Bab i Rustini Editan

68
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR). Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian pada neonatus (HTA Indonesia, 2008). Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR. Berdasarkan perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, di negara berkembang hampir 70% dari 5 juta kematian neonatal dan

description

PRDX TYR

Transcript of Bab i Rustini Editan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR). Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian pada neonatus (HTA Indonesia, 2008).

Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the worlds mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat

Lahir Rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR. Berdasarkan perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, di negara berkembang hampir 70% dari 5 juta kematian neonatal dan 17 dari 25 juta persalinan per tahun melahirkan bayi dengan BBLR (kurang dari 2500 gram).

Departemen Kesehatan (2007) angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Adapun masalah yang sering timbul sebagai

komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2007). Sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi saat bayi umur dibawah 1 bulan dan terutama disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah (BBLR).RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2012 terdapat 349 BBLR, tahun 2013 341 BBLR dan pada tahun 2014 (Januari Juli) mencapai 200 Bayi dengan BBLR.Salah satu masalah yang sering dialami oleh bayi BBLR adalah hipotermia. Kematian bayi di Indonesia salah satunya disebabkan oleh hipotermi sebesar 24,2 %, asfiksia 30,3%, infeksi 28,6%, dan selebihnya disebabkan oleh sebab yang lainnya ( Pd.Persi, 2007). Hipotermia terjadi karena evaporasi atau menguapnya cairan (air ketuban/air) dari kulit bayi yang basah, radiasi, atau kehilangan panas karena udara ruangan lebih dingin dibanding tubuh bayi, konduksi atau kehilangan panas karena bayi bersentuhan dengan benda yang lebih dingin (alas tidur dingin atau popok basah), serta konveksi jika bayi telanjang terkena aliran udara dingin (Department of Reproductive Health and Research World Health Organization, 2009).Dahulu, bayi neonatus dengan suhu tubuh rendah dianggap hal yang biasa dan tidak terlalu dihiraukan karena dianggap sebagai hal normal yang dapat terjadi pada bayi. Kehilangan suhu tubuh pada bayi dalam setengah jam pertama sebagian besar disebabkan karena penguapan cairan amnion dari permukaan tubuh bayi (Usman, 2001). Selain itu kehilangan panas juga terjadi karena bayi mempunyai lebih sedikit simpanan lemak subcutan, brown fat sedikit terbentuk, pusat termoregulasi belum sempurna dan persediaan glikogen rendah, sehingga kalori yang tersedia sangat sedikit. Dalam ruang bersalin biasa, suhu inti badan bayi dapat turun 2-3 C kecuali jika dilakukan tindakan pencegahan khusus (Klaus dan Fanaroff, 1998). Suhu tubuh ideal bayi adalah 36,5-37,5 C. Bayi akan kedinginan dan stres kalau suhu tubuhnya di bawah 36,5 C. Jika suhunya di bawah 32 C, bayi akan mengalami cold injury yang ditandai dengan muka, ujung tangan, dan ujung kaki berwarna merah terang, bagian tubuh lain pucat, kadang-kadang terjadi pengerasan kulit yang kemerahan, serta pembengkakan terutama di punggung (Imral, 2009).Perawatan rutin seperti memandikan juga sangat berpeluang menyebabkan terjadinya situasi hipotermi pada bayi BBLR. Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan urut-urutan yang sesuai (Choirunisa, 2009,p.59). Memandikan bayi dengan BBLR bukanlah hal yang mudah, terutama bagi ibu baru. Dibutuhkan ekstra hati-hati serta persiapan yang benar agar mandi si kecil tak hanya berjalan lancar namun juga menyenangkan bagi mereka (Naureh, 2009). Memandikan bayi merupakan saat-saat yang menyenangkan untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu dan anak. Jika bayi sedang gelisah, maka mandi dengan air hangat akan menjadi hal yang baik untuk menenangkan dan membantunya untuk dapat tidur dengan nyaman (Iskarina, 2008). Mandi mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan dan kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi (Choirunisa, 2009,p.92). Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk mengajarkan cara membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina, 2008).Kehilangan panas akan meningkat bila tidak segera dikeringkan, dibungkus atau dihangatkan melalui kontak langsung dengan permukaan tubuh ibu setelah dimandikan, bayipun akan mengalami hipotermi yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi baru lahir. Metode kangguru atau perawatan bayi lekat adalah cara menghangatkan bayi dengan sangat sederhana dan bisa dilakukan oleh semua orang. Kangaroo Mother Care ini mampu memenuhi kebutuhan kehangatan bayi baru lahir normal atau bayi dengan berat badan lahir rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga bayi mampu beradaptasi dengan dunia luar.Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 10 bayi yang dimandikan di Ruang Cempaka Perinatologi, diperoleh bahwa seluruh bayi yang dimandikan mengalami penurunan suhu tubuh yang berkisar 0,2-0,9 derajat celcius setelah dimandikan. Penurunan suhu tubuh yang signifikan pada bayi dengan BBLR akan berefek yang buruk pada metabolism bayi tersebut dan merupakan salah satu penyebab kematian BBLR. Hipotermi bisa terjadi karena evaporasi yaitu menguapnya cairan ketuban dari kulit bayi, radiasi yaitu kehilangan panas karena terpapar dengan benda yang lebih dingin dibanding tubuh bayi, konduksi yaitu bayi ditempatkan dekat dengan benda yang mempunyai temperatur lebih rendah dari temperatur tubuh bayi, dan konveksi yaitu kehilangan panas karena udara di sekitar tubuh bayi lebih dingin (Depkes RI, 2004 ).Saat ini, di Ruang Cempaka Perinatologi RSUP Sanglah Denpasar, setelah dilakukan proses memandikan bayi dengan BBLR dilakukan proses pendekapan bayi yang yang lebih dikenal dengan kangaroo mother care (KMC). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian KMC terhadap peningkatan suhu tubuh pada bayi dengan BBLR. Seperti dikemukakan oleh Hastuti (2012) yang menunjukkan ada pengaruh pemberian KMC terhadap peningkatan suhu tubuh BBLR yang telah diberikan KMC (p=0,000). Pemberian KMC di Ruang Cempaka Barat RSUP Sanglah Denpasar setelah bayi dimandikan beraneka ragam nulai dari 20 menit, 30 menit bahkan ada sampai 2 jam. Pemberian KMC yang terlalu lama dapat mengganggu proses perawatan di ruangan dan pemberian yang terlalu singkat juga berefek terhadap kurang efektifnya pemberian KMC di Ruangan Cempaka Barat. Namun waktu yang efektif dalam pemberian tersebut belum dilakukan keseragaman dan belum terdapat literature yang menentukan lama pemberian KMC pada bayi BBLR setelah dimandikan. Menurut James, Barker dan Swain (2008), jika tubuh tidak melepaskan panas, maka temperatur tubuh akan meningkat 1 oC setiap jam.Sampai saat ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut tentang lama pelaksanaan KMC tersebut setelah dimandikan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Waktu yang efektif untuk melakukan KMC sebagai upaya meningkatkan suhu tubuh pasca memandikan pada bayi dengan BBLR di Ruang Cempaka Perinatologi RSUP Sanglah Denpasar.1.2 Rumusan Masalah

Berapakah waktu yang efektif untuk melakukan KMC pada bayi dengan BBLR pasca dimandikan di Ruang Cempaka Perinatologi RSUP Sanglah Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui waktu yang efektif untuk melakukan KMC pada bayi dengan BBLR pasca dimandikan di Ruang Cempaka Perinatologi RSUP Sanglah Denpasar

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi suhu tubuh bayi sebelum dimandikan

b. Mengidentifikasi suhu tubuh bayi setelah dimandikan

c. Mengidentifikasi suhu tubuh bayi setelah diberikan metode kangaroo selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menitd. Menganalsisis efektivitas pemberian KMC terhadap suhu tubuh bayi BBLR setelah dimandikan1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau dari dua aspek yaitu segi teoritis dan praktis sebagai berikut:1.4.1 Praktis

Sebagai pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk menggunakan kangaroo mother care dalam upaya peningkatan suhu bayi pada bayi BBLR setelah dimandikan dan menetapkan waktu yang efektif dalam pemberian KMC tersebut.

