BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil...

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia. Jumlahnya yang banyak dan tersebar di seluruh wilayah di Indonesia memberikan kemudahan dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia, karena pada umumnya UMKM tidak memerlukan kualifikasi pendidikan tertentu dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga kontribusi UMKM dalam mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Dengan peran yang dimiliki UMKM ini membuat pemerintah terus berupaya agar UMKM di Indonesia semakin berkembang seperti pembinaan usaha, pelatihan ketrampilan bagi tenaga kerja, dan fasilitas kemudahan dalam permodalan usaha. Terdapat beberapa alasan mengapa keberadaan UMKM sangat penting Pertama, UMKM berperan dalam memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta mewujudkan stabilitas nasional. Kedua, saat terjadi krisis moneter 1998 dan krisis 2008-2009 sebesar 96% UMKM tetap bertahan dari goncangan krisis. UMKM juga sangat membantu negara/ pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UMKM juga banyak tercipta unit-unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang 2 dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Ketiga, UMKM memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar, sehingga UMKM perlu perhatian khusus yang didukung oleh informasi akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar (Bank Indonesia, 2015)

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu

negara termasuk Indonesia. Jumlahnya yang banyak dan tersebar di seluruh wilayah di

Indonesia memberikan kemudahan dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia, karena pada

umumnya UMKM tidak memerlukan kualifikasi pendidikan tertentu dalam menjalankan

kegiatan usahanya, sehingga kontribusi UMKM dalam mengurangi jumlah pengangguran di

Indonesia cukup tinggi. Dengan peran yang dimiliki UMKM ini membuat pemerintah terus

berupaya agar UMKM di Indonesia semakin berkembang seperti pembinaan usaha, pelatihan

ketrampilan bagi tenaga kerja, dan fasilitas kemudahan dalam permodalan usaha. Terdapat

beberapa alasan mengapa keberadaan UMKM sangat penting Pertama, UMKM berperan

dalam memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, proses pemerataan

dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta

mewujudkan stabilitas nasional. Kedua, saat terjadi krisis moneter 1998 dan krisis 2008-2009

sebesar 96% UMKM tetap bertahan dari goncangan krisis. UMKM juga sangat membantu

negara/ pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UMKM juga banyak

tercipta unit-unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang 2 dapat mendukung

pendapatan rumah tangga. Ketiga, UMKM memiliki fleksibilitas yang tinggi jika

dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar, sehingga UMKM perlu perhatian

khusus yang didukung oleh informasi akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara

pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar

(Bank Indonesia, 2015)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) tersebut menjadikan UMKM semakin eksis dan akan selalu eksis dari masa ke

masa. Walaupun keberadaanya di Indonesia sangat penting, Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) masih memiliki keterbatasan untuk berkembang, hal ini mendorong

pemerintah untuk berkomitmen dalam menjaga keberlangsungan kegiatan sektor UMKM.

Berbagai kebijakan dibuat agar mempermudah pengusaha kecil untuk semakin

mengembangkan usahanya. Dalam usaha pengembangan UMKM oleh pemerintah diperlukan

informasi yang lengkap dan mudah diakses, terutama informasi yang menyangkut potensi

suatu sektor ekonomi atau komoditas untuk dikembangkan pada suatu wilayah tertentu, serta

faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangannya. Kegiatan sektor usaha mikro kecil

menengah (UMKM) tak selalu berjalan mulus, terdapat beberapa kendala yang menghambat

pertumbuhan UMKM bahkan menyebabkan pelaku UMKM gulung tikar. Kendala utama

yang dihadapi yaitu masalah permodalan, menurut Bank Indonesia (2015) sekitar 60-70%

UMKM di Indonesia belum mendapat akses atau pembiayaan perbankan yang baik, sehingga

menyebabkan para pelaku usaha mengambil jalan cepat dengan 3 meminjam kepada rentenir.

Kemudian manajemen bisnis UMKM masih dikelola secara manual dan tradisional, terutama

manajemen keuangan. Pengelola belum dapat memisahkan antara uang untuk operasional

rumah tangga dan usaha. Lalu kurangnya pengetahuan mengenai teknologi baru, sehingga

teknologi yang digunakan masih sederhana, hal ini menyebabkan produk yang dihasilkan

tidak optimal.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Tabel 1.1

Perkembangan UMKM Binaan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah

Indikator Jumlah UMKM Tenaga Kerja Omset Aset

Tahun Unit Orang Rp (Miliar) Rp (Miliar)

2013 80.583 345.622 18.972 6.816

2014 90.339 480.508 20.345 9.634

2015 99.681 608.893 24.587 13.947

2016 108.937 740.740 29.113 19.046

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah 2017

Tahun 2013 jumlah UMKM sebesar 80.583 unit dan tenaga kerja sebanyak 345 ribu

orang, dengan omzet 18,9 miliar dan aset 6,8 miliar, UMKM terus berkembang sampai di

tahun 2016 jumlah UMKM menjadi 108.937 unit dan mampu menyerap sebanyak 740 ribu

orang. Jumlah omset dan aset yang dimilikipun turut meningkat menjadi 29,1 miliar dan 19

miliar. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perkembangan yang positif bagi perekonomian

daerah maupun nasional.

Dengan besarnya kontribusi UMKM sangat diperlukan upaya untuk terus untuk

memajukan usaha mikro di Indonesia. Untuk pengembangan usaha mikro kecil menengah

(UMKM) diperlukan peranan pemerintah, lembaga-lembaga 4 keuangan dan pelaku usaha.

Peranan pemerintah disini adalah (1) Mendorong pertumbuhan ekonomi secara aktif, (2)

Menciptakan iklim usaha yang kondusif, (3) Membuka akses terhadap sumber pertumbuhan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

internal UMKM. Sedangkan lembaga keuangan disini jelas sebagai perantara keuangan untuk

mengoptimalkan kinerja usaha mikro dan pelaku usaha itu sendiri (Nugroho, 2015).

Usaha Mikro merupakan bagian dari pelaku UMKM yang terbesar dan tersebar di seluruh

Indonesia. Salah satunya Kota Semarang, yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah

memiliki jumlah usaha mikro terbanyak sehingga mampu menyerap jumlah tenaga kerja

lebih banyak dibandingkan penyerapan tenaga kerja oleh usaha kecil dan menengah.

Tabel 1.2

Perkembangan Usaha Mikro Binaan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang

Indikator

Jumlah

UMKM

Pertumbuhan

UMKM

Tenaga

Kerja

Omset Aset

Tahun Unit Persen Orang Rp (Miliar) Rp (Miliar)

2013 765 21,04 2.359 59.649 24.899

2014 962 20,47 2.874 117.329 28.677

2015 1.059 9,15 3.083 122.426 29.743

2016 4.185 74,69 6.936 197.994 41.638

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, 2017

Data perkembangan Usaha Mikro binaan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang

pada tabel 1.2 menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 jumlah

usaha sebanyak 765 unit dan tenaga kerja berjumlah 2.359 orang. Jika dilihat dari jumlah

omset dan aset yang dimiliki usaha mikro juga terjadi peningkatan dari segi kuantitas, jumlah

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

omset tahun 2013 sebesar 59,6 juta dengan aset sebesar 24,8 juta, kemudian meningkat

sampai di tahun 2016 mencapai 197,9 juta dan aset mencapai 41,6 juta.

Pertumbuhan UMKM di Kota Semarang cukup baik dengan rata – rata 1,97%

pertahun. Hingga Maret 2016 total jumlah pelaku UMKM di Kota Semarang yang terdaftar

sebanyak 11.692 UMKM. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota

Semarang, hingga 29 November 2016, tercatat sebanyak 5.553 UMKM di Kota Semarang

sudah memiliki Ijin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dengan jumlah pekerja 9.896 orang.

Tabel 1.3

Jumlah UMKM ber-IUMK dan Tenaga Kerja UMKM di Kota Semarang

per Desember 2016

No. Kategori UMKM Tenaga Kerja

1 Mikro 5.198 8.568

2 Kecil 353 1.326

3 Menegah 2 2

Total 5.553 9.896

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, 2017

Dari Tabel 1.3 diatas, di Kota Semarang jumlah usaha dalam skala mikro adalah yang

terbesar yakni 5.198 unit, disusul oleh usaha kecil sebanyak 353 unit, dan usaha menengah

hanya 2 unit saja. Dengan demikian usaha yang banyak berkembang dalam masyarakat

adalah dalam skala mikro. Penyerapan tenaga kerja UMKM skala mikro adalah yang terbesar

yakni 8.568, hal ini sebanding dengan jumlah UMKM skala mikro yang juga terbesar

jumlahnya di Kota Semarang. Kemudian disusul oleh penyerapan tenaga kerja UMKM usaha

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

kecil sebanyak 1.326 orang, dan penyerapan tenaga kerja UMKM usaha menengah yang

hanya 2 orang saja.

Table 1.4

Daftar UMKM binaan Kota Semarang

No. Kecamatan 2011 2012 2013 2014

1 Banyumanik 71 88 95 127

2 Candisari - - - -

3 Gajahmungkur 25 40 62 95

4 Gayamsari 19 27 40 70

5 Genuk 18 31 46 72

6 Gunungpati 11 15 29 40

7 Mijen 52 64 80 106

8 Ngalian 31 50 97 124

9 Pedurungan 38 52 85 109

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

10 Semarang Barat 54 63 92 116

11 Semarang Selatan 61 80 102 130

12 Semarang Tengah 18 30 67 89

13 Semarang Timur 90 112 149 157

14 Semarang Utara 40 55 88 94

15 Tembalang 72 106 143 168

16 Tugu 39 47 69 95

Jumlah 639 860 1244 1592

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, 2015

Dari data di atas membuktikan bahwa setiap tahunnya jumlah pelaku usaha mikro, kecil

dan menengah yang ada di Kota Semarang selalu mengalami peningkatan. Harapan dari

Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, dengan bertambahnya jumlah para pelaku usaha

mereka dapat saling bekerja sama dalam menjual produk mereka ke pasaran, tetapi teryata

semakin banyaknya jumlah UMKM baik yang terdaftar di Dinas UMKM ataupun yang tidak

terdaftar membuat persaingan usaha semakin ketat. Kecamatan yang paling sedikit memiliki

perkembangan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah ada di Kecamatan Gunungpati,

dengan hanya memiliki jumlah anggota umkm sebanyak 40 pelaku usaha pada tahun 2014

yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang.

Untuk menumbuhkembangkan usaha mikro diperlukan peran dari pemerintah pusat maupun

daerah secara berkesinambungan. Dimulai dari pelatihan yang diberikan kepada para pelaku

usaha mikro, bantuan modal dan kredit yang diberikan pemerintah, bantuan pemasaran

produk, dan lain sebagainya. Namun usaha mikro ini tidak terlepas dari berbagai masalah.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Hadiyati (2010) menyatakan bahwa, survei dari BPS mengidentifikasikan berbagai

kelemahan dan permasalahan yang dihadapi UMKM berdasarkan prioritasnya, yaitu meliputi:

(a) kurangnya permodalan (b) kesulitan dalam pemasaran, (c) persaingan usaha yang ketat,

(d) kesulitan bahan baku, (e) kurang teknis produksi dan keahlian, (f) kurangnya

keterampilan manajerial (SDM), dan (g) kurangnya 9 pengetahuan dalam masalah

manajemen khususnya bidang keuangan dan akuntansi.

Kontribusi UMKM yang tinggi belum bisa menjadikan UMKM di Indonesia memiliki

daya saing yang tinggi. Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan

keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas

saat ini, daya saing sebuah produk menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi agar produk

tersebut dapat bertahan di pasar internasional. Daya saing merupakan kemampuan suatu

komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk bertahan di dalam pasar

tersebut. Pengertian daya saing juga mengacu pada kemampuan suatu negara untuk

memasarkan produk yang dihasilkan negara relatif terhadap kemampuan negara lain.

Permasalahan daya saing dalam UMKM menghadapi banyak kendala baik secara internal

maupun eksternal banyak dialami UMKM. Faktor internal mencakup aspek-aspek yang

menentukan daya saing perusahaan yang bersifat internal perusahaan seperti produktivitas

dan inovasi. Produktivitas tenaga kerja Indonesia memang masih relatif rendah. Beberapa

pengusaha dan asosiasi dalam FGD yang diselenggarakan untuk keperluan penulisan laporan

ini juga mengakui permasalahan tersebut. Demikian juga hal nya dengan tingkat inovasi yang

masih rendah.

Faktor internal sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas dan inovasi perusahaan.

Faktor internal ini meliputi kualitas sumber daya manusia (human resource), budaya

perusahaan, latar belakang pendidikan pemilik dan pekerja serta karakter pemangku

kepentingan dalam perusahaan. Sedangkan faktor eksternal juga mempengaruhi dan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

mendukung daya saing UMKM. Faktor tersebut antara lain kemudahaan berusaha di

Indonesia (ease of doing business), akses finansial dan permodalan, akses pasar, infrastruktur,

dan kondisi makroekonomi secara umum. Kendala-kendala tersebut menyebabkan UMKM

Indonesia dipandang belum berdaya saing tinggi untuk mampu mendorong pertumbuhan

ekonomi serta pendapatan masyarakat. Skala usaha, produktivitas dan tingkat penerapan

teknologi merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya saing UMKM. Ketiga

faktor tersebut dapat digunakan untuk mengukur daya saing UMKM (Donald, dkk., 2015).

Berkaitan dengan permasalah tersebut, maka UMKM di Indonesia harus memiliki

daya saing tinggi untuk mampu menghadapi MEA. Faktor-faktor yang menentukan daya

saing UMKM serta tingkat partisipasi dalam MEA perlu menjadi perhatian pemerintah.

Beberapa faktor yang menentukan daya saing UMKM dapat dikelompokan menjadi 2

kelompok besar, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup aspek-aspek

yang dapat meningkatkan produktivitas UMKM Indonesia, yaitu sumber daya manusia

(human resource), strategi pemasaran, dan inovasi. Sementara faktor eksternal merupakan

berbagai aspek di luar UMKM yang dapat mempengaruhi dan mendukung daya saing

UMKM. Faktor tersebut adalah kemudahaan berusaha di Indonesia (ease of doing business),

akses finansial dan permodalan, akses pasar, infrastruktur, dan kondisi makroekonomi (BI,

2015).

Berdasarkan penjelasan diatas, pemberdayaan UMKM merupakan suatu penopang

eksistensi suatu usaha untuk tetap berdiri secara berkelanjutan di tengah persaingan dengan

usaha bisnis lainnya. pemberdayaan UMKM mengindikasikan bagaimana suatu badan usaha

atau organisasi bisnis mampu berkompetisi dengan usaha lain yang sejenis ataupun non

sejenis dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya untuk menarik

perhatian konsumen. Dalam upaya memenangkan persaingan maka suatu usaha bisnis harus

memiliki strategi persaingan yang berbeda dengan strategi yang dilakukan oleh usaha

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

saingannya. Penerapan strategi persaingan sangat diperlukan dalam meraih pangsa pasar

dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan dan keunggulan-keunggulan dari perusahaan

sejenis.

Melihat penjelasan di atas, maka pemerintah daerah diharapkan dapat berperan

dalam membina dan mengembangkan pengusaha-pengusaha usaha kecil kain batik

Semarangan agar tetap eksis dan bertahan dalam mengembangkan usaha kecil mereka dan

dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Mengingat akan arti pentingnya usaha kecil

di Indonesia maka dalam penelitian ini diambil judul: “Implementasi Perda Nomor 13

Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”.

1.1. Perumusan Masalah

Bedasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka pertanyaan

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi Perda Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan

Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Gunungpati Kota

Semarang?

2. Faktor – faktor apakah yang mendorong dan menghambat implementasi kebijakan

Perda Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan Usaha Kecil, Mikro dan

Menengah (UMKM) di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan diatas

adalah sebagai berikut:

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

1. Menganalisis bagaimana implementasi Perda Nomor 13 Tahun 2013 tentang

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan

Gunungpati Kota Semarang.

2. Menganalisis apa sajakah faktor penghambat dan faktor pendukung dalam

pengimplementasian Perda Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.3. Kegunaan Penelitian

1.3.1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk penjelaskan bahwa pentingnya suatu

pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah di suatu wilayah. Karena peran UMKM,

khususnya pada sektor Batik berpengaruh besar terhadap pertumbuhan perekonomian di

Indonesia. Oleh karena itu, dinas yang terkait dengan UMKM, nantinya akan memperoleh

data guna meningkatkan pertumbuhan UMKM khususnya di Kota Semarang agar menjadi

lebih baik dan meningkatkan kehidupan kualitas hidup para anggotanya.

1.3.2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Pengguna

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan bantuan pemikiran kepada pihak –

pihak yang terkait dengan pengembangan ataupun pemberdayaan pada sektor UMKM

di Kota Semarang.

b. Bagi Lembaga Pengembang Ilmu

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk penelitian –

penelitian berikutnya.

c. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berkaitan

denganpemberdayaan pada sektor UMKM di Kota Semarang.

d. Bagi Masyarakat yang Berkepentingan.

1.4. Kerangka Teori

Menurut Atmosudirjo (Pasolong, 2012: 118), suatu pendapat yang diperoleh melalui

pemikiran rasional menurut suatu prosedur atau proses tertentu yang disebut “prosedur

akademik” atau “prosedur ilmiah” oleh karena melalui langkah – langkah tertentu yang logis

rasional. Kerangka teori disusun untuk mendapatkan kerangka pikir. Kerangka pikir pada

dasarnya merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan

penelitian yang akan dilakukan.

1.5.2 Administrasi Publik

Administrasi publik adalah kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok oran atau

lembaga dalam melaksanakan tugas – tugas pemerintahan dala memenuhi kebutuhan publik

secara efisien dan efektif (Pasolong, 2012:8).

Menurut Dr. H. Amin Ibrahim (2007:17) Administrasi publik adalah seluruh upaa

penyelenggaraan pemerintah yang meliputi kegiatan manajemen pemerintah (perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan) dengan mekanisme kerja

dan dukungan sumber daya manusia serta dukungan administrasi usahanya.

Batasan administrasi publik dapat ditinjau dari aspek politik, legal, manajerial, dan

okupasi. Dari aspek politik, administrasi publik adalah apa yang dilakukan oleh pemerintah

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

(what goverment does). Disini, administrasi publik adalah segala aktivitas pmerintah yang

mempengaruhi kehidupan keseharian masyarakat, baik pada ruang lingkup nasional, maupun

daerah. Hal senada juga disampaikan oleh Shafritz dan Russel (2003), bahwa berbicara

tentang administrasi publik pasti berkenaan dengan aksi – aksi pemerintah dalam mengelola

urusan – urusan publik (public affairs) atau implementasi kebijakan publik.

Sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah bisa secara langsung ataupun tidak

langsung. Secara langsung misalnya pemerintah menyediakan pelayanan pengiriman surat,

pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat, dan sebagainya. Secara tidak langsung, penyediaan

pelayanan dilakukan oleh pemerintah melalui sektor swasta/bisnis. Dalam menghadapi

persoalan publik, pemerintah harus bisa mengambil keputusan apakah perlu atau tidak perlu

melakukan sesuatu. Dan keputusan ini (melakukan atau tidak melakukan sesuatu) adalah

kebijakan publik. Setiap keputusan (termasuk keputusan untuk tidak membuat suatu

keputusan) dibuat oleh pihak – pihak yang memiliki kontrol politik dan diimplementasikan

oleh administrator. Karenanya, kebijakan publik dan administrasi publik adalah dua sisi dari

sebuah koin yang tidak dapat dipisahkan. Proses tidak berakhir hanya pada implementasi

kebijakan. Saat pemerintah melakukan sesuatu, dipastikan ada upaya untuk membuat

kebijakan publik menjadi lebih baik sehingga pembuatan keputusan adalah sebuah proses

yang kontinyu.

Untuk memenuhi mandat legislatif, eksekutif dan yudisial dan untuk menyediakan

pelayanan dan regulasi kepada masyarakat umum maka dalam administrasi publik

dimanfaatkan teori – teori dan proses – proses manajerial, politik dan legal.

Dari aspek legal, administrasi publik ada dan dibatasi oleh instrumen hukum.

Administrasi publik kemudian dimaknai sebagai hukum publik. Administrasi tidak dapat ada

tanpa fondasi legal. Di Indonesia, peraturan tertinggi adalah UUD 1945. Karenanya, semua

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

legislasi yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Demikian juga, segala

sesuatu yang dilakukan oleh Presiden harus mendapat persetujuan dari legislatif. Dari aspek

legal, administrasi adalah regulasi, yakni pemerintah harus menetapkan aturan yang mengatur

tindakan masyarakat dan sektor swasta, apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan oleh

mereka.

Administrasi publik juga dapat dilihat sebagai suatu okupasi, yakni pekerjaan apapun

yang dilakukan oleh birokrat; sebagai fisikiawan, arsitek, dokter, dan sebagainya. Mereka

seringkali melihat diri mereka berdasarkan profesi tertentu. Meskipun mereka tidak melihat

dirinya sebagai administrator dalam pandangan menjadi seorang manajer, akan tetapi mereka

tetap memberikan pelayanan kepada publik.

1.5.3 Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Thomas Dye (dalam Winarno, 2012:20) adalah apapun

yang dipilih ole pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Menurut Dror (dalam

Winarno, 2012:121), ilmu kebijakan menjadi tumpuan harapan untuk memperbaiki

keterbelakangan dari semua lembaga manusia dan membiaskan pembentukan kebijakan dan

pembuatan keputusan.

Pihak – pihak yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik dapat dibagi

kedalam tiga kelompok (Winarno, 2012:33). Pertama, adalah mereka yang tidak terlibat

dalam perumusan maupun pelaksanaan kebijakan publik. Kedua, adalah para perumus

kebijakan publik. Ketiga, adalah ilmuwan yang berminat dalam masalah kebijakan.

Kelompok pertama melihat kebijakan sebagai alat untuk menyeleksi kebijakan –

kebijakan yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Kelompok kedua memandang

kebijakan sebagai alat yang berfungsi menambah kemampuan para perumus kebijakan untuk

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

membuat kebijakan – kebjakan yang baik. Kelompok terakhir menganggap kebijakan publik

sebagai obyek studi mereka. Minat kelompok terakhir yang paling utama adalah

mengembangkan kebijakan publik sebagai cabang ilmu.

Lingkup kebijakan publik mencakup berbagai sektor atau bidang pembangunan.

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan

banyak proses yang harus dikaji. Proses penyusunan kebijakan publik dibagi kedalam

beberapa tahap untuk memudahkan pengkajian.

Tabel 1.5

Tahap Analisis Kebijakan

Tahap Karaktristik

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Perumusan Masalah Memberikan informasi mengenai kondisi – kondisi

yang menimbulkan masalah

Forecasting (Peramalan) Memberikan informasi mengenai konsekuensi di masa

mendatang dari diterapkannya alternative kebijakan

termasuk apabila membuat kebijakan

Rekomendasi Kebijakan Memberikan informasi mengenai manfaat bersih dari

setiap alternatif dan merekomendasikan alternative

kebijakan yang memberikan manfaat bersih paling

tinggi

Monitoring Kebijakan Memberikan informasi mengenai konsekuensi

sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif

kebijakan termasuk kendala – kendalanya

Evaluasi Kebijakan Memberikan informasi mengenai kinerja atau hasil

dari suatu kebijakan

Sumber : Subarsono, 2005 : 10

1.5.4 Implementasi Kebijakan

1.5.4.1 Pengertian Implementasi kebijakan

Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya

implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas.

Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan

kepada masyarakat sehingga kbijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang

diharapkan (Afgan Gaffar, 2009 : 295).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Rangakaian kegiatan tersebuat mencakup persiapan seperangkat peraturan lanjutan

yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Misalnya dari sebuah undang – undang

muncul sejumlah peraturan pemerintah, keputusan presiden, maupun peraturan daerah,

menyiapkan sumber daya guna menggerakan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan

prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang bertanggung jawab

melaksanakan kebijakan tersebut, dan bagaimana mengantarkan kebijakan secara kongkrit ke

masyarakat.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat

encapai tujuannya, tidak lebih dan kurang. Umtuk mengimplementasikan kebijakan publik,

maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu melalui langsung mengimplementasikan dalam

bentuk program – program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari

kebijakan tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk undang – undang atau peraturan daerah

adalah jenis kebijakan yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau serig diistilahkan

sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung dioperasionalkan antara

lain Keputusan Presiden, Intruksi Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Daerah,

Keputusan Kepala Dinas, dll (Riant Nugroho, 2004:158-160).

1.5.4.2 Model Teori Implementasi Kebijakan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

A. Implementasi Kebijakan Model Daniel Mazmanian dan Paul Sebastier

Gambar 1.1

Hubungan Antar Variabel Implementasi Model Mazmanian dan Paul Sebastier

Model implementasi kebijakan yang ditawarkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul

Sebastier dalam Wahab ( 2010 ). Model implementasi ini mereka sebut dengan A Framework

for Policy Implementation Analiysis. Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari

analisis implementasi kebijaksanaan Negara ialah mengidentifikasi variabel-variabel yang

mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi.

A. Mudah Tidaknya Masalah di Kendalikan

1. Kesukaran – kesukaran teknis

2. Keragaman perilaku kelompok sasaran

3. Prosentase kelompok sasaran dibanding jumlah

penduduk

4. Ruang lingkup perubahan perilaku yang

diinginkan

D. Tahap – Tahap Proses Implementasi ( Variabel Tergantung)

Output Kesediaan Dampak nyata Dampak output Perbaikan

kebijaksa- kelompok output kebijaksanaan mendasar

naan badan- sasaran mematuhi kebijaksanaan sebagai dalam

badan output dipersepsi undang -

pelaksana kebijaksanaan undang

B. Kemampuan Kebijaksanaan Untuk

Menstrukturkan Proses Implementasi

1. Kejelasan dan konsistensi tujuan

2. Digunakannya teori kausal yang memadai

3. Ketepatan alokasi sumber dana

4. Keterpaduan hierarki dalam dan diantara

lembaga pelaksana

5. Aturan – aturankeputusan dari badan

pelaksana

6. Rekrutmen pejabat pelaksana

7. Akses formal pihak luar

C. Variabel Diluar Kebijaksanaan yang

Mempengaruhi Proses Implementasi

1. Kondisi ekonomi, sosial dan tekhnologi

2. Dukungan publik

3. Sikap dan sumber – sumber yang dimiliki

kelompok – kelompok

4. Dukungan dari pejabat atasan

5. Komitmen dan kemampuan kepemimpinan

pejabat – pejabat pelaksana

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Adapun secara garis besar variabel-variabel yang dimaksud di kategorikan dalam tiga

kategori besar, yaitu :

a. Mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan

b. Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara tepat proses

implementasinya; dan

c. Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap keseimbangan dukungan bagi

tujuan yang termuat dalam keputusan kebijaksanaan tersebut.

B.Implementasi Kebijakan Model Shabbir Cheema dan Denis A. RondineliShabbir

Cheema dan Denis A. Rondineli dalam Subarsono ( 2005 )berpendapat bahwa ada empat

kelompok Variabel yang mempengaruhi kinerja dan dampak suatu program, yakni:

a. Kondisi Lingkungan

b. Hubungan antar organisasi

c. Sumber daya organisasi untuk implementasi program

d. Karakteristik dan Kemampuan agen Pelaksana

C.Implementasi Kebijakan Model GogginMalcolm Goggin, Ann Bowman, dan James

Lester mengembangkan apa yang disebutnya sebagai: “Generasi Ketiga Model Implementasi

Kebijakan” (1990) dalam Harbani Pasolong (2012:58). Goggin, dkk. Bertujuan

mengembangkan sebuah model implementasi kebijakan yang lebih ilmiah dengan

menggunakan pendekatan metode penelitian dengan adanya variabel independen,

intervening, dan dependen, dan meletakkan faktor “komunikasi” sebagai penggerak dalam

implementasi kebijakan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

D.Implementasi Kebijakan ModelVan Metter dan Van Horn

Model pendekatan top-down yang dirumuskan oleh Donald Van Metter dan Van Horn

sebagaimana dalam Agustino (2008:141) disebut dengan A model of the Policy

Implementation. Dalam teori ini ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja suatu

kebijakan, yaitu :

a. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-dan-hanya-

jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realisits dengan sosi-kultur yang

mengada pada level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan

kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga,

maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan public hingga titik yang dapat

dikatakan berhasil.

b. Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat terbantung dari kemampuan

memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang

terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tetapi di luar

sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan juga

adalah sumber daya financial dan sumberdaya waktu. Ketiga sumber daya ini akan

saling mendukung dalam implementasi sebuah kebijakan.

c. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan informal yang

akan terlibat pengimplementasian kebijakan public. Hal ini sangat penting kerena

kinerja implementasi akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta

cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen

pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin

besar pula agen yang dilibatkan.

d. Sikap atau Kecenderungan para Pelaksana

Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah

hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan

yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan diimplementasikan adalah

kebijakan “dari atas” yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah

mengetahui (bahkan tidak menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang

warga ingin selesaikan.

e. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan.

Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu

proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk

terjadi.

f. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi

kebijakan dalam perspektif yang ditawarkan adalah sejauh mana lingkungan eksternal

turut mendorong keberhasilan kebijakan yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial,

ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan

kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan

kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

E. Implementasi kebijakan Model George C. Edwards III

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Gambar 1.2

Hubungan Antar Variabel dalam Model Implementasi George C. Edwards III

Model Implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh George C. Edwards III yang

menamakan model implementasi kebijakan publiknya dengan Direct and Indirect Impact On

Implementation dalam Leo Agustino (2008:149) dimana terdapat empat variabel yang sangat

menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu : (1) Komunikasi, (2)

Sumberdaya, (3) Disposisi, (4) Struktur Birokrasi.

1. Komunikasi

Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan

menurut George C. Ewards III, adalah komunikasi. Komunikasi menurutnya lebih

lanjut sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi

kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan

sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan

mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap

keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus ditransmisikan (atau

IMPLEMENTASI

KOMUNIKASI SUMBER DAYA

STRUKTUR

BIROKRASI DISPOSISI

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang

dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi (atau

pentransmisian informasi) diperlukan agar para pembuat keputusan di dan para

implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan

diterapkan dalam masyarakat.

Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam mengukur

keberhasilan variabel komunikasi tersebut di atas, yaitu:

a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu

implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran

komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi), hal tersebut

disebagiankan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi,

sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.

b. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan (street-level-

bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu/mendua).

Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada

tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan

kebijakan. Tetapi pada tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan

tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi

haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau dijalankan). Karena jika

perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan

kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

2. Sumberdaya

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Variabel atau faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

suatu kebijakan adalah sumberdaya. Sumberdaya merupakan hal penting lainnya,

menurut George C. Edwards III dalam Leo Agustino (2008 : 151) dalam

mengimplementasikan kebijakan. Indikator sumber-sumberdaya terdiri dari beberapa

elemen, yaitu:

a. Staf; sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf. Kegagalan

yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebagiankan

oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten

dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak mencukupi,

tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang

diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan

atau melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.

b. Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk,

yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan

kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan

disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua informasi

mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi

pemerintah yang telah ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah

orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut patuh

terhadap hukum.

c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah

dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para

pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik.

Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para implementor dimata publik

tidak terlegitimasi, sehingga dapat menggagalkan proses implementasi

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

kebijakan. Tetapi, dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersebut

ada, maka sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di

satu pihak, efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan

implementasi kebijakan tetapi di sisi lain, efektivitas akan menyurut manakala

wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri

atau demi kepentingan kelompoknya.

d. Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi

kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa

yang harus dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk melaksanakan

tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.

3. Disposisi

Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga

dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan

suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus

mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk

melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang

perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut George C. Edwards III dalam Leo

Agustino (2006 : 152), adalah:

a. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan

hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil

yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh

pejabat-pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan pengangkatan personil

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada

kebijakan yang telah ditetapkan; lebih khusus lagi pada kepentingan warga.

b. Insentif; Edwards menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk

mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan

memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak

menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para

pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan

cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor

pendukung yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah

dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi

(self interest) atau organisasi.

4. Struktur Birokrasi

Variabel keempat, menurut Edwards III, yang mempengaruhi tingkat

keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun

sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana

kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan mempunyai keinginan

untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat

terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi.

Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang,

ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini

akan menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan

menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus

dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan

melakukan koordinasi dengan baik. Dua karakteristik menurut Edward III yang dapat

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

mendongkrak kinerja struktur birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik, adalah:

melakukan Standar Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan Fragmentasi.

SOPs adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana

kebijakan/administratur/birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada tiap

harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (atau standar minimum yang

dibutuhkan warga). Sedangkan pelaksanaan fragmentasi adalah upaya peyebaran

tanggungjawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa

unit kerja.

Dari pengertian - pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan

kebijakan adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat

dalam suatu bentuk positif seperti undang-undang dan kemudian didiamkan dan tidak

dilaksanakan atau diimplmentasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau

diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu.Proses

implementasi kebijakan publik baru dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan

publik telah ditetapkan, program-program telah dibuat, dan dana telah dialokasikan

untuk pencapaian tujuan kebijakan tersebut.

1.5.4.3 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat

administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja

bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang

diinginkan (Budi Winarno, 2012:102).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Adapun syarat-syarat untuk dapat mengimplementasikan kebijakan negara secara

sempurna menurut Teori Implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gun yang dikutip

Solichin Abdul Wahab , yaitu :

a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan

mengalami gangguan atau kendala yang serius. Hambatanhambatan tersebut mungkin

sifatnya fisik, politis dan sebagainya.

b. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai.

c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia.

d. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasarkan oleh suatu hubungan

kausalitas yang handal.

e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai

penghubungnnya.

f. Hubungan saling ketergantungan kecil.

g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.

i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

j. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan

kepatuhan yang sempurna.

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk

intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh

masyarakat yang berada di lingkungannya. Menurut James Anderson, masyarakat

mengetahui dan melaksanakan suatu kebijakan publik dikarenakan :

1) Respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan-keputusan badan-badan

pemerintah;

2) Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan;

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

3) Adanya keyakinan bahwa kebijakan itu dibuat secara sah, konstitusional, dan dibuat

oleh para pejabat pemerintah yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan;

4) Sikap menerima dan melaksanakan kebijakan publik karena kebijakan itu lebih sesuai

dengan kepentingan pribadi;

5) Adanya sanksi-sanksi tertentu yaang akan dikenakan apabila tidak melaksanakan

suatu kebijakan (Bambang Sunggono,1994 : 144)

1.5.4.4 Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan

Menurut Bambang Sunggono (1994), implementasi kebijakan mempunyai beberapa

faktor penghambat, yaitu:

a. Isi kebijakan

Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samarnya isi kebijakan,

maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup terperinci, sarana-sarana dan

penerapan prioritas, atau program-program kebijakan terlalu umum atau sama sekali

tidak ada. Kedua, karena kurangnya ketetapan intern maupun ekstern dari kebijakan

yang akan dilaksanakan. Ketiga, kebijakan yang akan diimplementasiakan dapat juga

menunjukkan adanya kekurangan-kekurangan yang sangat berarti. Keempat,

penyebab lain dari timbulnya kegagalan implementasi suatu kebijakan publik dapat

terjadi karena kekurangankekurangan yang menyangkut sumber daya-sumber daya

pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga manusia.

b. Informasi

Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para pemegang peran yang

terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau sangat berkaitan untuk dapat

memainkan perannya dengan baik. Informasi ini justru tidak ada, misalnya akibat

adanya gangguan komunikasi.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

c. Dukungan

Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada

pengimlementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut.

d. Pembagian Potensi

Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu kebijakan publik

juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara para pelaku yang terlibat dalam

implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan diferensiasi tugas dan wewenang

organisasi pelaksana.

Struktur organisasi pelaksanaan dapat menimbulkan masalah-masalah apabila

pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau

ditandai oleh adanya pembatasanpembatasan yang kurang jelas (Bambang Sunggono,1994 :

149-153).

Adanya penyesuaian waktu khususnya bagi kebijakan-kebijakan yang kontroversial

yang lebih banyak mendapat penolakan warga masyarakat dalam implementasinya. Menurut

James Anderson yang dikutip oleh Bambang Sunggono, faktor-faktor yang menyebabkan

anggota masyarakat tidak mematuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu :

a) Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum, dimana terdapat beberapa

peraturan perundang-undangan atau kebijakan publik yang bersifat kurang mengikat

individu-individu;

b) Karena anggota masyarakat dalam suatu kelompok atau perkumpulan dimana mereka

mempunyai gagasan atau pemikiran yang tidak sesuai atau bertentangan dengaan

peraturan hukum dan keinginan pemerintah;

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

c) Adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan cepat diantara anggota masyarakat

yang mencenderungkan orang bertindak dengan menipu atau dengan jalan melawan

hukum;

d) Adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan “ukuran” kebijakan yang mungkin

saling bertentangan satu sama lain, yang dapat menjadi sumber ketidakpatuhan orang

pada hukum atau kebijakan publik;

e) Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam (bertentangan) dengan sistem nilai yang

dianut masyarakat secara luas atau kelompok – kelompok tertentu dalam masyarakat.

(Bambang Sunggono, 1994 :144-145).

Suatu kebijakan publik akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai

manfaat positif bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan

manusia sebagai anggota masyarakat harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh

pemerintah atau negara. Sehingga apabila perilaku atau perbuatan mereka tidak sesuai dengan

keinginan pemerintah atau negara, maka suatu kebijakan publik tidaklah efektif.

1.5.4.5 Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Kebijakan

Peraturan perundang-undangan merupakan sarana bagi implementasi kebijakan

publik. Suatu kebijakan akan menjadi efektif apabila dalam pembuatan maupun

implementasinya didukung oleh sarana-sarana yang memadai. Adapun unsur-unsur yang

harus dipenuhi agar suatu kebijakan dapat terlaksana dengan baik, yaitu :

a. Peraturan hukum ataupun kebijakan itu sendiri, di mana terdapat kemungkinan adanya

ketidakcocokan-ketidakcocokan antara kebijakan-kebijakan dengan hukum yang tidak

tertulis atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

b. Mentalitas petugas yang menerapkan hukum atau kebijakan. Para petugas hukum (secara

formal) yang mencakup hakim, jaksa, polisi, dan sebagainya harus memiliki mental yang

baik dalam melaksanakan (menerapkan) suatu peraturan perundang-undangan atau

kebijakan. Sebab apabila terjadi yang sebaliknya, maka akan terjadi gangguan –

gangguan atau hambatan-hambatan dalam melaksanakan kebijakan/peraturan hukum.

c. Fasilitas, yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan suatu peraturan hukum.

Apabila suatu peraturan perundang-undangan ingin terlaksana dengan baik, harus pula

ditunjang oleh fasilitas-fasilitas yang memadai agar tidak menimbulkan gangguan-

gangguan atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Warga masyarakat sebagai

obyek, dalam hal ini diperlukan adanya kesadaran hukum masyarakat, kepatuhan hukum,

dan perilaku warga masyarakat seperti yang dikehendaki oleh peraturan perundang

undangan.

Dari uraian di atas, diperoleh suatu gambaran bahwa implementasi kebijakan publik

yang paling baik merupakan proses kegiatan administratif yang dilakukan setelah kebijakan

ditetapkan/disetujui. Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan dan evaluasi

kebijakan. Implementasi kebijakan mengandung logika yang top-down, yang berarti

menurunkan/menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro menjadi

alternatif yang bersifat konkrit atau mikro. Sedangkan formulasi kebijakan mengandung

logika botton up, dalam arti proses ini diawali dengan pemetaan kebutuhan publik atau

pengakomodasian tuntutan lingkungan lalu diikuti dengan pencarian dan pemilihan alternatif

cara pemecahannya, kemudian diusulkan untuk ditetapkan hingga pada akhirnya siap untuk

dilaksanakan.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Tipe Penelitian

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Metode penelitian dapat diartikan tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan

(Iqba, 2002). Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor yang dikutip dalam Moleang (2007)

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.

Penelitian kualitatif ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, sedangkan

tujuan dari penelitian kualitatif ialah bertujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya

mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti (Basrowi & Suwandi, 2008).

Pendekatan ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi

dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau

hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Menurut Nasution

penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan, berinteraksi dengan mereka

dan menafsirkan pendapat mereka tentang dunia sekitar (Nasution, 2003). Berdasarkan

beberapa kajian teoritis yang dikemukan diatas, penelitian kualitatif (qualitative research)

adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu

maupun kelompok.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberikan

gambaran yang lengkap mengenai strategi pemerintah daerah dan pelaku usaha (UMKM)

dalam meningkatan daya saing UMKM di Semarang dalam menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA). Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan cara melakukan

wawancara dan dokumentasi mendalam kepada informan seperti pemerintah daerah dan

pelaku UMKM di Semarang.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

1.5.2. Fokus dan Fenomena Penelitian

1.5.2.1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan batasan masalah yang terdapat dalam penelitian kualitatif

yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Pembatasan masalah didasarkan pada

tingkat kepentingan, urgensi masalah, faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu. Dalam

penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2013 tentang

Pemberdayaan UMKM Kota Semarang yang mencakup:

a. Pendanaan.

b. Sarana dan prasarana.

c. Informasi usaha.

d. Kemitraan.

e. Perizinan usaha.

f. Kesempatan berusaha.

g. Promosi dagang.

h. Dukungan kelembagaan.

2. Faktor Pendorong dan Penghambat Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang

Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan UMKM Kota Semarang yang dilihat dari

lima aspek yaitu:

a. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

b. Sumberdaya

c. Komunikasi Antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

d. Disposisi Implementor

e. Kondisi Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

1.5.3. Situs Penelitian

Situs penelitian merupakan lokasi dimana penelitian akan dilaksanakan. Peneliti

mengambil wilayah penelitian di Kecamatan Gunung Pati dan Dinas Koperasi dan UMKM

Kota Semarang.

1.5.4. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, sumber data yang digunakan ialah sebagai

berikut:

1. Data Primer

Menurut Hasan data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang

memerlukannya (Iqbal, 2002). Data primer di dapat dari sumber informan yaitu individu atau

perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara

lain;

Catatan hasil wawancara.

Hasil observasi lapangan.

Data-data mengenai informan yang terdiri dari wakil pemerintah daerah yang

menangani masalah UMKM di Semarang, pelaku usaha UMKM di Semarang,

Pengamat perekonomian di Semarang dan Masyarakat Semarang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Iqbal, 2002). Data ini digunakan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur,

penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

1.5.5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting bagi kegiatan penelitian, karena

pengumpulan data tersebut akan menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Sehingga

dalam pemilihan teknik pengumpulan data harus cermat. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau

direkam (Iqbal, 2002). Tujuan dari wawancara ialah mengonstruksi perihal orang, kejadian,

kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekonstruksi kebulatan-

kebulatan harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas

informasi dari orang lain. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

pendapat informan tentang upaya pemerintah dan pelaku usaha UMKM di Semarang dalam

meningkat daya saing untuk menghadapi MEA, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan

strategi meningkat daya saingnya.

Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian ini, digunakanlah pedoman

wawancara agar wawancara dapat dilaksanakan lebih terbuka dan mendalam. Teknik

wawancara ini digunakan agar dapat menentukan key person sebagai narasumber untuk

menemukan hal-hal yang berkaitan dengan pemberdayaan UMKM di Kota Semarang.

2. Observasi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung

pada objek kajian. Menurut Hasan Observasi ialah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan

pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisasi, sesuai

dengan tujuan-tujuan empiris (Iqbal, 2002). Observasi yang di maksud dalam teknik

pengumpulan data ini ialah observasi pra-penelitian, saat penelitian dan pasca-penelitian yang

digunakan sebagai metode pembantu, dengan tujuan untuk mengamati faktor-faktor dan

strategi upaya pemerintah dan pelaku usaha UMKM di Semarang dalam meningkat daya

saing untuk menghadapi MEA.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memperkaya pengetahuan mengenai berbagai konsep

yang akan digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam proses penelitian. Peneliti juga

menggunakan studi pustaka dalam teknik pengumpulan data. Studi pustaka dalam teknik

pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang digunakan untuk membantu

proses penelitian, yaitu dengan mengumpulkan informasi yang terdapat dalam artikel surat

kabar, buku-buku, maupun karya ilmiah pada penelitian sebelumnya. Tujuan dari studi

pustaka ini adalah untuk mencari fakta dan mengetahui konsep metode yang digunakan.

1.5.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 149) merupakan alat bantu

bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam edisi

sebelumnya adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis, sehingga mudah diolah. Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini

adalah instrumen pokok dan instrumen penunjang. Instrumen pokok adalah manusia itu

sendiri sedangkan instrumen penunjang adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

1.5.7. Informan

Informan adalah orang dalam latar penelitian. Fungsinya sebagai orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Pemanfaatan informan bagi penelitian ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak

informasi yang benar-benar terjangkau (Basrowi dan Suwandi, 2010). Pengertian lain dari

informan ialah sebagai pemberi umpan balik terhadap data penelitian dalam rangka cross

check data. Sedangkan menurut Arikunto ialah orang yang memberikan informasi. Pemilihan

informan dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan teori yang

dikaji dalam penelitian ini (Arikunto, 2002).

Cara pengambilan informan dalam penelitian ini ialah dengan teknik purposive

sampling (pengambilan sampel dengan tujuan). Purposive sampling menurut Sugiyono

adalah teknik penentuan sampel dengan petimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Adapun

informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Merupakan wakil pemerintah daerah yang menangani masalahUMKM di Kota

Semarang

Merupakan pelaku usaha UMKM di Kota Semarang

Pengamat ekonomi di Kota Semarang

Masyarakat Kota Semarang

1.5.8. Teknik Pemilihan Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, pengambilan sumber data penelitian menggunakan 67 teknik

“purpose sampling”. Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 101) menyatakan, sampel purposive

adalah sampel yang dipilih karena memang menjadi sumber dan kaya dengan informasi

tentang fenomena yang ingin ditiliti. Pengambilan sampel ini didasarkan pada pilihan peneliti

tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purposive yaitu tergantung pada tujuan fokus

suatu saat.

1.5.9. Uji Kualitas dan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar sesuai dengan

tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi

data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut (Moleong, 2007:

330). Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan

sumber dan metode, yang berarti membandingkan dan mengecek derajat balik kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif

(Patton dalam Moleong, 2007: 330). Hal ini dapat peneliti capai dengan jalan sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membendingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang seperti orang yang berpendidikan lebih tinggi atau ahli dalam

bidang yang sedang diteliti.

1.5.10. Analisis dan Interprestasi

Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

orang lain (Sugiyono, 2009). Sedangkan menurut Hasan analisis kualitatif ialah analisis yang

tidak menggunakan model matematika, model statistik dan model-model tertentu lainnya

(Iqbal, 2002).

Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan model

Miles dan Huberman yaitu melalui proses reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan

serta triangulasi (Basrowi & Suwandi, 2008). Adapun penjabaran analisis data dalam

penelitian ini dilakukan dengan teknik sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi data)

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama penelitian

kualitatif berlangsung. Selama proses reduksi data berlangsung, tahapan selanjutnya ialah

(Iqbal, 2002):

a) Mengkategorikan data (Coding) ialah upaya memilah-milah setiap satuan data ke

dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

b) Interpretasi data ialah pencarian pengertian yang lebih luas tentang data yang telah

dianalisis atau dengan kata lain, interpretasi merupakan penjelasan yang terinci

tentang arti yang sebenarnya dari data penelitian.

2. Data Display (Penyajian data)

Pada tahap ini, peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk

menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lazim digunakan dalam

penelitian ini adalah bentuk teks naratif. Maksud dari teks naratif ialah peneliti

mendeskripsikan informasi yang telah diklasifikasikan sebelumnya. Kemudian dibentuk

simpulan dan selanjutnya simpulan tersebut disajikan dalam bentuk teks naratif.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/75516/2/BAB_I.pdf · Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan bagian yang penting dari perekonomian suatu negara termasuk Indonesia.

3. Conclusion/Verying (Penarikan simpulan)

Peneliti berusaha menarik simpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna

setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang

mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena dan proporsi. Pada tahap ini, penulis menarik

simpulan dari data yang telah disimpulkan sebelumnya, kemudian mencocokkan catatan dan

pengamatan yang dilakukan penulis pada saat penelitian.

4. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data yang telah diperoleh. Trigulasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah trigulasi sumber. Trigulasi dengan sumber adalah teknik pengecekan data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data

yang telah diperoleh dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang

berbeda, dan mana spesifik dari data tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis

tersebut akan menghasilkan suatu kesimpulan dan selanjutnya dimintakan kesepakatan dari

sumber data yang diperoleh.