuk hubungan timbal balik antara kedua variabel (Variabel X dan Variabel Y) yang diteliti dalam hal ini adalah Variabel Komunikasi Organisasi dan Variabel Motivasi Kerja Karyawan.

3.2 Populasi

Menurut Sudjana, dalam buku Metode Statistika, Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun menyusun kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpul obyek yang lengkap dan jelas. Penelitian mengenai Komunikasi Organisasi Dengan Motivasi Kerja Karyawan di lakukan di Departemen Sosial RI. Dengan demikian populasi penelitiannya adalah seluruh karyawan dan staf Departemen Sosial RI yang beralamatkan di Jl. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat, yang berjumlah 1741 orang, yang terdiri dari Staf Ahli Menteri, Sekretariat Jendral, Inspektorat Jenderal, Ditjen.Pemberdayaan sosial, Ditjen.Yanrehsos, Ditjen.Banjamsos, dan Badiklit Kessos. Untuk menentukan sampel penulis menggunakan rumus Yamane yaitu :

n = N

fafi

fafi

g

å-

=

å+

Nd2 + 1

Keterangan :

n = Jumlah Sample

d = Presisi 10%

N = Jumlah populasi

Maka jumlah populasi dari penelitian ini adalah :

· N atau jumlah populasi dari penelitian ini adalah seluruh pegawai Depsos RI yang berjumlah 1741 orang.

· Dari populasi, maka dirumuskan dalam rumus Yamane dapat hasil sebagai berikut :

n = N

Nd2 + 1

n = 1741

1741 (0,1)2 + 1

n = 1741

1741 (0,01) + 1

N = 94.5 dibulatkan menjadi 95 Orang

3.3 Sampel

Adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.

Sampel yang akan penulis ambil adalah sebanyak 95 orang dari total jumlah populasi untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Di Departemen Sosial RI terdapat 7 bagian dalam struktur organisasinya, yaitu :

Bagian Departemen

Jumlah Pegawai

Simple Cluster Sampling

Hasil

Staf Ahli Menteri

5 orang

5/1741x95 =0,2

0

Sekretariat Jenderal

558 orang

558/1741x95=30,4

30

Inspektorat Jenderal

107 orang

107/1741x95=5,8

6

Ditjen.Pemberdayaan Sosial

252 orang

252/1741x95=13,7

14

Ditjen.Yanrehsos

293 orang

293/1741x95=15,9

16

Ditjen Banjamsos

240 orang

240/1741x95=13

13

Badiklit Kessos

286 orang

286/1741x95=15,6

16

Total Keseluruhan

95

3.4 Tehnik Sampling

Dalam penarikan sampel, penulis menggunakan teknik simple cluster sampling, yang menurut J. Supranto dalam bukunya Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen yakni sampel acak sederhana dimana setiap sampling unit terdiri dari kumpulan atau kelompok elemen. Yang mana di setiap pengambilan sampling dilakukan dengan cara purposive sampling. Penggunaan teknik sampling ini mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja. Cara penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Penggunaan teknik ini senantiasa berdasarkan kepada pengetahuan tentang ciri – ciri tertentu yang telah didapat dari populasi sebelumnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis ingin mengambil sampling yaitu karyawan Depsos yang sudah bekerja lebih dari 2 tahun.

3.5 Operasional Variabel

Variabel X : Komunikasi Organisasi

Indikator :

1. Komunikasi Ke Atas, Komunikasi Ke Bawah, Komunikasi Horizontal, Komunikasi Diagonal

2. Bentuk Komunikasi

3. Media Komunikasi

Skala : Ordinal

Atribut : Tinggi, Sedang, Rendah

Variabel Y : Motivasi Kerja Karyawan

Indikator :

1. Kebutuhan akan prestasi :

· Tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu persoalan

· Menyukai tantangan dalam bekerja

2. Kebutuhan akan afiliasi :

· Hubungan yang akrab

· Saling memahami

· Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

3. Kebutuhan akan kekuasaan :

· Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain

· Memberikan gagasan baru

· Menempatkan diri sebagai pemimpin

Skala : Ordinal

Atribut : Tinggi, Sedang, Rendah

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengambilan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini untuk memperoleh data-data adalah sebagai berikut:

1. Questioner

Questioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan mencari data atau informasi penelitian melalui sumber bacaan jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan dan penulis juga memperoleh data dari pihak perusahaan.

3. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengaan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dengan periode tertentu yang diamati.

3.7 Tehnik Analisis Data

Dalam analisis data penulis menggunakan analisis data secara kuantitatif yaitu lebih menekankan pada pengujian hubungan tersebut. Dan kemudian menggunakan table tunggal dan tabel silang. Menurut Sofian dan Singarimbun, tabulasi silang adalah menggunakan distribusi presentase pada sel – sel dalam tabel sebagai dasar untuk menyimpulkan hubungan antara variabel – variabelnya.

Untuk mengukur pengujian koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, penulis menggunakan Rumus Koefisien Korelasi dari Goodman’s dan Kruskal’s Gamma :

γ = Σ fa – fi

Σ fa + fi

Keterangan : γ = koefisien korelasi

fa = frekuensi kesepakatan

fi = frekuensi inverse

Tabel :

a

b

c

d

e

f

g

h

i

fa = a (e + f + h + i) + b (f + i) + d (h + i) + e (i)

fi = c (d + e + g + h) b (d + g) + f (g + h) + e + (g)

Tingkat signifikan y dinilai dengan menghitung nilai Z yakni :

Keterangan :

: Nilai uji signifikasi

: Koofisien korelasi Gamma

N: Besarnya ukuran populasi (sampel)

3.8 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini penulis lakukan di Departemen Sosial RI, yang beralamat di Jl. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat.

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN HASIL ANALISA

4.1.Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1.Sejarah Departemen Sosial RI

Departemen sosial dahulu tidak mempunyai pendahulu atau yg disebut “voorloper” dizaman Pemerintahan Jajahan Belanda. Juga tidak mempunyai pendahulu di zaman Pemerintahan Balatentara Dai Nippon. Dalam Pemerintahan Balatentara Dai Nipppon, di dalam Departemen Dalam Negeri atau Gunseikabu Naimubu terdapat Romukyoku atau kantor perburuhan yang terdiri dari Romuka : Bagian Perburuhan dan Koseika atau Bagian Sosial.

Jikalau Romuka berpijak pada kantor van arbeid atau kantor perburuhan termasuk : Departement van Justitie atau Departemen Kehakiman, maka berpijak bagi Koseika atau bagian sosial adalah : Urusan Kemiskinan atau Azmwezen dari Departemen van Justitie atau Departemen Kehakiman pula.

Yang tersebut diatas tentang kantor perburuhan (kantor van arbeid) dan urusan fakir miskin (armwezen) sebagai peninggalan pemerintahan kolonial belanda dan diteruskan oleh pemerintah balatentara dai nippon menjadi alas berpijak Departemen Sosial Republik Indonesia, tetapi dengan perbedaan yang sangat prinsipil yaitu bahwa pemerintahan kolonial belanda melaksanakan politik “hands of” terhadap usaha-usaha kesejahteraan sosial atau bersifat tambahan saja (“aanvullend”).

Sedangkan Pemerintah Republik Indonesia justru mengemban tugas konstitusional konstruktif melaksanakan usaha-usaha kesejahteraan sosial menuju penghapusan kemiskinan dan keterlantaran (Pasal 34 UUD’45 dalam rangkaiannya dengan pasal 33 UUD’45).

Bahwa pemerintah kolonial belanda tidak mau membebani diri dengan usaha-usaha kesejahteraan sosial terbukti pula dari penempatan urusan fakir miskin atau armzewen dibawah naungan Departemen Kehakiman yang hanya membuat peraturan-peraturan dan menyerahkan urusan kemiskinan pada badan/lembaga amal partikelir.

Pemerintahan Balatentara Dai Nippon yang mempunyai Departemen Dalam Negeri atau Naimubu dengan Kantor Perburuhan atau Romukyoku yang terdiri dari Romuka atau Bagian Perburuhan dan Koseika atau Bagian Sosial hanya bergerak meneruskan praktek Pemerintah Hindia Belanda dengan pemberian subsidi pada badan sosial oleh Pemerintah Daerah Kabupaten (“Ken”) dan Pemerintah Kota (“Si”)

Romukyoku menyibukkan diri terutama dalam pengerahan romusha yang dikerjakan secara paksa untuk kepentingan tentara Jepang dan juga transmigrasi petani atau “nogyoimin” dari Jawa ke Sumatera.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, lahirlah Depertemen Sosial sebagai bentuk Departemen baru yang tidak ada pendahulunya atau “voorloper” berbentuk Departemen pada pemerintah hindia belanda atau pemerintah balatentara dai nippon, hanya terdapat alas berpijak peninggalan zaman jajahan.

Pimpinan tertinggi Departemen Sosial dipercayakan pada Mr. Iwa Kusuma Sumantri yang pada waktu membawahi 30 orang pegawai, untuk bagian perburuhan dan bagian sosial sedangkan hampir semua pegawai kurang/tidak berpengetahuan dan berpengalaman cukup mendalam dalam bidang perburuhan dan bidang sosial.

Meskipun sudah berdiri Pemerintahan Republik Indonesia dan Departemen-departemen Pemerintahan sudah pula terbentuk, namun jepang masih berkuasa, yang harus menyerahkan kekuasaannya pada Tentara Sekutu (Inggris) yang dikabarkan akan mendarat setiap saat. Hal ini terjadi pada akhir bulan September 1945 tentara Inggris mendarat disertai oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA) Belanda.

Fondamen yang kukuh mulai diletakkan untuk membangun Departemen Sosial, yang kehadirannya di bumi persada Ibu Pertiwi, didasari kebutuhan dan kepentingan kontitusional UUD’45 dalam masa perjuangan yang dahsyat untuk menegakkan kemerdekaan Nusa dan Bangsa.

4.1.2. Visi dan Misi Departemen Sosial RI

Visi Depsos RI : Kesejahteraan Sosial Oleh Dan Untuk Semua

Visi ini mengandung makna bahwa pembangunan kesejahteraan sosial merupakan upaya dan gerakan nasioanal untuk mewujudkan kesejahteraan sosial oleh perorangan, keluarga, kelompok masyarakat, organisasi dan dunia usaha bagi seluruh rakyat Indonesia.

Misi Depsos RI :

1. Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas hidup manusia

2. Mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial sebagai investasi modal sosial.

3. Mencegah dan mengendalikan serta mengatasi permasalahan sosial, dampak yang tidak diharapkan dari proses industrialisasi, krisis sosial ekonomi, globalisasi dan arus informasi.

4. Mengembangkan sistem informasi sosial dan perlindungan sosial.

5. Memperkuat ketahanan sosial melalui upaya memperkecil kesenjangan sosial dengan memberikan perhatian kepada warga masyarakat rentan dan tidak beruntung serta pembinaan semangat kesetiakawanan sosial dan kemitraan.

4.1.3.Struktur Organisasi Departemen Sosial RI

Berdasarkan PERATURAN MENTRI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMER : 82 / HUK / 2005. TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN SOSIAL. Maka Departemen Sosial memiliki struktur organisasi sebagai berikut :

1. Menteri

Sebagai unsur pimpinan Departemen Sosial, Mensos menjalankan tugas sehari – hari dibantu oleh kelompok pembantu pribadi menteri, yang dipimpin oleh seorang kepala kelompok,terdiri dari :

2 Sekertaris Jendral

Sekertariat Jendral sebagai unsur pembantu pimpinan, bertanggung jawab melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi Departemen Sosial. Setjen mebawahi biro – biro yang masing – masing dipimpin oleh seorang kepala biro.

3 Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial

Bertanggung jawab merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pemberdayaan sosial.

4 Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

Mempunyai tanggung jawab merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarissi teknis di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial.

5 Direktorat Jendral Bantuan dan Jaminan Sosial

Mempunyai tanggung jawab merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang bantuan dan jaminan sosial

6 Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial

Mempunyai tanggung jawab melaksanakan pendidkan dan penelitian dibidang kesejateraan sosial.

7 Inspektorat Jendral

Mempunyai tanggung jawab melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen.

8 Pusat Penyuluhan Sosial

Pusat Penyuluhan Sosial adalah unsur penunjang Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekertaris Jendral. Pusat penyuluhan dipimpin oleh seorang kepala. Mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan sosial.

