BAB I pengecoran plat dapat PENDAHULUAN - digilib.its.ac.id · Flat Slab adalah sebuah beton ......

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk menunjang kemajuan pendidikan ilmu pelayaran di lingkungan Surabaya, maka Pemerintah Kota bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Surabaya, membangun BP2IP (Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran) Surabaya. Pembangunan gedung Asrama BP2IP Surabaya ini, perencanaan yang ada menggunakan bahan struktur beton bertulang biasa, dan terletak dikawasan zona gempa 3. Dalam perencanaan gedung bertingkat terdapat kecenderungan untuk melakukan penghematan, agar memperoleh keuntungan yang maksimal. Penghematan boleh dilakukan asalkan tidak mengurangi unsur kekuatan gedung tersebut. Salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan membuat struktur flat slab. Flat slab (lantai cendawan) dicirikan dengan tidak adanya balok sepanjang garis kolom dalam, namun balok tepi luar boleh jadi ada atau tidak ada, disesuaikan dengan kebutuhan. Oleh karena hal tersebut maka akan menghasilkan ruangan yang cukup tinggi. Flat Slab adalah sebuah beton bertulang pelat langsung didukung oleh kolom beton tanpa menggunakan balok (Ese Soedarsono, 2002) Flat slab mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan adanya salah satu atau kedua hal berikut, pertama adanya drop panel yang merupakan penebalan plat di daerah kolom, kedua dibuatnya kepala kolom yaitu pelebaran dari ujung kolom atas (CHU-KIA WANG, CHARLES G.SALMON 1990). Penggunaan sistem flat Slab struktur bangunan mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut: (Ese Soedarsono, 2002) 1. Fleksibilitas terhadap tata ruang 2. Waktu pengerjaan yang relatif lebih pendek, karena Hal ini dapat dilihat dari proses pembuatan dimana pengecoran plat dapat langsung dilakukan tanpa perlu mengecor balok lebih dulu 3. Kemudahan dalam pemasangan instalasi mechanical dan elektrical. 4. Menghemat tinggi bangunan Tinggi ruang bebas lebih besar dikarenakan tidak adanya pengurangan akibat balok dan komponen pendukung struktur lainnya 5. Pemakainan tulangan plat bisa dengan tulangan fabrikasi Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) adalah suatu sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul seluruh beban gravitasi secara lengkap (SNI–03– 1726–2010).Sedangkan pada Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) direncanakan tahan menahan gaya lateral/gempa dengan faktor distribusi (R) sebasar 4,5 dengan faktor daktilitas struktur gedung ( µ ) sebesar 3,3 ( SNI – 03 – 1726 – 2010 ). Dalam tugas akhir ini secara keseluruhan struktur direncanakan dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah ( SRPMM ) karena Surabaya terletak di zone gempa 3 yang merupakan daerah dengan resiko gempa menengah ( SNI–03 –1726–2010). 1.2 RUMUSAN MASALAH Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara menentukan dimensi struktur (Preliminary Design ) meliputi : bangunan atas : - struktur primer : kolom, flat slab ; - struktur sekunder : tangga dan lift bangunan bawah : pondasi. 2. Beban apa saja yang bekerja pada struktur gedung tersebut. 3. Bagaimana menganalisa gaya – gaya dalam struktur tersebut. 4. Apa saja elemen struktur yang secara khusus diperlukan untuk

Transcript of BAB I pengecoran plat dapat PENDAHULUAN - digilib.its.ac.id · Flat Slab adalah sebuah beton ......

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Untuk menunjang kemajuan pendidikan ilmu pelayaran di lingkungan Surabaya, maka Pemerintah Kota bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Surabaya, membangun BP2IP (Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran) Surabaya. Pembangunan gedung Asrama BP2IP Surabaya ini, perencanaan yang ada menggunakan bahan struktur beton bertulang biasa, dan terletak dikawasan zona gempa 3.

Dalam perencanaan gedung bertingkat terdapat kecenderungan untuk melakukan penghematan, agar memperoleh keuntungan yang maksimal. Penghematan boleh dilakukan asalkan tidak mengurangi unsur kekuatan gedung tersebut. Salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan membuat struktur flat slab. Flat slab (lantai cendawan) dicirikan dengan tidak adanya balok sepanjang garis kolom dalam, namun balok tepi luar boleh jadi ada atau tidak ada, disesuaikan dengan kebutuhan. Oleh karena hal tersebut maka akan menghasilkan ruangan yang cukup tinggi. Flat Slab adalah sebuah beton bertulang pelat langsung didukung oleh kolom beton tanpa menggunakan balok (Ese Soedarsono, 2002)

Flat slab mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan adanya salah satu atau kedua hal berikut, pertama adanya drop panel yang merupakan penebalan plat di daerah kolom, kedua dibuatnya kepala kolom yaitu pelebaran dari ujung kolom atas (CHU-KIA WANG, CHARLES G.SALMON 1990).

