BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan...

46

Transcript of BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan...

Page 1: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).
Page 2: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

1

BAB I

TEKNIK BUDIDAYA KERAPU

Oleh :

Ellis Mursitorini dan Putri Ramdhani

A. Habitat Alami dan Pemilihan Lokasi Usaha Budidaya Ikan Kerapu

Ikan Kerapu merupakan ikan demersal yang bersifat nocturnal (ak f pada malam

hari). Habitat alaminya adalah perairan laut dengan dasar berbatu karang, kedalaman

antara 40-60 meter atau daerah dangkal berbatu koral. Ikan-ikan muda biasanya hidup

pada kedalaman 0,5 m sampai 3 m.

Pemilihan lokasi budidaya harus memperha kan kondisi ekologis perairan yang sama

atau mendeka habitat alaminya. Kondisi lingkungan perlu mendapat perha an antara

lain:

1. Kondisi Lingkungan

Lingkungan perairan untuk usaha budidaya harus terlindung dari angin dan

gelombang kuat. Dengan kondisi ini diharapkan konstruksi rakit lebih tahan lama

(Gambar 2.1.). Gelombang yang kuat menyebabkan ikan dak dapat beris rahat di

dasar jaring dengan nyaman. Tinggi gelombang sebaiknya dak melebihi 0,5 meter di

sepanjang tahun.

2. Kedalaman

Gambar 1.1. Lokasi pembangunan keramba sebaiknya berada di kawasan yangperairannya tenang dan terlindung dari hempasan angin kuat

Page 3: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

2

Kedalaman perairan lokasi KJA sekurang-kurangnya 5 m. Kedalaman ini diukur

pada kondisi air surut terendah. Lebih dianjurkan pendirian KJA pada kedalaman lebih

dari 10 meter. Namun demikian, biaya yang menyertai pada kedalaman nggi akan

menjadi lebih besar.

3. Dasar Perairan

Sesuai habitat alaminya, pembangunan KJA sebaiknya di lokasi yang mempunyai

dasar karang hidup dan atau berpasir.

4. Jauh dari Buangan Limbah Pencemar

Lokasi budidaya kerapu harus jauh dari sumber-sumber limbah. Apapun jenis

limbahnya, baik organik maupun anorganik, dapat mempengaruhi keamanan ikan dan

konsumen. Limbah yang terakumulasi dalam tubuh ikan akan menyebabkan turunnya

kualitas produk. Untuk menghindari fluktuasi salinitas dan material bawaan dari

darat, sebaiknya lokasi KJA jauh dari muara-muara sungai yang besar.

5. Kecepatan Arus

Kecepatan arus diperlukan untuk proses pertukaran air di dalam KJA, sehingga air

yang ada dalam jaring selalu op mal bagi pertumbuhan ikan. Kecepatan arus yang

ideal berkisar antara 15 – 30 cm/de k.

6. Kecerahan

Kecerahan menunjukkan ngkat kejernihan air. Ikan kerapu menyukai perairan

yang jernih. Kecerahan yang direkomendasikan ga meter atau lebih.

7. Kondisi Air

Kondisi perairan yang dikehendaki untuk budidaya kerapu berupa perairan

berterumbu karang dan/atau berpasir dengan kisaran suhu antara 27 ° C sampai

dengan 31°C, salinitas antara 30 sampai dengan 33 ppt, kandungan oksigen terlarut

sekurang-kurangnya 5 ppm dan nilai pH antara 7,8 sampai 8,2.

B. Persiapan Sarana Budidaya

Page 4: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

3

Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring

atau waring berbingkai rakit (Gambar 2). Rakit dapat berupa rangkaian bambu, kayu atau

bahan sinte s yang diapungkan dan difiksasi menggunakan jangkar pada se ap sudutnya.

Selain berfungsi sebagai pembingkai, rakit juga dapat digunakan sebagai pusat ak vitas

sehari-hari pekerja. Pembuatan KJA harus memperha kan kekuatan dan ketahanan,

fungsi-fungsi pendukung budidaya serta ak vitas pekerja di atas KJA.

Pada fase pendederan dan penggelondongan pemeliharaan ikan dilakukan dalam

kantong waring (hapa/ jaring bagan), sedangkan pada fase pembesaran kantong terbuat

dari jaring. Bahan yang kuat dan tahan lama untuk kedua jenis kantong tersebut biasanya

terbuat dari polyetheline. Waring yang digunakan bermata 4 mm dan untuk mata jaring

sebesar 0,5 inci (Gambar 3).

Beberapa sarana penunjang yang pen ng dalam usaha budidaya kerapu antara lain

sarana transportasi (perahu), sarana penyimpan pakan, sarana pembersih jaring, bak

pengobatan dan karan na, aerator serta fasilitas pembangkit listrik. Keberadaan bak

pengobatan dan bak karan na yang terabaikan akan menyebabkan kesulitan dalam

melakukan pengendalian penyakit.

C. Pemeliharaan di Karamba Jaring Apung

1.Kualitas Benih Tebar

Gambar 1.2Pembuatan rakit harusmemperhatikan kekuatan dan dayatahan serta memperhatikan fungsirakit sebagai pusat aktivitaspekerja.(Foto : Toha)

Gambar 1.3Pemasangan jaring pada rakit.Ikan kerapu fase pembesaran dipelihara di dalam kantong jaringbermata 0,5 inci( Foto : Toha)

Page 5: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

4

Benih yang digunakan dalam usaha pembesaran di KJA, dapat berasal dari tangkapan

alam maupun dari hasil pembenihan. Kelemahan benih hasil penangkapan alam biasanya

ukuran kurang seragam dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat beradaptasi

dengan pakan buatan.

Beberapa kriteria kualitas benih tebar ikan kerapu yang dapat digunakan dalam

pembesaran adalah sebagai berikut :

a. Ikan sehat dan bebas dari patogen berbahayab. Warna tubuh dak ada perubahanc. Tidak ditemukan kelainan anatomis (d. Ikan bergerombol, respon terhadap pakan ak f, serta sangat responsif terhadap

kejutan.

2.Fase Pendederan dan Penggelondongan

Pemeliharaan ikan kerapu pada fase pendederan dilakukan di dalam waring, biasanya

berukuran 1 m x 1 m x 1,5 meter. Pada fase ini ikan rentan terhadap penyakit. Selain

melakukan pemeriksaan ru n, apabila memiliki fasilitas yang memadai, mortalitas dapat

ditekan apabila pada fase ini ikan dipelihara di dalam bak terkendali. Kepadatan ikan di

KJA disesuaikan dengan ukuran ikan (Tabel 1).

Tabel.2.1. Kepadatan benih pendederan dan penggelondongan ikan kerapu bebek dan macan dikaramba jaring apung

Gambar 1.4 Kualitas benih kerapu yang sehat ditunjukan dengangerakan responsif dan bergerombol. (Foto : Toha)

Page 6: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

5

MasaPemeliharaan

Jenis IkanKerapu Macan Kerapu bebek

Ukuran

Kepadatan

(ekor/jaring)

Ukuran

Kepadatan

(ekor/jaring)

PendederanBulan 1 4-5 cm 200-250 3-5 cm 250-300Bulan 2 9-12

cm150-200 7-9 cm 200-250

Bulan 3 - - 9-12cm

150-200

PenggelondonganBulan 1 15-25

gr100-150 15-25

gr100-150

Bulan 2 25-50gr

100-125 25-45gr

100-125

Bulan 3 50-100 gr

75-100 45-75gr

100

Bulan 4 - - 75-100 gr

75

3.Pemeliharaan ikan pada fase pembesaran

Pemeliharaan pada fase pembesaran dilakukan di dalam jaring, biasanya berukuran 3

x 3 x 3 m3. Padat penebaran ikan berkisar antara 20-25 ekor/m3. Lama pemeliharaan fase

pembesaran berlansung antara 5 bulan (kerapu macan) sampai dengan 10 bulan (kerapu

bebek). Pakan ikan rucah diberikan 1-2 kali perhari dengan sejumlah 5-7% dari berat

badan ikan.

Pada fase ini ikan lebih tahan penyakit dibandingkan dengan pemeliharaan pada fase

pendederan dan penggelondongan. Perkecualian pada ikan Kerapu Bebek, kema an

nggi terjadi ke ka ikan mememasuki ukuran sekitar 300 gram. Pada ukuran ini gonad

mulai berkembang dan ikan menjadi rentan terhadap penyakit.

Selama pemeliharaan dilakukan pergan an jaring, pemeriksaan penyakit ru n dan

perendaman dengan an ektoparasit. Kegiatan tersebut dilakukan 2 minggu sekali, atau

melihat keadaan jaring kondisi kesehatan ikan. Pemeriksaan kualitas air dilakukan secara

berkala terhadap suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fospat dan amoniak. Sedangkan

untuk pemeriksaan penyakit secara ru n dilakukan dengan mengambil ikan sakit,

menunjukkan gejala sakit dan/atau baru saja ma .

Page 7: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

7

BAB IIDIAGNOSA PENYAKIT IKAN KERAPU

Oleh :Dinarti, Yan Evan dan Didik Santoso

A. Diagnosa Klinik

Diagnosa klinik merupakan metode untuk mengiden fikasi penyakit ikan

berdasarkan perubahan abnormal ngkah laku dan fisik tubuh ikan. Tingkat

kepercayaan hasil diagnosa tergantung pada keakuratan dalam pengumpulan data dan

informasi selama anamnesis.