1.4.1 Teoritis

Menambah perbendaharaan penelitian untuk mengembangkan kasanah ilmiah.1.5 Keaslian PenelitianBerdasarkan studi literatur, adapun beberapa penelitian yang terkait adalah sebagai berikut :

1. Hubungan Antara Metode Kangaroo Mother Care (Kmc) Terhadap Suhu Tubuh Bblr Di Rskd Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar oleh Anggriani (2014) dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan Kangaroo Mother Care, suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang selalu tersedia bagi bayi sehingga dapat memberikan lingkungan yang nyaman bagi bayi BBLR.

2. Pengaruh Kangaroo Mother Care ( Kmc ) Dua Jam Dan Empat Jam Per Hari Terhadap Kenaikan Berat Badan Lahir Rendah Bayi Preterm Di Rs Pku Muhammadiyah Surakarta, oleh Arifah dan Wahyuni (2011) Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehata , ISSN : 2338-2694. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode KMC dengan durasi 2 jam dan 4 jam sehari dapat meningkatakan berat badan lahir rendah pada bayi premature. Rata-rata peningkatan berat badan bayi setelah dilakukan perawatan KMC selama 2 jam sehari adalah 32,14 gram. Rata-rata peningkatan berat badan bayi setelah dilakukan perawatan KMC selama 4 jam sehari adalah 167,86 gram. Metode KMC 4 jam sehari dapat menignkatan berat badan lebih banyak dibanding KMC 2 jam sehari3. Perbandingan Efektivitas Metode Kanguru Dengan Inkubator Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di Ruang Melati Rsud Prof. Dr.Margono Soekarjo Purwokerto oleh Suwaibah , dkk (2009). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata berat badan bayi baru lahir pada kelompok metode kanguru maupun kelompok metode inkubator 1.775,00 gr. Berat awal perlakuan kelompok metode kanguru maupun elompok metode inkubator adalah 1.706,82 gr. Berat badan bayi setelah mendapatkan perlakuan selama 5 hari meningkat menjadi 1.810,23 gr dan meningkat kembali setelah 10 hari yaitu 1.921,36 gr. Pada kelompok metode inkubator, setelah mendapatkan perlakuan selama 5 hari meningkat menjadi 1.732,95 gr dan meningkat kembali setelah 10 hari yaitu 1.770,45 gr. Ada perbedaan berat badan bayi BBLR antara yang mendapatkan perawatan metode kanguru dengan yang mendapatkan perawatan dalam inkubator di ruang Melati RSUD Prof. DR Margono Soekarjo Purwokerto (p=0,001).

Penelitian di atas memiliki variabel bebas dan terikat yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan, namun dalam penelitian ini analisis dilakukan terfokus pada lama pemberian KMC yang efektif dalam meningkatkan suhu bayi BBLR setelah dimandikan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA SILAHKAN BACA BUKU PEDOMAN HALAMAN 18 DISANA SUDAH TERTULIS JELAS, KALAU BAB 2 2.1 tinjauan pustaka, 2.2 Kerangka konsep dan 2.3 hipotesisMENGUBAH pedoman 2.1 sama saja mengubah semua penomoran bu, mohon konfirmasi lagi ke pembimbing I biar nanti gak ubah lagi.

2.1 Tinjauan Pustaka2.1.1 Konsep Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)2.1.1.1 Pengertian Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2010).2.1.1.2 Kategori BBLR

Bayi BBLR dapat diklasifikan berdasarkan umur kehamilan dan berat badan lahir rendah. Menurut Sarwono Prawiharjo (2007), diklasifikasikan berat badan waktu lahir, yaitu:1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500 2.500 gram2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir