BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... ·...

17
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pemanasan global telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan siklus hidrologi yang merupakan fenomena alam pada era globalisasi. Dampak perubahan iklim tersebut dapat dirasakan pada kehidupan sehari-hari yakni bumi terasa semakin panas saat musim kemarau dan musim penghujan sering terjadi bencana banjir yang semakin lama semakin luas. Bencana merupakan suatu kejadian atau tragedi yang disebabkan oleh ulah manusia, alam atau oleh keduanya dan mengakibatkan korban nyawa, hilangnya harta benda, rusaknya lingkungan hidup, kehancuran sarana prasarana dan fasilitas umum, serta mempengaruhi seluruh tatanan kehidupan masyarakat khususnya di wilayah yang mengalami bencana. (http://mbojo.wordpress.com/2007/03/16/faktor-penyebab- banjir-1/). Bencana yang sering terjadi setiap tahun di Indonesia khususnya di wilayah Ibu Kota Jakarta adalah bencana banjir. Permasalahan banjir di wilayah Jakarta merupakan permasalahan yang kompleks karena terjadi bukan saja akibat adanya fenomena alam tetapi juga disebabkan oleh faktor manusia (anthropogenic). Bencana banjir yang terjadi di wilayah Jakarta sering kali disebabkan oleh debit air disungai yang besar dan melebihi kapasitas badan sungai mengalir melintasi wilayah Jakarta dan sekitarnya. Akan tetapi hal tersebut bukanlah satu-satunya faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir di wilayah 1

Transcript of BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... ·...

Page 1: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pemanasan global telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan

siklus hidrologi yang merupakan fenomena alam pada era globalisasi. Dampak

perubahan iklim tersebut dapat dirasakan pada kehidupan sehari-hari yakni bumi

terasa semakin panas saat musim kemarau dan musim penghujan sering terjadi

bencana banjir yang semakin lama semakin luas. Bencana merupakan suatu

kejadian atau tragedi yang disebabkan oleh ulah manusia, alam atau oleh

keduanya dan mengakibatkan korban nyawa, hilangnya harta benda, rusaknya

lingkungan hidup, kehancuran sarana prasarana dan fasilitas umum, serta

mempengaruhi seluruh tatanan kehidupan masyarakat khususnya di wilayah yang

mengalami bencana. (http://mbojo.wordpress.com/2007/03/16/faktor-penyebab-

banjir-1/).

Bencana yang sering terjadi setiap tahun di Indonesia khususnya di

wilayah Ibu Kota Jakarta adalah bencana banjir. Permasalahan banjir di wilayah

Jakarta merupakan permasalahan yang kompleks karena terjadi bukan saja akibat

adanya fenomena alam tetapi juga disebabkan oleh faktor manusia

(anthropogenic). Bencana banjir yang terjadi di wilayah Jakarta sering kali

disebabkan oleh debit air disungai yang besar dan melebihi kapasitas badan sungai

mengalir melintasi wilayah Jakarta dan sekitarnya. Akan tetapi hal tersebut

bukanlah satu-satunya faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir di wilayah

1

Page 2: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

2

Jakarta dan sekitarnya, karena lebih banyak lagi faktor lainnya yang menjadi

penyebab timbulnya banjir.

Banjir besar yang terjadi pada tahun 1918 membuat hampir seluruh kota

tergenang. Dilaporkan pada saat itu ketinggian air sempat mencapai setinggi dada

manusia (Kompas 5 Februari 2007). Salah satu upaya penanggulangan banjir yang

dilakukan oleh Pemerintah kolonial setelah banjir besar 1918 adalah membangun

saluran air yang disebut sebagai Banjir Kanal Barat pada tahun 1922.

Pembangunan Banjir Kanal Barat merupakan ide ahli tata kelola air, Herman van

Breen. Kanal ini terutama dibangun untuk melindungi kawasan Kota dari banjir

tetapi tidak melindungi daerah-daerah lainnya. Panjang Banjir Kanal Barat adalah

17,5 km dan pada waktu itu kanal ini terhitung hebat karena mampu mengatur air

yang masuk ke kota Batavia, dan menampung air Sungai Ciliwung, Sungai

Cideng, Sungai Krukut dan Sungai Grogol. Saat itu jumlah penduduk masih relatif

sedikit, tahun 1930 tercatat penduduk Batavia hanya berjumlah 811.000 orang

(Whitten, 2000). Tekanan penduduk pada lingkungan alam Jakarta ketika itu

belumlah sebesar sekarang sehingga Herman van Breen berhasil dengan mudah

melindungi kawasan Kota dari banjir.

Pertumbuhan penduduk Kota Jakarta yang setiap tahunnya semakin

meningkat membutuhkan adanya pemukiman yang semakin luas, hal ini

mengakibatkan keperluan penggunaan lahan semakin meningkat pula dan daerah

hijau/daerah terbuka yang berfungsi untuk menahan dan meresapkan air hujan ke

dalam tanah semakin berkurang. Ditambah lagi dengan adanya

ketidakseimbangan antara pekerjaan memotong tanah atau menurunkan elevasi

permukaan tanah sesuai dengan yang direncanakan (cut and fill), pemerataan jalan

Page 3: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

3

untuk jalur transportasi, banyaknya perkerasan reklamasi di daerah rawa-rawa di

wilayah pantai yang mengakibatkan hilangnya fungsi hutan bakau (mangrove),

pembuangan sampah ke badan sungai, adanya pembuatan bangunan-bangunan,

jalan tol, fasilitas umum, betonisasi permukaan tanah yang memiliki serapan air

yang kurang koordinatif dengan pengaturan tata ruang, merupakan sebagian dari

penyebab timbulnya banjir.

Salah satu faktor penting dalam tata kelola air di Jakarta adalah

perubahan musim dan pola curah hujan yang terjadi karena perubahan iklim.

Ketika curah hujan di Jakarta tinggi, terjadilah banjir, tetapi pada musim kering

halsebaliknya terjadi, air menjadi langka dan tinggi permukaan air di sungai-

sungai menurun dratis. Dalam konteks nasional, sebagian besar wilayah di

Sumatra, misalkan saja, selama kurun waktu tahun 1960-1990 dan 1991-2003

mengalami keterlambatan awal musim hujan antara 10 sampai 20 hari dan

keterlambatan awal kemarau antara 10 hingga 60 hari. (UNDP Indonesia, 2007).

Fluktuasi curah hujan adalah bagian dari perubahan pola dan variabilitas

iklim yang merupakan salah satu dampak perubahan iklim yang kini terjadi di

seluruh dunia termasuk di Indonesia. Dampak perubahan iklim lainnya adalah

kenaikan suhu air laut dan udara. Kenaikan suhu air laut dapat merusak terumbu

karang dan biota-biota laut lainnya. Sementara itu, kenaikan suhu udara akan

mengubah pola-pola vegetasi dan menyebabkan penyebaran serangga seperti

nyamuk yang akan mampu bertahan di wilayah-wilayah yang sebelumnya terlalu

dingin untuk perkembangbiakan mereka.

Jumlah penduduk Jakarta saat ini diperkirakan mencapai sekitar 8,5 juta

orang, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06 persen. Dampak

Page 4: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

4

peningkatan jumlah penduduk Jakarta pada kawasan resapan air menjadi jelas jika

dibandingkan dengan jumlah penduduk Jakarta pada tahun 1970 yang baru

mencapai 4 juta orang dan tahun 1960 yang hanya 2,9 juta orang. Tingkat

kepadatan penduduk di Jakarta juga terus meningkat. Data statistik menunjukkan

bahwa rata-rata kepadatan penduduk Jakarta pada tahun 2009 adalah 13.000

orang/km2, sementara kepadatan di daerah Jakarta Pusat jauh lebih tinggi dan

mencapai 19.600 orang/km2 (Data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

DKI Jakarta).

Manusia dan limpahan air hujan harus bersaing untuk mendapatkan

tempat di DKI Jakarta yang luas wilayahnya tidak akan berubah karena kawasan

untuk memperluas kota sudah tidak ada lagi. Tekanan pertambahan penduduk

dalam hampir empat dasawarsa terakhir ini memang telah memperluas wilayah

Jakarta dari sekitar 300 km2 menjadi 700 km2 (Kompas, 2002). Arus urbanisasi

ke Jakarta telah menciptakan lokasi-lokasi permukiman kumuh yang hampir

semuanya ilegal. Permukiman semacam itu banyak dibangun dibantaran sungai

sehingga menimbulkan penyempitan sungai-sungai di Jakarta. Bila hujan deras

turun di hulu ataupun di Jakarta sendiri, volume air yang meningkat tinggi tidak

dapat tertampung oleh sungai-sungai yang telah mengalami penyempitan dan

pengaliran air ke laut terhambat sehingga banjir pun terjadi. Perilaku warga yang

sering membuang sampah ke sungai juga memicu pendangkalan sungai yang pada

gilirannya dapat mengakibatkan banjir.

Gambar 1.1 di bawah ini, menunjukkan sebaran wilayah banjir yang

terjadi diwilayah DKI Jakarta tahun 2013 total tergenang sebanyak ; 79 Kelurahan

dan 318 RW, dengan perincian sebagai berikut :

Page 5: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

5

Jakarta Timur sebanyak ; 22 Kelurahan dan 83 RW

Jakarta Selatan sebanyak ; 20 kelurahan dan 47 RW

Jakarta Pusat sebanyak ; 3 Kelurahan dan 9 RW

Jakarta Barat sebanyak ; 17 Kelurahan dan 81RW

Jakarta Utara sebanyak ; 17 Kelurahan dan 318 RW

Gambar 1.1

Sebaran wilayah banjir di DKI Jakarta

(sumber : BPBD tahun 2013)

Page 6: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

6

Propinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta terbagi menjadi 5 (lima)

wilayah yaitu Pemerintah Kota Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta

Selatan dan Pemerintah Kota Jakarta Utara. Pemerintah Kota yang dijadikan lokasi

penelitian adalah Jakarta Timur yaitu di Kecamatan Ciracas Kelurahan Rambutan.

Dipilihnya Kelurahan Rambutan di karena merupakan wilayah yang sering terkena

dampak banjir dan kurangnya pemerintah Kota Jakarta memperhatikan upaya

dalam penanggulangannya.

Wilayah Kelurahan Rambutan sebagian besar wilayahnya berdampingan

dengan Kali Cipinang dan banjir mengakibatkan hampir seluruhnya digenangi air.

Menurut Hasil Rekapitulasi Laporan Genangan Banjir PUSDALOPS (Pusat

Kendali Operasi), Jakarta Timur sebanyak; 25 Kelurahan dan 95 RW.yang

termasuk kedalam wilayahnya, maka Kelurahan Rambutan memiliki jumlah

penduduk sebanyak 26.060 jiwa, terdiri dari 13.516 laki-laki, dan 12.544

perempuan; dengan kepala keluarga sebanyak 7.765 KK (Data Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta). Banjir yang merendam wilayah

kelurahan Rambutan mencapai 6 RW itu karena meluapnya Kali Cipinang

sehingga menggangu aktifitas bekerja dan banyak dampak yang ditimbulkan.

Banjir tersebut mengakibatkan pengungsi sebanyak 100 orang/hari mempunyai

rata-rata 8,3% serta dari jumlah penduduk di kelurahan Rambutan (BPBD Jakarta

Tahun 2013).

Kelurahan Rambutan seperti Gambar 1.2 di bawah ini, wilayahnya

berdampingan dengan Kali Cipinang pada peristiwa banjir tahun 2013 hampir

seluruhnya digenangi air. Pada gambar tersebut ditunjukan lokasi dan luas

genangan banjir di wilayah Rambutan. Warna biru pada gambar tersebut

Page 7: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

7

dimaksudkan untuk menunjukan lokasi rawan yang menggenangi wilayah

Kelurahan Rambutan di Jakarta Timur.

Gambar 1.2

Peta Daerah Banjir di Kelurahan Rambutan

(sumber : Sudin Pertanahan dan Pemetaan Jakarta Timur)

K. RAMBUTAN S.CIPINANG

Page 8: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

8

Berbicara masalah banjir, bila dilihat dari perspektif kualitas yang

berkaitan dengan fungsi lingkungan, maka terjadinya banjir tersebut dapat ditarik

suatu hubungan antara sebab dan akibat dengan melihat fungsi drainase yang ada

di Jakarta. Pada perkembangan sistem drainase Jakarta selanjutnya, pemerintah

DKI Jakarta merencanakan pembuatan Banjir Kanal Timur yang sebenarnya

sudah direncanakan sejak zaman Pemerintah Kolonial Belanda tetapi tidak pernah

terwujud. Pada tahun 1973, ada kajian oleh konsultan Belanda yang menyarankan

Banjir Kanal Timur disambung dengan Banjir Kanal Barat, sehingga akan

berbentuk seperti huruf U (sekarang Banjir Kanal Timur sudah berfungsi dan

Banjir Kanal Barat menjadi lebih efektif dalam mengendalikan aliran air dari

daerah hulu).

Banjir Kanal Timur mulai dibangun pada tahun 2003 dan selesai serta mulai

dipergunakan pada bulan Januari tahun 2010. Dengan selesainya pembangunan

Banjir Kanal Timur, banjir di kawasan timur dan utara kota Jakarta, yang

mencapai sekitar seperempat luas kota, tidak akan separah tahun-tahun

sebelumnya lagi (PT Mirah Sakethi, 2010)

Banjir Kanal Timur pada Gambar 1.3 dibawah ini dapat menampung

aliran air Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran,

Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Banjir Kanal Timur melintasi 13 kelurahan (2

kelurahan di Jakarta Utara dan 11 kelurahan di Jakarta Timur) dengan panjang

23,6 kilometer.

Page 9: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

9

Gambar 1.3 Banjir Kanal Timur

(sumber : www.jakarta.go.id)

Page 10: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

10

Faktor kebijakan pemerintah berupa pemberian perijinan untuk mendirikan

bangunan perumahan/hunian penduduk, peraturan penggunaan lahan produktif

dan aturan atau hukum yang mengatur tentang ketertiban masyarakat dalam

membuang sampah dan faktor pembangunan perekonomian yang kadangkala

mengabaikan kelestarian lingkungan juga memberikan kontribusi yang cukup

signifikan terhadap timbulnya banjir.

Faktor topografi kota-kota besar yang merupakan pusat pertumbuhan

perekonomian dan transportasi, pada umumnya terletak di wilayah pantai, hal ini

karena secara ekonomi, lokasi pantai tersebut memudahkan sarana transportasi

baik dari daratan maupun melalui jalur laut, sehingga menghemat biaya angkutan.

Di sisi lain, kondisi ini memiliki dampak yang kurang menguntungkan karena

wilayah pantai yang berupa dataran landai merupakan wilayah bermuaranya air

baik air hujan lokal, air laut pasang maupun air yang mengalir di sungai yang

datang dari wilayah lain yang lebih tinggi.

Faktor demografi, yang berkaitan dengan masalah kepadatan dan

persebaran penduduk di perkotaan juga memiliki dampak negatif terhadap

penyebab terjadinya banjir. Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata

karena adanya kegiatan migrasi dari desa ke kota kota besar seperti halnya kota

Jakarta. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Said Rusli (1986) dalam

bukunya, Demografi Indonesia dikatakan bahwa 50% lebih penduduk Indonesia

bermigrasi dari desa ke kota dan sekitar 40% penduduk melakukan migrasi antar

kabupaten. Adapun motif migrasi dimaksud sekitar 63% memiliki alasan ekonomi

dan keterbatasan lapangan pekerjaan di pedesaan serta perbedaan kesejahteraan.

Dampak negatif dari kepadatan penduduk di perkotaan tersebut karena akan

Page 11: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

11

semakin luas pula lahan yang digunakan seperti untuk pembangunan perumahan,

fasilitas umum dan sebagainya, sehingga hal ini semakin mempersempit areal

hijau yang digunakan untuk wilayah resapan. Resiko banjir akan menimbulkan

kerugian lebih parah di wilayah yang padat penduduknya, baik berupa kerugian

jiwa maupun kehilangan materi.

Oleh sebab itu, dampak banjir di daerah perkotaan akan lebih besar

dibandingkan dengan di daerah pedesaan. Dampak banjir yang paling menonjol

adalah kerugian fisik, ekonomi, psikologis, kondisi sosial dan lingkungan.

Kerugian fisik berupa kehilangan jiwa, kehancuran fasilitas umum, harta benda,

infra struktur, jaringan komunikasi, energi baik listrik maupun gas, jalur

transportasi dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.

Sedangkan kerugian terhadap ekonomi, yaitu hilangnya mata pencaharian,

karena lahan pekerjaannya tergenang air, hilangnya harta benda, sehingga pada

akhirnya menyisakan pengangguran serta kemiskinan. Masyarakat menjadi tidak

memiliki daya beli akan kebutuhan dasar hidupnya. Kondisi tersebut akan lebih

parah apabila sampai dapat menghentikan jalannya pemerintahan dan segala

bentuk transaksi perdagangan, investasi serta kegiatan perekonomian lainnya.

Karena genangan banjir yang berlangsung dalam waktu relatif lama, dapat

melumpuhkan aktifitas masyarakat, dan akan berpengaruh terhadap ketahanan

wilayah bahkan lebih jauh dapat berpengaruh terhadap ketahanan nasional.

Kemudian pengaruh dibidang psikologis akibat banjir yang menonjol

yakni berupa kebingungan, trauma dan korban menjadi mudah marah serta cepat

tersinggung. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan berfikir sehat

korban dan akhirnya dapat mengurangi produktifitas korban di wilayah tersebut.

Page 12: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

12

Oleh karena itu, eksistensi masyarakat menjadi menurun dan hal ini dapat

melumpuhkan ketahanan wilayah dan lebih jauh lagi dapat mengganggu stabilan

nasional. Kemudian dampak sosial bagi korban banjir adalah berupa kondisi yang

menimpa korban seakan-akan menjadikan mereka sebagai kelompok yang

termarjinalkan di lingkungannya. Kondisi seperti ini akan memicu munculnya

gangguan kesehatan seperti gizi kurang baik, diare, batuk, panas dingin dan

sebagainya. Dampak terhadap lingkungan yakni kerusakan terhadap sumber air

bersih, udara yang sehat, tanaman dan kehidupan lain disekitar wilayah tersebut.

Upaya penanggulangan banjir telah banyak dilakukan baik oleh

Pemerintah, Relawan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan berbagai pihak dengan

tujuan untuk dapat megurangi risiko yang ditimbulkannya, namun upaya-upaya

penanggulangan yang dilakukan tersebut masih menimbulkan kerugian baik jiwa

maupun materi yang cukup besar. Setiap terjadi banjir di Indonesia, termasuk

banjir di Jakarta terlihat masih menelan korban jiwa dan materi yang relatif sangat

besar. Oleh karena itu, upaya-upaya penanggulangan banjir dimaksud harus

bersifat holistik, sinergis dan terintegrasi serta berkesinambungan yang

melibatkan semua lapisan masyarakat dengan pendekatan budaya dan tradisi

setempat, sehingga dapat mencapai sasaran yang diharapkan seoptimal mungkin.

Dengan mengaitkan persoalan di atas, peneliti secara spesifik akan

menganalisa sistem manajemen penanggulangan banjir dan implikasinya terhadap

ketahanan wilayah khususnya di Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur.

Page 13: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

13

B. Rumusan Masalah

Peneliti mencoba meneliti tentang penanggulangan bencana banjir dan

implikasinya terhadap ketahanan wilayah (studi kasus di Kelurahan Rambutan,

Jakarta Timur) dengan rumusan masalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana respons masyarakat dan pemerintah terhadap bencana

banjir di Jakarta khususnya di wilayah Kelurahan Rambutan, Jakarta

Timur?

2. Bagaimana implementasi manajemen penanggulangan bencana banjir

yang menimpa di wilayah Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur?

3. Bagaimana implikasi banjir terhadap ketahanan wilayah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Meneliti respons korban banjir, RT, RW dan Kelurahan terhadap

banjir di Jakarta khususnya di Kelurahan Rambutan dengan

mengacu kepada prosedur dan panduan yang tersedia.

2. Meneliti sistem manajemen penanggulangan banjir yang dilakukan

oleh Lembaga Penanggulangan Bencana Pemerintah beserta

Kementrian terkait, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan

dalam menghadapi banjir pada masa mendatang.

3. Meneliti implikasi yang disebabkan oleh banjir yang melanda

Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur pada terhadap ketahanan

wilayah.

Page 14: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

14

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sbb :

1. Bagi Ilmu Pengetahuan ; mampu menyumbangkan pemikiran bagi

dunia akademik khususnya yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Bagi korban bencana banjir ; diharapkan penelitian ini bisa

memberikan pemahaman tentang sistem manajemen

penanggulangan bencana banjir, sehingga para korban dapat

meningkatkan kualitas hidup agar meminimalisir dampak yang

ditimbulkan dari bencana banjir tersebut.

3. Bagi Pemerintah : diharapkan dapat bermanfaat bagi penentu

kebijakan dalam hal ini pemerintah kota atau pun pemerintah pusat

yang berkaitan dengan strategi penanggulangan bencana banjir

sehingga penanggulangan banjir lebih integratif dan efektif

E. Keaslian Penelitian

Data penelitian analisis sistem manajemen penanggulangan bencana banjir

dan implikasinya terhadap ketahanan wilayah, berasal dari wawancara secara

langsung kepada para stake holder (terutama kepada korban bencana, Lembaga

swadaya masyarakat dan instansi pemerintah) dan data kepustakaan yang relevan

dengan tesis yang diteliti.

Penelitian tentang analisis sistem manajemen penanggulangan bencana

banjir dan implikasinya terhadap ketahanan wilayah sepengetahuan peneliti belum

pernah dilakukan oleh peneliti lain, dengan demikian keaslian tesis ini dapat

dipertanggung jawabkan. Sehingga penulis dapat membuat penelitian yang

Page 15: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

15

mengkaji tentang pemahaman penanggulangan bencana banjir dan dampaknya di

kelurahan Rambutan Jakarta timur yang dikaitkan dengan ketahanan wilayah yang

dewasa ini semakin memperlihatkan gejala yang memprihatinkan.

F. Sistematika Penelitian

Dalam penelitian hasil studi ini dibagi menjadi enam bab dan setiap bab

terdiri dari beberapa sub bab yang jumlahnya tergantung pada besar dan

pentingnya persoalan yang dibahas. Secara lebih rinci, sistematika penelitian hasil

penelitian adalah sebagai berikut :

Pada bab pertama, akan dijelaskan secara garis besar tentang isi dari

penelitian ini, pembahasannya meliputi : latar belakang dari permasalahan yang

akan diteliti, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian, serta sistematika penelitian.

Pada bab kedua akan diuraikan mengenai tinjauan pustaka dan landasan

teori.

Pada bab ketiga akan dibahas khusus tentang metode penelitian, yang

didalamnya berisi; lokasi penelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data,

teknik analis data, variabel penelitian dan definisi operasional serta jadwal

penelitian.