Data dukung yang perlu digali selama anamnesis adalah status ikan dan kondisi

lingkungannya, melipu spesies ikan, populasi, umur, data kualitas air dan metode

budidaya yang dilakukan. Selanjutnya dilakukan anamnesis terkait dengan sejarah

kejadian penyakit, gejala penyakit, insidensi, serta mortalitas dan morbiditasnya.

Data-data tersebut sangat membantu dalam diagnosa penyakit ikan (Tabel 2.1)

Tabel 2.1. Status dan riwayat ikan yang perlu diperha kan dalam diagnosa penyakit ikan kerapu

No.Jenis

Pemerik-saan

MateriPemerik-

saanKeterangan

1 Statusikan

Jenisikan

Insidensi infestasi ektoparasit pada ikan kerapu macan lebih nggi daripadaKerapu BebekKejadian penyakit pada Kerapu Bebek seringkali dak diiku oleh perubahanfisik yang jelas

Infeksi bakteri superfisial lebih sering ditemukan pada Kerapu Macandibandingkan Kerapu BebekKerapu Bebek ukuran 250 - 350 gram sering terjadi penurunan ngkatketahanan tubuhKerapu Sunu lebih mudah stress dibandingkan jenis ikan kerapu lainnya

Umur Infestasi parasit oleh cacing kulit dan insang (Benedenia sp.,Pseudorhabdosynocus sp., Diplectanum sp., Haliothrema sp.) lebih seringterjadi pada ikan yang berumur lebih dari 2 bulanPenyakit parasit golongan protozoa (Trichodina sp. dan Cryptocaryon sp.) padaikan umur kurang dari 3 bulan dapat menyebabkan kema an massalPenyakit VNN dan SGD pada ikan umur kurang dari 2 bulan dapatmenyebabkan kema an massal

Lokasibudidaya

Insidensi infestasi cacing kulit dan insang pada ikan yang dipelihara di KJA lebihnggi daripada pemeliharaan pada bak terkontrol

2 Riwayatkejadianpenyakit

Sejarahkejadianpenyakit

Penyakit yang terjadi pada saat pemeriksaan sangat terkait dengan kejadianpenyakit sebelumnyaPatogen dapat menyebabkan penyakit secara perakut, akut maupun kronis

a. Perakut :perubahan lingkungan yang ekstrim pada ukuran larva dan benih, senyawatoksik, dan limbah dalam konsentrasi nggi

b. Akut: perubahan lingkungan yang ekstrim pada masa pendederan;

Page 8: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

8

kesalahan handling; infeksi bakteri, VNN dan Iridovirus, serta infestasiAmyloodonium sp., Trichodina sp. dan Cryptocaryon sp.

c. Kronis : infestasi cacing kulit dan insang, penyakit nutrisi

Setelah anamnesis selesai, selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis, melipu

pemeriksaan perubahan ngkah laku dan pemeriksaan patologi anatomi. Pemeriksaan

patologi anatomi melipu pemeriksaan terhadap permukaan tubuh dan bedah bangkai.

Pemeriksaan permukaan tubuh melipu pemeriksaan kelainan anatomi tubuh, warna

kulit, keadaan lendir, sisik, keadaan anggota gerak, dan kemungkinan terdapatnya

ektoparasit makroskopik. Pemeriksaan abnormalitas insang melipu : lesi, warna, keadaan

lendir, parasit, atau benda asing pada insang. Beberapa contoh perubahan spesifik yang

sering dijumpai pada ikan kerapu dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Perubahan spesifik beberapa penyakit pen ng pada ikan kerapu

No. JenisPemeriksaan

MateriPemeriksaan

Perubahan yangSering Terjadi

KemungkinanJenis Penyakit

1 Gejala klinis Tingkah laku Ikan ma disertai gejala berputar,meloncat atau gerak dak terkoordinasi

VNN,

Ikan mengendap di dasar selama 2-3minggu, selanjutnya ikan terlihat kembungdan terbalik dipermukaan air danbeberapa minggu kemudian ikan ma .

GrouperIridovirus

2 Fisik Permukaan tubuh Terjadi kema an tanpa disertai perubahanspesifik

VNN, GrouperIridovirus

Hiperemi pada bagian mandibula GrouperIridovirus,Streptococcussp.

Nekrosis pada sirip dan permukaan tubuh Infeksi bakteri,kesalahanhandling/restrain

Nekrosis Insang disertai perubahan warnamenjadi kekuningan serta ruptur lamellainsang

Tenacibaculummari mum

Organ dalam Terdapat cairan pada rongga perutberwarna keruh

Infeksi bakteri

Pembengkakan limpa dan ginjal Infeksi GrouperIridovirus,Streptococcusspp., Vibrio spp.

Selain melakukan pemeriksaan ikan, perlu dilakukan pengamatan terhadap kondisi

perairan, termasuk sumber air dan perlakuan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk

menganalisis sumber penularan dan penyebab penyakit secara menyeluruh.

B. Pengambilan Sampel

Page 9: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

9

Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan dua metode, yaitu pengambilan secara

acak dan selek f. Pengambilan secara acak biasanya dilakukan dalam rangka studi

epidemiologi dan pengambilan sampel pada kelompok populasi tanpa gejala klinik.

Sedangkan untuk pengambilan selek f dilakukan dalam rangka diagnosa penyakit. Jumlah

pengambilan sampel secara acak dilakukan berdasarkan pada asumsi prevalensi pada

populasi (Tabel 4.).

Tabel 4. Jumlah pengambilan sampel secara acak berdasarkan asumsi prevalensi danpopulasi

JumlahPopulasi

Prevalensi (dalam %)0.5 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 10.0

50 46 46 46 37 37 29 20100 93 93 76 61 50 43 23250 192 156 110 75 62 49 25500 314 223 127 88 67 54 261000 448 256 136 92 69 55 272500 512 279 142 95 71 56 275000 562 288 145 96 71 57 2710000 579 292 146 96 72 57 27100000 594 296 147 97 72 57 271000000 596 297 147 97 72 57 27>1000000 600 300 150 100 75 60 30

C. Nekropsi dan Pengambilan Spesimen

Setelah pemeriksaan klinis selesai, dilakukan pengambilan spesimen berupa darah,

kerokan lendir kulit dan potongan insang. Selanjutnya ikan dinekropsi dan preparasi

organ dalam tubuh.

Nekropsi dilakukan dengan mema kan ikan terlebih dahulu dengan cara memutuskan

sambungan otak dengan sumsum tulang belakang. Kemudian ikan diletakkan pada papan

Gambar 2.1. Pengambilan darah ikan kerapu melalui intracardial( Foto : Toha)

Page 10: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

10

bedah dengan sisi kanan terletak dibagian bawah dan abdomen menghadap kearah

operator. Sebelum dilakukan pembedahan, operculum digun ng sehingga insang dapat

terlihat jelas. Pembedahan dilakukan dengan melakukan penyayatan dari lubang keluaran

dilanjutkan ke arah cavum branchialis melalui sepanjang sisi ventral tubuh. Penyayatan

ke dua dilakukan dari lubang keluaran ke arah depan disepanjang sisi dorsal cavum

abdominalis dan cavum branchialis. Setelah itu dilakukan penyayatan diantara kedua

ujung depan sayatan tersebut. Pemotongan harus dilakukan dengan ha -ha sehingga

dak merusak organ dalam, pembuluh darah besar dan terhindar dari kontaminasi isi

saluran pencernaan.

Pemeriksaan selama nekropsi dilakukan terhadap rongga perut dan dinding rongga

perut (warna, keadaan, atau mbunan cairan), organ dalam (ukuran, bentuk, warna dan

konsistensi) serta keberadaan endoparasit pada organ tubuh.

Pemeriksaan organ dalam tubuh, secara berturut-turut, dilakukan terhadap

gelembung renang, ha , lambung, limpa, usus, ginjal, dan terakhir jantung. Apabila

diperlukan, pada saat nekropsi ini juga dilakukan isolasi bakteri, terutama pada ha ,

limpa dan ginjal depan. Susunan organ dalam tubuh dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 2.2Teknik nekropsi ikan.(1) Pemotongan operculum;(2) Pemotongan pada sisi ventral;(3) Pemotongan pada sisi dorsal ototdaging yang menutupi cavumabdominal dan cavum branchialis.Foto : Toha

Gambar 2.3. Susunan organ visceral dalam tubuh ikan kerapu. (A). Thymus; (B)Jantung; (C) Hati; (D) Gelembung Renang; (E) Pyloric Caeca; (F) Limpa; (G)Lambung; (H) Ginjal; (I) Tulang Belakang; dan (J) Arteri Caudalis.Foto : Toha

Page 11: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

11

Spesimen dapat disimpan dalam keadaan segar atau terfiksasi, tergantung pada jenis

pemeriksaan yang akan dilakukan. Spesimen untuk pemeriksaan parasitologi dan

bakteriologi berupa ikan hidup atau ikan ma segar. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan

sesegera mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kehilangan beberapa

informasi pen ng dalam pemeriksaan. Jika pemeriksaan dak dapat dilakukan sesegera

mungkin atau memerlukan bantuan instansi lain, pengiriman ikan dapat dilakukan dalam

bentuk ikan hidup.

Spesimen darah diambil dengan atau tanpa an koagulan dan dalam bentuk preparat

apus darah. Pembuatan preparat apus darah dilakukan seper pada Gambar 9. Preparat

apus darah tersebut harus difiksasi dengan methanol absolut.

Larutan fiksa f untuk pemeriksaan histopatologi adalah buffered formalin 10%.

