BAB I r 2

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, penyakit muskuloskeletal salah satunya adalah fraktur terbuka, masih menjadi masalah yang dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO (World Health Organization) telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,27 juta orang di dunia setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda (1). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Hasil survei tim Departemen Kesehatan RI didapatkan 25% penderita 1

Transcript of BAB I r 2

Page 1: BAB I r 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini, penyakit muskuloskeletal salah satunya adalah fraktur terbuka,

masih menjadi masalah yang dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di

seluruh dunia. Bahkan WHO (World Health Organization) telah menetapkan

dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian. Penyebab fraktur

terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain

menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,27 juta

orang di dunia setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja

atau dewasa muda (1).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun

2007 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan

jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Hasil survei tim

Departemen Kesehatan RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami

kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stres psikologis karena

cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (2).

Sementara itu, berdasarkan data dari Bangsal Bedah Ortopedi RSUD

(Rumah Sakit Umum Daerah) Ulin Banjarmasin dalam 3 tahun terakhir angka

kejadian fraktur menunjukan angka kejadian yang tetap tinggi. Pada tahun 2008

terdapat 312 kasus, tahun 2009 terdapat 313 kasus, dan tahun 2010 terdapat 298

1

Page 2: BAB I r 2

2

kasus fraktur. Dengan jenis lokasi tersering terjadinya fraktur adalah fraktur femur

dan fraktur cruris (3).

Insidensi fraktur terbuka diperkirakan sebesar 4% dari seluruh fraktur

dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 3,64 : 1. Angka kejadian

terbanyak terhadap kelompok umur dekade kedua dan ketiga, atau pada orang

yang relatif mempunyai aktifitas fisik dan mobilitas yang tinggi. Hasil analisis

epidemiologi menunjukan sebanyak 40% fraktur terbuka terjadi pada ekstremitas

bawah terutama daerah tibia dan femur tengah (4).

Infeksi pada kejadian fraktur terbuka masih sebagai salah satu komplikasi

mayor dalam penanganan dari fraktur terbuka, yang terus meningkat dalam

beberapa dekade ini. Kerusakan dari barrier jaringan antara zona fraktur dan

lingkungan merupakan dasar rawannya tulang dari kontak langsung dengan agen

kontaminan (5). Untuk itu operasi irigasi dan debridement pada fraktur terbuka

harus dilakukan dalam waktu kurang dari 8 jam setelah terjadinya cedera untuk

mengurangi kemungkinan infeksi (6,7).

Neubauer (2006), melaporkan bahwa hasil pengecatan dari kultur pada

fraktur terbuka memperlihatkan bakteri paling sering didapat adalah Gram-positif

seperti, Streptococcus aureus dan Staphylococcus epidemidis dan Gram-negatif

(Bacillus sp., Pseudomonas sp., Acinetobacter sp., dan Enterobacteriae sp.) (5).

Hamid AR. (2003), melaporkan bahwa bakteri yang ditemukan dari hasil kultur

pada fraktur terbuka di RS Dr. Kariadi Semarang adalah bakteri Escherichia coli,

Pseudomonas sp., dan Staphylococcus sp. (8).

Page 3: BAB I r 2

3

Bakteri kontaminan tersebut dapat berasal dari tempat kecelakaan, tempat

perawatan ataupun peralatan medis yang digunakan saat penanganan pasien.

Marlina LR. (2008), melaporkan bakteri kontaminan udara di Bangsal Bedah

RSUD Ulin Banjarmasin adalah Staphylococcus aureus, Bacillus sp.,

Pseudomonas aeroginosa (9). Novayanti E. (2008), melaporkan bakteri

kontaminan udara di Ruang Operasi RSUD Ulin Banjarmasin adalah Bacillus sp.,

Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa (10).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Ruang Operasi RSUD Ulin

Banjarmasin, belum ada data tentang jenis bakteri pada fraktur terbuka pasca

debridement di RSUD Ulin Banjarmasin. Dalam upaya mengetahui jenis bakteri

pada fraktur terbuka pasca debridement di Ruang Operasi RSUD Ulin

Banjarmasin, maka penelitian ini dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti adalah jenis bakteri apa saja yang terdapat

pada fraktur terbuka pasca debridement di Ruang Operasi RSUD Ulin

Banjarmasin ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui gambaran jenis bakteri yang

terdapat pada fraktur terbuka pasca debridement di Ruang Operasi RSUD Ulin

Banjarmasin.

Page 4: BAB I r 2

4

Tujuan khusus penelitian ini adalah melakukan identifikasi jenis bakteri

yang terdapat pada fraktur terbuka pasca debridement di Ruang Operasi RSUD

Ulin Banjarmasin.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai ukuran efektivitas

debridement yang dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin, yang merupakan salah

satu upaya pencegahan infeksi pada pasien fraktur terbuka. Dari hasil penelitian

ini dapat terlihat apakah masih terdapat atau tidak, bakteri pada fraktur terbuka

setelah dilakukannya debridement. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat menjadi pijakan ilmiah penelitian berikutnya, khususnya dalam mempelajari

bakteri pada fraktur terbuka pasca debridement di rumah sakit lainnya.