Bab i Tbs. Aliran Fluida
-
Upload
andrea-colon -
Category
Documents
-
view
281 -
download
11
Embed Size (px)
description
Transcript of Bab i Tbs. Aliran Fluida

1
ALIRAN FLUIDA
Sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu memberikan pemahaman tentang
kemampuan teoritis-praktis dan perancangan, maka materi yang diberikan pada aliran
fluida mencakup:
- Sifat fluida mengetahui sifat fluida yang berperan dalam aliran fluida
- Alat dalam aliran fluida (pipa dan fitting) mengetahui ukuran standar
- Neraca massa (persamaan kontinyuitas) dan Neraca Energi (Persamaan Bernoully dan
friksi) melakukan perhitungan kuantitatif
- Alat ukur aliran fluida secara kualitatif dan kuantitatif
- Pompa dan kompresor secara kualitatif dan kuantitatif
Sifat fluida
Fluida disebut juga zat alir, bisa berupa gas, cairan, larutan, dan slurry.

2
Besaran yang digunakan untuk menyatakan sifat fluida yaitu:
Densitas atau massa jenis () dengan satuan massa (kg, g, lb) per satuan volum (cm3,
liter, ft3).
Nilai densitas fluida dapat dicari dari pustaka, dinyatakan dalam specific gravity (/s)
atau densitas pada suhu tertentu.
Pengaruh suhu:
Rapat massa cairan akan turun, dengan naiknya suhu, tetapi tidak terlalu besar.
Rapat massa gas akan turun, dengan naiknya suhu. Dengan persamaan gas ideal, hal
ini sudah terlihat. ( )n BM p
V RT
Sering juga orang teknik menggunakan specific gravity (sp.gr.). Definisinya adalah:
sp gr A = ρA/ ρB
Perbandingan density:

3
Cairan: terhadap air
Gas: terhadap udara (atau gas lain)
contoh : sp gr = 0,85 o
o
4
20
Ada juga yang menggunakan specific volume.
Specific volume = 1/density
Pengaruh tekanan:
Rapat massa cairan sangat sedikit (tidak) terpengaruh oleh tekanan. Dinamakan fluida
incompressible.
Rapat massa uap/gas sangat terpengaruh oleh tekanan, seperti yang ditunjukkan pada
persamaan ρ di atas. Dinamakan fluida compressible.
Secara umum: rapat massa cairan > rapat massa gas/uap.
Viscositas atau kekentalan () dengan satuan massa (kg, g, lb) per satuan panjang (cm,,
ft) per satuan waktu (jam, menit, detik) atau dinyatakan dalam satuan poise (p),
centipoise (cp).

4
1 poise = 1 g/cm/det = 2,42 lb/ft/jam = 6,72 10-4 lb/ft/detik
Nilai viscositas fluida dapat dicari dari pustaka, dinyatakan dalam viskositas absolut (),
atau viskositas kinematik (=/). Viskositas kinematik mempunyai satuan stoke (st)
1 st = 1 cm2/detik = 10,7739 10-4 ft2/detik
Viskositas fluida sangat dipengaruhi oleh suhu tetapi tidak begitu terpengaruh oleh
perubahan tekanan. Viscositas GAS akan naik dengan naiknya suhu dan hubungannya
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
/o = (T/273)n (1)
dengan = viskositas absolut pada suhu T, oK
o= viskositas absolut pada suhu 0oC atau 273 oK
n = tetapan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, nilai n ini berkisar antara 0,65
sampai 1.

5
Persamaan Newton untuk aliran fluida:
dx
dv
Bila fluida dapat memenuhi persamaan Newton di atas, yaitu viskositasnya tetap,
fluidanya dinamakan Newtonian. Fluida yang termasuk Newtonian adalah gas/uap dan
cairan encer. Cairan kental umumnya tidak mengikuti persamaan Newton, sehingga
dinamakan fluida non-Newtonian. Hanya dalam pendekatan perhitungan, sering tetap
dianggap memenuhi syarat sebagai fluida Newton.
Pelat atas bergerak
dengan kecepatan V m/s
Pelat bawah diam
Profil kecepatan fluida di antara pelat atas dan
bawah

6
Gambar shear stress (τ) vs shear rate (dv/dx)
Pengaruh suhu:
Viskositas cairan akan turun, bila suhunya naik.
Viskositas uap/gas akan naik, bila suhunya naik.
dv/dx

7
Pengaruh tekanan:
Viskositas cairan tidak banyak terpengaruh oleh perubahan tekanan.
Viskositas gas/uap akan naik, dengan naiknya tekanan. Ada tekanan yang semakin tinggi,
jarak molekul antar gas semakin kecil, sehingga gesekan antar molekul yang bergerak
akan semakin besar.
Secara umum: viskositas cairan > viskositas gas/uap
Sifat fisis metanol
Temp. (ºC)
Density (×1000 Kg/m3)
Viscosity (Pa-s)
Kinematic Viscosity (m2/s)
Surface
Tension (N/m)
0 0.81 8.17 × 10-4 1.01 × 10-6 2.45 × 10-2
10 0.801 - - 2.26 × 10-2
20 0.792 5.84 × 10-4 7.37 × 10-7 -
30 0.783 5.10 × 10-4 6.51 × 10-7 -
40 0.774 4.50 × 10-4 5.81 × 10-7 -
50 0.765 3.96 × 10-4 5.18 × 10-7 -