Untuk ikan yang berukuran kurang dari 10 cm, dinding rongga perut disayat disepanjang sisi

ventralnya hingga mandibula. Pada ikan yang lebih besar, organ dipreparasi, kemudian

masing-masing organ dipotong dengan ukuran potongan maksimal 0.5 X 0.5 cm.

Organ-organ yang digunakan sebagai spesimen adalah saluran pencernaan, ha , limpa,

ginjal, jantung, mata, otak, dan insang. Organ tersebut dimasukkan dalam larutan buffered

formalin dengan perbandingan volume organ dengan volume larutan fiksa f

sekurang-kurangnya sebesar 1 : 10.

Untuk keperluan pemeriksaan Polymerase Chain Reac on (PCR) spesimen dapat

disimpan dalam keadaan beku atau dengan larutan fiksa f alcohol + glycerol dengan

Perbandingan volume organ dan larutan fiksa f yang digunakan sekurang-kurangnya 70 :

30.

D. Diagnosa Laboratorik

Gambar 2.4 Teknik Pembuatan preparat apusdarah. (1) darah di teteskan pada permukaangelas objek. Kemudian sisi ujung gelas objeklain ditempelkan pada permukaan gelas objekpertama tepat didepantetesan darah; (2) ujunggelas objek kedua ke belakang sehinggatetesan darah menempel pada permukaanbelakangnya dan selanjutnya tetesan darahditarik ke depan secara cepat; (3) bentuksediaan preparat apus darah. Ilustrasi.Gambar : Evan

Page 12: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

12

Pemeriksaan laboratorik digunakan sebagai alat untuk peneguhan diagnosa.

Pemeriksaan laboratorik antara lain melipu :

1. Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan memeriksa adanya perubahan abnormal

fisik tubuh ikan (lihat paada sub bab diagnosa klinik). Pada Pemeriksaan ini dapat

diiku dengan penyiapan preparat apus dan tempel jaringan untuk pemeriksaan

mikroskopik langsung.

2. Pemeriksaan Mikroskopik Langsung (Direct Microscopy)

Pemeriksaan dilakukan terhadap preparat basah insang, potongan jaringan organ

dalam tubuh abnormal dan kerokan kulit. Beberapa materi yang terama antara lain

kelainan jaringan serta kemungkinan terdapatnya agen penyebab penyakit. Apabila

diperlukan, beberapa organ dapat dibuat preparat ulas dan tempel jaringan dan

dilakukan pewarnaan sederhana.

3. Pemeriksaan Parasitologi

Dilakukan untuk iden fikasi jenis/spesies parasit.

4. Pemeriksaan Mikrobiologi

Pemeriksaan ini melipu isolasi, pemurnian koloni dan iden fikasi. Isolasi dilakukan

pada media umum dan media selek f. Media umum yang dapat digunakan, antara

lain Tryptone Soya Agar (TSA), Marine Agar (MA), Brain Heart Infusion Agar (BHIA),

atau Nutrient Agar (NA). Sedangkan media khusus yang biasa digunakan untuk isolasi

bakteri yang menyerang air laut adalah media selek f untuk Vibrio spp. (TCBSA),

Streptococcus spp. (KF medium).

5. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan abnormal pada ngkat sel

dan jaringan, sehingga diketahui kemungkinan penyebab penyakit serta ngkat

keparahannya.

6. Pemeriksaan lain

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah banyak

berkembang metoda diagnosa modern, baik yang berbasis imunologi, biologi

molekuler maupun kultur sel.

7. Pemeriksaan Lain

Pemeriksaan laboratorik lain dapat dilakukan sebagai alat peneguhan diagnosa.

Page 13: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

13

Page 14: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

15

BAB.IIIPENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH KUALITAS AIR

(WATER QUALITY DISEASES)Oleh :

Neizha Eka Putri, Irmayani Mulya dan Suzana Meidwi Ratriningrum

Penyakit yang disebabkan oleh kualitas air atau penyakit lingkungan termasuk ke dalam penyakitnon infeksi. Penyebabnya dapat berupa perubahan fisik maupun kimia air di atas nilai ambang batasyang dapat ditoleransi oleh ikan, antara lain kandungan oksigen terlarut, ammonia, nitrit, ataupunzat beracun lain yang masuk dalam perairan budidaya.

1. Gas Bubble DiseaseGas bubble disease merupakan penyakit yang diakibatkan oleh supersaturasi gas terlarut

(biasanya nitrogen, dan oksigen dan atau karbondioksida). Supersaturasi ini dapat disebabkanoleh blooming alga atau kebocoran pompa atau sistem katup aerasi.

Penyakit ini muncul ke ka air mencapai keadaan sangat jenuh (super-saturated) terhadapgas. Keadaan ini meyebabkan darah ikan juga mengalami kejenuhan, karena jumlah N2, O2, danCO2 dalam air yang berlebihan akan diambil oleh cairan tubuh ikan. Selanjutnya N2, O2 dan CO2

akan terakumulasi dalam darah dan jaringan tubuh ikan. Selanjutnya, karena tekanan di dalamtubuh lebih nggi dari tekanan lingkungan di luar tubuh, gas-gas tersebut akan meyebabkanterjadinya desakan keluar, sehingga banyak gas yang terperangkap dalam tubuh.

Gelembung gas yang terakumulasi dalam pembuluh darah dapat menyebabkan emboli padasistem sirkulasi. Selanjutnya akan terjadi aspiksia dan diiku oleh emfisema dan endema jaringanmemvaskularisasi organ-organ tubuh vital, maka akan meyebabkan kema an mendadak.

Page 15: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

16

Emboli pada kasus gas bubble disease terutama terjadi di dalam pembuluh darah insang(Gambar 2.1). Selanjutnya pada kasus yang parah akan diiku gelembung-gelembung gasdi bawah permukaan kulit pangkal sirip punggung dan sirip ekor, serta mata.

Pencegahan dan penanggulangan penyakit gelembung renang adalah denganpergan an air yang cukup, menghindari terjadinya blooming alga, penggunaan pompadan sistem jaringan air yang baik dan efisien, monitoring ru n kadar oksigen terlarut,melakukan penambahan air secara perlahan disertai dengan aerasi secukupnya sertamengupayakan pipa air masuk lebih nggi dari permukaan air.

2. Defisiensi OksigenPenyakit ini disebabkan padat penebaran yang nggi, kelebihan pakan, kurangnya

aerasi, sistem penyaringan yang kurang baik serta banyaknya kotoran di dasar bakhingga menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan organik. Gejala yang diperlihatkanadalah ikan berada dipermukaan air, sulit bernafas, dan akhirnya menyebabkankema an dengan kondisi insang pucat, mulut operculum terbuka.

Apabila ikan menunjukkan gejala kekurangan oksigen, aerasi dinyalakan secukupnya.Aerasi yang terlalu besar dapat berpotensi menimbulkan terjadinya gas bubble diseases.Apabila penyebab utamanya adalah banyaknya kotoran di dasar bak, penyiponandilakukan perlahan-lahan dan lakukan pergan an air.

3. KeracunanKeracunan biasanya terjadi karena senyawa toksik dalam media pemeliharaan dak

dapat ditoleransi oleh ikan. Senyawa ini dapat bersumber dari luar atau hasil reaksibiokimiawi yang terjadi diperairan. Semua reaksi biokimiawi tersebut melibatkanpersenyawaan pen ng, antara lain persenyawaan karbon, nitrogen, phosphor dan sulfur.

Persenyawaan nitrogen merupakan salah satu persenyawaan pen ng yang perludiperha kan dalam usaha budidaya baik dalam bentuk gas nitrogen (N2), amonia (NH3),nitrat (NO3) maupun nitrit (NO4

-). Dari persenyawaan ini, ammonia dan nitrat, karenakarakteris k kimiawinya, merupakan persenyawaan yang berpotensi menyebabkankeracunan.

Keracunan amonia dan nitrit terjadi karena meningkatnya kadar amonia dalam air.Pada kondisi ini disamping menyebabkan keracunan pada ikan juga memberi peluangberkembangnya bakteri tertentu. Hal ini terkait dengan penurunan status kesehatanikan. Indikasi keracunan amonia dan nitrit adalah terjadinya perubahan warna darah ikanmenjadi lebih tua atau kecoklatan

4. Red Tide dan Blooming alga berbahaya

Darah Normal Darah Keracunan Nitrit

Page 16: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

17

Usaha budidaya laut di KJA sangat tergantung dengan siklus mikrobiologi perairan

laut. Plankton-plankton yang berada di peraiaran apabila mengalami pertumbuhan yang

di atas normal (blooming) akan menghasilkan toksin yang mema kan.

Red Tide merupakan suatu kondisi perubahan warna air laut secara mencolok dan

berbahaya yang disebabkan oleh blooming alga. Selain menghasilkan toksin, alga

tersebut juga dapat merusak jaringan insang. Sedangkan bloomimg alga berbahaya yang

dak menyebabkan perubahan ewarna yang mencolok biasa dikenal dengan is lah

Harmful Algal Blooms (HAB’s). Alga ini berbahaya terutama karena alga tersebut

memiliki toksin yang dapat terakumulasi secara terus menerus pada daging biota laut,

terutama kekerangan dan filter feeder.

Terdapat sekitar 31 spesies plankton yang menyebabkan terjadinya red de.

Terdapat kecenderungan siklus red de akan berulang se ap tahunnya. Faktor

predisposisi terjadinya red de adalah daerah terlindung dengan arus air yang lemah,

kaya bahan organik dan terjadinya factor pemicu pangadukan air laut. Plankton dengan

kepadatan yang sangat nggi terjadi pada permukaan air sampai dengan kedalaman 2

meter.

