BAB I RP

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap institusi harus memiliki sumber daya manusia yang berfungsi untuk menggerakkan organisasi agar mampu mencapai tujuan yang diinginkannya. Semakin baik sumber daya manusia yang dimiliki sebuah institusi maka semakin baik mudah pula mencapai kualitas kerja yang diharapkan. Sumber daya manusia menjadi aset penting bagi organisasi sehingga kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas akan semakin meningkat seiring dengan tuntutan perkembangan jaman. Tuntutan kinerja yang berkualitas juga diharapkan dari sebuah intitusi besar seperti Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan suatu organisasi yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta 1

Transcript of BAB I RP

PAGE 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap institusi harus memiliki sumber daya manusia yang berfungsi untuk menggerakkan organisasi agar mampu mencapai tujuan yang diinginkannya. Semakin baik sumber daya manusia yang dimiliki sebuah institusi maka semakin baik mudah pula mencapai kualitas kerja yang diharapkan. Sumber daya manusia menjadi aset penting bagi organisasi sehingga kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas akan semakin meningkat seiring dengan tuntutan perkembangan jaman. Tuntutan kinerja yang berkualitas juga diharapkan dari sebuah intitusi besar seperti Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan suatu organisasi yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Peran tersebut dilakukan oleh Polri dengan tujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri. Sehingga, keamanan dalam negeri dirumuskan sebagai format dari tujuan Polri dan secara konsisten dinyatakan dalam perincian tugas pokok sebagaimana yang dijelaskan di dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu: memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.Adanya organisasi Kepolisian Republik Indonesia berawal dari pembentukan Badan Kepolisian Negara yang berada dalam lingkunganKementerian Dalam Negeridengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan masalah operasional bertanggung jawab kepadaJaksa Agung. Kemudian mulai tanggal1 Juli1946dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D. Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab langsung kepadaPerdana Menteri yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Bhayangkara. Pada perkembangan selanjutnya, Kepolisian Negara Republik Indonesia(Polri) menjadi Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawahPresiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayahIndonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia(Kapolri). Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri Tingkat Pusat disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri); sedang organisasi Polri Tingkat Kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda). Jumlah personel kepolisian seluruh Indonesia per 2011 tercatat sebanyak 387.470 orang tidak termasuk PNS POLRI.

Saat ini kinerja Kepolisian Negara Republik Indonesia ditanggapi dengan skeptis oleh sebagian masyarakat Indonesia. Kinerja yang terkesan lambat membuat hilangnya rasa kepercayaan masyarakat kepada pihak kepolisian. Padahal fungsi POLRI adalah memberikan rasa aman bagi masyarakat. Akibatnya banyak kejadian yang main hakim sendiri oleh masyarakat karena ketidakpuasan mereka terhadap institusi kepolisian.Selain itu, banyaknya anggota kepolisian yang kemudian melanggar kode etik dan wewenangnya sebagai aparat semakin menciptakan kondisi sulit bagi pihak internal institusi Kepolisian itu sendiri. Oleh karena itu, agar menciptakan kinerja atau kualitas kerja yang maksimal oleh Kepolisian serta untuk memilihara dan meningkatkannya salah satunya adalah dengan cara memberikan reward dan punishment.

Data yang diperoleh dari Mabes Polri, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mencatat pelanggaran disiplin personel Polri pada tahun 2012 sebanyak 6.017 kasus, mengalami peningkatan sebesar 43 persen dari tahun 2011, sedangkan yang berhasil diselesaikan sebanyak 4.154 kasus atau 69 persen. Terkait hal itu, sepanjang tahun 2012 Polri telah memberhentikan secara tidak hormat 595 personelnya, mengalami kenaikan sebanyak 328 personel atau 55,12 persen dibanding tahun 2011. Jajaran Pengawasan Polri, baik Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) Polri dan Inspektorat Pengawasan Daerah (Itwasda) selama tahun 2012 telah menerima pengaduan masyarakat sebanyak 1.148 pengaduan dan telah selesai ditanggapi sebanyak 774 pengaduan.