9 Pusat Penyusunan Perundang – undangan dan Bantuan Hukum

Pusat Penyusunan Perundang – undangan dan Bantuan Hukum adalah unsur penunjang Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekertaris Jendral. Dipimpin oleh seorang kepala. Mempunyai tugas melaksanakan penelaahan dan penyusunan peraturan perundang – undangan dan pelayanan, pertimbangan dan bantuan hukum serta dokumentasi dan informasi hukum.

10 Staff Ahli

Staff Ahli adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah tertentu sesuai dengan bidang tugasnya.

11 Unit Pelaksanaan Teknis ( UPT )

Sebagai pelaksana tugas teknis penunjang di Direktorat Jendral atau badan sesuai dengan kebutuhan.

4.2.Hasil Penelitian Lapangan

Penulis akan memaparkan hasil analisis data yang telah penulis kumpulkan dari para responden yaitu para karyawan Departemen Sosial RI. Data tersebut merupakan hasil dari kuesioner yang penulis sebarkan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara komunikasi organisasi dengan motivasi karyawan Departemen Sosial RI. Pada pembahasan ini menggambarkan hubungan kedua variabel yaitu variabel X (komunikasi organisasi) dan variabel Y (motivasi kerja).

Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) minggu, yaitu dari tanggal 1 Juli hingga 17 Juli 2010. Penelitian ini menggambarkan hubungan kedua variabel, yaitu variabel X dan Y yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah Karyawan Departemen Sosial RI

. 4.2.1 Analisis Data Responden

Data responden terdiri dari 5 (lima) pertanyaan kuesioner (mulai dari nomor 1 sampai dengan 5) dimana memperlihatkan latar belakang responden yang dirangkum ke dalam bentuk tabel-tabel tunggal, yang memperlihatkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, masa kerja, dan status.

4.2.1.1 Jenis Kelamin

Tabel dibawah ini menunjukkan data tentang jenis kelamin responden, yaitu sebagai berikut.

Tabel. 1

Jenis kelamin

n = 95

JENIS KELAMIN

f

(%)

Laki-laki

52

55

Perempuan

43

45

Jumlah

95

100

Untuk melakukan perhitungan persentase pada tabel-tabel analisis, peneliti menggunakan rumus : P = f x 100 %

n

dimana :

f = frekuensi

n = ukuran sampel

(Sumber : Paul Nichol, Konstruksi Ke arah Penelitian Deskriptif, 2000, hlm.132)

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan frekuensi responden laki-laki berjumlah 52 orang atau 55%, sedangkan responden perempuan berjumlah 43 orang atau 45%. Hal ini menggambarkan bahwa responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

Ini semua dapat di pahami karena Departemen Sosial RI memiliki banyak SDM laki-laki di bandingkan dengan perempuan, dimana untuk posisi atau jabatan lebih banyak didominasi oleh laki-laki. Selain itu hal ini disebabkan karena karyawan laki-laki lebih semangat dan bekerja keras di Departemen Sosial RI dibandingkan dengan perempuan.

4.2.1.2 Usia Responden

Usia responden dalam penelitian dibagi empat kategori, yaitu: ≤ 20 tahun, > 20-35 tahun, > 35-45 tahun, > 45 tahun.

Tabel. 2

Usia Responden

n = 95

Usia Responden

f

(%)

≤ 20 tahun

0

0

> 20 – 35 tahun

35

37

> 35 – 45 tahun

32

34

> 45 tahun

28

29

Jumlah

95

100

Dari tabel 2 diatas menunjukkan frekuensi responden yang lebih besar adalah responden usia > 20-35 tahun berjumlah 35 orang atau 37%. Hal ini menggambarkan bahwa responden yang banyak bekerja di Departemen Sosial RI karyawan yang berusia > 20-35 tahun. Hal ini dikarenakan karena pada usia > 20-35 tahun, seseorang/karyawan tersebut masih sangat aktif, memiliki kekuatan atau semangat yang gigih dan rajin dalam bekerja.

