BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional...

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membina kepribadain sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan budaya. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sehingga pendidikan mempunyai misi seluruh aspek dengan dinamika hidup manusia serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa masalah pendidikan adalah dinamis, dengan kata lain pendidikan mempunyai nilai-nilai eksistensi selalu mengikuti perubahan jaman (Wahjosumidjo,2008:80). Pendidikan juga merupakan upaya, yang dapat mempercepat pengembangan sumber daya manusia (SDM), untuk mampu mengembangkan tugas yang dibebankan kepadanya. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan mausia, sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan manusia, untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada (Wahjosumidjo,2008:81). Upaya peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun, selalu menjadi program pemerintah, salah satunya dengan ditetapkannya UU No.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa, yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Transcript of BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional...

Page 1: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membina

kepribadain sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan budaya.

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat dan pemerintah. Sehingga pendidikan mempunyai misi seluruh

aspek dengan dinamika hidup manusia serta perubahan-perubahan yang

terjadi dalam hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa masalah pendidikan

adalah dinamis, dengan kata lain pendidikan mempunyai nilai-nilai

eksistensi selalu mengikuti perubahan jaman (Wahjosumidjo,2008:80).

Pendidikan juga merupakan upaya, yang dapat mempercepat

pengembangan sumber daya manusia (SDM), untuk mampu

mengembangkan tugas yang dibebankan kepadanya. Pendidikan juga

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan mausia,

sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan manusia, untuk

menumbuh kembangkan potensi yang ada (Wahjosumidjo,2008:81).

Upaya peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun, selalu

menjadi program pemerintah, salah satunya dengan ditetapkannya UU

No.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk

mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban

bangsa, yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Page 2: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

bangsa.bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Dan dijelaskan lebih

lanjut peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Wahjosumidjo,2008:82).

Menurut Ine Kusuma Aryani dan Markum Susanti (2010:4)

menyatakan bahwa Pendidikanmemilikiperan strategis dalam mendaya

gunakan potensi manusia agar menjadi lebih baik, matang, mantap, utuh,

dan produktif. Pendidikan bukan hanya di persiapkan untuk

megembangkan potensi diri manusia, melainkan juga mengantisipasi

dampak buruk dari kecenderungan perkembangan kebudayaan manusia.

Dalam perspektif sosiologi,Pendidikan adalah sebagai suatu gejala

sosial, dengan demikian, menurut para sosiolog, pendidikan adalah setiap

system budaya atau intruksi intelektual yang formal atau semi formal

( Mahmud, 2012: 55 ).

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan

kelakuan anak didik, pedidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keterampilan dan asek-aspek kelakuan lainnya kepada

generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar belajar pola-pola

kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.

Kelakuan masyarakat pada hakekatnya hampir seluruh bersifat sosial,

yakni di pelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya ( S. Nasution,

1983:11 ).

Page 3: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil

hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah, permainan, pekerjaan,

dan sebagainya. Bahan pelajaran atau masyarakat seseorang. Demikian

pula kelompok atau masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya

melalui pendidikan. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya,

maka kepada anggota mudanya harus di teruskan nilai-nilai, pengetahuan,

keterampilan, dan bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan

memiliki setiap anggota. Tiap masyarakat meneruskan kebudayaannya

dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui pendidikan,

melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan

sebagai sosialisasi. Dalam arti ini pendidikan dimulai dengan interaksi

pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya ( S. Nasution,

1983:12 ).

Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan

adalah sekolah dasar. Di sekolah inilah anak didik mengalami proses

pendidikan dan pembelajaran. Dan secara umum pengertian sekolah dasar

dapat di katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan

proses pendidikan dasar dan mendasari proseskepada pendidikan

selanjutnya.

Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan

formal di Indonesia. Sekolah dasar dilaksanakan dalam waktu 6 tahun,

mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Siswa kelas 6 diwajibkan untuk

mengikuti Ujian Nasional (Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan atau

Page 4: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

tidaknya siswa.Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke

sekolah menengah pertama (SMP) atau yang sederajat, Pelajar sekolah

dasar umumnya berusia 7-12 tahun.

Sekolah Menengah Pertama ( SMP) merupakan jenjang pendidikan

dasar formal di Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar

(SD) atau yang sederajat. Sekolah Menengah Pertama dilaksanakan dalam

kurun waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Siswa kelas 9

diwajibkan mengikuti Ujian Nasional yang mempengaruhi kelulusan atau

tidaknya siswa. Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan ke

tingkat pendidikan lebih tinggi, yaitu pendidikan sekolah menengah atas

(SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK) atau yang sederajat.

Pelajar sekolah menengah pertama ini umumnya mereka berusia 13-15

tahun.

Sekolah Menengah Atas dalam pendidikan formal di Indonesia,

merupakan jenjang pendidikan menengah setelah menamatkan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat. Sekolah Menengah Atas

diselesaikan dalam kurun waktu 3 tahun, yaitu mulai kelas 10 sampai kelas

12. Pada tahun kedua (di kelas 11), siswa Sekolah Menengah Atas, wajib

memilih jurusan yang ada, yaitu Sains, Sosial, atau Bahasa. Pada akhir

tahun ketiga (di kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional

yang mempengaruhi kelulusan atau tidaknya siswa. Setelah lulus (tamat)

SekolahMenengah Atas dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang

Page 5: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

perguruan tinggi. Umumnyapelajar Sekolah Menengah Atas mereka

berusia 16-18tahun.

Pengertian perguruan tinggi menurut rallon dan syarbani (2009:19)

adalah sebuah alat controlmasyarakat dengan tetap terpeliharanya

kebebasan akademis terutama dari campur tangan penguasa.

Dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada

pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan tinggi adalah jenjang

pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program

diploma, sarjana, program magister, program doktor dan program profesi,

serta program spesialis, yang di selenggarakan oleh pihak perguruan tinggi

berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.

Sekolah memiliki dua pengertian pertama lingkungan fisik dengan

berbagai perlengkapan yang merupakan tempat penyelenggaraan proses

pendidikan untuk usia dan criteria tertentu kedua, proses kegiatan belajar

mengajar menurut Philip robinson (1981) menyebutkan bahwa sekolah

sebagai organisasi, yaitu unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk

tujuan-tujuan tertentu, sekolah sengaja di ciptakan untuk tujuan tertentu

yaitu memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan(Mahmud, 2012:167

).

Adapun fungsi dari pendidikan itu sendiri yang dikatakan oleh

Horton dan hunt adalah fungsi manifest dan latent. Fungsi manifest

merupakan apa yang telah tertera dalam kurikulum sekolah, namun kita

telah mengenal pula bahwa sekolah juga mempunyai apa yang dinamakan

Page 6: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

kurikulum tersembunyi atau terselubung (hidden kurikulum), yaitu

kurikulum yang tidak di sadari tetapi meskipun dengan demikian berfungsi

pula untuk menanamkan pengetahuan, keterampilan dan nilai tertentu.

Fungsi latent pendidikan mempersiapkan anggota masyarakat untuk

mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan

pribadi maupun kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan,

menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi

dan sebagainya (Kamanto Sunarto,2000:68).

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pada dasarnya setiap

manusia perlu mendapatkan bimbingan, baik dari orang tua maupun guru,

karena manusia merupakan mahluk sosial yang tidak mampu hidup

sendiri.Idealnya pendidikan bisa dinikmati oleh semua anggota masyarakat

sebagai wujud hak hidupnya. Menjadi manusia terdidik pada dasarnya,

adalah tujuan untuk bisa mengakses kehidupan, yang lebih berarti sebagai

manusia. Namun, demikian dalam banyak kasus, pendidikan hanya dapat

dinikmati oleh sebagian anggota masyarakat. Terdapat beberapa alasan

yang menjadi faktor kendala dari perolehan pendidikan diantaranya, faktor

sosiokultur (Muhaimin,2009:11-12).

Adapun gejala-gejala permasalahan dari hasil observasi yang

berkaitan dengan kualitas Pendidikan di Kampung Pungkur Loji Desa

Page 7: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung, antara

lain:

1. Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan

itu tidak terlalu penting. Padahal pendidikan memberikan

kontribusi dalam perkembangan masyarakat, tetapi mungkin

masih banyak masyarakat yang belum merasakan kontribusi

pendidikan itu sendiri.

2. Dikarenakan biaya pendidikan yang semakin mahal, yang tidak

terjangkau oleh sebagian kalangan masyarakat golongan

bawah, dengan demikian maka timbul persepsi masyarakat

yang menganggap bahwa pendidikan tidak terlalu penting.

3. Minimnya minat terhadap pendidikan perguruan tinggi,

walaupun secara ekonomi sebagian masyarakat mampu.

4. Kurangnya responsibilitas pemuda terhadap jenjang pendidikan

perguruan tinggi, mereka lebih memilih menikah, berdagang

dan menjadi buruh pabrik dari pada melanjutkan ke jenjang

perguruan tinggi.

Terkait dengan salah satu daerah, tepatnya di Kampung Pungkur

Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung

mengenai Pemuda dan Pemudi, mereka lebih memilih menikah dan

bekerja ketimbang memilih melanjutkan pendidikannya. Dari data yang

peneliti dapatkan di lapangan mayoritas Pemuda dan Pemudi Kampung

Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten

Page 8: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

Bandung hanya sampai pada jenjang pendidikan (SLTP).Berikut adalah

data yang penulis dapatkan di lapangan :

Jumlah Penduduk Kampung Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon

Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung berjumlah 785 diantaranya

404 laki-laki dan 381 perempuan dengan tingkat pendidikan yang berbeda.

Tabel 1.1

Data Penduduk

LK PR JUMLAH

JUMLAH PENDUDUK 404 381 785

Jumlah kepala keluarga 192 21 213

Tamat SD/sederajat 174 82 256

Tamat SLTP/sederajat 141 57 198

Tamat SLTA/sederajat 103 91 194

Tamat D-1 /sederajat 2 3 5

Tamat D-2 /sederajat 1 2 3

Tamat D-3 /sederajat - - -

Tamat S-1 /sederajat 3 2 5

Tamat S-2 /sederajat 1 - 1

Tamat S-3 /sederajat - - -

Usia 0-6 Tahun yang belum masuk TK 25 19 44

Usia 0-6 Tahun yang sudah masuk TK 11 10 21

Usia 7-18 yang sedang sekolah 46 32 78

Usia 0-17 Tahun 117 116 233

Usia 18-25 Tahun 61 55 116

Usia 26-87 Tahun 219 217 436

JENIS PEKERJAAN LK PR JUMLAH

Pedagang 42 34 76

Buruh Pabrik 32 13 45

Petani 1 - 1

Buruh Migran 2 1 3

PNS 3 - 3

Montir 1 - 1

Pengrajin 3 - 3

Pembantu Rumah Tangga - 2 2

TNI 2 - 2

POLRI 3 1 4

Page 9: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

Pensiunan PNS/POLRI/TNI 5 6 11

Pengusaha Kecil 7 1 8

Berangkat dari realitas kondisi diatas, peneliti ingin meneliti lebih

jauh tentang realitas kurangnya minat pemuda-pemudi terhadap jenjang

pendidikan perguruan tinggi, dalam hal ini peneliti lebih dispesifikasikan

kepada objek pemuda dan pemudi. Maka dari itu penelitian ini peneliti

angkat dengan judul: “Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan

Perguruan Tinggi (Studi Deskriptif pada Pemuda dan Pemudi Kampung

Pungkur Loji Desa Cicalengka Kecamatan Cicalengka Kabupaten

Bandung)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalahnya

disusun sebagai berikut:

1. Kurangnya partisipasi terhadap jenjang pendidikan perguruan

tinggi pada pemuda dan pemudi cenderung lebih tinggi.

2. Fenomena memilih menikah, menjadi buruh pabrik dan pedagang

meskipun ia berada di tengah-tengah suatu perubahan arus

globalisasi atau kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini lebih

memfokuskan mengenai persepsi dan peran pendidikan di kalangan

pemuda dan pemudi di Kampung Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon

Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.

1.3. Rumusan Masalah

Page 10: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya apat

disusun sebagai berikut :

1. Bagaimana Realitas Pendidikan di Kampung Pungkur Loji Desa

Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung?

2. Faktor apa yang menyebabkan rendahnya Pendidikan Perguruan

Tinggi di Kampung Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon

Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana peran Pemerintah dalam menyikapi Rendahnya

Pendidikan di Kampung Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon

Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya

disusun sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana Realitas Pendidikan di Kampung

Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka

Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang menyebabkan Rendahnya

Pendidikan perguruan Tinggi di Kampung Pungkur Loji Desa

Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengetahui seberapa besar peran Pemerintah dalam

menyikapi Rendahnya Pendidikan di Kampung Pungkur Loji Desa

Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.

1.5. Kegunaan Penelitian

Page 11: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

1. Kegunaan Teoritis : Keguanaan penelitian dalam hal kahazanah

pengetahuan akademis, bahwa peneliti dapat menerapkan teori-

teori yang ada sebelumnya untuk di pakai dalam penelitian ini,

menambah kuat teori yang sudah ada ataupun menemukan teori

yang baru.

2. Kegunaan Praktis : Kegunaan penelitian untuk praktis ataupun

masalah sosial, berguna untuk mengetahui apa yang menjadi

penyebab masalah sosial ini bisa terjadi, khususnya yang

mengakibatkan Rendahnya Pendidikan Tinggi di Kampung

Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka

Kabupaten Bandung.

1.6. Kerangka Pemikiran

Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membina

kepribadain sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan budaya.

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat dan pemerintah. Sehingga pendidikan mempunyai misi seluruh

aspek dengan dinamika hidup manusia serta perubahan-perubahan yang

terjadi dalam hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa masalah pendidikan

adalah dinamis, dengan kata lain pendidikan mempunyai nilai-nilai

eksistensi selalu mengikuti perubahan jaman (Wahjosumidjo,2008:80).

Masyarakat dan pendidikan merupakan dua komponen yang tidak

dapat dipisahkan satu sama lainnya, masyarakat membutuhkan pendidikan

begitu pula sebaliknya, tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan

Page 12: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

dengan baik karena di dalam pendidikan terdapat unsur masyarakat seperti

guru, peserta didik dan lain-nya, begitu pula sebaliknya tanpa ada

pendidikan masyarakat akan menjadi bodoh dan tidak mempunyai ilmu

pengetahuan.Selain itu masyarakat juga dipandang sebagai “laboratorium

dimana anak belajar, menyelidiki dan turut serta dalam usaha-usaha

masyarakat yang mengandung unsur masyarakat” (Abu Ahmadi, 2004:

133).

Masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari generasi

selanjutnya secara dinamis sesuai situasi dan kondisi serta kebutuhan

masyarakat melalui pendidikan dan interaksi sosialYang sehingga sangat

mustahil bila kedua unsur ini yakni pendidikan dan masyarakat dipisah

dan tidak berkaitan dan apabila kedua hal tersebut tidak menyatu maka

akan menghasilkan hasil didikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan lingkungan.Dan pendidikan juga harus memenuhi

kebutuhan dari pada masyarakat itu sendiri sehingga kelak terbentuklah

masyarakat yang madani yang dimana kemudian dalam undang-undang

negara Indonesia juga telah dirumuskan tentang pendidikan yang

mengikuti atas kebutuhan masyarakat sekitar, yang termaktub dalam

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 (Ary H. Gunawan, 2000: 54 ).

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia,

dengan pendidikan manusia akan semakin berkembang. Namun dewasa ini

posisi pendidikan di sampingkan dalam pentingnya masih saja sebagian

masyarakat yang menganggap pendidikan itu tidak penting. Masih banyak

Page 13: BAB I PENDAHULUANdigilib.uinsgd.ac.id/3862/4/4_bab1.pdfNo.20 tahun 2003tentang pendidikan nasional adalah, untuk mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak serta peradaban bangsa,

kalangan masyarakat yang mengganggap bahwa pendidikan itu tidak

terlalu penting. Padahal pendidikan memberikan kontribusi dalam

perkembangan mayarakat, tetapi mungkin masih banyak kalangan

masyarakat yang belum merasakan kontribusi pendidikan itu sendiri.

Dikarenakan biaya pendidikan yang semakin mahal, yang tidak terjangkau

oleh kalangan masyarakat golongan bawah. Dan dengan hal tersebut, maka

timbul persepsi masyarakat yang mengganggap bahwa pendidikan itu tidak

terlalu penting.

Bagan 1.1. Skema Konseptual

Pendidikan

SD SMP/SLTP SMA/SLTA Perguruan Tinggi

Masyarakat Pendidikan

Persepsi Masyarakat

Partisipasi berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan (Windy Novia, 2009:364).