Diantara banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh personel Kepolisian, tak sedikit pula personel Kepolisian yang mendapatkan penghargaan untuk jasanya terhadap institusi dan masyarakat. Tahun 2013 untuk Polda Bangka Belitung ini saja, 22 (dua puluh dua orang) anggotanya memperoleh penghargaan tanda kehormatan dari Presiden RI dan 42 (empat puluh dua) personel berprestasi memperoleh penghargaan dari Kapolda Bangka Belitung (sumber: harianbabelpos.com).Mahmudi (2005:183) Setiap pegawai termasuk anggota Kepolisian seperti manusia pada umumnya menginginkan pekerjaan yang dilakukannya mendapatkan apresiasi dari pimpinan, rekan kerja maupun pihak lainnya. Penghargaan terhadap prestasi kerja akan membuat pegawai bangga akan hasil kerja kerasnya sehingga ia menjadi puas terhadap apa yang telah didapatkannya. Menurut Menurut Simamora (2004:514) reward adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas dasar untuk dapat meningkatkan produktivitas para karyawan guna mencapai keunggulan yang kompetitif. Penghargaan atau reward dapat diberikan dalam bentuk apapun baik itu keuangan maupun non keuangan. Penghargaan akan prestasi kerja akan menjadikan karyawan terpacu untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya. Penghargaan yang adil juga sangat dianjurkan agar reward tersebut dapat berguna untuk meningkatkan kinerja anggota.Faktor penghargaan yang adil (equitable rewards) adalah faktor yang mengidentifikasi penggajian dan kebijakan promosi yang adil sesuai dengan harapan mereka. Kepuasan kerja akan terwujud apabila penggajian dirasakan adil sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar penggajian yang umum. Karenanya, petunjuk yang berkaitan dengan gaji terhadap kepuasan tidak secara pasti dinyatakan dalam jumlah yang dibayar, agaknya itu adalah persepsi dari keadilan. Demikian pula, banyak pula pegawai yang mencari penghargaan keadilan melalui kebijakan promosi. Peluang pemberian promosi untuk pertumbuhan personal, lebih bertanggung jawab dan peningkatan status sosial (Robbins, 2006:112). Reward yang adil dibutuhkan sebagai bentuk apresiasi organisasi pada anggotanya. Disamping reward, punishment juga diberikan untuk mempertahankan kinerja. Mangkunegara (2000:130) menyatakan bahwa punishment adalah ancaman hukuman yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja karyawan pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar. Jadi, pusnishment bertujuan untuk memberikan sanksi terhadap anggota organisasi yang melanggar dengan harapan bahwa adanya perbaikan kinerja di masa yang akan datang.Dalam tubuh kepolisian selalu ada kejelasan antara reward dan punishment. Sebagain intitusi negara yang menerapkan aturan ketat, kepatuhan dan ketaatan terhadap aturan menjadi ketentuan mutlak yang dikenakan bagi setiap anggotanya. Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 diwajibkan untuk menghayati dan menjiwai etika profesi Kepolisian yang tercermin dalam sikap dan perilakunya dalam kedinasan maupun kehidupannya sehari-hari. Dalam penjelasan kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia diuraikan bahwa Etika profesi Kepolisian memuat 3 (tiga) substansi etika yaitu Etika Pengabdian,Kelembagaan dan Kenegaraan yang dirumuskan dan disepakati oleh seluruh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga menjadi kesepakatan bersama sebagai Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memuat komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kristalisasi nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Tribrata dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur Pancasila.Etika Profesi Kepolisian tersebut diatur pula mengenai penegakan kode etik profesi dimuat dalam pasal 17 yang memberikan sanksi yang jelas bagi anggota yang melanggar kode etik tersebut. Hal ini mencerminkan adanya punishment bagi anggota Kepolisian yang melanggar. Polsek Simpang Katis dan Polsek Payung merupakan bagian dari Kepolisian Republik Indonesia dibawah naungan Polres Bangka Tengah dan Polres Bangka Selatan. Saat ini, jumlah personel di Polsek Simpang Katis sebanyak 15 orang, sedangkan di Polsek Payung berjumlah 15 orang. Berikut tabel jumlah anggota Polsek Simpang Katis dan Polsek Payung:

Tabel 1.1

Jumlah Anggota Polsek Simpang Katis dan Polsek Payung

NoPangkatJumlah

Polsek Simpang KatisPolsek Payung

1IPTU11

2AIPTU-1

3AIPDA-1

4BRIPKA11

5BRIGADIR98

6BRIPTU96

7BRIPDA2-

Jumlah2218

Sumber: Polsek Simpang Katis dan Polsek Payung, 2014Berdasarkan tabel diketahui bahwa anggota polsek yang paling banyak adalah anggota polisi yang berpangkat Brigadir dan paling sedikit anggota polisi yang berpangkat Iptu dan Aiptu. Hal ini menunjukkan bahwa sedikitnya anggota polisi Polsek Simpang Katis dan Polsek Payung dengan masa kerja yang lebih lama dengan pangkat yang lebih tinggi.

Tugas Polsek (Polisi Sektor) secara umum diuraikan dalam Perkap No 23 Tahun 2010 yaitu Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78, Polsek menyelenggarakan fungsi: a. Pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polsri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;b. Penyelenggaraan fungsi intelijen di bidang keamanan meliputi pengumpulan bahan keterangan/informasiuntuk keperluandeteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning) dalam rangka pencegahanterjadinyagangguan keamanandan ketertiban masyarakat,sertapelayananSKCK;

c. Penyelenggaraan pengamanan kegiatan masyarakatdan instansi pemerintahdalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, dan penanganan Tipiring serta pengamanan markas;d. Penyelenggaraan dan penanganan kecelakaan lalu lintas; penyelidikan dan penyidikan tindak pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Pemberian bantuan hukum bagi personel Polsek beserta keluarganya serta penyuluhan hukum padamasyarakat;f. Pemberdayaan peran serta masyarakat melalui Polmas dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban;g. Penyelenggaraan fungsi kepolisian perairan; h. Penyelenggaraan administrasi umum dan ketatausahaan; dan i. Pengumpulan dan pengolahan data, serta menyajikan informasi dandokumentasi kegiatan di lingkungan Polsek.Ruang lingkup pekerjaan yang cukup luas tersebut, menuntut anggota Polsek Simpang Katis dan Polsek Payung untuk bekerja secara profesional. Polsek Simpang Katis dan Polsek Payung merupakan Polsek yang berada di wilayah kerja Kabupaten yang berbeda sehingga luasnya wilayah kerja serta kompleksitas masalah yang dihadapi juga cenderung berbeda pula. Dengan perbedaan tersebut, tuntutan pekerjaan akan menjadi memperjelas ketidaksamaannya meskipun melakukan fungsi dan tugas yang sama yaitu memberikan perlindungan kepada masyarakat. Perbedaan tersebut tentunya akan menimbulkan pemberian reward dan punishment yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang terjadi dalam organisasi, sehingga akan mempengaruhi kinerja masing-masing Polsek.Berdasarkan uraian permasalahan di atas, menunjukkan betapa pentingnya penghargaan terhadap peningkatan hasil kerja yang optimal dan punishment yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja para personel Polsek. Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Komparasi Reward dan Punishment terhadap Kinerja Polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dengan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatan.1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Dalam upaya melaksanakan tugas dan fungsinya dalam penjamin mutu pendidikan dibutuhkan SDM yang baik dan berkualitas

2. Profesionalisme kerja perlu ditingkatkan

3. Kurangnya promosi jabatan mengingat sulitnya peluang untuk mendapatkan jenjang karir yang lebih tinggi

4. Perbedaan luas wilayah kerja dan permasalahan yang harus dihadapi anggota sehingga kekuatan kerja tim dan kebersamaan perlu ditingkatkan

5. Penghargaan dalam berbagai bentuk kepada anggota perlu dimaksimalkan

1.3

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka pokok masalah yang dihadapi dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut ini.

a. Apakah terdapat pengaruh reward terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatan?

b. Apakah terdapat pengaruh punishment terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatan?c. Apakah terdapat pengaruh reward dan punishment terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatan?d. Apakah terdapat perbedaan pemberian reward terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatan?e. Apakah terdapat perbedaan pemberian punishment terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatan?1.4

Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan untuk memberikan batasan-batasan yang jelas terhadap apa yang sedang diteliti agar terarah dan sesuai dengan apa yang ingin dijawab dari permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, permasalahan penelitian ini hanya akan membahas hal-hal yang berkenaan dengan pengaruh pemberian reward dan punishmernt terhadap kinerja serta melihat perbedaan pemberian reward atau penghargaan dan punishment kepada anggota Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatan. 1.5Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengungkapkan permasalahan yang terjadi di lapangan dengan pembuktian atas rumusan masalah. Tujuan dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut yaitu:a. Untuk mengetahui pengaruh reward terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatanb. Untuk mengetahui pengaruh punishment terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatanc. Untuk mengetahui pengaruh reward dan punishment terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatand. Untuk mengetahui perbedaan pemberian reward terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatane. Untuk mengetahui perbedaan pemberian punishment terhadap kinerja polisi di Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatan1.6 Manfaat Penelitian

Dilakukannya penelitian ini untuk memperoleh mafaat yang berguna bagi keilmuan dan pihak lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:a. Manfaat Teoritis

1. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan menambah pengalaman, wawasan serta belajar sebagai praktisi dalam menganalisis suatu masalah kemudian mengambil keputusan dan kesimpulan.

2. Bagi Peneliti Lebih Lanjut

Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi di masa yang akan datang.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi pihak entitas atau organisasiHasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Polsek Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah dan Polsek Payung Kabupaten Bangka Selatan dalam menentukan langkah yang diambil terutama dalam bidang kepegawaian yang berkaitan dengan reward dan punishment serta kinerja anggota.

2. Bagi Anggota Polsek

Penelitian ini digunakan sebagai bahan referensi bagi anggota polsek dalam menambah pengetahuan mengenai hak dan kewajibannya sebagai struktur utama entitas sehingga anggota mampu menilai hak yang harus dipenuhi oleh institusi dan kewajiban yang harus dipenuhi anggota kepada institusi.

c. Manfaat Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pemimpin dalam entitas dalam menentukan kebijaksanaan terhadap peningkatan kinerja anggota dengan cara pemberian reward dan punishment.1.7Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran garis besar dan menjelaskan isi skripsi hingga dapat menggambarkan hubungan antara satu bab dengan bab yang lainnya.Bab I: Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, teknik analisa data dan sistematika pembahasan skripsi.Bab II: Landasan Teori Bab ini akan menyajikan teori yang relevan dengan judul dan permasalahan yaitu mengenai reward, punishment dan kinerja. Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini akan membahas cara dan bagaimana data diperoleh dan diproses dengan menggunakan software khusus untuk mengolah data statistik.Bab IV: Pembahasan

Bab ini memuat data yang diperoleh dari perusahaan dan hasil penelitian disertai analisis. Bab V: Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan mengenai kondisi perusahaan berdasarkan uraian pada bab sebelumnya. Penulis juga akan memberikan saran dan keterbatasan penelitian.