Pada bab keempat, akan dibahas kondisi umum wilayah dan masyarakat di

kelurahan Kelurahan Rambutan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan masukan

data agar dapat memudahkan dalam mengidentifikasi permasalahan guna

menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Dalam uraian tersebut dikupas secara

rinci masalah yang menyebabkan terjadinya banjir di Jakarta, kemudian dijelaskan

Page 16: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

16

pula tingkat keparahan yang diterima oleh penduduk/korban, masyarakat dan

pemerintah. Sebagai penekanan pada bab ini dijelaskan bencana banjir baik

berupa fisik maupun nonfisik terhadap manusia, bangunan, sarana dan prasarana

fasilitas umum, infrastruktur, lingkungan dan aspek aspek kehidupan manusia

serta akan dibahas tentang dibahas respon dari berbagai pihak terhadap bencana

banjir meliputi respon dan efektifitas korban, kemudian respon dari masyarakat

dalam menanggulangi bencana banjir dirinci sejauh mana masyarakat dapat

melaksanakan kegiatan yang termasuk kedalam upaya penanggulangan banjir

pada pra, sesaat terjadinya bencana dan pasca bencana. Dijelaskan pula respon

pemerintah melalui Badan yang bertanggung jawab terhadap penanggulangan

banjir, meliputi pengorganisasiannya, personil yang mengawakinya,

sistem/metoda yang digunakannya serta sarana dan prasarana yang menjadi

kelengkapannya untuk melaksanakan penanggulangan bencana banjir. Disamping

itu dikemukakan juga tentang mekanisme pelaksanaan kegiatannya yang meliputi

koordinasi dan kerjasama baik secara horizontal di wilayah banjir maupun secara

vertikal kepada Pemerintah Pusat dan lintas Kementrian serta bagaimana

penanganan dan pengaturan bantuan dari pihak luar agar tepat sampai kepada

korban yang membutuhkannya. Kemudian disentuh pula solusi-solusi yang dapat

diaplikasikan bagi korban maupun bagi segenap elemen masyarakat terkait,

dijelaskan tentang penerapan manajemen penanggulangan banjir secara optimal

dengan pelibatan peran serta masyarakat dan memfokuskan bahasan yang

menggunakan pendekatan dasar manajemen baik untuk prabencana banjir, saat

terjadinya banjir maupun pada pasca banjir serta pengembangan manajemen

penanggulangan bencana banjir ke depan, manajemen bencana tersebut akan

Page 17: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/89102/potongan/s2-2015... · Persebaran penduduk di kota-kota besar tidak merata ... bermigrasi dari desa ke

17

menjadi indikator yang dijadikan sebagai tolok ukur terhadap segenap kegiatan

yang dilaksanakan terutama oleh masyarakat, RT, RW, Kelurahan, Kecamatan

dan BPBD. Sehingga faktor-faktor yang menyebabkan belum optimalnya kegiatan

penanggulangan bencana alam banjir tersebut akan menjadi pokok persoalan yang

dibahas dalam penulisan tesis ini.

Pada bab kelima, dibahas tentang dampak banjir Terhadap ketahanan

wilayah. Dalam uraian tersebut pembahasan difokuskan kepada permasalahan

yang menyangkut seberapa jauh banjir pada tahun 2013 itu dapat mempengaruhi

aspek-aspek kehidupan penduduk di wilayah Kelurahan Rambutan, sehingga

dapat dijadikan sebagai indikator yang digunakan untuk menilai dampak banjir

tersebut terhadap ketahan wilayah.

Bab keenam dengan penutup yang mengutarakan kesimpulan sebagai

jawaban dari permasalahan yang diajukan dan saran atau rekomendasi yang

meliputi penyajian kegiatan sebelum, selama berlangsungnya peristiwa bencana

banjir dan kegiatan setelah terjadinya bencana tersebut serta hal hal penting baru

yang menjadi ide maupun pemikiran orisinil penulis dan yang belum tertuangkan

dalam naskah ini.