Usaha penanganan ikan terhadap kejadian red de adalah dengan menurunkan

kedalaman jaring, mencegah ikan berenang di permukaan air dan menghen kan

pemberian pakan. Para pembudidaya perlu mengetahui pola arus dan pola kelimpahan

plankton tahunan, sehingga dapat dilakukan penanganan sebelum terjadinya kema an

Page 17: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

19

BAB IVPENYAKIT NUTRISI

(NUTRITIONAL DISEASES)Oleh :

Rini Purnomowa dan Tanjung Penataseputro

A. Kebutuhan Nutrisi Ikan Kerapu

1. Protein dan Asam Amino

Ikan kerapu membutuhkan asupan protein yang nggi, dengan kisaran antara

47.8% sampai dengan 60%. Selain ketercukupan kebutuhan jumlah protein total,

kandungan asam amino esensial didalamnya harus terpenuhi. Kebutuhan asam amino

esensial diperoleh dari protein penyusun pakan maupun dengan penambahan asam

amino esensial komersial dalam pakan. Kebutuhan asam amino esensial kerapu antara

lain me onin, arginin, rosin, treonin, his din, isoleusin, leusin, lisin, valin, dan

fenilalanin.

2. Lemak dan Asam Lemak

Lemak merupakan sumber energi dan asam lemak esensial serta sebagai

pembawa vitamin A, vitamin D, Vitamin E dan vitamin K. Asam lemak esensial pen ng

yang dibutuhkan oleh ikan kerapu adalah linolenic acid dan linoleic acid. Kebutuhan

lemak dalam pakan ikan kerapu berkisar antara 9% sampai 16% dari jumlah pakan,

dengan kandungan Ω3 HUFA minimal 2%.

Defisiensi asam lemak pada pakan dapat menimbulkan gangguan fungsi organ,

hambatan pertumbuhan, menurunkan konversi pakan maupun gangguan patologik.

Bahkan pada kejadian yang berat, kekurangan senyawa ini dapat menimbulkan

kema an.

3. Karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat pada ikan kerapu rela f kecil karena ngkat

pemanfaatannya dalam tubuh rela f rendah. Kandungan karbohidrat dalam pakan

dak boleh lebih dari 20%.

Page 18: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

20

4. Vitamin

Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi dua yaitu vitamin larut air dan vitamin

larut lemak. Secara garis besar fungsi vitamin dan kebutuhannya pada ikan laut

disajikan pada Tabel 5.1.Tabel 5.1. Jenis vitamin dan kebutuhannya dalam pakan (Watanabe 1988)

No Nama Vitamin Kebutuhan (mg/kg pakan)

1 Thiamine 10-122 Riboflavin 203 Pyridoxine 10-204 Niacin 50-1005 Pantothenic acid 10-406 Ascorbic acid 100-1507 Choline 8008 Folic acid 5-109 Cyanocobalamine 0.01-0.0210 Bio n 0.1-0.211 Inositol 200-40012 Re nol 1000-2000 IU13 Cholecalferol 1600-2000 IU14 Tocopherol 30-50

Vitamin larut air digunakan dalam bentuk langsung atau sebagai enzim tertentu.

Misalnya pyridoxal phospate yang berfungsi sebagai koenzim pada seluruh

transportasi asam amino dan thiamine sebagai koenzim untuk co-carboxylase.

Terdapat 4 jenis vitamin larut lemak, yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin E dan

vitamin K. Vitamin A berfungsi sebagai pigmen penglihatan dan berperan dalam

metabolisme mucopolysaccharida, Vitamin E sebagai an oksidan metabolik, dan

Vitamin D berperan dalam homeostasis kalsium dan vitamin K berperan dalam sistem

transpot elektron.

5. Mineral

Kurang lebih terdapat 20 jenis mineral yang dibutuhkan untuk mempertahankan

struktur dan metabolisme fungsi tubuh. Mineral dak diproduksi oleh tubuh, sehingga

harus dipenuhi dari luar tubuh.

Kekurangan mineral pada tubuh dapat menyebabkan gangguan fungsi

metabolisme tubuh. Mineral utama yang diperlukan tubuh antara lain kalsium, klor,

magnesium, fospor, natrium, besi, tembaga, iodin, mangan, selenium, dan seng.

Page 19: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

21

6. Keseimbangan Energi

Energi merupakan unsur pen ng dalam penyusunan pakan. Pakan yang baik

adalah pakan yang memiliki kandungan nutrisi dan energi yang seimbang serta sesuai

dengan kebutuhan. Kelebihan atau kekurangan energi dapat mengganggu laju

pertumbuhan ikan.

Kelebihan energi dalam pakan akan menyebabkan ikan merasa kenyang sebelum

kebutuhan komponen nutrisi lainnya terpenuhi. Sebaliknya apabila energi yang

terkandung dalam pakan terlalu rendah menyebabkan alihfungsi pemanfaatan protein

untuk memenuhi kebutuhan energi. Protein ini seharusnya digunakan untuk

pertumbuhan.

Sumber utama energi yang digunakan dalam pakan ikan kerapu adalah lemak.

Lemak merupakan sumber energi yang paling efisien. Energi ini diukur berdasarkan

energi tercerna (diges ble energy), yaitu energi yang terserap oleh saluran

pencernaan. Energi tercerna akan digunakan untuk mempertahankan hidup

(maintenance), ak vitas sehari-hari, pertumbuhan dan reproduksi.

B. Penyakit Nutrisi Pada Ikan Kerapu

1. KelaparanKelaparan merupakan kekurangan komponen utama pakan secara absolut, baik

secara kualitas maupun kuan tas, yaitu lemak, karbohidrat dan protein. Dengan

demikian, energi yang masuk dalam tubuh di bawah nilai ambang batas kebutuhan

minimal.

Perubahan klinis kelaparan sangat mudah dikenali. Ikan akan tampak kurus,

jumlah lemak abdominal sangat terbatas, distensi gelembung renang, serta atrofi

organ dalam. Gejala tersebut muncul tergantung pada derajat dan lamanya kelaparan

yang dialami.

Gambaran histopatologi ikan yang mengalami kelaparan berupa infiltrasi jaringan

ikat pada ha , limpa, dan ginjal; reduksi sarcoplasmik pada myofibril dengan disertai

vakuolisasi dan migrasi nuklei sarcolema; serta peningkatan melanomacrophage

center pada limpa. Sedangkan pada pemeriksaan preparat apus darah, perubahan

sitologik muncul berupa anisositosis eritrosit (bentuk eritrosit yang bervariasi) disertai

dengan peningkatam jumlah trombosit (Gambar.5.1.)

Page 20: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

22

2. Defisiensi Asam Lemak Essensial

Defisiensi asam lemak esensial menyebabkan gangguan pigmentasi kulit, erosi

sirip, kardiomiopa , dan gangguan ha . Gambaran histopatologi defisiensi asam lemak

berupa pembengkakan dan infiltrasi lemak pada hepatosit. Keadaan ini biasanya

diiku dengan anemia, sebagai akibat dari gangguan sekresi hemopoie n.

3. Lipoid Liver Disease (LLD)

Lipoid liver diseases (LLD) merupakan penimbunan lemak yang bersifat abnormal

dalam ha . Ada dua bentuk penimbunan lemak, yaitu infiltrasi atau deposit lemak

diantara sel-sel ha serta degenerasi melemak. Degenerasi melemak merupakan

akumulasi lemak dalam sel ha . Sedangkan infiltrasi lemak merupakan akumulasi

lemak abnormal diantara sel dan jaringan sel ha .

Degenerasi melemak ha disebabkan oleh gangguan pembentukan lipoprotein.

Penyebab utama degenerasi ini adalah rendahnya nilai biologi protein. Nilai biologi

protein yang rendah dalam pakan terjadi karena ngginya kandungan lemak jenuh,

rendahnya kandungan asam lemak esensial, rendahnya kandungan asam amino

esensial atau kerusakan pakan.

Kejadian LLD yang berlanjut akan menyebabkan nekrosis. Hal ini terjadi karena

kerusakan pada ha akan merangsang sitokin inflamasi, melipu pelepasan IL-1, IL-6,

Gambar. 4.1 Gambaran preparat apus darah ikan yang mengalami kelaparan,yaitu anisositosis erytrosit disertai dengan peningkatan jumlahtrombosit

Page 21: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

23

IL-8 dan factor nekrosis tumor (Tumor necrosing factor) terutama oleh sel Kupfer.

Kejadian ini akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah. Nekrosis ini akan

berlanjut menjadi sirosis hepa s (infiltrasi jaringan ikat di ha ).

Perubahan makroskopik pada kasus degenerasi melemak berupa perubahan

warna ha menjadi kekuningan. Infiltrasi lemak dak menunjukkan gejala yang nyata,

dan pada kasus yang parah tampak bentukan lemak diantara jaringan ha (Gambar

11). Penyayatan pada ha yang mengalami LLD, pada bidang sayatan akan tampak

lebih berminyak. Sedangkan pada ha yang mengalami sirosis, ha menjadi liat

dengan konsistensi yang lebih padat.

Perubahan histopatologi kasus infiltrasi lemak adalah tampak adanya akumulasi

lemak di antara sel/jaringan ha .

Perubahan histologi kasus degenerasi melemak adalah tampaknya

vakuola-vakuola besar pada sel ha . Pada kasus yang parah vakuola memenuhi

seluruh bagian sel, sehingga in sel terdorong ke bagian tepi sel. Selanjutnya,

degenerasi melemak akan diiku dengan infiltrasi jaringan ikat di antara sel-sel ha

(Gambar 11).

Gambar 4.2 Gambaran histopatologi lemak yang terbentuk diantara jaringan hati (Foto : Toha dan Rini).

Page 22: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

24

Terdapat beberapa penyakit lain sebagai diagnosa banding LLD, antara lain

aspergillosis dan keracunan akibat adanya senyawa toksik dalam pakan. Pada kasus

aspergillosis, dapat ditemukan jamur di pusat-pusat nekrosis. Sedangkan pada kasus

keracunan melalui pakan akan menyebabkan degenerasi melemak serta nekrosis

centrolobuler.

Pengobatan LLD dapat dilakukan dengan penambahan an oksidan metabolik

dalam pakan, antara lain kombinasi antara vitamin E dan selenium. An oksidan

sinte s lain yang dapat dipakai antara lain ethoxyquin, buthylhydroxytoluen (BHT),

atau buthylhydroxyanisole. Pengobatan akan memberikan respon apabila diiku

dengan perbaikan pakan dan apabila kasus penyakit belum sampai pada stadium

nekrosis atau sirosis hepa s. Pada stadium ini penyakit bersifat permanen.

Pemberian vitamin E dan selenium juga dapat dilakukan sebagai ndakan

pencegahan. Pemberian obat-obatan untuk pengobatan dan pencegahan LLD harus

diiku dengan pemberian pakan dengan kecukupan kebutuhan asam lemak dan asam

amino esensial, keseimbangan dan keterpenuhan kebutuhan protein dan lemak, serta

pakan yang selalu terjaga kesegarannya.

4. Defisiensi Protein dan Asam Amino

Perubahan degenera f yang sering mengiku kejadian defisiensi protein dan

asam amino adalah degenerasi melemak (lihat lipoid liver diseases). Diagnosa penyakit

akibat defisiensi protein dan asam amino rela f sulit, sebab beberapa indikasi yang

Gambar 4.3 Gambaran histopatologi pada kasusdegenerasi melemak. (A)Vakuola-vakuola besar pada selha ; dan (B) Infiltrasi jaringan ikatdi antara sel-sel ha (sirosishepa s).

Foto : Toha dan Rini

Page 23: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

25

ada bersifat nonspesifik. Salah satu indikasi paling awal adalah hambatan

pertumbuhan.

Beberapa perubahan patologis, seper erosi sirip dorsal berhubungan dengan

defisiensi lisin, abnormalitas sendi punggung berhubungan dengan dengan defisiensi

triptopan, leusin, lisin, arginin, atau his din, katarak len s berhubungan dengan

defisiensi triptopan dan me onin. Namun demikian, perubahan tersebut dak bersifat

spesifik, sehingga perlu diperha kan penyakit-penyakit lain yang mempunyai gejala

sangat mirip sebagai diagnosa banding.

5. Ke dakseimbangan Karbohidrat

Ikan kerapu kurang mampu memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi.

6. Defisiensi Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral bersama-sama dengan enzim tubuh berfungsi sebagai

pengatur sistem metabolisme tubuh. Disamping pemberian suplemen mul vitamin

yang biasa digunakan pada hewan darat, ada beberapa vitamin yang harus

mendapatkan perha an khusus. Beberapa defisiensi vitamin, seper defisiensi vitamin

C, B-1, dan E sering menimbulkan masalah pada usaha budidaya laut.

Vitamin B-1 merupakan koenzim beberapa enzim esensial yang bekerja pada

metabolisme karbohidrat. Vitamin ini juga berperan dalam sistem reproduksi serta

fungsi-fungsi syaraf perifer dan syaraf pusat.

Pada usaha budidaya yang menggunakan ikan mentah sebagai sumber pakan,

kandungan aminase dalam pakan menyebabkan rusaknya vitamin B1, srehingga

menyebabkan terjadinya defisiensi. Tingkat defisiensi tergantung pada jenis ikan rucah

yang digunakan sebagai pakan, mengingat kadar aminase pada se ap jenis ikan

berbeda-beda. Ikan yang diketahui mengandung aminase dalam jumlah nggi adalah

daging ikan lemuru dan ikan sarden.

Defisiensi vitamin B-1 pada ikan kerapu menimbulkan gejala klinik berupa

haemoragi dan konges pada pangkal sirip punggung. Gejala lain yang muncul adalah

adanya gerakan hiperaksitabilitas atau gerakan dak terkoordinasi. Lesi histopatologi

Page 24: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

26

yang umum dijumpai pada otak adalah hemoragi dan adanya degenerasi nuklei pada

daerah periventrikular.

Defisiensi vitamin C dapat menyebabkan gangguan perbaikan sel dan

abnormalitas sistem skeletal. Perubahan fisik defisiensi pada sistem skeletal berupa

lordosis, scoliosis, keroposan tulang, serta deformasi pada operculum dan lamella

insang. Defisiensi ini juga menyebabkan rendahnya respon perbaikan luka pada

permukaan tubuh, munculnya ulserasi atau fibroplasia dan penurunan sistem

kekebalan tubuh.

Vitamin E sangat berperan dalam metabolisme lemak. Kombinasi vitamin E dan

selenium merupakan senyawa an oksidan metabolik. Pemberian kombinasi tersebut

akan mengurangi kejadian degenerasi melemak akibat ngginya kandungan lemak

jenuh dalam pakan. Pemberian suplemen ini diperlukan terutama sekali pada ikan-ikan

yang diberi pakan dengan pakan ikan rucah. Namun demikian, pemberian selenium

melalui pakan harus ha -ha karena pemberian yang overdosis (400 mikrogram dalam

sehari) dapat menyebabkan keracunan. Pemberian selenium yang sering digunakan

dan memberikan efek yang baik ialah sebanyak 200 mikrogram dalam sehari.

Defisiensi mineral dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Kebutuhan

mineral pada ikan dipenuhi terutama dari mineral yang terlarut dalam air.

Penambahan mineral yang berlebih dalam pakan dapat mengakibatkan hambatan

pertumbuhan. Defisisensi mineral biasanya terjadi bukan karena kadarnya yang

rendah, tetapi lebih disebabkan oleh ke dakseimbangan antara mineral dan nutrisi

lainnya.

Page 25: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

29

BAB VPENYAKIT PARASITER

Oleh :Dwi Rahwanto, Tanjung Penata Seputro dan Putri Ramdhani

Parasit pada ikan kerapu dapat berupa parasit mul seluler (metazoa) maupun uniseluler

(protozoa). Manifestasi klinis bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan kema an

massal. Prinsip dasar penanganan penyakit parasiter adalah dengan melakukan pemutusan

siklus hidup.

A. Parasit Metazoa

1. Monogenea insang

Terdapat ga genus monogenea yang menyerang insang, yaitu

Pseudorhabdosynocus sp., Diplectanum sp., dan Haliotrema sp. Semua stadium parasit

bersifat mikroskopis dengan lokasi serangan pada

lamella insang (Gambar 5.1.)

Gambar 5.1. Gambaran trematoda insang diamati di bawah mikroskop(Foto : Toha)

Page 26: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

30

Telur parasit menempel pada dinding bak atau

jaring dengan bantuan filamen spiral yang ada pada bagian ujung telur (Gambar 5.2.).

Lima hari sejak telur dihasilkan oleh cacing dewasa, telur akan menetas menjadi

miracidium. Selanjutnya miracidium akan menempel pada tubuh inang dan berparasit

pada insang sampai dewasa. Cacing dewasa siap menghasilkan telur setelah kurang lebih

berumur 20 hari. Secara umum, siklus hidup trematoda insang dapat dilihat pada Gambar

5.3.

Gambar 5.2 Gambaranmikroskopis telur trmatoda insang(Foto : Toha)

Gambar 5.2 Gambaran Siklushidup trematodaSumber : http ://www.nobanis.org

Page 27: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

31

Gambaran histopatologi infestasi trematoda

insang dak spesifik. Perubahan yang sering dijumpai berupa hiperplasia epitel lamella

insang. Pada kasus berat terjadi ruptur epitel. Potongan parasit ditemukan di antara

lamella insang (Gambar 5.4.).

Diagnosa dilakukan secara mikroskopik langsung (direct microscopy) terhadap

preparat lendir insang dan potongan lamella insang. Pembedaan terhadap ke ga genus

parasit dilakukan dengan melakukan karakterisasi morfologi terhadap penis, kantong

telur, dan sucker parasit.

Stadium cacing dewasa dan oncomiracidium peka terhadap pengobatan, sedangkan

pada stadium telur kurang peka. Pengobatan dilakukan dengan melakukan perendaman

formalin dengan konsentrasi 75 ppm sampai dengan 200 ppm atau 150 ppm H2O2 selama

setengan sampai satu jam, tergantung pada kondisi ikan.

Setelah perendaman selesai dilakukan ikan dipindahkan

ke bak pemeliharaan lain atau segera lakukan

Gambar 5.4 Gambaran histopatologi insang terinfestasi trematoda (A) proliferasisel epitel; (B) potongan trematoda melintang; dan (C)potongan trematodamembujur (Foto : Toha)

Page 28: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

32

penggan an jaring. Lima hari kemudian dilakukan

pengulangan perendaman untuk membunuh cacing yang baru menetas.

2. Monogenea kulit

Monogenea (capsalid) kulit merupakan parasit eksternal yang paling umum pada

budidaya ikan kerapu. Cacing berbentuk berbentuk oval dan pipih dengan sepasang

sucker bulat (anterior sucker) pada tepi bagian depan dan sebuah haptor besar

(opisthapthor) pada tepi bagian belakang.

Se daknya terdapat lima spesies trematoda kulit yang menyerang pada ikan

budidaya laut, dua diantaranya merupakan parasit pen ng pada usaha budidaya kerapu,

yaitu Neoenedenia girellae dan Benedenia epinepheli (Gambar.5.5) .

Patogenisitas Neobenedenia girellae lebih nggi dibandingkan dengan Benedenia

epinepheli. Neobenedenia girellae selain menginfestasi

kulit juga dapat menyerang mata. Capsalid selain

Neobenedenia girellae dak meyerang mata. Infestasi

pada mata dapat menyebabkan kebutaan. Gejala klinis

Gambar 5.5 Parasit Neobedenia girellae yang menginfeksiikan kerapu

Page 29: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

33

yang di mbulkan berupa, menggesek-gesekkan badan pada dinding bak/jaring, luka pada

permukaan tubuh dan mata berwarna pu h keruh. Pada kasus yang berat ikan dapat

mengalami kebutaan.

Upaya pengendalian terhadap infeksi parasit ini, dilakukan dengan merendam dalam

air tawar selama 10 menit sampai dengan 15 menit atau dalam H2O2 150 ppm selama 30

menit. Selama perendaman dilakukan pelepasan parasit dengan cara mengusap

permukaan tubuh secara perlahan.

3. Isopoda

Isopoda merupakan parasit fakulta f, biasanya menyerang insang, rongga mulut dan

tenggorokan. Sampai saat ini belum ada senyawa yang efek f dalam pengobatan

serangan parasit tersebut. Penanganan dilakukan dengan mengambil parasit secara

manual.

B. Protozoa1. Cryptocaryoniosis

Cryptocaryoniosis disebabkan oleh Cryptocaryon

irritans. Parasit ini merupakan cilliata berukuran 0.3 –

0.5 mm dengan rambut getar di permukaannya. Penyakit

Gambar 5.6 (A) Parasit isopoda(B) Parasit isopeda yang menyerang rongga mulut ikan

kerapu

Page 30: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

34

yang disebabkan oleh protozoa ini dikenal sebagai white spot disease (penyakit bin k

pu h).

Gejala klinis ikan yang terserang white spot disease antara lain hilangnya nafsu

makan, mata bengkak, sisik lepas disertai pendarahan dan terjadi pembusukan sirip.

Perubahan fisik yang khas adalah nekrosis berbentuk bin k pu h pada permukaan tubuh

yang cukup dalam. Sedangkan luka yang menyebar dan pendarahan pada kulit terjadi

karena ikan menggesek-gesekkan tubuhnya ke jaring atau dinding bak.

Cryptocaryon irritans dapat menginfestasi ikan kerapu pada berbagai stadia.

Serangan protozoa ini pernah terjadi pada hatchery, penggelondongan, dan pembesaran.

Faktor predisposisi infestasi parasit ini, antara lain kepadatan yang nggi, suhu air yang

cenderung turun, peningkatan bahan organik, serta stres dalam pemindahan dan

pengangkutan ikan.

Penularan penyakit bin k pu h dapat terjadi ikan

sakit ke ikan lainnya melalui media air. Throphont yang

matang meninggalkan ikan dan berenang bebas dan

kemudian membentuk kista yang dapat menghasilkan

Gambar 5.7. (A) Cryptocaryon irritans ; (B) Ikan kerapu yang terinfeksi parasit C.irritans,terdapat bintik-bintik putih di seluruh permukaan tubuh.

Page 31: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

35

200 atau lebih tomont. Tomont berkembang menjadi

theront yang bersifat infek f (Gambar 19).

Penanggulangan parasit C. irritans dilakukan dengan perendaman air tawar selama 5

menit atau dengan 100-150 ppm selama 15-30 menit, diulang selama 3 hari berturut.

Apabila terjadi luka pada permukaan tubuh, perendaman dapat dikombinasikan dengan

dalam larutan acriflavin 5-10 ppm.

2. Trichodiniasis

Trichodiniasis disebabkan oleh Trichodina spp,

merupakan parasit yang umum dijumpai pada ikan

tawar dan ikan laut. Parasit berbentuk bundar yang

menyerupai topi, simetris dengan ujung tumpul dan sisi

lateral berbentuk seper lonceng. Bergerak dengan bulu

Gambar 5.8. Siklus hidup parasit C. irrtans. Sumber : http://atj.net.au/marineaquaria

Page 32: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

36

getar (cilia) yang terdapat pada “aboral disk” dengan gerakan yang cepat di permukaan

tubuh, ingsang dan sirip ikan. Ciri khas patogen ini adalah cincin den kel yang dilengkapi

dengan tanduk dan pisau. Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel di lapisan

epitel. Setelah menempel, parasit berputar-putar sehingga dapat merusak sel-sel di

sekitar tempat penempelannya dan memakan sel-sel epitel yang hancur. Selanjutnya

akan terjadi iritasi dan produksi lendir yang berlebihan. Infestasi pada ikan laut lebih

membahayakan daripada infestasi pada ikan air tawar. Kejadian infeksi yang berat dapat

menyebabkan gangguan pernafasan pada ikan.

Gejala klinis pada kasus yang ringan dak menunjukkan gejala klinik yang nyata.

Pada kasus yang berat, gejala yang mbul adalah warna tubuh terlihat pucat, produksi

lendir yang berlebihan dari insang dan permukaan tubuh serta ikan mengosokkan

tubuhnya pada dinding bak/jarring dan ikan terlihat kurus.

Pengobatan dilakukan dengan perendaman Formalin 25 ppm sampai dengan 30

ppm selama 12 jam dan dilakukan selama 1 hari sampai dua hari berturut-turut. Setelah

pengobatan selesai, ikan segera dipindahkan ke bak pemeliharaan yang bebas dari parasit.

3. Oodoniasis

Oodiniasis disebabkan oleh Amyloodinium ocellatum, termasuk anggota dari

Dinoflagellata. Stadium dewasa berparasit pada insang, selanjutnya setelah parasit tua

akan jatuh ke dasar bak dan membentuk kista. Selanjutnya setelah kurang lebih 3 hari,

kista akan melepaskan dinosphore. Dinospore tersebut selanjutnya akan berenang untuk

menemukan inangnya. Setelah inang ditemukan, selanjutnya dinospore akan melepaskan

flagelnya dan berparasit sampai stadium dewasa.

Gejala klinis ikan yang terserang, ikan akan berenang lemah di dasar bak atau

dipermukaan air. Ikan akan bernapas dengan cepat, karena terjadi infestasi parasit. Insang

akan terlihat anemik. Apabila infestasi berat, akan

menyebabkan kema an pada ikan. Figure 2 – Electron micrograph ofa gill infested with Amyloodiniumocellatum (round spheres)showing the high level of infectionthat can occur in gill tissue.

Page 33: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

37

Pengobatan dilakukan dengan melakukan perendaman menggunakan CuSO4.5H2O

sebanyak 1,25 ppm (1,25 g/ton air) selama 1 sampai 2 jam. Selain itu dapat pula dilakukan

pengobatan menggunakan 250 ppm formalin selama 1 jam. Penggunaan formalin harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga suhunya stabil pada kisaran 28oC. Namun demikian

stadium kista dak peka terhadap pengobatan, sehingga memerlukan pengulangan

perendaman. Pengobatan dengan pengulangan selama 7 sampai dengan 10 hari cukup

efek f untuk memutus siklus hidup parasit.

Page 34: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

39

BAB. VIPENYAKIT BAKTERIAL

Yan Evan, Dinarti, Swastika Dita Soraya dan Suherman

A. Gejala Umum

Secara umum, berdasarkan penyebarannya dalam tubuh ikan, penyakit dapat bersifat lokal

atau sistemik. Sedangkan berdasar waktu serangnya, penyakit bersifat perakut, akut, atau

kronis.

Infeksi bakteri sistemik ditandai oleh pembengkakan organ-organ dalam tubuh disertai

peradangan mul fokal pada organ yang terserang. Ciri spesifik lainnya adalah akumulasi cairan

keruh pada rongga tubuh. Pernanahan akibat infeksi bakteri sering dijumpai di limpa, thymus,

ginjal, dan ha .

B. Jenis-jenis Penyakit Bakterial

1. Epitheliocys s

Gambar 6.1 Gambaran patologi anatomi ikan kerapu yang mengalami infeksi bakteri sistematik(A) Pembengkakan pada hati disertai dengan lesi yang ersifat multifocal (tandapanah); dan (B) Distensi gelembung renang (Foto : Toha)

Page 35: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

40

Epitheliocys s merupakan bakteri obligat intraseluler gram nega f dan menyerang

pada ikan air tawar maupun ikan laut. Infeksi pertama kali terjadi pada sel-sel epitelial

insang. Secara mikroskopik terlihat massa organisme berbentuk cocoid.

Pada infeksi ringan, dak ditemui adanya tanda-tanda infeksi eksternal. Tingkah laku

dan pergerakan ikan pun terlihat normal. Infeksi berat ditunjukan dengan diproduksinya

lendir secara berlebihan serta gangguan pada sistem respirasi.

Gambaran histopatologi penyakit epitheliocys s berupa hiperplasia epithelial dan

terjadi fusi adjecent lamella insang. Sel-sel yang terinfeksi mengalami hipertrofi dengan

ukuran diameter mencapai 220 sampai dengan 300 µm, tergantung stadium infeksi.

2. Vibriosis

Vibriosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Vibrio sp. Terdapat dua bentuk

vibriosis, yaitu vibriosis hemoragi eksternal (vibriosis derma s) dan vibriosis

gastrointes nal. Ikan yang mengalami vibriosis derma s menunjukkan perubahan fisik

berupa luka pada bagian superfisial tubuh. Luka yang terjadi berupa irregular necro c

hemoragica dan ulcerasi, kerusakan sirip dan kadang-kadang disertai perubahan mata

menjadi pu h dan menonjol. Sedangkan pada kasus vibriosis gastrointes nal dak

ditemukan gejala eksternal, kecuali warna tubuh menjadi lebih gelap.

Produksi protease dan enzim ekstraseluler lain oleh Vibrio sp menyebabkan terjadinya

kerusakan otot, sehingga luka mejadi semakin melebar. Pada kasus yang melanjut, ak vitas

enzim ini menyebabkan ulcerasi dan putusnya sirip. Pada stadium ini infeksi akan berubah

bentuk menjadi infeksi sistemik, ditandai dengan konges , hemoragi dan nekrosis mul fokal

di ha serta pembengkakan di limpa, ha , dan ginjal. Perubahan patologis pada usus berupa

enteri s hemoragica.

Vibriosis gastrointes nal menunjukkan perubahan berupa gastri s dan enteri s yang

disertai hemoragi, kemudian melanjut menjadi infeksi sistemik. Pada kejadian kronis akan

terjadi anemia, ditandai dengan warna insang yang memucat.

Page 36: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

41

Anggota spesies dalam genus Vibrio, sebagaimana bakteri dalam kelompok

Enterobacteriaceae lainnya, dapat ditumbuhkan dengan media selek f TCBS Agar. Koloni

yang tumbuh pada media berwarna kuning atau hijau, tergantung kemampuannya dalam

memanfaatkan glukosa.

3. Streptococcosis

Streptococcosis merupakan penyakit yang cukup berpotensi dalam penurunan

produk vitas usaha budidaya kerapu. Gejala umum infeksi berupa warna tubuh menjadi

gelap dan terjadi penurunan nafsu makan, kadang-kadang disertai hiperemi dan konges

pada bagian mandibula dan pangkal operculum. Penyakit ini juga dapat menyebabkan

opthalmi s dan meningi s. Mortalitas yang di mbulkan cukup nggi, berkisar antara 40%

sampai dengan 60%.

Perubahan pathologi anatomi infeksi Streptococcus sp. yang sering dijumpai pada

pemeriksaan bedah bangkai berupa pembengkakan limpa, ha , dan ginjal. Ha biasanya

mengalami mul fokal nekro k. Pada kasus berat kadang-kadang ditemukan akumulasi

cairan keruh pada rongga abdomen.

Gambar 6.2 Koloni Vibrio pada media selektifTCBSA (Foto : Toha)

Gambar 6.3 Gambaran patologi anatomi ikan kerapu yang terinfeksi Streptococcus spp. (A) Hiperemidan kongsti pada mandibula serta pangkal operculum; dan (B) Pembengkakan limpa (Foto : Toha)

Page 37: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

42

Pemeriksaan terhadap preparat apus darah, cairan abdomen serta preparat tempel

jaringan limpa, ginjal, thymus atau ha dapat dilakukan dalam diagnosa infeksi Streptococcus

sp. Dengan pewarnaan giemsa 10% akan ditemukan bakteri berbentuk kokus yang

mengelilingi sel atau berada diantara sel.

Peneguhan diagnosa dapat dilakukan dengan isolasi bakteri pada media selek f KF.

Pada media ini bakteri akan tumbuh dengan koloni berwarna pink sampai kemerahan

dengan bentuk koloni yang sangat halus. Hasil pewarnaan Gram, Streptococcus sp. tampak

sebagai bakteri kokus Gram posi f dengan koloni berbentuk rantai (Gambar 24). Pembedaan

spesies dapat dilakukan dengan uji biokimiawi seper yang tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Sifat biokimiawi genus Streptococcus yang menginfeksi ikan kerapu

Gambar 6.4 Gambaran mikroskopik darah ikan kerapu yang terinfeksi Streptococcus spp.Dengan pewarnaan Giemsa (A) preparat apus darah; (B dan C) preparat templejaringan (perbesaran 100 x 10 ). Foto Toha

Gambar 6.5 Gambaran mikroskopik Steptococcus spp. denganpewarnaan gram (Perbesaran 100 x 10).

Page 38: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

43

No Parameter Uji Hasil Uji1 Pewarnaan gram Gram posi f, bentuk bulat,

dengan koloni membentukrantai

2 Mo litas Non mo l3 Oksidase Nega f4 Oksida f – Fermenta f Fermenta f5 Katalase Nega f6 Media selek f KF Koloni berwarna merah

atau pinkS.

agalac ae S. iniae

7 Bile Salt 40% + -8 Pertumbuhan dalam

garam 6.5%+ -

9 Sifat hemolisa - +10 Kemampuan hidrolisa

aesculin- +

11 Pembentukan asam darimanitol

- +

Infeksi Streptococcus sp. dapat dicegah

dengan menghindari pemberian pakan yang

berlebihan, kepadatan yang terlalu nggi, serta

menghindari stres. Jika ikan yang terinfeksi dak

mungkin lagi dioba , ikan harus segera diangkat

dan dimusnahkan untuk menghindari penularan ke

area yang lebih luas. Peningkatan daya tahan tubuh

dapat dilakukan dengan pemberian imunos mulan,

seper penggunaan vitamin C dan β-glukanserta vaksinasi.

4. Mycobacteriosis

Infeksi Mycobacterium sp. bersifat sistemik dan kronik. Perubahan fisik yang sering

muncul adalah ikan mengalami kekurusan. Gejala lain yang kadang mengiku adalah ulcerasi

pada permukaan tubuh dan eksoptalmia. Sedangkan pada organ dalam tubuh muncul gejala

spesifik berupa radang granulomatosa di limpa, ginjal dan ha . Peradangan dapat meluas ke

bagian tubuh lainnya, tergantung ngkat keparahan penyakit.

Gambaran patologi anatomi radang granulomatosa adalah adanya noduli yang

terlokalisasi dan berkonsistensi padat dan berwarna pu h sampai keabu-abuan. Sedangkan

gambaran histopatologi radang ini dicirikan dengan terbentuknya pusat nekrosis (terdiri dari

hancuran sel-sel darah pu h dan jaringan) yang dikelilingi oleh peradangan yang terlokalisasi

(terdiri dari jaringan ikat dan sel-sel radang mononuklear).

Pemeriksaan Mycobacterium sp. in vivo dapat dilakukan dengan pemeriksaan tempelGambar 6.6 Gambaran histopatologiMycobacterium sp. (Foto : Rini)

Page 39: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

44

jaringan terhadap noduli yang diwarnai dengan metoda pewarnaan tahan asam (Ziehl

Nielsen). Dengan metode ini bakteri tampak berbentuk batang dan berwarna merah.

Pewarnaan yang sama juga dapat dilakukan terhadap sediaan histologi. Pada sediaan ini

bakteri terakumulasi pada pusat-pusat nekrosis.

5. Tenacibaculum mari num

Tenacibaculum mari num infeksinya bersifat lokal (terutama pada insang dan sirip)

dengan faktor predisposisi salinitas air dan kepadatan yang nggi. Dua gejala dominan yang

tampak adalah nekrosis ujung sirip dan permukaan tubuh atau nekrosis insang. Pada

kejadian melanjut, biasanya diiku dengan infeksi bakteri lain yang bersifat sistemik. Pada

kondisi ini, jika dak segera dilakukan penanganan, akan menimbulkan kema an massal

dengan mortalitas mencapai 80% dalam beberapa hari.

Nekrosis pada insang merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada ikan kerapu.

Nekrosis ini ditandai dengan insang yang berwarna kuning. Pada kasus yang parah, lamella

insang akan lepas dari tulang penyangganya (archus branchialis).

Infeksi pada permukaan tubuh ditandai dengan perubahan warna menjadi abu-abu

pada ujung sirip atau ekor. Infeksi lanjut ditunjukkan dengan terjadinya erosi disertai

Gambar 6.7 Hasil pemeriksaan patologi anatomi menunjukan insang yangberwarna kuning dan terlepasnya archus brachialis (Foto : Toha)

Page 40: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

45

hemoragi pada bagian tersebut. Pada infeksi yang lebih parah, sirip/ekor menjadi hilang dan

nekrosa dapat berlanjut sampai dengan otot.

Diagnosa dilakukan dengan melakukan pemeriksaan tempel jaringan yang diwarnai

dengan giemsa 10% terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami nekrosis. Dengan

pemeriksaan ini bakteri nampak berbentuk batang panjang sampai filamen (Gambar 27).

Peneguhan diagnosa dilakukan dengan melakukan isolasi pada media selek f dan iden fikasi

dengan uji biokimiawi.

Diagnosa laboratorium dapat dilakukan dengan mengisolasi pada media Cytophaga

Agar. Pada media ini T. mari num akan tumbuh dengan koloni berwarna kuning. Bakteri ini

Gambar 6.8 Gambaran mikroskopikTenacibaculum maritinum.(A) pemeriksaan secara langsung;dan (B) pemeriksaan dengan metodetemple jaringan. ( Foto : Toha)

Page 41: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

46

termasuk golongan bakteri Gram nega f yang berbentuk batang, bersifat oksidase dan

katalase posi f.