8

9
Table of Fluid Properties (Liquids and Gases)
Fluid T
(°F)
Density
(slug/ft3)
v
(ft2/s)
T
(°C)
Density
(kg/m3)
v
(m2/s)
Liquids:
Water 70 1.936 1.05e-5 20 998.2 1.00e-6
Water 40 1.94 1.66e-5 5 1000 1.52e-6
Seawater 60 1.99 1.26e-5 16 1030 1.17e-6
SAE 30 oil 60 1.77 0.0045 16 912 4.2e-4
Gasoline 60 1.32 4.9e-6 16 680 4.6e-7
Mercury 68 26.3 1.25e-6 20 13600 1.15e-7
Gases (at standard atmospheric pressure, i.e. 1 atm):
Air 70 0.00233 1.64e-4 20 1.204 1.51e-5
Carbon Dioxide 68 0.00355 8.65e-5 20 1.83 8.03e-6
Nitrogen 68 0.00226 1.63e-4 20 1.16 1.52e-5
Helium 68 3.23e-4 1.27e-4 20 0.166 1.15e-4

10
TEGANGAN ANTAR MUKA (SURFACE/INTERFACIAL TENSION) (A)
Antar dua fase, misalnya cair-uap/gas, terjadi tegangan antar muka. Hal ini terjadi,
karena ada gaya yang menarik molekul cairan di permukaan agar tetap tinggal di fase
cair. Tegangan antar muka cukup berpengaruh terhadap aliran dua fase (gas-cair, cair-
cair).
Satuannya dyne/cm atau Newton/meter (N/m). Simbol σ.
Tegangan muka sangat dipengaruhi oleh senyawa yang ada di dalam cairan. Ada
senyawa yang dapat menurunkan tegangan muka sangat besar, yaitu surfactant (surface
active agent).
Tegangan muka akan turun, bila suhu naik.
Tekanan tidak banyak berpengaruh terhadap tegangan muka secara langsung.
Tegangan muka air-udara pada suhu ruangan 72 dyne/cm
Tegangan muka cairan hidrokarbon 40 – 60 dyne/cm

11
Antar fase cair-cair (2 cairan yang tak larut atau immiscible) juga ada tegangan antar fase,
yang besarnya lebih rendah dari tegangan cair-gas.
Secara umum, tegangan antar muka akan turun dengan naiknya suhu.
Besaran ini sangat penting pada sistem dua fluida yang tidak saling melarut.
Berdasarkan DENSITAS nya Fluida dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu:
Fluida incompressible:
Fluida incompressible adalah fluida yang tidak mengalami perubahan volum (V) dengan
adanya penekanan (P), atau (V/P)T = 0. Atau dapat didefinisikan sebagai fluida yang
tidak berubah sifatnya walau ditekan, sehingga densitas cairan tidak berubah dengan
adanya penekanan. Fluida ini banyak dijumpai pada sebagian besar cairan dan sedikit
gas.

12
Fluida compressible:
Fluida compressible adalah fluida yang mengalami perubahan volum (V) dengan adanya
penekanan (P), atau dapat dikatakan sebagai fluida yang berubah sifatnya jika ditekan,
atau densitas berubah dengan adanya penekanan. Fluida ini banyak dijumpai pada gas.
HUBUNGAN ANTARA P – V – T PADA FLUIDA COMPRESSIBLE
Untuk gas ideal hubungan antara suhu, tekanan, volume mengikuti hukum
P V = n R T (2)
dengan P adalah tekanan (atm., pascal, bar, psia), V adalah volum (liter, cm3 , ft3), T
adalah suhu (oC, oK, oF), n jumlah mol gas ( gmol, kgmol, lbmol), dan R adalah tetapan
umum gas ideal yang nilainya tergantung dari satuan yang digunakan, misalnya R= 8,314
kj/kmol/oK, R= 1,987 kal/gmol/ oK, R= 82,05 (cm3 atm)/gmol/ oK.

13
Keadaan standar.
Keadaan standar sering didefisikan sebagai suatu keadaan pada suhu (T) = 0oC atau
273,15 oK, tekanan (P)= 1 atmosfir. Pada keadaan ini volume (V) 1 mol gas ideal sebesar
22,412 cm3. Nilai ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
V = 3412,221
)15,273)(05,82(cm
P
RT
Gas non ideal
Untuk gas non ideal hubungan antara suhu, tekanan, dan volume dapat dituliskan sebagai
berikut
P V = Z n R T (3)
Dengan Z adalah faktor kompresibilitas, nilai Z sangat dipengaruhi oleh suhu dan
tekanan. Pada tekanan yang sangat rendah penyimpangan dari keadaan ideal disebabkan
oleh gaya tarik diantara molekul, pada keadaan ini nilai Z kurang dari satu. Pada tekanan

14
yang sangat tinggi penyimpangan dari keadaan ideal disebabkan karena perubahan volum
molekul itu sendiri. Hubungan antara Z dengan tekanan dapat dituliskan sebagai berikut:
Z = RT
PV = 1 + B P + C P2 + D P3 + … (4)
Atau dapat dituliskan dalam bentuk
Z = 1 + .....'''
32
V
D
V
C
V
B (5)
Nilai B, C, dan D disebut dengan koefisien virial yang nilainya tergantung pada sifat gas
dan suhu. Berdasarkan korelasi ini dapat disimpulkan bahwa pada tekanan mendekati nol
(P=0) atau V bernilai tidak terhingga maka nilai Z = 1, sehingga pada keadaan ini
sifat gas non ideal sama dengan sifat gas ideal.
Banyak persamaan yang dapat digunakan untuk memperkirakan hubungan antara
besaran-besaran (P-V-T) gas non ideal. Salah satu persamaan yang cukup sederhana dan
banyak digunakan adalah persamaan van der Waals, yang dituliskan sebagai berikut:

15
RTnnbVV
naP
2
2
(6)
dengan b = c
c
P
RT
8tetapan yang besarannya merupakan fungsi incompressible volum molekul
gas, 2V
a = tetapan yang nilainya dipengaruhi attractive forces antar molekul gas tersebut,
nilai a dapat diperkirakan dengan persamaan berikut a= c
c
P
TR
64
2722
. Bila P mendekati nol
(P=0) dan nilai V=1 persamaan van der Waals sama dengan persamaan gas ideal.
Hubungan antara sifat-sifat gas non ideal dapat ditentukan secara percobaan untuk
jenis gas tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk grafik faktor kompresibilitas versus
suhu dan tekanan atau dinyatakan dalam bentuk perbandingan nilai PV pada
keadaan standar dan pada keadaan tertentu untuk jenis gas tertentu.
A = oPV
PV
)( =
onRT
nRT
)( (7)

16
dengan A faktor perbandingan yang berlaku untuk gas tertentu pada kondisi tertentu,
sedang (PV)o adalah nilai PV pada keadaan standar T=273 oK dan P= 01,3 kN/m2. .
Nilai A dan grafik hubungan antara Z dan P-T dapat dilihat di pustaka. Sebagai contoh
disajikan hubungan antara Z vs P dan T untuk gas metan.
Untuk gas yang berbeda akan mempunyai diagram Z vs P dan T yang berbeda.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan untuk berbagai jenis gas dapat disusun
grafik faktor kompresibilitas yang dapat berlaku umum untuk berbagai jenis gas
yang hubungannya dapat disajikan dalam bentuk Z vs suhu tereduksi (Tr) dan tekanan
teredukksi (Pr) sebagai berikut (PR cari grafik di pustaka hubungan
antara faktor kompresibilitas untuk berbagai gas dan uap).

17
CONTOH SOAL GAS NON IDEAL
Berapa volume tangki yang dibutuhkan untuk menyimpan 1 kmol gas metan pada
suhu 320oK dan tekanan 60 MN/m2. Estimasi volume tangki yang dibutuhkan dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut ini:
a. Hukum gas ideal
b. Persamaan van der Waals
c. Grafik faktor kompersibilitas gas yang dapat berlaku umum
d. Gafik faktor kompresibilitas untuk gas metan
e. Data percobaan laboratorium untuk gas metan (Perry, 1984)
a. Hukum gas ideal
P V = n R T
P= 60 MN/m2= 60 x 103 kN/m2

18
T= 320oK
N=1 kmol
R= 8,314 kN/kmol/ oK
V = 1 x 8,314 x 320/(60 103) = 0,0443 m3.
b. Persamaan van der Waals
RTnnbVV
naP
2
2
dengan b= c
c
P
RT
8 dan a=
c
c
P
TR
64
2722
Kondisi kritis metan dapat dilihat dari pustaka, suhu kritis (Tc) = 191oK dan tekanan
kritis (Pc) = 4640 kN/m2.
b= kmol
m
x
x
c
3
0427,046408
191314,8 dan
a= )/())(/(464064
)191()314,8(27 23222
kmolmmkNx
xx =229,3 )/())(/( 232 kmolmmkN
(60 x 103 + 229,3 x 2
1
V)(V-1 x 0,0427) = 1 x 8,314 x 320

19
60.000 V3 – 5233 V2 + 229,3 V = 9,79
dengan cara coba-coba dapat ditentukan nilai V= 0,066 m3
c. Grafik faktor kompersibilitas gas yang dapat berlaku umum
Tr= 68,1191
320
cT
T Pr = 93,124640
1060 3
x
P
P
c
Dari Gambar 2 dapat ditentukan nilai Z = 1,33, Sehingga V dapat ditentukan sebagai
berikut: P V = Z n R T
V = 3
30589,0
1060
320314,8133,1m
x
xxx
P
ZnRT
d. Gafik faktor kompresibilitas untuk gas metan
T= 320 oK = 116,6 oF
P= 60 106N/m2 (14,5038 psia/105 N/m2) =8702,28 psia
Dari Gambar 1 nilai Z tidak dapat ditentukan karena nilai P sangat tinggi

20
e. Data percobaan laboratorium untuk gas metan (Perry, 1984)
Data percobaan laboratorium untuk berbagai gas dapat ditentukan dengan korelasi
berikut:
A = oPV
PV
)(
dengan A faktor perbandingan yang berlaku untuk gas tertentu pada kondisi tertentu,
sedang (PV)o adalah nilai PV pada keadaan standar T=273 oK dan P 101,3 kN/m2. Untuk
gas metan pada P=60 103 N/m2 dan T=320oC nilai A = 1,565.
V = 3
6
6
0592,0)1060(
1027,255,1)(m
x
xx
P
PVA o
Nilai berdasarkan pengukuran langsung untuk gas tersebut adalah merupakan nilai yang
paling mendekati nilai sebenarnya, sedangkan nilai yang lain adalah merupakan nilai
pendekatan. Perbandingan antara nilai pendekatan dengan nilai pengukuran langsung
memberikan prosen kesalahan sebagai berikut:

21
Hukum gas ideal = - 25,2%
Persamaan van der Waals = + 11,5%
Grafik faktor kompersibilitas gas yang dapat berlaku umum = - 0,5%.
Berdasarkan perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa perhitungan menggunakan
grafik faktor kompresibilitas yang dapat berlaku umum memberikan kesalahan
yang paling kecil (tidak berarti).
Turbulensi
Pola aliran fluida dalam pipa dipengaruhi oleh beberapa peubah yaitu:
1. Diameter pipa (D)
2. Kecepatan rata-rata fluida dalam pipa (v)
3. Viskositas fluida dalam pipa ()
4. Densitas fluida ()

22
Hubungan antara peubah-peubah ini dinyatakan dalam kelompok tidak berdimensi yang
dikenal dengan bilangan Reynolds (Re)
Re =
Dv
Berdasarkan nilai bilangan Reynolds pola aliran fluida dalam pipa dapat digolongkan
dalam dua kelompok yaitu pola aliran laminer dan pola aliran turbulen. Pola aliran
laminer terjadi pada kisaran bilangan Reynolds kurang dari 2100. Adapun pola aliran
turbulen terjadi pada kisaran bilangan Reynolds lebih dari 4000. Kisaran bilangan
Reynolds antara 2100 sampai 4000 disebut daerah transisi. Pola aliran ini sangat
menentukan perhitungan-perhitungan dalam berbagai hal yang menyangkut aliran fluida
dalam pipa (digunakan pada pembahasan berikutnya).

23
Gambar 3. Bentuk profil kecepatan aliran fluida dalam pipa untuk pola aliran laminer
(stream line) dan turbulen

24
Pipa dan fitting
Fluida dipindahkan dari tempat yang satu ketempat yang lain dapat melalui saluran
terbuka (open channels) atau saluran tertutup (closed ducks). Saluran tertutup yang
banyak dijumpai dalam industri kimia adalah sistim pemipaan (pipa dan fitting). Adapun
yang dimaksud dengan fitting adalah perlengkapan yang dibutuhkan pada pemipaan
sambungan, belokan, percabangan, kran, dan pengubah ukuran. Hal – hal yang perlu
difahami tentang pipa dan fitting dapat digolongkan menjadi dua yaitu jenis, dan ukuran
standar.
Jenis pipa dan fitting
Berdasarkan bahan pembuatnya pipa dan fitting digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Logam 1a. Ferrous metallic pipe
1b.Non ferrous metallic pipe
2. Non logam

25
Ferrous melallic pipe
Standarisasi jenis ini dibuat oleh American Standart Association (ASA), pipa yang
masuk jenis ini yaitu:
Wrought-iron (besi tempa); sifatnya tahan terhadap korosi biasanya digunakan untuk
pemipaan air panas dan instalsi bawah tanah.
Wrought-steel pipe, pipa jenis ini banyak digunakan untuk keperluan umum.
Electric resistance welded steel pipe, digunakan untuk instalasi suhu tinggi (>260oC).
Stainless steel pipe, untuk bahan yang sangat korosif atau untuk industri makanan.
Non Ferrous melallic pipe
Yang termasuk jenis ini yaitu pipa dari tembaga, nikel, perunggu, dan kuningan.
Pipa jenis ini untuk keperluan khusus yaitu untuk bahan yang korosif dan untuk instalasi
perpindahan panas ( daya hantar baik).

26
Non logam
Yang termasuk pipa non logam yaitu abestos cement pipe, carbon, graphite, pvc,
gelas, dan keramik.
Ukuran standar pipa dan fitting
Pipa dan fitting mempunyai ukuran standar yang dibuat oleh ASA. Ukuran standar
yang dapat berlaku umum yaitu untuk pipa dari logam, sedangkan untuk pipa yang non
logam tidak ada standar yang berlaku umum atau untuk pipa dari bahan yang tertentu
mempunyai standar yang tertentu pula.
Ukuran panjang
Panjang pipa standar yaitu 16 ft sampai 22 ft, sehingga dalam pemipaan diperlukan
fitting (sambungan), untuk mendapatkan panjang pipa seperti yang dikehendaki.

27
Diameter pipa
Ukuran pipa dan fitting dinyatakan dalam bentuk diameter nominal (NPS = nominal
pipe size) dan tebal dinding.. Diameter nominal tidak merupakan diameter dalam atau
diameter luar, untuk pipa baja diameter nominal mempunyai harga antara 1/8 inci sampai
30 inci.
Tebal pipa
Tebal dinding pipa standar dinyatakan dengan Schedule Number (Sch.No.). Sch.No
ditentukan berdasarkan tekanan dalam pipa dan stress yang diperbolehkan untuk jenis
pipa yang digunakan. Oleh karena itu tebal dinding pipa bukan merupakan besaran
standar yang berlaku umum atau tebal dinding pipa berlaku untuk jenis pipa yang
tertentu.

28
Sch. No. = S
P1000 (8)
Dengan P = tekanan kerja dalam pipa (gaya/luas)
S=allowable stress pipa tersebut pada kondisi operasi
tertentu (gaya/luas)
Ada 10 nilai Sch.No. yang dapat dijumpai yaitu 12, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120, 140, dan
160. Pemilihan Sch. No. yang digunakan harus lebih tinggi dari nilai Sch,No. yang
diperlukan sehingga akan aman. Dengan informasi Sch.No. (tebal pipa) dan NPS maka
dapat ditentukan diameter luar dan dalam pipa tersebut.
Tabel yang menyatakan ukuran standar untuk jenis pipa tertentu dapat dilihat di
berbagai pustaka. Pada tulisan ini diberikan satu contoh ukuran standar pipa baja yang
dinyatakan pada Daftar I.
====================================================

29
Daftar I. Ukuran standar pipa baja

30
PEMILIHAN UKURAN PIPA
Jika fluida dapat mengalir dengan sendirinya (disebabkan karena grafitasi) tanpa
bantuan pompa, maka pipa yang dipilih sekecil mungkin tetapi masih memberikan aliran
yang normal. Jika dalam mengalirkan fluida diperlukan tambahan energi mekanik yang
diberikan oleh pompa atau kompresor maka perlu dipilih ukuran pipa agar memberikan
total biaya yang sekecil mungkin. Untuk debit yang sama bila diameter pipa besar
biaya pembelian pipa tinggi tetapi kecepatan aliran fluida rendah, sehingga dengan
menggunakan diameter yang besar gesekan yang terjadi antara dinding pipa dan
fluida yang mengalir lebih rendah sehingga biaya pemompaan juga lebih rendah.
Kisaran kecepatan optimum fluida mengalir dalam pipa

31
Kecepatan,
m/detik
Penurunan tekanan, kPa/m
Cairan tak dipompa - 0,05
Cairan dipompa tidak
kental
1-3 0,5
Gas/Uap 15-30 0,02 dari tekanan operasi
Uap tekanan tinggi> 8
bar
30-60 -
Rase (1953)menggunakan hubungan antara kecepatan dengan diameter dalam pipa:

32
Kecepatan, m/detik
Discharge pompa (0,06d+0,4) m/detik
Suction pompa (0,02d+0,1) m/detik
Steam/uap 0,2 d m/detik
Dengan d = diameter dalam pipa dengan satuan mm.
Simson (1968) menggunakan hubungan antara kecepatan optimum dengan densitas
fluida:
Ρ, kg/m3 1600 800 160 16 0,16 0,016
Kec.,
m/detik
2,4 3 4,9 9,8 18 34
Kecepatan maksimum harus dijaga agar tidak terjadi erosi, untuk gas/uap umumnya
kecepatan maksimum 0,3 dari kecepatan suara.
DIAMETER EKONOMIS

33
Harga pipa akan naik dengan semakin besarnya diameter, tetapi biaya pemompaan
akan turun dengan semakin besarnya diameter pipa karena gesekan berkurang. Diameter
ekonomis adalah diameter pipa yang memberikan biaya total (biaya pembelian pipa
dan fitting + pemompaan) yang paling rendah (minimum).
Dari pertimbangan harga pipa, fitting dan istalasi yang diyatakan dengan : K(1+F).dn
maka diameter optimum diperoleh:
dopt = n
baFKnE
GpH
84,4
1216,024,010
)).(1.(..
.....10.8,19
dengan:
H : waktu operasi pertahun, jam/th
p : harga listrik,/Kwh
E : efisiensi pompa, %
G : kecepatan aliran, kg/det
d : diameter pipa,m
ρ : densitas fluida, kg/m3
µ : kekentalan fluida, kg/(m/det)
a : capital charge,%
b : biaya perawatan, %
K : koefisien yang menunjukkan hubungan antara harga pipa dengan diameter
F : harga fitting dan instalasi

34
n : pangkat untuk d
jika disederhanakan:
H : untuk pabrik Kimia, 8000 jam/thn
E diambil 0,6
F : 1,5-6,75
K dan n tergantung jenis pipa,
misal untuk Carbon steel harga = K dn = 3,9 d0,6 dalam poundsterling/m
Stainless steel harga = 1,6 d0,9 dalam poundsterling/m
Maka diperoleh untuk Carbon steel:
dopt = 352,8 G0,52 µ0,03 ρ-0,37
Karena pangkat µ kecil maka dapat dianggap tetap :
µ0,03 = 0,8
sehingga dopt untuk Carbon steel = 282 G0,52
ρ-0,37
Sedangkan dopt untuk stainless steel = 226 G0,5
ρ-0,35
Untuk perkiraan cepat dapat juga digunakan grafik di Perry, fig. 3,52, pada Sec.5.
hal. 31.

35
Gambar Contoh: Perkirakan ukuran pipa ekonomis jika air mengalir 10 kg/det, pada 200C, dan digunakan Carbon steel pipe. Diketahui ρ air = 1000 kg/m3 dan µ air = 1,1 10-3 kg/(m.det) dopt = 282 G0,52 ρ-0,37 = dopt = 282(10)0,52 (1000)-0,37 = 72,5 mm, dapat dipilih d = 80 mm
dicheck Re = D
G
.
.4
=
33 10.8010.1,1.
10.4
= 145.000, turbulen
FITTING Fitting merupakan satu potongan yang berfungsi salah satu:
1. Menggabungkan dua batang pipa, misal coupling, union 2. Mengubah arah aliran pipa, missal elbow, tee 3. Mengubah diameter pipa, misal reducer 4. Mengakhiri jaringan pipa, misal plug, valve 5. Menggabungkan dua aliran menjadi aliran satu, misal tee 6. Mengontrol aliran misal kran atau valve
Gambar-gambar contoh fitting KRAN ATAU VALVE

36
Kran termasuk salah satu jenis fitting yang berfungsi untuk mengontrol aliran atau untuk membuka/menutup aliran. Pemilihan jenis kran yang akan digunakan tergantung beberapa hal: - jenis fluida yang mengalir - jumlah aliran - tujuan/fungsi kran :
1. untuk control kecepatan kran yang panjang ekvivalennya besar missal gate valve, globe valve, dan needle valve
2. untuk control arah aliran (missal aliran balik tidak dinginkan) maka dapat digunakan swing check valve, angle check valve dan ball check valve
3. untuk membuka/menutup aliran (shut off valves) Untuk shut off valves maka harus betul-betul dapat tertutup rapat pada waktu tertutup, dan memberikan tahanan aliran yang kecil jika sedang terbuka. Jenis Gate, plug dan ball valves dapat digunakan untuk tujuan ini. Untuk control kecepatan aliran, maka kran harus dapat memberi pengaturan yang baik (smooth control) pada keseluruhan kisaran aliran dari keadaan tertutup rapat sampai terbuka sempurna. Untuk tujuan ini dapat digunakan globe valves, sedangkan untuk control gas/uap dapat digunakan jenis butterfly valves. Gate valves : dengan memutar stem, maka disk akan naik atau turun, naik maka lubang aliran fluida lebih besar, sehingga kecepatan aliran lebih tinggi. Dengan hanya memutar sedikit saja, lubang aliran akan naik dengan cukup besar, sehingga akan sulit digunakan untuk mengontrol kecepatan aliran. Kran ini cocok untuk pembuka/penutup aliran. Gate valve dibuat dua macam yaitu rising stem valve dan non rising stem valve.

37
DIMENSI, SATUAN DAN KONVERSI Dimensi adalah suatu cara/pernyataan untuk memberikan deskripsi tentang macam besaran fisis yang ditinjau, Contoh panjang (L), massa (M), waktu (t), suhu (T), gaya (F) dan energi (E). Sistim demensi:
1. Dimensi absolute (M,L,t,T) 2. Grafitasional atau sistim Engineering (F,L,t,T)
Energi (E,M,L,t,T) Hubungan antara gaya dan massa dinyatakan dengan hukum Newton : Gaya sama dengan perubahan momentum persatuan waktu
F’ = dt
vmd ).(
Dimensi gaya sistim absolute = massa . kecepatan/ waktu = m. L/t2. Untuk massa yang tetap F’ = m.a dimana a = percepatan atau dv/dt Sedang untuk sistim Engineering F = a/gc = F’/gc F adalah gaya yang dinyatakan dengan sistim Engineering dimensinya F, satuan missal dalam lbf. Sehingga gc = factor konversi Newton = 32,17 (lb. ft) / (lbf.s2) = 1 kg.m/ N.det2 yang harganya tetap tidak tergantung tempat. Kerja adalah gaya dikalikan jarak yang ditempuh, dimensinya untuk sistim absolute = m.L2/ t2 sedangkan untuk sistim Engineering = F.L.

38
Satuan adalah suatu bentuk pernyataan yang dipakai untuk menunjukkan ukuran dari suatu dimensi besaran fisis tertentu. Contoh satuan Inggris, satuan Internasional, dan lain-lain. Contoh satuan gaya : dyne, lbf, Newton, kgf. Satuan Energi: erg, Joule, ft.lbf, Btu. Untuk mengubah satuan suatu besaran dari satu satuan ke satuan lainnya diperlukan konversi.
Persamaan Kontinyuitas
Fenomena kontinyuitas perlu difahami pada aliran fluida. Fenomena kontinyuitas dijabarkan
berdasarkan hukum kekekalan massa, yaitu massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, yang dapat dituliskan dengan persamaan umum sebagai berikut.
Kecepatan massa masuk – kecepatan massa keluar – kecepatan perubahan massa + kecepatan
pembentukan massa = kecepatan akumulasi massa (9)
Pada keadaan steady state atau keadaan mantap, kecepatan akumulasi massa = 0.
Biasanya fluida mengalir dalam pipa untuk tujuan pengangkutan atau pemindahan dari unit yang satu ke
unit lainnya, sehingga pada umumnya fluida saat mengalir dalam pipa tidak terjadi perubahan massa

39
dan/atau pembentukkan massa. Berdasarkan hal ini, fluida mengalir dalam pipa yang diperhatikan
hanya neraca massa total dan bila pada keadaan steady state maka persamaan neraca massa dapat
dituliskan menjadi:
Kecepatan massa fluida masuk = kecepatan massa fluida keluar
(10)
Aliran fluida dalam pipa yang tidak ada percabangan
.1 .2
Gambar 4. Pipa lurus (tanpa percabangan) dengan ukuran tetap
Untuk sistem aliran fluida dalam pipa yang tidak ada percabangan dan dengan ukuran tetap,
seperti yang digambarkan pada Gambar 4, neraca massa dapat dituliskan sebagai berikut:
Kecepatan massa fluida masuk = kecepatan massa fluida keluar

40
m1 = m2 (11)
1 A1 V1 = 2 A2 V2 (12)
persamaan ini dikenal dengan persamaan kontinyuitas. Untuk jenis fluida yang sama atau untuk fluida
yang incompressible (1 = 2 ) dan untuk ukuran pipa yang sama ( A1= A2) , persamaan (12) dapat
dituliskan sebagai
V1 = V2 (13)
Bedasarkan persamaan (13) dapat dinyatakan bahwa kecepatan aliran fluida pada ukuran pipa yang
tetap dan untuk jenis dan sifat cairan yang sama akan bernilai tetap di setiap posisi.
Aliran fluida dalam pipa dengan percabangan
2
1
3

41
Gambar 5. Aliran fluida dalam percabangan pipa
Berdasarkan persamaan neraca massa dapat dituliskan persamaan sebagai berikut:
m1 = m2 + m3 (14)
1 A1 V1 = 2 A2 V2 + 3 A3 V3 (15)
untuk jenis dan sifat cairan yang tetap persamaan (15) dapat dituliskan sebagai
A1 V1 = A2 V2 + A3 V3 (16)
Dengan A adalah luas penampang pipa ( /4 D2)
D1 V1 = D2 V2 + D3 V3 (17)
CONTOH SOAL KONTINYUITAS
Crude oil dengan specific gravity 0,887 mengalir melalui pipa baja (A) NPS 2 inci (50 mm)dengan
Sch.No. 40 pipa B dengan NPS 3 inci (75 mm) Sch.No. 40 dan pipa C dan pipa D masing-masing

42
mempunyai diameter sama 121 inci (38 mm) Sch.No. 40 dan jumlah massa yang mengalir dalam pipa C
dan D masing-masing sama. Jumlah massa yang mengalir pada pipa A sebesar 30 gal/menit (6,65
m3/jam). Tentukan kecepatan aliran massa dan kecepatan linier pada masing- masing pipa.
Jawab
Ukuran pipa dan luas penampang untuk masing-masing pipa dapat dilihat pada Daftar I.
Pipa A, diameter dalam (Di)= 2,062 inci, luas penampang pipa = 3,35 inci2 = 0,0233 ft2
Pipa B, diameter dalam = 3,068 inci, luas penampang pipa = 7,38inci2 = 0,0513 ft2
Pipa C dan D, diameter dalam = 1,61inci, luas penampang pipa = 2,04inci2 = 0,01414 ft2
Densitas fluida = Sg x desitas air suling = 0,887 x 62,37 lb/ft3 = 55,3 fb/ft3.
Kecepatan aliran (debit) = 30 gal/menit = (30x60)/70= 240,7 ft3/jam.
Kecepatan aliran massa di pipa A dan di pipa B sama (mA = mB = m)
m = 240,7 ft3/jam x 55,3 fb/ft3 = 13.300 lb/ jam.
Kecepatan aliran massa yang mengalir di pipa C dan D dapat ditentukan dari persamaan berikut mA
= mB = mC + mD karena jumlah massa yang mengalir di C sama dengan di D ( mC = mD) maka mC = mD
= 0,5 mA = 6.650 lb/jam.
Kecepatan linier = v = debit/ luas penampang

43
vA = 240,7/(3600 x 0,0233) = 2,87 ft/detik
vB = 240,7/(3600 x 0,0513) = 1,30 ft/detik
vC = 120,35/(3600 x 0,01414) = 2,36ft/detik
Contoh:
Suatu fluida = 892 kg/m3 mengalir dalam sistim pemipaan seperti terlihat pada Gambar 4, masuk ke
bagian 2 dengan kecepatan 1,388 10-3 m3/detik. Jika aliran fluida dibagi sama dan pipa yang digunakan
pipa baja, tentukan :
a. Kecepatan total massa di pipa 1 dan pipa 3
b. Kecepatan rata-rata di pipa 1 dan pipa 3.
1,5 inci
3
1 2 inci
3
1,5 inci
Gambar 4. Sistem pemipaan

44
Pipa baja, Sch No 40, dan diameter 2 inci NPS mempunyai diameter dalam (D1)= 2,067 inci, luas
penampang aliran =A1= 2
14
D
=0,0233 ft2= 2,165 10-3m2. Untuk 1,5 inci NPS diameter dalam (D2)=1,61
inci, A2= 0,01414 ft2=1,313 10-3m2.
a. M1= 1,388 10-3 m3/detik x 892 kg/m3= 1,238 kg/detik
M3 = M1/2 = 1,238/2= 0,619 kg/detik.
b. det/641,010.165,2./892
det/238,1333
11
11 m
mmkg
kg
A
Mv
det/528,010.313,1./892
det/619,0333
33
33 m
mmkg
kg
A
Mv
Kecepatan aliran fluida ini merupakan contoh kecepatan aliran yang tidak optimum karena berdasarkan
data pada Tabel I untuk densitas fluida 800 kg/m3 seharusnya kecepatan aliran optimumnya =3 m/det.
Pada keadaan ini dapat dikatakan diameter pipa yang digunakan terlalu besar.
NERACA ENERGI

45
Neraca energi didasarkan pada hukum kekekalan energi yaitu energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan tetapi hanya berubah dari suatu bentuk energi ke bentuk lainnya atau dipindahkan dari suatu obyek
ke obyek lainnya.
Gambar 5. Aliran fluida dalam suatu sistem
Energi dalam sistem aliran meliputi

46
1. Energi yang dibawa fluida
- Energi dakhil atau energi dalam (U) yaitu merupakan besaran intrisit yang
besarnya tergantung pada sifat dasar fluida.
- Energi potensial ( mgz ) energi yang dimiliki fluida karena elevasinya.
- Energi kinetik ( 2
21 mv ) energi yang dimiliki fluida karena gerakannya.
- Energi tekan ( Pv ) energi yang dimiliki oleh fluida karena keberadaanya
dalam sistem.
2. Energi yang dipindahkan antara fluida dengan lingkungan meliputi:
- Panas (Q)
- Kerja sumbu (W)
Untuk fluida yang incompressible (cairan) dan pada keadaan steady state persamaan neraca eneri atau neraca
tenaga dikenal dengan persamaan Bernoulli dan dapat dituliskan sebagai berikut:
g
vZ
g
PWF
g
vZ
g
P
22
2
22
2
2
11
1
(7)
masing-masing kelompok bersatuan panjang (m, ft) dan disebut dengan head.
g
P
1 = pressure head

47
g
v
2
2
1 = velocity head
Z = potensial head
F = friction head
W = kerja sumbu (poros) yang dinyatakan dalam satuan head
FRIKSI ALIRAN
Selama mengalir fluida dalam pipa lurus akan mengalami gesekan dengan pipa sehingga akan menyebabkan
adanya tenaga atau energi yang hilang. Energi yang hilang karena gesekan hanya bisa diketahui dari percobaan
laboratorium (empiris). Energi yang hilang karena gesekan (F) dan yang disajikan dalam besaran head dapat
dituliskan dengan persmaan berikut:
Dg
vLfF
..2
.. 2
(8)
nilai f diperoleh dari percobaan laboratorium dan merupakan fungsi bilangan Reynolds (
DvRe
.. ) dan kekasaran
pipa (D
) yang dinyatakan dalam Gambar 6. Atau hubungan antara f dengan Re dapat diperkirakan dengan
persamaan berikut:

48
Untuk aliran laminer, Re<2100 eR
f64
(9)
Untuk aliran turbulen, Re>10.000 32,0)(
5,00056,0
eRf (10)
Nilai D
untuk berbagai jenis pipa dapat dilihat pada Gambar 7.
PANJANG EKUIVALEN
Dalam industri tidak mungkin fluida mengalir dalam pipa yang lurus tanpa sambungan, kran, belokan, dan
sebagainya. Pada keadaan ini persamaan F dapat dituliskan sama dengan persamaan F untuk pipa lurus di atas
tetapi panjang pipa diganti dengan panjang pipa ekuivalen (Le) atau dapat dituliskan sebagai berikut:
Dg
vLeLfF
c ..2
)..( 2 (11)
Panjang ekuivalen suatu fitting yaitu besarnya gesekan yang terjadi pada fitting tersebut bila dibandingkan dengan
gesekan yang terjadi pada pipa lurus. Nilai Le suatu fitting dapat dilihat pada Gambar 8.

49
Gambar 6. Hubungan antara faktor friksi (f) dengan variabel yang berpengaruh
(Brown, 1978)

50
Gambar 7. Nilai D
untuk berbagai jenis pipa (Brown, 1978)

51
Gambar 8. Nilai Le untuk berbagai jenis fitting (Brown, 1978)

52
Contoh
Suatu pompa digunakan untuk mengalirkan fluida yang mempunyai sifat fisis
,/8,114 3ftlbm det//01,0 ftlbm , sebanyak 69,1 gallon/ menit dari suatu tangki terbuka ke tangki kedua dalam
keadaan terbuka juga. Beda ketinggian permukaan cairan pada tangki 1 dan 2 50 ft, diameter pipa yang digunakan
2 inci NPS. Panjang ekuivalent total pipa tersebut diketahui 2000 ft. Berapa power pompa yang diperlukan jika
efisiensi pompa tersebut = 0,65. Berapa kenaikan tekanan sebelum dan sesudah pompa?.
Pipa dengan ukuran 2 inci NPS dan Sch No. 40 memiliki diameter dalam (ID)= 2,067 inci =0,17225ft dan luas
penampang aliran (A) =0,0233 ft2.
Kecepatan aliran atau debit = det
1539,0481,7
1.
det60
1.
min1,69
33 ft
gal
ft
ik
menitgal

53
det61,6
0233,0
det1539,0
2
3
2
ft
ft
ft
A
debitv
atmPP 121
Z1= 0 (datum)
V1 (didalam tangki) = 0
g
vZ
g
PWF
g
vZ
g
P
22
2
22
2
2
11
1
- 2ZWF g
v
2
2
2 ---> -W= Z2 g
v
2
2
2 +F
DvRe
.. = 81,13070
01,0
17225,0.61,6.8,114 (Re>10.000)
Aliran turbulen, 32,0)(
5,00056,0
eRf = 3
32,03487810,1
)81,13070(
5,0056,0 =1,35 10
-3
Dg
vLeLfF
c ..2
)..( 2 = ft64,10
)17225,0)(174,32(2
)61,6)(2000)(10.35,1( 23
-W= Z2 g
v
2
2
2 +F = 50174,32.2
)61,6( 2
+10,64 =50+0,678+10,64= 61,318 ft lbf/lbm
Power pompa yang dibutuhkan = lbm
lbfftW .3,94
65,0
318,61

54