4.2.1.3 Pendidikan Terakhir

Tabel. 3

Pendidikan Terakhir

n = 95

PENDIDIKAN TERAKHIR

f

(%)

SMA

13

14

Akademi (D3)

19

20

Sarjana (S1)

50

52

Pasca Sarjana (S2)

13

14

Jumlah

95

100

Dari tabel(3 diatas menunjukkan menunjukkan frekuensi responden yang mengemban pendidikan terakhir tamat SMA berjumlah 13 orang atau 14%, hal tersebut menunjukkan bahwa di Departemen Sosial RI lebih membutuhkan tenaga kerja yang tingkat pendidikannya lebih tinggi. Responden yang mengemban pendidikan terakhir tamat Akademi (D3) berjumlah 19 orang atau 20%, responden yang mengemban pendidikan terakhir tamat Sarjana (S1) berjumlah 50 orang atau 52%, sedangkan responden yang mengemban pendidikan terakhit tamat Pasca Sarjana (S2) berjumlah 13 orang atau 14%.

Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan responden lebih banyak terdapat pada tamat Sarjana (S1). Apabila dilihat dari pendidikan terakhir responden yang tergolong tinggi yaitu S1, hal ini dikarenakan Departemen Sosial RI adalah perusahaan maju dan berkualitas tinggi serta berwawasan global sehingga membutuhkan SDM yang memiliki mutu / kualitas yang tinggi serta berwawasan global, yang mampu bekerja dan berkompetisi di dunia kerja.

4.2.1.4 Masa Kerja

Tabel. 4

Masa Kerja

n = 95

MASA KERJA

f

(%)

≤ 1 tahun

0

0

> 1 – 5 tahun

27

28

> 5 – 10 tahun

28

30

> 10 tahun

40

42

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel 4 diatas frekuensi responden yang memiliki masa kerja ≤ 1 tahun tidak ada, ini karena sebagian besar responden telah bekerja di Departemen Sosial RI lebih dari 5 tahun. Frekuensi responden yang memiliki masa kerja > 1 – 5 tahun berjumlah 27 orang atau 28%, frekuensi responden yang memiliki masa kerja > 5 – 10 tahun berjumlah 28 orang atau 30%, dan terakhir frekuensi responden yang memiliki masa kerja > 10 tahun berjumlah 40 orang atau 42%. Frekuensi terbesar berada pada responden yang memiliki masa jabatan > 10 tahun. Data tersebut menggambarkan seiring dengan keberadaan Departemen Sosial RI yang sudah cukup lama berdiri, sudah sewajarnya banyak karyawan yang memiliki kerja cukup lama. Disamping itu loyalitas dan tingkat kepuasan dari karyawan Departemen Sosial RI sendiri dapat dikatakan tinggi.

4.2.1.5 Status

Tabel. 5

Status

n = 95

STATUS

f

(%)

Menikah

74

78

Belum menikah

21

22

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel 5 diatas frekuensi responden yang telah menikah berjumlah 74 orang atau 78%, sedangkan frekuensi responden yang belum menikah berjumlah 21 orang atau 22%. Data tersebut menggambarkan bahwa responden yang telah menikah lebih banyak dibanding responden yang belum menikah. Ini semua dapat dipahami karena Departemen Sosial RI lebih banyak memiliki karyawan yang telah menikah dibandingkan dengan karyawan yang belum menikah, dimana karyawan yang telah menikah akan lebih berkonsentrasi dalam bekerja.

4.2.2 Analisis Data Penelitian

Data penelitian memperlihatkan penilaian tentang komunikasi organisasi (variabel(X) yang akan dinilai melalui komuniksi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal, bentuk komunikasi, dan media komunikasi. Sedangkan pada motivasi kerja karyawan Departemen Sosial RI (variabel(Y) yang akan dinilai melalui kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi, dan kebutuhan akan kekuasaan.

4.2.3.Analisis Data Variabel X ( Komunikasi Organisasi )

Berikut ini peniliti akan mencoba menganalisis data yang berhubungan dengan variabel(X dari penelitian, yaitu komunikasi organisasi yang terdapat tiga indikator untuk dua puluh empat pertanyaan yang akan diuraikan dalam tabel-tabel tunggal .

4.2.3.1. Komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal

4.2.3.1.1 Atasan selalu memberikan instruksi pekerjaan

Tabel. 6

Atasan selalu memberikan instruksi pekerjaan

n = 95

ATASAN MEMBERIKAN INSTRUKSI

f

(%)

Setuju

80

84

Kurang Setuju

15

16

Tidak Setuju

0

0

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(6 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 15 orang atau 16% karena sebagian kecil responden/karyawan menyatakan bahwa atasan kurang memberikan instruksi pekerjaannya kepada bawahannya disebabkan oleh tidak adanya pekerjaan yang terlalu menumpuk, sehingga atasan merasa bisa menyelesaikan pekerjaannya tersebut. Dan yang menyatakan tidak setuju 0 orang. Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 80 orang atau 84% menyatakan bahwa atasan selalu memberikan instruksi pekerjaan kantor. Sehingga masing – masing karyawan mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan dan diselesaikan pada tepat waktunya.

4.2.3.1.2 Atasan selalu memberikan pengarahan dalam pekerjaan kantor

Tabel. 7

Atasan selalu memberikan pengarahan dalam pekerjaan kantor

n = 95

ATASAN MEMBERIKAN PENGARAHAN

f

(%)

Setuju

71

75

Kurang Setuju

24

25

Tidak Setuju

0

0

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(7 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 24 orang atau 25%. Dan yang menyatakan tidak setuju 0 orang . Hal ini dikarenakan sebagian kecil karyawan Departemen Sosial RI tidak begitu memperhatikan pengarahan yang diberikan karena merasa sudah dapat mengerjakan pekerjaan tersebut dengan baik Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 71 orang atau 75% menyatakan bahwa atasan selalu memberikan pengarahan dalam pekerjaan kantor. Sehingga karyawan dapat bekerja dengan sangat baik karena sebelum mereka menjalankan pekerjaan yang telah diberikan, karyawan Departemen Sosial RI diberi pengarahan terlebih dahulu oleh atasan sehingga kualitas hasil pekerjaan mereka juga akan sangat baik.

4.2.3.1.3 Atasan memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai pekerjaan

Tabel. 8

Atasan memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai pekerjaan

n = 95

ATASAN MEMBERIKAN PETUNJUK/PENJELASAN PEKERJAAN

f

(%)

Setuju

77

81

Kurang Setuju

18

19

Tidak Setuju

0

0

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(8 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 18 orang atau 19% karena sebagian kecil responden/karyawan menyatakan bahwa atasan merasa tidak perlu memberikan pengarahan kepada bawahannya karena bawahannya dirasa atasan sudah mengerti dengan pekerjaan yang diberi oleh atasan. Dan yang menyatakan tidak setuju 0 orang .Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 77 orang atau 81% menyatakan bahwa atasan selalu memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai pekerjaan. Sehingga karyawan dapat mengetahui dengan jelas bagaimana mereka melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik yang sudah di beri oleh atasan mereka.

4.2.3.1.4 Atasan memberikan informasi mengenai kebijakan organisasi

Tabel. 9

Atasan memberikan informasi mengenai kebijakan organisasi

n = 95

ATASAN MEMBERIKAN INFORMASI KEBIJAKAN ORGANISASI

f

(%)

Setuju

76

80

Kurang Setuju

19

20

Tidak Setuju

0

0

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(9 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 19 orang atau 20% karena sebagian kecil responden/karyawan menyatakan bahwa atasan akan membiarkan karyawannya mencari tahu sendiri apa saja kebijakan organisasi yang berlaku didalam organisasi/perusahannya. Dan yang menyatakan tidak setuju 0 orang .Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 76 orang atau 80% menyatakan bahwa atasan selalu memberikan informasi mengenai kebijakan organisasi. Sehingga para karyawan terutama karyawan baru dapat mengetahui apa saja kebijakan yang berlaku di Departemen Sosial RI. Selain itu, para karyawan terutama karyawan baru dapat bekerja dengan baik dan benar.

4.2.3.1.5 Atasan memberikan informasi mengenai peraturan – peraturan yang

berlaku di dalam organisasi

Tabel. 10

Atasan memberikan informasi mengenai peraturan – peraturan yang berlaku di dalam organisasi

n = 95

ATASAN MEMBERIKAN INFORMASI PERATURAN DI DALAM ORGANISASI

f

(%)

Setuju

74

78

Kurang Setuju

21

22

Tidak Setuju

0

0

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(10 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 21 orang atau 22% karena sebagian kecil responden/karyawan menyatakan bahwa atasan akan membiarkan karyawannya mencari tahu sendiri apa saja peraturan-peraturan yang berlaku didalam organisasi/perusahannya. Dan yang menyatakan tidak setuju 0 orang .Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 74 orang atau 78% menyatakan bahwa atasan selalu memberikan informasi mengenai peraturan – peraturan yang berlaku di dalam organisasi. Karyawan tidak akan melanggar peraturan – peraturan yang berlaku di dalam organisasi karena atasan mereka terlebih dahulu memberikan informasi mengenai peraturan – peraturan yang berlaku di dalam organisasi kepada mereka. Sehingga para karyawan dapat bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik.

4.2.3.1.6 Menyampaikan informasi mengenai tugas – tugas kepada atasan

Tabel. 11

Menyampaikan informasi mengenai tugas – tugas kepada atasan

n = 95

MENYAMPAIKAN INFORMASI TUGAS – TUGAS

f

(%)

Setuju

84

88

Kurang Setuju

11

12

Tidak Setuju

0

0

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(11 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 11 orang atau 12%. Dan yang menyatakan tidak setuju 0 orang. Hal ini dikarenakan sebagian kecil karyawan tidak pernah membuat laporan periodik karena merasa sudah diwakili oleh karyawan lain yang berada di satu bagian. Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 84 orang atau 88% menyatakan bahwa karyawan selalu menyampaikan informasi mengenai tugas – tugas yang telah dilaksanakan kepada atasan. Tugas – tugas yang telah dilaksanakan atau biasa disebut dengan laporan periodik sangat diperlukan oleh atasan untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan terbaru perusahaan atau organisasi setiap periodenya. Selain itu, dengan karyawan melaporkan hasil pekerjaannya dengan tepat waktu, pimpinan merasa senang pekerjaannya dibantu oleh karyawannya sendiri. Disamping itu pula seorang pimpinan dapat mengetahui secara langsung seberapa hasil pekerjaan atau kinerja dari karyawannya itu.

4.2.3.1.7 Bila ada masalah, selalu memberitahukan kepada atasan

Tabel. 12

Bila ada masalah, selalu memberitahukan kepada atasan

n = 95

MASALAH DIBERITAHUKAN KEPADA ATASAN

f

(%)

Setuju

82

86

Kurang Setuju

13

14

Tidak Setuju

0

0

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(12 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 13 orang atau 14%. Dan yang menyatakan tidak setuju 0 orang. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak perlu memberitahukan masalahnya kepada atasan karena merasa canggung kepada atasan selain itu karena mereka mempunyai sifat yang tertutup. Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 82 orang atau 86% menyatakan bahwa bila ada masalah, karyawan selalu memberitahukan kepada atasan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi vertikal di lingkungan Departemen Sosial RI sangat baik. Selain itu, memecahkan masalah bersama sangatlah penting karena dengan berdiskusi, masalah akan cepat selesai dan cepat menemukan jalan keluar. Sehingga tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan keinginan organisasi.

4.2.3.1.8 Atasan selalu bersedia mendengarkan keluhan yang disampaikan

Tabel. 13

Atasan selalu bersedia mendengarkan keluhan yang disampaikan

n = 95

ATASAN BERSEDIA MENDENGARKAN KELUHAN

f

(%)

Setuju

79

83

Kurang Setuju

16

17

Tidak Setuju

0

0

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(13 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 16 orang atau 17%. Dan yang menyatakan tidak setuju 0 orang. Karena sebagian kecil responden/karyawan menyatakan bahwa atasan tidak selalu bersedia mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh bawahannya disebabkan oleh jadwal pekerjaan atasan yang menumpuk, sehingga atasan tidak ada waktu untuk mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh bawahannya. Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 79 orang atau 83% menyatakan bahwa atasan selalu bersedia mendengarkan keluhan yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya sikap saling menghargai satu sama lain karena atasan bersedia mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh bawahannya. Sehingga atasan mengetahui masalah apa saja yang terjadi di organisasinya. Selain itu juga dapat terjalinnya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan.