Penggunaan sistem flat Slab struktur bangunan mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut: (Ese Soedarsono, 2002)

1. Fleksibilitas terhadap tata ruang 2. Waktu pengerjaan yang

relatif lebih pendek, karena Hal ini dapat dilihat dari proses pembuatan dimana

pengecoran plat dapat langsung

dilakukan tanpa perlu mengecor balok lebih dulu 3. Kemudahan dalam

pemasangan instalasi mechanical dan elektrical.

4. Menghemat tinggi bangunan Tinggi ruang bebas lebih besar dikarenakan tidak adanya pengurangan akibat balok dan komponen pendukung struktur lainnya

5. Pemakainan tulangan plat bisa dengan tulangan fabrikasi

Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) adalah suatu sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul seluruh beban gravitasi secara lengkap (SNI–03–1726–2010).Sedangkan pada Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) direncanakan tahan menahan gaya lateral/gempa dengan faktor distribusi (R) sebasar 4,5 dengan faktor daktilitas struktur gedung ( µ ) sebesar 3,3 ( SNI – 03 – 1726 – 2010 ). Dalam tugas akhir ini secara keseluruhan struktur direncanakan dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah ( SRPMM ) karena Surabaya terletak di zone gempa 3 yang merupakan daerah dengan resiko gempa menengah ( SNI–03 –1726–2010).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara menentukan

dimensi struktur (Preliminary Design ) meliputi : bangunan atas : - struktur primer : kolom, flat slab

; - struktur sekunder : tangga dan

lift bangunan bawah : pondasi. 2. Beban apa saja yang bekerja pada

struktur gedung tersebut. 3. Bagaimana menganalisa gaya – gaya

dalam struktur tersebut. 4. Apa saja elemen struktur yang secara

khusus diperlukan untuk

2

mendapatkan struktur tahan gempa resiko menengah.

5. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan ke dalam gambar teknik.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi di jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah 1. Merencanakan dimensi struktur

(Preliminary Design ). meliputi : bangunan atas : - struktur primer : kolom,flat slab ; - struktur sekunder: tangga dan lift bangunan bawah : pondasi.

2. Menentukan beban – beban yang bekerja pada struktur.

3. Menganalisa dan merencanakan struktur flat slab yang mampu memikul beban – beban yang ada sehingga memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia, yaitu SNI–03–2847– 2002 dan SNI–03–1726–2002.

4. Melakukan pendetailan elemen struktur flat slab untuk menahan beban saat terjadi gempa.

5. Menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan ke dalam gambar teknik.

1.4 BATASAN MASALAH

Dalam penyusunan tugas akhir ini permasalahan akan dibatasi sampai dengan batasan – batasan sebagai berikut : 1. Pada perencanaan ini tidak meninjau

analisa biaya dan manajemen konstruksi didalam menyelesaikan pekerjaan proyek.

2. Tidak meninjau segi arsitekturalnya. 3. Mutu beton dan tulangan struktur

digunakan fc’ = 35 Mpa dan fy = 400 Mpa

4. Peraturan yang dipakai SNI 03 – 2847 – 2002 , SNI 03 – 1726 – 20010 dan RSNI 03 – 1727 – 1989

1.5. MANFAAT 1. Dapat dijadikan alternatif desain

struktur gedung bertingkat. 2. Penghematan biaya proyek jika

dibandingkan dengan SRPM dengan balok yang dibangun di Wilayah gempa kurang dari sama dengan 3.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMUM Menurut Dr. Edward G.Nawy,

PE,1998 Slab merupakan elemen horisontal utama yang menyalurkan beban hidup maupun beban mati ke rangka pendukung vertikal dari suatu sistem struktur.

Di dalam konstruksi beton bertulang pelat dipakai untuk mendapatkan permukaan datar. Jika nilai perbandingan antara panjang dan lebar pelat lebih dari 2, digunakan penulangan 1 arah (one way slab). Dan apabila nilai perbandingan antara panjang dan lebar pelat tidak lebih dari 2, digunakan penulangan 2 arah (two way slab) (Winter, 1993).