6. Pasteurellosis

Pada budidaya ikan, pasteurellosis disebabkan oleh bakteri Photobacterium damselae

subspesies piscicida. Bakteri ini merupakan salah satu agen yang dapat menghancurkan

budidaya ikan pada perairan laut. Untuk itu, sejak tahun 2006, Menteri Kelautan dan

Perikanan melalui Kepmenkp No. 17/Men/2006, telah menetapkan pasteurellosis sebagai

penyakit ikan karan na. Di Indonesia, penyakit ini sudah ditemukan di Pulau Jawa dan

Sumatera bagian utara yang menyerang ikan kerapu lumpur dan beberapa jenis ikan kakap.

Spesies bakteri ini menyebabkan infeksi akut dengan ngkat mortalitas yang nggi.

Photobacterium damselae subspesies piscicida merupakan bakteri Gram nega f dan

dak berflagel. Pada media agar darah akan terbentuk koloni yang kecil dan berwarna

abu-abu.

Gambaran patologi anatomi dan histopatologi yang pernah dilaporkan adalah adanya

peradangan sistemik pada organ visceral ikan, khususnya pada ginjal, limpa dan ha . Pada

ha dan limpa banyak ditemukan neutrofil dan makrofag yang merupakan tanda sep semia

non spesifik serta asteroid bodies. Perubahan pada ginjal yang ditemukan adalah deplesi dan

kerusakan jaringan hemopoie k ginjal.

Diagnosa laboratorium dilakukan dengan kultur bakteri pada agar darah, pemeriksaan

histopatologi, imunohistokimia, ELISA, PCR, serta kultur bakteri pada TSA dengan

penambahan NaCl 2%.

Page 42: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

49

BAB. VIIPENYAKIT VIRAL

Oleh:Muhammad Aziz Hakim, Indriasih dan Wiwin Wiyani

Terdapat ga jenis virus yang sering ditemukan pada usaha budidaya kerapu yaitu Viral Nervous NecrosisVirus (VNNV), Grouper Iridovirus (GIV) dan Lympocys cvirus. Viral Nervous Necrosis Virus (VNNV)menyebabkan kema an massal pada stadia larva dan benih, sedangkan kema an yang disebabkan olehinfeksi GIV terjadi pada stadia larva, benih maupun ikan dengan ukuran besar. Kema an akibat infeksiLympocys cvirus rela f rendah, walaupun demikian berpotensi menurunkan kualitas produk akibat lesiyang di mbulkan pada permukaan tubuh.

1. Viral Nervous Necrosis (VNN)Pada usaha budidaya kerapu, Viral Nervous Necrosis (VNN) atau Viral Encephalopathy and

Re nopathy (VER) merupakan penyakit ikan yang sangat merugikan. Penyakit ini disebabkan olehNodavirus.

Penyakit VNN menyerang pada sistem syaraf pusat, re na mata serta organ reproduksi. Penyakit iniumumnya dapat menginfeksi hampir pada seluruh fase pertumbuhan ikan dan pada stadia larva danbenih mortalitasnya dapat mencapai 100% dalam tempo 1-2 minggu. Penularan penyakit ini dapatterjadi secara ver kal maupun horizontal.

Gejala umum VNN antara lain nafsu makan menurun, ikan sangat lemah, dan warna tubuh pucat. Gejalaspesifik yang menyertai berupa pergerakan yang dak terkoordinasi, seper berenang dak terarah,berputar-putar, hiperak f, terbalik, serta sering menghentakkan kepala ke atas permukaan air secarasporadik. Peneguhan diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reac on (PCR)dan histopathologi.

Upaya pencegahan penyakit VNN dilakukan dengan seleksi terhadap induk dan larva yang bebasVNN serta penerapan biosekuriti pada tempat budidaya.

2. Sleepy Grouper Diseases (SGD)Penyakit yang disebabkan oleh infeksi Grouper Iridovirus (GIV) lebih dikenal sebagai Sleepy

Grouper Diseases (SGD). Penyakit ini dapat bersifat akut sampai kronis dengan morbiditas danmortalitas yang bervariasi, antara 30% sampai dengan 100%, tergantung pada spesies, umur, infeksi lainyang menyertai, serta kondisi lingkungan.

Gambar 7.1 Hasil pemeriksaan histopatologi ikan kerapu yang terkena penyakit VNN. (A) Vakuolisasiotak; (B) Infiltrasi badan inklusi pada otak; dan (C) Vakuolisasi pada retina. Foto : Toha danRini

Page 43: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

50

Penularan penyakit SGD terjadi melalui kontak langsung atau melalui air yang terkontaminasi.Organ target penyakit ini adalah ginjal dan limpa. Pada kasus berat, infeksi dapat menyebar padaorgan-organ lain seperti ha , jantung, mus, lambung dan usus. Diagnosa dapat dilakukan denganpemeriksaan gejala klinis, pemeriksaan tempel jaringan serta Polymerase Chain Reac on (PCR).

Gejala klinis ikan yang terinfeksi Grouper Iridovirus (GIV), antara lain warna tubuh ikan gelap,insang pucat, nafsu makan turun serta pergerakan renang yang lemah dan dak terkoordinasi. Gejalaspesifik yang sering muncul adalah ikan mengendap di dasar bak dengan keadaan terbaring pada salahsatu sisi tubuhnya (Gambar 7.2).

Gambaran patologi anatomi pada kerapu kertang, kerapu macan, kerapu sunu, dan kerapulumpur dak jelas, kecuali tubuh menjadi lebih gelap. Sedangkan pada kerapu bebek ditemukanhiperemi dan konges pada bagian mandibula untuk ikan berukuran besar atau seluruh bagian kepalauntuk ukuran benih.

Gambar 7.2. Gejala klinis yang spesifikberupa ikan mengendap di dasarbak/wadah dengan posisi berbaring padasalah satu sisi tubuhnya. (A) infeksi GIVpada kerapu kertang; dan (B) infeksi GIVpada kerapu macan. Foto :Toha dan Rini

Gamabar 7.3 Perubahan fisik kasus infeksi GIV pada ikan kerapu bebek

Page 44: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

51

Perubahan patologi anatomi organ dalam tubuh pada stadium awal infeksi berupapembengkakan limpa dan ginjal (Gambar 32). Selanjutnya pada stadium lanjut limpa mengalami atrofi.

Gambar (C) Pada ukuran benihhiperemi terjadi padaseluruh bagian kepala

Gambar (B) Hiperemi pada bagianmandibula

Gambar (A) Pada ikan besar tidakditemukan perubahanspesifik pada permukaantubuh

Page 45: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

52

Gambaran sitologik terhadap preparat tempel jaringan limpa, thymus dan ginjal dengan metodapewarnaan Giemsa adalah ditemukannya sejumlah enlarged cell/giant cell serta badan inklusi yangbersifat asidofilik.

Gambaran histopathologi penyakit SGD sangat khas, yaitu terjadinya peradangan disertaiakumulasi benda inklusi intrasitoplasmik asidofilik pada ha , limpa, ginjal, insang, dan saluranpencernaan.

Secara umum, pengendalian penyakit Sleepy Grouper Diseases (SGD) dilakukan dengan sanitasidan penerapan biosekuriti yang ketat pada lingkungan budidaya, mengurangi padat tebar danmengurangi stres selama transportasi serta vaksinasi yang terprogram.

3. Lymphocys cosisLymphocys cosis merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh genus Lymphocys cvirus,

anggota Family Iridoviridae. Virus ini berukuran 180-200 mm. Perubahan klinis dan pathologik dariinfeksi virus ini adalah permukaan tubuh, limpa dan ginjal.

Gejala klinis yang dapat ditemukan pada awal infeksi adalah ditemukannya bin l-bin l kecilberwarna merah muda atau abu-abu yang sering dijumpai pada bagian sirip punggung dan sirip ekor.Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak sampai 60 (enampuluh) kali ukuran normal dan selanjutnya

Gambar 7.4 Perubahan spesifik inveksi GIV pada kerapu bebek (A). Tampakterjadi pembengkakan limpa (B). Pada pemeriksaansiitologi tampaksejumlah sel raksasa (giant cell). Foto : Toha

Gambar 7.5 Histopatologi ginjal yang terinfeksi GIV dengan pewarnaan Heamatoksilin-Eosin. (A) Organ mengalamimultifokal nekrotik (10 x 10); (B) dan (C) Terdapat sejumlah badan inklusi intrasitoplasmik yang bersifatasidofilik (40 x 10)

Page 46: BAB I TEKNIK BUDIDAYA KERAPU - djpb.kkp.go.id · PDF file3 Pembesaran ikan kerapu dilakukan dalam KJA. KJA merupakan sebuah kantong jaring atau waring berbingkai rak it (Gambar 2).

53

membentuk kumpulan sel yang berupa benjolan menyerupai bunga kol. Dalam waktu beberapa minggu,benjolan tersebut dapat membesar sampai 0.5 cm atau lebih dan selanjutnya akan pecah dan menjadisumber penular ikan lainnya.

Perbaikan kualitas air dan penanganan ikan yang baik dapat mengurangi dan mencegahlymphocys cosis. Perlakuan karan na yang memadai serta penerapan biosekuriti juga dapat membantudalam pencegahan dan penyebaran penyakit.

Ikan yang mengidap penyakit ini harus segera diisolasi guna mencegah terjadinya penularan.Pengobatan bersifat supor f, yaitu dengan melakukan pemberian imunos mulan agar kondisi ikancepat pulih dan nafsu makannya dapat meningkat kembali.