4.2.3.1.9 Penyampaian ide-ide kepada atasan untuk memajukan perusahaan

Tabel. 14

Penyampaian ide-ide kepada atasan untuk memajukan perusahaan

n = 95

PENYAMPAIAN IDE UNTUK MEMAJUKAN PERUSAHAAN

f

(%)

Setuju

77

81

Kurang Setuju

18

19

Tidak Setuju

0

0

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(14 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 18 orang atau 19%. Dan yang menyatakan tidak setuju 0 orang. Karena sebagian kecil responden/karyawan menyatakan bahwa karyawan tidak selalu menyampaikan ide-ide mereka demi kemajuan perusahaan/organisasi disebabkan oleh kurangnya sifat aktif didalam diri karyawan, sehingga karyawan tidak bisa memberikan ide-ide tersebut. Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 77orang atau 81% menyatakan bahwa karyawan selalu menyampaikan ide-ide mereka demi kemajuan perusahaan/organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kebebasan berpendapat di Departemen Sosial RI yaitu dengan turut sertanya karyawan dalam menyumbangkan ide – ide positif yang tujuannya untuk memajukan perusahaan/organisasi. Selain itu juga dapat terjalinnya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan.

4.2.3.1.10 Atasan selalu bersedia menampung ide-ide yang diajukan

Tabel. 15

Atasan selalu bersedia menampung ide-ide yang diajukan

n = 95

ATASAN BERSEDIA MENAMPUNG IDE-IDE

f

(%)

Setuju

71

75

Kurang Setuju

23

24

Tidak Setuju

1

1

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(15 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 23 orang atau 24% .Dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 orang atau 1%. Hal ini dikarenakan tidak semua ide-ide yang disampaikan dapat diterima karena kurang bagus nya ide tersebut atau sudah ada yang mengajukan ide yang sama sehingga tidak perlu lagi dipertimbangkan. Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 71 orang atau 75% menyatakan bahwa atasan selalu bersedia menampung ide-ide yang diajukan oleh karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa atasan dapat memberikan feed back kepada karyawan sehingga karyawan merasa dihargai dan diikut sertakan dalam memajukan perusahaan/ organisasi. Selain itu juga dapat terjalinnya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan.

4.2.3.1.11 Melakukan koordinasi dengan sesama karyawan

Tabel. 16

Melakukan koordinasi dengan sesama karyawan

n = 95

MELAKUKAN KOORDINASI

f

(%)

Setuju

81

85

Kurang Setuju

13

14

Tidak Setuju

1

1

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(16 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 13 orang atau 14% . Dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 orang atau 1%. Karena sebagian kecil responden/karyawan menyatakan bahwa karyawan tidak selalu melakukan koordinasi dengan sesama karyawan disebabkan oleh tidak adanya hubungan baik/akrab yang terjalin diantara sesama karyawan, sehingga mereka akan bekerja sendiri-sendiri. Hal ini akan mengakibatkan kepada pekerjaan mereka yang akan dirasakan lebih berat karena mereka tidak melakukan koordinasi satu sama lain. Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 81 orang atau 85% menyatakan bahwa mereka selalu melakukan koordinasi dengan sesama karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi horizontal di lingkungan Departemen Sosial RI sangat baik karena dengan adanya koordinasi yang baik antar sesama karyawan maka pekerjaan yang dilakukan akan terasa lebih mudah. Selain itu juga dapat terjalinnya hubungan yang baik antara sesama karyawan.

4.2.3.1.12 Berbagi informasi kepada sesama karyawan mengenai perkembangan organisasi

Tabel. 17

Berbagi informasi kepada sesama karyawan mengenai perkembangan organisasi

n = 95

BERBAGI INFORMASI

f

(%)

Setuju

76

80

Kurang Setuju

18

19

Tidak Setuju

1

1

Jumlah

95

100

Berdasarkan tabel(17 diatas menunjukkan bahwa yang menyatakan kurang setuju 18 orang atau 19% Dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 orang atau 1%. Hal ini dikarenakan sebagian kecil karyawan bersifat tertutup sehingga informasi yang mereka dapat hanya untuk mereka sendiri. Sedangkan sebagian besar responden/karyawan sebanyak 76 orang atau 80% menyatakan bahwa mereka selalu berbagi informasi kepada sesama karyawan mengenai perkembangan organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi horizontal di Departemen Sosial RI sangat baik karena dengan berbagi informasi kepada sesama karyawan maka karyawan akan mengetahui kemajuan atau perkembangan perusahaa