Flat slab dicirikan oleh tidak adanya balok – balok sepanjang garis kolom dalam, namun balok – balok tepi pada tepi – tepi luar lantai boleh jadi ada atau tidak ada. Suatu lantai flat slab berbeda dari lantai datar ( flat plate) dalam hal ini bahwa lantai flat slab mempunyai kekuatan yang cukup dengan adanya salah satu atau kedua hal berikut :

i. Drop Panel yaitu pertambahan tebal plat didalam daerah kolom.

ii. Kepala Panel (Column Capital ) yaitu merupakan perbesaran dari kolom bagian atas pada pertemuan dengan plat lantai (Wang, Salmon, 1992).

Flat Slab adalah sebuah beton bertulang pelat langsung didukung oleh kolom beton tanpa menggunakan balok (Ese Soedarsono, 2002)

Flab Slab adalah sebuah plat (dengan atau tanpa drop panel) yang ditumpu oleh kolom (dengan atau tanpa

3

pelebaran kepala kolom) dan umumnya tanpa menggunakan balok. (Colin Caprani, 2009)

Drop Panel adalah Penahan gaya geser utama yang menjadi bidang kontak antara plat dan kolom, dimana penentuan dari dimensi drop panel tidak boleh kurang dari 1/3 dari panjang panel pada arah tersebut. (anitha, jj-vijay, 2009)

2.2 ANALISA STRUKTUR FLATSLAB Pendekatan ACI memberikan

dua alternatif untuk analisis dan desain sistem rangka flat slab : metode desain langsung (direct design methode) dan metode portal ekuivalen (equivalent frame method).

Dalam metode desain langsung terdapat pembatasan – pembatasan sebagai berikut : ( Dr.Edward G.Nawy, 1998.).

1. Perbandingan antara bentang yang panjang dengan yang pendek pada satu panel tidak boleh melebihi 2,0.

2. Panel-panel empat persegi panjang bentang yang panjang tidak melebihi dua kali bentang pendek.

3. Bentang-bentang yang berurutan tidak berbeda lebih daripada 1/3 bentang yang lebih panjang.

4. Beban hidup tidak lebih dari 3 kali beban mati.

Apabila pembatasan – pembatasan ini tidak dipenuhi, maka diperlukan suatu metode yang bersifat

lebih umum.Salah satu dari metode ini diusulkan oleh Peabody dalam tahun 1948 sebagai perencanaan dengan analisa elastis. Dalam bentuk yang lebih sempurna metode tersebut muncul sebagai metode rangka ekivalen. Prosedur pembagian di arah lateral dan lanjutan dari perencanaan pada hakekatnya adalah sama untuk kedua metode.(Wang, Salmon,, 1992). Di dalam analisis dengan metode rangka ekivalen,struktur dibagi menjadi rangka – rangka yang menerus yang berpusat pada garis-garis kolom dan melebar baik dalam arah longitudinal maupun dalam arah transversal.(Winter;Nilson.1993).

2.3 SISTEM RANGKA PEMIKUL

MOMEN MENENGAH (SRPMM) Untuk daerah dengan resiko

gempa menengah,yaitu Wilayah Gempa 3 dan 4 menurut SNI 03 – 2847 -2002 ada jenis struktur yang dipakai untuk memikul gaya – gaya akibat gempa di daerah tersebut.Jenis struktur tersebut adalah

1. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus ( SRPMK )

2. Sistem Dinding Struktur Biasa ( SDSB ) atau Sistem Dinding Struktur Khusus ( SDSK )

Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) adalah suatu sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul seluruh beban gravitasi secara lengkap (SNI–03–1726–2010).Sedangkan pada Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) direncanakan tahan menahan gaya lateral/gempa dengan faktor distribusi (R) sebasar 4,5 dengan faktor daktilitas struktur gedung ( µ ) sebesar 3,3 (SNI–03–1726–2010) table 3. Gedung direncanakan berada di zone 3 yang merupakan daerah dengan resiko gempa menengah , sehingga digunakan sistem rangka pemikul momen menengah. Ketentuan – ketentuan untuk SRPMM diatur dalam SNI 03 – 2847 -2002.

4

2.4. DESAIN DINDING STRUKTUR Sebagai prasyarat untuk desain

dinding structural, perlu dipastikan bahwa kelelahan tulangan lentur yang terjadi didasar dinding struktur (sebagai sendi plastis), benar – benar merupakan penentu kekuaan dan selanjutnya dibuat berdeformasi secara inelastis sehingga dinding struktur ini mampu memencarkan energi gempa keseluruh system struktur. Untuk mewujudkan prinsip desain yang fundamental ini, desain dinding struktur dilakukan dengan 4 ketentuan dibawah ini :

a) Dengan beban lentur ditambah axial terfaktor, anggap potongan dasar dinding geser sebagai kolom pendek dengan syarat penulangan longitudinal di ujung dan dibadan dinding struktur memenuhi syarat – syarat dipasal 23.6 (2).

b) Pastikan tidak terjadi kegagalan oleh tegangan tarik dan tekan diagonal oleh beban geser dengan pengamanan berturut – turut sesuai pasal 23.6(4(4)).

c) Amankan regangan dinding yang melampaui nilai kritis dengan pengadaan komponen batas, dengan analisis sesuai pasal 23.6(6(2)) atau 23.6(6(3)).

d) Jamin kemampuan daktilitas dndin struktur dengan detailing komponen batas sebagaimana tersebut dipasal 23.6(6(4)) butir a s/d f.

e) Bila tidak dituntut pengadaan komponen batas, maka penempatan TT harus mengikuti pasal 23.6.(6(5)).

BAB III METODOLOGI

PEMBEBANAN

Berdasarkan SNI 03 - 1727 - 1989, SNI 03 – 2847 – 2002 :

- Beban : - Beban mati (D) - Beban Gempa (E) - Beban hidup (L) - Kombinasi Pembebanan :

U = 1.4 D U = 1.2 D + 1.6 L U = 1.2 D + 1.0 L ± 1.0 E U = 0.9 D ± 1.0 E

STUDI LITERATUR

PRELIMINARY DESIGN

- Struktur primer meliputi rencana : Flat Slab, Kolom dan dinding structural.

- Struktur sekunder meliputi rencana : Tangga dan balok litf.

START

PENGUMPULAN DATA

A

OK

NOT OK

FINISH

KONTROL DESIGN

PERUBAHAN DIMENSI

PERHITUNGAN STRUKTUR

- Struktur sekunder meliputi : 1. Pembebanan pada tangga dan balok lift 2. Analisa struktur 3. Perencanaan tangga & balok lift. - Struktur utama meliputi : 1. Pembebanan pada portal. 2. Analisa struktur utama dengan ETABS 9.7.1 3. Perencanaan flat slab 4. Perencanaan kolom 5. Perencanaan dinding struktural - Struktur bawah meliputi :

1. Perencanaan dimensi pondasi. 2. Perencanaan tebal poer

KESIMPULAN PERHITUNGAN

GAMBAR AUTO CAD

5

BAB IV DESAIN STRUKTUR

4.1 Desain Dimensi Pelat

FLOW CHART DESAIN PLAT

FLOW CHART DESAIN PANEL SETEMPAT

Data hasil perencanaan dimensi flat slab : Tebal plat : 20 cm Lebar plat setempat : 240 x 240 cm Tebal : 12 cm 4.2 Desain Dimensi Kolom

FLOW CHART DESAIN KOLOM

Data hasil perencanaan dimensi kolom : Kolom Lt. 1 s/d 12 : 70 x 70 cm

4.3 Desain Dimensi Dinding Struktural

FLOW CHART DESAIN DINDINGSTRUKTURAL

Data hasil perencanaan dimensi DS : Tebal DS : 30 cm

BAB V PERANCANGAN STRUKTUR

SEKUNDER

Dalam tugas akhir ini struktur sekunder yang direncanakan terdiri atas :

5.1 Perancangan tangga 5.2 Perancangan balok lift

6

5.1. Perancangan Tangga Dimensi tangga : 4.50 × 2,57 m2 Spesifikasi tangga : - Tebal pelat tangga : 15 cm - Tebal pelat bordes : 15 cm - Tul tangga arah x : D16–150 - Tul tangga arah y : Ø10–250 - Tul bordes arah x : D16–150 - Tul bordes arah y : Ø10–250

Gambar 5.1 Denah Penulangan Tangga

Gambar 5.2 Potongan 1-1 tangga

Gambar 5.3 Potongan 2-2 Tangga

5.2. Perancangan Balok Lift Pada perancangan lift ini meliputi

balok – balok yang berkaitan dengan ruang mesin lift, yaitu terdiri dari balok penumpu dan balok pemisah sangkar. Untuk lift pada bangunan ini menggunakan lift penumpang yang diproduksi oleh Hyundai Elevator Co, Ltd dengan data – data sebagai berikut : Tipe Lift : Passenger Merk : Hyundai Kapasitas : 20 orang/ 1350 kg Lebar pintu (opening width)

: 1100 mm Kecepatan : 105 m/min Dimensi sangkar (car size) Internal : 2000×1550 mm2 Eksternal : 2100 × 1720 mm2 Dimensi ruang luncur (hoistway) : 2550 × 2330 mm2 Beban reaksi ruang mesin : R1 = 7800 kg (berat mesin penggerak lift + beban

kereta + perlengkapan) R2 = 6000 kg (berat bandul pemberat + perlengkapan)

7

Gambar 5.4 Balok Penumpu Lift

Gambar 5.5. Balok Penumpu Depan

Gambar 5.6 Balok Penumpu belakang

Gambar 5.7 Balok Pemisah Sangkar

BAB VI PERANCANGAN STRUKTUR

UTAMA

Pada perencanaan gedung ini yang termasuk dalam komponen struktur utama antara lain : • Flat Slab • Kolom • Dinding Struktural

Data perencanaan Gedung ini didasarkan atas data – data sebagai berikut : • Mutu beton : 35 MPa • Mutu baja : 400 MPa • Jumlah lantai : 10 lantai • Tinggi tiap lantai : 4 m • Tinggi total bang. : 40 m • Luas bangunan : 540 m2 • Lokasi : Kepanjen –

malang • Zona Gempa : 4 (menengah) 1.1 Perancangan Pelat dan Flat Slab Tulangan arah x

Jalur kolom : D16 – 250 D16 – 350 Jalur tengah : D16 – 250 D16 – 350

Tulangan arah y Jalur kolom : D16 – 250 D16 – 350 Jalur tengah : D16 – 250 D16 – 350

Gambar 6.1 Penulangan Pelat dan FlatSlab

Detail

8

Gambar 6.2 Detail Pelat dan Flat Slab

1.2 Perancangan Kolom

Kolom Lt. 1 s/d 12 Dimensi kolom 70 x 70 cm Tulangan lentur = 12 D25 Tulangan geser = D12 – 150

Gambar 6.3 Penulangan Kolom 70x70

1.3 Perancangan Dinding Struktural

Gambar 6.6 Penulangan Shear Wall

Gambar 6.7 Detail Penulangan

Dinding Struktural: - Tebal 30 cm - Tulangan geser horisontal : 2D13-100 - Tulangan geser vertikal : 2D13-100 - Tulangan komponen batas : 16-D25 5D12-200

BAB VII PERANCANGAN STRUKTUR

PONDASI

7.1 Perancangan Pondasi Daya dukung tiang pancang :

Data perhitungan ini menggunakan data SPT yang diambil dari lapangan Harga “N” (jumlah pukulan) yang didapat dibawah muka air tanah harus dikoreksi harga N koreksi (N’) dapat dilihat pada bab Lampiran

Perhitungan daya dukung pondasi tiang pancang menggunakan metode “ LUCIANO DECOURT”

QL = Qp + Qs

Detail

9

Dimana : Ql = daya dukung tanah maksimum pada pondasi Qp = resistance ultimate didasar pondasi Qs = resistance ultimate akibat lekatan lateral

Qp = qp . Ap = (Np . k) Ap

Dimana : Np = harga rata-rata SPT disekitar 4B atau hingga 4B dibawah dasar tiang pondasi, dengan B = diameter tiang

K = koefisien karakteristik tanah 12 t/m2 = 117,7 kPa (untuk

lempung) 20 t/m2 = 196 kPa (untuk

lanau berlempung) 25 t/m2 = 245 kPa (untuk

lanau berpasir) 40 t/m2 = 392 kPa ( untuk

pasir) Ap = luas penampang dasar qp = tegangan di ujung tiang

Qs = qs . As = (Ns/3 + 1)As Dimana : qs = tegangan akibat lekatan lateral (t/m2) Ns = harga rata-rata sepanjang

tiang yang terbenam dengan batasan 3 < N < 50

As = keliling x panjang tiang yang terbenam (luas selimut tiang)

Qu = QL/SF = QL/3

Dimana : Qu = daya dukung ultimate (daya dukung ijin) QL = daya dukung tanah maximum SF = 3 (faktor keamanan) 7.2 Perancangan Poer Perhitungan tulangan lentur : Untuk menghitung penulangan lentur poer, diasumsikan poer sebagai balok kantilever dan terjepit pada kolom (irisan as kolom) seperti gambar dibawah ini.

Gambar 7.2 Gaya – gaya yang bekerja

Gambar 7.3 Penulangan pondasi P1

Gambar 7.4 Pot. 1-1 P1

10

Gambar 7.5 Penulangan pondasi P2

Gambar 7.6 Pot. 1-1 P2

Perhitungan geser ponds : Dalam merencanakan tebal poer,

harus memenuhi persyaratan bahwa kekuatan gaya geser nominal harus lebih besar dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang disumbangkan beton diambil terkecil dari :

• cV = 6

'21dbf oc

c

××

• cV = 6

'2

dbfb

d oc

o

s ××

+

×α

• cV =

dbf oc ××× '31

Dimana : cβ = rasio dari sisi panjang terhadap sisi

pendek pada kolom

ob = keliling dari penampang kritis pada poer αs = 40, untuk kolom interior, 30 untuk kolom tepi, 20 untuk kolom pojok (SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.13.12.2.b)

Gambar 7.7 Penampang Kritis Pondasi

Gambar 7.8 Penampang Kritis Pondasi

(potongan melintang)

7.3 Perancangan Sloof Tulangan lentur = 5 D19 Tulangan geser = ∅10 – 200

Gambar 7.9 Penampang Sloof pada

Tumpuan dan Lapangan

11

BAB VIII PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini sebagai berikut :

1. Dalam perencanaan struktur dengan metode Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding struktural yang terletak pada daerah yang memiliki intensitas gempa sedang perlu dipertimbangkan adanya gaya lateral yang bekerja terhadap struktur SPBL (Struktur Penahan Beban Lateral). Dalam hal ini, beban gempa struktur bangunan dipikulkan pada struktur SPBL yaitu dinding struktural.

2. Dari hasil perencanaan struktur gedung Asrama BP2IP Surabaya dengan menggunakan SRPMM didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut : Mutu Beton : 35 Mpa

Mutu Baja : 400 Mpa

Tebal Pelat Lantai : 20 cm Jumlah Lantai : 12 Lantai Ketinggian /Lantai : 4 m Tinggi Total Bang. : 48 m Dimensi Pelat : 600×600

cm Pelat arah sumbu X Jalur kolom : D16 – 250 D16 – 350 Jalur tengah : D16 – 250 D16 – 350 • Pelat arah sumbu Y Jalur kolom : D16 – 250 D16 – 350 Jalur tengah : D16 – 250 D16 – 350 Dimensi Kolom

Lantai 1 s/d 12 : 70×70 cm (16-D25)

Dimensi Dinding struktural Tebal dinding : 30 cm Tul. Vertikal : D13 – 100 Tul. Harizontal : D13 – 100

Panjang Pondasi tiang Diameter TP : 50 cm

Kedalaman : 9 meter Produksi : PT. WIKA

3. Dengan struktur flat slab, Gedung akan tampak tinggi karena tanpa adanya balok-balok. Pemasangan ME akan semakin dipermudah dalam pemasangannya.

4. Struktur bawah bangunan terdiri dari 2 jenis pilecap untuk pondasi kolom dan pondasi dinding struktural yang menggunakan tiang pancang pracetak dengan dia. 50 cm.

8.2 Saran

Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk perancangan struktur dengan sistem flat slab agar menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomis dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2010).

Badan Standarisasi Nasional. Tata Cara Perhitungan struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).

Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (SNI 03-1727-1989).

Wang, Chu-Kia; Charles G. Salmon 1992. Binsar Hariandja. Disain Beton Bertulang.

Nawy,Edward G,Dr.P.E 1998 . BETON BERTULANG Suatu Pendekatan Dasar.

Wahyudi,Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

12

Purwono, Rahmat. 2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: ITS Press

PHIL M.FERGUSON ; Budianto Sutanto ; Kris Setianto 1991. Dasar - dasar Beton Bertulang versi S1 edisi keempat.

W.H.Mosley ; J.H Bungey 1984 . Perencanaan Beton Bertulang edisi kedua.

George Winter;Arthur H.Nilson.1993. Perencanaan Struktur Beton Bertulang.

McCormac,Jack C.2001. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima Jilid 1.Jakarta: Erlangga.